Anda di halaman 1dari 8

NAMA : NURHAFIFA

NIM : 1173151034

KELAS : BK REGULER B 2017

MATA KULIAH : PSIKOLOGI KOMUNIKASI

DOSEN PENGAMPU : ISHAQ MATONDAG, S.Psi., M.Si

KOMUNIKASI MEDIA SOSIAL

Beberapa tahun terakhir, teknologi informasi dan komunikasi (TIK) mengalami


perkembangan yang sangat pesat. Pesatnya perkembangan TIK menjadikan internet sebagai
alat komunikasi utama yang sangat diminati oleh masyarakat. Hal inilah yang melatar
belakangi perubahan teknologi komunikasi dari konvensional menjadi modern dan serba
digital. Perkembangan penggunaan media internet sebagai sarana komunikasi ini pun
menjadi semakin pesat setelah internet mulai dapat diakses melalui telephone seluler dan
bahkan kemudian muncul istilah telepon cerdas (smartphone). Dengan hadirnya Smartphone,
fasilitas yang disediakan dalam berkomunikasipun pun semakin beraneka macam, mulai dari
sms, mms, chatting, email, browsing serta fasilitas sosial media. Menurut Nasrullah (2015)
media sosial adalah medium di internet yang memungkinkan pengguna merepresentasikan
dirinya maupun berinteraksi, bekerja sama, berbagi, berkomunikasi dengan pengguna lain
membentuk ikatan sosial secara virtual. Dalam media sosial, tiga bentuk yang merujuk pada
makna bersosial adalah pengenalan (cognition), komunikasi (communicate) dan kerjasama
(cooperation).

Masyarakat modern saat ini hampir tidak mungkin tidak terkena paparan media.
Disadari atau tidak, media dengan segala kontennya hadir menjadi bagian hidup manusia.
Seiring dengan perkembangan jaman, kehadiran media makin beragam dan berkembang.
Awalnya komunikasi dalam media berjalan hanya searah, dalam arti penikmat media hanya
bisa menikmati konten yang disajikan sumber media. Namun seiring perkembangan jaman,
orang awam sebagai penikmat media tidak lagi hanya bisa menikmati konten dari media yang
terpapar padanya, namun sudah bisa ikut serta mengisi konten di media tersebut. Muncul dan
berkembangnya internet membawa cara komunikasi baru di masyarakat. Media sosial hadir
dan merubah paradigma berkomunikasi di masyarakat saat ini. Komunikasi tak terbatas jarak,
waktu, ruang. Bisa terjadi dimana saja, kapan saja, tanpa harus tatap muka. Bahkan media
sosial mampu meniadakan status sosial, yang sering kali sebagai penghambat komunikasi.
Dengan hadirnya Twitter, Facebook, Google+ dan sejenisnya, orang-orang tanpa harus
bertemu, bisa saling berinteraksi. Jarak tak lagi menjadi masalah dalam berkomunikasi. Lama
waktu terakhir bertemu pun juga tak lagi menjadi masalah. Teman yang telah 20 tahun tak
bertemu pun bisa saling menemukan dan menjalin komunikasi lagi. Dan karena kemudahan
penggunaannya, hampir bisa dikatakan, siapa saja bisa mengakses dan memanfaatkan media
sosial. Media sosial telah banyak merubah dunia. Memutarbalikkan banyak pemikiran dan
teori yang dimiliki. Tingkatan atau level komunikasi melebur dalam satu wadah yang disebut
jejaring sosial/media sosial. Konsekuensi yang muncul pun juga wajib diwaspadai, dalam arti
media sosial semakin membuka kesempatan tiap individu yang terlibat di dalamnya untuk
bebas mengeluarkan pendapatnya. Akan tetapi kendali diri harusnya juga dimiliki, agar
kebebasan yang dimiliki juga tidak melanggar batasan dan tidak menyinggung pihak lain.

Mendefinisikan kata komunikasi sebenarnya tidaklah semudah kelihatannya. Orang


dengan masingmasing latar belakangnya, bisa mendefisikan kata komunikasi dengan cara
yang berbeda. Dalam hal ini definisi dibutuhkan tentunya untuk membantu studi yang
dilakukan. Simbol dalam “bahasa” komunikasi adalah sesuatu yang digunakan untuk
menunjukkan sesuatu yang lain, berdasarkan kesepakatan kelompok orang. (Sobur, 2006 :
157). Karena itu kata komunikasi disini dipahami sebagai proses manusia merespon perilaku
simbolik dari orang lain. (Adler & Rodman, 2006: 4). Bahasa, kata, gesture, tanda,
merupakan bagian dari symbol yang digunakan manusia dalam mendefinisikan sesuatu atau
menyampaikan sesuatu ke orang lain. Sehingga bagaimana bahasa, kata, gesture, tanda
digunakan manusia adalah apa yang dipelajari dalam ilmu komunikasi, termasuk juga
bagaimana implikasi yang muncul dari penggunaan berbagai symbol tersebut. Komunikasi
yang dilakukan manusia berjalan di berbagai level komunikasi. Mulai dari komunikasi
intrapersonal, komunikasi interpersonal, komunikasi kelompok, komunikasi publik, hingga
komunikasi massa. Komunikasi massa merupakan level komunikasi terbesar, dimana
cakupan sasaran komunikasinya bisa dikatakan terbanyak, orang yang terlibat didalamnyapun
juga terbanyak. Komunikasi massa terdiri dari pesanpesan yang ditransmisikan ke sasaran
audience yang benyak dan tersebar luas, dengan menggunakan Koran, majalah, televisi,
radio, dan internet. (Adler & Rodman, 2006: 8). Sehingga bisa dikatakan, media-media yang
digunakan dalam menyampaian pesan dalam komunikasi massa disebut sebagai media massa.

Empat faktor penting yang harus diperhatikan dalam menyusun strategi komunikasi
adalah: 1. Menentukan Khalayak Sebelum melancarkan komunikasi, perlu dipelajari siapa-
siapa yang akan menjadi sasaran komunikasi. Tentu saja hal tersebut tergantung pada tujuan
komunikasi, yaitu apakah agar komunikan hanya sekedar mengetahui (dengan metode
informatif) atau agar komunikan melakukan tindakan tertentu (metode persuasif dan
instruktif). 2. Pemilihan Media Komunikasi Media komunikasi banyak jumlahnya, untuk
mencapai sasaran komunikasi harus dapat memilih salah satu atau gabungan dari beberapa
media, bergantung pada tujuan yang hendak dicapai, pesan yang ingin disampaikan, dan
teknik yang akan dipergunakan. 3. Pengkajian Tujuan Pesan Komunikasi Pesan (message)
komunikasi mempunyai tujuan tertentu. Ini menentukan teknik yang harus diambil, apakah
teknik informasi, teknik persuasi atau teknik instruksi. Apapun tekniknya, komunikasi harus
mengerti pesan komunikasi itu. Pesan komunikasi terdiri atas isi pesan (content of the
message), atau lambing (symbol). Isi pesan komunikasi bisa satu, tetapi lambing yang
dipergunakan bisa macam-macam. 4. Peranan Komunikator dalam Komunikasi Faktor
penting pada diri komunikator bila melancarkan komunikasi, yaitu daya tarik sumber (source
attractiveness) dan kredibilitas sumber (source credibility).

Level komunikasi terdiri dari komunikasi intrapersonal, komunikasi interpersonal,


komunikasi kelompok, komunikasi publik, dan komunikasi massa. Tiap level komunikasi
memiliki cirri dan karakter tersendiri. Utari dalam Komunikasi 2.0, menyatakan, bahwa
perkembangan media baru membawa konsekuensi pergeseran dan perubahan dalam teori-
teori komunikasi massa. Karakteristik media yang selama ini dikenal, melebur dalam media
baru. Ini karena terbentuknya mass-self comunication. Dalam media baru ada kombinasi
antara komunikasi interpersonal dengan komunikasi massa.

Karena menjangkau khalayak secara global maka bisa dikatakan komunikasi massa,
dan pada saat yang sama karena pesan yang ada dibuat, diarahkan, dan dikonsumsi secara
personal, maka dikatakan komunikasi interpersonal. (Utari, 2011:52-53) Komunikasi
interpersonal merupakan dipahami sebagai komunikasi yang melibatkan dua orang atau
komunikasi yang secara kontekstual merupakan komunikasi interpersonal. Komunikasi
interpersonal secara kontekstual memang sangat berbeda dari komunikasi kelompok,
meskipun terjadi dalam kelompok kecil. Komunikasi interpersonal mensyaratkan keterlibatan
penuh pihak yang terlibat. Jika salah satu pihak menarik diri dari percakapan maka
komunikasi interpersonal pun praktis akan berakhir. Jelas, kondisi ini juga berlaku di media
sosial. Dalam media sosial, komunikasi tak terjadi secara interaktif jika pihak yang diajak
berkomunikasi menarik diri dari percakapan yang ada. Jika pertukaran informasi tidak terjadi,
maka pihak pemberi informasi, dalam hal ini pemilik akun media sosial hanya melakukan
komunikasi searah, namun begitu ada pihak lain yang menanggapi apa yang dituliskannya
dan terjadi interaksi maka komunikasi interpersonal terjadi. (Adler & Rodman, 2006:188189)
Bagi banyak orang, online communication justru mempermudah terbentuknya hubungan
interpersonal yang dekat. Karena melalui komunikasi secara online, tiap individu yang
terlibat cenderung lebih berani mengungkapkan pendapatnya, dan membuka dirinya untuk
lebih dikenal orang lain.

Komunikasi dalam media sosial tak terikat waktu, siang ataupun malam, pihak yang
terlibat didalamnya tetap bisa terlibat aktif. Juga tak terikat ruang, dengan siapapun di
penjuru dunia pihak yang terlibat di dalamnya bisa berkomunikasi. Hal ini tak mungkin
dilakukan dalam kontak tatap muka, termasuk juga jika menggunakan media komunikasi
konvensional seperti telepon, hal ini terkait dengan biaya dan perbedaan waktu. Komunikasi
secara online dalam hal ini dilihat lebih murah, cepat, dan mudah. (Adler & Rodman,
2006:189-190). Komunikasi massa, merupakan level komunikasi terbesar dengan cakupan
sasaran komunikasi terbanyak. Komunikasi massa terdiri dari pesanpesan yang
ditransmisikan ke sasaran audience yang benyak dan tersebar luas, dengan menggunakan
koran, majalah, televisi, radio, dan internet. (Adler & Rodman, 2006: 8). Kondisi ini juga
ditemui dalam media sosial. Apa yang diungkapkan seseorang dalam media sosial, akan bisa
dilihat khalayak banyak, sehingga komunikasi massa terjadi.

Dalam media sosial, komunikasi interpersonal dan komunikasi massa melebur


menjadi satu. Saat seseorang mengunggah sesuatu kemudian ditanggapi pihak lain, lalu
terjadi interaksi, maka komunikasi interpersonal terjadi. Disaat yang sama, saat seseorang
mengunggah sesuatu, apa yang diunggahnya bisa dilihat dan dinikmati khalaak banyak,
sehingga pada saat yang sama komunikasi massa juga terjadi, sebab komunikasi massa tidak
mensyaratkan adanya keterlibatan aktif semua pihak.

Media sosial merupakan media online dimana para penggunanya dapat ikut serta
dalam mencari informasi, berkomunikasi dengan orang yang berjarak dekat maupun jauh,
serta menjaring pertemanan dari berbagai daerah di dunia,menciptakan konten atau isi yang
ingin disampaikan kepada orang lain, serta memberi komentar terhadap infomasi yang
beredar.

Van Dijk dalam Nasrullah (2015) menyatakan bahwa media sosial adalah platform
media yang memfokuskan pada eksistensi pengguna yang memfasilitasi mereka dalam
beraktifitas maupun berkolaborasi. Karena itu media social dapat dilihat sebagai medium
(fasilitator) online yang menguatkan hubungan antar pengguna sekaligus sebuah ikatan
sosial. Meike dan Young dalam Nasrullah (2015) mengartikan kata media sosial sebagai
konvergensi antara komunikasi personal dalam arti saling berbagi diantara individu (to be
share one-to-one) dan media publik untuk berbagi kepada siapa saja tanpa ada kekhususan
individu. Menurut Boyd dalam Nasrullah (2015) media sosial sebagai kumpulan perangkat
lunak yang memungkinkan individu maupun komunitas untuk berkumpul, berbagi,
berkomunikasi, dan dalam kasus tertentu saling berkolaborasi atau bermain. Media sosial
memiliki kekuatan pada user-generated content (UGC) dimana konten dihasilkan oleh
pengguna, bukan oleh editor sebagaimana di instansi media massa. Pada intinya, dengan
sosial media dapat dilakukan berbagai aktifitas dua arah dalam berbagai bentuk pertukaran,
kolaborasi, dan saling berkenalan dalam bentuk tulisan, visual maupun audiovisual. Sosial
media diawali dari tiga hal, yaitu Sharing, Collaborating dan Connecting (Puntoadi, 2011).

Karakteristik media sosial yang pertama itu Interaktif yaitu adanya interaksi antara
pengguna media social satu dengan yang lainnya.Komunikasi yang terjadi tidak hanya
searah.Contoh : Saat menggunakan media sosial seperti aplikasi chatline, di dalam aplikasi
ine terdapat fiturmultichat yang didalam obrolan tersebut tidak hanya seorang melainkan bias
beberapa orang, orang-orang yang tergabung dalam multichat tersebut bisa memberikan
informasi tentang suatu kejadian tidak hanya seorang, dan penggunalainnya yang tergabung
bias merespon terhadap informasi yang diberikan. Hipertekstual yaitu oleh karena terhubung
ke hyperlink, pengguna media sosial dapat mendapat informasii dari portal-portal berita
online yang semula berita hanya terdapat dimedia cetak seperti koran. Pesan yang di
sampaikan bebas, tanpa harus melalui suatu Gatekeeper.Sehingga sulit untuk dikendalikan,
informasi yang akan disebar juga sulit untuk disaring. Arus informasinya cepat dan tersebar
luas. Penerima pesan yang menentukan waktu interaksi. Serbal digital.

Karakteristik media sosial tidak jauh berbeda dengan media siber (cyber) dikarenakan
media sosial merupakan salah satu platform dari media siber. Namun demikian, menurut
Nasrullah (2015) media sosial memiliki karakter khusus, yaitu: 1. Jaringan (Network)
Jaringan adalah infrasturktur yang menghubungkan antara komputer dengan perangkat keras
lainnya. Koneksi ini diperlukan karena komunikasi bisa terjadi jika antar komputer
terhubung, termasuk di dalamnya perpindahan data. 2. Informasi (Informations) Informasi
menjadi entitas penting di media sosial karena pengguna media sosial mengkreasikan
representasi identitasnya, memproduksi konten, dan melakukan interaksi berdasarkan
informasi. 3. Arsip (Archive) Bagi pengguna media sosial, arsip menjadi sebuah karakter
yang menjelaskan bahwa informasi telah tersimpan dan bias diakses kapanpun dan melalui
perangkat apapun. 4. Interaksi (Interactivity) Media sosial membentuk jaringan antar
pengguna yang tidak sekedar memperluas hubungan pertemanan atau pengikut (follower)
semata, tetapi harus dibangun dengan interaksi antar pengguna tersebut. 5. Simulasi Sosial
(simulation of society) Media sosial memiliki karakter sebagai medium berlangsungnya
masyarakat (society) di dunia virtual. Media sosial memiliki keunikan dan pola yang dalam
banyak kasus berbeda dan tidak dijumpai dalam tatanan masyarakat yang real. 6. Konten oleh
pengguna (user-generated content) Di Media sosial konten sepenuhnya milik dan
berdasarkan kontribusi pengguna atau pemilik akun. UGC merupakan relasi simbiosis dalam
budaya media baru yang memberikan kesempatan dan keleluasaan pengguna untuk
berpartisipasi. Hal ini berbeda dengan media lama (tradisional) dimana khalayaknya sebatas
menjadi objek atau sasaran yang pasif dalam distribusi pesan.

Menurut Nasullah (2015) setidaknya ada enam kategori besar untuk melihat
pembagian media sosial, yakni: 1. Media Jejaring Sosial (Social networking) Media jejaring
sosial merupakan medium yang paling popular. Media ini merupakan sarana yang bias
digunakan pengguna unutk melakukan hubungan sosial, termasuk konsekuensi atau efek dari
hubungan sosial tersebut di dunia virtual. Karakter utama dari situs jejaring sosial adalah
setiap pengguna membentuk jaringan pertemanan, baik terhadap pengguna yang sudah
diketahuinya dan kemungkinan saling bertemu di dunia nyata (offline) maupu membentuk
jaringan pertemanan baru. Contoh jejaring sosial yang banyak digunakan adalah facebook
dan LinkedIn. 2. Jurnal online (blog) Blog merupakan media sosial yang memungkinkan
penggunanya untuk mengunggah aktifitas keseharian, saling mengomentari dan berbagi, baik
tautan web lain, informasi dan sebagainya. Pada awalnya blog merupakan suatu bentuk situs
pribadi yang berisi kumpulan tautan ke situs lain yang dianggap menarik dan diperbarui
setiap harinya. Pada perkembangan selanjutnya, blog banyak jurnal (tulisan keseharian
pribadi) pemilik media dan terdapat kolom komentar yang bisa diisi oleh pengguna. Secara
mekanis, jenis media sosial ini bias dibagi menjadi dua, yaitu kategori personal homepage,
yaitu pemilik menggunakan nama domain sendiri seperti .com atau.net dan yang kedua
dengan menggunakan failitas penyedia halaman weblog gratis, seperti wordpress atau
blogspot. 3. Jurnal online sederhana atau microblog (micro-blogging) Tidak berbeda
dengan jurnal online (blog), microblogging merupakan jenis media sosial yang memfasilitasi
pengguna untuk menulis dan memublikasikan aktifitas serta atau pendapatnya. Contoh
microblogging yang paling banyak digunakan adalah Twitter. 4. Media berbagi (media
sharing) Situs berbagi media merupakan jenis media sosial yang memfasilitasi penggunanya
untuk berbagi media, mulai dari dokumen (file), video, audio, gambar, dan sebagainya.
Contoh media ini adalah: Youtube, Flickr, Photo-bucket, atau snapfish. 5. Penanda sosial
(social bookmarking) Penanda sosial merupakan media sosial yang bekerja untuk
mengorganisasi, menyimpan, mengelola, dan mencari informasi atau berita tertentu secara
online. Beberapa situs sosial bookmarking yang popular adalah delicious.com,
stumbleUpon.com, Digg.com, Reddit.com, dan untuk di Indonesia ada LintasMe. 6. Media
konten bersama atau wiki. Media sosial ini merupakan situs yang kontennya hasil kolaborasi
dari para penggunanya. Mirip dengan kamus atau ensiklopedi, wiki menghadirkan kepada
pengguna pengertian, sejarah hingga rujukan buku atau tautan tentang satu kata. Dalam
prakteknya, penjelasan-penjelasan tersebut dikerjakan oleh pengunjung, artinya ada
kolaborasi atau kerja sama dari semua pengunjung untuk mengisi konten dalam situs ini.

Faktor Pendorong Penggunaan Media Sosial : Faktor informasi konsep hyperlink dan
meme di intemet memudahkan penggunan dalam pencarian informasi. Melalui internet
pengguna akan dihadapkan pada gelombang informasi yang sangat banyak dan diperlukan
bagi orang yang pertama kall menggunakan internet untuk dapat difungsikan secara optimal.
Identitas personal, pengguna menggunakan media sosial dalam rangka mengasosiasikan
aktor media dengan karakter tertentu pada dirinya sendiri. Faktor Interaksi berhasil selangkah
sosial;intemet telah meninggalkan media konvensional, memudahkan masyarakat
berkomunikasi dan berinteraksi antar penggunanya. Faktor hiburan, orang banyak
menggunakan media sosial dengan tujuan untuk memperoleh kesenangan dan hiburan.

Efek Komunikasi dalam Media Sosial ada Efek Kehadiran Massa Kehadiran media
sudah menjadi pesan.Apakah dapat diterima oleh masyarakat atau ditolak oleh masyarakat.
Efek Ekonomis, Kehadiran media menggerakkan berbagai usaha.Seperti, kehadiran blog,
instagram, e-mail yang memudahkan pengusaha untuk membuka onlineshop, memperluas
pasarnya melalui promosi online yang tidak banyak memakan biaya bahkan dapat menarik
lebih banyak pelanggan.Pelanggan pun menjadi mudah untuk melihat barang yang dijual oleh
pengusaha tersebut, tidak harus datang ke tempatnya melalui media sosial instagram
misalnya. Efek penghilang perasaan, dengan menggunakan media sosial tersebut rasa sedih,
marah kita bisa hilang dan menjadi rasa bahagia atau malah sebaliknya.Contohnya, saat kita
menonton video lucu dari media onlineYouTube kita akan terbawa cerita dari video tersebut
dan Ikut tertawa sehingga, rasa sedih yang kita rasakan sebelumnya akan hilang. Efek Afektif,
media sosial mempengaruhi perasaan seseorang.Sebagai contoh, saat orang mendapat kabar
atau informasi tentang kelahiran seorang bayi dari teman orang tersebut maka orang yang
mendapat kabar akan merasa terharu dan bahagia. Efek Kognitif, perkembangan teknologi
tidak hanya mempengaruhi gaya hidup masyarakat namun juga mempengaruhi bidang
pendidikan yang ada di Indonesia.Salah satu buktinya adalah e-library dan website-
websitependidikan lainnya seperdiaacademia.id yang melayani tanya jawab antar
penggunanya.Selain itu ada juga portal-portal berita online seperti kompas,detik, vivanews,
dan lain-lain.Media memberikan kognitif menambah pengetahuan efek atau menggunakan
media sosial tersebut penggunanya, dengan pengguna dapat dengan mudah mengakses
informasi-informasi terkini ataupun yang lampau, dengan tampilan yang lebih menarik dan
interaktif. Efek Behavioural, media sosial juga memberikan efek atau pengaruh terhadap
perilaku penggunanya.Contohnya, saat seseorang terlalu sering menonton film kekerasan atau
psikopat lama-kelamaan orang tersebut akan muncul keinginan melakukan adegan-adegan
telah yang ditontonnya dan cenderung melakukan kekerasan saat marah.

Dampak Positif Komunikasi Media Sosial : Memudahkan berinteraksi dan


berkomunikasi, dapat digunakan sebagai media promosi yang terjangkau dan mudah,
mempermudah arus informasi, memudahkan para penggunanya dalam menyampaikan
pendapat dan aspirasi

Dampak Negatif Komunikasi Media Sosial : Munculnya cyber-crime atau kejahatan


atau tindak criminal yang dilakukan melalui internet salah satunya adalah melalui media
sosial.Seperti, penipuan onlineshop, pemerkosaan, dan penculikan, mudahnya akses untuk
mendapatkan konten-konten yang berbau pornografi. ketergantungan atau kecanduan
terhadap media sosial.Menurut salah satu portal berita online, bahwa orang yang kecanduan
terhadap sosial merupakan pertanda jiwa yang hampa. Hal ini juga berhubungan dengan tipe
kepribadian yang ada dilim diri manusia.Semakin introvert seseorang, maka ia akan semakin
kecanduan dan aktif di media sosial karena orang yang introvert cenderung untuk menutup
dirinya, sulit untuk bisa terbuka kepada orang-orang yang belum benar-benar dia kenal secara
lahir dan batin sehingga, memilih media sosial sebagal "bukuharian"nya, tempatnya berbagi
cerita.Contohnya anak remaja yang memposting kegiatan sehari-hari mereka, perasaan
mereka saat itu.Padahal apa yang ditunjukkannya disosial media belum tentu keadaan yang
sebenarnya, siswa menjadi kurang fokus dalam belajar, dan remaja menjadi lebih narsis

Anda mungkin juga menyukai