Anda di halaman 1dari 6

Konsep Interaksi Sosial dalam Komunikasi, Teknologi, Masyarakat.

KONSEP INTERAKSI SOSIAL DALAM KOMUNIKASI,


TEKNOLOGI, MASYARAKAT
THE CONCEPT OF SOSIAL INTERACTION IN COMMUNICATION, TECHNOLOGY,
COMMUNITY
Angeline Xiao
Mahasiswa Magister Ilmu Komunikasi, Universitas Pelita Harapan, The Plaza Semanggi,
Jl. Jenderal Sudirman No.50, RT1/RW4, Karet Semanggi, Kecamatan Setiabudi. Jakarta Selatan, DKI Jakarta, 12930.
Email: angelxiao@naver.com/ angelnatt@yahoo.com / angelnatt0407@gmail.com
Diterima : 9 Juni 2018| Direvisi : 27 Juni 2018| Disetujui : 9 Agustus 2018

Abstract
Sosial interaction is generally a requirement of every human being. Humans are sosial beings, therefore every
human needs to have interact each other. So humans can survive. And as time goes by the level of needs for sosial
interaction is increasing. And the media to have an interaction is increases even more too. Each person has his own
motivation in sosial interaction. There are three main principles of an interaction, namely the meaning (meaning),
language (language), and thoughts (thought). This study uses descriptive qualitative research methods. In the study it
was found that, in getting to know or do sosial interaction there are still many people who are happy to do it directly or
face to face. The use of sosial media is only an alternative addition, when they cannot reach their interlocutors directly.
Keywords: sosial interaction, , motivation, technology media

Abstrak
Interaksi sosial pada umumnya merupakan kebutuhan setiap manusia. Setiap manusia merupakan mahluk
sosial, maka dari itu setiap mereka membutuhkan interaksi dengan sesamanya. Sehingga manusia dapat bertahan hidup.
Dan seiring dengan berjalannya waktu tingkat kebutuhan akan adanya interaksi sosial pun semakin meningkat. Dan
media untuk berinteraksi pun semakin banyak. Masing-masing orang memiliki motivasinya sendiri dalam melakukan
interaksi sosial. Menurut seorang ahli sosiologi Herbert Blumer ada tiga prinsip utama dari sebuah interaksi, yaitu
tentang pemaknaan (meaning), bahasa (language), dan pikiran (thought). Penelitian ini menggunakan metode penelitian
kualitatif deskriptif. Dalam penelitian ditemukan bahwa, dalam berkenalan atau melakukan interaksi sosial masih
banyak orang yang senang untuk melakukannya secara langsung atau face to face. Penggunaan sosial media hanyalah
sebagai tambahan alternatif, ketika mereka tidak dapat menjangkau lawan bicaranya secara langsung.
Kata Kunci : Interaksi sosial , motivasi, media, teknologi

PENDAHULUAN
Bentuk umum dari sebuah proses sosial adalah seseorang akan menjadi sulit untuk bertahan hidup,
interaksi sosial, dan arena bentuk-bentuk lain dari apabila ia tidak menjalin interaksi dengan seorang
proses sosial hanyalah sebuah bentuk-bentuk individu lainnya. Hal ini merupakan dasar dari
khusus dari sebuah interaksi. Dengan begitu yang terjadinya proses sosial, yaitu interaksi sosial.
dapat disebut proses sosial, hanyalah interaksi Sosiologi sendiri merupakan ilmu yang
sosial itu sendiri. Interaksi sosial adalah kunci dari mempelajari tentang fenomena sosial di
semua kehidupan sosial, tanpa adanya interaksi masyarakat. (sosiologis.com, 2017)
sosial tidak akan mungkin ada kehidupan secara Seorang sosiolog ternama dari Kanada, Erving
Bersama-sama. Syarat utama dari adanya atau Goffman berpendapat, bahwa masyarakat pun
hadirnya aktivitas-aktivitas sosial adalah adanya terbentuk karena adanya interaksi diantara
interaksi sosial (Wulandari). anggotanya. Karena tanpa adanya interaksi makan
Interaksi sosial sendiri merupakan hubungan akan sulit memahami dunia sosial. Pada titik ini,
yang dinamis, dimana hubungan tersebut berkaitan interaksi adalah tindakan yang terletak pada tataran
dengan hubungan antar perseorangan, antara praktis, bukan sekadar teoritis. (sosiologis.com,
kelompok satu dengan kelompok yang lainnya, 2017)
maupun hubungan antara perseorangan dengan Bila pada zaman dahulu manusia masih
kelompok. Tidak jarang disebutkan bahwa menggunakan surat yang dikirimkan merpati,
94
Jurnal Komunikasi, Media dan Informatika, Vol. 7 No. 2 /Agustus 2018

kemudian berkembang ke kantor pos, namun tersebut saling memberikan swipe right. Dari hal ini
kondisi seperti itu masih tetap membutuhkan waktu terlihat jelas bahwa ketika interaksi sosial akan di
beberapa hari, hingga pesan itu dapat sampai ke mulai ketika kedua orang yang bersangkutan sedang
tangan penerima pesan. Kini manusia tidak lagi berusaha untuk saling menyesuaikan diri satu sama
memerlukan banyak waktu bila ingin mengirimkan lain.
pesan. Mereka bisa menggunakan sms, ataupun Hadirnya teknologi apakah benar-benar
chatting kepada lawan bicaranya, atau si penerima mengubah pola interaksi sosial manusia ? Dari
pesan. Dengan hadirnya teknologi saat ini manusia interaksi sosial yang konvensional harus bertatap
tidak lagi memerlukan waktu yang panjang ketika muka, menjadi interaksi sosial yang hanya
ingin bertukar pesan. Pola komunikasi manusia bermodalkan internet dan beberapa aplikasi
saat ini tentu berubah. Adanya teknologi di dalam chatting. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
kehidupan manusia, menjadikan pola komunikasi mengetahui hadirnya teknologi yang mampu
lebih maju, dan teknologi telah mengubah bentuk mengubah pola interaksi manusia dan alasan di
dan pola komunikasi tersebut. balik penggunaan teknologi dalam proses interaksi
Pengguna teknologi terutama aplikasi chatting, sosial.
semakin meningkat setiap tahunnya. Menurut Dan peneliti berharap penelitian ini dapat
laporan dari Tech In Asia, pada Januari 2017, berguna sebagai acuan bagi para peneliti lainnya
sebanyak 46130 juta pengguna aktif mobile dalam membuat, mengupas ataupun menjadi
applications di Indonesia. Dapat terlihat bila saat ini pembanding bagi penelitian mengenai interaksi
pengguna teknologi berbasis internet sangatlah sosial lainnya.
banyak di Indonesia. Setiap harinya semua orang
menggunakan aplikasi chatting untuk bertukar METODE
pesan singkat, dan menggunakan email untuk
Dalam penelitian ini, pendekatan yang
bertukar pesan yang sifatnya lebih formal dan
digunakan adalah interaksionisme simbolik, dimana
penting, atau berisikan data yang berat. ( Pratama,
setiap individu yang melakukan interaksi tentunya
2017)
memiliki makna dibalik aktivitas tersebut. Herbert
Selain itu bila pada dahulu kala untuk
Blumer dan George Herbert Mead merupakan
berkenalan dengan orang-orang baru, kita masih
orang-orang pertama yang mendefinisikan teori
harus berusaha mendekati orangnya secara
interaksionisme simbolik. Blumer mengemukakakn
langsung, menyapa orang tersebut secara langsung.
tiga prinsip utama interaksionisme simbolik, yaitu
Sehingga orang tersebut akan melihat kearah kita
tentang pemaknaan (meaning), bahasa (language),
dan mulai memberikan feedback. Namun dengan
dan pikiran (thought). Prinsip utama ini nantinya
hadirnya teknologi, kini kita tidak perlu menyapa
akan mengarah kepada konsep “diri” seseorang dan
orang lain yang asing secara langsung, bahkan
sosialisasinya kepada “komunitas” yang lebih besar,
untuk menemukan orang-orang asing untuk
masyarakat (Griffin, 2003)
berkenalan. Karena dengan kemajuan teknologi saat
Blumer mengajukan prinsip pertama bahwa
ini, manusia hanya perlu mendownload aplikasi
human act toward people or things on the basis of
yang disediakan oleh para developer atau
the meanings they assign to those people or things.
pengembang aplikasi. Banyak aplikasi-aplikasi di
Manusia berbuat atau berperilaku terhadap manusia
handphone yang dipakai saat ini, sehingga pilihan
yang lainnya biasanya dilandasi atas sebuah
saat ini tidak hanya satu tapi banyak. Contohnya
pemaknaan yang mereka sendiri dipakaikan kepada
adalah pengguna Tinder.
pihak lain tersebut.
Melalui Tinder seseorang akan sangat mungkin
Prinsip kedua yang Blumer ungkapkan adalah
bertemu dengan lawan bicaranya secara random.
meaning arises out of the sosial interaction that
Tinder disini akan memilihkan kita orang-orang
people have with each other. Sebuah makna akan
yang besar kemungkinan akan kita pilih atau ajak
muncul dari interaksi sosial yang bertukar secara
untuk berinteraksi. Di Tinder ada piliha swipe right
alamiah diantara kedua orang yang sedang saling
dan swipe left. Dimana swipe left diperuntukan
berinteraksi.. Sebuah makna bukanlah muncul
untuk user yang tidak ingin memilih orang yang
ataupun terikat pada sesuatu atau sebuah objek
muncul di window, dan swipe right sendiri
secara alamiah. Makna tidak dapat muncul sendiri.
diperuntungkan untuk user yang ingin mengajak
Makna datang dari hasil proses negosiasi ,
user yang ada pada windownya berinteraksi. Dan
menggunakan bahasa bahasa (language) dalam
keduanya akan dinyatakan match, apabila dua orang

95
Konsep Interaksi Sosial dalam Komunikasi, Teknologi, Masyarakat.

perspektif interaksionisme simbolik. Interaksi sosial yang berasumsi bahwa penelitian sistematik
tentunya akan menghasilkan makna yang beragam. harus dilakukan dalam suatu lingkungan yang
Dan makna-makna itu sendiri tercipta bedasarkan alamiah, atau lingkungan yang artifisial seperti
sudut pandang masing-masing orang yang eksperimen (Ahmadi , Interaksi Simbolik:
menerima dan memaknai interaksi itu sendiri. Suatu Pengantar, 2005)
Prinsip Blumer yang ketiga adalah “an Interaksi simbolik ada karena ide-ide dasar
individual’s interpretation of symbols is dalam membentuk makna yang berasal dari pikiran
modified by his or her own thought process” manusia (Mind) mengenai diri (Self), dan
Interaksionisme simbolik menggambarkan hubungannya di tengah interaksi sosial, dan
proses berpikir sebagai perbincangan dengan bertujuan akhir untuk memediasi, serta
diri sendiri. Dan proses berbincang dengan diri menginterpretasi makna di tengah masyarakat
sendiri itu sifatnya refleksif. Namun Mead (Society) dimana individu tersebut menetap. Seperti
memiliki pemikiran lain, ia berpendapat bahwa, yang dicatat oleh Douglas (1970) dalam Ardianto
sebelum manusia bisa berpikir, manusia (2007: 136), makna itu berasal dari interaksi, dan
membutuhkan bahasa (Griffin, 2003). tidak ada cara lain untuk membentuk makna, selain
dengan membangun hubungan dengan individu lain
Jika kita ingin memahami seorang pelaku, melalui interaksi.
maka kita semestinya men-dasarkan Tak hanya melihat kepada pemikiran Blumer,
pemahaman itu pada apa yang mereka laku- namun merujuk juga kepada pemikiran Joseph
kan. Tiga hal yang sangat penting mengenai Walther. Dalam Griffin (8th edition) Walther
konstruksi teori Interaksi Simbolik, adalah (1) mengungkapkan pemikiran CMC Versus Face to
Fokus pada interaksi antara pelaku dan dunia; Face : A Sip Instead Of a Gulp. Dimana pemikiran
(2) Pandangan bahwa baik pelaku maupun itu mengemukakan cara kita mengenal seseorang,
dunia sebagai proses yang dinamis dan apakah mengenalnya secara perlahan melalui sosial
bukanlah struktur yang statis; dan (3) Nilai media (CMC = Sip) atau mengenalnya secara
yang dilekatkan pada kemampuan pelaku untuk langsung atau face to face (a gulp). Hadirnya
menginterpretasikan dunia atau masyarakat media-media baru dalam memenuhi kebutuhan
interaksi sosial, memberikan kita pilihan, dengan
sosial(Ahmadi , 2005). apa kita mau berinteraksi dengan orang-orang
Norman Denzin (1987) dalam Dadi pun disekitar kita ? Dan bagaimana kita mau mengenal
berpendapat bahwa proses transformasi mereka, apakah mau mengenalnya secara langsung
identitas dalam pendekatan teori interaksi atau perlahan-lahan mencari tahu dan mengenalnya
simbolik, bertumpu pada upaya membangun melalui media sosial.
konsep diri dan relasi-relasi sosialnya. Menurut Di dalam media sosial pengguna dapat
Denzin, transformasi identitas adalah proses di mengatur dirinya, mengkontrol semua tentang
mana seseorang secara aktif memeroleh citra dirinya, sendiri. Sehingga yang terlihat adalah
diri yang baru, bahasa diri yang baru, idelanya diri orang tersebut, berbeda ketika kita
hubungan-hubungan baru, dengan orang lain, bertemu langsung dan mengenal secara langsung.
dan ikatan-ikatan baru dengan tatanan sosial. Joe Walther menamai teorinya dengan sosial
information processing(SIP) karena ia yakin
Hal lain yang dijelaskan Denzin, individu- hubungan berkembang pada pihak-pihak yang
individu yang terlibat dalam interaksi tersebut awalnya ingin mendapatkan informasimengenai
tidak selamanya berjalan mulus, meski berasal orang lain dan menggunakan informasi untuk
dari budaya yang sama, karena menggunakan membentuk kesan interpersonaltentang siapa
simbol yang tidak signifikan, simbol yang tidak mereka.Impression formationadalah gabungan
bermakna bagi pihak lain. Akibatnya, orang gambaran mental seseorang yang dibentukorang
tersebut harus terus menerus mencocokkan lain.Walther menyorot dua ciri CMC yang
makna dan merencanakan cara tindakan menyediakan kerasionalan terhadap teori SIP:
mereka. Jika dikaitkan dengan metodologi, 1.Verbal cues. Pengguna CMC dapat membentuk
maka seperti yang telah disinggung kesan penuh dari orang lainberdasarkan konten
sebelumnya, interaksi simbolik termasuk salah linguistik dalam pesan online 2. Extended time.
Pertukaran informasi sosial melalui teks CMC lebih
satu dari sejumlah tradisi penelitian kualitatif
96
Jurnal Komunikasi, Media dan Informatika, Vol. 7 No. 2 /Agustus 2018

lambat dari pada face-to-face sehingga dapat Kemudian, penulis juga memperkuat pendapat
mengurangi tingkat pembentukan kesan. Lama hasil observasi dengan melakukan wawancara.
penggunaan waktu diyakini memengaruhi Sehingga hasil observasi lebih kuat. Depth
hubungan CMC untuk menentukanapakah Interview atau wawancara mendalam, yaitu suatu
hubungan bisa mencapai tingkat keintiman yang kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan
diinginkan. Walther mengklaim bahwa keinginan informasi secara langsung dengan mengajukan
manusia untuk affiliasi ketika orang-orang pertanyaan antara pewawancara dengan yang
berkomunikasi online sama seperti komunikasi diwawancarai. Bahkan keduanya dapat dilakukan
face-to-face. Tetapi karena CMC menghilangkan bersamaan, di mana wawancara dapat digunakan
isyarat pesan, pengguna CMC hanya mengandalkan untuk menggali lebih dalam lagi data yang didapat
pesan verbal untuk menyampaikan informasi sosial dari observasi. Seperti yang dikemukakan Sugiyono
yang sama. Dia meyakinkan bahwa pesan verbal yang mengatakan bahwa dalam penelitian kualitatif,
nonverbal dapat digunakan secara bergantian. sering menggabungkan teknik observasi partisipatif
Walther menjelaskan bahwa sebelumkomunikasi dengan wawancara mendalam. Selama melakukan
elektronik, orang-orang mengembangkan hubungan observasi, peneliti juga melakukan wawancara
pen-pal dengan mencari kesamaan dan kepada orang-orang yang ada di dalamnya
mengekspresikan kasih sayang melalui tulisan kata- (Sugiyono, 2006)
kata. Hubungan yang terjadi bisa menjadi love-
letters, dan perkembangan hubungan yang sama PEMBAHASAN DAN HASIL
juga dapat melalui CMC. Itu menunjukkan bahwa
Bila sebelumnya sempat terpikirkan bahwa
sejarah mendukung klaim SIP bahwa orang-orang
teknologi mengubah pola interaksi orang-orang,
secara kreatif mengadaptasi komunikasi mereka
terutama ketika berkenalan. Maka dari hasil
untuk menghubungkan batasan media.
pembahasan ini kiranya kita dapat melihat hal yang
Teknik Pengumpulan Data berbeda lagi. Peneliti melakukan observasi dengan
cara membandingkan penggunaan aplikasi chatting
Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data
dan face to face atau in direct ketika memulai untuk
menggunakan sistem observasi. Dimana penulis
menanyakan kepada responden secara random. berkenalan. Peneliti juga melihat beberapa
Mengenai penggunaan sosial media atau face two responden terpilih dan meminta mereka untuk
face dalam berkenalan. Kemudian penulis juga memilih dengan cara apa mau berkenalan,
menggunakan teknik observasi. Ketika kemudian meminta mereka untuk cross, bertukar
menggunakan teknik observasi, peneliti harus dapat lagi cara kenalannya
Anastasia, dia memilih untuk berkenalan dan
memusatkan perhatiannya. Karena peneliti akan
berinteraksi secara face to face atau in direct dari
mengamati secara menyeluruh mengenai apa yang
di observasi. Pada permulaan observasi peneliti pada berkenalan dan berinteraksi menggunakan
aplikasi. Karena menurut Anastasia ketika mereka
mengamati secara menyeluruh dan dengan ruang
lingkup yang luas, kemudian memusatkan diri pada bertemu secara langsung, ia bisa langsung melihat
hal-hal yang menjadi fokus penelitianya dan wajah asli dari orang yang ia ajak berkenalan, dan
akhirnya memilih hal-hal yang khas dan yang bisa lebih kenal sifatnya, meskipun hanya sedikit,
paling relevan untuk diamati dengan lebih cermat. namun dia masih bisa melihat mata dari orang yang
Hal ini seperti yang dikemukakan Spradley ketika ia ajak berkenalan. Karena ketika berkenalan atau
mengungkapkan bahwa tahapan observasi ada tiga bahkan melakukan interaksi, orang bisa saja kerap
yaitu; (1) observasi deskriptif, di mana peneliti melakukan kebohongan, sehingga perlu untuk
mengamati semua yang ada secara menyeluruh, melihat wajahnya langsung terutama matanya. Dan
mendeskripsikan semua yang diamati, observasi ini ketika Anastasia di minta untuk berkenalan
disebut juga sebagai grand tour observation; (2) menggunakan aplikasi chatting, ia justru merasa
observasi terfokus, di mana pengamatan difokuskan tidak terlalu tertarik dengan perkenalan
menggunakan aplikasi chatting tersebut karena
pada aspek tertentu yang menjadi fokus penelitian,
menggunakan aplikasi chatting, ia tidak bisa
observasi ini disebut juga sebagai mini tour
observation. dan; (3) observasi terseleksi, di mana melihat wajah dari orang yang ia ajak untuk
peneliti menyeleksi fokus yang ditemukan secara kenalan, ditambah lagi, ketika menggunakan
lebih rinci lagi (James.P., 1980) aplikasi, rawan terjadinya kejahatan. Bisa saja yang
diajak berkenalan tidak benar-benar jujur, dan

97
Konsep Interaksi Sosial dalam Komunikasi, Teknologi, Masyarakat.

sebagai wanita, Anastasia merasa itu tidak aman. secara langsung di tempat kerja, atau komunitas.
Sedangkan untuk interaksi sosial sendiri, bila Karena sebelum kenal lebih dalam kita sudah
interaksi itu terjadi dengan orang yang di kenal, banyak lihat sehari-hari dia.
menggunakan aplikasi chatting tidak terlalu
menjadi masalah. Walaupun ada sedikit masalah, KESIMPULAN
terkadang seperti salah paham, karena saat chatting
Dari penelitian yang telah dilakukan, penulis
kita tidak mengetahui apakah itu sedang bicara
menemukan fakta bahwa dengan hadirnya
dengan nada tinggi atau tidak. Dan itu kadang
teknologi, kiranya hal tersebut tidak sepenuhnya
menyebabkan seseorang menjadi salah paham.
mengubah pola komunikasi orang-orang. Sekalipun
Sehingga menurut Anastasia, aplikasi chating
dalam berkenalan, orang-orang yang ingin
terkadang tidak terlalu efektif, dan in direct masih
berkenalan rata-rata tetap menyukai metode kenalan
menjadi pilihan yang lebih tepat untuk berinteraksi.
konvensional, dimana dalam berkenalan mereka
Selain Anastasia penulis juga mewawancarai
akan bertatap muka langsung. Mereka akan bertemu
salah satu mahasiswa di Jakarta, Michael. Bagi
langsung (in direct) dan saling berkenalan. Itu lebih
Michael, tidak menjadi masalah apabila berkenalan
menarik dan menyenangkan, sedangkan melalui
menggunakan aplikasi sejenis Tinder. Michael
aplikasi, biasanya mereka tidak benar-benar merasa
sudah menggunakan Tinder untuk berkenalan, dan
nyaman, karena saat awal berkenalan mereka tidak
bagi Michael, itu cukup memudahkannya untuk
saling bertemu. Dan untuk berinteraksi selanjutnya,
mendapat kenalan dan pertemanannya pun menjadi
kehadiran teknologi memang membantu, hanya saja
luas. Karena melalui Tinder ia dapat menemui
tidak selalu bisa menggunakan teknologi seperti
banyak orang tanpa batas. Dan apabila ia tidak
aplikasi chatting saat ingin bicara. Penggunaan
benar-benar tertarik, melalui Tinder, ia dapat
teknologi ini masih harus melihat situasi dan
menghindari orang tersebut. Beda dengan
kondisi di saat jam tersebut, karena terkadang ada
berkenalan secara langsung, dimana sekali lihat dan
situasi yang tidak memungkinkan untuk berintraksi
mau kenalan, ya tinggal kenalan tapi apabila tidak
menggunakan aplikasi, melainkan harus berbicara
ingin melanjutkan perkenalan, ia tidak bisa
secara langsung / in direct.
menolak, ia harus menjauh perlahan, dan itu kadang
Dari kesimpulan tersebut dapat dikatakan
merupakan suatu hal yang mengganggu
bahwa hadirnya teknologi tidak sepenuhnya
Tetapi tidak menutup kemungkinan juga bagi
mengubah pola interaksi manusia. Manusia yang
Michael untuk berkenalan melalui sistem in direct,
berinteraksi masih tetap mempertimbangkan
karena terkadang berkenalan in direct cukup
komunikasi secara langsung.
menyenangkan, karena dapat melihat lawan yang
diajak kenalan secara langsung. Tidak terlalu
menjadi masalah apabila orang yang dituju sudah
DAFTAR PUSTAKA
sesuai dengan apa yang menjadi ekspetasinya Ahmadi , D. (2005). Interaksi Simbolik: Suatu
Michael. Dan untuk interaksi sosial, Michael pun Pengantar. Interaksi Simbolik: Suatu
melihat keadaan terlebih dahulu. Apakah Pengantar, 304-305.
kondisinya bisa melalui aplikasi atau tidak. Karena Ahmadi, D. (2005). Interaksi Simbolik: Suatu
apabila kondisi sedang tidak memungkinkan, maka Pengantar. Interaksi Simbolik: Suatu
tidak bisa pakai aplikasi, karena dapat Penganta, 308-309.
menyebabkan distorsi. Mead, G. (1934). Mind, Self and Society. Chicago:
Responden berikutnya adalah Windy, yang The University of Chicago Press.
merupakan seorang karyawan . Untuk berkenalan Pratama, A. H. (2017, January 30). Perkembangan
Windy pun menghindari untuk berkenalan melalui Pengguna Internet di Indonesia Tahun
Tinder. Karena kenalan dari Tinder tidak benar- 2016 Terbesar di Dunia. Retrieved from
benar menyenangkan seperti kenalan secara Tech in Asia.com:
langsung. Kalau melalui Tinder, pertama kenalan https://id.techinasia.com/pertumbuhan-
hanya liat wajah saja, tanpa benar-benar merasa pengguna-internet-di-indonesia-tahun-2016
nyambung dan nyaman atau tidak saat berbincang. Griffin, E. A. (2003). A First Look at
Tapi kalau kenalan secara langsung, kita bisa Communication Theory, 5th edition. New
merasakan nyaman atau tidak bincang dengan orang York City: McGraw-Hill.
tersebut, nyambung atau tidak berbincang dengan
dia. Dan lebih enak kenalan dengn orang-orang
98
Jurnal Komunikasi, Media dan Informatika, Vol. 7 No. 2 /Agustus 2018

Griffin, E. A. (2012). A First Look at


Communication Theory, 8th edition. New
York City: McGraw-Hill.
James.P., S. (1980). The Ethnographic Interview.
New York City: Holt Renehart and
Winston.
sosiologis.com. (2017, Deember 6). Interaksi
Sosial: Pengertian dan Contohnya.
Retrieved from sosiologis.com:
http://sosiologis.com/interaksi-sosial
Sugiyono. (2006). Metode Penelitian Pendidikan,
Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif.
Bandung : Penerbit Alfabeta.
Wulandari, T. A. (n.d.). Materi Pengantar
Sosiologi, onesearch.id.

99

Anda mungkin juga menyukai