Dari ketiga pendapat di atas, sebagian besar pandangannya meliputi unsur- unsur
yang sama, kecuali pendapat terakhir (Astrid S. Susanto) yang memberikan
“rekomendasi” selain menggunakan media massa dapat juga tidak menggunakan
media massa. Contoh, “perang” antar desa jelas melibatkan orang banyak (massa)
tanpa menggunakan media, mereka secara langsung saling berhadap-hadapan.
2. Pesan
Sesuai dengan karakteristik informasi/pesan komass yaitu bersifat umum dan
terbuka, maka pesan tersebut harus diketahui oleh semua orang atau khalayak.
Penataan pesan sangat bergantung pada sifat media yang pada kenyataannya berbeda
satu sama lain. Pesan atau informasi yang disampaikan oleh media massa pada
umumnya diusahakan bersifat obyektif, aktual, lengkap, dan seimbang. Singkat kata,
pesan yang disampaikan mengandung sejumlah unsur seperti yang ada pada “Jukut
Ares.” Istilah ini (Jukut Ares) merupakan akronim dari; jujur, kreatif, umum, teliti,
aktual, aman, reformis dan seimbang.
3. Media
Media yang dimaksud dalam komass yaitu media yang memiliki ciri khas dan
mempunyai kemampuan untuk memikat perhatian khalayak secara serempak
(simultaneous) dan secara serentak (instananeous). Pada Harian Kompas, misalnya, ia
sangat terkenal dari dulu sebagai media yang mampu memikat pembacanya berkat
artikel-artikel opininya yang merupakan bacaan kelas menengah ke atas. Di samping
itu, orang sering merasa ketagihan untuk membaca isi kolom atau rubrik “Pojok”
yang suka memojokkan pejabat, pengusaha, tokoh- tokoh, dan lain-lain yang
bermasalah.
4. Khalayak
Khalayak yang dituju oleh komass adalah massa atau sejumlah besar
khalayak. Disebabkan jumlah khalayak yang sangat besar yang justru bersifat anonim
dan heterogen, maka sangat penting bagi media untuk memperhatikan siapa
sesungguhnya khalayak itu. Siapa pembacanya, siapa pendengarnya, siapa
pemirsanya, dan siapa pula yang menjadi pelanggannya
5. Filter
Dalam komass, pesan yang disampaikan media pada umumnya ditujukan
kepada massa (khalayak) yang amat heterogen. Khalayak yang heterogen ini akan
menerima pesan melalui media sesuai dengan latar belakang sosial, ekonomi,
pendidikan, agama, usia, dan latar belakang budaya. Oleh karenanya, pesan tersebut
akan disaring (difilter) oleh khalayak penerima. Contoh, khalayak yang tergolong
remaja begitu mendengar lagu-lagu keroncong yang disuguhkan oleh media radio atau
televisi segera mengubah channel ke mata acara yang lain atau media lain yang
menjadi kegemarannya.
6. Umpan Balik
Umpan balik (feedback) merupakan satu komponen komunikasi, termasuk
komunikasi massa. Setiap berlangsungnya komunikasi biasanya diiringi dengan hasil
(output) dan melalui hasil tersebut sangat dimungkinkan terjadi arus balik atau umpan
balik. Fungsi dan manfaat umpan balik adalah sebagai kontribusi atau pemberian
masukan bagi komunikator mengenai pesan-pesan yang telah disampaikan atau
didistribusikan kepada khalayak.
Umpan Balik
Umpan balik berasal dari teori sibernetika dalam mekanika yang
mengatur tentang proses mengatur diri secara otomatis. Umpan balik
adalah metode mengontrol sistem. Dalam komunikasi, umpan balik dapat
diartikan sebagai respons, peneguhan, dan survomekanisme internal
(Fisher, 1978 dalam Rakhmat, 1985). Dalam pengertian ini, umpan balik
bermacam-macam jumlah dan salurannya, ada situasi ketika free feedback
sampai kepada zero feedback).
Umpan balik sebagai peneguhan (reinforcement) bermaksud
respons yang diperteguh akan mendorong orang untuk mengulangi respons
tersebut. Sebaliknya, respons yang tidak mendatangkan ganjaran atau tidak
diperteguh akan dihilangkan. Dalam hubungan ini, umpan balik adalah
respons yang berfungsi mendorong atau merintangi kelanjutan perilaku.
Umpan balik sebagai servomekanisme berasal dari mekanika.
Dalam setiap sistem, selalu ada apparat yang memberikan respons pada
jalannya sistem. Contoh: ketika Anda memasukkan beras dan air ke dalam
penanak nasi kemudian nyalakan penanak tersebut. Bila panas penanak itu
mencapai panas tertentu, panas akan masuk ke sistem elektrik dan
mematikan alat itu secara otomatis. Pana situ menjadi umpan balik yang
mengatur mekanisme penanak nasi. Mowrer (1954) dalam Rakhmat
(1985) memasukkan konsep ini ke dalam mekanisme psikologis. Belajar
menimbulkan servomekanisme dalam diri individu; sikap yang diperoleh
melalui belajar diinternalisasikan dalam diri individu sebagai mekanisme
yang menstabilkan perilaku individu.
Umpan balik sebagai respons mempunyai volume yang tidak
terbatas dan lewat berbagai saluran pada komunikasi interpersonal.
Namun, tidak demikian pada komunikasi massa; umpan baik sebagai
respons boleh dikatakan hanyalah zero feedback.
Umpan balik sebagai peneguhan juga sama halnya dengan umpan
balik sebagai respons. Umpan balik yang diterima hanya dalam keadaan
tertunda (delayed feedback). Akan tetapi, berbeda dengan komunikasi
interpersonal, pengaruh umpan balik peneguhan ini tidak terjadi pada
situasi komunikasi terentu secara serentak.
Umpan balik sebagai servomekanisme dalam sistem interpersonal,
sikap berfungsi sebagai servomekanisme. Sedangkan dalam sistem
komunikasi massa, dengan menggunakan model terpadu efek media dari
De Fleur dan Ball-Rockeach (1975), servomekanisme terjadi karena
kendala ekonomi, nilai, teknologi, dan organisasi yang terdapat dalam
sistem media.
DAFTAR PUSTAKA
Jampel, I. N., Sudhita, I. W. R., & Suartama, I. K. (2016). Komunikasi massa. DIPA FIP
Undiksha.
Rakhmat, Jalaluddin. (2019). Psikologi komunikasi (edisi revisi). PT Remaja Rosdakarya.