A DENGAN
FRAKTUR FEMUR DEXSTRA DI RUANG NEW
BOUGENVILLE II
RUMAH SAKIT PELNI JAKARTA
DISUSUN OLEH :
SURAYA (16043)
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat rahmat dan
hidayah-Nya. Penulis dapat menyelesaikan makalah ilmiah dengan judul “Asuhan
Keperawatan Pada Klien Tn. A dengan Fraktur Femur Dexstra di Ruang New
Bougenville II” Rumah Sakit Pelni Jakarta.
Penyusun makalah ini tidak lepas dari bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak oleh
karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada yang
terhormat:
1. DR.dr. Fathema Djan Rachmat.,Sp.B.,Sp.BTKV(K).,M.P.H(MMR) sebagai
Direktur Utama Rumah Sakit Pelni Jakarta.
2. Ahmad Samdani.,SKM sebagai Ketua Yayasan Samudra APTA
3. Buntar Handayani SKp. M.Kep.,MM sebagai Direktur Akademi Keperawatan
Pelni Jakarta.
4. Ns. Sri Atun Wahyuningsi.,M.Kep.J Dosen Penguji Di Akademi Keperawatan
Pelni Jakarta
5. Nur Amini,S.Kep, sebagai Kepala Ruangan di Ruangan New Bougenville II
Rumah Sakit Pelni Jakarta.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan balasan kepada semuaa pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan makalah ilmiah ini, untuk itu penulis mengharapkan
saran dan kritik yang membangun guna memperbaiki makalah selanjutnya, atas
bantuan dan bimbingan penulis ucapkan terima kasih.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 48
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem musculoskeletal merupakan salah satu sistem tubuh yang sangat berperan
terhadap fungsi pergerakan dan mobilitas, komponen penunjang yang paling
dominan adalah tulang. Gangguan pada tulang akan dapat mempengaruhi sistem
pergerakan seseorang yang bisa terjadi pada semua tingkat usia. Salah satu
gangguan musculoskeletal adalah fraktur atau patah tulang. Fraktur atau patah
tulang merupakan masalah yang akhir-akhir ini sangat banyak menyita perhatian
masyarakat. Menurut (Darsono, 2010) prevalensi lebih tinggi pada laki-laki karena
olahraga, pekerjaan, dan kecelakaan, sedangkan wanita berhubungan dengan
adanya osteoporosis yang terkait dengan adanya perubahan hormon.
Badan Kesehatan dunia (WHO) mencatat pada tahun 2011 – 2012 terdapat 5,6 juta
orang meninggal dunia dan 1,3 juta orang menderita fraktur akibat kecelakaan lalu
lintas. Fraktur merupakan suatu kondisi dimana terjadi diintegritas tulang. Tetapi
fraktur juga bias terjadi akibat proses degeneratif dan patologi (Depkes RI, 2007).
Menurut Depkes RI 2011, dari sekian banyak kasus di Indonesia, fraktur bpada
ekstremitas bawah akibat kecelakaan memiliki prevelensi yang paling tinggi yaitu
sekitar 46,2%. Dari 45.987 orang dengan kasus ekstremitas bawah akibat
kecelakaan, 19.629 orang mengalamio fraktur pada tulang femur, 14.027 orang
mengalami fraktur curis, 3.775 orang mengalami fraktur tibia, 970 orang
mengalami fraktur pada tulang-tulang kecil di kaki dan 336 orang mengalami
fraktur fibula.
Peran fisioterapis dibutuhkan membantu pemulihan pasien pasca fraktur, sesuai
dengan keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor
376/KEMENKES/SK/III/2007 bahwa fisioterapi adalah bentuk pelayanan
kesehatan yang ditujukan kepada individu dan atau kelompok mengembangkan,
memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh sepanjang daur kehidupan
1
2
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Penulis ingin mendapatkan pengalaman secara nyata dalam memberikan
Asuhan Keperawatan kepada klien dengan Fraktur Femur di Ruang New
Bougenville II Rumah Sakit PELNI Jakarta
2. Tujuan Khusus
Diharapkan penulis mampu :
a. Melakukan pengkajian keperawatan pada klien dengan Pre Operasi
Fraktur femur
b. Menentukan masalah keperawatan pada klien dengan Pre Operasi Fraktur
femur
c. Merencanakan asuhan keperawatan pada klien dengan Pre Operasi
Fraktur femur
d. Melaksanakan evaluasi keperawatan pada klien dengan Pre Operasi
Fraktur femur
e. Melakukan evaluasi keperawatan pada klien dengan Pre Operasi Fraktur
femur
3
C. Ruang Lingkup
Makalah ini, penulis batasi dengan mengambil kasus yaitu Asuhan Keperawatan
pada klien Tn. A dengan Pre Operasi fraktur femur dexstra di Ruang New
Bougenville II Rumah Sakit PELNI Jakarta selama 3 hari sejak tanggal 17-20
Oktober 2018
D. Metode Penulisan
Metode penulisan makalah ini menggunakan metode deskriptif yaitu
menggambarkan Asuhan Keperawatan pada klien yang dilakukan dengan cara
pengumpulan data, menganalisa data dan menarik kesimpulan yang dituangkan
dalam bentuk narasi. Penulisan memperoleh data melalui tiga cara yaitu studi
kepustakaan, dimana penulis menggunakan buku sumber sebagai referensi dalam
penulisan yang sesuai denngan judul makalah ini. Melalui studi kasus, dimana
penulis memberikan Asuhan Keperawatan secara langsung pada klien dengan
fraktur. Dan melalui studi dokumentasi, dimana penulis memperoleh data dan
mempelajarinya dari status, data-data statistic berupa data rekam medis dan media
internet sebagai informasi.
E. Sistematika penulisan
Makalah ini terdiri dari V bab, yaitu BAB I pendahuluan terdiri dari Latar
Belakang, tujuan penulisan, ruang lingkup, metode penulisan, serta sistematika
penulisan. BAB II adalah tinjauan teori terdiri dari pengertian, etiologi,
patofiiologi, penatalaksanaan medis, pengkajian keperawatan, diagnose
keperawatan, perencanaan keperawatan, pelaksanaan keperawatan, evaluasi
keperawatan. BAB III merupakan tinjauan kasus terdiri dari pengkajian
keperawatan, diagnose keperawatan, perencanaan keperawatan, pelaksanaan
4
A. Pengertian
Fraktur adalah gangguan dari kontuinitas yang normal dari dari suatu tulang.
Jika terjadi fraktur, maka jaringan lunak disekitarnya juga sering kali
terganggu. Radiografi dapat menunjukan keberadaan cedera tulang, tapi tidak
mampu menunjukan otot atau ligament yang robek, saraf yang putus atau
pembuluh darah yang pecah. (Black)
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik,
kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut. Keadaan tulang dan jaringan lunak
disekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau
tidak lengkap. (Prince & Wilson, 2006).
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan
luasnya (Brunner dan Suddart, 2001)
B. Etiologi
Presdiposisi fraktur antara lain berasal dari kondisi biologis seperti osteopenia
(misalnya, karena penggunaan steroid dan sindroma cushing) atau osteogenesis
imperfekta (penyakit kongenital tulang yang dicirikan oleh gangguan produksi
kolagen oleh osteoblast). Tulang menjadi rapuh dan mudah patah.
Neoplasmma juga dapat melemahkan tulang dan berperan pada fraktur.
Kehilangan esterogen pascamenopouse dan malnutrisi protein juga
menyebabkan penurunan masa tulang serta meningkatkan risiko fraktur. Bagi
orang dengan tulang yang sehat, fraktur dapat terjadi akibat aktivitas, hobi
risiko-tinggi atau aktivitas terkait pekerjaan. Dapat juga pada korban – korban
kekerasan rumah tangga dengan cedera traumatic. (Black, 2015).
5
6
2. Klasifikasi klinis:
Fraktur tertutup (simple fraktur), bila tidak ada hubungan antara
fragmen tulang dengan dunia luar.
Fraktur terbuka (compound fraktur), bila terdapat hubungan antara
fragmen tulang denag dunia luar, karena adanya perlukaan di kulit.
C. Patofisiologi
Keparahan dari fraktur bergantung pada gaya yang menyebabkan fraktur. Jika
ambang fraktur suatu tulang hanya sedikit terlewati, maka tulang mungkin
7
hanya retak saja dan bukan patah. Saat terjadi fraktur, otot yang melekat pada
ujung tulang dapat terganggu. Otot dapat mengalami spasme dan menarik
fragmen fraktur keluar posisi. Kelompok otot yang besar dapat menciptakan
spasme yang kuat dan bahkan mampu menggeser tulang besar.
Selain itu, periosteum dan pembuluh darah di korteks serta sumsum dari tulang
yang patah juga terganggu. Sering terjadi cedera jaringan lunak. Perdarahan
terjadi karena cedera jaring lunak atau cedera pada tulang itu sendiri. Pada
saluran sumsum (medulla), hematoma terjadi diantara fragmen-fragmen tulang
dan di bawah periosteum. Jaringan tulang disekitar lokasi fraktur akan mati dan
menciptakan respon peradangan yang hebat. Akan terjadi vasodilatasi, edema,
nyeri, kehilangan fungsi, eksudasi plasma dan leukosit, serta infiltrasi sel darah
putih. Respon patofisiologis ini juga merupakan tahap awal dari penyembuhan
tulang. (Black, 2015)
Jika satu tulang sudah patah, jaringan lunak disekitarnya juga rusak,
periosteum terpisah dari tulang dan terjadi pendarahan yang cukup berat.
Bekuan darah terbentuk pada daerah tersebut. Bekuan akan membentuk
jaringan granulasi di dalamnya dengan sel-sel pembentuk tulang primitive
(osteogenik) berdiferensiasi menjadi kondroblas dan osteoblast. Kondroblas
akan mensekresi fosfat, yang merenagsang deposisi kalsium. Erbentuk lapisan
tebal (kalus) disekitar lokasi fraktur. Lapisan ini terus menebal dan meluas,
bertemu dengan lapisan kalus yang dari fragmen satunya, dan menyatu.
Penyatuan dari kedua fragmen (penyembuhan fraktur) terus berlanjut dengan
terbentuknya trabekula oleh osteoblast, yang melekat pada tulang dan meluas
menyebrangi lokasi fraktur. Penyatuan tulang provisional ini akan menjalani
transformasi metaplastik untuk menjadi lebih kuat dan lebih teroganisasi. Kalu
tulang akan mengalami remodeling untuk mengambilbentuk tulang yang utuh
seperti bentuk osteoblast tulang baru dan osteoklas akan menyingkirkan bagian
yang rusak daj tulang sementara. (Prince & Wilson, 2006).
Manifestasi yang akan ditemukan yaitu (1) deformitas, pembengkakan dari
perdarahan local dapat menyebabkan deformitas pada lokasi frakur. (2)
pembengkakan, edema dapat muncul akibat dari akumulasi cairan serosa pada
lokasi fraktur serta ekstrvasi darah ke jaringan sekitar. (3) memar (ekimosis),
8
terjadi karena perdaraham subkutan pada lokasi fraktur. (4) spasme otot. (5)
nyeri. (6) ketegangan, disebabkan oleh cedera yang terjadi. (7) kehilangan
fungsi, hilangnya fungsi terjadi karena nyeri yang disebabkan oleh fraktur,
kelumpuhan juga dapat terjadi dari cedera saraf. (8) gerakan abnormal dan
akrepitasi, terjadi karena gerakan dari bagian tengah tulang atau gesekan antar
fragmen menciptakan sensasi suara deritan. (9) perubahan neurovaskuler,
terjadi akibat kerusakan saraf perifer atau struktur vaskuler yang terkait. Klien
dapat mengeluh kebas, kesemutan atau tidak terasa nadi. (10) syok, fragmen
tulang dapat merobek pembuluh darah sehingga dapat menyebabkan syok.
(Black, 2015)
D. Penatalaksanaan medis
Prinsip penanganan fraktur meliputi:
1. Reduksi
Reduksi fraktur berarti mengembalikan fragmen tulang pada
kesejajarannya dan rotasi anatomi. Reduksi tertutup, mengembalikan
fragmen tulang ke posisinya (ujung-ujungnya saling berhubungan) dengan
manipulasi dan traksi manual. Alat yang digunakan biasanya traksi, bidai,
dan alat-alat lainnya. Reduksi terbuka, dengan pendekatan bedah. Alat
fikssi interna dalam bentuk pin, kawat, sekrup, plat, paku.
2. Imobilisasi
Imobilisasi dapat dilakukan dengan menggunakan metode eksterna dan
interna. Mempertahan dan mengembalikan fungsi status neurovaskuler
selalu dipantau meliputi perdarahan darah, nyeri, perabaan, gerakan.
9
E. Pengkajian Keperawatan
1. Pemeriksaan fisik:
1) Aktivitas/ istirahat
a) Tanda: Keterbatasan/ kehilangan fungsi pada bagian yang terkena
(mungkin segera, fraktur itu sendiri, atau terjadi secara sekunder,
dari pembengkakan jaringan, nyeri).
2) Sirkulasi
a) Tanda: Hipertensi (kadang-kadang terlihat sebagai respon terhadap
nyeri/ ansietas) atau hipotensi (kehilangan darah). Takikardia
(respon stress, hipovolemia). Penurunan/ tak ada nadi pada bagian
distal yang cedera; pengisian kapiler lambat, pucat pada bagian
yang terkena, pembengkakan atau massa hematoma pada sisi
cedera.
3) Neurosensory
a) Gejala: Hilang gerakan/ sensasi, spasme otot. Kebas/ kesemutan.
b) Tanda: Deformitas local; angulasi abnormal, pemendekan, rotasi.,
krepitasi (bunyi berderit), spasme otot, terlihat kelemahan/ hilang
fungsi.
4) Nyeri/ kenyamanan
a) Gejala: Nyeri barat tiba-tiba pada saat cedera (mungkin
terlokalisasi pada area jaringan/ kerusakan tulang; dapat berkurang
pada imobilisasi); tak ada nyeri akibat kerusakan saraf. Spasme/
kram otot (setelah imobilisasi).
5) Keamanan
a) Tanda: Laserasi kulit, anvulsi jaringan, perdarahan, perubahan
warna, pembengkakan local (dapat meningkatkan secera bertahap
atau tiba-tiba)
10
2. Pemeriksaan diagnostic
a) Pemeriksaan rontgen: menentukan lokasi/ luasnya fraktur/ trauma.
b) Scan tulang, tomogram, CT/MRI: memperlihatkan fraktur untuk
mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.
c) Arteriogram: dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai.
d) Hitung darah lengkap: Ht meningkat atau menurun (perdarahan
bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada trauma multiple).
e) Kreatinin: trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klirens
ginjal
F. Diagnose keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan spasme otot.
2. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri/ ketidak nyamanan.
3. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur invasive.
4. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan aliran darah
5. Resiko tinggi terhadap disfungsi neuro vaskuler berhubungan dengan
aliran darah.
G. Perencanaan keperawatan
Perencanaan keperawatan menurut Doengos, 2000 adalah:
1. Nyeri akut berhubungan dengan spasme otot.
Tujuan: nyeri hilang atau berkurang.
Kriteria hasil:
a. Menunjukan tindakan santai, mampu berpartisipasi dalam aktivitas/
tidur/ istirahat dengan tepat.
b. Menunjukan penggunaan keterampilan relaksasi dan aktivitas
terapeutik sesuai indikasi untuk situasi individual.
Intervensi
1) Mandiri:
a. Pertahankan imobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring.
b. Tinggikan dan dukung ekstremitas yang terkena.
11
2) Kolaborasi:
a. Lakukan kompres dingin 24-48 jam pertama dan sesuai keperluan.
b. Berikan obat sesuai indikasi: narkotik dan analgesic non narkotik
Intervensi
1) Mandiri:
a. Kaji derajat imobilitas yang dihasilkan cedera/ pengobatan dan
perhatikan persepsi pasien terhadap imobilisasi.
12
2) Kolaborasi:
a. Konsul ke ahli terapi fisik.
b. Lakukan program defekasi sesuai indikasi.
Intervensi
1) Mandiri:
a. Inspeksi kulit untuk adanya iritasi atau robekan kontinuitas.
b. Kaji sisi kulit perhatikan keluhan peni gkatan nyeri/ rasas terbakar
atau adanya edema, eritema, drainase bau yang tidak enak.
c. Berikan perawatan steril.
d. Observasi luka, perubahan warna kulit kecoklatan, drainase bau
yang tidak enak.
e. Selidiki nyeri tiba-tiba/ keterbatasan gerakan dengan edema local.
2) Kolaborasi:
a. Awasi pemeriksaan darah lengkap
13
Intervensi
1) Mandiri:
a. Awasi frekuensi pernafasn dan upayanya.
b. Auskultasi bunyi pernafasan, perhatikan terjadinya ketidaksamaan,
bunyi hiperesonan, juga adanya ronkhi, mengi dan inspirasi
mengorok.
c. Atasi jaringan cedera/ tulang dengan lembut, khususnya beberapa
hari pertama.
d. Instruksikan dan bantu latihan napas dalam dan batuk.
e. Perhatikan peningkatan kegelisahan, kacau, letargi, stupor.
f. Observasi sputum untuk tanda adanya darah.
2) Kolaborasi:
a. Bantu dalam spirometri intensif.
b. Berikan tambahan o2 bila di indikasikan.
c. Awasi pemeriksaan laboratorium.
d. Berikan obat sesuai indikasi.
Kriteria hasil:
a. Terabanya nadi.
b. Kulit hangat/ kering.
c. Sensasi normal, sensori biasa, tanda-tanda vital stabil.
14
2) Kolaborasi
a. Berikan kompres es sekitar fraktur sesuai indikasi.
b. Bebat/buat spalk sesuai-kebutuhan.
c. Kaji/awasi tekanan intrakompartenien.
d. Siapkan untuk inicrvensi bedah (contoh,
fibuleklomi/fasiotomi)sesuai indikasi.
e. Awasi Hb/Ht, pemcriksaan koagulasi, contoh kadar protrrombin.
f. Berikan warfarin natrium (Coumadin) bila diindikasikan.
g. Berikan kaus kaki antiembolitik/tekanan berurutan scsuai indikasi.
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas Klien
Tn. A usia 53 tahun, masuk pada tanggal 16 Oktober 2018 dengan
diagnosa medis Sups fraktur femur KA ½ proximal., Nomor register
694264, belum menikah, agama islam, suku bangsa Jawa, pendidikan
terakhir SMU, pekerjaan sebagai pegawai swasta, klien tinggal di Jl.ITC
Permata hijau Tw lantau 2 No. 9, kel grogol utara, kec kebayoran lama .
Sumber biaya JKN-BPJS, informasi dari klien, keluarga dan catatan
keperawatan.
2. Resume
Klien datang ke Poliklinik Rs Pelni Jakarta pada tanggal 16 Oktober 2018
pada pukul 10:00 WIB diantar oleh ibunya, dengan keluhan nyeri pada
kaki sebelah kanan, kaki sebelah kanan tidak dapat digerakkan, bengkak
pada paha sebelah kanan, klien mengatakan 1 hari sebelum dibawa ke RS
jatuh terpeleset dikamar mandi saat mau buang air kecil, ditemukan
masalah keperawatan dengan nyeri akut berhubungan dengan gerakan
fragmen tulan, Dilakukan tindakan keperawatan mandiri dengan
memberikan posisi nyaman, mengukur tanda – tanda vital dengan hasil TD
: 124/88 mmHg N : 99x/menit S : 36,9oC RR : 20x/menit SN : 2 SaO2:
98% TB : 155 cm BB : 48 kg. dilakukan tindakan kolaborasi dengan dokter
yaitu memasang infus pda lengan kanan dengan diberikan cairan RL 500cc
14 tpm, memberikan injeksi ketorolac 30 mg melalui intravena, kemudian
dilakukan pemeriksaan EKG, dan melakukan pemerikasaan Lab DPL,
GDS, Ur, Cr, NaKCL, dengan hasil Hematologi = DPL : Hemoglobin 15,3
g/dL ( N. 13,5 – 18 ), Leukosit 10.70 10^3/uL ( N. 5.0 – 10.0 ), Limfosit
14 % ( N. 20-30), MXD (Baso,Eos,Mono) 14% (N. 2-11), Neutrofil 72%
(N.50-70), Trombosit 347 10^3/uL ( N.
16
17
Kemudian pada tanggal 16 Oktober 2018 pada pukul 17:30 WIB klien
dipindahkan dari ruang IGD ke ruang Inap di ruang New Bougenville II,
dari tanggal 16 Oktober 2018 kondisi klien masih lemas, keluhan keluhan
nyeri pada kaki sebelah kanan, kaki sebelah kanan tidak dapat digerakkan,
bengkak pada paha sebelah kanan, maka dilakukan tindakan keperawatan
mandiri yaitu memberikan posisi yang nyaman, mengukur tanda – tanda
vital dengan hasil TD : 124/88 mmHg N : 99x/menit S : 36,8oC RR :
19x/menit SN : 3-5. Dilakukan tindakan Kolaborasi dengan dokter dengan
pemberian cairan Rl 500cc 14tpm/kolf.
Pada tanggal 16 Oktober 2018 pada pukul 19:00 WIB Penulis melakukan
pengkajian kepada Tn. A usia 53 tahun dengan keluhan nyeri pada kaki
masih ada, kaki masih sulit untuk digerakkan, bengkak pada paha sebelah
kanan masih ada, aktivitas dibatu keluarga, klien terpasang cairan infuse
sebelah kanan dengan RL 500cc 14tpm/kolf. mengukur tanda – tanda vital
dengan hasil TD: 120/70mmHg N: 88x/mnt RR : 20x/mnt S : 36.7oC SN:
5-7, BB : 54kg TB : 155cm.
3. Riwayat keperawatan
Riwayat keperawatan sekarang, keluhan utama nyeri pada kaki kanan dan
tidak dapat digerakkan, Kronologis keluhan, faktor pencetusnya terpeleset
saat mau buang air kecil. Timbul keluhan mendadak, lamanya 1 hari,upaya
mengatasinya dibawa kerumah sakit, Riwayat penyakit sebelumnya
Epilepsi, tidak ada riwayat alergi (obat, makanan, hewan ), riwayat
pemakaian obat Vit B12.
Riwayat kesehatan keluarga
18
Keterangan :
= Perempuan
= Laki - laki
= Garis Perkawinan
= Garis Keturunan
= Tinggal Serumah
= Meninggal
= Klien
Klien anak ketiga dari 3 bersudara, tidak ada riwayat penyakit keluarga
yang menjadi faktor resiko. Penyakit yang pernah diderita oleh anggota
yang menjadi factor resiko tidak ada. Riwayat psikososial dan spiritual :
orang terdekat dengan klien adalah ibu dan bapak dan pola komunikasi
dalam keluarga baik verbal maupun nonverbal, pembuatan keputusan oleh
keluarga dengan bermusyawarah, kegiatan kemasyarakat tidak ada,
dampak penyakit klien terhadap keluarga adalah khawatir dan cemas
dengan kesehatan klien, masalah yang mempengaruhi klien adalah tidak
dapat beraktifitas seperti biasa. Mekanisme koping terhadap stres yaitu
dengan tidur, hal yang sangat dipikirkan saat ini kesembuhan penyakitnya,
harapan setelah menjalani perawatan adalah sembuh dan dapat beraktifitas
seperti biasa, klien berharap tidak terulang lagi sakit seperti ini, perubahan
19
yang dirasakan setelah jatuh sakit aktivitas klien berkurang, tidak dapat
melakukan aktivitas sehari – hari,. sistem kepercayaan klien tidak ada yang
bertentangan dengan kesehatan. Aktifitas / kepercayaan yang dilakukan
adalah berdoa, kondisi rumah yang mempengaruhi klien saat ini rumah
klien ramai.
4. Pengkajian fisik
Pemeriksaan fisik umum : berat badan 54kg, tinggi badan 155 cm, keadaan
umum sedang, pembesaran kelenjar getah bening tidak ada.
Sistem penglihatan : otot-otot mata tidak ada kelainan, posisi mata
simetris, kelopak mata normal, pergerakan bola mata normal, konjungtiva
anemis, kornea keruh/berkabut, sklera anikterik, pupil anisokor, otot-otot
mata tidak ada kelainan, fungsi penglihatan kabur, tanda-tanda radang
tidak ada, pemakaian kaca mata tidak ada, pemakaian lensa kotak tidak
ada, reaksi terhadap cahaya positif.
Sistem pendengaran : daun telinga normal, karakteristik serumen tidak
ada, kondisi telinga tengah normal, tidak ada cairan ditelinga, perasaan
penuh ditelinga tidak ada, tinitus tidak ada, fungsi pendengaran normal,
tidak ada gangguan keseimbangan dan tidak menggunakan alat bantu
pendengaran. Sistem wicara normal.
Sistem pernafasan : jalan nafas tidak ada sumbatan, pernafasan normal,
napas tidak menggunakan otot bantu pernafasan, frekuensi 20x/menit,
irama teratur, jenis pernafasan dalam, palpasi dada simetris, suara nafas
Vesikuler, tidak ada nyeri saat bernapas, tidak menggunakan alat bantu
nafas nasal kanul.
Sistem kardiovaskuler : sirkulasi peripher nadi 85x/menit, irama teratur,
denyut kuat, tekanan darah 120/80mmHg, tidak ada distensi vena
jugularis, temperatur kulit hangat, suhu 36.7°c, warna kulit baik, pengisian
kapiler 3 detik, tidak ada edema, sirkulasi jantung kecepatan denyut apical
81/menit. Tidak ada kelainan bunyi jantung,tidak sakit dada.
Sistem hematologi : warna kulit klien tampak pucat, perdarahan tidak ada.
Sistem syaraf pusat : keluhan sakit kepala tidakada, kesadaran compos
mentis, GCS: E=4,M=6,V=5, tanda-tanda peningkatan TIK tidak ada,
20
5555 5555
4443 5555
5. Data penunjang
Pada tanggal 16 Oktober 2018 melakukan pemeriksaan Lab pada pukul
21:40 WIB dengan hasil Hematologi = DPL : Hemoglobin 15,3 g/dL ( N.
13,5 – 18 ), Leukosit 10.70 10^3/uL ( N. 5.0 – 10.0 ), Limfosit 14 % ( N.
20-30), MXD (Baso,Eos,Mono) 14% (N. 2-11), Neutrofil 72% (N.50-70),
Trombosit 347 10^3/uL ( N. 150 – 450 ), Hematokrit 43.1 % ( N. 38 – 54).
Eritrosit 5,09 juta/jull (N.4.5-5.5), Fungsi Ginjal = Ureum 50 mg/dL ( 16
– 43), Creatinin + eGFR = Creatinin 1.0 mg/dL ( N. 0.5 – 1.3), eGFR 78
mL/menit/ 1.73 m2 ( N. 60 – 90), Elektrolit = Na 140 mmol/L ( 134 – 146),
Kalium 5.2 mmol/L ( N. 3.4 – 4.5), Clorida 102 mmol/L ( N. 96 – 108).
Pada tanggal 17 pukul 17:30 dilakukan pemeriksaan ct-scan dengan hasil
non kontras tampak retakan pada tulang femur dekstra1/3 tengah ad axim
cum contfactionum yang terpasang gANs spalk, kedudukan kurang sejajar.
6. Penatalaksanaan terapi
a. Injeksi
1) Ketorolac 30 mg/2ml (3x/hari)
2) Ranitidine 50 mg/2ml (3x/hari)
3) Cefotaxcime 2 gram (3x/hari)
b. Oral
1) Kalitake 1 sct ( 1x/hari)
c. Terapi cairan
Rl 500cc 14tpm/kolf
d. Diit
Nasi 1700 NON DM L/P CINC
7. Data focus
Data subyekif
22
Klien mengatakan nyeri pada kaki kaki kaki kanan dan sulit untuk
digerakkan, sempat terpeleset dikamar mandi saat mau buang air kecil,
klien mengatakan kurang nafsu makan, BB sebelum masuk rumah sakit 54
kg, keluarga klien mengatakan klien mempunyai penyakit epilepsy,
keluarga klien mengatakan klien tidak mampu berdiri setelah jatuh
terpeleset, skala nyeri 3-5,
Data obyektif
Klien tampak meringis kesakitan, konjungtiva anemis, mukosa bibir
kering,turgor kulit tidak elastisklien tampak lemas, mual muntah tidak ada,
bb setelah sakit 52kg, adl klien dibantu oleh keluarga dan perawat,
Kesadaran umum klien compos mentis GCS : E : 4 M : 6 V : 5, paha kanan
klien tampak bengkak, pucat, klien hanya berbaring ditempat tidur, TTV :
TD: 120/80mmHg N: 88x/mnt RR : 20x/mnt S : 36.7oC,
Hasil lab hasil Hematologi = DPL :Leukosit 10.70 10^3/uL ( N. 5.0 – 10.0
), Limfosit 14 % ( N. 20-30), Neutrofil 72% (N.50-70). Eritrosit 5,09
juta/jull (N.4.5-5.5), Ureum 50 mg/dL ( 16 – 43), Elektrolit = Na 139
mmol/L ( 134 – 146), Kalium 5.4 mmol/L ( N. 3.4 – 4.5), Clorida
111mmol/L ( N. 96 – 108).
Hasil Ct-Scan tampak retakan pada tulang femur dekstra 1/3 tengah ad
axim cum contfactionum yang terpasang gANs spalk, kedudukan kurang
sejajar
8. Analisa data
No. Data Masalah Etiologi
1. Data Subyektif Nyeri akut Terputusnya
Klien mengatakan spasme otot
nyeri pada kaki kanan
dan sulit untuk
digerakkan, sempat
terpeleset dikamar
mandi saat buang air
kecil, keluarga klien
23
Data Obyektif
Klien tampak meringis
kesakitan, adl klien
dibantu oleh keluarga
dan perawat,
Kesadaran umum klien
compos mentis, pucat,
klien hanya berbaring
ditempat tidur GCS : E
: 4 M : 6 V : 5, paha
kanan klien tampak
bengkak, Hasil Ct-Scan
tampak retakan pada
tulang femur dekstra
1/3 tengah ad axim
cum contfactionum
yang terpasang gANs
spalk, kedudukan
kurang sejajar, TTV :
TD: 120/80mmHg N:
2. 88x/mnt RR : 20x/mnt
S : 36.7oC, Ketidakseimbangan Menurunnya
kebutuhan nutrisi nafsu makan
Data Subyektif kurang dari
klien mengatakan kebuhan tubuh
kurang nafsu makan,
BB sebelum masuk
24
Data Subyektif
klien tampak lemas,
mual muntah tidak
ada, BB setelah sakit
52 kg, pucat, klien
hanya berbaring
ditempat tidur, TTV :
TD: 120/70mmHg N:
3. 88x/mnt RR : 20x/mnt
S : 36.7oC, Ketidakseimbangan Intake inadekuat
kebutuhan volume
cairan kurang dari
Data subyektif kebutuhan tubuh
Klien mengatakan
minum habis 1200cc
Data obyektif
konjungtiva anemis,
mukosa bibir kering,
klien tampak lemas,
mual muntah tidak
ada, balance cairan
intake 2000ml (infus
800 ml, oral 1200ml),
output 1100 ml (urine
700ml, IWL 400ml),
turgor kulit tidak
25
elastic, Elektrolit = Na
139 mmol/L ( 134 –
146), Kalium 5.4
4. mmol/L ( N. 3.4 – 4.5),
Clorida 111mmol/L ( Kerusakan Nyeri/
N. 96 – 108). mobilitas fisik ketidaknyamanan
Data subyektif
Klien mengatakan
nyeri pada kaki kanan
dan sulit untuk
digerakkan, skala nyeri
3-5
Data Obyektif
Klien tampak meringis
kesakitan, adl klien
dibantu oleh keluarga
dan perawat, klien
hanya berbaring
ditempat tidur GCS : E
: 4 M : 6 V : 5, paha
kanan klien tampak
bengkak, Hasil Ct-
Scan tampak retakan
pada tulang femur
dekstra 1/3 tengah ad
axim cum
contfactionum yang
terpasang gANs spalk,
kedudukan kurang
sejajar, TTV : TD:
120/70mmHg N:
26
88x/mnt RR : 20x/mnt
S : 36.7oC,
B. Diagnose keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya spasme otot
2. Ketidakseimbangan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan menurunnya nafsu makan
3. Ketidakseimbangan kebutuhan volume cairan kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan intake inadekuat
4. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri/ ketidaknyamanan.
Rencana tindakan
a. Monitor TTV (TD,N,RR,S)
b. Ajarkan tehnik relaksasi nafas dalam
c. monitor keadaan umum klien
d. monitor skala nyeri
e. intruksi dokter operasi jika hb >10 g/dl
f. berikan obat sesuai indikasi katerolac 3x30 mg IV pada pukul
(06:00,12:00,18:00
27
Pelaksanaan keperawatan
Tanggal 18 oktober 2018
Pada pukul 07:35 mengajarkan tehnik relaksasi nafas dalam hasil : klien
mampu melakukan tehnik relaksasi nafas dalam, pukul 11:00
Mengobservasi ttv hasil TD:130/90mmHg, N,83x/menit, RR 19x/menit, S
36,8oc, pukul 11:00 Monitoring skala nyeri hasil skala nyeri 5, pukul
12:00 Memberikan obat katerolac 30 mg(iv),ranitidine 50 mg (iv),
cefotaxcime 2 gr (iv), hasil obat masuk dengan lancar, pukul 16:00
Mengobservasi TTV hasil TD 125/80mmHg, N 85x/menit, RR 19x/menit,
S 36,7oc, pukul 16:00 Monitoring skala nyeri hasil:4-5, pukul 18:00
Memberikan obat katerolac 30mg(iv), ranitidine 50 mg (iv), cefotaxcime
2gr(iv) hasil:obat masuk dengan lancar, pukul 19:15 Monitoring keadaan
umum klien hasil, klien mengatakan mual, tidah nafsu makan, lidah terasa
pahit, klien tampak lemas dan meringis kesakitan,klien mengatakan masih
merasakan nyeri pada kaki kanan, KU compos metis, mukosa bibir kering,
konjungtiva anemis, turgor kulit tidak elastis, klien belum mampu untuk
melakukan mobilisasi
Evaluasi keperawatan
Tanggal 18 Oktober 2018
Pukul 20:30
S : klien mengatakan masih merasakan nyeri pada kaki kanan,
O : TTV: TD:130/90mmHg, N,83x/menit, RR 19x/menit, S 36,8oc,
klien mampu melakukan tehnik relaksasi nafas dalam,
skala nyeri 4-5
keadaan umum composmetis
klien tampak lemas dan meringis kesakitan
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
a. Monitoring TTV (TD,N,RR,S)
b. monitoring keadaan umum klien
c. monitoring skala nyeri
d. berikan obat sesuai indikasi katerolac 3x 30 mg IV pada pukul
(06:00,12:00,18:00)
e. intruksi dokter operasi jika HB >10 g/dl
29
Rencana tindakan
30
Pelaksanaan keperawatan
Pada tanggal 18 oktober 2018
Pukul 07:30 Monitoring intake makan klien hasil: klien makan habis 5
sendok makan, pukul 07:40 Menganjurkan klien untuk meningkatkan
intake makanan melalui oral hasil:klien dan keluarga mampu mengetahui
pentingnnya peningkatan intake yang dibutuhkan klien, pukul 09:00
Mengambil sempel darah pt aptt hasil: sempel darah berhasil diambil,
pukul 11:00 Mengobservasi ttv hasil TD:130/90mmHg, N,83x/menit, RR
19x/menit, S 36,8oc, pukul 12:00 Memberikan obat katerolac 30
mg(iv),ranitidine 50 mg (iv), cefotaxcime 2 gr (iv), hasil obat masuk
dengan lancar, pukul 13:45 Monitoring intake makanan klien
hasil:keluarga klien mengatakan klien makan habis ½ porsi, pukul 16:00
Mengobservasi TTV hasil TD 125/80mmHg, N 85x/menit, RR 19x/menit,
S 36,7oc , pukul 17:00 Memberikan transfusi darah prc 300cc hasil: darah
masuk dengan lancar, pukul 18:00 Memberikan obat katerolac 30mg(iv),
ranitidine 50 mg (iv), cefotaxcime 2gr(iv) hasil:obat masuk dengan lancar,
pukul 19:15 Monitoring intake makan hasil:klien makan habis ½ porsi,
pukul 19:15 Monitoring keadaan umum klien hasil, klien mengatakan
mual, tidah nafsu makan, lidah terasa pahit, klien tampak lemas dan
meringis kesakitan,klien mengatakan masih merasakan nyeri pada kaki
kanan, KU compos metis, mukosa bibir kering, konjungtiva anemis, turgor
kulit tidak elastis, klien belum mampu untuk melakukan mobilisasi, pukul
20:15 Monitoring hasil lab hasil : HB 8,5 g/dl
Pukul 07:30 Monitoring intake makan klien hasil: klien makan habis ½
porsi, pukul 09:00 Mengambil sempel darah pt aptt hasil: sempel darah
berhasil diambil, pukul 11:00 Mengobservasi ttv hasil TD:120/90mmHg,
N,85x/menit, RR 20x/menit, S 36,8oc, pukul 12:00 Memberikan obat
katerolac 30 mg(iv),ranitidine 50 mg (iv), cefotaxcime 2 gr (iv), hasil obat
masuk dengan lancar, pukul 13:45 Monitoring intake makanan klien
hasil:keluarga klien mengatakan klien makan habis ½ porsi, pukul 16:00
Mengobservasi TTV hasil TD 125/80mmHg, N 85x/menit, RR 20x/menit,
S 36,6oc , pukul 18:00 Memberikan obat katerolac 30mg(iv), ranitidine 50
mg (iv), cefotaxcime 2gr(iv) hasil:obat masuk dengan lancar, pukul 19:15
Monitoring intake makan hasil:klien makan habis ½ porsi, pukul 19:30
Monitoring keadaan umum klien hasil, klien mengatakan mual, tidah nafsu
makan, lidah terasa pahit, klien tampak lemas dan meringis kesakitan,klien
mengatakan masih merasakan nyeri pada kaki kanan, KU compos metis,
mukosa lembab, konjungtiva anemis, turgor kulit tidak elastis, klien sudah
mampu melakukan mobilisasi secara bertahab dengan bantuan keluarga
dan perawat
Evaluasi keperawatan
Tanggal 18 oktober 2018
Pukul 20:30
S : klien mengatakan mual, nafsu makan berkurang, lidah terasa pahit,
keluarga klien mengatakan klien makan habis ½ porsi
O : TTV: TD:130/90mmHg, N,83x/menit, RR 19x/menit, S 36,8oc,
klien dan keluarga mampu mengetahui pentingnnya peningkatan
intake yang diburuhkan klien
klien diberikan transfuse darah prc 300cc, hasil lab hb 8,5 g/dl, klien
tampak lemas, pucat, keadaan umum klien compos metis
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
a. Observasi TTV (TD,N,S,RR)
b. Monitor intake makanan
c. Monitor keadaan umum klien
d. Berikan transfuse darah sesuai instruksi dokter
e. Mengambil sempel darah sesuai instrusksi dokter
f. Monitor hasil lab
g. Berikan obat ranitidine 3x50 mg IV, pada pukul (06:00,12:00,18:00)
Rencana Tindakan
a. Observsai TTV (TD,N,S,RR)
b. Monitor keadaan umum klien
c. Dorong klien untuk meningkatkan intake cairan melalui oral
d. Monitoring intake output cairan
34
Pelaksanaan Keperawatan
Tanggal 18 oktober 2018
Pukul 08:05 Memberikan cairan RL 500cc 14tpm/kolf hasil infuse
menetes dengan lancar, pukul 08:30 Monitoring intake ouput cairan
hasil:intake oral 1000 cc parenteral 300 cc, ouput urine 600 cc, pukul 09:10
Dorong klien untuk meningkatkan intake cairan melalui oral, hasil: klien
dan keluarga mampu mengerti tentang pentingnya kebutuhan cairan, pukul
11:00 Mengobservasi ttv hasil TD:130/90mmHg, N,83x/menit, RR
19x/menit, S 36,8oc, pukul 16:00 Mengobservasi TTV hasil TD
125/80mmHg, N 85x/menit, RR 19x/menit, S 36,7oc , pukul 19:15
Monitoring keadaan umum klien hasil, klien mengatakan mual, tidah nafsu
makan, lidah terasa pahit, klien tampak lemas dan meringis kesakitan,klien
mengatakan masih merasakan nyeri pada kaki kanan, KU compos metis,
mukosa bibir kering, konjungtiva anemis, turgor kulit tidak elastis, klien
belum mampu untuk melakukan mobilisasi, pukul 20:00 Memberikan
cairan infuse RL 500cc 14 tmp/kolf hasil:infuse menetes dengan lancar,
daerah sekitas pemasangan infuse baik tidak ada tanda-tanda infeksi
Evaluasi keperawatan
Tanggal 18 Oktober 2018
Pukul 20:30
S : klien mengatakan minum 1000cc, klien dan keluarga mampu mengerti
tentang pentingnya kebutuhan cairan
O : intake parenteral 300cc, outpute, urine 600 cc TTV: TD:130/90mmHg,
N,83x/menit, RR 19x/menit, S 36,8oc
Klien tampak lemas, KU compos metis, mukosa bibir kering,
konjungtiva anemis, turgor kulit tidak elastic
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
a. Observsai TTV (TD,N,S,RR)
b. Monitor keadaan umum klien
c. Monitoring intake output cairan
36
Rencana Tindakan
a. observasi TTV (TD,N,RR,S)
b. monitor kemampuan klien dalam mobilisasi
c. monitor keadaan umum klien
d. ajarkan klien bagaimana merubah posisi dan berikan bantuan jika
diperlukan
Pelaksanaan Keperawatan
Tanggal 18 Oktober 2018
Pukul 10:00 Monitoring kemampuan klien dalam mobilisasi hasil, klien
masih belum mampu untuk mobilisasi dikarenakan masih merasakan
nyeri pada kaki kanannya, pukul 11:00Mengobservasi ttv hasil
TD:130/90mmHg, N,83x/menit, RR 19x/menit, S 36,8oc pukul 13:45
Mengajarkan klien untuk merubah posisi dan berikan bantuan jika
diperlukan hasil: klien belum mampu melakukan mobilisasi, pukul 16:00
Mengobservasi TTV hasil TD 125/80mmHg, N 85x/menit, RR
19x/menit, S 36,7oc, pukul 19:15 Monitoring keadaan umum klien hasil,
klien mengatakan mual, tidah nafsu makan, lidah terasa pahit, klien
tampak lemas dan meringis kesakitan,klien mengatakan masih merasakan
nyeri pada kaki kanan, KU compos metis, mukosa bibir kering,
konjungtiva anemis, turgor kulit tidak elastis, klien belum mampu untuk
melakukan mobilisasi
nafsu makan, lidah terasa pahit, klien tampak lemas dan meringis
kesakitan,klien mengatakan masih merasakan nyeri pada kaki kanan, KU
compos metis, mukosa lembab, konjungtiva anemis, turgor kulit tidak
elastis, klien sudah mampu melakukan mobilisasi secara bertahap dengan
bantuan keluarga dan perawat
Evaluasi Keperawatan
Tanggal 18 Oktober 2018
Pukul 20:00
S : klien mengatakan masih merasakan sakit pada kaki kanan
O : TTV: TD:130/90mmHg, N,83x/menit, RR 19x/menit, S 36,8oc
Klien belum mampu melakukan mobilisasi
klien masih belum mampu untuk mobilisasi dikarenakan masih
merasakan nyeri pada kaki kanannya
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
a. observasi TTV (TD,N,RR,S)
b. monitor kemampuan klien dalam mobilisasi
c. monitor keadaan umum klien
39
A. Pengkajian Keperawatan
Pada tahap pengkajian etiologi pada teori yaitu faktor traumatik. Sedangkan pada
kasus sesuai disebabkan karena faktor traumatik yang di sebabkan oleh
kecelakaan.
40
41
kasus yaitu obat penenang seperti keterolac karena klien mesering mengeluh
nyeri. edangkan non farmakotrapi yang ada pada teori dan terdapat pada kasus
yaitu Imobilisai adalah tindakan mempertahankan atau menahan fragmen fraktur
tersebut selama penyembuhan
Faktor pendukung yang penulis dapatkan pada saat pengkajian yaitu adanya
informasi yang cukup mengenai keadaan klien sendiri yang sangat kooperatif
dan juga terbuka pada perawat sehingga memudahkan penulis dalam melakukan
observassi, wawancara dan pemeriksaan fisik. Dalam pengkajian penulis tidak
menemukan hambatan yang sangat berarti karena data yang diperoleh sudah
cukup untuk membuat asuhan keperawatan tahap selanjutnya.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang terdapat pada teori ada 8 sedangkan pada kasus ada
5 diagnosa keperawatan. 4 diagnosa keperawatan pada teori sesuai dengan kasus
yaitu trauma b/d kehilangan integritas tulang (fraktur), nyeri b/d cedera jaringan
lunak. penurunan mobilitas fisik b/d kerusakan kerangka neuromuskuler dan
resiko tinggi infeksi b/d tidak adekuatnya pertahanan tubuh.1 diagnosa
keperawatan yang ada pada kasus dan tidak tercantum pada teori yaitu gangguan
citra tubuh b/d kelumpuhan. Sedangkan 3 diagnosa keperawatan yang terdapat
pada teori dan tidak ada pada kasus yaitu Resti disfungsi neurovaskuler primer
berhubungan dengan penurunan / interupsi aliran darah, Resti kerusakan
pertukaran gas berhubungan dengan perubahan aliran darah Kurang
pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan pengobatan berhubungan dengan
salah interpretasi informasi.
Faktor pendukung yang penulis dapatkan adalah adanya data yang mendukung
untuk menegakkan diagnosa keperawatan karena keluhan klien sesuai tanda dan
gejala yang sesuai pada teori, sedangkan faktor penghambat tidak di temukan
pada penulis.
42
C. Perencanaan Keperawatan
Pada tahap trauma b/d kehilangan integritas tulang (fraktur), nyeri b/d cedera
jaringan lunakpenurunan mobilitas fisik b/d kerusakan kerangka neuromuskuler
dan resiko tinggi infeksi b/d tidak adekuatnya pertahanan tubuh.
Diagnosa pertama: trauma b/d kehilangan integritas tulang (fraktur Tujuan dan
kriteria hasil pada kasus sudah sesuai dengan teori dan perencanaan sesuai antara
teori dan kasus yaitu pertahankan tirah baring,beri sokongan di bawah fraktur
bila bergerak,sokong fraktur dengan bantal/guling,pertahakan posisi yang netral
pada bagian yang sakit,traksi/pertahanakan posisi..
Diagnosa kedua: nyeri b/d cedera jaringan lunak. Tujuan dan kriteria hasil pada
kasus sudah sesuai dengan teori dan perencanaan sesuai antara teori dan kasus
yaitu pertahankan imobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring,tinggikan
tempat tidur evaluasi keluahan nyeri ketidaknyamanaan lokasi karateristik,beri
posisi nyaman,kaji nyeri yang tiba-tiba.
Diagnosa keempat: Resiko tinggi infeksi b/d trauma jaringan. Tujuan dan
kriteria hasil pada kasus sudah sesuai dengan teori dan perencanaan sesuai antara
teori dan kasus yaitunspeksi kulit untuk adanya iritasi / robekan kontinuitas.Kaji
43
Diagnosa kelima: Gangguan harga diri b/d kelumpuhan. Tujuan dan kriteria
hasil pada kasus sudah sesuai dengan teori dan perencanaan sesuai antara teori
dan kasus yaitudorong ekspresi ketakutan,perasaan negatif,kaji drajat
dukungan,dorong partisipasi dalam aktivitas sehari-hari,berikan lingkungan
yang terbuka,perhatikan prilaku menarik diri.
Namun penulis mendapatkan kesenjangan pada tahap perencanaan. Ada 1
diagnosa yang tidak sesuai dengan kasus yaitu gangguan harga diri b/d
kelumpuhan .
D. Pelaksanaan Keperawatan
Pada tahap pelaksanaan keperawatan yang dilaksanakan sesuai dengan rencana
yaitu untuk diagnosa Diagnosa pertama: trauma b/d kehilangan integritas tulang
fraktur Tujuan dan kriteria hasil pada kasus sudah sesuai dengan teori dan
perencanaan sesuai antara teori dan kasus yaitu pertahankan tirah baring,beri
sokongan di bawah fraktur bila bergerak,sokong fraktur dengan
bantal/guling,pertahakan posisi yang netral pada bagian yang
sakit,traksi/pertahanakan posisi.
Diagnosa kedua: nyeri b/d cedera jaringan lunak. Tujuan dan kriteria hasil pada
kasus sudah sesuai dengan teori dan perencanaan sesuai antara teori dan kasus
yaitu pertahankan imobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring,tinggikan
tempat tidur evaluasi keluahan nyeri ketidaknyamanaan lokasi karateristik,beri
posisi nyaman,kaji nyeri yang tiba-tiba.
Diagnosa keempat: Resiko tinggi infeksi b/d trauma jaringan. Tujuan dan
kriteria hasil pada kasus sudah sesuai dengan teori dan perencanaan sesuai antara
teori dan kasus yaitunspeksi kulit untuk adanya iritasi / robekan kontinuitas.Kaji
sisi kulit. Perhatikan keluhan peningkatan nyeri, adanya edema dan
eritema.Instruksikan pasien untuk tidak menyentuh sisi insersi.Selidiki nyeri tiba
– tiba / keterbatasan gerakan dengan edema local.Berikan obat sesuai indikasi :
antibiotic intravena, tetanus toksoid.
Diagnosa kelima: Gangguan harga diri b/d kelumpuhan. Tujuan dan kriteria
hasil pada kasus sudah sesuai dengan teori dan perencanaan sesuai antara teori
dan kasus yaitudorong ekspresi ketakutan,perasaan negatif,kaji drajat
dukungan,dorong partisipasi dalam aktivitas sehari-hari,berikan lingkungan
yang terbuka,perhatikan prilaku menarik diri.
E. Evaluasi Keperawatan
Pada tahap evaluasi keperawatan dari 5 diagnosa didapatkan 5 diagnosa
keperawatan yang ada pada kasus tujuan belum tercapai. Trauma b/d kehilangan
integritas tulang (fraktur) dapat dibuktikan dengan nyeri pada panggul dengan
skala nyeri 5,kedua kaki kaku dan tidak dapat di gerakan,pemeriksaan radiologi
dengan hasil densitas tulang menurun dengan trabekulasi kasar tampak kompresi
vetebra.TTV TD 142/80 mmHg N 102x/menit RR 21x/menit S 37,8 c .
Nyeri b/d cedera pada jaringan lunak. Dapat dibuktikan dengan skala nyeri 5
klien terlihar meringis,menggunakan korset.
Resiko tinggi infeksi b/d trauma jaringan. Dapat dibuktikan dengan Klien masih
pusing,mual hasil laboratorium 15.70 103/ul.
45
Gangguan harga diri /citra tubuh b/d kelumpuhan di dapatkan bahawa klien
mulai menerima keadaanya dan mau di ajak berinteraksi.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Setelah penulis melakukan pengkajian pada Tn. A penulis menemukan masalah
kesehatan yaitu Fraktur Femur Dektra yang disebabkan oleh factor terpeleset,
dengan tanda dan gejala yang dirasakan klien nyeri pada kaki sebelah kanan, kaki
sebelah kanan tidak dapat digerakkan, bengkak pada paha sebelah kanan, klien
mengatakan 1 hari sebelum dibawa ke RS jatuh terpeleset dikamar mandi saat mau
buang air kecil, ditemukan masalah keperawatan dengan nyeri akut berhubungan
dengan proses perjalanan penyakit, Dilakukan tindakan keperawatan mandiri
dengan memberikan posisi nyaman, mengukur tanda – tanda vital dengan hasil
TD : 120/75 mmHg N : 86x/menit S : 36,9oC RR : 20x/menit SN : 2 SaO2: 98%
TB : 155 cm BB : 48 kg. dilakukan tindakan kolaborasi dengan dokter yaitu
memasang infus pda lengan kanan dengan diberikan cairan RL 500cc 14 tpm,
memberikan injeksi ketorolac 30 mg melalui intravena, kemudian dilakukan
pemeriksaan EKG, dan melakukan pemerikasaan Lab DPL, GDS, Ur, Cr, NaKCL,
dengan hasil Hematologi = DPL : Hematologi = DPL : Hemoglobin 15,3 g/dL (
N. 13,5 – 18 ), Leukosit 10.70 10^3/uL ( N. 5.0 – 10.0 ), Limfosit 14 % ( N. 20-
30), MXD (Baso,Eos,Mono) 14% (N. 2-11), Neutrofil 72% (N.50-70), Trombosit
347 10^3/uL ( N. 150 – 450 ), Hematokrit 43.1 % ( N. 38 – 54). Eritrosit 5,09
juta/jull (N.4.5-5.5), Fungsi Ginjal = Ureum 50 mg/dL ( 16 – 43), Creatinin +
eGFR = Creatinin 1.0 mg/dL ( N. 0.5 – 1.3), eGFR 78 mL/menit/ 1.73 m2 ( N. 60
– 90), Elektrolit = Na 140 mmol/L ( 134 – 146), Kalium 5.2 mmol/L ( N. 3.4 –
4.5), Clorida 102 mmol/L ( N. 96 – 108).
46
47
Pada evaluasi dari 4 diagnosa yang ada pada kasus, pada ke 4 diagnosa masalah
hanya teratasi sebagian, pada hari ke empat klien dipindahkan ke ruang ICU
B. SARAN
Dalam rangka meningkatkan asuhan keperawatan yang telah dilakukan maka
penulis menyampaikan saran sebagai berikut :
Pada penulis :
Swearingen, (2001). Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 2 (alih bahasa Monica Ester, S.
Kp). Jakarta : EGC.
48