RENI DELISA
NIM : 14046
RENI DELISA
NIM : 14046
i
SURAT PERNYATAAN PLAGIARISME
Karya Tulis Ilmiah ini, saya susun tanpa tindak plagiarisme sesuai dengan
Jika dikemudian hari ternyata saya melakukan tindakan plagiarisme, saya akan
Reni Delisa
Mengetahui
Pembimbing II
Pembimbing I
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah oleh Reni Delisa NIM 14046 dengan judul “Analisis
iii
LEMBAR PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah oleh Reni Delisa dengan judul “Analisis Intervensi Teknik
Dewan Penguji
Ns. Elfira Awalia Rahmawati., M.Kep Ns. Ritanti, S.Kep., Sp. Kep.Kom Ns. Eni Hastuti,S.Kep
NIDN 0323048305
NIDN NIDN 0312046709 NRP 02383
Mengetahui
Direktur
Buntar Handayani.,SKp.,MM.,M.Kep
NIDN. 030.045.6703
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat
rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan
judul “ Analisis Intervensi Teknik Pernapasan Buteyko Dalam Upaya Mengurangi
Sesak Napas Pada Penderita ASMA di RW 07 Kelurahan Slipi Kecamatan
Palmerah”. Penulis banyak mendapat dukungan, bimbingan serta bantuan dalam
penyusunan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini, untuk itu penulis mengucapkan
terima kasih kepada yang terhormat :
v
Eka Rani dan para Komunitas squad yang sudah memberikan saran, semangat
dan membantu dalam menyelesaikan tugas Karya Tulis Ilmiah ini
13. Untuk orang yang ku sayang khususnya anakku Arsyad AlFathir yang selalu
menjadi penguat dan memberikan semangat dalam menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah ini lancar seperti air mengalir dan cerah seperti awan dilangit
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusun Karya Tulis Ilmiah
ini, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun guna
memperbaiki Karya Tulis Ilmiah ini selanjutnya. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini
dapat bermanfaat penulis semua khususnya, rekan-rekan semua. Atas bantuan dan
kerjasama serta bimbingannya, penulis mengucapkan banyak terima kasih.
Jakarta, 26 Juli 2018
Penulis
vi
Akademi Keperawatan PELNI Jakarta
Hasil Penelitian, Juli 2018
Reni Delisa 14046
ABSTRAK
Asma adalah penyakit jalan napas obstruktif intermiten, reversible dimana trakea
dan bronki berespon secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu. Seseorang yang
menderita asma mengalami gejala asma berupa batuk-batuk, sesak napas, bunyi
saat bernapas (wheezing atau ngik,ngik), rasa tertekan di dada dan gangguan tidur
karena batuk. Teknik pernapasan Buteyko digunakan sebagai teknik untuk
menurunkan gejala asma dan keparahan asma. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh teknik pernapasan Buteyko dalam upaya mengurangi sesak
napas pada penderita asma. Jenis penelitian ini adalah deskriptif sederhana dengan
pendekatan studi kasus, pengambilan sample menggunakan metode purposive
sampling dengan cara mengambil subyek sesuai dengan kriteria inklusi yang telah
ditetapkan. Variable independen dalam penelitian ini teknik pernapasan Buteyko
sedangkan variable dependen yaitu mengurangi sesak napas. Hasil penelitian studi
kasus yang telah dilakukan menunjukan bahwa dengan pemberian teknik
pernapasan Buteyko memiliki pengaruh dapat mengurangi sesak napas pada
penderita asma, karena efektif untuk mengurangi sesak napas sehingga dapat
membantu mengurangi komplikasi dari asma ini.
vii
Nursing Academy PELNI Jakarta
Research Results, July 2018
Reni Delisa 14046
ABSTRACT
Asthma is an intermittent, reversible, obstructive airway disease characterized by
increased responsiveness of the trachea and bronchi to various stimuli. A patient
with asthma have asthma symptoms such as coughing, dyspnea, wheezing, feeling
depressed in the chest and sleep disturbances due to coughing. Buteyko breathing
technique is used as natural technique to reduce the symptoms of asthma and
asthma severity. This study aims to determine the effect of Buteyko breathing
techniques in an effort to reduce shortness of breath in people with asthma. This
type of research is simple descriptive with a case study approach, taking samples
using purposive sampling method by taking subjects according to predetermined
inclusion criteria. ndependent variables in this study were Buteyko breathing
techniques while the dependent variable was reducing shortness of breath. The
results of case study studies that have been carried out show that by giving
Buteyko breathing techniques can have an effect on reducing shortness of breath
in people with asthma, because it is effective for reducing shortness of breath so
that it can help reduce the complications of asthma.
viii
DAFTAR ISI
ABSTRAK……………………………………………………………………….vii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
BAB II ..................................................................................................................... 6
2.1.1 Definisi........................................................................................... 6
2.1.3 Etiologi........................................................................................... 7
ix
2.1.6 Patofisiologi ................................................................................. 11
2.2.1 Definisi......................................................................................... 17
x
3.5 Instrumen Penelitian ....................................................................... 39
xi
DAFTAR BAGAN
xii
DAFTAR LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
mereka yang terkena dampak (Bateman 2008; Eisner, 2012). National Center
for Health Statistics (NCHS) pada tahun 2011, mengatakan prevalensi asma
menurut usia sebesar 9,5% pada anak dan 8,2% pada dewasa; sedangkan
menurut jenis kelamin 7,2% laki-laki dan 9,7% perempuan. Asma telah
dikaitkan dengan gejala hiperventilasi, yang menurunkan tingkat karbon
dioksida (CO2) dan menyebabkan hipokapnia (Bruton, 2005). Penderita asma
di Indonesia paling banyak diderita oleh golongan menengah kebawah dan
terbawah (tidak mampu), peresntase untuk menengah kebawah sebanyak 4,7%
dan terbawah 5,8% (Riskesdas, 2013).
digunakan dan mulai populer adalah teknik pernapasan. Dalam teknik ini
diajarkan teknik mengatur napas bila pasien sedang mengalami asma atau bisa
juga bersifat latihan saja (The Asthma Foundation of Victoria, 2002). Teknik
ini juga bertujuan mengurangi gejala asma dan memperbaiki kualitas hidup (
McHugh et al., 2003).
1.1.3 Penulis
Menambah pengetahuan, wawasan, keterampilan dan pengalaman
kerja di bidang kesehatan, yang berkaitan dengan faktor – faktor risiko
asma pada suatu kelompok masyarakat sehingga dapat semakin
memperkaya ilmu pengetahuan. Sebagai wujud aplikasi, penerapan
ilmu yang diperoleh sewaktu perkuliahan secara nyata dan memahami
profesi dalam kenyataan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
Asma adalah penyakit inflamasi kronik saluran napas yang
disebabkan oleh reaksi hiperresponsif sel imun tubuh seperti
eosinophils dan Tlymphocytes terhadap stimulus tertentu dan
menimbulkan gejala dyspnea, whizzing, ada batuk akibat
obstruksi jalan napas yang bersifat reversible dan terjadi secara
episodik terulang (Brunner dan Suddarth, 2011).
6
7
2.1.3 Etiologi
Pasien asma meskipun prevalensinya pada populasi Indonesia
tidak kecil yaitu 13/1000 (PDPI, 2006), namun etiologi pada
asma menurut beberapa referensi belum ditetapkan dengan pasti
(Djojodibroto, 2009). Walaupun belum ditetapkan dengan pasti,
pada pasien asma terjadi fenomena hiperaktivitas bronkhus.
Bronkus pasien asma sangat peka terhadap rangsang imunologi
maupun non imunologi. Karena sifat tersebut, maka serangan
8
2.1.6 Patofisiologi
Asma adalah obstruksi jalan napas difusi reversibel. Obstruksi
disebabkan oleh satu atau lebih dari yang berikut: (1) kontraksi
otot-otot yang mengelilingi bronki, yang menyempitkan jalan
napas; (2) pembengkakan membran yang melapisi bronki; dan
(3) pengisian bronki dengan mukus yang kental. Selain itu, otot-
otot bronkial dan kelenjar mukosa membesar; sputum yang
kental, banyak dihasilkan dan alveoli menjadi hiperinflamasi,
dengan udara terperangkap di dalam jaringan paru. Mekanisme
yang pasti dari perubahan ini tidak diketahui, tetapi apa yang
paling diketahui adalah keterlibatan sistem imunologis dan
sistem saraf otonom (Brunner dan Suddarth, 2002).
Beberapa individu dengan asma mengalami respons imun yang
buruk terhadap lingkungan mereka. Antibodi yang dihasilkan
(IgE) kemudian menyerang sel-sel mast dalam paru. Pemajanan
ulang terhadap antigen mengakibatkan ikatan antigen dengan
antibodi, menyebabkan pelepasan produk sel-sel mast (disebut
mediator) seperti histamin, bradikinin, dan prostaglandin serta
antifilaksis dari substansi yang bereaksi lambat (SRS-A).
Pelepasan mediator ini dalam jaringan paru memengaruhi otot
polos dan kelenjar napas, menyebabkan bronkospasme,
pembengkakan membran mukosa, dan pembentukan mukus
yang sangat banyak (Brunner dan Suddarth, 2002).
12
b. Pelega (Reliever)
Prinsipnya untuk dilatasi jalan napas melalui relaksasi otot
polos, memperbaiki dan atau menghambat bronkostriksi
yang berkaitan dengan gejala akut seperti mengi, rasa berat
di dada dan batuk, tidak memperbaiki inflamasi jalan napas
atau menurunkan hiperesponsif jalan napas. Termasuk
pelega adalah :
1) Agonis beta2 kerja singkat
2) Kortikosteroid sistemik. (Steroid sistemik digunakan sebagai
obat pelega bila penggunaan bronkodilator yang lain sudah
optimal tetapi hasil belum tercapai, penggunaannya
dikombinasikan dengan bronkodilator lain).
3) Antikolinergik
4) Aminofillin
5) Adrenalin (PDPI, 2006).
b. Pemeriksaan kulit
Pemeriksaan kulit menggunakan uji Prick yaitu uji dengan
memasukan alergen melalui tusukan jarum di kulit pada sisi
volar lengan bawah. Fungsinya untuk mengetahui ada tidaknya
sensitisasi terhadap alergen Rasmin, dkk., 2001). Tes kulit
positif dan teridentifikasi alergen spesifik adalah yang
menyebabkan reaksi lepuh dan hebat (Brunner dan Suddarth,
2002).
c. Pemeriksaan Laboratorium
Gas Darah Arteri.
Gas darah arteri menunjukkan hipoksik selama serangan
akut. Awalnya terdapat hipokapnea (Penurunan tekanan
karbon dioksida dalam darah arterial) dan respirasi
alkalosis dan tekanan parsial karbon dioksida (PCO2)
yang rendah. Dengan memburuknya kondisi dan pasien
menjadi lebih letih, PCO2 dapat meningkat. PCO2 yang
normal dapat menunjukkan gagal napas yang
mengancam. Karena PCO2 20 kali lebih dapat berdifusi
dibanding dengan oksigen, adalah sangat jarang bagi
PCO2 untuk normal atau meningkat pada individu yang
bernapas dengan sangat cepat (Brunner dan Suddarth,
2002).
GDA yang menunjukan normal atau asidosis respiratori
pada kekambuhan yang berat merupakan tanda buruk
dan membutuhkan bantuan ventilasi, pemantauan dan
terapi secara intensif (Gershwin dan Albertson, 2001).
17
e. Pemeriksaan Radiologi
Hasil pemeriksaan radiologi pada klien dengan asma
bronkhial biasanya normal, tetapi prosedur ini harus
tetap dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan
adanya proses patologi di paru atau komplikasi asma
seperti pneumothoraks, pneumomediastinum,
atelektasiss, dan lain-lain (Muttaqien, 2011).
2.2.1 Definisi
Teknik pernapasan Buteyko adalah sebuah teknik pernapasan
yang dikembangkan oleh profesor Konstantin Buteyko dari
Rusia. Ia meyakini bahwa penyebab utama penyakit asma
menjadi kronis karena masalah hiperventilasi yang tersembunyi,
dengan program dasar memperlambat frekuensi pernapasan agar
menjadi normal. Program tersebut termasuk sebuah panduan
untuk memperbaiki pernapasan diafragma (dada) dan belajar
bernapas melalui hidung (Lingard, 2008).
Motin mengatakan bahwa teknik pernapasan Buteyko ini
dikembang sejak tahun 1940-an sebagai strategi untuk
menurunkan gejala asma dengan prinsip „breathe less‟
(bernapas lebih sedikit) (Thomas, 2004).
2.2.2 Manfaat
Teknik pernapasan ini terutama digunakan sebagai teknik alami
untuk menurunkan gejala asma dan keparahan asma. Selain itu,
teknik pernapasan Buteyko digunakan oleh para pasien asma
untuk menurunkan ketergantungannya terhadap obat. Metode
ini juga bisa digunakan untuk penyakit saluran pernapasan lain
termasuk empisema dan bronkitis (Longe, 2005).
Teknik pernapasan Buteyko berguna untuk mengurangi
ketergantungan pasien asma terhadap obat atau medikasi asma.
18
2.2.4 Tujuan
Pada metode teknik pernapasan Buteyko, ada beberapa hal yang
menjadi tujuan dari teknik tersebut yaitu:
2.2.4.1 Memperbaiki pola pernapasan, sehingga
20
Nodding- 10 kali
Tipping-6 kali
1) Ambil napas dan keluarkan napas secara perlahan
kemudian tahan hidung.
2) Rebahkan kepala ke belakang tiga sampai enam kali
ketika menahan napas. Waktunya lebih cepat dari
sebelumnya.
3) Lepaskan tangan dari hidung dan ambil napas secara
perlahan. Jaga mulut tetap tertutup
b. Relaxed Breathing
1) Duduk secara nyaman dengan punggung lurus, kaki
tidak menyilang serta lutut-bahu direnggangkan.
Pandangan agak ke atas atau tutup mata.
2) Letakkan tangan pada bagian atas dan bawah dada serta
tenangkan diri dengan cara bernapas dengan tenang dan
perlahan melalui hidung.
3) Lalu, fokus pada area dimana merasakan gerakan napas.
Konsentrasi pada bagian sekitar bawah dada. Coba
lepaskan pada area ini sebanyak mungkin dan kurangi
gerakan pada tangan bagian atas.
4) Setelah beberapa menit biarkan tangan istirahat di
pangkuan. Sekarang, relaksasikan serta istirahatkan otot-
otot seperti pada muka, dagu, leher dan pundak, bagian
perut bawah, paha dan kaki. Pada saat ini mungkin
dirasakan sedikit kekurangan udara. Hal ini
menunjukkan latihan berjalan dengan baik.
5) Lanjutkan dengan perlahan teknik ini sekitar tiga menit
kemudian kembali bernapas normal. Jaga pernapasan
melalui hidung dan sesekali perhatikan pernapasan.
23
c. Control pause
Control pause memiliki dua fungsi, pertama adalah sebagai
pengukur peningkatan latihan dan kedua sebagai cara cepat
untuk memproduksi rasa kebutuhan udara derajat ringan
ketika memulai siklus latihan Buteyko. Langkah control
pause adalah sebagai berikut:
d. Extended pause
1) Ambil napas secara normal, keluarkan dan pegang hidung
2) Tahan napas di tambah 5-10 detik melampaui control pause
sambil menggunakan teknik distraksi seperti pindah dari
kursi atau berjalan.
3) Lepaskan hidung, pastikan bernapas melalui hidung
senyaman mungkin.
4) Segera mulai dengan reduced breathing dan relaksasi
sampai merasakan membutuhkan udara.
25
e. Reduced breathing
Latihan reduced breathing memerlukan agak sedikit
udara sementara itu tetap jaga tubuh agar relaksasi
khususnya otot-otot pernapasan.
1) pastikan duduk secara nyaman dan bernapas melalui
hidung.
2) Mulai dengan control pause dan beralih ke dalam reduced
breathing
3) perhatikan jeda alami yang dirasakan antara bernapas dan
istirahat yaitu tidak bernapas untuk satu detik diantara
pernapasan. Relaksasi sampai merasakan sedikit
kekurangan udara. Fokuskan pada otot-otot sekitar dada
bagian bawah dan perut.
4) Perhatikan ukuran dan kecepatan pernapasan. Letakkan jari
tepat dibawah hidung dan akan ditemukan perlambatan
aliran udara yang masuk dan keluar dari lubang hidung.
Biarkan sampai merasakan kebutuhan udara tetapi jangan
sampai berlebihan. Kadang-kadang gerakan menggeliat dan
perenggangan otot-otot dapat membantu membebaskan
beberapa ketegangan otot yang muncul sebagai hasil dari
kurangnya udara.
5) Jaga terus pola reduced breathing dan kembali bernapas
normal tanpa melakukan sedikitpun pernapasan dalam
(Buteyko reathing Association, 2010).
26
2.2.7 Penelitian
Teknik pernapasan Buteyko di Indonesia tidak begitu populer,
namun banyak hal-hal yang signifikan terhadap metode ini
untuk menangani masalah Asma. Berikut beberapa
penelitiannya:
a. McHugh et.al (2003) menyatakan bahwa teknik
pernapasan Buteyko ini merupakan teknik
manajemen asma yang aman dan efisien. Hal tersebut
dibuktikan dengan penurunan penggunaan inhalasi
steroid sebesar 50% dan β2-agonist sebesar 85%
dalam waktu 6 bulan.
ASMA
TEKNIK PERNAPASAN
BUTEYKO
PASIEN A PASIEN B
MENGURANGI MENGURANGI
SESAK NAPAS SESAK NAPAS
RELAKSASI RELAKSASI
3
37
38
dan menggunakan stopwatch atau jam tangan untuk mengukur beberapa lama
pernapasan.
Pada bab ini akan diuraikan hasil dan pembahasan dari sebuah penelitian
mengenai “Analisa Intervensi Teknik Pernapasan Buteyko Dalam Upaya
Mengurangi Sesak Napas pada Penderita Asma Di Lingkungan RW. 07
Kelurahan. Slipi Kecamatan. Palmerah Jakarta Barat ”.
Penelitian ini dilakukan mulai tanggal 09 Juli 2018 sampai dengan 18 Juli 2018,
pada dua orang Subyek Penelitian I yang berusia 60 tahun, dan Subyek Penelitin
II berusia 55 tahun, ke dua Subyek Penelitian sudah memenuhi kriteria inklusi dan
ekslusi dalam penelitian yang peneliti buat.
4.1 Gambaran Umum Lingkungan Studi Kasus
Penelitian studi kasus ini dilakukan di lingkungan RW 07 di bawah
Perlindungan Kesehatan Puskesmas Kelurahan Slipi II Kelurahan Slipi,
Kecamatan Palmerah, Jakarta Barat. Sebagian besar penduduknya adalah
penduduk asli daerah tersebut yang mayoritas bersuku Betawi. Sebagian
besar penduduknya masih belum sadar akan pentingnya kebersihan
lingkungan tempat tinggal mereka seperti masih ada beberapa sampah dan
kotoran hewan unggas yang berserakan dan jarak kandang hewan unggas
berdekatan dengan rumah warga dapat menyebabkan lingkungan tersebut
terlihat kumuh, kotor dan bau. Kondisi lingkungan di RW 07 padat penduduk,
jarak antar rumah penduduk sangat berdempetan, ramai karena banyaknya
anak-anak kecil yang main, ibu-ibu atau bapak-bapak banyak yang
berkumpul didepan poskamling pada sore hari sehingga menimbulkan suara
yang bising.
Namun di RW 07 ini terdapat pelayanan dan kegiatan kesehatan yang rutin
dilaksanakan, antara lain posyandu lansia yang diadakan pada minggu kedua
setiap bulannya, posyandu balita yang diadakan pada minggu keempat setiap
bulannya dan kegiatan jumantik yang rutin dilaksanakan pada hari jumat
setiap minggunya.
Kondisi lingkungan rumah Subyek Penelitian I padat penduduk, namun untuk
pencahayaan dan ventilasi udara di dalam rumah sudah cukup karena
44
terdapatnya ventilasi udara dan cahaya matahari dapat masuk ke dalam rumah
saat siang.
Selain itu, keadaan di dalam rumah bersih dan tertata rapih, hanya saja
suaminya masih meletakkan kandang burung di depan teras rumahnya.
Sedangkan kondisi lingkungan rumah Subyek Penelitian II padat penduduk
namun pencahayaan dan ventilasi udara di dalam rumah sudah cukup karena
terdapatnya ventilasi udara dan cahaya matahari dapat masuk ke dalam rumah
saat siang hari. Selain itu, keadaan didalam rumah rapih dalam hal penataan
barang dan bersih.
4.2 Karakteristik Subyek
a. Subyek Penelitian I
Subyek Penelitian I berjenis kelamin perempuan, berumur 60 tahun, bertempat
tinggal di Jl. Aipda Ks Tubun II RT 003/07, memiliki pekerjaan sebagai
pensiunan guru dengan penghasilan Rp. 3.000.000 per bulan sedangkan suami
Subyek Penelitian I bekerja sebagai wiraswasta dengan penghasilan Rp. 5.000.000
per bulan. Subyek Penelitian I merupakan anak ke dua dari 3 bersaudara. Ayah
dari subyek Penelitian I sudah meninggal sekitar 10 tahun yang lalu karena
penyakit stroke, sedangkan ibunya juga sudah meninggal 8 tahun yang lalu karena
penyakit asma. Subyek Penelitian I memiliki 3 orang anak terdiri dari 2 anak
perempuan dan 1 anak laki-laki. tinggal bersama suami, satu orang anaknya,
menantu dan dua orang cucunya.
Subyek Penelitian I sudah menderita asma sejak 7 tahun yang lalu karena bila
udaranya dingin penyakitnya kambuh. Anggota keluarganya ada yang menderita
asma juga yaitu Ibu klien. Namun Subyek Penelitian I mengatakan bahwa dirinya
rutin meminum obat asma Ventolin inhaler 1 x 100 mcg/puff pada pagi hari dan
rutin memeriksakan kesehatannya sebulan sekali jika persedian obat asmanya
sudah mau habis. Subyek Penelitian I masih suka beraktifitas seperti
membereskan rumah, mencuci baju, menyapu dan mengepel rumah dan kegiatan
lainnya yang bisa menyebabkan Subyek Penelitian I kelelahan.
45
46
b. Subyek Penelitian
Subyek Penelitian II berjenis kelamin laki-laki, berumur 55 tahun,
bertempat tinggal di Jl. Aipda Ks Tubun III RT 007/07, memiliki
pekerjaan sebagai ibu rumah tangga namun untuk sumber penghasilan
didapatkan dari anak-anaknya dalam memenuhi kebutuhannya sehari-hari.
Subyek Penelitian II merupakan anak ketiga dari 5 bersaudara. Subyek
Penelitian II memiliki 2 orang anak perempuan yang sudah menikah dan
Subyek Penelitian II tinggal bersama dua orang anaknya, menantu dan
satu cucunya.
Subyek Penelitian II sudah menderita asma sejak 4 tahun yang lalu karena
saat mudanya banyak merokok dan bila terkena debu. Subyek Penelitian II
mengatakan tidak ada anggota keluarganya yang menderita asma seperti
dirinya. Subyek Penelitian II jarang mengonsumsi obat asma Ventolin
inhaler 1 x 100 mcg/puff dari dokter secara teratur karen takut
ketergantungan dengan obat-obatan. Subyek Penelitian II sudah berhenti
merokok sejak 1 tahun yang lalu. Hasil pengamatan lain didapatkan
melalui wawancara, pengamatan dan pemeriksaan fisik, Subyek Penelitian
II memiliki tinggi badan 162 cm dengan berat badannya 56 kg. Berambut
panjang dan beruban, serta kulit kuning langsat. Subyek Penelitian II
memilliki penyakit asma sejak 4 tahun yang lalu. Subyek Penelitian II
terlihat bersemangat saat ditanyakan keluhan oleh peneliti, banyak
bertanya mengenai asma dan senang saat dilakukan penghitungan asma.
47
b. Subyek Peneliian II
Setelah dilakukan wawancara didapatkan hasil yang menunjukkan
bahwa Subyek Penelitian II sering mengeluh sesak napas bila
terkena debu. Subyek Penelitian II belum mengetahui banyak
tentang penyakit asma dan belum mengetahui pengobatan alternatif
dengan melakukan teknik pernapasan buteyko. Pada saat dilakukan
pemeriksaan fisik, didapatkan data yaitu pernapasan 25 x/menit,
terlihat memegangi dadanya.
a. Subyek Penelitian I
kehadiran peneliti
sehingga memudahkan
penelitian.
Penelitian I ke peneliti
pernapasan buteyko
pengobatan kambuh,
buteyko
buteyko sesuai
arahan yang
diberikan
intervensi
buteyko sesuai
dengan arahan
yang diberikan
teknik mandiri
pernapasan
buteyko secara
mandiri
51
20 x/menit
teknik
pernapasan
buteyko sesuai
dengan arahan
yang diberikan
melakukan datang
teknik
pernapasan
buteyko secara
mandiri
52
teknik
pernapasan
buteyko sesuai
dengan arahan
yang diberikan
teknik
pernapasan
buteyko
53
diberikan 19 x/menit
intervensi
pernapasan data
buteyko sesuai
dengan arahan
yang diberikan
teknik datang
pernapasan
buteyko
54
intervensi
pernapasan
buteyko sesuai
dengan arahan
yang diberikan
teknik datang
55
pernapasan
buteyko
diberikan 19 x/menit
intervensi
pernapasan
buteyko sesuai
dengan arahan
yang diberikan
buteyko
intervensi dirinya
pernapasan mandiri
buteyko sesuai
dengan arahan
yang diberikan
pernapasan
buteyko
diberikan 20 x/menit
intervensi
pernapasan mandiri
buteyko sesuai
dengan arahan
yang diberikan
teknik
pernapasan
buteyko
apapun
b. Subyek Penelitian II
Tabel 2. Proses Intervensi Subyek Penelitian II
Pertemuan Tujuan Respon Kemajuan
Pertemuan 1 2. Menciptakan 2. Respon Subyek Penelitian 2. Subyek Penelitian II
hubungan II sangat baik dan dan peneliti terbina
saling percaya mempersilahkan masuk ke hubungan yang baik
dalam rumah. dan menerima
kehadiran peneliti
sehingga memudahkan
penelitian.
2. Kontrak 5. Subyek Penelitian II terlihat 4. Subyek Penelitian II
program antusias dalam menanyakan mengetahui tindakan
59
diberikan
24 x/menit
Pertemuan 4 3. Subyek 4. Subyek Penelitian II dapat 2. Subyek Penelitian II
Penelitian melakukan gerakan teknik belum mahir dalam
IIdapat pernapasan buteyko 1-5 melakukan teknik
melakukan pernapasan buteyko
teknik
pernapasan
buteyko sesuai
dengan arahan
yang diberikan
4. Memandirikan 5. Subyek Penelitian II jarang 4. Subyek Penelitian II
Subyek mau melakukan gerakan jarang melakukan
Penelitian I teknik pernapasan buteyko gerakan teknik
agar dapat 1-5 pernapasan buteyko
melakukan saat peneliti datang
teknik
pernapasan
buteyko secara
mandiri
buteyko sesuai
dengan arahan
yang diberikan
dengan arahan
yang diberikan
a. Subyek Penelitian II
Evaluasi : Subyek Penelitian II mengatakan setelah diberikan intervensi
pemberian teknik pernapasan buteyko selama 10 hari berturut-turut,
Subyek Penelitian II mengatakan sudah mengalami perubahan yang
cukup dirasakan seperti sudah tidak merasakan sesak napas, tetapi bila
ada debu sesak napasnya kambuh. Subyek Penelitian II terlihat senang
karena sudah mampu dan mahir melakukan teknik pernapasan buteyko
secara mandiri. Dari data pengamatan yang peneliti lakukan selama 10
hari berturut-turut, terjadi sesak napas berkurang Subyek Penelitian II
sebanyak 3 x/menit Subyek Penelitian II pertama kali sebelum
dilakukan intervensi 25 x/menit menjadi 22 x/menit setelah dilakukan
intervensi secara keseluruhan.
b. Subyek Penelitian II
Tabel 4. Perbandingan Kondisi Klien Sebelum dan Sesudah Dilakukan
Intervensi pada Subyek Penelitian II
4.4 Pembahasan
Peneliti akan membahas uraian mengenai hasil dari penelitian yang dilakukan
selama 10 hari berturt-turut dengan 10 kali pertemuan, mulai dari gambaran
umum lingkungan, karakteristik subyek penelitian, kondisi subyek penelitian
sebelum dilakukan inervensi, proses intervensi dan perbandingan kondisi
subyek penelitian sebelum dan sesudah intervensi.
69
bahwa Breath Holding Time (waktu menahan napas) yang lebih rendah pada
metode Buteyko berhubungan dengan pola pernapasan dada. Hal ini
menunjukan bahwa perubahan pola napas dapat menyebabkan gejala
pernapasan seperti dispnea dan bahwasanya terapi pernapasan seperti
Buteyko ini mungkin mempengaruhi gejala tersebut, sehingga
meningkatkan efisiensi biomekanika pernapasan.
a. Usia
Jenis Pada jenis kelamin, pria merupakan risiko untuk asma pada anak.
Sebelum usia 14 tahun, prevalensi asma pada anak laki-laki adalah 1,5-2
kali dibanding anak perempuan. Tetapi menjelang dewasa perbandingan
tersebut lebih kurang sama dan pada masa menopause perempuan lebih
banyak.
Selain itu terjadi perubahan keluhan yang dirasakan Subyek Penelitian baik
sebelum intervensi maupun sesudah intervensi diberikan. Pada Subyek
Penelitian I mengatakan sesak napas berkurang namun mulai tidak dirasakan
pada intervensi hari kesepuluh, sedangkan pada Subyek Penelitian II
mengatakan sesak napas dan masih dirasakan sampai intervensi hari terakhir.
Keluhan sesak napas pada Subyek Penelitian I namun mulai tidak dirasakan
pada intervensi hari keempat, sedangkan Subyek Penelitian II mulai tidak
dirasakan pada hari keenam.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini peneliti menguraikan kesimpulan dan saran berdasarkan hasil
penelitian selama 10 hari berturut–turut dimulai pada tanggal 09 Juli sampai
dengan 18 Juli 2018 diberikan intervensi pemberian teknik pernapasan buteyko
dalam upaya mengurangi sesak napas pada penderita asma.
5.1 Kesimpulan
Bab ini menguraikan kesimpulan dan saran berdasarkan tujuan dan hasil
penelitian sebagai berikut:
a. Bisingnya lingkungan yang membuat tidak nyaman sehingga membuat
ketidaknyamanan saat istirahat, dan jarak antara rumah saling berdekatan.
b. Karakteristik penderita asma dapat disimpulkan bahwa teknik pernapasan
buteyko sangat penting untuk mengurangi sesak napas pada penderita
asma dengan dilakukan setiap satu kali dalam sehari.
c. Kondisi yang sering dirasakan oleh penderita asma yaitu faktor alergi
d. Teknik pernapasan buteyko yang dilakukan intervensi selama 10 hari,
pada subyek penelitian I, pernapasan sebelumnya 23 x/menit turun
menjadi 20 x/menit, mengalami penurunan dihari ke empat sebanyak 2
x/menit. Pada subyek penelitian II pernapasan sebelumnya 25 x/menit
menjadi penurunan menjadi 23 x/menit, mengalami penurunan dihari ke
enam sebanyak 3 x/menit.
e. Teknik pernapasan buteyko ini membantu mengurangai sesak napas kedua
subyek penelitian ini klien mengkonsumsi obat untuk mengurangi asma.
f. Pada umumnya masing – masing subyek penelitian mengalami penurunan
yang signifikan
5.2 Saran
a. Bagi Peneliti
Diharapkan penelitian selanjutnya menggunakan data penelitin ini sebagai
referensi sehingga dapat mengembangkan konsep atau melakukan penelitian
tentang cara pemberian teknik pernapasan buteyko pada penderita asma.
74
Dan lebih fokus tentang teknik pernapasan buteyko dengan berbagai variasi
responden.
b. Bagi Masyarakat
Dapat mengaplikasikan cara pemberian tekhnik pernapasan buteyko ini
dalam kesehariannya untuk mengurangi sesak napas pada penderita asma
JADWAL KEGIATAN
2 Pengumpulan proposal
3 Ujian proposal
4 Praktek penelitian
5 Penyusunan hasil
penelitian
(PSP)
1. Kami adalah Peneliti berasal dari Akademi Keperawatan PELNI Jakarta dengan
ini meminta saudara /i untuk berpartisipasi dengan sukarela dalam penelitian yang
berjudul “Analisis Intervensi Teknik Pernapasan Buteyko Dalam Upaya
Mengurangi Napas Sesak Pada Penderita Asma di RW 07 Kelurahan Slipi
Kecamatan Palmerah”
2. Tujuan dari penelitian studi kasus ini adalah untuk mengetahui pengaruh
pemberian teknik pernapasan buteyko untuk mengurangi napasa sesak yang
dilakukan di RW. 07 Kel. Slipi Kec. Palmerah Jakarta Barat, yang dapat memberi
manfaat untuk mengurangi sesak napas. Penelitian ini akan berlangsung selama 5
hari berturut-turut.
3. Prosedur pengambilan bahan data dengan cara wawancara terpimpin dengan
menggunakan pedoman wawancara yang akan berlangsung lebih kurang 15-20
menit. Cara ini mungkin menyebabkan ketidaknyamanan tetapi saudara /i tidak
perlu khawatir karena penelitian ini untuk kepentingan pengembangan Ilmu
Keperawatan.
4. Keuntungan yang saudara /i peroleh dalam keikutsertaan saudara /i pada
penelitian ini adalah saudara /I dapat mendapat informasi baru mengenai Teknik
pernapasan buteyko dalam upaya mengurangi sesak pada penderita asma,
sehingga penderita asma lainnya dan masyarakat luas dapat menggunakan metode
ini untuk mengurangi sesak napas.
5. Nama dan jati diri saudara /i beserta seluruh informasi yang saudara sampaikan
akan tetap dirahasiakan.
6. Jika saudara membutuhkan informasi sehubungan dengan penelitian ini, silakan
menghubungi peneliti pada nomor Hp: 087068505085
Peneliti,
Reni Delisa
AKADEMI KEPERAWATAN PELNI JAKARTA
SK KEMENDIKNAS RI No. 33 / D / O / 2011
Jln. AIPDA KS Tubun No. 92 – 94 JAKARTA BARAT
Telp. (021) 5485709. Ex. 1313-1314, Fax. 5485709 (021)
E-mail :akper.pelni@gmail.com Website : http://www.akper-rspelni.ac.id
Pembuat Pernyataan
Reni Delisa
NIRM 14046
Mengetahui,
Pembimbing I Pembimbing II
(...........................................) (............................................)
Peneliti
Reni Delisa
Lampiran 5
INFORMED CONSENT
(...........................................) (............................................)
Peneliti
Reni Delisa
Lampiran 6
LEMBAR WAWANCARA
Usia : 60 Tahun
LEMBAR WAWANCARA
Usia : 55 Tahun
Frekuensi Pernapasan
Waktu
Frekuensi Pernapasan
Waktu