Anda di halaman 1dari 89

ANALISIS INTERVENSI TEKNIK RELAKSASI BENSON

DALAM MENGURANGI NYERI PADA PASIEN POST


OPERASI APPENDIK DI RUANG RAWAT INAP
RUMAH SAKIT PELNI JAKARTA

KARYA TULIS ILMIAH

AGUSTINUS HAMONANGAN

NIRM : 15003

AKADEMI KEPERAWATAN PELNI JAKARTA


TAHUN 2018
ANALISIS INTERVENSI TEKNIK RELAKSASI BENSON
DALAM MENGURANGI NYERI PADA PASIEN POST
OPERASI APPENDIK DI RUANG RAWAT INAP
RUMAH SAKIT PELNI JAKARTA

Karya Tulis Ilmiah

Disusun sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh Gelar Ahli Madya

Keperawatan

AGUSTINUS HAMONANGAN

NIRM : 15003

AKADEMI KEPERAWATAN PELNI JAKARTA


TAHUN 2018
SURAT PERNYATAAN PLAGIARISME

Saya yang bertanggung jawab di bawah ini dengan sebenarnya menyatakan

bahwa Karya Tulis Ilmiah ini, saya susun tanpa tindak plagiarisme sesuai

dengan peraturan yang berlaku di Akademi Keperawatan PELNI Jakarta.

Jika dikemudian hari ternyata saya melakukan tindakan plagiarisme, saya akan

bertanggung jawab sepenuhnya dan menerima sanksi yang dijatuhkan oleh

Akademi Keperawatan PELNI Jakarta kepada saya.

Jakarta, 31 Juli 2018

Pembuat Pernyataan

Agustinus Hamonangan
NIRM 15003

Mengetahui,

Pembimbing I Pembimbing II

Isnayati.,Ns.,M.Kep Tini Wartini.,S.Pd.,S.Kep.,MKM


NIDN. 031.011.63.04 NIDN. 032.801.60.03

i
LEMBAR PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah oleh Agustinus Hamonangan, NIRM 15003, dengan judul

“Analisis Intervensi Teknik Relaksasi Benson Dalam Mengurangi Nyeri Pada

PasienPost Operasi Appendik di Rumah Sakit PELNI” telah diperiksa dan

disetujui untuk diujikan.

Jakarta, 31 Juli 2018

Pembimbing I Pembimbing II

Isnayati.,Ns.,M.Kep Tini Wartini.,S.Pd.,S.Kep.,MKM


NIDN. 031.011.63.04 NIDN. 032.801.60.03

ii
LEMBAR PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah oleh Agustinus Hamonangan dengan judul “Analisis

Intervensi Teknik Relaksasi Benson Dalam Mengurangi Nyeri Pada Pasien Post

Operasi Appendik di Rumah Sakit PELNI” telah dipertahankan di depan dewan

penguji pada tanggal 31 Juli 2018

Dewan Penguji

Penguji III
Penguji I Penguji II

Isnayati.,Ns.,M.Kep Tini Wartini.,S.Pd.,S.Kep.,MKM


Sri Atun W.,Ns.,M.Kep,Sp.Kep.J
NIDN. 031.011.63.04 NIDN 032.801.60.32
NIDN. 031.507.69.10

Mengetahui
Direktur Akademi Keperawatan PELNI Jakarta

Tini Wartini,SPd,S.Kep.,MKM
NIDNHandayani.,S.Kp.,M.Kep.,MM
Buntar : 0328016003

NIDN. 030.405.67.03

iii
Akademi Keperawatan PELNI Jakarta

Hasil Penelitian Juli 2018

Agustinus Hamonangan, 15003

“Analisis Intervensi Teknik Relaksasi Benson Dalam Mengurangi Nyeri Pada


Pasien Post Operasi Appendik Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Pelni
Jakarta”

(xiii + 52 Halaman + 4 Bagan + 4 Gambar + 16 Lampiran)

Apendiktomi adalah pembedahan yang dilakukan untuk mengangkat appendik untuk


sesegera mungkin dilakukan guna menurunkan resiko perforasi.Appendiktomi dapat
dilakukan dibawah anastesi umum atau spinal dengan insisi abdomen bawah atau
laparoskopi (Muttaqin, 2009). Pada klien dengan post operasi appendiktomi
mengalami masalah body image nyeri akut, resiko infeksi, nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh, intoleransi aktivitas dan hipertermi.Sebagai pemberi perawatan,
perawat berperan untuk memberikan pelayanan perawatan kepada pasien dengan
post operasi appendik, salah satunya dengan memberikan terapi teknik relaksasi
Benson agar mengurangi tingkat nyeri luka post operasi pada pasien. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh teknik relaksasi Benson terhadap status skala
nyeri yang dialami pasien. Penelitian ini menggunakan pra experimental design
dengan pendekatan rancangan posttest design dengan jumlah sampel sebanyak 2,
yang diambil dengan teknik accidental sampling. Metoda pengumpulan data
dilakukan dengan cara observasi dan pengukuran. Hasil penelitian menunjukkan
Terdapat perbedaan yang signifikan status skala nyeri ( Numeric Rating Scale (Papan
Skala Nyeri), Tekanan Darah, Suhu, RR, Nadi) sebelum dan sesudah diberikan
Terapi Relaksasi Nafas Dalam. Hasil penelitian ini dapat diaplikasikan dalam
memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan post appendik.

Kata kunci : Teknik Relaksasi Benson , Appendiktomi, Nyeri.Kata Kunci :


Teknik Relaksasi Benson, Appendik, Nyeri.
Daftar Pustaka: 12 (2000-2017)

iv
Nursing Academy of PELNI Jakarta

Research Results July 2018

Agustinus Hamonangan, 15003

"Intervention Analysis of Benson Relaxation Technique in Reducing Pain in


Appendic Surgery Post Patients in the Inpatient Room of Pelni Hospital in
Jakarta"

(xiii + 52 pages + 4 charts + 4 images + 16 attachments)

Appendictomy is a condition in which infection occurs in the tufts of a worm, in mild


cases it can heal without treatment, but many cases require laparotomy by removing
the infected tufts of worms. If not treated, the mortality rate is quite high, due to
peritonitis and shock when the tufts of infected worms are destroyed. As care givers,
nurses play a role in providing care services to patients with post operative surgery,
one of them is by providing Benson relaxation techniques to reduce the level of
postoperative wound pain in patients. This study aims to determine the effect of
Benson's relaxation technique on the status of pain scale experienced by patients.
This study uses pre-experimental design with a pretest-posttest design approach with
2 samples taken by accidental sampling technique. Data collection method is done by
observation and measurement. The results showed that there were significant
differences in the status of the pain scale (Numeric Rating Scale), Blood Pressure,
Temperature, RR, Pulse) before and after being given Deep Breath Relaxation
Therapy. The results of this study can be applied in providing nursing care for
patients with post appendicitis.

Keywords: Benson's Relaxation Technique, Appendictomy, Pain.


Bibliography: 12 (2000-2017)

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur Peneliti panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

dan karunia-Nya, sehingga Peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan

judul “Analisis Intervensi Teknik Relaksasi Benson dalam Mengurangi Nyeri pada

Pasien Post Operasi Appendik di Rumah Sakit PELNI Jakarta”. Penyusunan Karya

Tulis Ilmiah ini tidak lepas dari bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh

karena itu, pada kesempatan kali ini Peneliti mengucapkan terima kasih kepada yang

terhormat :

1. Dr. dr. Fathema Djan Rachmat, Sp. B, BTKV (K), Direktur Utama Rumah

Sakit PELNI Jakarta.

2. Ahmad Samdani.,S.KM, Ketua Yayasan Samudra Apta.

3. Buntar Handayani.,S.Kp.,M.Kep.,MM, Direktur Akademi Keperawatan

PELNI Jakarta

4. Sri Atun W.,Ns.,M.Kep.,Sp.Kep.J, penguji Utama KTI Akademi

Keperawatan PELNI Jakarta.

5. Isnayati, Ns, M.Kep, pembimbing KTI dan Penguji Akademi Keperawatan

PELNI Jakarta.

6. Tini Wartini S.Pd S.Kep MKM, pembimbing KTI dan Penguji Akademi

Keperawatan PELNI Jakarta

7. Seluruh Dosen dan Para Staff Civitas Akademi Keperawatan PELNI Jakarta.

8. Haryani, Ns, S.Kep, Kepala Ruangan dan Clinical Instructor Ruangan Melati

Rumah Sakit PELNI Jakarta

9. Kedua Subyek Penelitian yang bersedia bekerjasama dan kooperatif saat

menjadi subyek penelitian.

vi
10. Orang tua yang saya cintai, dan selalu memberikan support dan doa-doa yang

tiada henti, sehingga saya dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan

sebaik-baiknya dan tepat waktu

11. Teman-teman mahasiswa/i Akademi Keperawatan PELNI khususnya

angkatan XX yang saya kasihi dan saling memberikan dukungan

seperjuangan dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah

12. Para Sahabat Saya “Stupid Boy” yang selalu mendukung, menyupport dan

memberikan inspirasi kepada saya selama tiga tahun kuliah di AKPER

PELNI.

13. Orang-orang yang masih atau pernah mendampingi, menemani saya sampai

sejauh ini dan selalu mendukung dan memberi semangat untuk

menyelesaikan KTI.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan balasan kepada semua pihak

yang telah membantu dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini, untuk itu

Peneliti mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun. Semoga

Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi Peneliti dan para pembaca.

Jakarta, 31 Juli 2018

Peneliti

vii
DAFTAR ISI

SURAT PERNYATAAN PLAGIARISME ......................................................... i

LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................. ii

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. iii

ABSTRAK .......................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi

DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii

DAFTAR BAGAN ................................................................................................. x

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... 1

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 2

1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 2

1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 5

1.3 Tujuan ............................................................................................................ 5

1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................................... 6

1.4.4 Bagi Peneliti................................................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 7

2.1 Konsep Penyakit Appendik ............................................................................... 7

2.1.1 Definisi Penyakit Appendik ........................................................................... 7

2.1.2 Etiologi ........................................................................................................... 8

2.1.3 Patofisiologi ................................................................................................... 8

2.1.4 Manifestasi Klinis .......................................................................................... 9

2.1.5 Komplikasi ................................................................................................... 10

viii
2.1.6 Penatalaksanaan Medis Penyakit Apendisitis .............................................. 10

2.2 Konsep Tindakan Terapi Relaksasi Benson .................................................... 13

2.2.1 Definisi Terapi Relaksasi Benson ................................................................ 13

2.2.2 Macam-Macam Teknik Relaksasi Benson. .................................................. 13

2.2.3 Teknik Relaksasi Benson ............................................................................. 14

2.2.4 Langkah-Langkah Teknik Relaksasi Benson ............................................... 14

2.3 Konsep Nyeri. ................................................................................................. 14

2.3.1 Definisi Nyeri ............................................................................................... 14

2.3.2 Klasifikasi Nyeri ......................................................................................... 15

2.3.3 Karakteristik Nyeri ...................................................................................... 22

2.4 Kerangka Konsep ........................................................................................... 23

BAB III METODE STUDI KASUS .................................................................. 24

3.1 Rancangan Penelitian................................................................................... 24

3.2 Subjek Penelitian ......................................................................................... 25

3.3 Kriteria Inklusi ............................................................................................. 25

3.4 Kriteria Ekslusi : .......................................................................................... 26

3.5 Fokus Studi .................................................................................................. 26

3.6 Definisi Operasional .................................................................................... 27

3.7 Metode Pengumpulan Data.......................................................................... 28

3.8 Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................................... 29

3.9 Penyajian Data ............................................................................................. 29

3.10 Etika Penelitian ............................................................................................ 31

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 33

4.1 Gambaran Umum Lingkungan Studi Kasus ................................................... 33

4.2 Karakterisik Subjek ......................................................................................... 34

4.2.1 Subyek 1 ....................................................................................................... 34

4.2.2. Subyek II ..................................................................................................... 34

ix
4.3 Fokus Studi Kasus ........................................................................................... 35

4.3.1 Kondisi Sebelum Diberikan Intervensi ........................................................ 35

4.3.2 Proses Intervensi .......................................................................................... 36

4.3.3 Kondisi Klien Setelah Diberikan Intervensi ................................................ 38

4.4 Pembahasan ..................................................................................................... 48

4.5 Keterbatasan Penelitian ................................................................................... 49

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 50

5.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 50

5.2 Saran ................................................................................................................ 51

Daftar Pustaka ..................................................................................................... 52

Daftar Lampiran………………………………………………………………...52

x
DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Kerangka Teori Penelitian Study Kasus………………………………....27

Bagan 4.1 Grafik Skala Nyeri Subjek 1…………………………………………….49

Bagan 4.2 Grafik Tekanan Darah Subjek 1…………………………………………50

Bagan 4.3 Grafik Skala Nyeri Subjek 2 ……………………………………………55

Bagan 4.4 Grafik Tekanan Darah Subjek 2…………………………………………56

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Skala Wajah Wong Baker…………………………………………….28

Gambar 2.2 Skala Analog Visual Wajah……………………………………...…….30

Gambar 2.3 Skala Numeric Rating Scale…………………………………………. 30

Gambar 2.4 Skala Wajah Deskriptif ……………………………………………….31

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 JADWAL PENELITIAN………………………………………..53

Lampiran 2 PENJELASAN UNTUK MENGIKUTI PENELITIAN…………54

Lampiran 3 INFORMED CONSENT…………………………………………56

Lampiran 4 LEMBAR FORMAT PENGKAJIAN PENELITIAN RESPONDEN

DENGAN APPENDIK……………………………………………………….…57

Lampiran 5 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR TEKNIK RELAKSASI

BENSON…………………………………………………………………………63

Lampiran 6 LEMBAR OBSERVASI NYERI…………………………….....…....66

Lampiran 7 PERFORMANCE ASSESSMENT (Lembar Kerja)…………..…….67

Lampiran 8 SKALA PENGUKURAN NYERI………………………………..…71

Lampiran 9 LEMBAR OBSERVASI NYERI SUBJEK 1………………..……….73

Lampiran 10 LEMBAR OBSERVASI NYERI SUBJEK 2………………………..74

Lampiran 11 FORMULIR PEMILIHAN PEMBIMBING……………….………75

Lampiran 12 ETHICAL CLEARANCE……………………………………...…..76

Lampiran 13 LEMBAR REVISI…………………………………………….…….77

Lampiran 14 LEMBAR KONSULTASI…………………………………………..78

Lampiran 15 LEMBAR PENGAJUAN UJIAN KARYA TULIS ILMIAH (KTI).79

Lampiran 16 LEAFLET TEKNIK RELAKSASI BENSON………………………80

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Apendiks adalah organ tambahan kecil yang menyerupai jari, melekat pada

sekum tepat di bawah katup ileocecal ( Brunner dan Sudarth, 2002).

Angka kejadian appendicitis cukup tinggi di dunia. Berdasarkan World

Health Organisation (2010), angka mortalitas akibat appendicitis adalah

21.000 jiwa, dimana populasi laki-laki lebih banyak dibandingkan

perempuan. Di Amerika Serikat terdapat 70.000 kasus appendicitis setiap

tahunnya. Kejadian appendicitis di Amerika memiliki insiden 1-2 kasus per

10.000 anak pertahunnya antara kelahiran sampai umur 4 tahun. Kejadian

appendicitis meningkat 25 kasus per 10.000 anak pertahunnya antara umur

10-17 tahun di Amerika Serikat. Apabila dirata-rata appendicitis 1,1 kasus per

10.000 orang pertahun di Amerika Serikat. Insiden appendicitis cukup tinggi

termasuk Indonesia merupakan penyakit urutan keempat setelah dyspepsia,

gastritis dan duodenitis dan system cerna lainnya (Stefanus Satrio 2009).

Secara umum di Indonesia, appendicitis masih merupakan penyokong

terbesar untuk pasien operasi setiap tahunnya. (Depkes RI, 2007).

Menurut Riskesdas tahun 2013, Pasien Penyakit Appendik yang dirawat di

Rawat Inap Rumah Sakit di Indonesia mencapai 30.703 kasus, dibagi dari

jenis kelamin laki-laki 13.920, dan perempuan 16.783 kasus, dengan pasien

2
3

meninggal mencapai 234 kasus. Angka kejadian appendisitis di Rumah Sakit

PELNI Jakarta pada Tahun 2016 terdapat 48 kasus, dengan perkiraan pasien

dirawat diruang rawat inap Rumah Sakit PELNI selama 3,77 hari atau 3 - 4

hari.

Tindakan Pembedahan merupakan salah satu bentuk upaya terapi yang dapat

mendatangkan ancaman integritas tubuh dan jiwa seseorang. Pembedahan

yang direncanakan dapat menimbulkan respon fisiologis maupun psikologis

pasien. Respon fisiologis yang biasanya terjadi pada pasien Post-operasi

adalah Nyeri. (Depkes, 2008).

Appendicitis merupakan salah satu penyakit akut abdomen dimana terjadi

inflamasi pada appendik vermiformis. Penyakit appendicitis umumnya

disebabkan oleh infeksi bakteri, namun Faktor pencetusnya ada beberapa

kemungkinan yang sampai sekarang belum dapat diketahui secara pasti,

diantaranya Appendisitis adalah peradangan usus buntu, sebuah organ yang

merupakan tabung sepanjang 1,5 cm membentang dari usus besar. Nyeri pada

Appendisitis terletak di dekat pusar atau perut bagian atas yang menjadi

semakin tajam ketika bergerak ke perut kanan bawah.

Nyeri dapat diatasi dengan penatalaksanaan nyeri yang bertujuan untuk

meringankan atau mengurangi rasa nyeri sampai tingkat kenyamanan yang

dirasakan oleh Pasien. Ada dua cara penatalaksanaan nyeri yaitu terapi

farmakologis dan non-farmakologis. Tindakan perawat untuk menghilangkan


4

nyeri selain mengubah posisi, meditasi, makan, dan membuat Pasien merasa

nyaman yaitu mengajarkan teknik relaksasi (Potter & Perry, 2005).

Relaksasi Benson merupakan relaksasi menggunakan teknik pernapasan yang

biasa digunakan di rumah sakit pada pasien yang sedang mengalami nyeri

atau mengalami nyeri. Dan, pada relaksasi Benson ada penambahan unsur

keyakinan dalam bentuk kata-kata yang merupakan rasa cemas yang sedang

pasien alami.

Menurut Grece Frida Rasubala, dkk (2017) menyimpulkan bahwa teknik

relaksasi benson dapat menurunkan skala nyeri pada pasienPost Operasierasi

apendiksitis dari hasil penelitian dan beberapa hasil penelitian yang telah

dipaparkan diatas yaitu setelah diberikan teknik relaksasi benson, sebagian

besar skala nyeri mengalami perubahan yang signifikan dengan menurunnya

skala nyeri menjadi skala nyeri ringan. Selain itu, teknik relaksasi benson dapat

digunakan dimana saja tanpa mengganggu aktivitas yang lainnya.

Hasil penelitian Datak dkk (2008), menyatakan bahwa relaksasi benson

efektif untuk mengurangi nyeri pasca bedah. Relaksasi Benson dikembangkan

dari metode respons relaksasi dengan melibatkan factor keyakinan (faith

factor). Pasien melakukan relaksasi dengan mengulang kata atau kalimat

yang sesuai dengan keyakinan responden sehingga menghambat impuls

noxius pada system kontrol descending (gate control theory) dan

meningkatkan kontrol terhadap nyeri.


5

Berdasarkan hasil penelitian Kardewi (2016) sesudah dilakukan relaksasi

Benson, rata-rata responden mengalami perubahan yang positif. Hal ini

diketahui bahwa terdapat penurunan nilai insomnia rating scale gangguan

tidur pada lansia walaupun perubahan nilai tidaklah banyak namun rata-rata

responden mengalami perubahan yang positif.

Berdasarkan penelitian diatas dan praktik keperawatan klinik yang peneliti

lakukan di Rumah Sakit PELNI Jakarta mengenai Nyeri PadaPost

Operasierasi Appendik, maka dari itu peneliti tertarik untuk meneliti

efektivitas Intervensi Relaksasi Benson pada pasienPost Operasi Appendik di

Rumah Sakit PELNI Jakarta

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka masalah dalam Penelitian ini adalah

Bagaimanakah perubahan tingkat skala nyeri dengan menggunakan teknik

relaksasi Benson dalam mengurangi nyeri pada pasien post Appendik di

Rumah Sakit PELNI Jakarta?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian ini adalah untuk perubahan tingkat Nyeri setelah diberikan

terpi relaksasi Benson pada pasien Post-Op Appendik di Rumah Sakit PELNI

Jakarta
6

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Ilmu Keperawatan

Penelitian ini dapat menjadi suatu masukan untuk perkembangan ilmu

keperawatan khususnya bagi mata ajar Keperawatan.

1.4.2 Bagi Tenaga kesehatan dan Rumah Sakit

Penelitian ini dapat menjadi masukan dalam meningkatkan mutu dan kualitas

pelayanan dan asuhan keperawatan kepada pasien yang akan menjalankan

Operasi Pada Appendik yang dialaminya sehingga skala nyeri dapat

dikurangi.

1.4.3 Bagi Pendidikan

Hasil karya tulis ilmiah dalam bentuk penerapan riset ini diharapkan dapat

menambah pengetahuan dalam pembelajaran dan hasil riset penelitian dapat

menjadi acuan Pembelajaran guna memperdalam Ilmu Keperawatan.

1.4.4 Bagi Peneliti

Hasil karya tulis ilmiah dalam bentuk penerapan riset ini diharapkan dapat

menambah pengalaman dalam menentukan tindakan yang akan diterapkan

pada Klien Pasca Operasi Appendik dan Operasi Lainnya.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Penyakit Appendik

2.1.1 Definisi Penyakit Appendik

Apendiks adalah organ tambahan kecil yang menyerupai jari, melekat pada

sekum tepat di bawah katup ileocecal ( Brunner dan Suddarth, 2002).

Apendisitis adalah inflamasi akut pada apendiks yang terletak pada kuadran

bawah kanan dari rongga abdomen (Smeltzer & Bare, 2002).

Apendisitis adalah peradangan pada apendiks vermiformis, dan merupakan

penyebab abdomen akut yang paling sering (Arif Mansjoer dkk, 2000).

Apendisitis adalah kondisi di mana infeksi terjadi di umbai cacing, dalam kasus

ringan dapat sembuh tanpa perawatan, tetapi banyak kasus memerlukan

laparotomi dengan penyingkiran umbai cacing yang terinfeksi. Bila tidak

terawat, angka kematian cukup tinggi, dikarenakan oleh peritonitis dan shock

ketika umbai cacing yang terinfeksi hancur. ( Anonim, Apendisitis, 2007 )

7
8

Apendiktomi adalah suatu tindakan pembedahan untuk mengangkat apendiks

dilakukan sesegera mungkin untuk menurunkan risiko perforasi. Apendiktomi

dapat di lakukan dengan anestesi umum atau pun dengan anestesi spinal dan

dilakukan insisi pada abdomen bawah. Selain itu, dapat juga dilakukan dengan

metode baru yang sangat efektif yaitu dengan laparoskopi (Smeltzer & Bare

2002).

2.1.2 Etiologi

Apendisitis akut merupakan infeksi bakteria. Berbagai hal berperan sebagai

faktor pencetusnya. Sumbatan lumen apendiks merupakan faktor yang di

ajukan sebagai faktor pencetus disamping hiperplasia jaringan limfa, ekalit,

tumor apendiks, dan cacing askaris terdapat pula menyebabkan sumbatan.

penyebab lain yang diduga dapat menimbulkan apendisitis ialah erosi mukosa

apendiks karena parasit seperti E.histolyca. ( Wim de Jong, 2004 ).

2.1.3 Patofisiologi

Apendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen apendiks.

Penyumbatan tersebut menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa

mengalami bendungan. Makin lama mukus tersebut makin banyak, namun

elastisitas dinding apendiks memiliki keterbatasan sehingga terjadi peningkatan

tekanan intralumen. Tekanan tersebut akan menghambat aliran limfe yang

menyebabkan edema, diapedesis bakteri dan ulserasi mukosa. Pada saat inilah

terjadi apendisitis akut fokal yang ditandai dengan nyeri epigastrium.


9

Bila sekresi mukus berlanjut, tekanan akan terus meningkat dan menyebabkan

obstruksi vena, edema bertambah dan bakteri akan menembus dinding.

Peradangan yang meluas dan mengenai peritoneum setempat akan

menyebabkan nyeri perut kanan bawah. Keadaan ini disebut apendisitis

supuratif akut. Bila aliran arteri terganggu akan terjadi infark dinding apendiks

yang diikuti dengan gangren. Stadium ini disebut apendisitis gangrenosa. Bila

dinding apendiks yang rapuh tersebut pecah maka akan terjadi apendisitis

perforasi.

2.1.4 Manifestasi Klinis

Ditentukan oleh posisi dari apendiks dan apakah apendiks mengalami ruptur.

Tanda – tanda vital memperlihatkan takikardi ringan atau kenaikan temperatur

100C. Posisi yang nyaman bagi pasien adalah posisi seperti fetus atau

terlentang dengan tungkai ditarik, terutama tungkai kanan. Gerakan posisional

menyebabkan nyeri. Apendiks anterior memberikan nyeri tekan maksimum,

kekakuan otot (defense muskular), dan nyeri lepas pada titik McBurney

(sepertiga jarak dari spina iliaka anterior superior ke umbilikus).

Tanda Rovsing (nyeri kuadran kanan bawah dengan palpasi dalam kuadran kiri

bawah) menandakan iritasi peritoneum. Tanda psoas (dengan perlahan paha

kanan pasien diekstensikan pada saat berbaring pada sisi kiri ) memperlihatkan

inflamasi di dekatnya pada saat meregangkan otot iliopsoas. Tanda obturator

(rotasi interna pasif dari paha kanan yang difleksikan dengan pasien dalam

posisi terlentang) menandakan iritasi di dekat obturator internus. Apendisitis

rektosekal dapat timbul dengan nyeri hebat. Apendisitis pelvikum dapat


10

memberikan nyeri pada pemeriksaan rektum, dengan penakanan pada kantong

Douglas. ( Schwartz, 2000 )

2.1.5 Komplikasi

Menurut Mansjoer, 2000 Komplikasi Apendisitis yaitu:

2.1.5.1 Perforasi

Tanda-tanda perforasi meliputi meningkatnya nyeri, spasme otot dinding perut

kuadran kanan bawah dengan tanda peritonitis umum atau abses yang

terlokalisasi, ileus, demam, malaise dan leukositosis semakin jelas.

2.1.5.2 Peritonitis

Peritonitis umum terapi spesifik yang dilakukan adalah dengan menutup asal

perforasi. Tindakan lain yang menunjang dengan tirah baring, pemasangan

NGT, puasa, koreksi cairan dan elektrolit, pemberian antibiotik berspektrum

luas.

2.1.5.3 Abses Apendiks

Abses akan teraba massa di kuadran kanan bawah yang cenderung

menggelembung kea rah rectum atau vagina.

2.1.5.4 Pleflebitis (tromboplebitis septik vena portal)

Komplikasi ini dapat menyebabkan demam yang tinggi, panas dingin

menggigil dan ikterus. (Mansjoer, 2000).

2.1.6 Penatalaksanaan Medis Penyakit Apendisitis

Apabila diagnosis apendisitis sudah ditegakkan maka tindakan yang paling

tepat adalah pengangkatan apendiks melalui proses pembedahan (Smeltzer &

Bare 2002). Apabila tindakan pembedahan (Apendiktomi) dilakukan sebelum


11

terjadi ruptur dan terdapat tanda-tanda peritonitis maka biasanya perawatan

pascabedah tanpa disertai penyulit. Pemberian antibiotik biasanya

diindikasikan. Untuk waktu pemulangan dari pasien yang menderita apendisitis

ini tergantung pada seberapa 16 dini penegakan diagnosis, derajat inflamasi

dan penggunaan metode pembedahan yang lakukan yaitu bedah terbuka atau

laparoskopi (Price & Wilson, 2006).

2.1.6.1 Penatalaksanaan Keperawatan.

Berdasarkan pengamatan dan pengalaman yang pernah peneliti alami dalam

hal Appendik tidak ada tata laksana keperawatan khusus yang diberikan pada

pasien apendisitis, adapun tindakan non medis yang diberikan adalah persiapan

pasien untuk apendiktomi diantaranya perawat memastikan kepada dokter

bahwa tes darah, cek urin, rontgen, dan puasa sudah dilaksanakan.

Kemudian tindakan keperawatan yang dapat diberikan post-op adalah

perawatan luka jahitan dan mobilisasi pasien secara teratur untuk mencegah

dekubitus.

2.1.6.2 Persiapan Sebelum Operasi

2.1.6.2.1 Observasi

Dalam 8-12 jam setelah timbulnya keluhan, tanda dan gejala apendisitis

seringkali masih belum jelas. Observasi ketat perlu dilakukan, pasien

diminta untuk melakukan tirah baring dan dipuasakan. Laksatif tidah

boleh diberikan apabila dicurigai adanya apendisitis atauoun bentuk

peritonitis lainnya. Pemeriksaan abdomen dan rektal serta pemeriksaan

darah diulang secara periodik. Foto abdomen dan toraks tegak dilakukan

untuk mencari kemungkinan adanya penyulit lain.

2.1.6.2.1.1 Intubasi bila perlu


12

2.1.6.2.1.2 Antibiotik

2.1.6.2 Operasi Apendiktomi

Pembedahan diindikasikan bila diagnosa apendisitis telah ditegakkan.

Antibiotik dan cairan IV diberikan setelah diagnosa ditegakkan. Apendiktomi

dapat dilakukan sesegera mungkin untuk menurunkan resiko perforasi.

Apendiktomi dapat dilakukan dibawah anestesi umum atau spinal dengan insisi

abdomen bawah atau dengan laparoskopi yang merupakan metode terbaru yang

sangat efektif.

2.1.6.3 Perawatan Sesudah Operasi

Perlu dilakukan observasi tanda-tanda vital untuk mengetahui terjadinya

perdarahan di dalam, syok, hipertermia, atau gangguan pernafasan. Angkat

sonde lambung bila pasien telah sadar, sehingga aspirasi cairan lambung dapat

dicegah. Baringkan pasien dalam posisi fowler. Pasien dikatakan baik bila

dalam 12 jam tidak terjadi gangguan. Selama itu pasien dipuasakan. Bila

tindakan operasi lebih besar, misalnya dengan peritonitis, pasien dipuasakan

sampai fungsi usus kembali normal. 17 Untuk nutrisi pasien dapat diberikan

minum mulai 15ml/ jam selama 4-5 jam, lalu dinaikan menjadi 30ml/jam.

Keesokan harinya diberikan makanan saring dan hari berikutnya diberikan

makanan lunak. Satu hari berikutnya pasien dianjurkan untuk duduk tegak di

tempat tidur selama 2 x 30 menit. Pada hari kedua pasien dapat berdiri dan

duduk diluar kamar. Dan pada hari ketujuh jahitan dapat diangkat dan pasien

diperbolehkan pulang.
13

2.2 Konsep Tindakan Terapi Relaksasi Benson

2.2.1 Definisi Terapi Relaksasi Benson

Relaksasi adalah sebuah keadaan dimana seseorang terbebas dari tekanan dan

nyeri atau kembalinya keseimbangan (equilibrium) setelah terjadi gangguan

(Candra, 2013). Teknik relaksasi menghasilakan respon fisiologis yang

terintegrasi dan juga mengganggu bagian dari kesadaran yang dikenal sebagai

“respon relaksasi benson” (Trianto, 2014).

Relaksasi benson merupakan pengembangan metode respon relaksasi dengan

melibatkan faktor keyakinan pasien, yang dapat menciptakan suatu lingkungan

internal sehingga dapat membantu pasien mencapi kesehatan dan kesejahteraan

lebih tinggi (Benson & Proctor, 2006).

2.2.2 Macam-Macam Teknik Relaksasi Benson.

2.2.2.1 Relaksasi otot, relaksasi ini bertujuan untuk mengurangi nyeri ketegangan

dan nyeri dengan cara melemaskan otot-otot badan, dimulai dari otot ibu jari

kaki sampai kepala.

2.2.2.2 Relaksasi kesadaran indra dalam kondisi rileks, pasien diberi perintah-

perintah dan diminta untuk merasakan pertanyaan yang membuat rileks,

dengan membayangkan hal-hal yang menciptakan ketenangan.

3. Relaksasi meditasi, relaksasi yang memakai ritual keagamaan atau

sejenisnya, sebagai sarana pencarian tempat bersandar demi terjadinya

kedekatan antara manusia dengan Tuhan.


14

2.2.3 Teknik Relaksasi Benson

Setyawati (2005), menyatakan bahwa teknik relaksasi nafas dalam dilakukan

oleh pasien dengan memejamkan mata dan bernafas dengan perlahan dan

nyaman. Irama yang konstan dapat dipertahankan dengan menghitung dalam

hati dan lambat bersama setiap inhalasi “hirup, dua, tiga” dan ekshalasi

“hembuskan, dua, tiga (sambil mengucap dengan nama Tuhan). Perawat

mengajarkan teknik ini, akan sangat membantu bila menghitung dengan keras

bersama pasien pada awalnya pasien terampil dalam melakukan teknik

relaksasi pasien harus sering berlatih.

2.2.4 Langkah-Langkah Teknik Relaksasi Benson

Langkah-langkah teknik relaksasi Benson menurut Setyawati (2005) yaitu,

tidur tenang dalam posisi nyaman dan rileks, memejamkan mata dan bernafas

dengan perlahan dan nyaman. Irama yang konstan dapat dipertahankan dengan

menghitung dalam hati dan lambat bersama setiap inhalasi “hirup, dua, tiga”

dan ekshalasi “hembuskan, dua, tiga (sambil mengucap dengan nama Tuhan),

lakukan selama 15 menit. Kemudian, bukalah mata secara perlahan, lakukan

kegiatan ini minimal satu kali sehari.

2.3 Konsep Nyeri.

2.3.1 Definisi Nyeri

Nyeri merupakan bentuk ketidaknyamanan yang dapat dialami oleh setiap

orang. Rasa nyeri dapat menjadi peringatan terhadap adanya ancaman yang

bersifat aktual maupun potensial, namun nyeri bersifat subyektif dan sangat
15

individual. Respon seseorang terhadap nyeri dipengaruhi oleh faktor jenis

kelamin, budaya dan lain sebagainya (Andarmoyo, 2013).

Nyeri merupakan cara tubuh untuk memberitahu kita bahwa terjadi sesuatu

yang salah, nyeri bekerja sebagai suatu system alam yang merupakan sinyal

yang memberitahukan kita untuk berhenti melakukan sesuatu yang mungkin

menyakitkan kita, dengan cara ini melindungi kita dari keadaan yang

berbahaya. Alasan ini nyeri seharusnya ditangani secara serius (Guide, 2007).

2.3.2 Klasifikasi Nyeri

Menurut Andarmoyo (2013), klasifikasi nyeri dibedakan menjadi dua yaitu:

2.3.2.1 Nyeri akut

Nyeri akut adalah nyeri yang terjadi setelah cidera akut penyakit, atau

intervensi bedah dan memiliki awitan yang cepat, dengan intensitas yang

bervariasi (ringan sampai berat) dan berlangsung untuk waktu singkat. Untuk

tujuan definisi, nyeri akut dapat dijelaskan sebagai nyeri yang berlangsung

dari beberapa detik hingga enam bulan. Fungsi nyeri akut ialah member

peringatan akan suatu cidera atau penyakit yang akan datang. Nyeri akut akan

berhenti dengan sendirinya (self-limiting) dan akhirnya menghilang dengan

atau tanpa pengobatan setelah keadaan pulih pada area yang terjadi

kerusakan. Nyeri akut berdurasi singkat (kurang dari 6 bulan), memiliki

omset yang tiba-tiba dan berlokalisasi. Nyeri ini biasanya disebabkan trauma

bedah atau inflamasi. Kebanyakan orang pernah mengalami nyeri sejenis ini,

seperti pada saat sakit kepala, sakit gigi, terbakar, tertusuk duri, persalinan,

pasca pembedahan dan lain sebagainya.


16

Nyeri akut terkadang desertai oleh aktifitas system saraf simpatis yang akan

memperlihatkan gejala-gejala seperti peningkatan respirasi, peningkatan

tekanan darah, peningkatan denyut jantung, diaphoresis, dan dilatasi pupil.

Secara verbal pasien yang mengalami nyeri yang melaporkan adanya

ketidaknyamanan berkaitan dengan nyeri yang dirasakan. Pasien yang

mengalami nyeri akut biasanya juga akan memperlihatkan respon emosi dan

perilaku seperti menangis, mengerang kesakitan, mengerutkan wajah, atau

menyeringai.

2.3.2.2 Nyeri kronik

McCaffery (1986) dalam Potter & Perry (2006) nyeri kronik adalah nyeri

konstan atau interminten yang menetap suatu panjang waktu. Nyeri kronik

berlangsung lebih dari 6 bulan. Nyeri kronik tidak dapat mempunyai awitan

yang ditetapkan dengan tepat dan sering sulit untuk diobati karena biasanya

nyeri ini tidak memberikan respon terhadap pengobatan yang diarahkan pada

penyebabnya. Nyeri kronik dibagi menjadi dua, yaitu nyeri kronik

nonmalignan dan malignan (Potter & Perry, 2006). Shceman (2009) dalam

Potter & Perry (2006) nyeri kronik nonmalignan merupakan nyeri yang

timbul akibat cidera jaringan yang progresif atau yang menyembuh, biasa

timbul tanpa penyebab yang jelas misalnya nyeri pinggang bawah, nyeri yang

didasari atas kondisi kronis, misalnya osteoporosis. Portenoy (2007) dalam

Potter & Perry (2006). Nyeri kronik malignan yang disebut juga nyeri kanker

memiliki penyebab nyeri yang dapat diidenfikasi yaitu terjadi akibat


17

perubahan pada syaraf. Perubahan ini terjadi biasa karena penekanan pada

syaraf akibat mestastasis selsel kanker maupun pengaruh zat-zat kimia

maupun pengaruh zat-zat kimia yang dihasilkan oleh kanker itu sendiri.

2.3.2.3 Penilaian Respon Intensitas Nyeri

Menurut Tamsuri (2007) dalam intensitas nyeri merupakan gambaran tentang

seberapa parah nyeri dirasakan oleh individu, pengukuran intensitas nyeri

sangat subjektif dan individual serta kemungkinan nyeri dalam intensitas

yang sama dirasakan sangat berbeda oleh dua orang yang berbeda.

Pengukuran nyeri dengan pendekatan objektif yang paling mungkin adalah

menggunakan respon fisiologik tubuh terhadap nyeri itu sendiri. Namun,

pengukuran dengan teknik ini juga tidak dapat memberikan gambaran pasti

tentang nyeri itu sendiri.

Penilaian Intensitas nyeri dapat dilakukan dengan skala sebagai berikut:

2.3.2.3.1 Skala Pengukuran Nyeri Wong-Baker

Nyeri adalah masalah yang sering kita temui pada pasien. Hampir setiap

pasien dipastikan terdapat nyeri. Untuk mengukur tingkat nyeri pada

pasien dapat digunakan berbagai macam indikator atau skala, salah satu

yang populer adalah Wong-Baker FACES Pain Rating Scale.


18

Skala Wajah (Wong-Baker Faces Pain Rating Scale)

Daftar Gambar 2.1

Sumber: Keperawatanskalawajah.blogspot.com

Keterangan:
Ekspresi wajah 1 : Tidak merasa nyeri sama sekali
Ekspresi wajah 2 : Nyeri hanya sedikit/ ringan
Ekspresi wajah 3 : Sedikit lebih nyeri
Ekspresi wajah 4 : Jauh lebih nyeri/nyeri yang hebat
Ekspresi wajah 5 : Nyeri yang sangat hebat tetapi bisa di control
Ekspersi wajah 6 : Sangat nyeri luar biasa hingga penderita menangis

2.3.2.3.2 Skala Analog Visual

Daftar Gambar 2.2

Sumber: Keperawatanskalawajah.blogspot.com

Skala analog visual (Visual Analog Scale, VAS) adalah suatu garis lurus/

horizontal sepanjang 10cm, yang mewakili intensitas nyeri yang terus

menerus dan pendeskripsi verbal pada setiap ujungnya. Skala ini member
19

pasien kebebasan penuh untuk mengidenfikasi keparahan nyeri. VAS

dapat merupakan pengukuran keparahan nyeri yang lebih sensitive

karena Pasien dapat mengidentifikasi setiap titik pada rangkaian dari

pada di paksa memilih satu kata atau angka (Potter & Perry, 2006).

2.3.2.3.3 Skala Numerik Rating Scale

Daftar Gambar 2.3

Sumber: Keperawatanskalawajah.blogspot.com

Daftar Skala penelitian numerik (Numerical Rating Scale, NRS) lebih

digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsian kata (Maryunani, 2013).

Dalam hal ini pasien menilai nyeri dengan menggunakan skala 0-10. Skala

paling efektif digunakan saat mengkaji intensitas nyeri sebelum dan

setelah intervensi terapeutik (Potter & Perry, 2006).


20

2.3.2.3.4 Skala Deskriptif

Sumber: Keperawatanskalawajah.blogspot.com

Daftar Gambar 2.4


Keterangan:
0 : Tidak nyeri
1-3 : Nyeri ringan
Secara obyektif Pasien dapat berkomunikasi dengan baik.
4-6 : Nyeri sedang
Secara obyektif pesien mendesis, menyeringai, dapat menunjukkan lokasi
nyeri, dapat mendiskripsikannya, dapat mengikuti perintah dengan baik.
7-9 : Nyeri berat
Secara obyektif Pasien terkadang tidak dapat mengikuti perintah tapi
masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak
dapat mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas
panjang dan distraksi.
10 : Nyeri sangat berat.
Pasien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi, memukul.
2.3.2.4 Respon Fisiologis Terhadap Nyeri

Perubahan atau respon fisiologis dianggap sebagai indicator nyeri yang

lebih akurat dibandingkan laporan verbal pasien. Respon fisiologis harus

digunakan sebagai pengganti untuk laporan verbal dari nyeri pada pasien

tidak sadar dan jangan digunakan untuk mencoba memvalidasi laporan

verbal dari nyeri individu.


21

Respon fisiologis terhadap nyeri dapat sangat membahayakan individu.

Pada saat impuls nyeri naik ke medulla spinalis menuju ke batang otak dan

hipotalamus, system saraf otonom menjadi terstimulasi sebagai bagian dari

respon stress. Stimulasi pada cabang simpatis pada system saraf otonom

menghasilkan respon fisiologis.

Apabila nyeri terus menerus, berat, dalam dan melibatkan organ-organ

dalam atau viseral maka system saraf simpatis akan menghasilkan suatu aksi

(Smeltzer & Bare, 2002).

2.3.2.5 Tujuan Strategi Penatalaksanaan Nyeri.

Menurut Andarmoyo (2013), dalam dunia keperawatan manajemen nyeri

dilakukan dengan tujuan sebagai berikut:


22

2.3.2.5.1 Mengurangi intensitas dan durasi keluhan nyeri.

2.3.2.5.2 Menurunkan kemungkinan berubahnya nyeri akut menjadi gejala nyeri

kronis yang persisten.

2.3.2.5.3 Mengurangi penderita dan atau ketidakmampuan atau ketidakberdayaan

akibat nyeri.

2.3.2.5.4 Meminimalkan reaksi yang tak diinginakan atau intoleransi terhadap terapi

nyeri.

2.3.2.5.5 Meningkatkan kualitas hidup pasien dan mengoptimalkan kemampuan

pasien untuk menjalankan aktifitas pasien sehari-hari.

2.3.3 Karakteristik Nyeri

Menurut Andarmoyo (2013), untuk membantu pasien dalam mengutarakan

masalah atau keluhannya secara lengkap, pengkajian

yang dilakukan untuk mengkaji karakteristik nyeri bisa menggunakan

pendekatan analisis symptom. Komponen pengkajian analisis symptom

meliputi (PQRST): P (Paliatif/Profocatif = yang menyebabkan timbulnya

masalah), Q (Quantity/Quality = Kualitas dan kuantitas nyeri yang dirasakan),

R (Region = Lokasi nyeri), S (Severity = keparahan), T (Time = waktu).


23

2.4 Kerangka Konsep

Post Operasi Appendik

Nyeri

Rehabilitasi

Terapi Relaksasi Benson

Subjek 1 Subjek 2

Nyeri Berkurang Nyeri Berkurang


BAB III

METODE STUDI KASUS

Pada bab ini Penelitian ini menguraikan tentang rancangan Penelitian, subyek

Penelitian, fokus studi, definisi operasional, instrumen Penelitian, metode

pengumpulan data, lokasi dan waktu Penelitian, penyajian data, dan etika

Penelitian. Pada pasien Appendik yang sedang menjalani perawatan di Ruang

Rawat Inap Rumah Sakit PELNI Jakarta.

3.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini berbentuk Penelitian deskriptif dengan rancangan Penelitian studi

kasus, yaitu rancangan Penelitian yang mencakup pengkajian satu unit

Penelitian secara intensif. Misalnya satu pasien, keluarga, kelompok,

komunitas atau institusi. Desain dari studi kasus tergantung dari keadaan kasus

tetapi tetap mempertimbangkan waktu (Nursalam, 2013).

Penelitian ini melibatkan dua penderita Appendik yang menjalani perawatan,

dipilih secara acak. Pada Penelitian ini, Peneliti melakukan intervensi hasil

perubahan nilai kekuatan otot ekstremitas atas pada pasien Appendik dengan

karakteristik yang sama yaitu kedua pasien Appendik yang menjalani

perawatan.

24
25

3.2 Subjek Penelitian

Subyek Penelitian merupakan tempat variable melekat. Subyek Penelitian

adalah tempat dimana data untuk variable Penelitian diperoleh (Arikunto,

2010). Subyek Penelitian adalah suatu pertimbangan tertentu seperti sifat-sifat

populasi ataupun ciri-ciri yang sudah diketahui sebelumnya (Notoatmodjo,

2010).

Metode Penelitian yang dipakai adalah pengambilan menggunakan purposive

sampling. Menurut Sugiyono (2012) pengertian purposive sampling adalah

teknik penentuan sampel dengan berdasarkan kriteria-kriteria atau

pertimbangan tertentu.

Kriteria inklusi adalah karakteistik umum subyek Penelitian dari suatu populasi

target yang terjangkau yang akan diteliti. Kriteria eksklusi adalah

menghilangkan atau mengeluarkan subyek yang tidak memenuhi kriteria

inklusi dari studi karena berbagai sebab (Nursalam, 2013).

3.3 Kriteria Inklusi

3.3.1.1 Pasien yang sedang menjalani rawat inap dan setelah dilakukan operasi

Appendiktomi.

3.3.1.2 Pasien yang bersedia untuk mengikuti Penelitian.

3.3.1.3 Pasien denganPost Operasi Appendik.

3.3.1.4 Pasien Appendik dengan kesadaran Compos Mentis.

3.3.1.5 Pasien dengan hasil pemeriksaan skala nyeri 2 – 6.


26

3.3.1.6 Pasien Appendik berusia 17 - 35 tahun.

3.4 Kriteria Ekslusi :

3.4.1 Pasien yang tidak bersedia untuk mengikuti Penelitian.

3.4.2 Pasien dengan kesadaran Apatis, Somnolen, dan Soporo Koma.

3.4.3 Pasien Appendik dengan penurunan kesadaran dan peningkatan TIK

3.4.4 Pasien dengan komplikasi penyakit lain.

3.4.5 Pasien Appendik berusia >35 Tahun.

3.4.6 Pasien dengan hasil pemeriksaan skala nyeri > 6.

3.4.7 Pasien dengan Psikologi tidak stabil ( Depresi ).

3.5 Fokus Studi

Fokus studi adalah kajian utama dari masalah yang akan dijadikan titik acuan

penelitian. Fokus studi dari penelitian ini adalah “penurunan tingkat nyeri pada

pasien penyakit Post-op Appendik yang mendapat intervensi tehnik relaksasi

Benson.
27

3.6 Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

Teknik Relaksasi Benson Menggunakan SOP Rasional

Relaksasi menggunakan teknik Alat Ukur

Benson pernapasan yang Skala Nyeri

biasa digunakan di Face (Muka)

rumah sakit pada

pasien yang sedang

mengalami nyeri

atau mengalami

kecemasan. Dan,

pada relaksasi

Benson ada

penambahan unsur

keyakinan dalam

bentuk kata-kata

yang merupakan rasa

cemas yang sedang

pasien alami.

Nyeri Nyeri merupakan Menggunakan SOP Rasional

bentuk Alat Ukur

ketidaknyamanan Skala Nyeri

yang dapat dialami Face (Muka)

oleh setiap orang


28

3.7 Metode Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, teknik yang

akan peneliti gunakan adalah screnning keperawatan medikal bedah.

3.7.1 Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah lembar observasi yang

menunjukan dan menjelaskan tentang karakteristik nyeri yang ada pada

pasien tersebut.

3.7.2 Prosedur Penelitian Data

3.7.2.1 Tahap Persiapan

3.7.2.1.1 Peneliti mengajukan surat permohonan ijin penelitian ke institusi

pendidikan setelah sidang proposal.

3.7.2.1.2 Peneliti mengajukan surat permohonan ijin penelitian yang ditujukan

kepada Rumah Sakit melalui institusi pendidikan`

3.7.2.1.3 Peneliti menyampaikan ijin penelitian kepada kepala ruangan dan perawat

yang ada diruangan tersebut

3.7.2.2 Tahap Pelaksanaan

3.7.2.2.1 Peneliti melakukan penelitian di Rumah Sakit PELNI Jakarta

3.7.2.2.2 Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian yang akan dilakukan

serta proses pelaksanaan dari penelitian yang akan dilaksanakan kepada

kepala ruangan

3.7.2.2.3 Peneliti menyiapkan lembar observasi nyeri

3.7.2.2.4 Mencari atau memilih calon subyek penelitian yang sesuai dengan kriteria

inklusi dan eksklusi


29

3.7.2.2.5 Peneliti dan pembimbing menjelaskan kegiatan penelitian yang akan

dilakukan pada subyek penelitian (pemberian teknik relaksasi Benson

pada pasien Post-op Appendik)

3.7.2.2.6 Meminta persetujuan dari calon subyek penelitian untuk bersedia dan

berpartisipasi dalam penelitian ini

3.7.2.2.7 Meminta subyek penelitian untuk membaca surat persetujuan dan

menyatakan persetujuan dengan menandatangani surat persetujuan

3.7.2.2.8 Melakukan pengkajian pada subyek penelitian tentang perasaannya dan

nyeri yang dirasakan

3.7.2.2.9 Setelah mendapatkan data subyek penelitian, peneliti melakukan teknik

relaksasi benson yang akan diterapkan pada subyek penelitian.

3.8 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit PELNI

Jakarta Jl. AIPDA KS.Tubun No.92-94, Petamburan - Jakarta Barat. Waktu

penelitian akan dilaksanakan selama 3 hari berturut-turut dilakukan dalam 2

kali sehari (Pagi dan Sore), dari tanggal 16 Juli 2018 sampai tanggal 21 Juli

2018 pada pasien appendiktomi yang menjalani perawatan.

3.9 Penyajian Data

Sebelum Peneliti melaksanakan pengamatan, Peneliti mengidentifikasi calon

responden sesuai kriteria inklusi bersama kepala Ruangan Rawat Inap Rumah

Sakit PELNI Jakarta. Identifikasi dilakukan pada calon responden yang

memperoleh perawatan minimal 1 hari perawatan. Hasil identifikasi Peneliti


30

dan kepala Ruangan Rawat Inap diperoleh 2 orang calon responden yang

sesuai dengan kriteria inklusi.

Selanjutnya Peneliti memberikan penjelasan tentang tujuan, manfaat dan

prosedur Penelitian kepada calon responden. Peneliti menyampaikan bahwa

selama proses pengambilan data ini responden tidak dipungut biaya. Semua

keperluan data yang membutuhkan biaya dalam Penelitian ini ditanggung oleh

Peneliti. Setelah memberikan penjelaskan kepada semua calon responden yang

sesuai kriteria inklusi, sebanyak satu sampai 2 responden bersedia menjadi

responden dan melakukan penandatanganan Informed Consent. Selanjutnya

Peneliti melakukan wawancara untuk menanyakan umur dan melakukan

observasi terhadap jenis kelamin responden, hasilnya ditulis pada lembar

pengumpulan data karakteristik responden.

Pengamatan/observasi penilaian kekuatan otot terhadap responden dilakukan

selama 3 Hari berturut-turut. Peneliti melakukan pengamatan pengamatan

pengukuran skala nyeri selama 3 Hari perawatan bertujuan untuk memperoleh

perubahan nilai nyeri pada responden. Peneliti mengamati nilai nyeri selama 3

Hari. Peneliti melakukan pengamatan terhadap niali manajemen nyeri

responden sebelum dan sesudah terapi relaksasi Benson aktif dan mencatat

hasil pengukuran tersebut pada lembar pengumpulan data.


31

3.10 Etika Penelitian

Etika Penelitian bertujuan untuk menjaga kerahasian identitas subjek Penelitian

akan kemungkinan terjadinya ancaman terhadap subyek Penelitian (Nursalam,

2003).

3.10.1 Informed Consent

Informed consent adalah persetujuan tindakan yang diberikan oleh pasien

atau keluarga terdekatnya setelah mendapatkan penjelasan secara lengkap

mengenai tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien tersebut

(Wordpress.com). Dalam penelitian ini infromed consent sebagai perjanjian

antara dua pihak, apakah pasein setuju atau tidak menjadi responden untuk

penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Sebelum diberikannya informed

consent, calon responden diberikan penjelasan terkait maksud dan tujuan

peneliti. Jika memang calon responden setuju menjadi responden untuk

penelitian, calon responden menandatangani lembar informed consent

dengan sukarela dan tanpa paksaan dari pihak manapun.

3.10.2 Anonimity

Anonimity merupakan etika penelitian dimana penelitian tidak

mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur, tetapi hanya

menuliskan kode pada lembar pengumpulan data. Kode yang digunakan

berupa nomor responden (Kelana K, 2011).

3.10.3 Confidentiality

Kerahasiaan informasi yang dikumpulkan dari subyek dijamin oleh peneliti,

seluruh informasi akan digunakan untuk kepentingan penelitian dan hanya


32

kelompok tertentu saja yang disajikan atau dilaporkan sebagai hasil

penelitian (Kelana K, 2011).

3.10.4 Right to self-determination (hak untuk ikut menjadi subyek Penelitian)

Subyek Penelitian mempunyai hak memutuskan apakah mereka bersedia

menjadi subyek ataupun tidak tanpa adanya sangsi apapun atau akan

berakibat terhadap kesembuhannya jika mereka seorang pasien


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan hasil dan pembahasan dari sebuah penelitian mengenai

“Analisis Intervensi Teknik Relaksasi Benson dalam Mengurangi Nyeri pada Pasien

Post-Op Appendik di Rumah Sakit PELNI Jakarta”. Penelitian ini dilakukan mulai

tanggal 9 Juli -15 Juli 2018 pada dua orang subyek yaitu Subyek 1 dan Subyek 2.

4.1 Gambaran Umum Lingkungan Studi Kasus

Penelitian studi kasus ini dilakukan di Rumah Sakit PELNI Jakara yang

beralamat di Jln. KS Tubun No 92-94 Jakarta Barat. Rumah Sakit ini memiliki

beberapa fasilitas, seperti IGD, Ruang Perawatan, Kamar Bedah, Poli Klinik, CT

Scan, Radiologi, MRI, Cathlab, Endoskopi, Laboratorium, ICU/ICCU, HCU,

Ruang Hemodialisa, Farmasi, Instalasi Gizi Rumah Sakit, Fisioterapi dan sarana

Ibadah.

Penelitian ini dilakukan di Ruangan Melati Rumah Sakit PELNI pada Subyek 1

dan Subyek 2 dikelas satu yang berisi 51 Pasien yang terdiri dari 25 Kamar dan

Isolasi 1, masing-masing kamar memiliki 2 Bed Tempat Tidur. Subyek 1 berada

di kamar 14 Bed A, dan Subyek 2 berada pada kamar 15 Bed A.

33
34

4.2 Karakterisik Subjek

4.2.1 Subyek 1

Subyek 1 berjenis kelamin laki-laki, berumur 24 Tahun, bertempat tinggal di Gang

Al Amin RT/RW 007/003 Kel Pagar Agung, Kec Lahat, Sumatera Selatan, memiliki

pekerjaan Karyawan Swasta, merupakan anak pertama dari tiga bersaudara, tinggal

dikost didaerah Slipi Petamburan. Saat ini Subyek 1 menjalani rawat inap di ruang

Melati, memiliki tinggi badan 170 cm, berat badan 55 kg, berambut hitam, kulit sawo

matang, berpenampilan rapi, dan idak memiliki cacat fisik. Berdasarkan pengamatan,

Subyek 1 tampak ramah dan kooperatif, ekspresi wajah Pasien tampak meringis

seperti menahan nyeri saat dilakukan wawancara lebih sering yang menjawab oleh

ibunya. Setelah dilakukan wawancara didapatkan hasil yang menunjukan bahwa

subyek 1 mengeluh nyeri di abdomen, nyeri terasa seperti berdenyut dan tertusuk,

skala nyeri 5-6 dan timbul ketika Pasien merubah posisi, wajah Pasien terlihat

meringis dan kesakitan.

4.2.2. Subyek II

Subyek II berjenis kelamin perempuan, berumur 19 Tahun, bertempat tinggal Jln

Lontar Atas Rt 02 RW 012, Kel Kebon Melati, Kec Tanah Abang, Jakarta Pusat,

memiliki pekerjaan Mahasiswa, merupakan anak kedua dari tiga bersaudara, tinggal

serumah dengan orang tua dan saudaranya. Saat ini Subyek II menjalani rawat inap

di ruang Melati, memiliki tinggi badan 160 cm, berat badan 58 kg, berambut hitam,

kulit sawo matang, berpenampilan rapi, dan tidak memiliki cacat fisik. Berdasarkan

pengamatan, Subyek II tampak diam dan kooperatif, ekspresi wajah Pasien tampak
35

meringis seperti menahan nyeri saat dilakukan wawancara lebih sering yang

menjawab oleh ibunya. Setelah dilakukan wawancara didapatkan hasil yang

menunjukan bahwa subyek 1 mengeluh nyeri di abdomen, nyeri terasa seperti

berdenyut dan tertusuk, skala nyeri 5-6 dan timbul ketika Pasien merubah posisi,

wajah Pasien terlihat meringis dan kesakitan.

4.3 Fokus Studi Kasus

Studi kasus ini memaparkan tentang Upaya Mengurangi Nyeri pada Pasien

Appendisitis yang difokuskan pada intervensi dan sesudah intervensi berupa tekanan

darah, Suhu, Pernafasan, Nadi, Skala Nyeri, Haluaran Drain. Hasil Studi Kasus akan

dipaparkan berikut ini:

4.3.1 Kondisi Sebelum Diberikan Intervensi

4.3.1.1 Subyek 1

4.3.1.1.1 Hasil Wawancara

Setelah dilakukan wawancara didapatkan hasil Pasien mengeluh nyeri diarea

abdomen, nyeri seperti berdenyut dan tertusuk, skala nyeri 6 dan timbul ketika

Pasien merubah posisi, wajah Pasien terlihat meringis dan gelisah. Keluhan yang

dirasakan pasien seperti tertusuk-tusuk, penyebaran luka operasi appendik terletak

pada abdomen. Pasien belum bisa kentut dan perutnya belum kembung. Pasien

mengalami kelemahan dikedua belah kaki. Pasien mengatasi nyeri dengan tidur dan

minum obat. Keadaan luka operasi masih ada pendarahan didaerah bekas luka post-

op. Obat-obatan yang dikonsumsi Obat Pereda Nyeri

4.3.1.1.2 Pemeriksaan Fisik

Pasien terpasang nasal kanul 3 Liter/ Menit. Tanda-tanda vital 122/68 mmHg, N

89x/m, Suhu 38,1, P 20x/m. Haluaran Drain Warna Merah sebanyak 150 cc. Subyek
36

1 mengalami keluhan nyeri sedang diabdomen bawah sudah 1 minggu. Nyeri

berulang lebih dari 3 kali dalam satu hati. Nyeri timbul 3-4 menit. Keadaan Luka

Masih Belum Kering. Klien masih tirah baring belum diperbolehkan pergi dari

tempat tidur. Terpasang RL 8 jam/kolf.

4.3.1.2 Subyek II

4.3.1.2.1 Hasil Wawancara

Setelah dilakukan wawancara didapatkan hasil Pasien mengeluh nyeri diarea

abdomen, nyeri seperti berdenyut dan tertusuk, skala nyeri 5 dan timbul ketika

Pasien merubah posisi, wajah Pasien terlihat meringis dan gelisah. Keluhan yang

dirasakan pasien seperti tertekan, penyebaran luka operasi appendik terletak pada

abdomen. Pasien belum bisa kentut dan perutnya belum kembung. Pasien mengalami

kelemahan dikedua belah kaki. Pasien mengatasi nyeri dengan tidur dan minum obat.

Keadaan luka operasi masih ada pendarahan didaerah bekas luka post-op. Obat-

obatan yang dikonsumsi Obat Pereda Nyeri

4.3.1.2.2 Pemeriksaan Fisik

Tanda-tanda vital 110/70 mmHg, N 86 x/m, Suhu 37,3 , P 18x/m. Haluaran Drain

Warna Merah sebanyak 50 cc. Subyek 1 mengalami keluhan nyeri diabdomen bawah

sudah 1 minggu. . Nyeri berulang lebih dari 3-4 kali dalam satu hati. Nyeri timbul 3-

4 menit. Keadaan Luka Masih Belum Kering. Klien masih tirah baring belum

diperbolehkan pergi dari tempat tidur. Terpasang RL 8 jam/kolf.

4.3.2 Proses Intervensi

Kegiatan ini dilakukan selama tiga hari, dalam 2 kali intervensi sehari pada setiap

subyek.
37

Mengucapkan Salam dan memberikan Salam Terapeutik, menjelaskan Pada Pasien

Tindakan Apa yang dilakukan, Meminta persetujuan Pasien atau Informed Consent.

memberikan Privasi Pasien dan Tampilkan Video cara melakukan teknik relaksasi.

mengusahakan situasi ruangan atau lingkungan relatif tenang. Mengambil posisi

tidur yang terlentang atau bisa duduk pada kursi, yang dirasakan paling nyaman.

Pasien memejamkan mata dengan pelan tidak perlu dipaksakan sehingga tidak ada

ketegangan otot sekitar mata. Menarik Nafas perlahan dan teratur. Secara bersamaan

ulangi. Mengendurkan otot – otot serileks mungkin, mulai dari kaki, betis, paha,

perut dan lanjutkan kesemua otot tubuh. Melemaskan kepala, leher dan pundak

dengan memutar kepala dan mengangkat pundak perlahan – lahan, tangan dan

lengan, diulurkan, kemudian kendorkan dan biarkan terkulai wajar di sisi badan.

Usahakan agar tetap rileks. Mulai lah bernafas yang lambat dan wajar, dan ucapkan

dalam hati frase atau kata sesuai keyakinan anda. Sebagi contoh anda menggunkan

frase yaa Allah. Pada saat mengambil nafas seratu dengan mengucapkan Allah dalam

hati. Sambil terus melakukan nomor 5 ini, lemasakn seluruh tubuh disertai dengan

sikap pasrah kepada Allah. Sikap ini menggambarkan sikap pasif yang diperlukan

dalam relaksasi, dari sikap pasif akan muncul efek relaksasi yaitu ketenangan. Kata

atau kaliamat yang di ucapkan dapat diubah dan disesuaikan dengan keyakinan klien.

Teruskan selama 15 menit, anda diperbolehkan membuka mata untuk melihat waktu

tetapi jangan menggunakan alarm. Bila sudah selesai, tetap berbaring dengan tenang

beberapa menit, mula – mula mata terpejam dan sesudah itu mata dibuka Saat Usai

jangan langsung berdiri. Teruskan duduk tenang selama 1 menit atau lebih.

Kemudian, bukalah mata secara perlahan. Duduk Lagi Selama 1 Menit. Latihan ini
38

dilakukan 1 hari sekali. Kontrak Waktu Yang akan Datang dan Ucapkan Salam

Penutup

4.3.3 Kondisi Klien Setelah Diberikan Intervensi

4.3.3.1 Subyek 1

4.3.3.1.1 Evaluasi Hari Pertama:

Kesimpulan dan Analisa data yang didapat dari hari pertama subyek I mau dan

mampu melakukan Teknik relaksasi Benson dengan gerakan yang pelan dan

kemajuan yang didapat belum maksimal.

4.3.3.1.2 Evaluasi Hari Kedua:

Kesimpulan dan Analisa data yang didapat dari hari kedua subyek I mau dan mampu

melakukan Teknik relaksasi Benson secara mandiri dan kemajuan yang didapat

mulai mampu mengurangi skala nyeri.

4.3.3.1.3 Evaluasi Hari Ketiga

Kesimpulan dan Analisa data yang didapat dari hari ketiga subyek I mau dan mampu

melakukan Teknik relaksasi Benson secara mandiri, skala nyeri 0-1 dan kemajuan

yang didapat nyeri telah hilang atau nyeri ringan.

Dalam studi selama tiga hari penelitian dan enam kali pertemuan dapat mengevaluasi

hasil dari inervensi Teknik relaksasi benson, sebelum tindakan intervensi Teknik

relaksasi benson. Subyek 1 masih mengeluh nyeri datang saat klien merubah posisi,

sperti tertusuk diarea abdomen bawah , skala nyeri 5, hasil observasi kesadaran

composmentis, jumlah haluaran drain 100 cc/24 jam berwarna kemerahan, TD

110/70 mmHg, N 86 x/m, Suhu 37,3 C, P 18x/m. Setelah dilakukan Teknik relaksasi
39

Benson Subyek 1 mengalami penurunan skala nyeri dengan mengatakan nyeri sudah

hilang pada intervensi keenam , hari ketiga, klien hanya merasa sedikit pusing dan

lemas karena tirah baring yang lama, hasil observasi kesadaran compos mentis, klien

terlihat tenang, haluaran drain sudah tidak ada karena sudah dilepas, TD vital 115/82

mmHg, N 85 x/m, Suhu 36,5, P 18x/m.

4.3.3.2 Subyek II

Evaluasi:

4.3.3.2.1 Evaluasi Hari Pertama:

Kesimpulan dan Analisa data yang didapat dari hari pertama subyek I mau dan

mampu melakukan Teknik relaksasi Benson dengan gerakan yang pelan dan

kemajuan yang didapat belum maksimal.

4.3.3.2.2 Evaluasi Hari Kedua:

Kesimpulan dan Analisa data yang didapat dari hari kedua subyek I mau dan mampu

melakukan Teknik relaksasi Benson secara mandiri dan kemajuan yang didapat

mulai mampu mengurangi skala nyeri.

4.3.3.2.3 Evaluasi Hari Ketiga

Kesimpulan dan Analisa data yang didapat dari hari ketiga subyek I mau dan mampu

melakukan Teknik relaksasi Benson secara mandiri, skala nyeri 0-1 dan kemajuan

yang didapat nyeri telah hilang.

Dalam studi selama tiga hari penelitian dan enam kali pertemuan dapat mengevaluasi

hasil dari inervensi Teknik relaksasi benson, sebelum tindakan intervensi Teknik

relaksasi benson. Subyek 1 masih mengeluh nyeri datang saat klien merubah posisi,

sperti tertusuk diarea abdomen bawah , skala nyeri 6, hasil observasi kesadaran
40

composmentis, jumlah haluaran drain 50 cc/24 jam berwarna kemerahan, TD 110/70

mmHg, N 89x/m, Suhu 37,3, P 18x/m. Setelah dilakukan Teknik relaksasi Benson

Subyek 1 mengalami penurunan skala nyeri dengan mengatakan nyeri sudah hilang

pada intervensi kelima, hari ketiga, klien hanya merasa sedikit pusing dan lemas

karena tirah baring yang lama, hasil observasi kesadaran compos mentis, klien

terlihat tenang dan rileks, haluaran drain sudah tidak ada karena sudah dilepas, Tanda

-tanda vital TD 124/86 mmHg, N 85 x/m, Suhu 36,7, P 18x/m.

4.3.4 Perbandingan Kondisi Klien Sebelum dan Sesudah Intervensi

4.3.4.1 Subyek 1

Tabel 4.3 perbandingan kondisi klien sebelum dan sesudah dilakukan intervensi pada

subyek 1

Skala Nyeri Subjek 1


7

0
Intervensi 1 Intervensi 2 Intervensi 3 Intervensi 4 Intervensi 5 Intervensi 6

Pre Intervensi Post Intervensi


41

Tekanan Darah Subyek 1


140

120

100

80

60

40

20

0
Intervensi 1 Intervensi 2 Intervensi 3 Intervensi 4 Intervensi 5 Intervensi 6

Sistole Pre Intervensi Diastole Pre Intervensi Sistole Post Intervensi Diastole Post intervensi

4.3.2.1.1 Hari Pertama, Intervensi Pertama

Pada hari pertama, pertemuan pertama peneliti bertemu dengan pasien dan

memperkenalkan diri dan maksud serta tujuan dari tekhnik relaksasi benson. Pasien

bersedia mau melakukan Teknik relaksasi Benson. Pasien mengatakan Nyeri di area

luka operasi Abdomen, Nyeri terasa seperti berdenyut dan tertusuk, skala nyeri 5-6

dan timbul ketika Pasien merubah posisi. Peneliti melakukan pemeriksaan tanda-

tanda vital dengan hasil: TD 110/70 mmHg, N 86 x/m, Suhu 37,3, P 18x/m. Haluaran

Drain Warna Merah 100 cc. Wajah Pasien terlihat sedikit meringis kesakitan dan

lemas. Kemajuan yang didapat Skala Nyeri berkurang menjadi 5, Tanda-tanda vital

TD 110/70 mmHg, N 89x/m, Suhu 37,3, P 18x/m. Haluaran Drain Warna Merah.

Wajah Pasien terlihat lebih tenang dan rileks.


42

4.3.2.1.2 Hari Pertama, Intervensi Kedua

Pada hari pertama pertemuan kedua. Peneliti mengajarkan kembali pasien melakukan

Teknik relaksasi Benson saat nyeri datang, skala nyeri 4-5 dan timbul ketika Pasien

merubah posisi. Tanda-tanda vital 111/70 mmHg, N 82x/m, Suhu 36,6, P 19x/m.

Haluaran Drain Warna Merah. Kemajuan yang Didapat Skala Nyeri menurun

menjadi 4, Tanda- Tanda Vital TD 111/70 mmHg, N 82x/m, Suhu 36,6, P 19x/m

Haluaran Drain Warna Merah. Pasien terlihat lebih tenang dan rileks.

Kesimpulan dan Analisa data yang didapat dari hari pertama subyek I mau dan

mampu melakukan Teknik relaksasi Benson dengan gerakan yang pelan dan

kemajuan yang didapat belum maksimal

4.3.2.1.3 Hari Kedua, Intervensi Ketiga

Pada hari kedua pertemuan ketiga. Peneliti mengajarkan kembali pasien melakukan

Teknik relaksasi Benson saat nyeri datang Pasien melakukan Teknik relaksasi

Benson saat nyeri datang, skala nyeri 4 dan timbul ketika Pasien merubah posisi.

Tanda-tanda vital 110/70 mmHg, N 80x/m, Suhu 36,2, P 19x/m. Haluaran Drain

Warna Merah. Kemajuan yang didapat Skala Nyeri menurun menjadi 3 Tanda-tanda

vital 110/70 mmHg, N 80x/m, Suhu 36,2, P 19x/m. Haluaran Drain Warna Merah.

Pasien terlihat lebih tenang dan rileks.

4.3.2.1.4 Hari Kedua, Intervensi Keempat

Pada hari kedua pertemuan keempat. Peneliti mengajarkan kembali pasien

melakukan Teknik relaksasi Benson saat nyeri datang Pasien melakukan Teknik

relaksasi Benson saat nyeri datang, Pasien melakukan Teknik relaksasi Benson saat

nyeri datang, skala nyeri 3-4 dan timbul ketika Pasien merubah posisi. Tanda-tanda

vital 111/74 mmHg, N 81 x/m, Suhu 36,1, P 19x/m. Haluaran Drain Warna Merah.

Kemajuan yang didapat Skala nyeri menurun menjadi 2 Tanda-tanda vital 111`/74
43

mmHg, N 81 x/m, Suhu 36,1, P 19x/m.. Haluaran Drain Warna Merah. Pasien

terlihat lebih tenang dan rileks.

Kesimpulan dan Analisa data yang didapat dari hari kedua subyek I mau dan mampu

melakukan Teknik relaksasi Benson secara mandiri dan kemajuan yang didapat

mulai mampu mengurangi skala nyeri

4.3.2.1.3 Hari Ketiga, Intervensi Kelima

Pada hari ketiga pertemuan kelima. Peneliti mengajarkan kembali pasien melakukan

Teknik relaksasi Benson saat nyeri datang Pasien melakukan Teknik relaksasi

Benson saat nyeri datang,Pasien melakukan Teknik relaksasi Benson saat nyeri

datang, skala nyeri 2-3 dan timbul ketika Pasien merubah posisi. Tanda-tanda vital

101/60 mmHg, N 84x/m, Suhu 36,7, P 18x/m. Drain Sudah Dilepas. Kemajuan yang

didapat Skala Nyeri menurun menjadi 1 Tanda-tanda vital 101/60 mmHg, N 84x/m,

Suhu 36,7, P 18x/m.. Pasien terlihat lebih tenang dan rileks.

4.3.2.1.6 Hari Ketiga, Intervensi Keenam

Pada hari ketiga pertemuan kelima. Peneliti mengajarkan kembali pasien melakukan

Teknik relaksasi Benson saat nyeri datang Pasien melakukan Teknik relaksasi

Benson saat nyeri datang, Pasien melakukan Teknik relaksasi Benson saat nyeri

datang, skala nyeri 1 dan timbul ketika Pasien merubah posisi. Tanda-tanda vital

115/82 mmHg, N 85 x/m, Suhu 36,5, P 18x/m. Kemajuan yang didapat Tidak Ada

Nyeri atau nyeri ringan hanya ada rasa sedikit pusing jika berdiri dan berjalan karena

terlalu tidur yang terlama. Tanda-tanda vital 115/82 mmHg, N 85 x/m, Suhu 36,5, P

18x/m.
44

Kesimpulan dan Analisa data yang didapat dari hari ketiga subyek I mau dan mampu

melakukan Teknik relaksasi Benson secara mandiri, skala nyeri 0-1 dan kemajuan

yang didapat nyeri telah hilang atau nyeri ringan.

4.3.4.2 Subyek 2

Perbandingan Kondisi Klien sebelum dan sesudah dilakukan intervensi pada subyek

II

Skala Nyeri Subyek 2


7

0
Intervensi 1 Intervensi 2 Intervensi 3 Intervensi 4 Intervensi 5 Intervensi 6

Pre Intervensi Post Intervensi


45

Tekanan Darah Subyek 2


140

120

100

80

60

40

20

0
Intervensi 1 Intervensi 2 Intervensi 3 Intervensi 4 Intervensi 5 Intervensi 6

Sistole Pre Intervensi Diastole Pre Intervensi Sistole Post Intervensi Diastole Post intervensi

4.3.2.2 Subyek II

4.3.2.2.1 Hari Pertama, Intervensi Pertama

Pada hari pertama, pertemuan pertama peneliti bertemu dengan pasien dan

memperkenalkan diri dan maksud serta tujuan dari tekhnik relaksasi benson. Pasien

bersedia mau melakukan Teknik relaksasi Benson. Pasien bersedia mau melakukan

Teknik relaksasi Benson. Nyeri di area luka operasi Abdomen. Nyeri terasa seperti

berdenyut dan tertusuk, skala nyeri 6 dan timbul ketika Pasien merubah posisi.

Tanda-tanda vital 122/68 mmHg, N 89x/m, Suhu 38,1, P 20x/m. Haluaran Drain

Warna Merah 50 cc. Kemajuan Yang Didapat Skala Nyeri berkurang menjadi 5,

Tanda-tanda vital TD 122/68 mmHg, N 89x/m, Suhu 38,1, P 20x/m. Haluaran Drain

Warna Merah. Wajah Pasien terlihat lebih tenang dan rileks.

4.3.2.2.2 Hari Pertama, Intervensi Kedua

Pada hari pertama pertemuan kedua. Peneliti mengajarkan kembali pasien melakukan

Teknik relaksasi Benson saat nyeri datang, skala nyeri 4-5 dan timbul ketika Pasien
46

merubah posisi. Pasien melakukan Teknik relaksasi Benson saat nyeri datang, skala

nyeri 5 dan timbul ketika Pasien merubah posisi. Tanda-tanda vital 120/85 mmHg, N

96x/m, Suhu 37,6, P 20x/m. Haluaran Drain Warna Merah. Kemajuan Yang Didapat

Skala Nyeri menurun menjadi 4, Tanda- Tanda Vital 120/83 mmHg, N 94x/m, Suhu

37,6, P 20x/m. Haluaran Drain Warna Merah. Pasien terlihat lebih tenang dan rileks.

Kesimpulan dan Analisa data yang didapat dari hari pertama subyek I mau dan

mampu melakukan Teknik relaksasi Benson dengan gerakan yang pelan dan

kemajuan yang didapat belum maksimal

4.3.2.2.3 Hari Kedua, Intervensi Ketiga

Pada hari kedua pertemuan ketiga. Peneliti mengajarkan kembali pasien melakukan

Teknik relaksasi Benson saat nyeri datang Pasien melakukan Teknik relaksasi

Benson saat nyeri datang, Pasien melakukan Teknik relaksasi Benson saat nyeri

datang, skala nyeri 4 dan timbul ketika Pasien merubah posisi. Tanda-tanda vital

110/83 mmHg, N 84x/m, Suhu 37,2, P 19x/m. Haluaran Drain Warna Merah.

Kemajuan yang didapat Skala Nyeri menurun menjadi 3 Tanda-tanda vital 110/83

mmHg, N 84x/m, Suhu 37,2, P 19x/m. Haluaran Drain Warna Merah. Pasien terlihat

lebih tenang dan rileks.

4.3.2.2.4 Hari Kedua, Intervensi Keempat

Pada hari kedua pertemuan keempat. Peneliti mengajarkan kembali pasien

melakukan Teknik relaksasi Benson saat nyeri datang Pasien melakukan Teknik

relaksasi Benson saat nyeri datang, Pasien melakukan Teknik relaksasi Benson saat

nyeri datang, skala nyeri 3 dan timbul ketika Pasien merubah posisi. Tanda-tanda

vital 106/67 mmHg, N 74x/m, Suhu 36,3, P 19x/m. Haluaran Drain Warna Merah.

Kemajuan yang didapat Skala Nyeri menurun menjadi 2 Tanda-tanda vital 106/72
47

mmHg, N 74x/m, Suhu 6,3, P 19x/m. Haluaran Drain Warna Merah. Pasien terlihat

lebih tenang dan rileks.

Kesimpulan dan Analisa data yang didapat dari hari kedua subyek II mau dan

mampu melakukan Teknik relaksasi Benson secara mandiri dan kemajuan yang

didapat mulai mampu mengurangi skala nyeri

4.3.2.2.3 Hari Ketiga, Intervensi Kelima

Pada hari ketiga pertemuan kelima. Peneliti mengajarkan kembali pasien melakukan

Teknik relaksasi Benson saat nyeri datang Pasien melakukan Teknik relaksasi

Benson saat nyeri datang, Pasien melakukan Teknik relaksasi Benson saat nyeri

datang, skala nyeri 1 dan timbul ketika Pasien merubah posisi. Tanda-tanda vital

101/60 mmHg, N 84x/m, Suhu 36,7, P 18x/m. Haluaran Drain berwarna merah.

Kemajuan Yang Skala Nyeri menurun menjadi tidak nyeri. Tanda-tanda vital 101/60

mmHg, N 84x/m, Suhu 36,7, P 18x/m.. Haluaran Drain Berwarna Merah. Pasien

terlihat lebih tenang dan rileks.

4.3.2.2.3 Hari Ketiga, Intervensi Keenam

Pada hari ketiga pertemuan kelima. Peneliti mengajarkan kembali pasien melakukan

Teknik relaksasi Benson saat nyeri datang Pasien melakukan Teknik relaksasi

Benson saat nyeri datang, Pasien melakukan Teknik relaksasi Benson saat nyeri

datang, skala nyeri 1 dan timbul ketika Pasien merubah posisi. Tanda-tanda vital

124/86 mmHg, N 85 x/m, Suhu 36,7, P 18x/m. Drain Sudah Dilepas.. Kemajuan

yang didapat Pasien melakukan Teknik relaksasi Benson saat nyeri datang, skala

nyeri 1 dan timbul ketika Pasien merubah posisi. Tanda-tanda vital TD 124/86

mmHg, N 85 x/m, Suhu 36,7, P 18x/m. Drain Sudah Dilepas..


48

Kesimpulan dan Analisa data yang didapat dari hari ketiga subyek I mau dan

mampu melakukan Teknik relaksasi Benson secara mandiri, skala nyeri 0-1 dan

kemajuan yang didapat nyeri telah hilang atau nyeri ringan,

4.4 Pembahasan

Subyek 1 dan 2 telah mengalami penurunan skala nyeri dengan hasil nyeri ringan dan

sudah tidak ada nyeri, haluaran drain berwarna kemerahan, tanda-tanda vital dalam

rentang normal, lukaPost Operasi sudah kering dan ekspresi klien terlihat tenang.

Pada subyek 1 mengalami nyeri pasca bedah diberikan teknik relaksasi Benson dan

observasi tanda-tanda vital, haluaran drain dan skala nyeri. Pada subyek 1 mengalami

nyeri pasca bedah diberikan teknik relaksasi Benson dan observasi tanda-tanda vital,

haluaran drain dan skala nyeri. Hal itu disebabkan karena selama proses intervensi

kedua subyek bersedia melakukan teknik relaksasi Benson menunjukan perubahan

pada skala nyeri. Subyek II lebih cepat mengatakan nyeri ringan pada hari ketiga,

intervensi kelima dibandingkan subyek I mengatakan nyeri ringan pada hari ketiga,

intervensi keenam, disebabkan karena subyek sering berlatih teknik relaksasi

Benson.

Menurut Benson dan Proctor (2000) mengatakan selain mengurangi nyeri pasca

bedah, relaksasi benson menghambat aktivitas saraf simpatik yang mengakibatkan

pernurunan terhadap konsumsi oksigen oleh tubuh dan selanjutnya otot-otot tubuh

menjadi relaks sehingga menimbulkan perasaan tenang dan nyaman. Selain itu,

relaksasi Benson berfokus pada kata atau kalimat tertentu yang diucapkan berulang
49

kali dengan ritme teratur dan disertai sikap yang pasrah pada Tuhan Yang Maha

Kuasa sesuai keyakinan pasien memiliki makna menenangkan.

Hasil penelitian yang dilakukan Grace dkk (2017) yang berjudul Pengaruh Teknik

Relaksasi terhadap skala nyeri pada pasienPost Operasierasi di RSUP Prof Dr R.D

Manado, menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan pada teknik relaksasi

benson terhadap skala nyeri pada pasienPost Operasierasi di Prof Dr R.D Manado

dengan hasil menunjukan terjadinya penurunan skala nyeri yang dipertegas oleh hasil

nilai tengah yang sebelumnya 6,50 menjadi 3,00 serta interpretasi berubah dari nyeri

sedang berubah menjadi nyeri ringan. Hal tersebut dapat membuktikan bahwa

penatalaksanaan nonfarmakologis tindakan teknik relaksasi benson dapat

menurunkan skala nyeri pada pasien pasca bedah Appendiktomi.

4.5 Keterbatasan Penelitian

4.5.1 Kurang mendalamnya wawancara yang dilakukan oleh peneliti. Maka hal

tersebut menyebabkan data yang diperoleh menjadi kurang kuat dan kurang akurat,

sehingga peneliti mengambil kesimpulan umum berdasarkan jawaban dan subjek

4.5.2 Keterbatasan jumlah sampel juga menyebabkan kesulitan dalam memenuhi

persyaratan sesuai kriteria inklusi di Rumah Sakit PELNI Jakarta.

4.5.3 Variasi Pemberian Terapi Analgetik. Peneliti belum dapat bisa membedakan

dengan jelas penurunan skala nyeri pasca bedah disbabkan oleh pemberian terapi

analgesic dan teknik relaksasi Benson.


50

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada Bab ini penulis ingin memberikan kesimpulan dan saran ini tindakan

keperawatan yang telah diberikan kepada subyek 1 dan subyek II yaitu Teknik

relaksasi Benson dalam upaya penurunan skala nyeri pasca bedah Appendisitis di

Rumah Sakit PELNI Jakarta.

5.1 Kesimpulan

5.1.1 Subyek 1 dan Subyek II menderita penyakit Appendisitis karena terjadi

peradangan di appendik. Subyek I dan Subyek II memiliki usia antara 17-35

Tahun.

5.1.2 Subyek I dan II mengalami penurunan skala nyeri dengan hasil nyeri ringan

dan sudah tidak ada, haluaran drain warna merah, tanda-tanda vital dalam

rentang normal, tidak ada ketegangan dikandung abdomen bawah dan ekspresi

klien terlihat tenang. Hal itu disebabkan karena selama proses intervensi kedua

subyek bersedia melakukan Teknik relaksasi Benson.

5.1.3 Subyek II lebih cepat mengatakan nyeri hilang atau ringan pada intervensi hari

ketiga pada pertemuan kelima dibandingkan subyek I mengatakan nyeri ringan

pada intervensi hari ketiga pertemuan keenam.


51

5.1.4 Dalam penelitian ini dapat diambil kesimpulan bahwa kombinasi intervensi

keperawatan Teknik relaksasi Benson dan terapi analgesik dapat menurunkan

nyeri pasca bedah pada pasien Appendiktomi.

5.2 Saran

5.2.1 Bagi Tenaga Kesehatan

Intervensi Relaksasi Benson terbukti efektif untuk menurunkan rasa nyeri

pasca bedah pada pasien Appendiktomi sehingga diharapkan sebagai bahan

pertimbangan dan digunakan di institusi pelayanan Keperawatan sebagai salah

satu standar operasional prosedur pada pasien yang dilakukan Appendiktomi

atau Tindakan Operasi yang Lainnya

5.2.2 Bagi Penulis

Dharapkan bagi penelitian selamjutnya karena penelitian ini tidak dapat

dilakukan pada seluruh populasi, maka perlu dilakukan penelitian yang sama

dengan jumlah sampel yang lebih besar. Disarankan untuk melakukan

penelitian dengan membandingkan kombinasi terapi farmakologis dan

dilakukan Teknik relaksasi Benson dengan yang diberikan terapi farmakologis,

dalam upaya menurunkan skala Nyeri pasca bedah.


52

Daftar Pustaka

Barbara, Kozier. (2010). Buku Ajar Fundamental Konsep, Proses, dan Praktik
(Pamilih Eko Karyuni, Penerjemah). Jakarta : EGC

Brunner and Suddarth (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8
volume 2. Jakarta: EGC.

Doenges, Marylinn E. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan, Pedoman Untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien (I Made Karyasa,
Penerjemah). Jakarta : EGC

Nic Noc, Nanda, (2015) Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa


Medis & Nanda Nic Noc, (Amin Huda Nurarif,Ns.S.Kep,dkk Penerjemah),
Jakarta:MediAction

Nursalam, 2013. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan,


Edisi 2. Jakarta : Salemba Medika

Potter, Perry (2009) Fundamental of Nursing, Buku 1 Edisi; 7, Salemba Medika:


Jakarta

Smeltzer, Suzzane C, dan Bare, Brenda G, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Brunner dan Suddarth (Edisi 8, Vol 1,2) ( Alih Bahasa oleh Agung
Waluyo, dkk) , Jakarta : EGC

Sudoyo, A. W. (2009) Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi V. Jakarta:
InternaPublishing

Grace, Frida (2017), Pengaruh Teknik Relaksasi Benson Terhadap Skala Nyeri Pada
PasienPost Operasierasi dI RSUP. PROF. DR. R.D. KANDOU dan RS TK.III
R.W. MONGISIDI TELING Manado. Diperoleh dari
53

(https://media.neliti.com/media/publications/108176-ID-pengaruh-teknik-
relaksasi-benson-terhada.pdf) Diunduh Pada Tanggal 20 Juli 2018 jam 18.30
WIB

Gad, Datak (2008), Efektivitas Relaksasi Benson terhadap Nyeri Pasca Bedah Pada
Pasien TURP di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta. Diperoleh
Dari (http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-10/20437530-Gad%20Datak.pdf)
Diunduh Pada tanggal 20 Juli 2018 jam 18.10 WIB

Sartika, Oktarina Dewi (2017), Pengaruh Relaksasi Benson Terhadap Penurunan


Tekanan Darah Pada Lansia Penderita Hipertensi di Balai PSTW Unit Budi
Luhur Yogyakarta . Diperoleh Dari
(http://digilib.unisayogya.ac.id/2556/1/NASKAH%20PUBLIKASI%20OKTA
RINA%20DEWI%20SARTIKA.pdf ). Diunduh Pada tanggal 20 Juli 2018 jam
18.15 WIB

Kardewi. (2017) . Tindakan Non Farmakologi Relaksasi Benson Dalam Mengatasi


Gangguan Tidur Pada Pasien Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna Werdha
Warga Tama Indralaya Tahun 2016. Diperoleh Dari
(http://journalstikesmp.ac.id/filebae/kardewi.(131-138).pdf). Diunduh Pada
tanggal 20 Juli 2018 jam 18.00 WIB
Lampiran 1

JADWAL PENELITIAN

Mei Juni Juli


NO Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1. Pengajuan Judul

1. Penyusunan Proposal

2. Pengumpulan Proposal

3. Ujian Proposal

4. Ujian Etik

Implementasi
5.
Penelitian

Penyusunan Hasil
6.
Penelitian

7. Ujian Hasil Penelitian

54
Lampiran 2

PENJELASAN UNTUK MENGIKUTI PENELITIAN

(PSP)

1. Kami adalah Peneliti berasal dari Akademi Keperawatan PELNI Jakarta dengan

ini meminta saudara /i untuk berpartisipasi dengan sukarela dalam penelitian yang

berjudul “Analisis Intervensi Teknik Relaksasi Benson dalam Mengurangi Nyeri

pada PasienPost Operasi Appendik di Rumah Sakit PELNI Jakarta”

2. Tujuan dari penelitian studi kasus ini adalah untuk Analisis Intervensi Teknik

Relaksasi Benson dalam Mengurangi Nyeri pada PasienPost Operasi Appendik di

Rumah Sakit PELNI Jakarta yang dapat memberi manfaat untuk melancarkan

produksi asi. Penelitian ini akan berlangsung selama 3 hari berturut-turut.

3. Prosedur pengambilan bahan data dengan cara wawancara terpimpin dengan

menggunakan pedoman wawancara yang akan berlangsung lebih kurang 15-20

menit. Cara ini mungkin menyebabkan ketidaknyamanan tetapi saudara /i tidak

perlu khawatir karena penelitian ini untuk kepentingan pengembangan Ilmu

Keperawatan.

4. Keuntungan yang saudara /i peroleh dalam keikutsertaan saudara /i pada

penelitian ini adalah saudara /I dapat mendapat informasi baru mengenai cara

mengurangi tingkat nyeri menggunakan teknik relaksasi Benson.

5. Nama dan jati diri saudara /i beserta seluruh informasi yang saudara sampaikan

akan tetap dirahasiakan.

55
6. Jika saudara membutuhkan informasi sehubungan dengan penelitian ini, silakan

menghubungi peneliti pada nomor Hp: 081295571194

Peneliti,

Agustinus Hamonangan

56
Lampiran 3

INFORMED CONSENT

(Persetujuan menjadi Partisipan)

Saya yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa saya telah

mendapat penjelasan secara rinci dan telah mengerti mengenai penelitian yang akan

dilakukan oleh Agustinus Hamonangan dengan judul ” Analisis Intervensi Teknik

Relaksasi Benson dalam Mengurangi Nyeri pada PasienPost Operasi Appendik di

Rumah Sakit PELNI Jakarta”.

Saya memutuskan setuju untuk ikut berpartisipasi pada penelitian ini secara

sukarela tanpa paksaan. Bila selama penelitian ini saya menginginkan mengundurkan

diri, maka saya dapat mengundurkan sewaktu-waktu tanpa sanksi apapun.

Jakarta, 16 Juli 2018

Saksi Yang memberikan persetujuan

(...........................................) (............................................)

Peneliti

Agustinus Hamonangan

57
Lampiran 4

LEMBAR FORMAT PENGKAJIAN PENELITIAN

RESPONDEN DENGAN APPENDIK

Nama Responden :

Usia :

Nomer Rekam Medis :

Jenis Kelamin :

Alamat :

Tanggal Pengkajian :

No Telepon :

A. Wawancara

Pertanyaan

1. Bagaimanakah rasa nyeri bapak hari ini?

Lokasi: Sangat Nyeri

Nyeri Sedang

Nyeri Ringan

2. Sudah berapa kali nyeri berulang dalam satu hari ?

Jawaban : 1 Kali Lebih Dari 3 Kali

2-3 Kali

3. Berapa Lama Nyeri Itu Timbul ?

Jawaban : Kurang dari 1 Menit 3-4 Menit

58
1-2 Menit Lebih dari 4 Menit

4. Keluhan yang dirasakan pada saat serangan nyeri luka operasi Appendik?

Jawaban : Berdenyut Melilit

Tertekan Tertusuk-tusuk

5. Penyebaran Luka Operasi Appendik

Jawaban: Abdomen

Paha

Dada

6. Apakah bapak sudah bisa buang angin/ kentut?

Jawaban : Sudah

Belum

7. Apakah perut bapak kembung?

Jawaban : Sudah

Belum

8. Apakah ada bagian anggota tubuh yang mengalami kelemahan, bila ada

sebelah mana?

Jawaban Kaki Sebelah Kedua Belah Kaki

Tangan Bagian Tubuh Lainnya

9. Jika Terjadi Nyeri Biasanya Bapak/ Ibu Mengatasi Dengan?

Jawaban Tidur Menonton TV

Minum Obat Relaksasi Nafas Dalam

59
10. Keadaan Luka Operasi

Sudah Kering Masih Ada Pendarahan

11. Obat-obatan yang dikonsumsi?

Jawaban : Obat Pereda Nyeri Obat-obatan Lainnya

Antibiotik

B. PENGKAJIAN FISIK

1. TTV

No Kegiatan Hasil

1 Tekanan Darah

2 Nadi

3 Suhu

4 Pernafasan

5 Saturasi Oksigen

60
61
4 Pengukuran Nyeri

No Kegiatan Hasil

1 Provokatif

2 Qualitas

3 Region

4 Skala

5 Timing

5 Urine
No Kegiatan Hasil

1 Jumlah Urine

2 Warna

62
6 Obat-Obatan

No Daftar Terapi Obat Keterangan

63
Lampiran 5

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

TEKNIK RELAKSASI BENSON

Nama Responden :

Usia :

Nomer Rekam Medis :

Jenis Kelamin :

Alamat :

Tanggal Pengkajian :

No Teknik relaksasi Dilakukan Keterangan

Ya Tidak

1 Ucapkan Salam dan Berikan Salam


Terapeutik
2 Jelaskan Pada Pasien Tindakan Apa
yang dilakukan
3 Persetujuan Pasien

4 Berikan Privasi Pasien dan Tampilkan


Video cara melakukan teknik relaksasi
4 Usahakan situasi ruangan atau
lingkungan relatif tenang
5 Ambil posisi tidur yang terlentang atau
bisa duduk pada kursi, yang dirasakan

64
paling nyaman
6 Pejamkan mata dengan pelan tidak perlu
dipaksakan sehingga tidak ada
ketegangan otot sekitar mata
7 Tarik Nafas perlahan dan teratur. Secara
bersamaan ulangi
8 Kendurkan otot – otot serileks mungkin,
mulai dari kaki, betis, paha, perut dan
lanjutkan kesemua otot tubuh.
9 Lemaskan kepala, leher dan pundak
dengan memutar kepala dan
mengangkat pundak perlahan – lahan,
tangan dan lengan, diulurkan, kemudian
kendorkan dan biarkan terkulai wajar di
sisi badan. Usahakan agar tetap rileks
10 Mulai lah bernafas yang lambat dan
wajar, dan ucapkan dalam hati frase atau
kata sesuai keyakinan anda. Sebagi
contoh anda menggunkan frase yaa
Allah.
11 Pada saat mengambil nafas seratu
dengan mengucapkan Allah dalam hati.
Sambil terus melakukan nomor 5 ini,
lemasakn seluruh tubuh disertai dengan
sikap pasrah kepada Allah.
12 Sikap ini menggambarkan sikap pasif
yang diperlukan dalam relaksasi, dari
sikap pasif akan muncul efek relaksasi
yaitu ketenangan. Kata atau kaliamat
yang di ucapkan dapat diubah dan
disesuaikan dengan keyakinan klien
12 Teruskan selama 15 menit, anda
diperbolehkan membuka mata untuk

65
melihat waktu tetapi jangan
menggunakan alarm. Bila sudah selesai,
tetap berbaring dengan tenang beberapa
menit, mula – mula mata terpejam dan
sesudah itu mata dibuka
13 Saat Usai jangan langsung berdiri.
Teruskan duduk tenang selama 1 menit
atau lebih. Kemudian, bukalah mata
secara perlahan
14 Duduk Lagi Selama 1 Menit

15 Latihan ini dilakukan 1 hari sekali

16 Kontrak Waktu Yang akan Datang dan


Ucapkan Salam Penutup
Sumber: Kozier, 2002, Benson

66
Lampiran 6

LEMBAR OBSERVASI NYERI

Data Klien

a. Usia ;

b. Tanggal Observasi:

c. Tanggal Operasi :

d. Jam Selesai Operasi:

Catatan Perkembangan Nyeri:

No. Hasil Pengukuran Sebelum Dilakukan Setelah Dilakukan


Relaksasi Benson Relaksasi Benson

1 Tanda-Tanda Vital
1.1 Tekanan Dareh
1.2 Nadi
1.3 Suhu
1.4 Pernafasan

2 Nyeri:
1.1 Provokatif
1.2 Qualitas
1.3 Region
1.4 Skala
1.5 Timing
3 Haluaran Urine/ Drain:
1.1 Jumlah
1.2 Warna

67
Lampiran 7

PERFORMANCE ASSESSMENT

(Lembar Kerja)

Intervensi Teknik Relaksasi Benson Dalam PasienPost Operasi Appendik

Nama Responden :

No. Rekam Medis :

Diagnosa :

Usia :

Waktu Yang Dilaksanakan :

Alat yang digunakan :

2. Papan Skala Nyeri

3. Video Cara Teknik Relaksasi Benson

4. Leaflet

No Teknik relaksasi Dilakukan Keterangan


Ya Tidak
1 Persiapan Alat:
a. Papan skala Nyeri NRS
b. Video Teknik Relaksasi Benson
c. Lembar Observasi
2 Cara Kerja:
1. Jelaskan Maksud Dan Tujuan
3 2. Menjelaskan tujuan tindakan kepada
pasien

68
4 3. Memutarkan video cara Teknik
relaksasi Benson
5 Lakukan observasi pertama dan pengukuran
skala nyeri pada responden, yaitu 24 jamPost
Operasierasi appendik atau sebelum
diberikan perlakuan Teknik relaksasi Benson
6 Posisi relaksasi Benson dengan Posisi Semi
Fowler
a. Mengajarkan teknik nafas dalam
b. Menginstruksikan klien untuk
menarik nafas lewat hidung dan
mengeluarkan lewat mulut dan tahan
selama 3 detik saat sebelum
dikeluarkan
7 c. Tarik Nafas Secara Teratur. Secara
bersamaan ulangi kata dan kalimat
ini akan menjadi focus. Lakukan
berulang sambil menghembuskan
nafas
8 d. Jika ada pikiran lain yang merembes
masuk, katakana kepada diri sendiri:
“Tidak apa-apa” dan secara perlahan
lanjutkan doa dan kata focus tadi.
9 e. Lakukan selama sepuluh atau lima
belas menit
10 f. Saat usai jangan langsung berdiri.
Teruslah duduk tenang selama satu
menit atau lebih
11 g. Duduk Lagi selama 1 menit atau
lebih sebelum berdiri
12. h. Lakukan kegiatan ini minimal satu
kali sehari atau jika nyeri muncul
13. Berikan reinforcement positif atas

69
keberhasilan responden melakukan Teknik
relaksasi Benson
14. Untuk observasi kedua, lakukan identifikasi
perubahan skala nyeri responden setelah
diberikan perlakuan Teknik relaksasi Benson
15. Catat dan dokumentasikan Tindakan

Sumber : Kozier, 2002

70
Lampiran 8

Skala Pengukuran Nyeri Dengan Numeric Rating

Scale

Skala Wajah (Wong-Baker Faces Pain Rating Scale)

Keterangan:

Ekspresi wajah 1 : Tidak merasa nyeri sama sekali

Ekspresi wajah 2 : Nyeri hanya sedikit/ ringan

Ekspresi wajah 3 : Sedikit lebih nyeri

Ekspresi wajah 4 : Jauh lebih nyeri/nyeri yang hebat

Ekspresi wajah 5 : Nyeri yang sangat hebat tetapi bisa di kontrol

Ekspersi wajah 6 : Sangat nyeri luar biasa hingga penderita menangis

71
Lampiran 9

Lembar Hasil Observasi Nyeri Subyek I

A. Subyek 1

Pertemuan Tujuan Respon Kemajuan


1 Untuk Pasien bersedia mau melakukan Skala Nyeri menurun
Menurunkan Teknik relaksasi Benson. Nyeri di menjadi 5 Tanda-tanda
Skala Nyeri area luka operasi Abdomen. Nyeri vital 110/70 mmHg, N
terasa seperti berdenyut dan 80x/m, Suhu 36,6, P
tertusuk, skala nyeri 6 dan timbul 20x/m. Haluaran Drain
ketika Pasien merubah posisi. Warna Merah. Pasien
Tanda-tanda vital 120/70 mmHg, terlihat lebih tenang dan
N 89x/m, Suhu 38,1, P 21 x/m. rileks.
Haluaran Drain Warna Merah.
2 Untuk Pasien melakukan Teknik Skala Nyeri menurun
Menurunkan relaksasi Benson saat nyeri menjadi 4 Tanda-tanda
Skala Nyeri datang, skala nyeri 5 dan timbul vital 110/70 mmHg, N
ketika Pasien merubah posisi. 80x/m, Suhu 36,6, P
Tanda-tanda vital 110/70 mmHg, 20x/m. Haluaran Drain
N 85x/m, Suhu 36,6, P 21x/m. Warna Merah. Pasien
Haluaran Drain Warna Merah. terlihat lebih tenang dan
rileks.
3 Untuk Pasien melakukan Teknik Skala Nyeri menurun
Menurunkan relaksasi Benson saat nyeri menjadi 3 Tanda-tanda
Skala Nyeri datang, skala nyeri 4 dan timbul vital 110/70 mmHg, N
ketika Pasien merubah posisi. 80x/m, Suhu 36,2, P
Tanda-tanda vital 110/70 mmHg, 19x/m. Haluaran Drain
N 80x/m, Suhu 36,2, P 19x/m. Warna Merah. Pasien
Haluaran Drain Warna Merah. terlihat lebih tenang dan
rileks.
4 Untuk Pasien melakukan Teknik Skala Nyeri menurun

72
Menurunkan relaksasi Benson saat nyeri menjadi 2 Tanda-tanda
Skala Nyeri datang, skala nyeri 3-4 dan timbul vital 111/74 mmHg, N
ketika Pasien merubah posisi. 81 x/m, Suhu 36,1, P
Tanda-tanda vital 111/74 mmHg, 19x/m.. Haluaran Drain
N 81 x/m, Suhu 36,1, P 19x/m. Warna Merah. Pasien
Haluaran Drain Warna Merah. terlihat lebih tenang dan
rileks.
5 Untuk Pasien melakukan Teknik Skala Nyeri menurun
Menurunkan relaksasi Benson saat nyeri menjadi 1 Tanda-tanda
Skala Nyeri datang, skala nyeri 2-3 dan timbul vital 101/60 mmHg, N
ketika Pasien merubah posisi. 84x/m, Suhu 36,7, P
Tanda-tanda vital 101/60 mmHg, 18x/m.. Pasien terlihat
N 84x/m, Suhu 36,7, P 18x/m. lebih tenang dan rileks.
Drain Sudah Dilepas.
6 Untuk Pasien melakukan Teknik Tidak Ada Nyeri atau
Menurunkan relaksasi Benson saat nyeri nyeri ringan hanya ada
Skala Nyeri datang, skala nyeri 1 dan timbul rasa sedikit pusing jika
ketika Pasien merubah posisi. berdiri dan berjalan
Tanda-tanda vital 115/82 mmHg, karena terlalu tidur yang
N 85 x/m, Suhu 36,5, P 18x/m. terlama. Tanda-tanda
vital 115/82 mmHg, N
85 x/m, Suhu 36,5, P
18x/m.

73
Lampiran 10

Lembar Hasil Observasi Nyeri Subyek 2

B. Subyek II

Pertemuan Tujuan Respon Kemajuan


1 Untuk Pasien bersedia mau melakukan Skala Nyeri berkurang
Menurunkan Teknik relaksasi Benson. Nyeri di menjadi 5, Tanda-tanda
Skala Nyeri area luka operasi Abdomen. Nyeri vital 122/68 mmHg, N
terasa seperti berdenyut dan 89x/m, Suhu 38,1, P
tertusuk, skala nyeri 6 dan timbul 20x/m. Haluaran Drain
ketika Pasien merubah posisi. Warna Merah. Wajah
Tanda-tanda vital 122/68 mmHg, Pasien terlihat lebih
N 89x/m, Suhu 36,2, P 20x/m. tenang dan rileks.
Haluaran Drain Warna Merah.
2 Untuk Pasien melakukan Teknik Skala Nyeri menurun
Menurunkan relaksasi Benson saat nyeri menjadi 4, Tanda- Tanda
Skala Nyeri datang, skala nyeri 5 dan timbul Vital 120/83 mmHg, N
ketika Pasien merubah posisi. 94x/m, Suhu 37,6, P
Tanda-tanda vital 120/85 mmHg, 20x/m. Haluaran Drain
N 96x/m, Suhu 37,6, P 20x/m. Warna Merah. Pasien
Haluaran Drain Warna Merah. terlihat lebih tenang dan
rileks.
3 Untuk Pasien melakukan Teknik Skala Nyeri menurun
Menurunkan relaksasi Benson saat nyeri menjadi 3 Tanda-tanda
Skala Nyeri datang, skala nyeri 4 dan timbul vital 110/83 mmHg, N
ketika Pasien merubah posisi. 84x/m, Suhu 37,2, P
Tanda-tanda vital 110/83 mmHg, 19x/m. Haluaran Drain
N 84x/m, Suhu 37,2, P 19x/m. Warna Merah. Pasien
Haluaran Drain Warna Merah. terlihat lebih tenang dan

74
rileks.
4 Untuk Pasien melakukan Teknik Skala Nyeri menurun
Menurunkan relaksasi Benson saat nyeri menjadi 2 Tanda-tanda
Skala Nyeri datang, skala nyeri 3 dan timbul vital 106/72 mmHg, N
ketika Pasien merubah posisi. 74x/m, Suhu 6,3, P
Tanda-tanda vital 106/67 mmHg, 19x/m. Haluaran Drain
N 74x/m, Suhu 36,3, P 19x/m. Warna Merah. Pasien
Haluaran Drain Warna Merah. terlihat lebih tenang dan
rileks.
5 Untuk Pasien melakukan Teknik Skala Nyeri menurun
Menurunkan relaksasi Benson saat nyeri menjadi tidak nyeri.
Skala Nyeri datang, skala nyeri 1 dan timbul Tanda-tanda vital 101/60
ketika Pasien merubah posisi. mmHg, N 84x/m, Suhu
Tanda-tanda vital 101/60 mmHg, 36,7, P 18x/m.. Haluaran
N 84x/m, Suhu 36,7, P 18x/m. Drain Berwarna Merah.
Haluaran Drain berwarna merah Pasien terlihat lebih
tenang dan rileks.
6 Untuk Pasien melakukan Teknik Skala Nyeri Ringan.
Menurunkan relaksasi Benson saat nyeri Sedikit Pusing karena
Skala Nyeri datang, skala nyeri 1 dan timbul terlalu lama tidur.
ketika Pasien merubah posisi. Tanda-tanda vital 124/86
Tanda-tanda vital 124/86 mmHg, mmHg, N 85 x/m, Suhu
N 85 x/m, Suhu 36,7, P 18x/m. 36,7, P 18x/m.
Drain Sudah Dilepas.

75

Anda mungkin juga menyukai