Anda di halaman 1dari 20

GASTRITIS

MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi tugas Keperawatan Medikal Bedah I
Diploma III Keperawatan

Disusun Oleh : Kelompok 7

 Alifa Ramadanti
 Choirunisa Suci Rumandani
 Dwi Meiyanti
 Tiara Amanda

AKADEMI KEPERAWATAN PELNI


JAKARTA
Jl. Aipda KS Tubun 92-94 Jakarta Barat
Telp. 021.5484809 Fax. 5485709
TAHUN AJARAN 2017/2018
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum, wr.wb.
Segala puji dan rasa syukur tak lupa kami panjatkan kepada Allah swt. Karena nikmat
yang diberikan, terutama nikmat sehat jasmani dan rohani serta nikmat iman dan islam. Karena
nikmat-Nya itulah kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “Gastritis” tepat pada
waktunya dengan baik dan benar serta sesuai prosedur. Penulisan makalah ini merupakan salah
satu tugas kelompok yang di berikan beliau kepada kami sebagai materi kuliah Keperawatan
Medikal Bedah I yang harus di pahami dan di mengerti maksudnya.
Kami menyadari segala kekurangan dalam penyusunan makalah ini baik secara materi
maupun dalam penggunaan kata bahasanya. Oleh sebab itu demi kesempurnaan dan perbaikan
dalam penyusunan makalah ini, kami menerima kritik dan saran dari pembaca. Semoga makalah
ini bermanfaat dalam proses belajar dan mengajar
Wassalamu’alaikum wr.wb

Jakarta, Oktober 2017

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................................... i

DAFTAR ISI ...................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1

1.1. Latar Belakang ..................................................................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah ................................................................................................................ 1

1.3. Tujuan................................................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................... 2

2.1. Pengertian Gastritis .............................................................................................................. 2

2.1.1. Jenis-Jenis Gastritis .......................................................................................................... 2

2.2. Etiologi/Penyebab Gastritis .................................................................................................. 5

2.3. Penatalaksanaan Medis Gastritis .......................................................................................... 6

2.4. Patofisiologi Gastritis ........................................................................................................... 7

2.5. Pengkajian Pada Pasien Gastritis ......................................................................................... 8

2.6. Diagnosa Keperawatan Pada Pasien Gastritis .................................................................... 11

2.7. Perencanaan dan Implementasi Pada Pasien Gastritis ....................................................... 11

2.8. Evaluasi .............................................................................................................................. 15

BAB III PENUTUP ...................................................................................................................... 16

3.1. Kesimpulan......................................................................................................................... 16

3.2. Saran ................................................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 17

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Gastritis atau yang umum dikenal dengan sebutan Maag adalah penyakit yang sering
terjadi di masyarakat, namun begitu penyakit ini sering diremehkan dan disepelekan oleh
penderitanya. Pada kenyataannya, penyakit gastritis tidak bisa diremehkan. Gastritis adalah
penyakit pencernaan pada lambung yang dikarenakan oleh produksi asam lambung yang
berlebihan. Hal ini mengakibatkan imflamasi atau peradangan dari mukosa lambung.
Penderitanya merasa akan merasa perutnya perih dan mulas di daerah sekitar ulu hati. Jika hal
ini dibiarkan dan diabaikan berlarut-larut maka akan memicu erosi mukosa lambung. Dalam
beberapa kasus gastritis dapat menyebabkan bisul (ulkus) pada lambung dan peningkatan
kanker perut.
Berdasarkan penjelasan diatas maka kelompok kami akan menjelaskan tentang penyakit
gastritis, penyebab penyakit gastritis, dan lain-lain.

1.2. Rumusan Masalah


a. Apa itu penyakit gastritis?
b. Apa etiologi/penyebab gastritis?
c. Bagaimana penatalaksanaan medis pada gastritis?
d. Bagaimana patofisiologi penyakit gastritis?
e. Bagaimana pengkajian pada pasien gastritis?
f. Bagaimana diagnosa pada pasien gastritis?
g. Bagaimana perencanaan pada pasien gastritis?
h. Bagaimana evaluasi pada pasien gastritis?

1.3. Tujuan
a. Untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan medical bedah I
b. Untuk mengetahui pengertian gastritis
c. Untuk mengetahui etiologi/penyebab gastritis
d. Untuk mengetahui penatalaksanaan medis pada gastritis
e. Untuk mengetahui patofisiologi penyakit gastritis
f. Untuk mengetahui pengkajian pada pasien gastritis
g. Untuk mengetahui diagnosa pada pasien gastritis

1
h. Untuk mengetahui perencanaan pada pasien gastritis
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Gastritis


Gastritis adalah suatu keadaan peradangan atau perdarahan mukosa lambung yang dapat
bersifat akut dan kronik (Price dan Wilson, 2012 hal 492). Secara sederhana definisi gastritis
adalah proses inflamasi pada mukosa dan submukosa lambung. Gastritis merupakan
gangguan kesehatan yang paling sering dijumpai di klinik karena diagnosisnya sering hanya
berdasarkan gejala klinis bukan pemeriksaan histopatologi.
Gastritis merupakan suatu peradangan mukosa lambung paling sering diakibatkan oleh
ketidakterarturan diet, misalnya makan terlalu banyak dan cepat atau makan makanan yang
terlalu berbumbu atau terinfeksi oleh penyebab yang lain seperti alkohol, aspirin, refluks
empedu atau terapi radiasi (Smeltzer dan Suzanne C, 2002 hal : 1062).

2.1.1. Jenis-Jenis Gastritis


1. Gastritis Akut
Gastritis akut merupakan penyakit yang sering ditemukan, biasanya bersifat
jinak dan swasirna; merupakan respons mukosa lambung terhadap berbagai iritan lokal.
Gastritis (inflamasi mukosa lambung) sering akibat diet yang sembrono. Individu ini
makan terlalu banyak atau lerlalu cepat atau makan makanan yang terlalu berbumbu
atau mengandung mikroorganisme penyebab penyakit.
Penyebab lain dari gastritis akut mencakup endotoksin bakteri (setelah menelan
makanan terkontaminasi), kafein, alkohol, aspirin, refluks empedu, atau terapi radiasi
merupakan agen pencetus yang lazim. Infeksi H.pylori lebih sering dianggap sebagai
penyebab gastritis akut. Organisme tersebut melekat pada epitel lambung dan
menghancurkan lapisan mukosa pelindung, meninggalkan daerah epitel yang gundul.
Obat lain juga terlibat, misalnya anti inflamasi nonsteroid (NSAID; mis., indometasin,
ibuprofen, naproksen), sulfonamida, steroid, dan digitalis. Asam empedu, enzim
pankreas, dan etanol juga diketahui mengganggu sawar mukosa lambung.
Apabila alkohol diminum bersama dengan aspirin maka efeknya akan lebih
merusak dibandingkan dengan efek masing-masing agen tersebut bila diminum secara
terpisah. Gastritis erosive hemoragik difus biasanya terjadi pada peminum berat dan
pengguna aspirin, dan dapat menyebabkan perlunya reseksi lambung.

2
Bentuk akut dari gastritis mungkn terlihat dengan mual dan muntah,
ketidaknyamanan epigastrium, perdarahan, kelesuan, dan anoreksia. Biasanya berasal
dari zat korosif, erosive, atau infeksius.
Bentuk terberat dari gastritits akut disebabkan oleh mencerna asam atau alkali
kuat, yang dapat menyebabkan mukosa menjadi gangren atau perforasi. Pembentukan
jaringan parut dapat terjadi, yang mengakibatkan obstruksi pilprus. Gastritis juga
merupakan tanda pertama dari infeksi sistemik akut.
Patofisiologi dan Manifestasi Klinis. Penyebab yang paling umum dari
gastritis akut adalah infeksi. Pathogen termasuk Helicobacter pylori, Escherichia coli,
Proteus, Haemophilus, streptokokus, dan stafilokokus. Lapisan lambung normalnya
melindungi lambung dari infeksi. Jika asam lambung tersebut ditembus dengan
inflamasi dan nekrosis, maka terjadilah infeksi sehingga terdapat luka pada mukosa.
Membran mukosa lambung menjadi edema dan hiperemik (kongesti dengan
jaringan, cairan, dan darah) dan mengalami erosi superfisial, bagian ini mensekresi
sejumlah getah lambung, yang mengandung sangat sedikit asam tetapi banyak mukus.
Ulserasi superfisial dapat terjadi dan dapat menimbulkan hemoragi. Pasien dapat
mengalami ketidaknyamanan, sakit kepala, malas, mual, dan anoreksia, sering disertai
dengan rauniah dan cegukan.
Mukosa lambung mampu memperbaiki diri sendiri setelah mengalami gastritis.
Kadang-kadang, hemoragi memerlukan intervensi bedah. Bila makanan pengiritasi
tidak dimumahkan tetapi mencapai usus, dapat mengakibatkan kolik dan diare.
Biasanya, pasien sembuh kira-kira sehari, meskipun napsu makan mungkin menurun
selama 2 atau 3 hari kemudian.
Manifestasi klinis gastritis akut dapat bervariasi dari keluhan abdomen yang
tidak jelas, seperti anoreksia, bersendawa, atau mual, sampai gejala yang lebih berat
seperti nyeri epigastrium, muntah, perdarahan, dan hematemesis. Pada beberapa kasus,
bila gejala-gejala menetap dan resisten terhadap pengobatan, mungkin diperlukan
tindakan diagnostik tambahan seperti endoskopi, biopsi mukosa, dan analisis cairan
lambung imtuk memperjelas diagnosis.
Gastritis akut biasanya mereda bila agen penyebabnya dihilangkan. Obat anti
muntah dapat membantu menghilangkan mual dan muntah. Bila pendeiita tetap
muntah, mungkin perlu koreksi keseimbangan cairan dan elektrolit dengan
memberikan infus intravena. Penggunaan obat penghambat-H2 (misalnya ranitidine,
untuk mengurangi sekresi asam), antasid (untuk menetralkan asam yang tersekresi),

3
dan sukralfat (untuk melapisi daerah inflamasi atau ulserasi) dapat mempercepat
penyembuhan.

2. Gastritis Kronik
Inflamasi lambung yang lama dapat disebabkan oleh ulkus benigna atau maligna
dari lambung, atau oleh bakteri Helicobacter pylory (H. pyjory). Gastritis kronis
muncul dalam 3 stadium, yaitu :
a) Gastritis superfisial  Perubahan inflamasi terbatas pada permukaan mukosa
yang menyebabkan eritemia, edema mukosa dengan erosi kecil dan perdarahan.
Kelenjar lambung masih utuh pada stadium ini.
b) Gastritis atrofi  Inflamasi meluas lebih dalam ke mukosa dengan kerusakan
kelenjar yang progresif. Gastritis ini biasanya terdapat pada penderita anemia
pernisiosa yang dicirikan dengan penurunan jumlah sel utama dan sel parietal
(sel utama mengeluarkan enzim pencernaan/pepsin lambung)
c) Gastritis hipertrofi atau atrofi lambung  Infiltrat inflamasi yang
memproduksi mukosa yang kusam dan nodular dengan ruga tidak teratur,
menebal atau nodular; mukosa mungkin tipis dengan pembuluh darah yang
terlihat jelas. Perdarahan sering terjadi. Kelenjar lambung mengalami
transformasi pada stadium ini, dan perubahan metafisik factor prodisposisi
penting untuk kanker lambung.
Patofisiologi. Berdasarkan daerah yang terlibat, gastritis kronis dapat
diklasifikasikan sebagai tipe A atau tipe B. Tipe A (sering disebut sebagai gastritis
autoimun) diakibatkan dari perubahan sel parietal, yang menimbulkan atrofi dan
infiltrasi seluler. Hal ini dihubungkan dengan penyakit autoimun seperti anemia
pernisiosa dan terjadi pada fundus atau kardiak dari lambung. Gastritis kronis tipe A
lebih sering terjadi pada penderita yang berusia tua. Tipe B (merupaan bentuk paling
umum gastritis dan kadang disebut sebagai gastritis H. pylori) mempengaruhi antrum
dan pilorus (ujung bawah lambung dekat duodenum). Ini dihubungkan dengan bakteri
H. pylori; faktor diet seperti minum panas atau pedas;penggunaan obat-obatan dan
alkohol; merokok; ataurefluks isi usus kedalam lambung.
Manifestasi Klinis. Pasien dengan gastritis tipe A secara khusus asimtomatik
kecuali untuk gejala defisiensi vitamin B12. Pada gastritis tipe B, pasien mengeluh
anoreksia (napsu makan buruk), nyeri ulu hati setelah makan, kembung, rasa asam di
mulut, atau mual dan muntah.

4
Evaluasi Diagnostik. Gastritis tipe A dihubungkan dengan aklorhidria atau
hipoklorhidria (kadar asam hidroklorida tidak ada atau rendah), sedangkan gastritis
tipe B dihubungkan dengan hiperklorhidria (kadar tinggi dari asam hidroklorida).
Diagnosis dapat ditentukan dengan endoskopi, serangkaian pemeriksaan sinar-x
gastrointestinal (GI) atas, dan pemeriksaan histologis. Tindakan diagnostik untuk
mendeteksi H. pylori mencakup tes serologis untuk antibodi terhadap antigen H. pylori
dan tes pernapasan.

2.2. Etiologi/Penyebab Gastritis


1. Infeksi Bakteri : keracunan makanan disebabkan oleh organisme staphylococcus,
streptococcus, helicobacter pylori, Escherichia coli, proteus, haemophilus
2. Mengkonsumsi terlalu banyak makanan dan minuman yang dapat merangsang
lambung : teh, kopi, mustard, paprika, cengkeh, merica, makanan dengan tekstur kasar
atau dimakan pada suhu tinggi, makan-makanan yang mengandung gas, pedes, asam
dan merokok.
3. Obat kemoterapi dan terapi radiasi : perawatan terhadap kanker seperti kemoterapi dan
radiasi dapat mengakibatkan peradangan pada dinding lambung yang selanjutnya dapat
berkembang menjadi gastritis dan peptic ulcer.
4. Pengunaan kokain : kokain dapat merusak lambung dan menyebabkan pendarahan dan
gastritis
5. Stress fisik : streess fisik akibat pembedahan besar, luka trauma, luka bakar atau infeksi
berat dapat menyebabkan gastritis dan juga pendarahan pada lambung
6. Terdapat beberapa jenis virus yang dapat menginfeksi mukosa lambung misalnya
enteric rotavirus dan calicivirus. Kedua jenis virus tersebut dapat menimbulkan
gastroenteritis, tetapi secara histopatologi tidak spesifik. Hanya cytomegalovirus yang
dapat menimbulkan gambaran histopatologi yang yang khas infeksi cytomegalovirus
pada gaster biasanya mempakan bagian dari infeksi pada banyak organ lain, terutama
pada organ muda dan imunocompromized.
7. Jamur Candida species, Histoplasma capsulatum dan Mukonaceae dapat menginfeksi
mukosa gaster hanya pada pasien immuno compromized. Pasien yang system imunnya
baik biasanya tidak dapat terinfeksi oleh jamur. Sama dengan jamur, mukosa lambung
bukan tempat yang mudah terkena infeksi parasit.
8. Pemakaian obat penghilang nyeri secara teru menerus : Obat-obatan antiinflamasi
nonsteriodal (NSAID) seperti steroid, aspirin, ibuprofen dan naproxen

5
2.3. Penatalaksanaan Medis Gastritis
Gastritis akut diatasi dengan menginstruksikan pasien untuk menghindari alkohol dan
makanan sampai gejala berkurang. Bila pasien mampu makan melalui mulut, diet
mengandung gizi dianjurkan. Bila gejala menetap, cairan perlu diberikan secara parenteral.
Bila perdarahan terjadi, maka penatalaksanaan adalah serupa dengan prosedur yang dilakukan
untuk hemoragi saluran gastrointestinal atas. Bila gastritis diakibatkan oleh mencerna
makanan yang, sangat asam atau alkali, pengobatan terdiri dari pengenceran dan
penetralisasian agen penyebab.
- Untuk menetralisasi asam, digunakan antasida umum (mis., aluminium hidroksida);
untuk menetralisasi alkali, digunakan jus lemon encer atau cuka encer.
- Bika korosi luas atau berat, emetik dan lavase dihindari karena bahaya perforasi.
Terapi pendukung mencakup intubasi, analgesik dan sedatif, antasida, serta cairan
intravena. Endoskopi fiberoptik mungkin diperlukan. Pembedahan darurat mungkin
diperlukan untuk mengangkat gangren atau jaringan perforasi. Gastrojejunostomi atau reseksi
lambung mungkin diperlukan untuk mengatasi obstruksi pilorus.
Gastritis kronis diatasi dengan memodifikasi diet pasien, meningkatkan istirahat,
mengurangi stres, dan memulai farmakoterapi. H. pylori dapat diatasi dengan antibiotik
(seperti tetrasiklin atau amoksisilin) dan garam bismut (Pepto-Bismol). Pasien dengan
gastritis A biasa nya mengalami malabsorpsi vitamin B12 yang disebabkan oleh adanya
antibodi terhadap faktor intrinsik.
Penatalaksanaan medis gastritis menurut Black (Black, 2014 Edisi 8 hal : 102), yaitu :
1. Konservatif
a. Farmakoterapi
Jika infeksi oleh Helicobacter pylori : antibiotik (amoksisilin, klaritromisin,
tetrasiklin, dan subsalisilat bismuth/peptobismol digunakan denga antibiotik) dan obat
anti-tukak (omeprazole dan metronidazole). Antasida merupakan obat bebas yang
dapat berbrntuk cairan atau tablet dan merupakan obat yang umum dipakai untuk
mengatasi gastritis ringan. Antasida menetralisir asam lambung dan dapat
menghilangkan rasa sakit akibat asam lambung dengan cepat : Maalox, Maaloxplus,
Gelusil, Mylanta, Riopan, Riopanplus, Gaviscon)
Penghambat asam lambung/ Antagonis Reseptor H2/ARH2 : Cimetidine,
ranitidine, nizatidine atau famotidine untuk mengurangi jumlah asam lambung yang
diproduksi.

6
b. Non farmakoterapi
Diit lambung I diberikan pada penderita gastritis berat yang disertai pendarahan,
jenis makanan : bubur saring yang diberikan setiap 3 jam sekali. Diit lambung II
untuk penderita akut yang sudah dalam perawatan, jenis makanan : lunak diberikan
setiap 3 jam sekali. Diit lambung III untuk penderita gastritis yang tidak begitu berat
atau ringan, jenis makanan : TIM diberikan 6 jam sekali. Diit lambung IV ini
diberikan pada penderita gastritis, jenis makanan : TIM dan nasi ketika mual, muntah
dan kembung menghilang perlahan kembali ke diet normal, penurunan stress dan
istirahat.
2. Operatif
Gastrectomi parsial membolehkan regurgitasi isi alkalin duodenum, sehingga
menetralkan asam lambung, indikasi : karsinoma lambung dan gastric ulcer
Vagotomi dilakukan untuk menghilangkan rangsangan sekresi asam ke sel
lambung, indikasi : apabila terapi medik gagal atau terjadinya komplikasi seperti
perdarahan, perforasi, dan obstruksi

2.4. Patofisiologi Gastritis


Penyebab paling umum gastritis adalah infeksi. Patogen termasuk Helicobacter pylori,
Escherichia coli, Proteus, Haemophitus, Streptokokus, dan Stafilokokus. Lapisan mukosa
lambung normalnya melindunginya dari asam lambung, sementara asam lambung melindungi
lambung dari infeksi. Jiak asam lambung tersebut ditembus dengan inflamasi dan nekrosis,
maka terjadilah infeksi, sehingga terdapat luka pada mukosa. Ketika asam hidroklorida (asam
lambung) mengenai mukosa lambung, maka terjadi luka pada pembuluh kecil yang diikuti
dengan edema, perdarahan, dan mungkin juga terbentuk ulkus (Black, 2014 hal: 102).
Dapat di sebabkan juga oleh obat-obatan golongan NSAID menghambat enzim COX-1
(enzim cyclooxygenase) mengakibatkan penurunan prostaglandin yang bertanggung jawab
terhadap perlindungan mukosa dengan keadaan mukosa yang tidak terlindungi oleh
prostaglandin maka terjadilah penghancuran epitel sawar dilambung sehingga asam kembali
berdifusi ke mukosa lambung, terjadilah penghancuran mukosa yang merangsang nervus
vagus untuk peningkatan pepsin asam dan histamine, peningkatan pepsin akan
menghancurkan kapiler dan vena-vena kecil yang akan mengakibatkan perdarahan dan
hematemesis, peningkatan histamine akan menimbulkan rasa mual, pusat muntah menerima
rangsangan aferen dari traktusgastrointestinal dari batang otak pusat korteks, terutama
apparatus labirin dan dari zona pencetus kemoreseptor. Lintasan eferen pada nervus vagus

7
(pada laring, faring, esophagus, lambung) lambung memainkan peranan pasif dalam vomitus
dan kekuatan ejeksi yang dihasilkan oleh muscularabdomen dengan relaksasi fundus lambung
dan sfingter gastroesogafus, peningkatan tajam tekanan intraabdomen ditimbulkan oleh
kontraksi kuat diafragma serta otot-otot dinding abdomen. Keadaan ini bersamaan dengan
kontraksi anuler pylorus lambung menghasilkan ekspulsi isi lambung kedalam esophagus.
Peningkatan tekanan intratorakal mengakibatkan gerakan lebih lanjut di lambung ke mulut.
Dengan iritasi yang terus menerus maka akan timbul komplikasi yaitu perdarahan, masuknya
zat-zat seperti asam dan basa kuatberdifat korosif mengakibatkan peradangan dan nekrosis
pada dinding lambung, nekrosis dapat mengakibatkan perforasi dinding lambung akan
mengakibatkan perdarahan dan peritonitis (Holmes, 1991).

2.5. Pengkajian Pada Pasien Gastritis


Selama mengumpulkan riwayat, perawat menanyakan tentang tanda dan gejala pada
pasien. Apakah pasien mengalami nyeri ulu hati, tidak dapat.makan, mual atau muntah?
Apakah gejala terjadi pada waktu kapan saja, sebelum atau sesudah makan, setelah mencerna
makanan pedas atau pengiritasi, atau setelah mencerna obat tertentu atau alkohol? Apakah
gejala berhubungan dengan ansietas, stres, alergi, makan atau minum lerlalu banyak, atau
makan terlalu cepat? Bagaimana gejala hilang? Adakah riwayat penyakit lambung
sebelumnya atau pembedahan lambung? Riwayat diet ditambah jenis diet yang baru dimakan
selama 72 jam, akan membantu. Riwayat lengkap sangai penting dalam membantu perawat
untuk mengidentifikasi apakah kelebihan diet atau diet sembrono yang diketahui,
berhubungan dengan gejala saat ini, apakah orang lain pada lingkungan pasien mempunyai
gejala serupa, apakah pasien memuntahkan darah, dan apakah elemen penyebab yang
diketahui telah tertelan.
Tanda yang diketahui selama pemeriksaan fisik mencakup nyeri tekan abdomen,
dehidrasi (perubahan turgor kulit, membran mukosa kering), dan bukti adanya gangguan
sistemik dapat menyebabkan gejala gastritis. Lamanya waktu dimana gejala saat ini hilang
dan metode yang digunakan oleh pasien untuk mengatasi gejala, serta efekefeknya, juga
diidentifikasi.
Pengkajian Perawat menurut Doengoes Marilynn E, 2012 dalam bukunya meliputi :
1. Aktifitas/Istirahat
Gangguan pola tidur misalkan insomnia, kelemahan, perasaan hiper atau ansietas,
peningkatan aktivitas atau partisipasi dalam latihan energi tinggi.

8
2. Sirkulasi
Perasaan ingin meskipun pada ruangan hangat, tekanan darah rendah, takikardia,
bradikardia, distrimia.
3. Integritas Ego
Ketidakberdayaan/putus asa, gangguan (tak nyata gambaran diri, melaporkan diri sendiri
sebagai gendut, terus menerus memikirkan bentuk tubuh).
4. Eliminasi
Diare, nyeri abdomen tak jelas dan distress, kembung, penggunaan laksatif/diuretik
5. Makanan/Cairan
Lapar terus menerus atau menyangka lapar, nafsu makan normal atau meningkat (kadang
menghilang atau gangguan lanjut), penurunan berat badan 15% tak realistis
6. Hygine
Peningkatan rambut atau kehilangan rambut, kuku rapuh, tanda erosi email gigi, kondisi
gusi buruk.
7. Neurosensor
Afek tepat, kecuali tentang tubuh dan makan, afek depresi, perubahan mental karena
perubahan malnutrisi.
8. Nyeri/Kenyamanan
Sakit kepala, nyeri abdomen kiri
9. Keamanan
10. Interaksi sosial
Latar belakang kelas menengah atau atas, ayah pasif/ibu dominan, anggota keluarga dekat
kebersamaan dijunjung tinggi, batas pribadi tidak dihargai, riwayat menjadi diam,
mengalami upaya mendapat ketakutan, rasa tak berdaya.
11. Seksualitas
Tidak ada sedikitnya 3 siklus menstruasi berturut-turut, menyangkal/kehilangan minat
seksual, atrofi payudara.
12. Penyuluhan/Pembelajaran
Riwayat keluarga lebih dari normal untuk insiden depresi, timbul penyakit biasanya
antara usia 10-22 tahun, prestasi akdemik tinggi.
13. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan radiologi terdiri dari :
1) EGD (Esofagogastroduodenoskopi) : untuk perdarahan GI atas, dilakukan untuk
melihat perdarahan gastrointestinal atas sisi perdarahan/derajat ulkus jaringan.

9
2) Minum barium dengan foto rontgen : dilakukan untuk membedakan diagnosa
penyebab atau sisi luka.
3) Analisa Gaster : untuk menentukan adanya darah mengkaji aktivitas seksretori
mukosa gaster, peningkatan asam hidrolik dan pembentukan asam nokturnal
penyebab ulkus duodenal.
4) Angiografi : Vaskularisasi gastrointestinal dapat dilihat bila endoskopi tidak dapat
disimpulkan/dilakukan. Menunjukan sirkulasi kolateral dan kemungkinan sisi
perdarahan.
b. Pemersiksaan laboratorium/darah terdiri dari :
1) Feses : tes feses akan positif
2) Hb/ ht : penurunan kadar terjadi dalam 6-4 jam setelah perdarahan mulai
3) Jumlah darah lengkap : dapat meningkat, menunjukan respon tubuh terhadap
cedera.
4) BUN : meningkat dalam 24-48 jam karena protein darah dipecah dalam saluran
percernaan dan filtrasi ginjal menurun.
5) Kreatinin : biayanya tidak meningkat bila perfusi ginjal dipertahankan.
6) Amonia : dapat meningkat bila disfungsi hati berat mengganggu metabolisme dan
ekskreasi urea .
7) Profil koagulasi : peningkatan trombosit dan penurunan waktu pembekuan dapat
terjadi menunjukan memperbaiki hemostasis.
8) AGD : dapat menyatakan alkalosis respiratori.
9) Natrium : dapat meningkat sebagai kompensasi hormonal terhadap simpanan
cairan tubuh
10) Kalium : dapat menurun pada awal karena pengosngan gaster berat/muntah dan
diare berat.
11) Analisa gastrin serum peningkatan kadar diduga sindrom zollinger allison/
kemungkinan adanya penyembuhan ulkus yang buruk.
12) Amilase serum : mengikat dengan penetrasi posterior ulkus duodenal.
13) Kadar pepsinogen : meningkat dengan ulkus duodenal
14) Sel parietal antibody serum : adanya dugaan gastritis kronis

10
2.6. Diagnosa Keperawatan Pada Pasien Gastritis
Kebanyakan gastritis tanpa gejala. Mereka yang mempunyai keluhan biasanya berupa
keluhan yang tidak khas. Keluhan yang sering dihubung-hubungkan dengan gastritis adalah
nyeri panas dan pedih di ulu hati disertai mual, kadang-kadang sampai muntah. Keluhan-
keluhan tersebut sebenarnya tidak berkorelasi baik dengan gastritis. Keluhan-keluhan tersebut
juga tidak dapat digunakan sebagai alat evaluasi keberhasilan pengobatan. Pemeriksaan fisis
juga tidak dapat memberikan informasi yang dibutuhkan untuk menegakkan diagnosis.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksan endoskopi dan histopatologi. Sebaiknya
biopsi dilakukan dengan sistematis sesuai dengan update Sydney System yang mengharuskan
mencantumkan topografi. Gambaran endoskopi yang dapat dijumpai adalah eritema, eksudatif,
flat-erosion, raised erosion, perdarahan, edematous rugae. Perubahan-perubahan histopatologi
selain menggambarkan pembahan morfologi sering juga dapat menggambarkan poses yang
mendasari, misalnya otoimun atau respon adaptif mukosa lambung. Perubahan-perubahan
yang terjadi berupa degradasi epitel, hyperplasiafoveolar, infiltrasi netrofil, inflamasi sel
mononuklear, folikel limpoid, atropi, intestinal metaplasia, hyperplasia sel endokrin,
kerusakan sel parietal. Pemeriksaan histopatologi sebaiknya juga menyertakan pemeriksaan
kuman Helicobacter pylori.
Berdasarkan semua data pengkajian, diagnosa keperawatan utama mencakup yang
berikut:
 Ansietas berhubungan dengan pengobatan
 Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh, berhubungan dengan masukan
nutrien yang tidak adekuat
 Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan masukan cairan tidak
cukup dan kehilangan cairan berlebihan karena muntah
 Kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan diet dan proses penyakit
 Nyeri berhubungan dengan mukosa lambung teriritasi

2.7. Perencanaan dan Implementasi Pada Pasien Gastritis


Tujuan. Tujuan utama mencakup mengurangi ansietas, menghindari makanan
pengiritasi dan menjamin masukan nutrien adekuat, mempertahankan keseimbangan cairan,
meningkatkan kesadaran tentang penatalaksanaan diet, dan menghilangkan nyeri.

11
Intervensi Keperawatan
- Mengurangi Ansietas. Bila pasien mencerna asam atau alkali, maka tindakan darurat
diperlukan. Terapi pendukung diberikan pada pasien dan keluarga selama pengobatan
dan setelah mencerna asam atau alkali yang telah dinetralisasi atau diencerkan. Pasien
perlu disiapkan untuk pemeriksaan diagnostik (endoskopi) atau pembedahan.
Ansietas karena nyeri dan modalitas pengobatan biasanya timbul demikian juga rasa
takut terhadap kerusakan permanen pada esofagus. Perawat menggunakan pendekatan
untuk mengkaji pasien dan menjawab semua pertanyaan selengkap mungkin. Semua
prosedur dan pengobatan dijelaskan sesuai dengan minat dan tingkat pemahaman pasien.
- Meningkatkan Nutrisi. Untuk gastritis akut, dukungan fisik dan emosi diberikan dan
pasien dibantu untuk menghadapi gejala, yang dapat mencakup mual, muntah, sakit ulu
hati, dan kelelahan. Makanan dan cairan tidak diijinkan melalui mulut selama beberapa
jam atau beberapa hari sampai gejala akut berkurang. Bila terapi intravena diperlukan,
pemberiannya dipantau dengan teratur, sesuai dengan nilai elektrolit serum. Bila gejala
berkurang, pasien diberikan es batu diikuti dengan cairan jernih. Makanan padat
diberikan sesegera mungkin untuk memberikan nutrisi oral, menurunkan kebutuhan
terhadap terapi intravena, dan meminimalkan iritasi pada mukosa lambung. Bila
makanan diberikan, adanya gejala yang menunjukkan berulangnya episode gastritis
dievaluasi dan dilaporkan.
Masukan minuman mengandung kafein dihindari karena kafein adalah stimulan sistem
saraf pusat yang meningkatkan aktivitas lambung dan sekresi pepsin. Penggunaan
alkohol juga dihindari, demikian juga merokok karena nikotin akan mengurangi sekresi
bikarbonat pankreas dan karenanya menghambat netralisasi asam lambung dalam
duodenum. Nikotin juga meningkatkan stimulasi parasimpatis, yang meningkatkan
aktivitas otot dalam usus dan dapat menimbulkan mual dan muntah.
- Meningkatkan Keseimbangan Cairan. Masukan dan haluaran cairan setiap hari dipantau
untuk mendeteksi tanda-tanda awal dehidrasi (haluaran urin minimal 30 ml/jam,
masukan minimal 1,5 L/hari). Bila makanan dan minuman ditunda, cairan intravena (3
L/hari) biasanya diberikan. Masukan cairan ditambah nilai kalori diukur (1 L 5%
dekstrosa dalam air = 170 kalori karbohidrat). Nilai elektrolit (natrium, kalium, klorida)
dapat dikaji setiap 24 jam untuk mendeteksi indikator awal ketidakseimbangan.
Perawat harus selalu waspada terhadap adanya indikalor gastritis hemoragi:
hematemesis (muntah darah), takikardia, dan hipotensi. Bila ini terjadi, dokter

12
diwaspadakan, tanda vital dipantau sesuai kebutuhan kondisi pasien, dan ikuti pedoman
penatalaksanakan perdarahan saluran GI.
- Menghilangkan Nyeri. Pasien diinstruksikan untuk menghindari makanan dan minuman
yang dapat mengiritasi mukosa lambung (lihat atas). Perawat mengkaji tingkat nyeri
dan kenyamanan pasien setelah penggunaan obat-obatan dan menghindari zat
pengiritasi.
- Pendidikan Pasien dan Pertimbangan Perawatan di Rumah. Pengetahuan pasien
tentang gastritis dievaluasi sehingga rencana penyuluhan dapat bersifat individual. Diet
diresepkan dan disesuaikan dengan jumlah kebutuhan kalori harian pasien, makanan
yang disukai, dan pola makan.
Pasien diberi daftar zat-zat untuk dihindari (mis. kafein; nikotin; bumbu pedas;
pengiritasi, atau makanan sangat merangsang; alkohol). Antibiotik, garam bismut, obat-
obatan untuk menurunkan sekresi lambung, dan obat-obatan untuk melindungi sel-sel
mukosal dari sekresi lambung diberikan sesuai resep. Pasien dengan anemia pernisiosa
diberi instruksi tentang kebutuhan terhadap injeksi vitamin B12 jangka panjang.

PERENCANAAN KEPERAWATAN DAN KRITERIA HASIL


1. Nyeri berhubungan dengan mukosa lambung teriritasi
Tujuan : nyeri hilang atau terkontrol
Kriteria hasil : menyatakan nyeri hilang skala (0-1), menunjukan postur tubuh rileks dan
mampu tidur atau istirahat dengan tepat, TTV dalam batas normal.
Perencanaan keperawatan :
a. Catat keluhan nyeri, termasuk lokasi, lamanya, intensitasnya (0-1).
b. Kaji ulang faktor yang meningkatkan atau menurunkan nyeri
c. Catat petunjuk nyeri nonverbal
d. Instruksikan klien untuk menghindari makanan dan minuman yang dapat
mengiritasi mukosa lambung
e. Bantu meringankan atau mengurangi nyeri sampai pada tingkat kenyamanan yang
dapat diterima oleh pasien dengan latihan rentang gerak aktif/pasif
2. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan tak adekuat masukan cairan.
Tujuan : kekurangan volume cairan tidak terjadi
Kriteria hasil : menunjukan perbaikan keseimbangan cairan oleh haluaran urin adekuat,
TTV stabil, membran mukosa lembap, turgol kulit baik, dan pengisian
kapiler baik.

13
Perencanaan keperawatan :
a. Catat karaterikstik muntah
b. Awasi tanda-tanda vital
c. Awasi masukan dan haluaran dan hubungan dengan perubahan berat badan
d. Berikan cairan intravena
e. Pertahankan tirah baring
f. Berikan cairan jernih atau lembut bila masukan dimulai lagi
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia.
Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi dibuktikan dengan diperlihatkan status gizi
Kriteria hasil : klien menunjukan prilakku peninhkatan makan dan minum, mual dan
muntah berkurang atau hilang, makan habis satu porsi, berat badan
meningkat dalam satu minggu ½ kg
Perencanaan keperawatan :
a. Kaji status klien, turgor kulit, berat badan, dan drajat penurunan berat badan,
innteritas mukosoral, kemampuan menelan, riwayat mual/muntah.
b. Pantau intake dan output
c. Timbang berat badan 1 atau 2 hari sekali
d. Berikan makan porsi kecil tapi sering
e. Lakukan perawatan mulut sebelum dan sesudah makan
4. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
Tujuan : ketakutan atau ansietas berkurang/ hilang
Kriteria hasil : mendiskusikan pengenalan takut atau masalah yang sehat dan takut tak
sehat, menyatakan rentang perasaan yang tepat, menunjukan rileks dan
laporan ansietas menurun sampai ingkat dapat ditangani, menunjukan
pemecahan maslah dan penggunaan sumber efektif.
Perencanaan keperawatan :
a. Awasi respon fisiologis
b. Catat petunjuk prilaku
c. Dorong pernyataan takut atau ansietas
d. Bantu klien dalam menyatakan perasaan dengan mendengarkan dengan aktif
e. Berikan lingkungan tenang untuk beristirahat
f. Dorong orang terdekat menemani klien
g. Anjurkan teknik relaksasi
h. Bantu klien untuk mengidentifikasi dan melakukan koping positif

14
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi
Tujuan : meningkatkan pemahaman tentang kondidi prognosis dan kebutuhan
pengobatan
Kriteria hasil: mengidentifikasikan situasi stress dan tindakan khusus untuk
menerimanya, berpartisipasi dalam program pengobatan, melakukan
perubahan pola hidup tertentu
Perencanaan keperawatan :
a. Kaji persepsi klien tentang proses penyakit
b. Jelaskan tentang proses penyakit, penyebab atau efek hubungan faktor pendorong
c. Beri penyuluhan sesuai tingkat pemahaman klien
d. Penuhi kebutuhan evaluasi jangka panjang dan evaluasi ulang periode

2.8. Evaluasi
Hasil yang Diharapkan
1. Menunjukkan berkurangnya ansietas
2. Menghindari makan makanan pengiritasi atau minuman yang mengandung kafein atau
alcohol
3. Mempertahankan keseimbangan cairan
a) Mentoleransi terapi iniravena sedikiinya 1,5 L setiap hari
b) Minum 6 sampai 8 gelas air setiap hari
c) Mempunyai haluaran urin kira-kira 1 L setiap hari
d) Menunjukkan turgor kulit yang adeloiat
4. Mematuhi program pengobatan
a) Memilih makanan dan minuman bukan pengiritasi
b) Menggunakan obat-obatan sesuai resep
5. Melaporkan nyeri berkurang

15
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Gastritis adalah penyakit yang disebabkan oleh adanya asam lambung yang berlebih
atau meningkatnya asam lambung sehingga mengakibatkan imflamasi atau peradangan dari
mukosa lambung seperti teriris atau nyeri pada ulu hati. Gejala yang terjadi yaitu perut terasa
perih dan mulas. Gastritis dibagi menjadi dua yaitu: gastritis akut dan kronis. Gatritis Akut
(inflamasi mukosa lambung) paling sering diakibatkan oleh kesalahan diit, mis. makan terlalu
banyak, terlalu cepat, makan makanan yang terlalu banyak bumbu atau makanan yang
terinfeksi. Penyebab lain termasuk alcohol, aspirin, refluks empedu atau terapi radiasi.
Inflamasi lambung yang berkepanjangan yang disebabkan oleh ulkus lambung jinak maupun
ganas atau bakteri Helicobacter pylori. Manifestasi klinis gastritis antara lain Anorexia, mual,
muntah, nyeri epigastrium, perdarahan saluran cerna pada hematemesis melena.
Gastritis bisa disembuhkan tetapi tidak bisa sembuh total. Gastritis adalah penyakit
yang dapat kambuh apabila si penderita tidak makan teratur, terlalu banyak makan, atau sebab
lain. Biasanya untuk meredakan atau menyembuhkannya penderita harus meminum obat jika
diperlukan. Tetapi gastritis dapat di cegah, yaitu dengan cara makan teratur, makan
secukupnya, cuci tangan sebelum makan dan jangan jajan sembarangan.

3.2. Saran
Dengan adanya makalah ini kami berharap dapat menambah pengetahuan para
pembaca mengenai penyakit gastritis. Kami selaku pembaca pula mengharapkan kritik dan
saran bagi para pembaca untuk kebaikan makalah kami.

16
DAFTAR PUSTAKA

Black, Joyce M., Hawks, Jane Hokanson. 2014. Keperawatan Medikal Bedah Manajemen Klinis
untuk Hasil yang Diharapkan Edisi 8 Buku 2. Indonesia : Elseiver
Price, Sylvia Anderson., Wilson, Lorraine McCarty. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-
Proses Penyakit Edisi 6 Volume 1. Jakarta : EGC
Smeltzer, Suzanne C., Bare, Brenda G. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner
& Suddarth. Jakarta : EGC
Sudoyo, Aru W., et.al. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi 5 Jilid II. Jakarta : Interna
Publishing
Jurnal Asuhan Keperawatan Pada Klien Ny. N dengan Gastritis di Ruang Cempaka Dewasa
Rumah Sakit Pelni Jakarta

17

Anda mungkin juga menyukai