Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.R DENGAN GASTRITIS DI


RUANGAN GUNUNG 7 RSU MAYJEN H.A THALIB
KABUPAEN KERINCI

NAMA KELOMPOK :
M.FARIS HELGUSMAN
JASMARDIANTI
ELVA SUSANTI
RATNA WIDIYAWATI
MONIKA TRI UTAMI
WEZA YETIKA

PROGRAM STUDI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KESEHATAN MASYARAKAT
INSTITUT KESEHATAN PRIMA NUSANTARA BUKITTINGGI
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji serta syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat

dan karunia-Nya dengan disertai do’a dan restu, akhirnya penyusun dapat

menyelesaikan Penyusun mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada kepada pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ilmiah ini

serta dari referensi buku-buku sumber yang berkaitan dengan. Tugas

Keperawatan Medikal Bedah I .

Harapan penyusun semoga makalah ilmiah ini membantu menambah

pengetahuan dan pengalaman bagi para mahasiswa-mahasiswi, dan lingkungan

sekitar kampus. Penyusun menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna ,

baik dalam penyusunannya maupun dalam tata bahasa yang dipergunakann serta

isinya, mengingat terbatasnya pengetahuan yang penyusun miliki. Dalam

penelitian ini penyusun telah berusaha sebaik-baiknya, namun tidak luput dari

kekurangan-kekurangan. Penyusun dengan senang hati menerima kritik dan saran

yang membangun dari pembaca.

Kerinci, 22 Juli 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................2
C. Tujuan Penulisan.......................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Definisi......................................................................................................3
B. Etiologi......................................................................................................3
C. Patofisiologi...............................................................................................4
D. Klasifikasi..................................................................................................9
E. Manifestasi Klinis ....................................................................................10
F. Komplikasi...............................................................................................11
G. Prognosis..................................................................................................11
H. Pemeriksaan Penunjang............................................................................12
I. Penatalaksanaan........................................................................................13

BAB III TINJAUAN KASUS


A. Terlampir..................................................................................................15

BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengkajian..............................................................................................16
B. Diagnosa.................................................................................................17
C. Intervensi................................................................................................18
D. Implementasi..........................................................................................19
E. Evaluasi..................................................................................................20

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan...............................................................................................22
B. Saran.........................................................................................................23

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kasus dengan gastritis merupakan salah satu jenis kasus yang

umumnya diderita oleh kalangan remaja, khususnya penyakit ini

meningkat pada kalangan mahasiswa. disebabkan oleh berbagai faktor

misalnya tidak teraturnya pola makan, gaya hidup yang salah dan

meningkatnya aktivitas (tugas perkuliahan) sehingga mahasiswa tersebut

tidak sempat untuk mengatur pola makannya dan malas untuk makan

(Fahrur, 2009).

Gejala yang umum terjadi pada penderita gastritis adalah rasa tidak

nyaman pada perut, perut kembung, sakit kepala dan mual yang dapat

menggangu aktivitas sehari-hari, rasa tak nyaman di epigastrium, nausea,

muntah, Perih atau sakit seperti terbakar pada perut bagian atas yang dapat

menjadi lebih baik atau lebih buruk ketika makan, hilang selera makan,

bersendawa, dan kembung. Dapat pula disertai demam, menggigil

(kedinginan), cegukan (hiccups) Bila penyakit gastritis ini terus dibiarkan,

akan berakibat semakin parah dan akhirnya asam lambung akan membuat

luka-luka (ulkus) yang dikenal dengan tukak lambung. Bahkan bisa juga

disertai muntah darah (Arifianto, 2009).

1
2

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan gastritis ?

2. Bagaimana penyebab dari gastritis ?

3. Apa gejala yang ditimbulkan dari gastritis ?

4. Bagaimana patofisiologis gastritis akut dan gastritis kronik ?

5. Bagaimana klasifikasi gastritis?

6. Bagaimana prognosis gastritis?

7. Apa saja pemeriksaan penunjang gastritis?

8. Pengobatan apa yang dilakukan untuk penyakit gastritis ?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui definisi dari gastritis

2. Untuk mengetahui penyebab terjadinya peradangan lambung (gastritis)

3. Untuk mengetahui gejala-gejala dari gastritis

4. Untuk mengetahui patofisiologi gastritis akut dan gastritis kronik

5. Untuk mengetahui klasifikasi gastritis?

6. Untuk mengetahui a prognosis gastritis?

7. Untuk mengetahui apa saja pemeriksaan penunjang gastritis?

8. Untuk mengetahui pengobatan yang dapat dilakukan untuk penderita

gastritist.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Suatu peradangan mukosa lambung yang bersifat akut, kronik difus

atau lokal dengan karakteristik anoreksia, rasa penuh, tidak enak pada

epigastrium, mual dan muntah. Gastritis adalah inflamasi mukosa

lambung, sering akibat diet yang sembarangan. Biasanya individu ini

makan terlalu banyak atau terlalu cepat atau makan-makanan yang terlalu

berbumbu atau mengandung mikroorganisme penyebab

Gastritis adalah inflamasi mukosa lambung, seiring terjadi akibat

diid sembrono, makan terlalu banyak atau terlalu cepat atau makan

makanan yang terlalu berbumbu atau yang mengandung mikroorgnisme

penyebab penyakit, disamping itu penyebab lain meliputi alcohol, aspirasi,

refluks empedu, terapi radiasi

B. Etiologi

Penyebab dari Gastritis dapat dibedakan sesuai dengan

klasifikasinya sebagai berikut :

1. Gastritis Akut

Penyebabnya adalah obat analgetik, anti inflamasi terutama aspirin

(aspirin yang dosis rendah sudah dapat menyebabkan erosi mukosa

3
4

lambung). Bahan kimia misal : lisol, alkohol, merokok, kafein lada,

steroid dan digitalis.

2. Gastritis Kronik

Penyebab dan patogenesis pada umumnya belum diketahui.

Gastritis ini merupakan kejadian biasa pada orang tua, tapi di duga

pada peminum alkohol, dan merokok.

C. Patafisiologi

1. Gastritis Akut

Banyak faktor yang menyebabkan gastritis akut,seperti beberapa

jenis obat,alkohol,bakteri,virus,jamur,stres akut,radiasi,alergi atau

intoksikasi dari bahan makanan dan minuman garam

empedu,iskemia,dan trauma langsung.

a. Obat-obatan,seperti obat -inflamasi nonsteroid/OAINS

(Indometasin, Ibuprotein dan Asam Salisilat),

sulfonamide,streoid,kokain,agen kemoterapi (Mitomisin,5 fluoro-

2-deoxyuridine),salisilat,dan digitalis bersifat mengiritasi mukosa

lambung

b. Minuman beralkohol:seperti whisky,vodka,dan gin

c. Infeksi bakteri: seperti H.pylori (paling sering), H.heimanii ,

streptococci, staphylococci, proteus spesicies, clostridium species,

E.coli, Tuberculosis, dan secondary syphflis

d. Infeksi virus oleh sitomegalovirus


5

e. Infeksi jamur,seperti candidiasis,Histoplasmosis,dan phycomycosis

f. Stres fisik yang disebabkan oleh luka bakar, sepsis, trauma,

pembedahan, gagal napas, gagal ginjal, kerusakan susunan saraf

pusat, dan refluks usus-lambung.

g. Makanan dan minuman yang bersifat iritan.Makanan berbumbu

dan minuman dengan kandungan kafein dan alkohol merupakan

agen-agen penyebab iritasi mukosa lambung.

h. Garam empedu,terjadi pada kondisi refluks garam

empedu(komponen penting alkali untuk aktivasi enzim-enzim

gastrointestinal)dari usus kecil kemukosa lambung sehingga

menimbulakan respons peradangan mukosa.

i. Iskemia,hal ini berhubungan dengan akibat penurunan aliran darah

kelambung.

j. Trauma langsung lambung,berhubungan dengan keseimbangan

antara agresi dan mekanisme pertahanan untuk menjaga integritas

mukosa,yang dapat menimbulkan respons peradangan pada

mukosa lambung

Secara patofisiologi,ada beberapa faktor yang dapat

menyebabkan kerusakan mukosa lambung,meliputi:(1) kerusakan

mukosa barrier,yang menyebabkan difusi balik ion H+ meningkat(2)

perfusi mukosa lambung yang terganggu :dan (3) jumlah asam

lambung yang tinggi


6

Faktor-faktor tersebut biasanya tidak berdiri

sendiri,contohnya,stres fisik akan menyebabkan perfusi mukosa

lambung terganggu sehingga timbul daerah-daerah infark-kecil:tidak

terganggu.Hal tersebut yang membedakannya dengan gastritis erosif

karena bahan kimia atau obat.Pada gastritis refluks,gastritis karena

bahan kima dan obat menyebabkan mucosal barier rusak sehingga

difusi balik ion H+ meninggi.Suasana asam yang terdapat pada lumen

lambung akan mempercepat kerusakan mucosal barrier oleh cairan

usus .

Pada kondisi dimana pasien mengonsumsi alkohol bersamaan

dengan aspirin,efeknya akan lebih merusak dibandingkan dengan efek

masing-masing agen tersebut secara terpisah.Gastritis erosif

hemoragik difus biasanya terjadi pada peminum alkohol berat dan

pengguna aspirin,kondisi tersebut dapat menyebabkan perlunya

dilakukan reseksi lambung.Penyakit yang serius ini akan dianggap

sebagai ulkus akibat stres,karena keduanya memiliki banyak

persamaan (Amin H.N. dan Hardhi Kusuma. 2016).

Gastritis erosif akut (disebut juga gastritis reaktif) dapat terjadi

karena pajanan beberapa faktor atau agen termasuk OAINS, kokain,

refluks garam empedu,iskemia,radiasi yang mengakibatkan kondisi

hemoragi,erosi,dan ulkus.Akibat pengaruh gravitasi,agen ini akan

berada pada bagian distal atau yang terdekat dengan area akumulasi

gen.Mekanisme utama dari injuri adalah penurunan sistesis


7

prostaglandin yang bertanggung jawab memproteksi mukosa dari

pengaruh asam lambung.Pengaruh pada kondisi lama akan

menyebabkan terjadinya fibrosis dan striktur pada bagian distal (Amin

H.N. dan Hardhi Kusuma. 2016).

Infeksi bakteri merupakan penyebab lain yang dapat meningkat

peradangan pada mukosa lambung.Helicobacter pylory merupakan

bakteri utama yang paling sering menyebabkan terjadinya gastritis

akut.Prevalensi terjadinya infeksi oleh H.pylori pada individu

tergantung dari faktor usia,sosioekonomi,dan ras.Pada beberapa studi

di Amerika serikat,didapatkan infeksi H.pylori pada anak-anak sebesar

20%,pada usia 40 tahunan sebesar 50%,dan pada usia lanjut sebesar

60%.

Hal ini menggambarkan bahwa semakin meningkatnya

usia,maka akan semakin meningkat pula rasio mengalami infeksi

H.pylori.Proses bagaimana bakteri ini melakukan transmisi pada

manusia masih belum diketahui secara pasti,tetapi pada beberapa studi

dipercaya bahwa transimisi bakteri antara individu satu ke individu

lain dapat terjadi melalui rute oral-fekal,selain itu,dapat juga karena

mengkonsumsi air atau makanan yang terkontaminasi.Kondisi ini

sering terjadi pada pasien dengan golongan ekonomi rendah,akibat

buruknya sanitasi dan buruknya status higiene nutrisi.


8

Gastritis akut akibat infeksi H.pylori biasanya bersifat

asimtomatik.Bakteri yang masuk akan memproteksi dirinya dengan

lapisan mukus.Proteksi lapisan ini akan menutupi mukosa lambung

dan melindungi dari asam lambung.Penetrasi atau daya tembus bakteri

kelapisan mukosa menyebabkan tejadinya kontak dengan sel-sel

epitelial lambung dan terjadi adhesi (perlengketan) sehingga

menghasilkan respons peradangan – melalui pengaktifan enzim untuk

mengaktifkan IL-8.Hal tersebut menyebabkan fungsi barier lambung

terganggu dan terjadilah gastritis akut.

Gastritis pada tuberkulosa berubungan dengan adanya

penurunan fungsi imun dan akibat umum dari gangguan sistem

pernapasan.Infeksi virus dari sitomegalovirus dan infeksi jamur terjadi

pada beberapa pasien dengan penurunan imunitas seperti kanker

pascatransplantasi organ,dan AIDS.Kondisi-kondisi tersebut

meningkatkan resiko terjadinya gastritis kronis.

Kondisi tersebut akan menimbulkan terjadinya respons

peradangan lokal,dimana mukosa memerah,edematosa dan ditutupi

oleh mukus yang melekat,erosi kecil,serta perdarahan (sering

timbul).Derajat peradangan sangat bervariasi dan menimbulkan

berbagai masalah keperawatan pada pasien.


9

2. Gastritis Kronis

Helicobacter pylori merupakan bakteri gram negatif.

Organisme ini menyerang sel permukaan gaster, memperberat

timbulnya desquamasi sel dan muncullah respon radang kronis pada

gaster yaitu: destruksi kelenjar dan metaplasia. Metaplasia adalah salah

satu mekanisme pertahanan tubuh terhadap iritasi, yaitu dengan

mengganti sel mukosa gaster, misalnya dengan sel desquamosa yang

lebih kuat. Karena sel desquamosa lebih kuat maka elastisitasnya juga

berkurang.

Pada saat mencerna makanan, lambung melakukan gerakan

peristaltik tetapi karena sel penggantinya tidak elastis maka akan

timbul kekakuan yang pada akhirnya menimbulkan rasa nyeri.

Metaplasia ini juga menyebabkan hilangnya sel mukosa pada lapisan

lambung, sehingga akan menyebabkan kerusakan pembuluh darah

lapisan mukosa. Kerusakan pembuluh darah ini akan menimbulkan

perdarahan.

D. Klasifikasi

Gastritis dibagi menjadi 2 yaitu:

1. Gastritis akut

Salah satu bentuk gastritis akut yang sering dijumpai di klinik ialah

gastritis akut erosif. Gastritis akut erosif adalah suatu peradangan


10

mukosa lambung yang akut dengan kerusakan-kerusakan erosif.

Disebut erosif apabila kerusakan yang terjadi tidak lebih dalam

daripada mukosa muskularis.

2. Gastritis kronis

Gastritis kronis adalah suatu peradangan bagian permukaan

mukosa lambung yang menahun (Amin H.N. dan Hardhi Kusuma.

2016). Gastritis kronis adalah suatu peradangan bagian permukaan

mukosa lambung yang berkepanjangan yang disebabkan baik oleh

ulkus lambung jinak maupun ganas atau oleh bakteri helicobacter

pylori (Brunner dan Suddart, 2000, hal: 188).

Gastritis kronis dibagi dalam tipe A dan B. Gastritis tipe A mampu

menghasilkan imun sendiri, tipe ini dikaitkan dengan atropi dari

kelenjar lambung dan penurunan mucosa. Penurunan pada sekresi

gastrik mempengaruhi produksi antibodi. Anemia Pernisiosa

berkembang dengan proses ini. Sedangkan Gastritis tipe B lebih lazim,

tipe ini dikaitkan dengan infeksi bakteri Helicobacter Pylori, yang

menimbulkan ulkus pada dinding lambung.

E. Manifestasi Klinis

1. Gastritis akut

Rasa nyeri pada epigastrium yang mungkin ditambah mual. Nyeri

dapat timbul kembali bila perut kosong. Saat nyeri penderita


11

berkeringat, gelisah, sakit perut dan mungkin disertai peningkatan suhu

tubuh, tachicardi, sianosis, persaan seperti terbakar pada epigastrium,

kejng-kejng dan lemah.

2. Gastritis kronis

Tanda dan gejala hanpir sam dengan gastrritis akut, hanya disertai

dengan penurunan berat badan, nyeri dada, enemia nyeri, seperti ulkus

peptikum dan dapat terjdi aklohidrasi, kadar gastrium serum tinggi.

F. Komplikasi

Komplikasi yang timbul pada Gastritis Akut, yaitu perdarahan

saluran cerna bagian atas (SCBA) berupa hemotemesis dan melena,

berakhir dengan syock hemoragik, terjadi ulkus, kalau prosesnya hebat

dan jarang terjadi perforasi. Gangguan cairan ketika terjadi muntah hebat.

Komplikasi yang timbul Gastritis Kronik, yaitu gangguan

penyerapan vitamin B 12, akibat kurang pencerapan, B 12 menyebabkan

anemia pernesiosa, penyerapan besi terganggu dan penyempitan daerah

antrum pylorus. Ulkus peptikum juga keganasan lambung.

G. Prognosis

1. Gastritis akut umumnya sembuh dalam waktu beberapa hari.

2. Insidensi ulkus lambung dan kanker lambung meningkat pada gastritis

kronis tipe A.
12

3. Gastritis dapat menimbulkan komplikasi pedarahan saluran cerna dan

gejala klinis yang berulang.

H. Pemeriksaan Penunjang

1. Endoskopi : akan tampak erosi multi yang sebagian biasanya berdarah

dan letaknyatersebar.

2. Pemeriksaan Hispatologi : akan tampak kerusakan mukosa karena

erosi tidak pernahmelewati mukosa muskularis.

3. Biopsi mukosa lambung

4. Analisa cairan lambung :untuk mengetahui tingkat sekresi HCL,

sekresi HCL menurun pada kliendengan gastritis kronik.

5. Pemeriksaan barium

6. Radiologi abdomen

7. Kadar Hb, Ht, Pepsinogen darah

8. Feces bila melena

9. EGD (Esofagogastriduodenoskopi) = tes diagnostik kunci

untukperdarahan GI atas, dilakukan untuk melihat sisi perdarahan /

derajat ulkus jaringan / cedera.

10. Minum barium dengan foto rontgen = dilakukan untuk membedakan

diganosa penyebab / sisi lesi..

11. Angiografi = vaskularisasi GI dapat dilihat bila endoskopi tidak dapat

disimpulkan atau tidak dapat dilakukan. Menunjukkan sirkulasi

kolatera dan kemungkinan isi perdarahan.


13

12. Amilase serum = meningkat dengan ulkus duodenal, kadar rendah

diduga gastritis

I. Penatalaksanaan

Secara umum adalah menghilangkan faktor utama yaitu

etiologinya, diet lambung dengan porsi kecil dan sering, serta Obat-obatan.

Secara spesifik dibedakan :

1. Gastritis Akut

a. Pantang minum alkohol dan makan sampai gejala-gejala

menghilang; ubah menjadi diet yang tidak mengiritasi.

b. Jika gejala-gejala menetap, mungkin diperlukan cairan IV.

c. Jika terdapat perdarahan, penatalaksanaannya serupa dengan

hemoragie yang terjadi pada saluran gastrointestinal bagian atas.

d. Pembedahan darurat mungkin diperlukan untuk mengangkat

gangren atau perforasi.

e. Jika gastritis terjadi akibat menelan asam kuat atau alkali, encerkan

dan netralkan asam dengan antasida umum

f. Jika gastritis terjadi akibat menelan basa kuat, gunakan sari buah

jeruk yang encer atau cuka yang di encerkan.

g. Jika korosi parah, hindari emetik dan bilas lambung karena bahaya

perforasi.

2. Gastritis Kronis

a. Modifikasi diet, reduksi stress, dan farmakoterapi.


14

b. H. phylory mungkin diatasi dengan antibiotik (mis; tetrasiklin atau

amoxicillin) dan garam bismuth (pepto bismol)


BAB III

TINJAUAN KASUS

TERLAMPIR

15
BAB IV

PEMBAHASAN

Dalam bab ini akan dibahas mengenai kesenjangan yang kelompok

dapatkan antara konsep dasar teori dan kasus nyata Ny.R di ruangan Gunung

Tujuh RSU Mayjen H.A Thalib Kabupaten Kerinci. Pembahasan yang kelompok

lakukan meliputi pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi dan evaluasi.

A. Pengkajian

Budiono (2015), menjelaskan bahwa pengkajian adalah tahap awal

dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis

dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi

dan mengidentifikasi status kesehatan klien dan merupakan dasar

pemikiran dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan

kebutuhan klien. Pengkajian yang lengkap, dan sistematis sesuai dengan

fakta dan kondisi yang ada pada klien sangat penting untuk merumuskan

suatu diagnosis keperawatan dan dalam memberikan asuhan keperawatan

sesuai dengan respon individu.

Kegiatan pengkajian yang dilakukan oleh seorang perawat dalam

pengumpulan data dasar, yaitu mengkaji identitas atau biodata klien.

Pengumpulan data merupakan suatu kegiatan untuk menghimpun

informasi tentang status kesehatan klien. Status kesehatan klien yang

normal maupun yang senjang hendaknya dapat dikumpulkan. Hal ini

dimaksudkan untuk mengidentifikasi pola fungsi klien, baik yang efektif

16
17

optimal maupun yang bermasalah. Dalam pengumpulan data penulis

menggunakan metode wawancara dengan Ny.R, observasi secara langsung

terhadap kemampuan dan perilaku Ny.R, serta dari status Ny.R. Selain itu

keluarga juga berperan sebagai sumber data yang mendukung dalam

memberikan asuhan keperawatan pada Ny.R.

B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan penilaian klinis tentang respon

individu, keluarga atau komunitas terhadap masalah kesehatan atau proses

kehidupan aktual ataupun potensial sebagai dasar pemilihan intervensi

keperawatan untuk mencapai hasil tempat perawat bertanggung jawab

(Budiono, 2015).

Pada kasus ini penulis mengangkat 3 diagnosa utama yaitu :

1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Diagnosa ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

pada Ny.R didukung dengan data subjektif klien mengatakan kurang

nafsu makan lebih kurang sejak 2 minggu yang lalu, klien mengatakan

merasa mual jika makan dan klian mengatakan dan klien mengatakan

tidak minat dengan makanan. Selain itu juga didukung dengan data

objektif klien tampak lemas, makanan yang dihabiskan hanya 3

sendok, klian tampak mual dan muntah dan berat badan klien turun 3

kg.
18

2. Hipertermi

Diagnosa hipertermi pada Ny.R didukung dengan data subjektif

keluraga klien mengatakan demam Ny.R naik turun sejak 2 minggu

yang lalu, klien mengeluh badannya terasa panas dan klien

mengatakan kepalanya terasa pusing. Selain itu juga didukung

dengan data objektif tanda-tanda vital klien tekanan darah 100/80

mmHg, suhu 37,6oC, nadi 74 x/menit, pernafasan 22 x/menit, kulit

teraba hangat dank lien tampak berkeringat.

3. Intoleransi aktifitas

Diagnosa intoleransi aktivitas pada Ny.R didukung dengan data

subjektif yaitu klien mengatakan tidak mampu beraktifitas tanpa

bantuan kleuraga, klien mengatakan pusing saat beraktifitas dan klien

mengtakan badanya terasa lemas. Selain itu juga didukung dengan data

objektif yaitu klien tampak terbaring bed, klien tampak lemah,

kekuatan otot menurun dank lien tampak dibantu keluraga saat

beraktivitas.

C. Intervensi

Intervensi adalah pengembangan strategi desain untuk mencegah,

mengurangi, dan mengatasi masalah-masalah yang telah diidentifikasi

dalam diagnosis keperawatan. Desain perencanaan menggambarkan sejauh

mana perawat mampu menetapkan cara menyelesaikan masalah dengan

efektif dan efisien (Budiono, 2015).


19

Intervensi keperawatan yang dilakukan pada Ny.R yang pertaman

untuk diagnosa ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

adalah dengan merencanakan tindakan berdasarkan majemen nutrisi dan

manajemen gangguan makan. Keduan untuk diagnosa hipertermi adalah

dengan merencanakan tindakan berdasarkan perawatan demam dan

perawatan suhu. Ketiga untuk diagnosa intoleransi aktivitas adalah dengan

merencanakan tindakan berdasarkan manajemen energy dan relaksasi otot

progresif.

D. Implementasi

Implementasi adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai

yujuan yang telah ditetapkan. Kegiatan dalam implementasi juga meliputi

pengumpilan data berkelanjutan, mengobservasi respon klien selama dan

sesudah pelaksanaan tindakan, serta menilai data yang baru (Budiono,

2015).

Implementasi keperawatan yang dilaksanakan pada tanggal 10-11

Juli 2021 sesuai dengan rencana tindakan keperawatan. Untuk masalah

ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada Ny.R sudah

dilakukan implementasi yaitu mengidentifikasi adanya alergi atau

intoleransi, mengobservasi klien selama dan sesudah pemberian makanan,

berkolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk mengembangkan perawatan

dengan melibatkan klien dan orang terdekatnya dengan depat, memonitor

intake dan output dengan tepat, mendorong klien untuk mendiskusikan


20

makanan yang disukai dengan ahli gizi dan melakukan dan membantu

pasien dalam perawatan mulut sebelum makan.

Setelah itu, untuk masalah hipertermi pada Ny.R sudah dilakukan

implementasi yaitu mendorong konsumsi cairan, memonitor suhu paling

tidak setiap 2 jam sekali, memantau suhu dan tanda-tanda vital, memberi

obat atau cairan IV, memonitor suhu dan kulit.

Kemudian untuk masalah intoleransi aktivitas pada Ny.R sudah

dilakukan implementasi yaitu mengkaji status fisiologis pasien yang

menyebabkan kelelahan, memonitor/catat waktu dan lama istirahat atau

tidur pasien, membatasi jumlah pengunjung, menginstruksikan klien

memakai pakaian yang nyaman dan tidak ketat, menganjurkan klien

mengungkapkan secara verbal mengenai keterbatasan yang dialami dan

memilih intervensi untuk mengurangi keluhan baik secara farmakologi

atau nonfarmakologi.

E. Evaluasi

Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan

keadaan pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang

di harapkan pada tahap perencanaan (Budiono, 2015). Untuk masalah

ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, nafsu makan

Ny.R sudah mulai membaik, mual juga sudah berkurang dan juga minat

klien terhadap makanan sudah mulai meningkat. Kemudian untuk masalah

hipertermi, klien mengatakan panas tubuhnya sudah turun, badan klien


21

sudah tidak terasa panas dan kepala klian sudah tidak terlalu pusing.

Terakhir untuk masalah intoleransi aktivitas, Ny.R dalam beraktivitas

masih dibantu oleh keluarga, kepala pusing saat beraktivitas sudah

berkurang dan badan sudah tidar teralu lemas.


BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan dari asuhan keperawatan yang diberikan pada

Ny.R dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Pengkajian pada Ny. R dilakukan pada tanggal 10 Juli 2021.

Dimana

informasi yang didapatkan dari klien, keluarga dan studi dokumentasi.

2. Dari hasil pengkajian maka dapat ditegakkan diagnosa keperawatan

pada Ny.R adalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh, hipertermi dan intoleransi aktivitas. Diagnosa keperawatan

ditegakkan berdasarkan dari tanda dan gejala yang ditunjukkan oleh klien.

3. Rencana asuhan keperawatan disusun berdasarkan diagnosa

keperawatan yang ditegakkan dan sesuai dengan standar asuhan

keperawatan KMB I.

4. Implementasi keperawatan yang dilaksanakan dari tanggal 10-11 Juli

2021 sesuai dengan rencana tindakan keperawatan yang telah disusun

dan dilaksanakan sesuai format KMB I.

5. Pada evaluasi SOAP untuk diagnosa ketidakseimbangan nutrisi kurang

dari kebutuhan tubuh, hipertermi dan intoleransi aktivitas, semua

masalah keperawatan sudah teratasi sebagian. Karena dari keluhan

yang dirasakan Ny.R semuanya sudah berkurang.

B. SARAN

22
23

Untuk meningkatkan mutu asuhan keperawatan, kelompok menyarankan:

1. Kelompok selanjutnya diharapkan dapat memanfaatkan waktu secara

efektif dan efisien untuk melaksanakan asuhan keperawatan secara

optimal. Selain itu perlu juga dipahami konsep teoritis agar

penegakan diagnosa lebih cepat.

2. Perawat dan mahasiswa sebaiknya melanjutkan perawatan klien

sesuai dengan intervensi yang telah dilakukan sebelumnya agar

intervensi yang telah disusun dapat diimplementasikan secara

berkelanjutan.

3. Instansi pendidikan dan klinik memberikan pengarahan agar lebih

maksimal dalam menerapkan dan memberikan asuhan keperawatan.


DAFTAR PUSTAKA

Budiono. 2015. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : Bumi Medika

Brunner & Suddath. 2006. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Vol II.
Jakarta : EGC

Moorhead, dkk. (2013). Nursing Outcomess Calssification (NOC). 5th edition.


Indonesia : Mocomedia.

Herdman, T.H & Shigemi Kamitsuru. 2015. Nanda international Inc. Diagnosis
keperawatan : Definisi & Klasifikasi 2015-2017. Ed. 10. Jakarta :
EGC.

Bulechek, dkk. 2013. Nursing Interventions Calssification (NIC). 6th edition.


Indonesia : Mocomedia.

Amin H.N. dan Hardhi Kusuma. 2016. Asuhan Keperawatan Praktis Berdasarkan
Penerapan Diagnosia Nanda, Nic, Noc Dalam Berbagai Kasus. Edisi
Revisi Jilid 1. Jogjakarta : Mediaction.

Anda mungkin juga menyukai