Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

KEPERAWATAN GERONTIK
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GASTRITIS

Disusun Oleh :

KELOMPOK 5
DERA APRIANTI P0 5120421 011
MEGA AURORA P0 5120421 030
NETRA JUANSYAH P0 5120421 035
REKA OKTADIANA P0 5120421 042
TRI BINTANG PERKASA P0 5120421 061

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BENGKULU
JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI
PROFESI NERS
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun ucapkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat
dan karunianyalah sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah
Keperawatan Gerontik dengan judul “asuhan keperawatan pada oasien dengan
gastritis” tepat pada waktunya.

Dalam penyusunan makalah ini, penyusun mendapat masukan dan


bimbingan dari berbagai pihak sehingga makalah ini bisa selesai. Untuk itu pada
kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Penyusun  menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak


kekurangan dan kesalahan dalam pengetikan kata maupun muatan materi. Oleh
karena itu, kami sangat berharap masukan berupa kritik dan saran dari dosen
pembimbing agar makalah ini menjadi lebih baik. Semoga dengan adanya
makalah ini akan dapat memberikan manfaat yang besar bagi penulis khususnya
dan bagi pembaca semua pada umumnya.

Bengkulu, 2 Agustus 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL................................................................................... i
KATA PENGANTAR ...................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .....................................................................................1
B. Rumusan Masalah ................................................................................1
C. Tujuan................................................................................................... 2
D. Manfaat................................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN TEORI
I. Konsep Teori Pasien Lansia Dengan Gastritis ...............................3
A. Konsep lansia................................................................................3
B. Konsep Gastritis............................................................................7
1. Anatomi Saluran Pencernaan ..................................................7
2. Pengertian.................................................................................9
3. etiologi .....................................................................................9
4. manifestasi klinis......................................................................11
5. patofiologi................................................................................12
6. pemeriksaan diagnostik............................................................13
7. penatalaksanaan medis.............................................................13
8. komplikasi ...............................................................................14

II. Konsep Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Gastritis

A. Pengkajian ....................................................................................14

B. Diagnosa keperawatan ..................................................................17

C. Intervensi keperawatan..................................................................18
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ..........................................................................................
B. Saran ....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gastritis merupakan penyakit yang sering kita jumpai dalam masyrakat
maupun dalam bangsa penyakit dalam. Kurang tahunya dan cara penanganan
yang tepat merupakan salah satu penyebabnya. Gastritis merupakan salah satu
yang paling banyak dijumpai klinik penyakit dalam pada umunya.
Masyarakat sering menganggap remeh penyakit gastritis, padahal ini akan
semakin besar dan parah maka inflamasi pada lapisan mukosa akan tampak
sembab, merah dan mudah berdarah. Penyakit gastritis sering terjadi pada
remaja, orang-orang yang stres karena stres dapat meningkatkan produksi
asam lambung, pengkonsumsi alkohol dan obat-obatan anti inflamasi non
steroid.
Gejala yang timbul pada penyakit gastritis adalah rasa tidak enak pada
perut, perut kembung, sakit kepala, mual, lidah berlapis. Penyakit gastritis
sangat menganggu aktifitas sehari-hari karena penderita akan merasa nyeri
dan rasa sakit tidak enak pada perut. Selain dapat menyebabkan rasa tidak
enak, juga menyebabkan peredaran saluran cerna atas, ulkus, anemia, karena
gangguan absorbsi vitamin B12. Ada berbagai cara untuk mengatasi agar
tidak terkena penyakit dan untuk menyembuhkan gasrtitis agar tidak menjadi
parah yaitu dengan banyak minum + 8 gelas/hari, istirahat cukup, kurangi
kegiatan fisik, hindarai makanan pedas, makanan panas dan stres.

B. Rumusan Masalah
Untuk mengetahui lebih lanjut dari perawatan penyakit ini, maka penulis
akan melakukan pengkajian lebih lanjut dengan melakukan asuhan
keperawatan lansia dengan penyakit gastritis, membuat rumusan masalah
sebagai berikut, “Asuhan keperawatan pada klien denggan gastritis”.

1
C. Tujuan
a. Tujuan Umum
Mengetahui konsep teori dan konsep asuhan keperawatan gerontik
pada kasus gastritis.
b. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mengetahui dan memahami konsep keperawatan
gerontik pada kasus gastritis
2. Mahasiswa mengetahui dan memahami konsep teori pada kasus
gastritis
3. Mahasiswa mengetahui dan memahami konsep asuhan keperawatan
keperawatan gerontik pada kasus gastritis

D. Manfaat
1. Menambah pengetahuan dan pengalaman bagi penulis
2. Dapat mengetahui dan memahami konsep keperawatan keperawatan
gerontik pada kasus gastritis
3. Mampu membuat manajemen asuhan keperawatan keperawatan gerontik
pada kasus gastritis

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

I. Konsep Teori Pasien Lansia Dengan Gastritis


A. Konsep Lansia

1. Pengertian
Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke
atas. Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang
berangsur-angsur mengakibatkan perubahan kumulatif, merupakan proses
menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam
dan luar tubuh seperti didalam undang – undang No 13 tahun 1998, yang
isinya menyatakan bahwa pelaksanaan pembangunan nasional yang
bertujuan mewujudkan masyarakat adail dan makmur berdasarkan
Pancasila. Upaya peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia pada
hikikatnya merupakan pelestarian nilai-nilai keagamaan dan budaya
bangsa.
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi didalam
hidup manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak
hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan
kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang
telah melalui tiga tahap kehidupan, yaitu anak, dewasa, dan tua (Nugroho,
2006).
2. Perubahan fisiologis lansia
Proses penuaan adalah normal, berlangsung secara terus menerus
secara alamiah. Dimulai sejak manusia lahir bahkan sebelumnya dan
umunya dialami seluruh makhluk hidup. Menua merupakan proses
penurunan fungsi struktural tubuh yang diikuti penurunan daya tahan
tubuh. Setiap orang akan mengalami masa tua, akan tetapi penuaan pada
tiap seseorang berbeda-beda tergantung pada berbagai faktor yang
mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut dapat berupa faktor herediter,

3
nutrisi, stress, status kesehatan dan lain-lain. Penuaan pada lansia,
memungkinkan terjadinya penurunan anatomis dan fungsional yang sangat
besar. Andrea dan Tobin (peneliti), memperkenalkan “Hukum 1%”, yang
menyatakan bahwa fungsi organ akan mengalami penurunan sebanyak 1%
setiap tahunnya setelah usia 30 tahun (Martono, 2004).
Penuaan yang dialami oleh lansia memungkinkan terjadinya fungsi
anatomis maupun fisiologis diberbagai sistem tubuh, salah satunya adalah
sistem Gastrointestinal (GI). Sistem Gastrointestinal (GI) adalah jalur
pemasokan nutrisi untuk pertumbuhan dan perbaikan sel dengan melalui
proses ingestion, secretion, mixing and propulsion, digestion, dan
absorption terhadap makanan yang masuk (Derrickson & Tortora, 2015).
Menurut Ebersole dkk (2014), pada lansia terdapat penurunan
indra perasa atau sense of taste khususnya manis dan asin serta penurunan
sense of smell. Pada lansia mulut yang berfungsi mencerna makanan
menjadi bolus juga mengalami perubahan fisiologis. Perubahan-perubahan
tersebut seperti enamel gigi menjadi lebih keras dan rapuh, dentin menjadi
lebih berserabut, dan ruang saraf menjadi pendek dan sempit
menyebabkan gigi menjadi mudah tanggal. Selain itu, lansia juga
mengalami presbyphagia yaitu melambatnya menelan atau bahkan
disphagia yaitu susah menelan Lower esophageal sphingter mengalami
penurunan untuk relaksasi sehingga lansia rentan mengalami refluks
makanan (Mitty, 2008).
Setelah makanan sampai di lambung, makanan akan mengalami
pencernaan lebih kompleks seperti motilitas, sekresi dan digesti. Ebersole
dkk (2014) menyatakan bahwa lambung pada lansia banyak mengalami
perubahan fisiologis berupa penurunan motalitas, volume dan penurunan
sekresi bikarbonat serta mukus lambung. Perubahan ini disebabkan karena
atropi lambung dan Hypochlorydria atau ketidakcukupan HCL. Penurunan
motilitas lambung menyebabkan makanan menjadi lama dicerna
dilambung sehingga terjadi peningkatan waktu pengosongan lambung dan
lansia menjadi jarang makan.

4
Di usus halus, makanan telah berbentuk kimus yang siap dicerna
menggunakan enzim-enzim pencernaan dari usus kecil, hati, dan pankreas.
Penuaan yang terjadi pada lansia berpengaruh pada kekuatan otot di usus
dalam gerakan peristaltik. Selain itu, mukosa yang bertugas melicinkan
permukaan juga mengalami penurunan jumlah.

3. Batasan lansia
a. World Health Organization (WHO) tahun 1999 menjelaskan lansia
adalah sebagia berikut:
1) Usia lanjut (elderly) antara usia 60 – 74 tahun
2) Usia tua (old) 75 – 90 tahun dan
3) Usia sangat tua (very old) adalah usia> 90 tahun
b. Depkes RI (2005) menjelaskan bahwa batasan lansia dibagi menjadi
tiga kategori, yaitua:
1) Usia lanjut presenilis yaitu antara usia 45 – 59 tahun,
2) Usia lanjut adalah usia 60 tahun keatas
3) Usia lanjut beresiko yaitu usia 70 tahun keatas atau usia 60 tahun
keatas dengan masalah kesehatan
4. Ciri – ciri lansia
Adapun ciri – ciri adalah sebagai berikut:
a. Lansia merupakan periode kemunduran sebagian datang dari faktor
fisik dan faktor psikologis, motivasi memiliki peran yang penting
dalam kemunduran pada lansia. Misalnya lansia yang memiliki yang
rendah dalam melakukan kegiatan, maka akan mempercapat proses
kemunduran fisik, akan tetapi ada juga lansia yang memiliki motivasi
yang tinggi, maka kemunduran fisik pada lansia akan lebih lama.
b. Lansia yang memilik status kelompok minoritas. Kondisi sebagai
akibat dari sikap sosial yang tidak menyenangkan terhadap lansia dan
diperkuat oleh pendapat yang kurang baik, misalnya lansia lebih
senang mempertahankan pendapatnya maka sikap sosial masyarakat
menjadi negatif, tetapi ada juga lansia yang mempunyai tenggang rasa
kepada orang lain sehingga sikap sosial masyarakat menjadi positif.

5
c. Menua membutuhkan perubahan peran. Perubahan tersebut dilakukan
Karena lansia mulai mengalami kemunduran dalam segala hal.
Perubahan peran pada lansia sebaiknya dilakukan atas dasar keinginan
sendiri bukan atas dasar tekanan dari lingkungan. Misalnya lansia
menduduki jabatan sosial di masyarakat sebagai ketua RW, sebaliknya
masyarakat tidak memberhentikan lansia seabagai ketua RW karena
usianya.
d. Penyesuaian yang buruk pada lansia. Perlakuan yang buruk terhadap
lansia membuat mereka cenderung mengembangkan konsep diri yang
buruk sehingga dapat memperlihatkan bentuk perilaku yang buruk
akibat dari perlakuan yang buruk itu membuat penyesuaian diri lansia
menjadi buruk pula.
5. Perkembangan lansia
Usia lanjut merupakan usia yang mendekati akhir siklus kehidupan
manusia didunia. Tahap ini dimulai dari 60 tahun sampai akhir kehidupan.
Lansia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan, semua orang
akan mengalami proses menjadi tua (tahap penuaan). Masa tua merupakan
masa hidup manusia terakhir, dimana pada masa ini seseorang mengalami
kemunduran fisik, mental dan sosial sedikit demi sedikit sehingga tidak
dapat melakukan tugasnya sehari – hari (tahap penurunan). Penuaan
meruapakan perubahan kumulatif pada mahluk hidup, termasuk tubuh,
jaringan dan sel, yang mengalami penurunan kapasitas fungsional. Pada
manusia penuaan dihubungkan dengan perubahan degeneratif pada kulit,
tulang, jantung, pembuluh darah, paru – paru, saraf dan jaringan tubuh
lainnya. Dengan kemampuan regeneratif yang terbatas, mereka lebih
rentan terhadap berbagai penyakit, sindroma dan kesakitan dibandingkan
dengan orang dewasa lainnya.
6. Permasalahan lansia di Indonesia
Jumlah lansia di Indonesia tahun 2014 mencapai 18 juta jiwa dan
diperkirakan akan meningkat menjadi 41 juta jiwa ditahun 2035 serta lebih
dari 80 juta jiwa di tahun 2050. Tahun 2050 satu dari empat penduduk

6
Indonesia adalah penduduk lansia dan lebih mudah menemukan penduduk
lansia dibandingkan bayi atau balita. Sedangkan sebaran penduduk lansia
pada tahun 2010, lansia yang tinggal diperkotaan sebesar 12.380.321
(9,58%) dan yang tinggal di pedesaan sebesar 15.612.232 (9,97%).
Terdapat perbedaan cukup besar antara lansia yang tinggal di perkotaan
dan di pedesaan. Perkiraan tahun 2020 jumlah lansia tetap mengalami
kenaikan yaitu sebesar 28.822.879 (11,34%), dengan sebaran lansia yang
tinggal di perkotaan lebih besar yaitu sebanyak 15.714.952 (11,20%)
dibandingakan dengan yang tinggal di pedesaan yaitu sebanyak
13.107.927 (11,51%). Kecenderungan meningkatnya lansia yang tinggal
di perkotaan ini dapat disebabkan bahwa banyak perbedaan antara rural
dan urban.

B. Konsep Dasar Gastritis


1. Anatomi Saluran Pencernaan
Anatomi saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan
(faring), kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan
anus. (Anderson, 1999).

7
Mulut merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan
air. Mulut merupakan bagian awal dari sistem pencernaan lengkap dan
jalan masuk untuk system pencernaan yang berakhir di anus. Bagian
dalam dari mulut dilapisi oleh selaput lendir. Pengecapan dirasakan oleh
organ perasa yang terdapat di permukaan lidah. Tenggorokan merupakan
penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan. Didalam lengkung
faring terdapat tonsil (amandel) yaitu kelenjar limfe yang banyak
mengandung kelenjar limfosit dan merupakan pertahanan terhadap
infeksi, disini terletak bersimpangan antara jalan nafas dan jalan
makanan.
Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang
dilalui sewaktu makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung.
Makanan berjalan melalui kerongkongan dengan menggunakan proses
peristaltik.
Lambung merupakan organ otot berongga yang besar, yang terdiri
dari tiga bagian yaitu kardia, fundus dan atrium. Lambung berfungsi
sebagai gudang makanan, yang berkontraksi secara ritmik untuk
mencampur makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel yang melapisi
lambung menghasilkan 3 zat penting yaitu lendir, asam klorida (HCL),
dan prekusor pepsin (enzim yang memecahkan protein). Lendir
melindungi sel – sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung dan
asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang diperlukan
oleh pepsin guna memecah protein. Keasaman lambung yang tinggi juga
berperan sebagai penghalang terhadap infeksi dengan cara membunuh
berbagai bakteri. Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran
pencernaan yang terletak di antara lambung dan usus besar. Usus halus
terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari (duodenum), usus kosong
(jejunum), dan usus penyerapan (ileum).
Usus besar atau kolon adalah bagian usus antara usus buntu dan
rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses. Usus

8
besar terdiri dari kolon asendens (kanan), kolon transversum, kolon
desendens (kiri), kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum).
Rektum adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar
(setelah kolon sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai
tempat penyimpanan sementara feses. Pembukaan dan penutupan anus
diatur oleh otot sphingter. Feses dibuang dari tubuh melalui proses
defekasi (buang air besar) yang merupakan fungsi utama anus (Anderson,
1999).
2. Pengertian
Gastritis adalah peradangan lokal pada mukosa lambung, yang
berkembang bila mekanisme proktektif mukosa di penuhi dengan bakteri
atau bahan iritan lain. (Wijaya & yessie 2013). Gastritis adalah suatu
peradang permukaan mukosa lambung yang bersifat akut dengan
kerusakan Erosive karena hanya pada bagian mukosa (Inaya 2014).
Gastritis merupakan suatu peradangan mukosa lambung yang bersifat
akut, kronik, difus atau lokal, dengan karakteristik anoreksia, perasaan
penuh di perut, tidak nyaman pada epigastrum, mual dan muntah
(Suratun SKM, 2010).
3. Etiologi
Gastritis disebabkan oleh infeksi kuman Helicibacter Pilory dan
pada awal infeksi mukosa lambung menunjukan respon inflamasi akut
jika di abaikan akan menjadi kronik (Sudoyo Aru,dkk 2009). Dapat di
catat bahwa faktor etiologi atau faktor penyebab gastritis sampai saat ini
adalah sebagai berikut :
a. Gastritis akut
Gastritis akut di sebabkan oleh beberapa faktor dari luar
misalnya bahan kimia, oleh termis, iritasi bacterial dan lain-lain. pada
sebagian besar karena gastritis erosif misalnya trauma yang luas
operasi besar, gagal ginjal, gagal nafas dan penyakit hati yang berat.
Gastritis akut disebabkan karena makanan dan minuman yang panas
atau yang dapat merusak pada mukosa lambung, misalnya alcohol,

9
salisilat, keracunan makanan yang mengandung toksin stafilokok dan
lain-lain (Hadi Sujono 2013:183).
Endotoksin bakteri (setelah menelan makanan
terkontaminasi), kafein, alohol, dan aspirin merupakan agen pencetus
yang lazim infeksi Helicobacter Pilory lebih sering di anggap sebagai
penyebab gastritis akut. Organisme tersebut melekat pada epitel
lambung dan menghacurkan mukosa pelindung, meninggalkan daerah
epitel yang gundul. Obat lain juga terlibat, misalnya anti inflamasih
non steroid misalnya Indometarin, Ibuprofen, Nakrosen, Sulfonamida,
Steroid dan Etanol juga di ketahui sawar mukosa lambung (Silvia
A.2006:87).
b. Gastritis kronik
Dua aspek penting sebagia etiologi gastristis kronis yakni aspek
imunulogis dan aspek mikrobiologis :
Aspek imunologis hubungan antara system imun dan gastritis
kronik menjadi jelas dengan di temukannya auto antibody terhadap
factor intrisik lambung dan sel parietal ( Parietal Cell Antibodi) pada
pasien anemia pernisosa. Antibodi terhadap sel parietal lebih dekat
hubungannya dengan gastritis kronik korpus dapat menyebar ke
atrium dan hipergastirenia. Gastritis autoimun adalah diagnosa
histology karena secara endoskopik amat sukar menentukannya
kecuali sudah amat lanjut. Hipergasterinemia yang terjadi terus
menerus dan hebatnya dapat memicu timbulnya karsinoid gastritis,
tipe ini sulit di jumpai.
Aspek bakteriologi agar cepat dapat mengetahui keberadaan bakteri
pada gastritis, biopsi harus di laksanakan waktu pasien tidak mendapat
anti mikroba selama 4 (empat) minggu terakhir. Bakteri yang paling
penting penyebab gastritis adalah Helicobacter Pylory. Gastritis yang
ada hubungannya dengan Helicobacter Pilory lebih sering di jumpai
dan merupakan gastritis tipe ini. Atrofi mukosa lambung dapat terjadi
pada banyak kasus setelah bertahun-tahun mendapat infeksi

10
Helicobacter Pilory. Atropi terbatas pada atrium pada korpus atau
mengenai keduanya dalam stadium ini pemeriksaan serologi terhadap
Helicobacter Pilory. Lebih sering member hasil negatif. Kejadian
gastritis kronik sampai saat ini penyebabnya belum di ketahui dengan
pasti oleh karena itu faktor etiologi yang tertentu mungkin dapat di
jumpai pada semua macam gastritis sebagai penyebab di antaranya:
karena infeksi stafilokokkus dan pada akhirnya dapat menjadi kronik,
kemudian karena infeksi pada sinus, dan pada alcohol terjadi kelainan
pada mukosa sehingga menyebabkan gastritis erosive hemoragik yang
berat.
Gastritis dapat di golongkan menjadi dua tipe yaitu gastritis tipe A dan
gastritis tipe B tipe A sering di sebut sebagai gastritis auto imun di
akibatkan adanya sel parietal yang menimbulkan atropi dan infiltrasi
seluler. hal ini di hubungkan dengan penyakit auto imun seperti
anemia pernisosa dan terjadi fundus korpus pada lambung. Tipe B
kadang di sebut Helicobacter Pylori mempengaruhi atrium pylorus
ujung bawah dekat dedenum. faktor lain seperti diet makan pedas atau
makan tidak teratur panas penggunaan obat-obatan dan alkohol,
merokok atau refleks usus ke dalam lambung (Brunerr dan
suddarth,2002:1062).
4. Manifestasi klinik
Manisfestasi klinik bervariasi mulai dari keluhan ringan hingga
muncul pendarahan pada saluran cerna bagian atas atau bahkan pada
beberapa pasien tidak menimbulkan gejalah yang khas. Manisfestasi
gastritis akut dan kronik hampir sama seperti dibawah ini:
a. Anoreksia
b. Rasa penuh
c. Nyeri pada epigastrium
d. Mual dan muntah
e. Sendawa
f. Hematemasis.

11
5. Patofisiologi gastritis

12
Lambung berisi asam yang menyebabkan sebagian besar mikroorganisme
tidak mampu berkolonisasi. Namun peneliti membukikan bahwa
masih cukup banyak sepsis bakteri yang dapat memanfaatkan lambung
sebagai tempat tinggal, salah satu diantaranya kuman Helicobacter Pilory.
Kuman ini mempunyai sifat khusus tinggal pada lapisan mukus
dipermukaan epitel atau mukosa lambung. Infeksi kuman Helicobacter
Pilory dalam lambung menimbulkan kelainan melalui efek sitotoksik
lambung sehingga timbul kerusakan mukosa lambung, reaksi inflamasi
kronik serta respon imunologis yang menyebabkan penurunan resistensi
mukosa. Reaksi tubuh terhadap infeksi Helicobacter Pilory dapat berupa
kerusakan (direct injuri) pada mukosa lambung, atau melewati raeksi
imunologis (Anonim 2007).

6. Pemeriksaan Diagnostik

a. Endoskopi, khususnya gastroduodenoskopi. Hasil pemeriksaan akan


ditemukan gambaran mukosa sembab, merah, mudah berdarah atau
terdapat perdarahan spontan, erosi mukosa yang bervariasi.

b. Histopatologi. Pada pemeriksaan histoptologi kerusakan mukosa


karena erosi tidak pernah melewati mukosa muskularis. Ciri khas
gastritis erosif ialah sembuh sempurna dan terjadi dalam waktu yang
relatif singkat. Oleh karena itu pemeriksaan endoskopi , sebaiknya
dilakukan seawal mungkin.

c. Radiologi dengan kontras ganda, meskipun kadang dilakukan tapi


tidak maksimal

d. Laboraturium Pemeriksaan laboratorium tidak terlalu spesifik untuk


penderita gastritis, tetapi dapat dilakukan untuk melihat adanya
anemia bila terjadi perdarahan. Batas serum gastrin biasanya
menurun atau normal. Serum vitamin B 12 dapat dikaji untuk
melihat kekurangan vitamin B 12.

7. Penatalaksanaan Medis

13
a. Istirahat baring

b. Diet makanan cair, setelah hari ketiga boleh makan makanan lunak.
Hindari bahan-bahan yang merangsang.

c. Bila mual muntah, dapat diberikan antiemetik seperti dimenhidrinat


50 – 100 mg per-os atau klorpromazin 10-20 mg per-os. Bila
disebabkan oleh kuman-kuman, berikan antibiotika yang sesuai.

d. Bila nyeri tidak hilang denga antasida, berikan oksitosin tablet 15


menit sebelum makan.

e. Berikan obat antikolinergik bila asam lambung berlebihan.

8. Komplikasi

a. Perdarahan saluran cerna bagian atas yang merupakan kedaruratan


medis. Kadang-kadang perdarahannya cukup banyak sehingga dapat
menyebabkan kematian.

b. Terjadinya ulkus, kalau prosesnya hebat.

c. Jarang terjadi perforasi.

II. Konsep Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Gastritis

A. Pengkajian

1. Identitas klien

Identitas klien yang biasa dikaji pada klien dengan demensia adalah
usia (tempat/ tanggal lahir) karena banyak klien lansia yang
mengalami demensia. Identitas lainnya yang perlu ditanyakan adalah
nama lengkap, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku
bangsa, pendidikan terakhir, diagnosis medis (bila ada), alamat.
2. Keluhan utama
Keluhan utama yang sering ditemukan pada klien dengan masalah
penyakit gastritis adalah nyeri uluh hati. Keluhan yang menyertai :
mual dan muntah anoreksia pola makan yang salah, dan stress.

14
3. Riwayat kesehatan sekarang
Pengumpulan data dilakukan dengan cara menanyakan keluhan
utama yang muncul pada klien biasanya adalah nyeri perut pada
bagian epigastrium, selain itu biasanya klien juga merasakan
perasaan tidak nyaman pada perut, mual, muntah, serta
bersendawa. Durasi dan onset keluhan yang dirasakan, kualitas
dan kuantitas keluhan, perjalanan penyakit, riwayat pengobatan
untuk mengurangi keluhan yang dirasakan pasien.
4. Riwayat kesehatan dahulu
Pada pengkajian ini dapat ditemukan faktor-faktor atau penyebab
munculnya gastritis, selain itu perlu ditanyakan apakah klien
perna di rawat di puskesmas atau di rumah sakit dengan penyakit
lain.
5. Riwayat kesehatan keluarga
Kaji tentang adakah dari generasi terdahulu yang mengalami
keluhan yang sama dengan klien.
6. Pengkajian nyeri/kenyamanan
Pengkajian nyeri atau kenyamanan dilakukan dengan
menanyakan kepada klien bagaimana nyeri dirasakan apakah
tajam, dangkal, rasa terbakar, perih atau nyeri hebat. Nyeri yang
dirasakan menjalar atau tidak, serta lokasi menjalarnya. Nyeri
dirasakan berapa lama. Bagaimana sikap klien atau tindakan
untuk mengurangi nyeri yang dirasakan. Faktor-faktor pencetus
yang bisa memicu nyeri.
7. Riwatan Psikososial
Kaji respons emosi klien terhadap penyakit dan peranya dalam
keluarga dan masyarakat. Klien ini dapat terganggu kualitas
hidupnya karena nyeri yang diraskan .Kebutuhan tidur dan
istirahat juga harus di kaji, selain lingkungan, lama tidur,
kebiasaan, kesulitan dan penggunaan obat tidur.
8. Pemeriksaan fisik

15
Setelah melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik sangat berguna
untuk mendukung data anamnesis. Pemeriksaan fisik secara
umum meliputi :
keadaan umum klien: keadaan klien lansia yang mengalami
gastritis biasanya lemah.
Kesadaran : kesadaran klien biasanya composmentis.
Tanda-tanda vital : suhu tubuh dalam batas normal atau
meningkat > 37,2 C, nadi dalam rentang normal, pernafasan
dalam rentang normal atau meningkat.

a. Integumen
Pemeriksaan integument yang diperhatikan meliputi warna
kulit apakah ada ikterus atau pucat.
b. Kepala
Pemeriksaan kepala yang diperhatikan meliputi bentuk
kepala, apakah ada benjolan pada kepala, warna rambut.
c. Mata
Pemeriksaan mata yang diperhatikan meliputi apakah ada
gangguan penglihatan, masih mampu membaca, apakah
menggunakan kaca mata, perlu diperiksa apakah mata ada
konjungtiva anemis atau sklera ikterik.
d. Telinga
Pemeriksaan telinga yang diperhatikan meliputi bentuk
telinga simetris antara kanan dan kiri, fungsi pendengaran
serta apakah klien menggunakan alat bantu pendengaran.
e. Mulut dan tenggorok
Pemeriksaan mulut dan tenggorok yang diperhatikan
meliputi bibir tampak pecah-pecah, halitosis, gangguan
menelan, jumlah gigi, masih mampu mengunyah makanan
padat.
f. Leher
Pemeriksaan leher yang diperhatikan meliputi JVP,

16
pembesaran KGB, dan apakah terdapat benjolan pada leher.
g. Sistem Pernapasan
Pemeriksaan sistem pernapasan yang diperhatikan meliputi
bentuk dada normal, simetris antara kanan dan kiri, bunyi paru,
suara paru dan frekuensi pernapasan.
h. Sistem Kardiovaskuler
Pemeriksaan sistem kardiovaskuler meliputi bunyi jantung,
ada bunyi tambahan, irama jantung, dan tekanan darah.
i. Sistem Gastrointestinal
Pemeriksaan sistem gastrointestinal yang diperhatikan
meliputi apakah klien masih mampu menelan makanan
padat, keluhan dalam menelan makanan, jumlah gigi, suara
peristaltic, bentuk abdomen, nyeri tekan, perkusi abdomen.
j. Sistem Perkemihan
Pemeriksaan sistem perkemihan yang diperhatikan meliputi
frekuensi miksi, warna urin, keluhan nyeri ketika BAK.
k. Sistem Muskuloskeletal
Pemeriksaan sistem muskuloskeletal yang diperhatikan
meliputi ada atau tidak kifosis pada tulang punggungnya.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencidera fisiologis
2. Hipovolemia berhubungan dengan kekurangan intake cairan
3. Risiko defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan
mencerna makanan

17
C. Intervensi Keperawatan

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


DIAGNOSE
No TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
KEPERAWATAN
( SLKI ) (SIKI)
1. Setelah dilakukan Tindakan SIKI : Manajemen Jalan Napas
1. Keperawatan selama…….. x ……
11. jam, diharapkan pasien mampu Aktivitas Keperawatan:
menunjukkan : Observasi
SLKI: Terapeutik
 Dipertahankan pada level Edukasi
 Ditingkatkan ke level Kolaborasi
1=
2=
3=
4=
5=
Dengan Kriteria Hasil :

2. Setelah dilakukan Tindakan SIKI : Manajemen Jalan Napas

18
Keperawatan selama…….. x ……
jam, diharapkan pasien mampu Aktivitas Keperawatan:
menunjukkan : Observasi
SLKI: Terapeutik
 Dipertahankan pada level Edukasi
 Ditingkatkan ke level Kolaborasi
1=
2=
3=
4=
5=
Dengan Kriteria Hasil :

3. Setelah dilakukan Tindakan SIKI : Manajemen Jalan Napas


Keperawatan selama…….. x ……
jam, diharapkan pasien mampu Aktivitas Keperawatan:
menunjukkan : Observasi
SLKI: Terapeutik
 Dipertahankan pada level Edukasi

19
 Ditingkatkan ke level Kolaborasi
1=
2=
3=
4=
5=
Dengan Kriteria Hasil :

20
21
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Gastritis adalah peradangan lokal pada mukosa lambung, yang
berkembang bila mekanisme proktektif mukosa di penuhi dengan bakteri atau
bahan iritan lain. (Wijaya & yessie 2013). Gastritis adalah suatu peradang
permukaan mukosa lambung yang bersifat akut dengan kerusakan Erosive
karena hanya pada bagian mukosa (Inaya 2014). Gastritis merupakan suatu
peradangan mukosa lambung yang bersifat akut, kronik, difus atau lokal,
dengan karakteristik anoreksia, perasaan penuh di perut, tidak nyaman pada
epigastrum, mual dan muntah (Suratun SKM, 2010).

B. Saran
Dari teori di atas hendaknya kita sebagai perawat selalu mempelajari ilmu
baru terkait keperawatan gerontik untuk mendapatkan efektifitas yang lebih
bagus dalam merawat pasien dengan gangguan gastritis. Penulis juga
berharap dengan adanya makalah ini mampu meningkatakn motivasi perawat
gerontik untuk selalu bekerja dengan ikhlas dan dapat menerapkan asuhan
keperawatan dengan kasus gastritis pada klien lansia di lingkungan serta
rumah sakit yang ada.

22
DAFTAR PUSTAKA

Anderson,2013, Anatomi Fisiologi Tubuh Manusia, Jones and Barret Publisher


Boston, EdisiBahasa Indonesia, Jakarta, EGC
Brunner and Suddarth. (2012). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8
volume 2.Jakarta : EGC
Budiono dan Pertami SB. 2015. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : Bumi
Medika Depkes RI. 2015. Buku Pedoman Pemeliharaan Kesehatan Usia Lanjut.
Jakarta : Kementrian Kesehatan RI
Dinkes Kota Kendari. 2014. Jumlah Penderita Gastritis di Kota Kendari
Effendi. F & Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas : Teori dan
Praktek Dalam Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Hadi, Sujono. 2013. Gastritis dalam Gasteriologi. Bandung Publishing
Inaya, Iin. (2014) Asuhan Keperawatan Pada klien dengan Gangguan Sistem
Pencernaan. Jakarta : Salemba Medika
Nugroho, Wahjudi. 2008. Keperawatan Gerontik & Geriatrik. Edisi 3. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC
Nurarif AH dan Kusuma H. 2013. Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis. Mediaction Publishing
Saratum, Lusiana. (2010). Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan
Sistem Gastrointestinal. Jakarta : Trans Info Media
SDKI. 2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Dewan Pengurus Pusat
SLKI. 2017. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Dewan Pengurus Pusat
Sudoyo. (2014). Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Interna Publishing. Jakarta : EGC

Sylvia , M, Lorraine. (2016). Patofisiologi Edisi 6 Vol 2 Konsep Klinis


Proses-Proses Penyakit. Jakarta : EGC Wijaya, & Yessie, M. P. (2013).

23

Anda mungkin juga menyukai