Anda di halaman 1dari 14

BAB II

URAIAN TEORITIS

2.1 TEORI S-O-R


Dalam penelitian ini model yang digunakan adalah model S-O-R (Stimulus,
Organism, Respon). Teori SOR sebagai singkatan dari Stimulus-Organism-Response.
Objek materialnya adalah manusia yang jiwanya meliputi komponen-komponen :
sikap, opini, perilaku, kognisi, afeksi dan konasi.
Menurut model ini, organism menghasilkan perilaku tertentu jika ada
kondisi stimulus tertentu pula, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap
stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan
kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan.
Asumsi dasar dari model ini adalah : media massa menimbulkan efek yang
terarah, segera dan langsung terhadap komunikan. Stimulus Response Theory atau SR theory. Model ini menunjukkan bahwa komunikasi merupakan proses aksi-reaksi.
Artinya model ini mengasumsi bahwa kata-kata verbal, isyarat non verbal, simbolsimbol tertentu akan merangsang orang lain memberikan respon dengan cara tertentu.
Pola S-O-R ini dapat berlangsung secara positif atau negatif;misal jika orang
tersenyum akan dibalas tersenyum ini merupakan reaksi positif, namun jika
tersenyum dibalas dengan palingan muka maka ini merupakan reaksi negatif. Model
inilah yang kemudian mempengaruhi suatu teori klasik komunikasi yaitu Hypodermic
needle atau teori jarum suntik. Asumsi dari teori inipun tidak jauh berbeda dengan
model S-O-R, yakni bahwa media secara langsung dan cepat memiliki efek yang kuat
terhadap komunikan. Artinya media diibaratkan sebagai jarum suntik besar yang
memiliki kapasitas sebagai perangsang (S) dan menghasilkan tanggapan (R) yang
kuat pula.
Jadi unsur model ini adalah :
d. Pesan (Stimulus,S)
e. Komunikan (Organism,O)
f. Efek (Response, R)
Dalam proses perubahan sikap tampak bahwa sikap dapat berubah hanya
jika stimulus yang menerpa melebihi semula. Prof.Dr.marat dalam bukunya Sikap

21

Universitas Sumatera Utara

Manusia, Perubahan serta Pengukurannya, mengutip pendapat Hovland, Janis dan


Kelley yang menyatakan bahwa dalam menelaah sikap yang baru ada tiga variabel
penting, yaitu perhatian, pengertian dan penerimaan.
Respon atau perubahan sikap bergantung pada proses terhadap individu.
Stimulus yang merupakan pesan yang disampaikan kepada komunikan dapat diterima
atau ditolak, komunikasi yang terjadi dapat berjalan apabila komunikan memberikan
perhatian terhadap stimulus yang disampaikan kepadanya. Sampai pada proses
komunikan tersebut memikirkannya sehingga timbul pengertian dan penerimaan atau
mungkin sebaliknya. Perubahan sikap dapat terjadi berupa perubahan kognitid, afektif
atau behavioral.
Adapun keterkaitan model S-O-R dalam penelitian ini adalah :
1.Stimulus yang dimaksud adalah pesan yang disampaikan dalam rubrik fashion di
majalah Cosmogirl.
4. Organisme yang dimaksud adalah mahasiswi Ekonomi USU, Medan.
5. Respon yang dimaksud adalah opini khalayak pembaca di kalangan mahasiswi.
Hosland, et al (1953) mengatakan bahwa proses perubahan perilaku pada
hakekatnya sama dengan proses belajar. Proses perubahan perilaku tersebut
menggambarkan proses belajar pada individu yang terdiri dari :
Stimulus (rangsang) yang diberikan pada organisme dapat diterima
atau ditolak. Apabila stimulus tersebut tidak diterima atau ditolak
berarti stimulus itu tidak efektif mempengaruhi perhatian individu dan
berhenti disini. Tetapi bila stimulus diterima oleh organisme berarti
ada perhatian dari individu dan stimulus tersebut efektif.
Apabila stimulus telah mendapat perhatian dari organisme (diterima)
maka ia mengerti stimulus ini dilanjutkan kepada proses berikutnya.
Setelah itu organisme mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi
kesediaan untuk bertindak demi stimulus yang telah diterimanya
(bersikap).
Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari lingkungan
maka stimulus tersebut mempunyai efek tindakan dari individu
tersebut (perubahan perilaku).
Selanjutnya teori ini mengatakan bahwa perilaku dapat berubah hanya
apabila stimulus (rangsang) yang diberikan benar-benar melebihi dari stimulus

22

Universitas Sumatera Utara

semula. Stimulus yang dapat melebihi stimulus semula ini berarti stimulus yang
diberikan harus dapat meyakinkan organisme ini, faktor reinforcement memegang
peranan penting.
Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin diterima
atau mungkin ditolak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian komunikan.
Proses berikutnya komunikan mengerti. Kemampuan komunikan inilah yang
melanjutkan proses berikutnya. Setelah komunikan mengolahnya dan menerimanya,
maka terjadilah kesediaan untuk mengubah sikap.
Teori ini mendasarkan asumsi bahwa penyebab terjadinya perubahan
perilaku tergantung kepada kualitas rangsang (stimulus) yang berkomunikasi dengan
organisme. Artinya kualitas dari sumber komunikasi (sources) misalnya kredibilitas,
kepemimpinan, gaya berbicara sangat menentukan keberhasilan perubahan perilaku
seseorang, kelompok atau masyarakat

2.2

KOMUNIKASI MASSA

2.2.1 Sejarah dan Pengertian Komunikasi Massa


Komunikasi massa merupakan suatu tipe komunikasi manusia (human
communication) yang lahir bersamaan dengan mulai digunakannya alat-alat mekanik,
yang mampu melipat-gandakan pesan-pesan komunikasi. Dalam sejarah publisistik
dimulai satu setengah abad ditemukan mesin cetak oleh Johannes Guttenberg. Sejak
itu dimulai suatu zaman yang dikenal dengan zaman publisistik atau awal dari era
komunikasi massa. Sebaliknya dikenal sebagai zaman prapublisistik (Wiryanto,
2000:1).
Publisistik (publizistic) di Jerman, sebenarnya berkembang dari ilmu Pers
atau ilmu Persuratkabaran yang dikenal dengan nama zaitungswisswnschaft.Asalnya
dapat ditelusuri sampai abad ke-19 ketika surat kabar sebagai obyek studi ilmiah
mulai menarik perhatian para pakar di masa itu. Surat kabar sebagai salah satu hasil
dari pertumbuhan teknologi dan industri ternyata membawa berbagai implikasi sosial
yang sangat menarik bagi kajian ilmu kemasyarakatan dan kemanusiaan. Adalah
mengesankan karena kesadaran dan perhatian seperti itu, baru lahir dan berkembang
setelah dua ratus tujuh tiga tahun kemudian dari terbitnya Relation (1609) sebagai
surat kabar tercetak pertama di dunia (Arifin, 2003:4).

23

Universitas Sumatera Utara

Pada dekade sebelum abad ke-20, alat-alat mekanik yang menyertai lahirnya
publisistik atau komunikasi massa adalah alat-alat percetakan (press printed) yang
menghasilkan surat kabar, buku-buku, majalah, brosur dan materi cetakan lain. Gejala
ini makin meluas pada dasawarsa pertama abad ke-20, ketika film dan radio
digunakan secara luas. Kemudian disusul televisi pada dekade berikutnya. Kini kita
telah memasuki era telekomunikasi dengan digunakannya sistem satelit ruang angkasa
dan jaringan komputer (Wiryanto, 2000:2).
Pengertian komunikasi massa merujuk kepada pendapat Tan dan Wright,
dalam Liliweri, 1991, merupakan bentuk komunikasi yang menggunakan saluran
(media) dalam menghubungkan komunikator dan komunikan secara missal,
berjumlah banyak, bertempat tinggal yang jauh (terpencar), sangat heterogen, dan
menimbulkan efek tertentu (Ardianto, 2004:3).
Agar tidak ada kerancuan dan perbedaan persepsi tentang massa, ada
baiknya kita membedakan arti massa dalam arti umum. Massa dalam komunikasi
massa lebih menunjuk pada penerima pesan yang berkaitan dengan media massa.
Dengan kata lain, massa yang dalam sikap dan perilakunya berkaitan dengan peran
media massa. Oleh karena itu, massa disini menunjuk kepada khalayak, audience,
penonton, pemirsa atau pembaca. Beberapa istilah ini berkaitan dengan media massa
(Nurudin, 2004:3).
Defenisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh
Bittner, yakni : komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media
massa pada sejumlah besar orang (mass communication is message communicated
through a mass medium to a large number of people) (Ardianto, 2004:3).
Defenisi komunikasi massa yang lebih rinci dikemukakan oleh ahli
komunikasi yang lain, yaitu Gebner. Menurut Gebner (1967) yaitu: Mass
communication is the technologically and institutionally based production and
distribution of the most broadly shared continuous flow of message in industrial
societis ".( Komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan
teknologi dan lembaga dari arus dan pesan yang kontiniu serta paling luas dimiliki
orang dalam masyarakat industri ). (Rakhmat dalam Karlinah, dkk:1999)
Rakhmat merangkum defenisi-defenisi komunikasi massa menjadi :
Komunikasi massa diartikan sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada
sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim melalui media cetak atau

24

Universitas Sumatera Utara

elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat
(Rakhmat, dalam Karlinah, dkk:1999)

2.2.2 Karakteristik Komunikasi Massa


Defenisi-defenisi komunikasi massa itu secara prinsip mengandung suatu
makna yang sama, bahkan antara satu defenisi dengan defenisi lainnya dapat dianggap
saling melengkapi. Melalui defenisi itu pula kita dapat mengetahui karakteristik
komunikasi massa. Karakteristik komunikasi massa adalah sebagai berikut (Ardianto,
2004:7-13) :
a. Komunikator Terlembagakan
Ciri komunikasi yang pertama adalah komunikatornya. Kita sudah
memahami bahwa komunikasi massa itu menggunakan media massa, baik media
cetak maupun elektronik.
b. Pesan Bersifat Umum
Komunikasi massa itu bersifat terbuka, artinya komunikasi massa itu
ditujukan untuk semua orang dan tidak ditujukan untuk sekelompok orang tertentu.
Oleh karenanya pesan komunikasi massa bersifat umum. Pesan komunikasi massa
dapat berupa fakta, peristiwa atau opini. Namun tidak semua fakta dan peristiwa yang
terjadi disekeliling kita dapat dimuat media massa. Pesan komunikasi massa yang
dikemas dalam bentuk apapun harus memenuhi kriteria penting atau menarik, atau
penting sekaligus menarik, bagi sebagian besar komunikan.
c. Komunikannya Anonim dan Heterogen
Komunikan pada komunikasi massa bersifat anonim dan heterogen. Dalam
komunikasi massa, komunikator tidak mengenal komunikannya (anonim), karena
komunikasinya menggunakan media dan tidak tatap muka. Disamping anonim,
komunikan komunikasi massa adalah heterogen, karena terdiri dari berbagai jenis
lapisan masyarakat yang berbeda, yang dapat dikelompokkan berdasarkan faktor :
usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, latar belakang budaya, agama dan tingkat
ekonomi.
d. Media Massa Menimbulkan Keserempakan
Kelebihan komunikasi massa dibandingkan dengan komunikasi lainnya
adalah jumlah sasaran khalayak atau komunikan yang dicapai relatif banyak dan tidak

25

Universitas Sumatera Utara

terbatas. Bahkan lebih dari itu, komunikan yang tersebut secara serempak pada waktu
yang bersamaan memperoleh pesan yang sama pula.
e. Komunikasi Mengutamakan Isi Ketimbang Hubungan
Setiap komunikasi melibatkan unsur isi dan unsur hubungan sekaligus.
Dalam komunikasi massa, pesan harus disusun sedemikian rupa berdasarkan sistem
tertentu dan disesuaikan dengan karakteristik media massa yang akan digunakan.
f. Komunikasi Massa Bersifat Satu Arah
Secara singkat, komunikasi massa itu adalah komunikasi dengan
menggunakan atau melalui media massa. Karena melalui media massa maka
komunikator dan komunikannya tidak

dapat melakukan kontak

langsung.

Komunikator aktif menyampaikan pesan, komunikan pun aktif menerima pesan,


namun diantara keduanya tidak dapat melakukan dialog. Dengan demikian
komunikasa massa itu bersifat satu arah.
g. Stimulus Alat indera Terbatas
Ciri komunikasi massa lainnya yang dapat dianggap salah satu
kelemahannya adalah stimulasi alat indera yang terbatas. Dalam komunikasi massa,
stimulus alat indera bergantung pada jenis media massa. Dalam media majalah, kita
menggunakan indera penglihatan.
h. Umpan Balik Tertunda
Komponen umpan balik atau yang lebih populer dengan sebutan feedback
merupakan faktor penting dalam membentuk komunikasi apapun. Efektifitas
komunikasi sering kali dapat dilihat dari feedback yang disampaikan oleh komunikan.
Umpan balik dalam komunikasi massa tidak dapat secara langsung (direct feedback)
karena komunikator tidak dapat melihat langsung reaksi atau tanggapan dari
komunikan.

2.2.3 Fungsi Komunikasi Massa


Fungsi komunikasi massa yang dikemukakan oleh Harold D Lasswell yakni,
(1) Fungsi Pengawasan (2) Fungsi Koerelasi (3) Fungsi Pewarisan Sosial. Sama
seperti pendapat Lasswell, Charles Robert Wright (1988) menambah fungsi hiburan
dalam fungsi komunikasi massa (Nurudin, 2003:62-63)
Sedangkan fungsi komunikasi massa Dominick, dalam bukunya The
Dinamics of Mass Communications adalah sebagai berikut (Ardianto, 2004:16-18) :

26

Universitas Sumatera Utara

a. Surveillance (Pengawasan)
Fungsi pengawasan komunikasi massa dibagi dalam bentuk utama :
Fungsi pengawasan peringatan yaitu jenis pengawasan yang dilakukan oleh
media untuk menyampaikan informasi berupa ancaman yang perlu diketahui
oleh khalayak.
Fungsi pengawasan instrumental adalah penyampaian atau penyebaran
informasi yang memiliki kegunaan atau dapat membantu khalayak dalam
kehidupan sehari-hari.
b. Interpretation(Penafsiran)
Media massa tidak hanya memasok fakta dan data, tetapi juga memberi penafsiran
kepada kejadian-kejadian penting. Tujuan penafsiran media ingin mengajak para
pembaca atau pemirsa untuk memperluas wawasan dan membahasnya lebih lanjut.
c. Linkage (Pertalian)
Media massa dapat menyatukan anggota masyarakat yang beragam, sehingga
membentuk Linkage (Pertalian) berdasarkan kepentingan dan minat yang sama
tentang sesuatu. Kelompok-kelompok yang memiliki kepentingan yang sama tetapi
terpisah secara geografis diperhatikan atau dihubungkan oleh media.
d. Transmission of Value (Penyebaran Nilai-Nilai)
Fungsi ini juga disebut socialization (sosialisasi). Sosialisasi mengacu kepada cara,
dimana individu mengadopsi perilaku dan nilai kelompok. Media massa yang
mewakili gambaran masyarakat itu ditonton, didengar dan dibaca. Media massa
memperlihatkan kepada kita bagaimana mereka bertindak dan apa yang diharapkan
mereka dengan perkataan lain, media mewakili kita dengan model peran yang kita
amati dan harapan untuk menirunya.
e. Entertainment (Hiburan)
Sulit dibantah lagi, bahwa kenyataannya hampir semua media menjalankan fungsi
hiburan. Majalah banyak memuat hiburan, bahkan ada beberapa majalah yang hanya
menampilkan berita seperti Time dan News Week, Tempo, Gatra dan Garda.

2.2.4 Komponen Komunikasi Massa


Komunikasi massa pada dasarnya merupakan proses komunikasi satu arah,
artinya komunikasi berlangsung dari komunikator (sumber) melalui media kepada
komunikan (khalayak). Walaupun komunikasi massa dalam prosesnya bersifat satu

27

Universitas Sumatera Utara

arah, namun dalam operasionalnya memerlukan komponen lain yang turut


menentukan lancarnya proses komunikasi. Komponen dalam komunikasi massa
ternyata tidak sesederhana komponen komunikasi yang lainnya. Proses komunikasi
massa lebih kompleks, karena setiap komponennya mempunyai karakteristik tertentu
adalah sebagai berikut : (Ardianto, 2004:36-42)
a. Komunikator
Dalam komunikasi massa produknya bukan merupakan karya langsung
seseorang, tetapi dibuat melalui usaha-usaha yang terorganisasikan dari beberapa
partisipan, diproduksi secara missal dan didistribusikan kepada massa.
b. Pesan
Sesuai dengan karakteristik dari pesan komunikasi massa yaitu bersifat
umum, maka pesan harus diketahui oleh setiap orang. Penataan pesan bergantung
pada sifat media yang berbeda antara satu dengan yang lainnya.
c. Media
Media yang dimaksud dalam proses komunikasi massa yaitu media massa
yang memiliki ciri khas, mempunyai kemampuan untuk memikat perhatian khalayak
secara serempak (simultaneous) dan serentak (instantaneous).
d. Khalayak
Khalayak yang dituju oleh komunikasi massa adalah massa atau sejumlah
besar khalayak. Karena banyaknya jumlah khalayak serta sifatnya yang anonim dan
heterogen, maka sangat penting bagi media untuk memperhatikan khalayak.
e. Filter dan Regulator Komunikasi Massa
Dalam komunikasi massa pesan yang disampaikan media pada umumnya
ditujukan kepada massa (khalayak) yang heterogen. Khalayak yang heterogen ini
akan menerima pesan melalui media sesuai dengan latar belakang sosial, ekonomi,
pendidikan, agama, usia, budaya.Oleh karena itu, pesan tersebut akan difilter
(disaring) oleh khalayak yang menerimanya.
f. Gatekeeper(Penjaga Gawang)
Dalam proses perjalanan sebuah pesan dari sumber media massa kepada
penerimanya, gatekeeper ikut terlibat didalamnya. Gatekeeper dapat berupa seseorang
atau satu kelompok yang dilalui suatu pesan dalam perjalanannya dari sumber kepada
penerima.

28

Universitas Sumatera Utara

2.3 Media Massa Majalah


Majalah adalah sebuah penerbitan berkala (buku harian) yang terbit secara
teratur dan sifat isinya tidak menampilkan pemberitaan atau sari berita, melainkan
berupa artikel, atau bersifat pembahasan yang menyeluruh dan mendalam. Junaedhi
menggolongkan majalah berdasarkan pangsa pembacanya yaitu jenis kelamin : pria
dan wanita, usia : anak-anak, remaja dan dewasa, hobi dan minat :interior, psikologi,
otomotif, arsitektur dan lain sebagainya. Ia juga menambahkan penggolongannya
berdasarkan sifat atau misinya yaitu : majalah berita, majalah hiburan, majalah
berbahasa daerah dan majalah agama (Junaedhi, 1995:xiv)
Majalah didefenisikan sebagai kumpulan berita, artikel, cerita, iklan dan
sebagainya, yang dicetak dalam lembaran kertas ukuran kuarto atau folio dan dijilid
dalam bentuk buku, serta diterbitkan secara berkala, seperti seminggu sekali, dua
minggu sekali atau sebulan sekali. Adapula yang membatasi pengertian majalah
sebagai media cetak yang terbit secara berkala, tapi bukan terbit setiap hari. Media
cetak itu harus bersampul, setidak-tidaknya punya wajah, dan dirancang secara
khusus.(http://duamata.blogspot.com/2006/02/pasang-surut-majalah.html)
Majalah adalah penerbitan berkala yang berisi bermacam-macam artikel
dalam subyek yang bervariasi. Majalah biasa diterbitkan mingguan, dwimingguan
atau bulanan. Majalah biasanya memiliki artikel mengenai topik populer yang
ditujukan kepada masyarakat umum dan ditulis dengan gaya bahasa yang mudah
dimengerti oleh banyak orang. Publikasi akademis yang menulis artikel padat ilmu
disebut jurnal.(http://id.wikipedia.org/wiki/Majalah)

2.3.1 Sejarah Majalah


Edisi perdana majalah yang diluncurkan di Amerika pada pertengahan 1930an memperoleh kesuksesan besar. Majalah telah membuat segmentasi pasar tersendiri
dan membuat fenomena baru dalam dunia media massa cetak di Amerika. Keberadaan
majalah sebagai media massa terjadi tidak lama setelah surat kabar. Sebagaimana
surat kabar, majalah diawali dari negara-negara Eropa dan Amerika (Karlinah,
dkk:1999). Majalah di Inggris (London) adalah Review yang diterbitkan oleh Daniel
Depoe pada tahun 1704. bentuknya adalah antara majalah dan surat kabar, hanya
halaman kecil, serta terbit tiga kali satu minggu.

29

Universitas Sumatera Utara

Tahun 1790, Richard Steele membuat majalah The Tatler, kemudian bersamasama dengan Joseph Addison ia menerbitkan The Spectator. Majalah tersebut
berisikan masalah politik, berita-berita internasional, tulisan yang mengandung unsurunsur moral, berita-berita hiburan dan gosip. Sedangkan di Amerika pada pertengahan
abad 20 tidak ada majalah yang sesukses Readers Digest yang diterbitkan oleh suami
istri Dewitt Wallace dan Lila, pada tahun 1922 ketika mereka masih berusia 20 tahun.
Pada tahun 1973 Readers Digest dapat mencapai pelanggan sebanyak 18 juta untuk
pembaca di Amerika saja, dan pembaca lainnya di dunia.
Majalah lainnya yang sukses adalah Playboy yang diterbitkan Hugh Hefner
tahun 1953. Playboy adalah majalah khusus untuk pria yang pada tahun 1970-an
sirkulasinya mencapai enam juta eksemplar. Kemudian keberadaan majalah sebagai
media massa di Indonesia dimulai pada masa menjelang awal kemerdekaan Indonesia.
Di Jakarta pada tahun 1945 terbit majalah bulanan dengan nama Pantja Raja
pimpinan Djojohadisoeparto dengan prakata dari Ki Hadjar Dewantoro selaku
Menteri Pendidikan pertama RI. Di Ternate, pada bulan Oktober 1945, Arnold
Monoutu dan Dr.HassanMissouri menerbitkan majalah mingguan Menara Merdeka
yang memuat berita-berita yang disiarkan RRI.
Majalah untuk kaum wanita dengan nama Wanita terbit di Solo dibawah
pimpinan Sutia Surjohadi. Sedangkan majalah Soera Parkis dan Bulan Sabit
diterbitkan oleh gerakan Pemuda Islam Indonesia cabang Solo (Karlinah, dkk:1999)

2.3.2 Karakteristik Majalah


Majalah merupakan media yang paling simpel organisasinya, relatif lebih
mudah mengelolanya, serta tidak membutuhkan modal yang banyak. Majalah juga
dapat diterbitkan oleh setiap kelompok masyarakat, dimana mereka dapat dengan
leluasa dan luwes menentukan bentuk, jenis dan sasaran khalayak. Meskipun samasama sebagai media cetak, majalah tetap dapat dibedakan dengan surat kabar karena
majalah memiliki karakteristik tersendiri yaitu sebagai berikut :
1. Penyajian lebih lama
Frekwensi terbit majalah pada umumnya adalah mingguan, selebihnya dwi
mingguan, bahkan bulanan (sekali sebulan).
2. Nilai aktualitas lebih lama

30

Universitas Sumatera Utara

Apabila nilai aktualitas surat kabar hanya berumur satu hari, maka nilai
aktualitas majalah bisa satu minggu.
3. Gambar/Foto lebih banyak
Jumlah halaman majalah lebih banyak, sehingga selain penyajian beritanya
yang mendalam, majalah juga dapat menampilkan gambar/foto yang
lengkap, dengan ukuran besar dan kadang-kadang berwarna, serta kualitas
kertas yang digunakannya pun lebih baik. Foto-foto yang ditampilkan
majalah memiliki daya tarik tersendiri, apalagi foto tersebut sifatnya
eksklusif.
4. Cover (sampul) sebagai daya tarik
Disamping cover atau sampul, majalah juga merupakan daya tarik tersendiri.
Cover adalah ibarat pakaian dan aksesorisnya pada manusia. Cover majalah
biasanya menggunakan kertas yang bagus dengan gambar dan warna yang
menarik pula. Menarik tidaknya cover suatu majalah sangat bergantung pada
tipe majalahnya, serta konsitensi atau keajengan majalah tersebut dalam
menampilkan ciri khasnya (Ardianto, 2004:113-114)

2.3.3 Klasifikasi Majalah


Menurut Dominick, klasifikasi majalah dibagi ke dalam lima kategori utama
yakni:
1. General consumer magazine (Majalah konsumen umum)
Konsumen majalah ini siapa saja, dapat membeli majalah tersebut di
sudut-sudut outlet, mall, supermall atau took buku local. Majalah
konsumen umum ini menyajikan informasi tentang produk dan jasa yang
diiklankan pada halaman-halaman tertentu.
2. Business publication (Majalah bisnis)
Majalah bisnis ini melayani secara khusus informasi bisnis, industri atau
profesi. Media ini tidak dijual di mall atau supermall, pembacanya
terbatas pada kaum profesional atau pelaku bisnis.
2. Literacy reviews and academic (Kritik sastra dan majalah ilmiah)
Terdapat ribuan nama majalah kritik sastra dan majalah ilmiah, yang
pada umumnya memiliki sirkulasi di bawah 10 ribu, dan banyak
diterbitkan oleh organisasi-organisasi nonprofit, universitas, yayasan

31

Universitas Sumatera Utara

atau organisasi profesional. Majalah ini menerbitkan empat edisi atau


kurang dari itu setiap tahunnya, dan kebanyakan tidak menerima iklan.
3. Newsletter (Majalah khusus terbitan berkala)
Media ini dipublikasikan dengan bentuk khusus, 4-8 halaman dengan
perwajahan khusus pula. Media ini didistribusikan secara gratis atau
dijual secara berlangganan. Belakangan penerbitan newsletter telah
menjadi lahan bisnis basar.
4. Public relations magazine (Majalah humas)
Majalah PR ini diterbitkan oleh perusahaan, dan dirancang untuk
sirkulasi pada karyawan perusahaan, agen, pelanggan atau pemegang
saham. Jenis publikasi penerbitan ini berbeda sedikit dengan periklanan,
kendati menjadi bagian dari peomosi organisasi atau perusahaan yang
mensponsori penerbitan (Ardianto, 2004:107-108).

2.3.4 Fungsi Majalah


Mengacu pada sasaran khalayaknya yang spesifik, maka fungsi utama media
berbeda dengan yang lainnya. Majalah berita berfungsi sebagai media informasi
tentang berbagai peristiwa dalam dan luar negeri, dan fungsi berikutnya adalah
hiburan. Majalah wanita isinya relatif menyangkut berbagai informasi dan tips
masalah kewanitaan, lebih bersifat menghibur, fungsi informasi dan mendidik
mungkin menjadi prioritas berikutnya. Majalah pertanian fungsi utamanya adalah
memberi pendidikan mengenai cara bercocok tanam, sedangkan fungsi berikutnya
mungkin informasi (Ardianto, 2004:112)

Majalah Wanita
Majalah merupakan refleksi dari masyarakat atau keadaan zamannya, maka
dari sana pula, pembaca diharapkan akan mendapat gambaran utuh mengenai segala
sesuatu. Maraknya penerbitan majalah wanita, misalnya, memberikan gambaran
menyeluruh betapa pesatnya kemajuan yang dicapai kaum wanita saat ini.
Majalah wanita, majalah yang mempunyai tugas khusus menciptakan dunia
yang khas untuk wanita (Ibrahim dan suranto, 1988:117). Selain itu, pengertian lain

32

Universitas Sumatera Utara

dari majalah wanita adalah majalah yang khusus menyajikan masalah kewanitaan atau
dunia wanita seperti mode, resep makanan, keluarga dan sebagainya dilengkapi
dengan foto-foto (Salim, 2002:910).
`

Dari pengertian-pengertian tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa majalah

wanita adalah majalah yang memang khusus membahas tentang kehidupan dunia
wanita.
Tentang profil dan daya tarik majalah-majalah wanita saat ini, Toeti H.
Noerhadi, menyebutkan :
5. Halaman muka menampilkan wanita muda, menarik, terawat.
6. Wanita yang ditampilkan ialah wanita yang patuh pada tugas kewanitaan tapi
juga terbuka terhadap kehidupan masyarakat luas berpartisipasi, sedikitnya
mengikuti perkembangannya.
7. Majalah wanita hadir pada saat yang tepat sewaktu dunia usaha membuka
pintu lebar ke luar industri konsumsi.
8. Sasaran yang hendak dicapai majalah wanita adlah masyarakat luas kalangan
menengah sambil menawarkan daya dan selera yang tadinya dianggap hanya
terbatas menjadi prerogatif kalangan tinggi (Junaedhie, 1995:75).

2.4

Pengetahuan Fashion
Fashion merupakan mode atau cara berpakaian seseorang yang selalu

mengikuti trend dan perkembangan zaman. Fashion adalah suatu gambaran seseorang
dari luar. Jika seseorang menggunakan fashion dengan gayanya dan terlihat bagus
maka orang itu sudah memahami gaya fashion yang ada. Fashion yang ada dalam
majalah wanita dipakai para model model cantik ataupun artis artis terkenal.
Fashion yang digunakan oleh model ataupun artis nantinya akan menjadi trendsetter
(orang yang menciptakan mode yang kemudian dicontoh oleh orang lain). Mode
mode terbaru lengkap disajikan dengan keterangan merk, harga, dan tempat

33

Universitas Sumatera Utara

penjualan. Ada unsur kebudayaan asing dan modern di dalamnya. Globalisasi


kebudayaan terjadi melalui majalah ini. Budaya barat dimasukkan melalui cara
penyampaian pesan dan contoh gambar. Sikap para pembaca terhadap kebudayaan ini
bervariasi. Hal ini tergantung dari penilaian masing masing pembacanya.
Selain itu

fashion juga semakin mendukung eksplotasi bagi perempuan.

Terlihat, saat ini perempuan dan remaja juga semakin ketularan perilaku majalah
fashion yang sangat mengumbar adegan perempuan yang menantang pria untuk
berlaku agresif. Setelah diekspos secara ekplisit seksual dalam suatu iklan
mengindikasikan stereotipe peran berdasarkan gender yang menerima, pemerkosaan
dan perilaku agresif terhadap perempuan. Hal ini semakin menjadikan perempuan
hanya sebagai objek untuk dinikmati sebagaimana sex roles-nya. Serta untuk
mendukung keberlanjutan industri yang saling diuntungkan.
Sementara itu, pengetahuan fashion yang dimaksud disini meliputi gaya hidup,
cara berbusana dan mode pakaian. Sedangkan pengetahuan diartikan sebagai
pengenalan akan suatu fakta yang disusun atas dasar-dasar perilaku manusia.

34

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai