Anda di halaman 1dari 28

TUGAS KEPERAWATAN PRIMER

KELUARGA BERENCANA

Disusun Oleh :

Deysa Meidiana I (16010)


Dwi Meiyanti (16011)
Eka Rahayu (16012)

AKADEMI KEPERAWATAN PELNI


JAKARTA
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat_Nya

sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah “Keluarga Berencana”. Dalam

kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :

1. Ns Eni Hastuti, S.Kep selaku dosen pengampu mata kuliah

yang telah mengarahkan dan membimbing dalam

menyelesaikan makalah ini.

2. Teman-teman yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.

Dalam penyusunan makalah ini saya menyadari keterbatasan kemampuan dalam

pengetahuan sehingga penulis yakin makalah ini ini masih jauh dari

kesempurnaan, namun penulis telah berusaha semaksimal mungkin dengan

memanfaatkan bantuan dari berbagai sumber.

Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua. Untuk

itu penulis mengharapkan kritik dan saran.

Jakarta, Februari 2019

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang dilihat dari jumlah penduduknya ada


pada posisi keempat di dunia, dengan laju pertumbuhan yang masih relatif
tinggi. Esensi tugas program Keluarga Berencana (KB) dalam hal ini telah
jelas yaitu menurunkan fertilitas agar dapat mengurangi beban
pembangunan demi terwujudnya kebahagiaan dan kesejahteraan bagi
rakyat dan bangsa Indonesia. Seperti yang disebutkan dalam UU No.10
Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan
Keluarga Sejahtera, definisi KB yakni upaya meningkatan kepedulian dan
peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan
kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, dan peningkatan kesejahteraan
keluarga guna mewujudkan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera.

Berdasarkan data dari SDKI 2002 – 2003, angka pemakaian kontrasepsi


(contraceptive prevalence rate/CPR) mengalami peningkatan dari 57,4%
pada tahun 1997 menjadi 60,3% pada tahun 2003. Pada 2015 jumlah
penduduk Indonesia hanya mencapai 255,5 juta jiwa. Namun, jika terjadi
penurunan angka satu persen saja, jumlah penduduk mencapai 264,4 juta
jiwa atau lebih. Sedangkan jika pelayanan KB bisa ditingkatkan dengan
kenaikan CPR 1%, penduduk negeri ini sekitar 237,8 juta jiwa
(Kusumaningrum dalam Andy, 2011).

Pada awal tahun 70-an seorang wanita di Indonesia rata-rata memiliki 5,6
anak selama masa reproduksinya. Hasil Survei Demografi dan Kesehatan
Indonesia (SDKI) menunjukkan angka TFR (Total Fertility Rate) pada
periode 2002 sebesar 2,6 artinya potensi rata–rata kelahiran oleh wanita
usia subur berjumlah 2-3 anak. Pada tahun 2007, angka TFR stagnan pada
2,6 anak. Sekarang ini di samping keluarga muda yang ketat membatasi
anak, banyak pula yang tidak mau menggunakan KB dengan alasan
masing-masing seperti anggapan banyak anak banyak rezeki. Artinya ada
dua pandangan yang berseberangan, yang akan berpengaruh pada
keturunan atau jumlah anak masing-masing (Kusumaningrum dalam Andy,
2011).

Menurut SDKI 2002-2003 Pada tahun 2003, kontrasepsi yang banyak


digunakan adalah metode suntikan (49,1 %), pil (23,3 %), IUD/spiral (10,9
%), implant (7,6 %), MOW (6,5 %), kondom (1,6 %), dan MOP (0,7 %)
(Kusumaningrum dalam Andy, 2011).

Alat kontrasepsi sangat berguna sekali dalam program KB namun perlu


diketahui bahwa tidak semua alat kontrasepsi cocok dengan kondisi setiap
orang. Untuk itu, setiap pribadi harus bisa memilih alat kontrasepsi yang
cocok untuk dirinya. Pelayanan kontrasepsi (PK) adalah salah satu jenis
pelayanan KB yang tersedia. Sebagian besar akseptor KB memilih dan
membayar sendiri berbagai macam metode kontrasepsi yang tersedia.

Faktor lain yang mempengaruhi pemilihan jenis kontrasepsi antara lain


faktor pasangan (umur, gaya hidup, jumlah keluarga yang diinginkan,
pengalaman dengan metode kontrasepsi yang lalu), faktor kesehatan
(status kesehatan, riwayat haid, riwayat keluarga, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan panggul), faktor metode kontrasepsi (efektivitas, efek
samping, biaya), tingkat pendidikan, pengetahuan, kesejahteraan keluarga,
agama, dan dukungan dari suami/istri. Faktor-faktor ini nantinya juga akan
mempengaruhi keberhasilan program KB. Hal ini dikarenakan setiap
metode atau alat kontrasepsi yang dipilih memiliki efektivitas yang
berbeda-beda.
B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi
salah satu tugas dari mata kuliah Pelyanan Primer dan untuk
meningkatkan pengetahuan mahasiswa mengenai evidence based KB,
macam- macam alat kontrasepsi
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui Sejarah Perkembangan Keluarga Berencana
(KB)
b. Untuk mengetahui Definisi Keluarga Berencana (KB)
c. Untuk mengetahui Manfaat Keluarga Berencana (KB)
d. Untuk mengetahui Sasaran Program Keluarga Berencana di
Indonesia
e. Untuk mengetahui Jenis- jenis metode kontrasepsi
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Sejarah Perkembangan Keluarga Berencana

Berawal dari pengertian harfiah kontrasepsi yang terdiri dari dua kata,
yaitu kontra (menolak) dan konsepsi (pertemuan antara sel telur yang telah
matang dengan sel sperma), maka kontrasepsi dapat diartikan secara
sederhana sebagai cara untuk mencegah pertemuan antara sel telur dan sel
sperma sehingga tidak terjadi pembuahan dan kehamilan. Konsep ini
sepertinya belum dipahami di era sebelum abad ke-20, namun konsep
pengaturan kehamilan sepertinya sudah dilakukan dengan penerjemahan
cara/metode yang beragam dan unik. Misalkan perempuan China secara
sukarela meminum timbal dan merkuri untuk mengontrol fertilitasnya
yang sering berujung pada kejadian infertilitas (kemandulan) bahkan
kematian.
Di abad pertengahan di Eropa dimana pengaruh penyihir masih sangat
kuat dan sangat dipercaya, pengendalian kelahiran dilakukan dengan
menggantungkan testis musang di paha perempuan atau memotong kaki
musang tersebut dan menggantungkannya di leher wanita. Wanita di
Canada meyakini bahwa dengan minum ramuan testis beaver kering
dengan cairan alkohol berkadar tinggi mampu mencegah pembuahan yang
merupakan proses awal dari kehamilan. Atau ada pula yang beranggapan
bahwa dengan mengitari titik kencing serigala hamil sebanyak tiga kali
akan mampu mencegah kehamilan.
Di Indonesia sejak zaman dulu telah dipakai obat dan jamu yang
maksudnya untuk mencegah kehamilan. Di Irian Jaya telah lama dikenal
ramuan dari daun-daunan yang khasiatnya dapat mencegah kehamilan.
Dalam masyarakat hindu bali, sejak dulu hanya ada nama untuk empat
orang anak, mungkin suatu cara untuk menganjurkan supaya pasangan
suami istri mengatur kelahiran anaknya sampai empat.
Di Indonesia keluarga berencana modern mulai dikenal pada tahun 1953.
Pada waktu itu sekelompok ahli kesehatan, kebidanan, dan tokoh
masyarakat telah mulai membantu masyarakat memecahkan masalah-
masalah penduduk. Pada tanggal 23 Desember 1957 mereka mendirikan
wadah dengan nama perkumpulan Keluarga berencana Indonesia (PKBI)
dan bergerak secara silent operation membantu masyarakat memerlukan
bantuan secara sukarela. Jadi Indonesia PKBI adalah pelopor pergerakan
Keluarga Berencana Nasional.
Untuk menunjang dalam rangka mencapai tujuan berdasarkan hasil
penandatanganan Deklarasi Kependudukan PBB 1967 oleh beberapa
Kepala Negara Indonesia, maka dibentuklah suatu lembaga program
Keluarga Berencana dan dimasukkan dalam program pemerintah sejak
pelita I berdasarkan instruksi presiden nomor 26 tahun 1968 yang di namai
Lembaga Keluarga berencana nasional (LKBN) sebagai lembaga semi
pemerintah.
Pada tahun 1970 ditingkatkan menjadi Badan Pemerintah melalui Kepres
No. 8 tahun 1970 dan diberi nama Badan Koordinasi Keluarga Berencana
Nasional (BKKBN) yang bertanggung jawab kepada presiden dan
bertugas mengkoordinasikan prencanaan, pengawasan dan penilaian
pelaksanaan program Keluarga Berencana.
Seiring berjalannya waktu, tuntutan kebutuhan pengaturan kehamilan yang
lebih rasional dan empiris terus memacu dan menantang perkembangan
teknologi kesehatan dalam penyediaan metode kontrasepsi yang efektif.

B. Definisi Keluarga Berencana

Keluarga Berencana merupakan suatu usaha yang mengatur banyaknya


jumlah kelahiran sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan kerugian
akibat langsung dari kelahiran bayi bagi ibu, bayi, keluarga dan
masyarakat.
Keluarga berencana adalah usaha untuk mengukur jumlah dan jarak anak
yang diinginkan. Cara-cara tersebut termasuk kontrasepsi atau pencegahan
kehamilan dan perencanaan keluarga. Metode kontrasepsi bekerja dengan
dasar mencegah sperma laki-laki mencapai dan membuahi telur wanita
(fertilisasi) atau mencegah telur yang sudah dibuahi untuk berimplantasi
(melekat) dan berkembang di dalam rahim. (Dinda, 2012).

C. Manfaat program Keluarga Berencana

KB dapat mencegah munculnya bahaya-bahaya akibat:


 Kehamilan terlalu dini
 Kehamilan terlalu telat
 Kehamilan yang terlalu berdesakan jaraknya
 Terlalu sering hamil dan melahirkan

D. Sasaran Program Keluarga Berencana di Indonesia

Adapun sasaran program KB nasional lima tahun ke depan seperti


tercantum dalam RPJM 2004-2009 adalah sebagai berikut :
1) Menurunnya rata-rata laju pertumbuhan penduduk (LPP) secara
nasional menjadi 1, 14% per tahun.
2) Menurunkan angka kelahiran Total fertility rate (TFR) menjadi 2,2 per
perempuan
3) Meningkatnya peserta KB pria menjadi 4,5 %
4) Meningkatnya penggunaan metode kontrasepsi yang efektif dan efisien
5) Meningkatnya partisipasi keluarga dalam pembinaan tumbuh kembang
anak
6) Meningkatnya jumlah keluarga prasejahtera dan keluarga sejahtera
yang aktif dalam usaha ekonomi produktif
7) Meningkatnya jumlah institusi masyarakat dalam penyelenggaraan
pelayanan KB dan kesehatan reproduksi.
Sehingga didapatkan hasil:
1) Tercapainya peserta KB baru sebanyak 1.072.473 akseptor
2) Terbinanya peserta KB aktif sebanyak 5.098.188 akseptor atau 71.87%
dari pasangan Usia Subur sebanyak 7.093.654
3) Meningkatnya rata-rata usia kawin pertama wanita menjadi 18 tahun
4) Pengendalian perkembangan kependudukan, terutama tingkat
pertumbuhan migrasi dan persebaran penduduk.

E. Jenis-jenis metode kontrasepsi


Non Hormonal
1. Metode Amenore Laktasi
2. Metode keluarga berencana alamiah
3. Senggama terputus
4. Metode barier
 Kondom
 Diafragma
 Spermisida
5. Intrauterine devices (IUDs) (alat kontrasepsi dalam rahim)
6. Sterilisasi
 Tubektomi (Metoda operasi wanita/MOW)
 Vasektomi (Metoda Operasi Pria/MOP)
7. Emergensi

Hormonal
1. Kontrasepsi kombinasi (hormone estrogen dan progesterone)
 Pil kombinasi
 Suntikan kombinasi
2. Kontrasepsi progestin
3. Suntikan progestin
 Pil progestin (mini pil)
 Implant
 AKDR dengan progestin
4. Transdermal patches
Metode Kontrasepsi Non Hormonal

1. Metode Amenore Laktasi


 Ibu memberikan ASI secara rutin kepada bayinya

 Belum haid

 Metode ini efektif digunakan sampai bayi berusia 6 bulan

 Ibu tidak terpisah dari bayi selama 6 jam dalam sehari

 Harus dilanjutkan dengan pemakaian kontrasepsi lainnya.

Cara kerja : Menunda ovulasi dan menghambat pembentukan estrogen


melalui perangsangan pengeluaran prolaktin saat menyusui

Keuntungan

• Efektivitas tinggi (keberhasilan 98% pada 6 bulan pasca persalinan)

• Tidak mengganggu senggama

• Tidak ada efek samping sistemik

• Tidak perlu pengawasan medis

• Tidak perlu obat atau alat

• Tidak perlu biaya

Keterbatasan

• Perlu persiapan sejak awal kehamilan agar segera menyusui dalam


30 menit pascapersalinan

• Efektivitas tinggi hanya sampai kembalinya haid atau sampai 6


bulan
2. Metode keluarga berencana alamiah
KBA adalah metode kontrasepsi dengan cara menghindari senggama
pada masa subur ibu. Metode ini baru efektif bila dilakukan secara
tertib dan ibu mengetahui kapan masa suburnya berlangsung.

3. Coitus Interruptus (senggama terputus)

Adalah metode kontasepsi tradisional dimana jakulasi dilakukan di luar


vagina. Efektivitasnya 75-80%. Faktor kegagalan biasanya terjadi karena
ada sperma yang sudah keluar sebelum ejakulasi, orgasme berulang atau
terlambat mengeluarkan alat kelaminnya sebelum ejakulasi terjadi.
Keuntungan
• Manfaat
• Tidak mengganggu produk ASI

• Tidak ada efek smaping


• Dapat digunakan setiap waktu
• Tidak membutuhkan biaya
Keterbatasan
• Keterbatasan bergantung pada kesediaan pasangan untuk melakukan
senggama terputus
• Efektivitas akan jauh menurun apabila sperma dalam 24 jam sejak
ejakulasi masih melekat pada penis
• Memutuskan kenikmatan dalam berhubungan seksual

4. Metode Barier

a) Kondom
Kondom bekerja menghalangi pertemuan sperma dengan sel telur
dengan cara menahan sprema diujung selubung karet sehingga tidak
mengarak ke dalam saluran reproduksi wanita
b) Diafragma
Lingkaran cincin dilapisi karet fleksibel yang akan menutup mulut
rahim bila dipasang dalam liang vagina 6 jam sebelum senggama.
Efektivitasnya sangat kecil, karena itu harus digunakan bersama
spermatisida untuk mencapai efektivitas 80%.
c) Spermisida
Bahan kimia aktif untuk 'membunuh' sperma, berbentuk cairan, krim
atau tisu vagina yang harus dimasukkan ke dalam vagina 5 menit
sebelum senggama. Efektivitasnya 70%.
d) Vaginal Contraceptive Film (VCF)
VCF adalah suatu kertas semi transparan yang larut air dan efisien
membunuh sperma saat kontak. Ketika VCF dimasukan ke dalam
vagina, segera meresap ke dalam mukosa vagina. VCF bukanlah suatu
metode kontrasepsi hormonal, karena zat yang terkandung di
dalamnya bukan hormon melainkan spermisida. Efek kerja VCF
muncul 15 menit setelah pertama kali dimasukan ke dalam vagina dan
bertahan selama selama 3 jam.

5. Intra Uterine Devices (IUD)


IUD dapat di insersikan kedalam uterus kapan saja, tetapi lebih sering
pada saat mentruasi dimana mulut serviks berdilatasi. Sangat efektif,
reversible dan berjangka panjang (dapta sampai 10 thaun). Haid menjadi
lebih lama dan lebih banyak. Dapat dipakai oleh semua perempuan usia
reproduksi.

Mekanisme kerja IUD


 IUD tidak mencegah konsepsi, tapi mencegah implantasi blastokista
ke endometrium dengan efek kombinasi yang mengubah kondisi
biokimia endometrium sehingga tidak dapat menerima nidasi.
 IUD yang mengandung progestreron mengganggu siklus hormonal
yang normal dari endometrium dengan mempertahankan kadar
progesterone yang tinggi dengan akibat rendahnya kadar estrogen
secara relative, IUD menghasilkan endometrium dalam keadaan reaksi
desidua atau fase progestational, dalam keadaan dimana implantasi
tidak mungkin dilakukan.
 IUD merangsang pengeluaran prostaglandin yang biogolis
menyebabkan efek antifertilitas. Prostaglandin inhibitor menekan
usaha-usaha tersebut sehingga menyebabkan tingginya aknga
kegagalan .
 Bahan aktif pada IUD dengan medikasi menambah efek yang sudah
ada. Penambahan ion tembaga pada sediaan Cu-7 menghambat
sintesis dan penebalan mucus endometrial juga menghambat
implantasi.
Jenis IUD
 AKDR CuT-380A
Kecil, kerangkan tervuat dari plastic yang fleksibel, berbentuk huruf T
diselubungi oleh kawat halus yang terbuat dari Cu (tembaga)
 NOVA-T (schering)

Keuntungan IUD
• Efektivitas tinggi
• Metode jangka panjang
• Tidak ada efek samping hormonal
• Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI
Kerugian IUD
• Perdarahan (spotting) antar menstruasi
• Haid lama dan banyak
• Saat haid lebih sakit
Kontraindikasi IUD
 Utama
 Infeksi pelvic akut dan resiko tinggi PID
 Diduga adanya keganasan pada seviks atau uterus
 Kehamilan
 Relative
 Kelainan uterus seperti kelainan congenital, mioma yang merubah
bentuk uterus
 Hypermenore
 Dysmenorrhea

6. Sterilisasi (MOW dan MOP)/Kontrasepsi mantap


Tubektomi
Tubektomi adalah prosedur bedah sukarela untuk menghentikan fertilitas
seorang wanita secara permanen.
Mekanismenya adalah mengoklusi tuba (mengikat dan memotong atau
memasang cincin) sehingga sperma tidak bisa bertemu ovum.
Keuntungan
 Sangat efektif
 Tidak mempengaruhi proses menyusui
 Tidak mengganggu senggama
 Merupakan kontrasepsi pilihan bagi pasien apabila hamil merupakan
resiko kesehatan yang serius
 Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual atau produksi hormone
Keterbatasan
 Pembedahan sederhana memerlukan anstesi local dilakukan oleh dokter
yang terlatih (diperlukan dokter spesialis ginekologi atau spesialis
bedah untuk laparoskopi)
 Tidak melindungi diri dari IMS termasuk HIV dan HBV
 Tuba dapat bergabung dan menjadi fertile kembali (jarang terjadi)

Vasektomi
Vasektomi adalah oklusi vasa deferens sehingga alur trasnportasi sperma
terhambat dan proses fertilisasi tidak terjadi.
Keuntungan
 Sangat efektif dan permanen
 Tidak ada efek samping jangka panjang
 Tindakan lebih aman dan sederhana
Keterbatasan
 Terdapat kondisi-kondisi yang memerlukan perhatian khusus untuk
vasektomi diantaranya adalah: infeksi kulit daerah operasi, infeksi
sistemik, hidrokel atau varikokel besar, hernia inguinalis, filariasis,
undensensus testikularis, masa intraskrotalis, anemia berat, gangguan
pembekuan darah hebat atau sedang menggunakan antikoagulansia.
 Efektif setelah 2 bulan paska operasi atau 15-20 kali ejakulasi (tes
semen negative)

7. Kontrasepsi emergensi
Digunakan pada situasi-situasi:
 Kondom yang tergelincir atau diafragma yang berpindah posisi
 Lupa memakai metode kontrasepsi biasa dan melakukan hubungan
seksual atau dipaksa melakukan hubungan seksual
 Salah melakukan perhitungan waktu subur
Jenis :
 Emergency contraceptive pills (ECP) atau morning after pill
kombinasi dosis tinggi dan digunakan 72 jam pasca hubungan seksual
yang tidak terproteksi dapat menurunkan resiko kehamilan sampai 72-
88%. Mengandung estrogen dan progestin.
 Intra Uterine Device (IUD), dipasang dalam waktu 7 hari (120 jam)
setelah hubungan seksual yang tidak terproteksi dapat menurunkan
angka kehamilan 99%.
Metode Kontrasepsi Hormonal

1. Kontrasepsi Kombinasi

Pil Kombinasi
Pil kontrasepsi berisi estrogen maupun progesterone (progestagen,
gestagen). Dosis estrogen ada yang 0,05; 0,08; dan 0,1 mg pertablet.
Sedangkan dosis dan jenis progesteronnya bervariasi dari masing-masing
pabrik pembuatnya.

Jenis Pil Kombinasi


 Monofasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet, mengandung
hormon aktif estrogen/progestin (E/P) dalam dosis yang sama, dengan 7
tablet tanpa hormon aktif.
 Bifasik : Pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet, mengandung
hormon aktif estrogen/progestin (E/P) dalam dua dosis yang berbeda,
dengan 7 tablet tanpa hormon aktif.
 Trifasik : Pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet, mengandung
hormon aktif estrogen/progestin (E/P) dalam tiga dosis yang berbeda,
dengan 7 tablet tanpa hormon aktif.
Cara Kerja Pil Kombinasi
 Menghalangi produksi gonadotropin dan hipofise secara terus-menerus,
sehingga tidak terjadi ovulasi;
 Merubah konsistensi lendir serviks menjadi tebal dan kental, sehingga
penetrasi dan transportasi sperma akan terhalang, sulit, atau tidak
mungkin sama sekali;
 Merubah peristaltic tuba dan rahim, sehingga mengganggu transportasi
sperma maupun sel telur;
 Menimbulkan perubahan pada endometrium, sehingga tidak
memungkinkan terjadinya nidasi;
 Merubah kepekaan indung telur terhadap rangsangan-rangsangan
gonadotropin.

Keuntungan
 Memiliki efektivitas yang tinggi
 Risiko terhadap kesehatan sangat kecil.
 Tidak mengganggu hubungan seksual.
 Siklus haid menjadi teratur
 Kesuburan segera kembali setelah penggunaan pil dihentikan.
 Dapat digunakan sebagai kontrasepsi darurat.
Keterbatasan
 Mahal dan membosankan karena harus menggunakannya setiap hari.
 Mual, terutama pada 3 bulan pertama.
 Perdarahan bercak atau perdarahan sela, terutama 3 bulan pertama.
 Pusing.
 Nyeri payudara.
 Berat badan naik sedikit,
 Berhenti haid (amenorea), jarang pada pil kombinasi.
 Tidak mencegah IMS (Infeksi Menular Seksual), HBV, HIV/AIDS.

Waktu penggunaan pil kombinasi


 Hari pertama sampai hari ke- 7 siklus haid,
 Boleh menggunakan pada hari ke-8, tetapi perlu menggunakan metode
kontrasepsi yang lain (kondom) mulai hari ke-8 sampai hari ke-14 atau
tidak melakukan hubungan seksual sampai telah menghabiskan paket
pil tersebut.
 Setelah melahirkan :
 Setelah 6 bulan pemberian asi eksklusif
 Setelah 3 bulan dan tidak menyusui
 Pasca keguguran ( segera dalam waktu 7 hari).

Suntikan Kombinasi
Jenis suntikan kombinasi adalah 25 mg Depo medroksiprogesteron Asetat
dan 5 mg Estradiol Sipionat yang diberikan injeksi I.M. sebulan sekali
(Cyclofem), dan 50 mg Noretindron Enantat dan 5 mg Estradiol Valerat
yang diberikan injeksi I.M. sebulan sekali.
Cara Kerja
 Obat ini menghalangi terjadinya ovulasi dengan jalan menekan
pembentukan Releasing factor dari hipotalamus.
 Lendir serviks bertambah kental, sehingga menghambat penetrasi
sperma melalui serviks uteri.
 Implantasi ovum dalam endometrium dihalangi.
 Kecepatan transport ovum melalui tuba berubah
Keuntungan
 Efektivitas tinggi (0,1 – 0,4 kehamilan per 100 perempuan) selama
tahun pertama pengunaan
 Sederhana pemakaiannya cukup
 Cocok untuk ibu-ibu yang menyusui anak
Kerugian
 Terjadi perubahan pada pola haid, seperti tidak teratur, perdarahan
bercak/spotting, atau perdarahan sela sampai 10 hari.
 Mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan, dan keluhan seperti ini
akan hilang setelah suntikan kedua atau ketiga.
 Penambahan berat badan.
 Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi menular
seksual, hepatitis B virus, atau infeksi virus HIV.
 Kemungkinan terlambatnya pemulihan kesuburan setelah penghentian
pemakaian.

Waktu Penggunaan Suntikan Kombinasi


 Suntikan pertama dapat diberikan dalam waktu 7 hari siklus haid
 Bila suntikan pertama diberikan setelah hari ke-7 siklus haid, klien
tidak boleh melakukan hubungan seksual selama 7 hari atau
menggunakan kontrasepsi lain untuk 7 hari.
 Bila klien tidak haid, suntikan pertama dapat diberikan setiap saat,
asal saja dapat dipastikan ibu tersebut tidak hamil.
 Bila klien pascapersalinan 6 bulan, menyusui, serta belum haid,
suntikan pertama dapat diberikan, asal saja dapat dipastikan tidak
hamil.
 Bila pascapersalinan lebih dari 6 bulan, menyusui, serta telah
mendapat haid, maka suntikan pertama diberikan, asal saja dipastikan
tidak hamil.
 Bila pascapersalinan kurang dari 6 bulan dan menyusui, jangan beri
suntikan kombinasi.
 Bila pascapersalinan 3 minggu, dan tidak menyusui, suntikan
kombinasi dapat diberi.
 Pascakeguguran, suntikan kombinasi dapat segera diberikan atau
dalam kurun waktu 7 hari.

2. Kontrasepsi Suntikan progestin


Jenis
 Depo Medroksiprogesteron Asetat (Depoprovera), mengandung
150 mg DMPA, yang diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik
intramuskular (di daerah bokong).
 Depo Noretisteron Enantat (Depo Noristerat), yang mengandung
200 mg Norentidron Enantat, diberikan setiap 2 bulan dengan cara
disuntik intramuskular.

Cara kerja
 Mencegah ovulasi
 Mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan
penetrasi sperma
 Menjadikan selaput lendir rahim tipis
 Menghambat pengangkutan gamet oleh tuba
Efektifitas
 Kontrasepsi suntik progestin memiliki efektivitas yang sangat
tinggi, dengan 0,3 kehamilan per 100 perempuan per tahun, asal
penyuntikan dilakukan sesuai jadwal dan secara teratur.

Waktu mulai menggunakan kontrasepsi progestin


 Setiap saat selama siklus haid, asal ibu tersebut tidak hamil.
 Mulai hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid.
 Pada ibu yang tidak haid, injeksi pertama dapat diberikan setiap
saat, asalkan saja ibu tersebut tidak hamil. Selama 7 hari setelah
suntikan tidak boleh melakukan hubungan seksual.

Kontrasepsi Pil Progestin (minipil)


Jenis
 Kemasan dengan isi 35 pil : 300 μg levonorgestrel atau 350 μg
noretindron.
 Kemasan dengan isi 28 pil : 75 μg norgestrel.
Cara Kerja
 Menekan sekresi gonadotropin dan produksi steroid di ovarium.
 Endometrium mengalami transformasi lebih awal sehingga
implantasi lebih sulit.
 Mengentalkan lendir serviks sehingga menghambat penetrasi
sperma.
 Mengubah motilitas tuba sehingga transportasi sperma terganggu.
Efektivitas
 Keefektifan mini pil sangat bergantung pada jenis gestagen yang
terkandung dalam mini pil tesebut. Pada penggunaan mini pill
jangan sampai kelupaan satu-dua tablet, atau jangan sampai terjadi
gangguan gastrointestinal (muntah, diare), karena akibatnya
kemungkinan kehamilan sangat besar.
 Penggunaan obat mukolitik asetil sistein dapat meningkatkan
permeabilitas sperma, sehingga kemampuan kontraseptif mini pill
dapat terganggu. Agar didapatkan kehandalan yang cukup tinggi,
maka jangan sampai ada tablet yang terlupa, tablet digunakan pada
jam yang sama (malam hari), dan senggama sebaiknya dilakukan
3-20 jam setelah penggunaan mini pill. Perlu hati-hati pemberian
mini pill pada wanita gemuk karena kegagalannya akan lebih
tinggi. Estrogen dalam lemak wanita gemuk sangat tinggi.
Estrogen tersebut memiliki efek positif terhadap lendir serviks.
Waktu menggunakan mini pil
 Mulai hari pertama sampai hari ke-5 siklus haid. Tidak diperlukan
pencegahan dengan kontrasepsi lain.
 Dapat digunakan setiap saat, asal saja tidak terjadi kehamilan. Bila
menggunakannya setelah hari ke-5 siklus haid, jangan melakukan
hubungan seksual selama 2 hari atau menggunakan metode
kontrasepsi lain untuk 2 hari saja.
 Bila pasien tidak haid, minipil dapat digunakan setiap saat, asal
saja diyakini tidak hamil. jangan melakukan hubungan seksual
selama 2 hari atau menggunakan metode kontrasepsi lain untuk 2
hari saja.
 Bila menyusui antara 6 minggu dan 6 bulan pasca persalinan dan
tidak haid, minipil dapat dimulai setiap saat. Bila menyusui penuh,
tidak memerlukan metode kontrasepsi tambahan.
 Bila lebih dari 6 minggu pasca persalinan dan pasien telah
mendapat haid, minipil dapat dimulai pada hari ke 1-5 siklus haid.
3. Kontrasepsi Implan
Jenis
 Norplant. Terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan
panjang 3,4 cm, dengan diameter 2,4 mm, yang diisi dengan 36 mg
Levonorgestrel dan lama kerjanya 5 tahun.
 Implanon. Terdiri dari satu batang putih lentur dengan panjang
kira-kira 40 mm, dan diameter 2 mm, yang diisi dengan 68 mg 3-
Keto-desogestrel dan lama kerjanya 3 tahun.
Cara kerja
 Lendir serviks menjadi kental
 Menggangu proses pembentukan endometrium sehingga sulit
terjadi implantasi
 Mengurangi transportasi sperma
 Menekan ovulasi
Efektivitas
 Sangat efektif (kegagalan 0,2 - 1 kehamilan per 100 perempuan)
Peringatan khusus bagi pengguna implan
 Terjadinya keterlambatan haid yang sebelumnya teratur,
kemungkinan telah terjadi kehamilan
 Nyeri perut bagian bawah yang hebat, kemungkinan terjadi
kehamilan ektopik
 Terjadi perdarahan banyak dan lama
 Adanya nanah atau perdarahan pada bekas insersi (pemasangan)
 Ekspulsi batang implan
 Sakit kepala migran, sakit kepala berulang yang berat, atau
penglihatan menjadi kabur

4. Transdermal patches
Mekanisme Kerja
 Melepaskan hormon estrogen & progestin dalam taraf harian
 Mencegah ovulasi
 Mengentalkan lendir serviks, sehingga membuat sperma sulit untuk
masuk kerahim
Lokasi pemakaian transdermal patches
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penggunaan metode kontrasepsi dilakukan berdasarkan tujuan


penggunaan KB, kontra indikasi metode kontrasepsi, dan hak
autonomi pasien berdasarkan Kaidah Dasar bioetik (KDB). Dilihat
dari aspek etika, agama, dan hukum, penggunaan kontrasepsi
sebetulnya diperbolehkan, tergantung dari metode dan
pelaksanaannya.

B. Saran

Berikut ini ada beberapa saran untuk menggunakan KB :


1. Pilihlah metode KB yang sesuai. konsultasikan dengan tenaga
kesehatan tentang bagaimana cara penggunaan, kemungkinan efek
samping serta keefektifan metode KB yang dipilih. Pasien perlu
menjalani pemeriksaan penyarian sebelum penggunaan kontrasepsi
oral.
2. Sarankan dengan pasangan anda, metode KB yang manakah yang
paling sesuai dan nyaman bagi pasangan.
3. Waspadai efek samping yang mungkin akan timbul. Seperti siklus
menstruasi tidak teratur, gemuk/kurus dan kulit kering.
4. Patuhi penggunaan KB. Misalnya, Pada KB oral pil KB harus
diminum setiap hari sesuai jadwal, jika lupa meminum satu kali maka
siklus pil KB harus diulangi dari awal.
5. Selalu cermati tanggal kadaluarsa alat kontrasepsi yang
digunakan.
6. Perhatikan masa-masa subur wanita. Untuk meningkatkan efek
steril pada metode KB modern yang digunakan maka perlu juga
dikomperasikan dengan metoda KB alami yaitu dengan
memperhatikan waktu-waktu kesuburan seorang wanita. Pada siklus
menstruasi normal (28-35 hari), masa subur dimulai dari hari ke tujuh
setelah menstruasi berakhir. Masa subur ditandai dengan kenaikan
suhu basal sebesar 10C, kenaikan libido dan meningkatnya sekresi
cairan vagina.
7. Jika hubungan seksual tanpa pelindung terlanjur dilakukan, atau
penggunaan kondom mengalami kegagalan, kontrasepsi
darurat(Morning after pill) dapat dipilih, tetapi harus digunakan dalam
waktu 72 jam sesudah hubungan seksual tanpa pelindung.
8. Adanya kemungkinan untuk terjadinya kehamilan masih dapat
terjadi walaupun sudah digunakan metode kontrasepsi.
9. Segera hubungi dokter atau apoteker jika metode kontrasepsi
mengalami kegagalan atau timbul gejala-gejala yang tidak diinginkan.
DAFTAR PUSTAKA

Abd ar-Rahim ‘Umran. 1997. Islam dan KB. Jakarta: Lentera


Hartanto, Hanafi. 2004.Keluarga Berencana dan
Kontrasepsi.Jakarta: Pustaka Sinar Harapan
Masjfuk Zuhdi. 1991. Masail Fiqhiyah. Jakarta: CV Haji Mas Agung
Prawirohardjo, Sarwono. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan
Kontrasepsi.Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Prihatmiati, Atiek. 2003. Beberapa Faktor yang Berkaitan dengan
Pemilihan Type Alat Kontrasepsi Suntik pada Ibu Menyusui

Anda mungkin juga menyukai