Anda di halaman 1dari 7

KONSEP INTERAKSI SOSIAL DALAM KOMUNIKASI, TEKNOLOGI,

MASYARAKAT

Robiah Al Adawiyah

Mahasiswa Administrasi Negara, Stisipol Candradimuka Palembang

 Jl. Swadaya Sekip Ujung No.20 Ilir II, Ilir Timur I, Talang Aman, Kec. Kemuning, Kota Palembang,
Sumatera Selatan 30127

Email: robiah.wiyah29@gmail.com

ABSTRAK

maka dari itu setiap mereka membutuhkan interaksi dengan sesamanya. Sehingga manusia
dapat bertahan hidup. Dan seiring dengan berjalannya waktu tingkat kebutuhan akan adanya interaksi
sosial pun semakin meningkat. Dan media untuk berinteraksi pun semakin banyak. Masing-masing
orang memiliki motivasinya sendiri dalam melakukan interaksi sosial. Menurut seorang ahli sosiologi
Herbert Blumer ada tiga prinsip utama dari sebuah interaksi, yaitu tentang pemaknaan (meaning),
bahasa (language), dan pikiran (thought). Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif
deskriptif. Dalam penelitian ditemukan bahwa, dalam berkenalan atau melakukan interaksi sosial
masih banyak orang yang senang untuk melakukannya secara langsung atau face to face. Penggunaan
sosial media hanyalah sebagai tambahan alternatif, ketika mereka tidak dapat menjangkau lawan
bicaranya secara langsung.

Kata Kunci : Interaksi sosial , motivasi, media, teknologi.

ABSTRACT

Sosial interaction is generally a requirement of every human being. Humans are sosial beings,
therefore every human needs to have interact each other. So humans can survive. And as time goes by
the level of needs for sosial interaction is increasing. And the media to have an interaction is increases
even more too. Each person has his own motivation in sosial interaction. There are three main
principles of an interaction, namely the meaning (meaning), language (language), and thoughts
(thought). This study uses descriptive qualitative research methods. In the study it was found that, in
getting to know or do sosial interaction there are still many people who are happy to do it directly or
face to face. The use of sosial media is only an alternative addition, when they cannot reach their
interlocutors directly.

Keywords: sosial interaction, , motivation, technology media.


1. PENDAHULUAN banyak waktu bila ingin mengirimkan pesan.
Mereka bisa menggunakan sms, ataupun
Bentuk umum dari sebuah proses chatting kepada lawan bicaranya, atau si
sosial adalah interaksi sosial, dan arena penerima pesan. Dengan hadirnya teknologi
bentuk-bentuk lain dari proses sosial hanyalah saat ini manusia tidak lagi memerlukan waktu
sebuah bentuk-bentuk khusus dari sebuah yang panjang ketika ingin bertukar pesan. Pola
interaksi. Dengan begitu yang dapat disebut komunikasi manusia saat ini tentu berubah.
proses sosial, hanyalah interaksi sosial itu Adanya teknologi di dalam kehidupan
sendiri. Interaksi sosial adalah kunci dari manusia, menjadikan pola komunikasi lebih
semua kehidupan sosial, tanpa adanya maju, dan teknologi telah mengubah bentuk
interaksi sosial tidak akan mungkin ada dan pola komunikasi tersebut.
kehidupan secara Bersama-sama. Syarat utama
dari adanya atau hadirnya aktivitas-aktivitas Pengguna teknologi terutama aplikasi
sosial adalah adanya interaksi sosial chatting, semakin meningkat setiap tahunnya.
(Wulandari). Menurut laporan dari Tech In Asia, pada
Januari 2017, sebanyak 46130 juta pengguna
Interaksi sosial sendiri merupakan aktif mobile applications di Indonesia. Dapat
hubungan yang dinamis, dimana hubungan terlihat bila saat ini pengguna teknologi
tersebut berkaitan dengan hubungan antar berbasis internet sangatlah banyak di
perseorangan, antara kelompok satu dengan Indonesia. Setiap harinya semua orang
kelompok yang lainnya, maupun hubungan menggunakan aplikasi chatting untuk bertukar
antara perseorangan dengan kelompok. Tidak pesan singkat, dan menggunakan email untuk
jarang disebutkan bahwa seseorang akan bertukar pesan yang sifatnya lebih formal dan
menjadi sulit untuk bertahan hidup, apabila ia penting, atau berisikan data yang berat.
tidak menjalin interaksi dengan seorang ( Pratama, 2017)
individu lainnya. Hal ini merupakan dasar dari
terjadinya proses sosial, yaitu interaksi sosial. Selain itu bila pada dahulu kala untuk
Sosiologi sendiri merupakan ilmu yang berkenalan dengan orang-orang baru, kita
mempelajari tentang fenomena sosial di masih harus berusaha mendekati orangnya
masyarakat. (sosiologis.com, 2017). secara langsung, menyapa orang tersebut
secara langsung. Sehingga orang tersebut akan
Seorang sosiolog ternama dari melihat kearah kita dan mulai memberikan
Kanada, Erving Goffman berpendapat, bahwa feedback. Namun dengan hadirnya teknologi,
masyarakat pun terbentuk karena adanya kini kita tidak perlu menyapa orang lain yang
interaksi diantara anggotanya. Karena tanpa asing secara langsung, bahkan untuk
adanya interaksi makan akan sulit memahami menemukan orang-orang asing untuk
dunia sosial. Pada titik ini, interaksi adalah berkenalan. Karena dengan kemajuan
tindakan yang terletak pada tataran praktis, teknologi saat ini, manusia hanya perlu
bukan sekadar teoritis. (sosiologis.com, 2017) mendownload aplikasi yang disediakan oleh
para developer atau pengembang aplikasi.
Bila pada zaman dahulu manusia
Banyak aplikasi-aplikasi di handphone yang
masih menggunakan surat yang dikirimkan
dipakai saat ini, sehingga pilihan saat ini tidak
merpati, kemudian berkembang ke kantor pos,
hanya satu tapi banyak. Contohnya adalah
namun kondisi seperti itu masih tetap
pengguna Tinder.
membutuhkan waktu beberapa hari, hingga
pesan itu dapat sampai ke tangan penerima Melalui Tinder seseorang akan sangat
pesan. Kini manusia tidak lagi memerlukan mungkin bertemu dengan lawan bicaranya
secara random. Tinder disini akan memilihkan pemaknaan (meaning), bahasa (language), dan
kita orang-orang yang besar kemungkinan pikiran (thought). Prinsip utama ini nantinya
akan kita pilih atau ajak untuk berinteraksi. Di akan mengarah kepada konsep “diri”
Tinder ada piliha swipe right dan swipe left. seseorang dan sosialisasinya kepada
Dimana swipe left diperuntukan untuk user “komunitas” yang lebih besar, masyarakat
yang tidak ingin memilih orang yang muncul (Griffin, 2003) Blumer mengajukan prinsip
di window, dan swipe right sendiri pertama bahwa human act toward people or
diperuntungkan untuk user yang ingin things on the basis of the meanings they assign
mengajak user yang ada pada windownya to those people or things. Manusia berbuat
berinteraksi. Dan keduanya akan dinyatakan atau berperilaku terhadap manusia yang
match, apabila dua orang tersebut saling lainnya biasanya dilandasi atas sebuah
memberikan swipe right. Dari hal ini terlihat pemaknaan yang mereka sendiri dipakaikan
jelas bahwa ketika interaksi sosial akan di kepada pihak lain tersebut.
mulai ketika kedua orang yang bersangkutan
sedang berusaha untuk saling menyesuaikan Prinsip kedua yang Blumer ungkapkan
diri satu sama lain. adalah meaning arises out of the sosial
interaction that people have with each other.
Hadirnya teknologi apakah benar- Sebuah makna akan muncul dari interaksi
benar mengubah pola interaksi sosial sosial yang bertukar secara alamiah diantara
manusia ? Dari interaksi sosial yang kedua orang yang sedang saling berinteraksi..
konvensional harus bertatap muka, menjadi Sebuah makna bukanlah muncul ataupun
interaksi sosial yang hanya bermodalkan terikat pada sesuatu atau sebuah objek secara
internet dan beberapa aplikasi chatting. Tujuan alamiah. Makna tidak dapat muncul sendiri.
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Makna datang dari hasil proses negosiasi ,
hadirnya teknologi yang mampu mengubah menggunakan bahasa bahasa (language) dalam
pola interaksi manusia dan alasan di balik perspektif interaksionisme simbolik. Interaksi
penggunaan teknologi dalam proses interaksi sosial tentunya akan menghasilkan makna
sosial. yang beragam. Dan makna-makna itu sendiri
tercipta bedasarkan sudut pandang masing-
Dan peneliti berharap penelitian ini masing orang yang menerima dan memaknai
dapat berguna sebagai acuan bagi para peneliti interaksi itu sendiri.
lainnya dalam membuat, mengupas ataupun
menjadi pembanding bagi penelitian mengenai Prinsip Blumer yang ketiga adalah “an
interaksi sosial lainnya. individual’s interpretation of symbols is
modified by his or her own thought process”
Interaksionisme simbolik menggambarkan
proses berpikir sebagai perbincangan dengan
METODE
diri sendiri. Dan proses berbincang dengan diri
Dalam penelitian ini, pendekatan yang sendiri itu sifatnya refleksif. Namun Mead
digunakan adalah interaksionisme simbolik, memiliki pemikiran lain, ia berpendapat
dimana setiap individu yang melakukan bahwa, sebelum manusia bisa berpikir,
interaksi tentunya memiliki makna dibalik manusia membutuhkan bahasa (Griffin, 2003).
aktivitas tersebut. Herbert Blumer dan George
Jika kita ingin memahami seorang
Herbert Mead merupakan orang-orang pertama
pelaku, maka kita semestinya men-dasarkan
yang mendefinisikan teori interaksionisme
pemahaman itu pada apa yang mereka
simbolik.
lakukan. Tiga hal yang sangat penting
Blumer mengemukakakn tiga prinsip mengenai konstruksi teori Interaksi Simbolik,
utama interaksionisme simbolik, yaitu tentang adalah (1) Fokus pada interaksi antara pelaku
dan dunia; (2) Pandangan bahwa baik pelaku membangun hubungan dengan individu lain
maupun dunia sebagai proses yang dinamis melalui interaksi.
dan bukanlah struktur yang statis; dan (3) Nilai
yang dilekatkan pada kemampuan pelaku Tak hanya melihat kepada pemikiran
untuk menginterpretasikan dunia atau Blumer, namun merujuk juga kepada
masyarakat sosial(Ahmadi , 2005). pemikiran Joseph Walther. Dalam Griffin (8th
edition) Walther mengungkapkan pemikiran
Norman Denzin (1987) dalam Dadi CMC Versus Face to Face : A Sip Instead Of a
pun berpendapat bahwa proses transformasi Gulp. Dimana pemikiran itu mengemukakan
identitas dalam pendekatan teori interaksi cara kita mengenal seseorang, apakah
simbolik, bertumpu pada upaya membangun mengenalnya secara perlahan melalui sosial
konsep diri dan relasi-relasi sosialnya. media (CMC = Sip) atau mengenalnya secara
Menurut Denzin, transformasi identitas adalah langsung atau face to face (a gulp). Hadirnya
proses di mana seseorang secara aktif media-media baru dalam memenuhi kebutuhan
memeroleh citra diri yang baru, bahasa diri interaksi sosial, memberikan kita pilihan,
yang baru, hubungan-hubungan baru, dengan dengan apa kita mau berinteraksi dengan
orang lain, dan ikatan-ikatan baru dengan orang-orang disekitar kita ? Dan bagaimana
tatanan sosial. Hal lain yang dijelaskan kita mau mengenal mereka, apakah mau
Denzin, individuindividu yang terlibat dalam mengenalnya secara langsung atau perlahan-
interaksi tersebut tidak selamanya berjalan lahan mencari tahu dan mengenalnya melalui
mulus, meski berasal dari budaya yang sama, media sosial.
karena menggunakan simbol yang tidak
signifikan, simbol yang tidak bermakna bagi Di dalam media sosial pengguna dapat
pihak lain. Akibatnya, orang tersebut harus mengatur dirinya, mengkontrol semua tentang
terus menerus mencocokkan makna dan dirinya, sendiri. Sehingga yang terlihat adalah
merencanakan cara tindakan mereka. Jika idelanya diri orang tersebut, berbeda ketika
dikaitkan dengan metodologi, maka seperti kita bertemu langsung dan mengenal secara
yang telah disinggung sebelumnya, interaksi langsung. Joe Walther menamai teorinya
simbolik termasuk salah satu dari sejumlah dengan sosial information processing(SIP)
tradisi penelitian kualitatif yang berasumsi karena ia yakin hubungan berkembang pada
bahwa penelitian sistematik harus dilakukan pihak-pihak yang awalnya ingin mendapatkan
dalam suatu lingkungan yang alamiah, atau informasimengenai orang lain dan
lingkungan yang artifisial seperti eksperimen menggunakan informasi untuk membentuk
(Ahmadi , Interaksi Simbolik: Suatu kesan interpersonaltentang siapa
Pengantar, 2005) . mereka.Impression formationadalah gabungan
gambaran mental seseorang yang
Interaksi simbolik ada karena ide-ide dibentukorang lain.Walther menyorot dua ciri
dasar dalam membentuk makna yang berasal CMC yang menyediakan kerasionalan
dari pikiran manusia (Mind) mengenai diri terhadap teori SIP: 1.Verbal cues. Pengguna
(Self), dan hubungannya di tengah interaksi CMC dapat membentuk kesan penuh dari
sosial, dan bertujuan akhir untuk memediasi, orang lainberdasarkan konten linguistik dalam
serta menginterpretasi makna di tengah pesan online 2. Extended time. Pertukaran
masyarakat (Society) dimana individu tersebut informasi sosial melalui teks CMC lebih
menetap. Seperti yang dicatat oleh Douglas lambat dari pada face-to-face sehingga dapat
(1970) dalam Ardianto (2007: 136), makna itu mengurangi tingkat pembentukan kesan. Lama
berasal dari interaksi, dan tidak ada cara lain penggunaan waktu diyakini memengaruhi
untuk membentuk makna, selain dengan hubungan CMC untuk menentukanapakah
hubungan bisa mencapai tingkat keintiman
yang diinginkan. Walther mengklaim bahwa aspek tertentu yang menjadi fokus penelitian,
keinginan manusia untuk affiliasi ketika observasi ini disebut juga sebagai mini tour
orang-orang berkomunikasi online sama observation. dan; (3) observasi terseleksi, di
seperti komunikasi face-to-face. Tetapi karena mana peneliti menyeleksi fokus yang
CMC menghilangkan isyarat pesan, pengguna ditemukan secara lebih rinci lagi (James.P.,
CMC hanya mengandalkan pesan verbal untuk 1980).
menyampaikan informasi sosial yang sama.
Dia meyakinkan bahwa pesan verbal Kemudian, penulis juga memperkuat
nonverbal dapat digunakan secara bergantian. pendapat hasil observasi dengan melakukan
Walther menjelaskan bahwa wawancara. Sehingga hasil observasi lebih
sebelumkomunikasi elektronik, orang-orang kuat. Depth Interview atau wawancara
mengembangkan hubungan pen-pal dengan mendalam, yaitu suatu kegiatan yang
mencari kesamaan dan mengekspresikan kasih dilakukan untuk mendapatkan informasi secara
sayang melalui tulisan katakata. Hubungan langsung dengan mengajukan pertanyaan
yang terjadi bisa menjadi loveletters, dan antara pewawancara dengan yang
perkembangan hubungan yang sama juga diwawancarai. Bahkan keduanya dapat
dapat melalui CMC. Itu menunjukkan bahwa dilakukan bersamaan, di mana wawancara
sejarah mendukung klaim SIP bahwa orang- dapat digunakan untuk menggali lebih dalam
orang secara kreatif mengadaptasi komunikasi lagi data yang didapat dari observasi. Seperti
mereka untuk menghubungkan batasan media. yang dikemukakan Sugiyono yang
mengatakan bahwa dalam penelitian kualitatif,
Teknik Pengumpulan Data sering menggabungkan teknik observasi
partisipatif dengan wawancara mendalam.
Dalam penelitian ini, teknik Selama melakukan observasi, peneliti juga
pengumpulan data menggunakan sistem melakukan wawancara kepada orang-orang
observasi. Dimana penulis menanyakan yang ada di dalamnya (Sugiyono, 2006).
kepada responden secara random. Mengenai
penggunaan sosial media atau face two face PEMBAHASAN DAN HASIL
dalam berkenalan. Kemudian penulis juga
menggunakan teknik observasi. Ketika Bila sebelumnya sempat terpikirkan
menggunakan teknik observasi, peneliti harus bahwa teknologi mengubah pola interaksi
dapat memusatkan perhatiannya. Karena orang-orang, terutama ketika berkenalan.
peneliti akan mengamati secara menyeluruh Maka dari hasil pembahasan ini kiranya kita
mengenai apa yang di observasi. Pada dapat melihat hal yang berbeda lagi. Peneliti
permulaan observasi peneliti mengamati melakukan observasi dengan cara
secara menyeluruh dan dengan ruang lingkup membandingkan penggunaan aplikasi chatting
yang luas, kemudian memusatkan diri pada dan face to face atau in direct ketika memulai
hal-hal yang menjadi fokus penelitianya dan untuk berkenalan. Peneliti juga melihat
akhirnya memilih hal-hal yang khas dan yang beberapa responden terpilih dan meminta
paling relevan untuk diamati dengan lebih mereka untuk memilih dengan cara apa mau
cermat. Hal ini seperti yang dikemukakan berkenalan, kemudian meminta mereka untuk
Spradley ketika mengungkapkan bahwa cross, bertukar lagi cara kenalannya.
tahapan observasi ada tiga yaitu; (1) observasi Anastasia, dia memilih untuk
deskriptif, di mana peneliti mengamati semua berkenalan dan berinteraksi secara face to face
yang ada secara menyeluruh, mendeskripsikan atau in direct dari pada berkenalan dan
semua yang diamati, observasi ini disebut juga berinteraksi menggunakan aplikasi. Karena
sebagai grand tour observation; (2) observasi menurut Anastasia ketika mereka bertemu
terfokus, di mana pengamatan difokuskan pada secara langsung, ia bisa langsung melihat
wajah asli dari orang yang ia ajak berkenalan, ia harus menjauh perlahan, dan itu kadang
dan bisa lebih kenal sifatnya, meskipun hanya merupakan suatu hal yang mengganggu.
sedikit, namun dia masih bisa melihat mata
dari orang yang ia ajak berkenalan. Karena Tetapi tidak menutup kemungkinan
ketika berkenalan atau bahkan melakukan juga bagi Michael untuk berkenalan melalui
interaksi, orang bisa saja kerap melakukan sistem in direct, karena terkadang berkenalan
kebohongan, sehingga perlu untuk melihat in direct cukup menyenangkan, karena dapat
wajahnya langsung terutama matanya. Dan melihat lawan yang diajak kenalan secara
ketika Anastasia di minta untuk berkenalan langsung. Tidak terlalu menjadi masalah
menggunakan aplikasi chatting, ia justru apabila orang yang dituju sudah sesuai dengan
merasa tidak terlalu tertarik dengan perkenalan apa yang menjadi ekspetasinya Michael. Dan
menggunakan aplikasi chatting tersebut karena untuk interaksi sosial, Michael pun melihat
menggunakan aplikasi chatting, ia tidak bisa keadaan terlebih dahulu. Apakah kondisinya
melihat wajah dari orang yang ia ajak untuk bisa melalui aplikasi atau tidak. Karena
kenalan, ditambah lagi, ketika menggunakan apabila kondisi sedang tidak memungkinkan,
aplikasi, rawan terjadinya kejahatan. Bisa saja maka tidak bisa pakai aplikasi, karena dapat
yang diajak berkenalan tidak benar-benar menyebabkan distorsi.
jujur, dan sebagai wanita, Anastasia merasa itu
Responden berikutnya adalah Windy,
tidak aman. Sedangkan untuk interaksi sosial yang merupakan seorang karyawan . Untuk
sendiri, bila interaksi itu terjadi dengan orang berkenalan Windy pun menghindari untuk
yang di kenal, menggunakan aplikasi chatting berkenalan melalui Tinder. Karena kenalan
tidak terlalu menjadi masalah. Walaupun ada dari Tinder tidak benarbenar menyenangkan
sedikit masalah, terkadang seperti salah seperti kenalan secara langsung. Kalau melalui
paham, karena saat chatting kita tidak Tinder, pertama kenalan hanya liat wajah saja,
mengetahui apakah itu sedang bicara dengan tanpa benar-benar merasa nyambung dan
nada tinggi atau tidak. Dan itu kadang nyaman atau tidak saat berbincang. Tapi kalau
menyebabkan seseorang menjadi salah paham. kenalan secara langsung, kita bisa merasakan
Sehingga menurut Anastasia, aplikasi chating nyaman atau tidak bincang dengan orang
terkadang tidak terlalu efektif, dan in direct tersebut, nyambung atau tidak berbincang
masih menjadi pilihan yang lebih tepat untuk dengan dia. Dan lebih enak kenalan dengn
berinteraksi. orang-orang secara langsung di tempat kerja,
Selain Anastasia penulis juga atau komunitas. Karena sebelum kenal lebih
mewawancarai salah satu mahasiswa di dalam kita sudah banyak lihat sehari-hari dia.
Jakarta, Michael. Bagi Michael, tidak menjadi KESIMPULAN
masalah apabila berkenalan menggunakan
aplikasi sejenis Tinder. Michael sudah Dari penelitian yang telah dilakukan,
menggunakan Tinder untuk berkenalan, dan penulis menemukan fakta bahwa dengan
bagi Michael, itu cukup memudahkannya hadirnya teknologi, kiranya hal tersebut tidak
untuk mendapat kenalan dan pertemanannya sepenuhnya mengubah pola komunikasi orang-
pun menjadi luas. Karena melalui Tinder ia orang. Sekalipun dalam berkenalan, orang-
dapat menemui banyak orang tanpa batas. Dan orang yang ingin berkenalan rata-rata tetap
apabila ia tidak benar-benar tertarik, melalui menyukai metode kenalan konvensional,
Tinder, ia dapat menghindari orang tersebut. dimana dalam berkenalan mereka akan
Beda dengan berkenalan secara langsung, bertatap muka langsung. Mereka akan bertemu
dimana sekali lihat dan mau kenalan, ya langsung (in direct) dan saling berkenalan. Itu
tinggal kenalan tapi apabila tidak ingin lebih menarik dan menyenangkan, sedangkan
melanjutkan perkenalan, ia tidak bisa menolak, melalui aplikasi, biasanya mereka tidak benar-
benar merasa nyaman, karena saat awal James.P., S. (1980). The Ethnographic
berkenalan mereka tidak saling bertemu. Dan Interview. New York City: Holt Renehart and
untuk berinteraksi selanjutnya, kehadiran Winston. sosiologis.com. (2017, Deember 6).
teknologi memang membantu, hanya saja tidak Interaksi Sosial: Pengertian dan Contohnya.
selalu bisa menggunakan teknologi seperti Retrieved from
aplikasi chatting saat ingin bicara. Penggunaan
teknologi ini masih harus melihat situasi dan sosiologis.com:
kondisi di saat jam tersebut, karena terkadang http://sosiologis.com/interaksi-sosial
ada situasi yang tidak memungkinkan untuk Sugiyono. (2006). Metode Penelitian
berintraksi menggunakan aplikasi, melainkan Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif.
harus berbicara secara langsung / in direct. Bandung : Penerbit Alfabeta. Wulandari, T. A.
(n.d.). Materi Pengantar Sosiologi,
Dari kesimpulan tersebut dapat onesearch.id. Griffin, E. A. (2012). A First
dikatakan bahwa hadirnya teknologi tidak Look at Communication Theory, 8th edition.
sepenuhnya mengubah pola interaksi manusia. New York City: McGraw-Hill. James.P., S.
Manusia yang berinteraksi masih tetap (1980). The Ethnographic Interview. New
mempertimbangkan komunikasi secara York City: Holt Renehart and Winston.
langsung.
sosiologis.com. (2017, Deember 6).
Interaksi Sosial: Pengertian dan Contohnya.
Retrieved from sosiologis.com:
DAFTAR PUSTAKA http://sosiologis.com/interaksi-sosial .
Ahmadi , D. (2005). Interaksi Simbolik: Suatu Sugiyono. (2006). Metode Penelitian
Pengantar. Interaksi Simbolik: Suatu Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif.
Pengantar, 304-305. Bandung : Penerbit Alfabeta. Wulandari, T. A.
(n.d.). Materi Pengantar Sosiologi,
Ahmadi, D. (2005). Interaksi Simbolik: Suatu
onesearch.id.
Pengantar. Interaksi Simbolik: Suatu Penganta,
308-309.

Mead, G. (1934). Mind, Self and Society.

Chicago: The University of Chicago Press.

Pratama, A. H. (2017, January 30).


Perkembangan Pengguna Internet di Indonesia
Tahun 2016 Terbesar di Dunia. Retrieved from
Tech in Asia.com:
https://id.techinasia.com/pertumbuhanpenggun
a-internet-di-indonesia-tahun-2016

Griffin, E. A. (2003). A First Look at


Communication Theory, 5th edition. New
York City: McGraw-Hill.

Griffin, E. A. (2012). A First Look at


Communication Theory, 8th edition. New
York City: McGraw-Hill.

Anda mungkin juga menyukai