Anda di halaman 1dari 28

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Pengaruh Terpaan Pesan

Definisi kata terpaan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah

serangan atau terkam. Sedangkan definisi kata pesan dalam KBBI adalah amanat

yang disampaikan orang lain atau nasihat, perintah dan permintaan. Menurut

Rakhmat (2004) dalam Ayuningtias (2013) menyatakan, terpaan pesan adalah

banyaknya informasi yang diperoleh melalui media, yang meliputi frekuensi,

atensi dan durasi penggunaan media yang digunakan.

Terpaan merupakan intensitas keadaan khalayak yang terpapar pesan-

pesan yang disebarkan oleh suatu media. Terpaan dapat diartikan sebagai kegiatan

melihat, membaca dan mendengar pesan-pesan media. Mempunyai perhatian dan

pengalaman terhadap pesan yang disebarkan dapat terjadi pada setiap individu

maupun kelompok. Terpaan pesan media akan mencari data khalayak tentang

penggunaan media, dapat dari jenis media, frekuensi penggunaan maupun durasi

penggunaan. Media memiliki beberapa jenis penggunaan meliputi, media online,

media audio, media audio visual dan media cetak. (Ardianto, 2014).

Teori S-O-R akan digunakan dalam penelitian ini guna mengeahui terpaan

pesan pada media Instagram terhadap tingkat kepercayaan diri generasi Z. Teori

S-O-R adalah singkatan dari Simulus-Organism-Response. Teori ini berasal dari

psikologi yang kemudian menjadi teori komunikasi juga, karena objek material

dari psikologi dan komunikasi adalah sama, meliputi: sikap, opini, prilaku,

kognisi, afeksi dan konasi (Effendy, 2009). Unsur-unsur dalam teori S-O-R

terdapat tiga elemen penting, yaitu:

8
1. Simulus (Pesan), merupakan pesan yang diterima oleh komunikan dan

disampaikan oleh komunikator.

2. Organism (Komunikan), merupakan keadaan komunikan saat menerima

pesan. Pesan yang disampaikan oleh komunikator diterima sebagai

informasi, sehingga komunikan akan memperhatikan informasi yang

disampaikan. Perhatian yang dimaksut adalah komunikan memperhatikan

setiap pesan yang disampaikan melalui tanda dan lambang dan komunikan

akan memahami dan mengartikan setiap pesan yang disampaikan

komunikator.

3. Response (efek) merupakan akibat perubahan sikap dari efek komunikasi.

Maka unsur Stimulus berupa pesan, unsur organism berupa perhatian,

pengertian dan penerimaan komunikan, serta response berupa efek, penelitian ini

akan menggunakan teori S-O-R sebagai pijakan teori. Gambaran teori S-O-R

sebagai berikut:

Simulus Organism Response

Gambar 2.1 Teori S-O-R


(Effendy, 2009) Sesuai dengan gambar diatas maka, gambar pertama yakni

simulus atau pesan yang disampaikan komunikator berupa konten di Instagram

seperti apa yang mungkin diterima atau mungkin ditolak oleh komunikan. Lalu

tahap selanjutnya yakni bila komunikan menerima simulus atau pesan yang

disampaikan makan komunikan akan memperhatikan dan memahami pesan

tersebut. Pada proses terakhir yakni Response, komunikan bersedia untuk

mengubah sikap yang menndakan keberhasilan dalam proses komunikasi.

9
Keterkaitan model teori S-O-R dalam penelitian ini sebagai berikut: (1)

Stimulus yang dimaksud adalah terpaan konten di Instagram, (2) Organism yang

dimaksud adalah mahasiswa Ilmu Komunikasi angkatan 2017 di Universitas

Muhammadiyah Malang yang aktif bermain Instagram, (3) Response yang

dimaksud adalah dari melihat konten di instagram akan memberikan efek pada

rasa percaya diri setiap individunya.

2.2 Media Digital

Di era revolusi digital, perkembangan teknologi dan informasi

berkembang pesat beriringan dengan manusia yang memiliki banyak kebutuhan

(Reflianto & Syamsuar, 2018). Teknologi menjadi bagian penting dalam

keseharian manusia. Kehidupan manusia saat ini tidak lengkap jika tidak

menggunakan media digital, kebutuhan media digital menjadi kebutuhan utama.

Media digital juga telah memenuhi kehidupan sehari-hri manusia yang tanpa

disadari keberadaan dan pengaruhnya (Hasanah, 2021). manusia termudhakan

dengan media digital dalam membangun korelasi dengan orang lain dalam

persoalan duniawi (Utami, 2020). Manusia menggunakan media digital dalam

memperoleh informasi dan menggunakan alat komuniaksi untuk berinterkasi

secara efektif (Casey & Hallissy, 2016).

2.3 Media Sosial

Media massa mengalami pertumbuhan yang semakin pesat saat ini.

Beberapa puluh tahun lalu masyarakat mengakses informasi melalui media cetak

dan radio. Namun, saat ini segala jenis informasi dapat dengan mudah diakses

melalui new media yakni Media Sosial. Media baru merupakan bukti nyata

perkembangan teknologi khususnya dibidang Ilmu Komunikasi. New media

10
adalah gabungan antara teknologi informasi dan komunikasi dengan konteks

sosial. Istilah media baru ditandai dengan munculnya teknologi informasi yang

berbasis internet (Livingstone, 2006).

Kebutuhan akan mengakses segala jenis informasi saat ini bagaikan

kebutuhan primer bagi sebagian besar masyarakat. Media sosial adalah sebuah

platform media yang memfokuskan pada eksistensi pengguna dan memfasilitasi

mereka dalam beraktifitas maupun berkolaborasi. Menurut Nasrullah (2016)

media sosial merupakan perangkat lunak yang memungkinkan individu maupun

kelompok untuk berkomunikasi, berkumpul berbagi dan berkolaborasi.

Kekuatan yang dimiliki media sosial adalah User Generated Content

(UGC) dimana konten atau pesan dapat dikontrol dan ditemukan langsung oleh

pengguna atau user. Jadi jika menarik kesimpulan dari definisi beberapa ahli

diatas, media sosial adalah sebuah wadah atau sebagai media bagi para pengguna

untuk bisa menciptakan konten, berpartisipasi dan berbagi segala jenis informasi.

Dalam bermedia sosial dapat melakukan sebuah interkasi dan langsung

mendapatkan feedback datu dengan lain dalam waktu yang ditentukan oleh

masing-masing pengguna.

2.4 Instagram Sebagai Media Komunikasi

1. Pengertian Komunikasi

Komunikasi merupakan proses sosial yang sangat mendasar dan vital

dalam kehidupan manusia (Rakhmat, 1998). DIkatakan mendasar karena setiap

masyarakat manusia, baik yang primitif maupun moderen, keinginan untuk

11
mempertahankan suatu persetujuan mengenai berbagai aturan sosial melalui

komunikasi.

Cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi dengan menjawab

pertanyaan sebagai berikut : Who Says What in Witch Channel To Whom WIth

What Effect? (Lasswell, 2005). Paradigma Lasswell menunjukan bahwa

komunikasi meliputi lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan,

sebagai berikut :

- Komunikator (Sender, source dan comunicatore)

- Pesan (Message)

- Media (Channel)

- Komunikan (Receiver, recipient, communicate dan communicant)

- Efek (Effect, influence dan impact)

Berdasarkan paradigma Lasswell tersebut, komunikasi adalah sebuah

proses menyampaikan pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media

yang menimbulkan suatu efek tertentu.

2. Komunikasi Sosial

Komunikasi sosial adalah sebuah pola komunikasi yang dilakukan

manusia dalam berkomunikasi personal atau kelompok sosial. Pola komunikasi

yang sering dilakukan manusia adalah antar personal, sehingga menjadi

komunikasi interaktif, satu sama lain memerlukan Feedback untuk melanjutkan

12
tujuan dari komunikasi itu sendiri (Dani, 2020). Komunikasi sosial dapat

dilakukan secara langsung maupun melalui bantuan media sebagai perantara.

3. Macam-Macam Media Komunikasi

Berbagai pengertian media menurut para ahli mengerucut pada dua

pengertian yakni media nirmassa dan media massa. Media nirmassa adalah media

non massa yang digunakan untuk menyampaikan informasi seperti telepon, surat,

telegram, spanduk, poster, folder, bulletin, majalah dan radio. Sedangkan media

komunikasi massa atau media massa digunakan menyampaikan informasi seperti

berbgai bentuk alat dan sistem yang digunakan dalam konteks komunikasi massa.

Salah satu jenis media komunikasi sosial melalui perkembangan Internet.

Internet pada era digita sejarah perkembangan teknologi komunikasi ditandai

dengan kehadiran media baru yaitu internet. Internet menjadi sumber utama

informasi diera globalisasi seperti saat ini. Mengikuti derasnya arus informasi

yang dapat dengan mudah diakses oleh konsumen akibat kehadiran internet

sebagai media komunikasi telah menjadikan konsumen belajar untuk mencari

informasi yang benar=benar valid dan dapat dipertanggung jawabkan. Selain

utnuk mencari informasi, konsumen atau pengguna juga memanfaatkan internet

untuk berkomunikasi degan orang-orang dengan jarak jauh sekalipun.

Komunikasi via internet sering juga disebut dengan komunikasi online

atau komunikasi daring. Jeni komunikasi daring berdasarkan metode

penyampaian yang sering digunakan untuk berkomunikasi diantaranya jejaring

sosial, pesan instan, blog, media sosial dan lain-lain.

13
2.5 Macam-Macam Efek Pesan Instagram

Komunikasi secara langsung yang dilakukan oleh individu maupun

kelompok tak jarang menimbulkan banyak efek dari komunikator maupun

komunikan, efek yang disebabkan dari kegiatan komunikasi antara lain terjadinya

perubahan pesan yang diterima maupun yang akan disampaikan, pesan tersebut

mengalami perubahan sampai pada penerima pesan selanjutkan. Dampaknya akan

banyak informasi kurang akurat yang menyebar (Fitriansyah, 2018).

Pada perkembangan zaman saat ini, alat bantu komunikasi kian beragam,

salah satunya adalah media sosial. Berbagai jenis media sosial dapat

mempermudah manusia untuk saling berhubungan antar satu dan lainnya tanpa

bingung dengan jarak. Namun, ada beberapa efek dari penggunaan media

komunikasi sosial, salah satunya media Instagram. Efek dari Instagram yakni,

Efek Positif :

1. Memperluas Jaringan

2. Mempermudah pengguna untuk membagi dan mendapatkan informasi terbaru,

seperti hiburan, pengetahuan umum, gaya hidup, berita terkini, dll)

Efek Negatif :

1. Cyber Crime, besarnya kemungkinan atau potensi pada setiap anggota

masyarakat untuk meniru apa saja yang dilihat ataupun diperoleh dari postingan

Instagram.

2. Pengenaan (exposure) terhadap isi pesan, memungkinkan pengguna setelah

mengetahui makna pesan yang kemudian terpengaruh oleh isi pesan itu sendiri.

14
Efek pada penggunaan Instagram diatas sama dengan pengaruh, pengaruh

negatif yang timbul dari menggunakan Instagram salah satunya Exposure

terhadap isi pesan atau konten. Dimana pengaruh tersebut dapat menimbulkan

efek lanjutan yakni pada rasa Kepercayaan diri (Self Confidence), rasa

Keterbukaan diri (Self Disclosure) dan lain sebagainya.

2.6 Instagram

2.6.1 Pengertian Instagram

Instagram berasal dari kata “instan” atau “insta” yang mengarah pada

penggambaran kamera polaroid yang sering dikenal dengan sebutan “foto instan”.

Sedangkan untuk kata “gram” berasal dari kata “telegram” dimana cara kerjanya

adalah menyebarkan informasi secara cepat kepada orang lain (Sari, 2017).

Mahendra (2017) mengatakan Instagram adalah sebuah aplikasi sosial

media yang merupakan platform komunikasi untuk memungkinkan pengguna

mengambil foto, video, menerapkan fitur digital dan membagikannya ke berbagai

layanan jejaring sosial media termasuk instagram sendiri dengan mudah.

Penggunanya harus membuat akun terlebih dahulu agar bisa membagikan

momennya melalui feed dan stories. Aplikasi instagram dapat diakses melalui

smartphone atau computer Android dan IOS secara gratis. Penggunannya dapat

terhubung dengan banyak orang secara global. Instagram pertama kali didirikan

pada tahun 2010 oleh dua bersahabat Kevin Systrom dan Mike Krieger.

2.6.2 Fitur Fitur Instagram

Instagram memiliki beberapa fitur untuk membantu penggunanya saat

mengoprasikan aplikasi sesuai kebutuhannya (about.instagram.com), diantaranya:

15
1. Instagram Feed, saat peggunannya ingin mengunggah foto atau video ke

dalam instagram, postingan tersebuat akan muncul di profil instagram.

2. Instagram Stories, merupakan sebuah fitur yang terdapat pada instagram, yang

memungkinkan pengguna dapat mengunggah foto dan video dalam kurun waktu

24 jam. Kemunculan fitur ini membuat pengguna instagram meningkat.

3. Messenger, pengguna dapat mengirimkan foto, video dan pesan suara secara

privat kepada teman/followers.

4. Instagram Live, fitur ini dapat membuat pengguna berhubungan secara

langsung melalui siaran dengan para pengguna lain.

5. IGTV, hampir mirip dengan stories, namun IGTV muncul di feed dengan

dorasi video lebih lama tidak hanya satu menit dan dapat ditonton full

ukuran layar ponsel.

6. Instagram Shopping, sebuah fitur yang dimiliki instagram untuk para

pembisnis agar mudah terhubung dengan pembeli, shopping instagram

memberikan kemudahan bagi pengguan jika ingin membeli sebuah brand

melalui instagram.

7. Instagram Reels adalah sebuah fitur baru yang diperkenalkan instagram

pada pertengahan tahun 2021, fitur ini dapat membuat penggunannya

berkreasi dengan sebuah video multi-klip hingga 30 detik terdapat teks,

filter AR dan audio yang mudah dikreasikan bersama video.

8. Search & Explore, sebuah fitur yang mempermudah pengguna untuk

mencari dan menjelajahi konten berdasarkan orang yang diikuti, untuk

memperluas topik yang didapat dan dijelajahi.

16
2.7 Self Confidence (Kepercayaan diri)

Percaya diri atau self confidence adalah suatu keyakinan terhadap diri

yang dimiliki oleh setiap individu dalam hidupnya, perasaan percaya diri terhadap

kemampuan diri sendiri agar tidak merasa cemas dengan tindakan yang dilakukan

dan melakukan semua tindakannya dengan rasa tanggung jawab. Tingkat

kepercayaan diri akan mempengaruhi segala sesuatu yang dilakukan bahkan

hingga mempengaruhi proses dalam suatu pencapaian.

Jika seseorang memiliki pemahaman dan kemampuan yang baik pada sesuatu

hal, namun mereka merasa kurang percaya diri, hal itu akan menjadikan sesuatu yang

mereka kerjakan menjadi tidak optimal. Padahal seharusnya mereka bisa

mendapatkan hasil yang jauh lebih maksimal jika merasa percaya diri. Seseorang

yang memiliki kepercayaan diri rendah biasannya akan mudah merasa ragu, mudah

takut dan selalu melihat sekeliling untuk menempatkan diri sesuai situasi.

Menurut Peter Lauster (2015) kepercayaan diri merupakan salah satu aspek

kepribadian yang penting dalam kehidupan manusia. Salah satu aspek kepribadian

yang berupa keyakinan akan kemampuan diri seseorang sehingga orang lainpun tidak

dapat mempengaruhi dan dapat bertindak sesuai kehendak, optimis, rasa toleran yang

cukup, gembira dan bertanggung jawab. Sifat kepribadian bukan meruakan sifat

bawaan (yang dibawa turunan), melainkan dapat diperoleh dari pengalaman hidup,

dapat ditanamkan dan diajarkan melalui pendidikan, menurut Peter Lauster (2015).

Kepercayaan pada diri sendiri mempengaruhi sikap hati-hati, ketidak serakahan,

ketidak ketergantungan dan rasa tleransi.

Salah satu ahli ilmu kejiwaan yang terkenal Alfred Adler disebut Lauster

(2015) dalam bukunya dan mengatakan kebutuhan akan kepercayaan diri menjadi

17
kebutuhan yang paling penting. Namun, kepercayaan diri yang sangat berlebihan

juga tidak bersifat positif. Orang yang terlalu percaya diri sering kali seenaknya

dan tidak hati-hati. Apa yang mereka lakukan sering menyebabkan konflik dan

memberikan kesan kejam sehingga lebih banyak memiliki lawan dari pada teman.

Liendenfield (dalam Husnan, 2015) menyatakan bahwa individu yang

percaya diri berkarakteristik memiliki kepercayaan diri batin dan kepercayaan

diri lahir. Seorang individu yang memiliki kepercayaan diri batin akan mencintai

dan menghargai diri sendiri, mengenal kelemahan dan keterbatasan yang dimiliki,

kedasaran diri sangat tinggi, memiliki pemikiran positif dan tujuan hidup yang

jelas. Sedangkan individu yang memiliki kepercayaan diri lahir akan mempu

berkomunikasi dengan baik, tegas dalam menyataan kebutuhan, mampu

mengontrol perasannya dan memiliki gaya pakaian sesuai kepribadian yang

diciptakan.

Berdasarkan beberapa uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa

kepercayaan diri adalah kayakinan seseorang terhdapat diri sendiri dalam segala

aspek kelebihan yang dimilikinya agar dapat bertindak sesuai kehendaknya

sendiri dan tidak terpengaruh orang lain.

2.7.1 Faktor-faktor Pembentuk Kepercayaan Diri

Rasa percaya diri dapat muncul dengan sendirinya, terdapat beberapa

faktor yang mempengaruhi pembentuk kepercayaan diri menurut Hakim (2005),

sebagai berikut:

1. Lingkungan keluarga

18
Lingkungan menjadi tempat yang sangat mempengaruhi

pembentukan awal rasa percaya diri seseorang. Keluarga merupakan

pendidikan pertama dan utama yang akan menentukan baik buruknya

kepribadian seseorang. Keadaan keluarga merupakan lingkungan hidup

pertama dan utama yang akan dikenal oleh setiap manusia. Rasa percaya

diri dapat tumbuh dan berkembang dengan baik sejak kecil, sebagai contoh

jika seorang individu berada dalam lingkungan keluarga yang baik,

supportif, komunikasi dua arah yang dilakukan sejak kecil, akan

menumbuhkan rasa percaya diri secara alami tanpa sadar, karena rasa

percaya diri dapat diwujudkan dalam tingkah laku sehari-hari. Namun,

sebaliknya jika lingkungan keluarga kurang baik dalam mendukung

pertumbuhan seorang individu sejak kecil, maka individu tersebut akan

kehilangan proses pembelajaran untuk percaya pada dirinya sendiri. Sebagai

contoh jika seorang individu tidak dibiasakan terlibat dan memberikan

pendapat akan suatu percakapan sejak kecil, akan membuat individu

tersebut terbiasa merasa tidak percaya diri untuk mengrmukakan opininya

hingga dewasa.

2. Lingkungan pendidikan formal

Sekolah menjadi tempat yang dapat dikatakan sebagai lingkungan kedua

bagi anak, sekolah merupakan lingkungan yang berpengaruh setelah

lingkungan keluarga. Sekolah memberikan ruang bagi seorang anak untuk

dapat mengekspresikan rasa percaya dirinya dihadapan teman sebaya dan

orang lain dilingkup sekolah.

3. Lingkungan pendidikan non formal

19
Beragam jenis pendidikan non formal seperti tempat kursus yang

dapat dilakukan seorang individu untuk mengembangkan kemampuan dan

keterampilan, diantarannya, kursus bermain alat musik, pendidikan

keagamaan, kursus bahasa asing dan lain sebagainya. Melakukan kursus

diluar jam sekolah akan menjadi penunjang rasa percaya diri pada setiap

individu yang bersangkutan. Karena, karasa percaya diri akan menjadi lebih

maksimal jika seseorang memiliki suatu kelebihan yang membuat orang lain

merasa kagum.

Ada beberapa faktor menurut Rini (dalam Husnan, 2015) yang dapat

mempengaruhi kepercayaan diri seseorang, meliputi:

1. Konsep diri, terbentuknya kepercayaan diri pada seseorang diawali dengan

perkembangan konsep diri yang diperoleh dalam pergaulan suatu kelompok.

Maksutnya semua ide, kepercayaan, pendirian dan pikiran yang diketahui

individu tentang dirinya dan mempengaruhi hubungan dengan individu lain.

2. Harga diri, penilaian yang diberikan kepada dirisendiri dan mempengaruhi

kepercayaan diri seseorang, biasanya individu yang memiliki harga diri

tinggi cenderung lebih percaya diri dibandingkan dengan individu yang

memiliki harga diri rendah.

3. Keadaan fisik, seseorang yang memiliki kondisi fisik kurang sempurna akan

timbul perasaan tidak enak pada dirinya karena merasa berbeda dengan

orang lain. Preasaan tidak enak terhadap diri sendiri ini biasa disebut dengan

perasaan rendah diri, perasaan itu yang selanjutnya menyebabkan individu

tersebut menjadi tidak percaya diri.

20
4. Tingkat pendidikan juga memberi pengaruh terhadap kepercayaan diri

seseorang, semakin tinggi pendidikan seseorang makan akan membuat

seorang individu mampu menentukan sendiri standard keberhasilannya.

5. Jenis kelamin, pada beberapa kasus dan momen, janis kelamin masih

menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi kepercayaan diri seseorang.

Perempuan cenderung kurang stabil untuk mewujudkan kemampuan dan

lebih memperhatikan fisiknya dibandingkan laki-laki, sehingga banyak

perempuan yang mengalami rasa tidak percaya diri terhadap keadaan

fisiknya.

Rogers (dalam Sungkar dan Partini, 2015) menyebutkan bahwa faktor

pekerjaan juga dapat mempengaruhi kepercayan diri seseorang. Jika seseorang

bekerja sesuai dengan apa yang dikuasai dan mampu menumbuhkan rasa bangga

dan puas dengan apa yang dikerjakan jelas membuat rasa percaya diri semakin

berkembang.

Maka, dari faktor-faktor pembentuk self-confidence diatas, terpaan pesan

instagram masuk kedalam faktor konsep diri dan harga diri. Karena, terpaan

konten instagram berawal dari pergaulan kelompok yang mendorong pikiran,

kepercayaan dan pendirian individu terhadap suatu hal yang akan mempengaruhi

hubungan dengan individu lain. Setelah itu, individu tersebut akan memberikan

penilaian kepada dirisendiri dan akan mempengaruhi kepercayaan dirinya.

2.8 Generasi Z

2.8.1 Pengertian Generasi Z

Dill (2015) mengemukakan bahwa Forbes Magazine membuat survei

tentang generasi Z di Afrika, Eropa, Asia, Timur Tengah, Amerika Selatan dan

21
utara. Sekitar 49 ribu anak-anak diberikan pertanyaan dan dari hasil survei itulah

muncul sebuah kesimpulan bahwa Generasi Z adalah generasi yang lahir setelah

generasi Y, Generasi Z sering kali disebut sebagai generasi pertama yang sebenar-

benarnya adalah generasi internet, karena generasi inilah yang tumbuh dan

berkembang berdampingan bersama pertumbuhan teknologi internet. Orang-orang

yang lahir di tahun 1995 sampai dengan 2009 masuk kedalam generasi Z.

Jika sebelumnya generasi Y melalui masa transisi teknologi hingga

menuju internet, generasi Z lahir saat teknologi tersebut sudah tersedia. Maka dari

itu generasi ini memiliki karakter yang fleksibel, lebih cerdas, rasa toleransi lebih

tinggi dan yang pasti menyukai teknologi. Generasi Z dapat terhubung secara luas

dan global melalui dunia virtual, generasi ini juga menyukai budaya instan dan

kurang peka terhadap esensi sebuah privasi karena budayanya adalah mengunggah

hidupnya di media sosial secara konsisten.

Generasi Z termasuk generasi yang berpengaruh karena akibat dari

terpaan berbagai hal yang ada diiternet, jadi jika mengalami pengalaman baik

atau buruk terhadap sesuatu, generasi Z tidak hanya diam saja namun mereka akan

langsung mengungkapnya dimedia sosial dengan menulis komentar dan

memposting sesuatu (Sladek dan Grabinger, 2014).

Generasi Y mendefinisikan dirinya berdasarkan ras, agama, gender dan

orientasi seksual. Generasi Z menjadikan hal tersebut sebagai indikator. Saat ini

bahkan generasi Z menggunakan selebgram sebagai pembelajaran bagaimana cara

menggambarka dirinya, mereka lebih suka menyatukan beragam hal seperti

menggabungkan komponen identitas dan pendangan yang dianggap menarik.

kemudian dari itu generasi ini membuat identitasnya sendiri (Tulgan, 2013).

22
Lima kunci pembentuk generasi Z. Pertama, generasi Z menjadikan media

sosial adalah masa depan, dengan itu diperlukan kemampuan mengaplikasikan

media sosial oleh orang tua agar dapat mengontrol apa yang dilakukan anak

selaku generasi Z didunia virtual. Kedua, kesenjangan keterampilan seperti

keterampilan komunikasi intrapersonal, berpikir kritis, budaya kerja dan

keterampilan teknis. Ketiga, pola pikir global, mudah berkomunikasi dengan

berbagai jenis orang melalui dunia virtual. Keempat, koneksi dengan orang lain

menjadi hal penting. Kelima, keragaman yan tak terbatas, maksutnya cara pikir

generasi Z yang terbuka dan menerima perbedaan akan membuat mereka merasa

kesulitan untuk mendifiniskan diri sendiri.

Sebenarnya dibawah generasi Z ada satu generasi lagi yang disebut dengan

Generasi Alpha, usia generasi ini masih terbilang muda karena mereka lahir di

tahun 2010.

Tabel 2.1 Generasi Y, Z dan Alpha

Generasi Y Generasi Z Generasi Alpha

1980-1994 1995-2009 2010-…..

2.8.2 Generasi Z sebagai Digital Natives

Digital natives adalah orang-orang yang lahir setelah tahun 1980, mereka

adalah penutur asli teknologi yang mampu menggunakan teknologi sama

alaminya dengan bernapas (Tapscott, 2013), digital natives dikenal dengan

generasi internet, Generasi internet dibagi menjadi dua yaitu generasi Y (generasi

milineal) dan generasi Z.

23
Helsper dan Enyon (2009) mengatakan bahwa digital natives adalah

generasi muda yang lahir saat internet telah menjadi bagian hidup mereka. Bahkan

sejak masih didalam kandungan hingga lahir mereka sudah dikelilingi oleh

internet. Kemudian, tempilan foto bayi baru lahir mereka sudah tersebar melalui

media sosial, seperti facebook dan whatsapp, yang berarti mereka juga ikut

dilibatkan didunia maya sebagai digital natives.

Bagi generasi Z informasi dan teknologi adalah hal yang sudah menjadi

bagian dari kehidupan mereka, karena mereka lahir disaat akses terhadap

informasi khususnya internet mejadi budaya global. Sejak awal tahun 2021

pengguna internet di Indonesia mengalami peningkatan sebanyak 15,5% atau

sekitar 27 juta jiwa dibandingkan dengan awal tahun 2020. Usia 25-34 tahun

menempati urutan pertama sebagai mayoritas usia terbanyak yang menggunakan

internet di Indonesia. Usia tersebut tergolong sebagai digital natives.

2.9 Penelitian Terdahulu

Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu

No Peneliti Judul Alat Analisis Hasil Penelitian

Terdahulu

1. Hafidz Azizan, Pengaruh Penelitian Hasil penelitian

2016 Kepercayaan Diri kuantitatif menunjukkan bahwa

Terhadap regresi, sample siswa yang memiliki

Ketergantungan teknik kepercayaan diri

Media Sosial pada Stratified dengan kategori tinggi

Siswa Di SMK Negeri Proportional sebanyak 48% atau

1 Bantul. Random setara dengan 67 siswa,

24
No Peneliti Judul Alat Analisis Hasil Penelitian

Terdahulu

Sampling, Uji Siswa yang memiliki

validitas dan ketergantungan sosial

reliabilitas media dengan kategori

instrumen tinggi sebanyak 15%

menggunakan atau setara dengan 20

rumus Alpha siswa. Terdapat

Cronbach. pengaruh yang

Analisis data signifikan antara

menggunakan kepercayaan diri

teknik regresi dengan ketergantungan

sederhana. media sosial pada siswa

SMK N 1 Bantul,

sehingga dapat

diartikan kepercayaan

diri memprediksikan

ketergantungan media

sosial sebesar 22%.

2. Cicilia Sendy Pengaruh Penelitian Hasil analisis dari

Setya Ardari, Kepercayaan Diri Kuantitatif penelitian ini dapat

2016 Terhadap Intensitas Korelasional disimpulkan bahwa

Penggunaan Media kasual, metode kepercayaan diri tidak

Sosial Pada Remaja analisis berpengaruh terhadap

25
No Peneliti Judul Alat Analisis Hasil Penelitian

Terdahulu

Awal. regresi, metode intensitas penggunaan

purpsive media sosial.

sampling,

skala likert.

3. Arum Sonia Hubungan Tingkat Penelitian Hasil menujukan

Azahra Nur Kepercayaan Diri kuantitatif bahwa ada hubungan

Annisa, Istar Dengan Intensitas regresi, Uji korelasi signifikan

Yuliadi dan Penggunaan Media hipotesis negatif antara tingkat

Dian Nugroho, Sosial WhatsApp menggunakan kepercayaan diri

2020 Pada Mahasiswa korelasi dengan intensitas

Kedokteran 2018. spearman, penggunaan media

menggunakan sosial WhatsApp pada

sampel, Simple mahasiswa FK UNS

random angkatan 2018.

sampling,

Skala likert.

4. Safa Nisrina, Pengaruh Metode Hasil penelitian

2021 Kepercayaan Diri penelitian menunjukan bahwa

Pengaruh Terpaan eksplanatif terdapat pengaruh

Instagram Terhadap dengan yang positif atau

Self Disclosure (Studi pendekatan signifikan, jika

26
No Peneliti Judul Alat Analisis Hasil Penelitian

Terdahulu

pada Mahasiswa Aktif kuantitatif, terpaan instagram

Ilmu Komunikasi menggunakan semakin tinggi makan

Universitas sampel, Simple akan menyebabkan

Muhammadiyah random Self disclosure

Malang Angkatan sampling semakin tinggi,

2015). dengan regresi sebaliknya jika

sederhana. terpaan instagram

semakin rendah

makan keterbukaan

diri akan juga semakin

rendah.

2.9.1 Pengaruh Kepercayaan Diri Terhadap Ketergantungan Media Sosial

pada Siswa Di SMK Negeri 1 Bantul

Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui: tingkat ketergantungan

media sosial siswa SMK 1 Bantul, Tingkat kepercayaan diri siswa SMK 1 Bantul

dan pengaruh kepercayaan diri terhadap ketergantungn media SMK 1 Bantul.

Pendekatan yang digunakan adalah kuantitatif dengan jenis regresi. Sampel

diambil menggunakan teknik Stratified Proportional Random Sampling. Alat

pengumpulan data berupa skala kepercayaan diri dan skala ketergantungan media

sosial. Uji validasi dan reliabilitasi instrumen dengan rumus Alpha Cronbach.

27
Dari penelitian terdahulu diatas, maka peneliti melakukan pembaruan

dengan judul “Pengaruh Terpaan Konten Instagram Terhadap Self-Confidence

Generasi Z” yang membedakannya yakni, Teknik pengumpulan data akan

menggunakan kuesioner/angket. Variabel X pada penelitian ini menggunakan

pengaruh terpaan konten instagram dan variabel Y menggunakan Self-Confience.

Sampel pada penelitian ini mahasiswa Ilmu Komunikasi angkatan 2017 di

Universitas Muhammadiyah Malang.

2.9.2 Pengaruh Kepercayaan Diri Terhadap Intensitas Penggunaan Media

Sosial Pada Remaja Awal

Penelitian terebut bertujuan untuk mengetahui pengaruh kepercayaan diri

terhadap intensitas penggunaaan media sosial. Subjek dalam penelitian tersebut

adalah remaja awal atau siswa SMP yang berusia 12-15 dan memiliki media

sosial. Alat pengumpulan data yang digunakan adalah skala kepercayaan diri

dengan skala intensitas yang disusun dengan teknik likert. Menggunakan teknik

random sampling. Hasil analisis dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa

kepercayaan diri tidak berpengaruh terhadap intensitas penggunaan media sosial.

Dari penelitian terdahulu diatas, maka peneliti melakukan pembaruan

dengan judul “Pengaruh Terpaan Konten Instagram Terhadap Self-Confidence

Generasi Z” yang membedakannya yakni, Teknik pengumpulan data akan

menggunakan kuesioner/angket. Variabel X pada penelitian ini menggunakan

pengaruh terpaan konten instagram dan variabel Y menggunakan Self-Confience.

Sampel pada penelitian ini mahasiswa Ilmu Komunikasi angkatan 2017 di

Universitas Muhammadiyah Malang.

28
2.9.3 Hubungan Tingkat Kepercayaan Diri Dengan Intensitas Penggunaan

Media Sosial WhatsApp Pada Mahasiswa Kedokteran 2018

Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat

kepercayaan diri dan intensitas penggunaan media sosial. Hasil pada penelitian

tersebut menunjukan bahwa ada hubungan korelasi signifikan negatif antara

tingkat kepercayaan diri dengan intensitas penggunaan media sosial WhatsApp

pada mahasiswa FK UNS angkatan 2018. Penelitian tersebut menggunakan

pendekatan kuantitatif regresi dengan uji hipotesis menggunakan korelasi

spearman, sampel yang digunakan adalah random sampling dengan skala likert.

Dari penelitian terdahulu diatas, maka peneliti melakukan pembaruan dengan

judul “Pengaruh Terpaan Konten Instagram Terhadap Self-Confidence Generasi Z”

Teknik pengumpulan data akan menggunakan kuesioner/angket. Variabel X pada

penelitian ini menggunakan pengaruh terpaan konten instagram dan variabel Y

menggunakan Self-Confience. Sampel pada penelitian ini mahasiswa Ilmu Komunikasi

angkatan 2017 di Universitas Muhammadiyah Malang.

2.9.4 Pengaruh Terpaan Instagram Terhadap Self Disclosure (Studi pada

Mahasiswa Aktif Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah

Malang Angkatan 2015)

Penelitian tersebut bertujuan untuk membuktikan ada atau tidaknya

pengaruh instagram terhadap keterbukaan diri mahasiswa aktif Ilmu Komunikasi

Universitas Muhammadiyah Malang angkatan 2015. Teori yang digunakan yaitu

terpaan pesan oleh Ardianto et al. (2017) yang diukur melalui 3 dimensi

(frekwensi, durasi dan atensi) serta teori Culbert at al. (2009) dalam Gainau.

Metode penelitian yang digunakan adalah eksplanatif dengan pendekatan

29
kuantitatif, Menggunakan sampel, Simple random sampling dengan regresi

sederhana.

Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat pengaruh yang positif atau

signifikan, jika terpaan instagram semakin tinggi makan akan menyebabkan Self

disclosure semakin tinggi, sebaliknya jika terpaan instagram semakin rendah

makan keterbukaan diri akan juga semakin rendah.

Dari penelitian terdahulu diatas, maka peneliti melakukan pembaruan

dengan judul “Pengaruh Terpaan Konten Instagram Terhadap Self-Confidence

Generasi Z” yang membedakannya yakni, terdapat pada Variabel Y, pada

penelitian ini menggunakan Self-Confience dan variabel X menggunakan

pengaruh terpaan konten instagram. Sampel pada penelitian ini adalah mahasiswa

Ilmu Komunikasi angkatan 2017 di Universitas Muhammadiyah Malang.

2.10 Definisi Konseptual dan Operasional

2.10.1 Definisi Konseptual

Definisi konseptual bertujuan untuk membatasi sudi yang dilakukan serta

memberikan informai bagi orang lain yang tertarik dengan hasil penelitian,

sehingga peneliti yang ingin malakukan penelitian selanjutnya dapat melakukan

studi lanjutan. Kerangka konseptual adalah suatu pemikiran yang rasional, bersifat

kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang akan dicapai.

1. Konten Instagram

Menururt Kamus Besar Bahasa Indonesia kata konten memiliki

pengertian informasi yang tersedia melalui media atau produk elektronik.

Sedangkan menurut istilah konten digunakan untuk mengidentifikasi dan

30
menguantifikasi beragam format dan genre informasi sebagai komponen nilai

tambah media. Konten instagram lebih dikenal dengan sebuah ide yang

disalurkan menjadi karya berisikan informasi yang dapat diakses oleh

khalayak luas, Instagram memiliki beragam jenis konten, pengguna dapat

menciptakan dan menentukan konten seperti apa yang akan di unggah.

2.10.2 Self Confidence (kepercaya diri)

Self Confident adalah suatu keyakinan terhadap diri yang dimiliki oleh

setiap individu dalam hidupnya, perasaan percaya diri terhadap kemampuan diri

sendiri agar tidak merasa cemas dengan tindakan yang dilakukan dan melakukan

semua tindakannya dengan rasa tanggung jawab. Menurut Liendenfield (dalam

Husnan, 2015) menyatakan bahwa individu yang percaya diri berkarakteristik

memiliki kepercayaan diri batin dan kepercayaan diri lahir. Seorang individu yang

memiliki kepercayaan diri batin akan mencintai dan menghargai diri sendiri,

mengenal kelemahan dan keterbatasan yang dimiliki, kedasaran diri sangat tinggi,

memiliki pemikiran positif dan tujuan hidup yang jelas.

2.10.3 Definisi Operasional

Definisi operasional variabel adalah sebuah konsep-konsep berupa

kerangka yang diubah menjadi kata-kata untuk menggambarkan perilaku atau

gejala yang diamati dan dapat diuji kebenarannya. Penelitian ini memiliki dua

variabel yaitu terpaan konten instagram (X) yang diukur melalui frekwensi dan

intensitas, sedangkan self confidence (Y) diukur melalui mencintai dan

menghargai diri sendiri, mengenal kelemahan dan keterbatasan yang imiliki,

31
kesadaran diri, memiliki pemikiran positif dan tujuan hidup yang jelas. Penjelasan

mengenai definisi operasional variabel dalam penelitian ini dijelaskan sebagai

berikut :

2. Terpaan konten instagram akan diukur melalui 3 dimensi yaitu :

a. Intensitas yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan kegiatan

melihat, mendengar dan membaca pesan yang dilakukan oleh individu.

Intensitas melihat media adalah berusaha mencari data khalayak tentang

penggunaan media yang dalam penelitian ini meliputi frekuensi ataupun

durasi penggunaan (Apriliana, 2019).

b. Frekuensi yang dimaksud merupakan penggunaan yang meliputi

seberapa sering seseorang menggunakan instagram dan terkena terpaan

konten instagram (Apriliana, 2019).

c. Durasi yang dimaksud dari penelitian ini adalah waktu, mengenai seberapa

lama seseorang terkena terpaan konten instagram (Apiliana, 2019).

Intensitas, frekuensi, durasi meggunakan dan mengakses pesan-

pesan instagram (unggahan akun yang diikutinya) baik di Feed, Story, IGTv

& Reels yang meliputi pesan tentang prestasi, kegiatan sehari-hari, humor

dan karya kreatif (Sakti & Yulianto, 2013).

Kepercayaan diri adalah keyakinan untuk melakukan sesuatu

terhadap diri sendiri sebagai karakteristik pribadi yang dihasilkan atau

muncul dari unggahan Instagram. Self confindense dalam penelitian ini

adalah tinggi rendahnya/kuat lemahnya kepercayaan diri diukur dengan

indikator sebagai berikut: Tingginya keyakinan akan kemampuan diri,

32
bersikap objektif, selalu optimis, penuh dengan tanggung jawab, selalu

berpandangan realistis dan rasional.

2.10.4 Matrik Variabel

Tabel 2.3 Matrik Variabel

Variabel Definisi Variabel Indikator Variabel

(X) Terpaan Terpaan konten media sosial -Frekuensi

Konten instagram adalah seberapa 1. seberapa sering seseorang menggunakan

Instagram besar tingkat frekuensi dan media sosial instagram.

intensitas khalayak yang 2. seberapa sering seseorang memberikan likes,

terkena terpaan pesan komen dan mengikuti orang lain di Instagram

konten di instagram. dalam jangka waktu tertentu.

-Intensitas

1. seberapa jauh tingkat pemahaman khalayak

terhadap konten di Instagram yang mereka

lihat/komen/share.

2. seberapa perhatian yang diberikan saat

melihat konten di instagram hingga

memunculkan rasa insecure/ rasa percaya diri.

-Durasi

1. seberapa lama seseorang terkena terpaan

konten instagram

(Y) Self Rasa percaya diri adalah -Mencintai dan menghargai diri sendiri

Confidence seberapa tinggi rendahnya/ -Mengenal kelemahan dan keterbatasa diri

kuat lemahnya kepercayaan - Kesadaran diri

33
diri seseorang setelah -Memiliki pemikiran positif

melihat konten di Instagram. - Tujuan hidup yang jelas

2.11 Kerangka Pikir Penelitian

Kerangka berpikir merupakan model konseptual bagaimana teori dapat

terhubung dengan banyak faktor yang telah diindentifikasi sebagai masalah yang

penting, menurut Uma Sekaran dalam bukunya Business Research (1992).

Menjelaskan secara teoritis pertautan antara variabel yang akan diteliti merupakan

sebuah tanda bahwa kerangka berpikir tersebut baik. Maka secara teoritis perlu

menjelaskan hubungan antara variabel independen dan dependen.

Kerangka berpikir dalam penelitian ini akan menjelaskan keterkaitan

antara variabel yang diamati, terdapat satu variabel independen yaitu terpaan

konten instagram dan terdapat satu variabel dependen berupa self confidence

generasi z. Maka kerangka pikir dalam penelitian ini sebagai berikut:

Terpaan Konten Self Confidence


Instagram (X) (Y)

Gambar 2.2 Kerangka Pikir Penelitian


2.12 Hipotesis

Hipotesis merupakan dugaan sementara dan jawabaan terhadap rumusan

masalah peneliti yang telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Secara

etimologis hipotesis diambil dari kata hypo: sebelum; thesis: pernataan, pendapat,

34
maksutnya adalah suatu pernyataan yang pada waktu diungkapkan belum diketahui

kebenarannya, tetapi memungkinkan untuk diuji dalam kenyataan empiris. Maka dari

itu hipotesis penelitian memiliki fungsi memberikan jawaban sementara terhadap

rumusan masalah atau sebuah kalimat pertanyaan (Sugiono, 2013).

Dari kerangka berpikir diatas maka hipotesis yang akan digunakan:

H0: Konten instagram tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat

kepercayaan diri generasi Z

H1: Konten instagram berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat

kepercayaan diri generasi Z

35

Anda mungkin juga menyukai