Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH PRAKTIKUM KOMUNIKASI FARMASI

MASSA

Disusun untuk memenuhi tugas praktikum komunikasi farmasi

Disusun oleh :
1. Tegar Siwi Bratawan (107119002)
2. Widya Tunjung E (107119008)
3. Fatma likha S.M (107119015)

Dosen Pembimbing :
1. Nursanti Dwi Yogawati, M.Pd

PROGRAM STUDI DIII- FARMASI


STIKES AL- IRSYAD AL- ISLAMIYYAH CILACAP
2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan media masa saat ini merupakan kebutuhan, dalam


mendukung berbagai aktifitas masyarakat urban. Dalam era global saat ini
teknologi yang berkembang, kian memudahkan masyarakat dalam memperoleh
informasi secara cepat dan mengikuti perkembangan. Media massa, seperti
halnya pesan lisan dan isyarat sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari
komunikasi manusia.

Perkembangan teknologi menyebabkan munculnya beragam penggunaan


bahasa sesuai dengan media yang digunakan. Teknologi informasi menjadi
babak baru tata dunia dan perkembangan komunikasi manusia. Revolusi
komunikasi ini apabila diurutkan dapat dimulai dari tahap pralisan, lisan,
tulisan, cetakan, media massa, cybernetic hingga media elektronik.

Media massa diyakini memiliki kekuatan yang maha dahsyat dalam


mempengaruhi pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat. Bahkan media
massa dengan mudah dapat mengarahkan masyarakat membentuk opini akan
suatu peristiwa yang selanjutnya akan terjadi. Media massa mampu
mengarahkan, membimbing, dan mempengaruhi kehidupan di masa kini dan
dimasa mendatang (Nurudin, 2009: 255).

1.2 Rumusan Masalah


Berikut Rumusan Masalah :
a. Apa yang dimaksud komunikasi massa?
b. Apa yang dimaksud model komunikasi massa?
c. Apa yang dimaksud model klasik komunikasi massa?
d. Bagaimana pengembangan media melalui jaringan komputer?

1.3 Maksud dan Tujuan


1.3.1 Maksud
Maksud dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
kelompok Sosiologi Informasi dan Komunikasi.
1.3.2 Tujuan
Adapun tujuan dari pebuatan makalah ini adalah :
a. Untuk mengetahui pengertian Komunikasi Massa
b. Untuk mengetahui pengertian model komunikasi massa
c. Untuk mengetahui apa yang termasuk model komunikasi massa
d. Untuk mengetahui apa yang termasuk model klasik komunikasi massa.
e. Untuk mengetahui pengembangan media melalui jaringan komputer
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Komunikasi Massa

Komunikasi Massa adalah suatu proses melalui mana komunikator-


komunikator menggunakan media untuk menyebarluaskan pesan-pesan
secara luas dan terus-menerus menciptakan makna-makna serta diharapkan
dapat mempengaruhi khlalayak yang besar dan beragam melalui berbagai
cara (DeFleur & McQuail, 1985, McQuail, 2000).

Karakteristik KOMUNIKASI MASSA (Konsep Klasik) yaitu :

1. Ditujukan ke khalayak luas, heterogeen, tersebar, anonim serta


tidak mengenal batas geografis dan kultural.
2. Bersifat umum bukan perorangan.
3. Penyampaian pesan berjalan secara cepat dan mampu
menjangkau khalayak yang luas dalam waktu yang relatif singkat
(messages multiplier)
4. Penyampaian pesan cenderung berjalan satu arah
5. Kegiatan komunikasi dilakukan secara terencana, terjadwal dan
terorganisir.
6. Kegiatan komunikasi dilakukan secara berkala tidak bersifat
temporer.
7. Isi pesan mencakup berbagai aspek kehidupan (sosial, ekonomi,
politik, budaya, dll.)

Konsepsi komunikasi massa klasik hanya mencakup 5 media massa (The


Big Five of Mass Media), yaitu surat kabar, majalah, radio, Televisi, dan film.

Perbedaan konseptual, fungsional dan operasional antara Komunikasi


Massa dengan Komunikasi Antarpribadi semakin kabur dan menipis.

Ada pergeseran konsepsi dari “One to Many Communication” menjadi


“Many to Many Communication”

Fungsi Sosial Media Massa menurut Lasswell & Wright yaitu :

1. Pengawasan lingkungan (Social Surveillance)


2. Korelasi Sosial (Social Correlation)
3. Sosialisasi (Social Transmission)
4. Hiburan (Entertainment)

Fungsi Sosial Media Massa menurut Lazarsfeld & Merton yaitu:

1. Memberikan pengukuhan status social


2. Memperkokoh norma-norma sosial.

Fungsi media massa bagi individu (Becker, 1985) yaitu pengawasan atau
pencarian informasi pengembangan diri, fasilitasi dalam hubungan social,
membantu melegakan emosi/afeksi, sarana pelarian dari ketegangan dan
keterasingan bagian dari kehidupan ritual rutin (ritualisasi)

2.2 Model Komunikasi Massa

Dalam ilmu komunikasi sebenarnya terdapat ratusan model komunikasi.


Setiap model memiliki kekurangan dan kelebihannya masing-masing dan
tidak ada model yang benar atau salah. Setiap model hanya bisa diukur
berdasarkan manfaatnya ketika dihadapkan dengan dunia nyata, khususnya
ketika diguanakan untuk menjaring data dalam penelitian. Selain itu, model
yang dirancang, unsur-unsur model, dan hubungan antara berbagai unsur
tersebut, bergantung pada persepektif yang digunakan si pembuat model.
Bahkan kita sendiri bisa saja membuat model komunikasi khas kita dengan
berdasarkan pada model-model komunikasi yang telah dikembangkan para
pakar terdahulu, dengan berdasarkan pada perspektif kita sendiri. Berikut
adalah beberapa contoh model komunikasi.

 Model S – R
Model stimulus – respons (S – R) adalah model komunikasi paling
dasar. Model ini dipengaruhi oleh disiplin psikologi, khususnya yang
beraliran behavioristik. Model tersebut menggambarkan hubungan
stimulus – respons.
Model S – R mengasumsikan bahwa kata-kata verbal (lisan –
tulisan), isyarat-isyarat non verbal, gambar-gambar, dan tindakan-tindakan
tertentu akan merangsang orang lain untuk memberikan respon dengan
cara tertentu. Proses ini dapat bersifat timbal-balik dan mempunyai banyak
efek. Setiap efek dapat mengubah tindakan komunikasi (communication
act) berikutnya.
Contoh yang berlangsung positif, ketika seseorang yang Anda
kagumi atau menarik perhatian Anda tersenyum kepada Anda ketika
berpapasan dijalan, boleh jadi Anda akan membalas senyumannya, karena
Anda merasa senang.
Namun pola S – R ini dapat pula berlangsung negatif, misalnya
orang pertama menatap orang kedua dengan tajam, dan orang kedua balik
menatap, dan membentak, “apa liat-liat? nantang ya?”.
Model S –R mengabaikan komunikasi sebagai satiu proses,
khususnya yang berkenaan dengan faktor manusia. Secara implisit ada
asumsi dalam model S – R ini bahwa perilaku (respons) manusia dapat
diramalkan. Ringkasnya, komunikasi dianggap statis; manusia dianggap
berpilaku karena kekuatan dari luar (stimulus), berdasarkan kehendak,
keinginan, atau kemauan bebasnya. Model ini lebih sesuai bila diterapkan
pada sistem pengendalian suhu udara alih-alih pada perilaku manusia.

 Model Aristoteles
Adalah model komunikasi paling klasik, yang sering juga disebut
model retoris (rhetorical model) menurutnya komunikasi terjadi ketika
seorang pembicara menyampaikan pembicaraannya kepada khalayak
dalam upaya mengubah sikap mereka. Tepatnya, mereka mengemukakan
tiga unsur dasar komunikasi, yaitu pembicara (speaker), pesan (message),
dan pendengar (listener).
Fokus komunikasi yang ditelaah Aristoteles adalah komunikasi
retoris, yang kini lebih dikenal dengan komunikasi publik (public
speaking) atau pidato.
Namun seperti model S – R, model komunikasi Aristoteles jelas
sangat sederhana, malah terlalu sederhana dari prespektif sekarang, karena
tidak memuat unsur-unsur lainnya yang dikenal dalam model komunikasi,
seperti saluran, umpan balik, efek, dan kendala atau ganguan komunikasi.
Salah satu kelemahan model ini adalah bahwa komunikasi diangap
fenomena yang statis. Seseorang berbicara, pesannya berjalan kepada
khlayak, dan khalayak mendengarkan. Disamping itu, model ini juga
berfokus pada komunikasi yang bertujuan (disengaja) yang terjadi ketika
seseorang membujuk orang lain untuk menerima pendapatnya.

 Model Lasswell
Mosel komunikasi Lasswell berupa ungkapan verbal, yakni :
1. Who
2. Says What
3. In Which Chanel
4. To Whom
5. With What Effect?

Model ini dikemukakan Harold Lasswell tahun 1948. Lasswell


mengemukakan tiga fungsi komunikasi, yaitu: pertama, pengawasan
lingkungan – mengingatkan anggota-anggota masyarakat akan bahaya dan
peluang dalam lingkungan; kedua, kolerasi berbagai bagian terpisah
dalam masyarakat yang merespon lingkungan; dan ketiga, transmisi
warisan sosial dari suatu generasi ke generasi lainnya.

Model Lasswell sering diterapkan dalam komunikasi massa. Model


tersebut mengisyaratkan bahwa lebih dari satu saluran yang dapat
membawa pesan. Unsur sumber (who) merangsan pertanyaan mengenai
pengadilan pesan (misalnya oleh “penjaga gerbang”), sedangkan unsur
pesan (says what) merupakan bahan untuk analisis isi. Saluran
komunikasi (In Which Chanel) dikaji dalam analisis media. Unsur
penerima (to whom) dikaitkan dengan analisis khalayak, sementara unsur
pengaruh (with what effect) jelas berhubungan dengan studi mengenai
akibat yang ditimbulkan oleh komunikasi massa pada khalayak pembaca,
pendengar atau pemirsa.

 Model Shannon dan Weaver


Salah satu model awal komunikasi dikemukakan Claude Shannon
dan Warren Weaver pada tahun 1949 dalam buku The Mathematical
Theory of Communication. Modelnya sering disebut model matematis
atau model teori informasi, karena model ini pengaruhnya paling kuat
daripada model dan teori komunikasi lainnya.
Model komunikasi mereka seperti berikut ini:
Model Shannon dan Weaver mengasumsikan bahwa sumber
informasi menghasilkan suatu pesan untuk dikonsumsikan. Pemancar
(transmitter) mengubah pesan menjadi sinyal yang sesuai dengan saluran
yang digunakan. Saluran (channel) adalah medium yang mengirimkan
sinyal (tanda) dari transmitter ke penerima (receiver). Dalam percakapan,
sumber informasi ini adalah otak, transmitternya adalah mekanisme suara
yang menghasilkan sinyal (kata-kata terucapkan), yang ditransmisikan
lewat udara (sebagai saluran). Penerima (receiver), yakni mekanisme
pendengaran, melakukan operasi sebaliknya yang dilakukan transmitter
dengan merekonstruksi pesan dari sinyal. Sasaran (destination) adalah
(otak) orang yang menjadi tujuan pesan itu.
Model Shannon dan Weaver dapat diterapkan kepada konteks-
konteks komunikasi lainnya seperti komunikasi antar pribadi, komunikasi
publik atau komunikasi massa. Sayangnya model ini juga memberikan
gambaran yang parsial

 Model Schramm

Wilbur Schramm membuat serangkaian model komunikasi,


dimulai dengan model komunikasi manusia yang sederhana (1954), lalu
model yang lebih rumit yang menghitungkan pengalaman dua individu
yang mencoba berkomunikasi, hingga kemodel komunikasi yang dianggap
interaksi dua individu. Model pertama mirip model Shannon dan Weaver.
Dalam modelnya yang kedua Schramm memperkenalkan gagasan bahwa
kesamaan dalam bidang pengalaman sumber dan sasaranlah yang
sebenarnya dikomunikasikan, karena bagian sinyal itulah yang dianut
sama oleh sumber dan sasaran. Model ketiga Schramm menganggap
komunikasi sebagai interaksi dengan kedua pihak yang menyandi,
menafsirkan, menyandi-balik, mentransmisikan, dan menerima sinyal.
Disini kita melihat umpan balik dan lingkaran berkelanjutan untuk berbagi
informasi.

Menurut Wilbur Schramm, komunikasi senantiasa membutuhkan


setidaknya tiga unsur: sumber (source, pesan (message), dan sasaran
(destination).

Menurt Schramm, seperti ditunjukkan model ketiganya, jelas


bahwa setiap orang dalam komunikasi adalah sekaligus sebagai encoder
dan decoder. Kita secara konstan menyandi balik tanda-tanda dari
lingkungan kita, menafsirkan tanda-tanda tersebut, dan menyandi sesuatu
sebagai hasilnya. Misalnya begitu Anda mendengar teriakan “Api,” Anda
mungkin akan segera berteriak “Tolong!” Dan apa yang Anda akan sandi
bergantung pada pilihan Anda atas berbagai respons yang tersedia dalam
situasi tersebut dan berhubungan dengan makna tadi.

Proses kembali dalam model di atas disebut umpan balik


(feedback), yang memainkan peran sangat penting dalam komunikasi,
karena hal itu memberitahu kita bagaimana pesan kita ditafsirkan, baik
dalam bentuk kata-kata sebagai jawaban, anggukan kepala, gelengan
kepala, dan sebagainya. Namun menurut Schramm, umpan balik juga
dapat berasal dari pesan kita sendiri, misalnya kesalahan ucapan atau
kesalahan tulisan yang kemudian kita perbaiki.

 Model Newcomb
Theodore Newcomb (1953) memandang komunikasi dari
perspektif psikologi-sosial. Modelnya mengingatkan kita akan diagram
jaringan kelompok yang dibuat oleh para psikolog sosial dan merupakan
formulasi awal mengenai konsistensi kognitif. Dalam model komunikasi
tersebut – yang sering juga disebut model ABX atau model simetri –
Newcomb menggambarkan bahwa seseorang (A), menyampaikan
informasi kepada seorang lainnya (B), mengenai sesuatu (X). model
tersebut mengasumsikan bahwa orientasi A (sikap) terhadap B dan
terhadap X saling bergantung, dan ketiganya merupakan suatu sistem yang
terdiri dari empat orientasi.
1. Orientasi A terhadap X, yang meliputi sikap terhadap X sebagai objek
yang harus didekati atau dihindari dan atribut kognitif (kepercayaan
dan tatanan kognitif)
2. Orientasi A terhadap B, dalam pengertian yang sama
3. Orientasi B terhadap X
4. Orientasi B terhadap A

Dalam model Newcomb, komunikasi adalah cara lazim yang efektif


yang memungkinkan orang-orang mengorientasikan diri terhadap
lingkungan mereka. Ini adalah suatu model tindakan komunikatif dua
orang yang disengaja. Model ini mengisyaratkan bahwa semua sistem
apapun mungkin ditandai oleh keseimbangan kekuatan dan bahwa setiap
perubahan dalam bagian manapun dari sistem tersebut akan menimbulkan
ketegangan terhadap keseimbangan atau simetri, karena
ketidakseimbangan atau kekurangan simetri secara psikologis tidak
menyenagkan dan menimbulkan tekanan internal untuk memulihkan
keseimbangan.

 Model Westley dan MacLean


Tahun 1957, Bruce Westley dan Malcolm MacLean merumuskan
suatu model yang mencakup komunikasi antarpribadi dan komunikasi
massa, dan memasukkan umpan balik sebagai bagian integral dari proses
kumunikasi. Model Westley dan MacLean ini dipengaruhi oleh model
Newcomb, model Lasswell dan model Sannon dengan Weaver. Mereka
menambahkan jumlah peristiwa, gagasan, objek dan orang yang tidak
terbatas, yang kesemuanya merupakan “objek orientasi”
Dalam model Westley Maclean ini terdapat lima unsur, yaitu:
objek orientasi, pesan, sumber, penerima, dan umpan balik.
Model Westley dan Maclen mencakup beberapa konsep penting:
umpan balik, perbedaan dan kemiripan komunikasi antarpribadi dengan
komunikasi massa, dan pemimpin pendapat yang penting sebagai unsur
tambahan dalam komunikai massa. Model ini juga membedakan yang
bertujuan (purposif) dengan pesan yang tidak bertujuan (nonpurposif).
Pesan yang bertujuan adalah pesan yang dikirimkan sumber untuk
mengubah citra penerima mengenai sesuatu dalam lingkungan. Pesan yang
nonpurposif adalah pesan yang dikirimkan sumber kepada penerima
secara langsung atau melalui sesuatu namun tidak dimaksudkan untuk
mempengaruhi penerima.

 Model Gerbner
Model Gerbner (1956) merupakan perluasan dari model Lasswell,
yaitu sebagai berikut:
1. Seseorang (sumber, komunikator)
2. Mempersepsi suatu kejadian
3. Dan bereaksi
4. Dalam suatu situasi
5. Melalui suatu alat (saluran; media; rekayasa fisik; fasilitas
administratif dan kelembagaan untuk distribusi dan kontrol)
6. Untuk menyediakan materi
7. Dalam suatu bentuk
8. Dan konteks
9. Yang mengandung isi
10. Yang mempunyai suatu konsekuensi

 Model Interaksional
Model interaksional berlawanan dengan model stimulus – respons
(S – R) dan beberapa model lainnya. Sementara model-model tersebut
mengasumsikan manusia sebagai pasif, model interaksional menganggap
manusia jauh lebih aktif. Kualitas simbolik secara implisit terkandung
dalam istilah interaksional, sehingga model interaksional jauh berbeda
dengan interaksi biasa yang ditandai dengan stimulus – respons.
Model interaksional merujuk pada model komunikasi yang
dikembangkan oleh para ilmuwan sosial yang menggunakan perspektif
interaksi simbolik, dengan tokoh utamanya George Herbert Mead dan
salah seorang muridnya Herbert Blumer.
Dalam model ini komunikasi digambarkan sebagi pembentukan
makna (penafsiran atas pesan atau perilaku orang lain) oleh para peserta
komunikasi (komunikator). Beberapa konsep penting yang digunakan
adalah: diri (self), diri yang lain (other), simbol, makna, penafsiran dan
tindakan.

2.3 Model Klasik Komunikasi Massa

I. Teori Komunikasi Massa Klasik

 Teori Model Jarum Suntik (Hypodermic Needle Model)

Teori model jarum suntik merupakan sebuah teori media massa yang
pertama ada. Teori ini berasumsi bahwa komunikator lebih pintar dari para
audiences karena audiences atau komunikan dianggap pasif. Teori ini
merupakan konsep awal sebagai efek komunikasi massa yang oleh para
teoritis komunikasi tahun 1970 an dinamakan pula hypodermic needle
theory yang dapat diterjemahkan sebagai teori jarum hipodermik. Teori ini
ditampilkan pada tahun 1950 an setelah peristiwa penyiaran kaleidoskop
stasiun radio CBS di Amerika berjudul “The Invasion From Mars”.

Variabel komunikator dalam teori model jarum suntik antara lain:

- Kredibilitas terdiri dari 2 unsur yakni: keahlian dan kejujuran. Keahlian


diukur dari sejauh mana komunikan menganggap komunikator dapat
memberikan jabaran yang “benar”. Sedangkan kejujuran diartikan sejauh
mana komunikan menganggap komunikator tidak memihak dalam
penyampaian pesannya.
- Daya tarik diukur dengan kesamaan, familiaritas, dan kesukaan.
- Kekuasaan merupakan tanggapan komunikan tentang kemampuan
komunikator dalam memberi hadiah ataupun ganjaran.

Variabel pesan:

- Struktur ditunjukkan dengan pola penyimpulan, pola urutan argumentasi,


pola objektivitas.
- Gaya dengan menunjukkan variasi linguistik dalam penyampaian pesan,
seperti pengulangan, perbendaharaan kata, dll.
- Apeals mengacu pada aspek-aspek psikologis yang dikandung pesan,
seperti rasional-emosional, fear appelas, reward appeals, dll.

Variabel media:

Variabel media ditunjukkan dengan penggunaan media massa baik


itu elektronik, cetak, online, ataupun saluran interpersonal dalam ceramah,
diskusi, dll.

Variabel efek:

- Kognitif berkaitan dengan perubahan pendapat, kepercayaan, serta


pengetahuan dari komunikan setelah mendapat pesan dari komunikator.
- Afektif mengacu pada perubahan perasaan dan kesukaan.
- Behavioral adalah perubahan perilaku atau kecenderungan perilaku dari
seorang komunikan.
 Teori Kegunaan dan Gratifikasi

Teori ini merupakan teori berdasarkan penelitian Elihu Katz, Jay G.


Blumler, dan Michael Gurevitch yang membahas mengenai pemahaman
media dan efek media bagi masyarakat. Teori Kegunaan dan Gratifikasi
merupakan teori yang berpusat pada khalayak media dengan menekankan
pada konsumen yang aktif serta merupakan perluasan dari teori kebutuhan
dan motivasi. Tahapan dalam Teori Kegunaan dan Gratifikasi diawali
dengan orang secara aktif memenuhi hierarki kebutuhannya dengan fraksi
pemilihan yang menggambarkan harapan akan adanya penghargaan dibagi
dengan usaha yang dibutuhkan, lalu peneliti menciptakan tipologi yang
mewakili semua alasan yang dimiliki seseorang untuk menggunakan
media. Pada tahap ketiga, peneliti menghubungkan alasan khusus dalam
penggunaan media dengan variabel seperti kebutuhan, tujuan, keuntungan
dan konsekuensi penggunaan media, serta faktor individual. Didasarkan
pada asumsi bahwa khalayak aktif dalam menggunakan media sesuai
dengan tujuan dan manusia mempunyai kesadaran diri akan penggunaan
media serta nilai isi suatu media hanya dapat dinilai oleh khalayak. Media
berkompetisi dengan sumber lainnya untuk kepuasan kebutuhan.

 Teori Agenda Setting


Teori Agenda Setting diperkenalkan oleh Maxwell McCombs dan
Donald Shaw. Teori ini adalah teori yang menyatakan bahwa media massa
merupakan pusat penentuan kebenaran dengan kemampuan untuk
mentransfer dua elemen yaitu kesadaran dan informasi ke dalam agenda
publik dengan mengarahkan kesadaran publik serta perhatiannya kepada
isu-isu yang dianggap penting oleh media massa.
Teori ini menjelaskan bahwa media massa memiliki efek yang kuat
terhadap khalayak. Media massa digunakan untuk menyampaikan
informasi kepada khalayak dengan tujuan untuk mempengaruhi persepsi
masyarakat tentang suatu hal yang dianggap penting. Teori Agenda
Setting berasumsi bahwa media dapat memberikan tekanan pada suatu
peristiwa dan membuat khalayak yang menerima berita pun menganggap
itu sebagai isu penting, maka apa yang disampaikan media pun menjadi
penting bagi masyarakat. Khalayak tidak hanya belajar mengenai isu-isu
masyarakat melalui media, namun mereka juga melihat seberapa
pentingnya isu-isu atau topik tersebut dalam penjelasan dan penegasan
yang diberikan oleh media massa. Media massa juga memiliki
kemampuan untuk menyeleksi dan mengarahkan perhatian masyarakat
pada gagasan atau peristiwa tertentu.

 Teori Analisis Kultivasi

Analisis kultivasi adalah teori yang kritis mempelajari institusi sosial


yang penting berupa televisi untuk menggunakan fungsi penceritaan
kisahnya kepada masyarakat telah diaplikasikan dalam berbagai hal seperti
ketakutan akan menjadi korban, sikap tehadap rasisme, materialisme dan
lain-lain. Metode yang digunakan untuk peneliti yang merasa tidak sesuai
dengan konseptual adalah konsistensilogis (West, R & Turner, L., 2008).

Asumsi-asumsi (West & Turner, 2007: 85)

1. Televisi, secara esensi dan fundamental, berbeda dengan bentuk media


massa lainnya.
Keunikan dari televisetidak membutuhkan kemampuan membaca
seperti media cetak. Selain itu, televisi juga gratis dan tidak
membutuhkan mobilitas. Senjata utama budaya yang bisa menimbulkan
dua kubu yang berlawanan dari masyarakat disebut televisi.
2. Televisi membentuk cara berpikir dan membuat kaitan dari masyarakat
kita
Televisi tidak berusaha untuk memengaruhi, melainkan
menggambarkan mengenai dunia yang sebenarnya. Televisi lebih
mengarahkan pada sistem penceritaan kisah yang terpusat, hal itu
terlihat dari bagaimana kebanyakan kisah didalam masyarakat modern
sekarang berasal dari televisi.
3. Pengaruh dari televisi terbatas
Konstribusi dari televisi terhadap budaya dapat diamati, diukur dan
independen relatif kecil. Penggambarannya menggunakan analogi
zaman es, yaitu posisi yang menyatakan bahwa televisi tidak memiliki
satu dampak besar, melainkan mempengaruhi penonton.
Konsep (West & Turner, 2007: 89)
1. Proses empat tahap
a. Analisis sistem pesan
Terdiri dari analisisisi mendetail dari pemrograman televisi
untukmenunjukan presentasi gambar, tema, nilaidan penggambaran
yang paling sering berulang dan konsisten.

b. Formulasi pertanyaan mengenai realitas sosial penonton.


Pertanyaan mengenai pemahaman orang akan kehidupan sehari-
hari mereka dilibatkan dalam penyusunan.

c. Mensurvei khalayak
Para peneliti menanyakan para penonton ini mengenai level
konsumsi televisi.

d. Membandingkan realitas sosial dari penonton kelas berat dan kelas


ringan
Adanya diferensial kultivasi yaitu persentase perbedaan dalam
respons antara penonton televisi kelas ringan dan kelas berat.
2. Pengarusutamaan dan resonansi
Ada dua cara:
a. Pengarusutamaan
Kecendrungan bagi penonton kelas berat untuk menerima realitas
budaya dominan yang mirip dengan yang ditampilkan televisi
walaupun hal ini sebenarnya berbeda dengan keadaan yang
sesungguhnya.

b. Resonansi

Ketika realitas penonton yang sedang dijalaninya sesuai dengan


realitas yang digambarkan di dalam media.

Dampak ada dua level:

a. Tingkat pertama : mengenai fakta dari media.


b. Tingkat kedua : mengenai nilai dan asumsi dari media.

3. Indeks dunia yang kejam


Ada 3 pernyataan indeks dunia yang kejam :
a. Kebanyakan orang berhati-hati untuk diri mereka sendiri
b. Anda tidak dapat terlalu berhati-hati dalam berurusan dengan orang
c. Kebanyakan orang akan mengambil keuntungan dari anda jika
memiliki kesempatan

Teori Kultivasi dijelaskan bahwa pada dasarnya ada dua tipe


penonton televisi yang mempunyai karakteristik saling
bertentangan/bertolak belakang, yaitu (Asyhard, 2015):

(1) Para pecandu/penonton fanatik (heavy viewers) adalah mereka


yang menontontelevisi lebih dari 4(empat) jam setiap harinya. Kelompok
penonton ini sering juga disebut sebagai khalayak “the television type”.

(2) Penonton biasa (light viewers), yaitu mereka yang menonton


televisi 2 jam ataukurang dalam setiap harinya.

 Teori Kritis Komunikasi Massa

Teori kritis lahir setelah teori masyarakat massa dan hermeneutika


mengalami masa keemasannya. Teori ini lahir di Eropa, sebagai jawaban
atas kondisi sosial politik saat itu, di mana media sangat banyak
dimanfaakan kaum elit untuk menancapkan dominasinya. Teori kritis
mendapat akarnya dari teori marxis dan juga dipengaruhi dari teori
hermenutika tentang interpretasi terhadap teks sastra. Dalam teori kritis,
konsep budaya menjadi kunci utamanya. Media mempengaruhi
masyarakat karena mempengaruhi bagaimana budaya tercipta, dipelajari,
dibagikan dan diterapkan.

Teori kritis media berasal dari ilmu-ilmu kritis yang bersumber pada
ilmu sosial Marxis. Ilmu ini juga disebut dengan emancipatory science
artinya adalah cabang ilmu sosial yang berjuang untuk mendobrak status
quo( mempertahankan keadaan yang sekarang agar teteap seperti keadaan
sebelumnya), khususnya rakyat miskin dan kecil dari status quo dan
struktur sistem yang menindas. Teori kritis berangkat dari cara melihat
realitas dengan mengasumsikan bahwa selalu saja ada struktur sosial yang
tidak adil, namun asumsi ini mendapat pertentangan karena manusia
memasuki lingkungan budaya baru yang secara dramatis
ditransformasikan oleh teknologi komunikasi dan media gelobal, sehinga
kita memerlukan kajian komunikasi dan kebudayaan untuk menganalisis
ekonomi politik industri komunikasi dan budaya global.

Teori kritis sering menganalisis secara khusus lembaga sosial,


penyelidikan luas untuk yang dinilai objektif adalah mencari dan
mencapai. Media massa dan budaya massa telah mempromosikan banyak
hal yang ikut menjadi sasaran teori kritis. Bahkan ketika media massa
tidak melihat sebagai sumber masalah khusus, mereka dikritik untuk
memperburuk atau melindungi masalah dari yang diidentifikasi atau
disebut dan dipecahkan. Dampak teori kritis terhadap perkembangan ilmu
komunikasi dan media massa ialah timbulnya kesadaran bahwa
komunikasi massa dan media massa harus dipelajari secara konteks sosial
agar dapat dapat diperoleh latar belakang historis, ekonomis, politik bagi
fenomena komunikasi massa. Teori ini sangat dipengaruhi oleh ajaran
fungsionalisme yang memandang masyarakat sebagai wujud konsensus
nilai dengan menekankan nilai dan keseimbangan.

Teori kritis juga menekankan perlunya evaluasi dari kritik terhadap


status quo. Teori ini membangun pertanyaan dan menyediakan alternatif
jalan untuk menginterpretasikan hukum sosial media massa. Teori ini
sering menganalisis secara khusus lembaga sosial, penyeliikan luas untuk
yang dinilai objek adalah mencari dan mencapai. Media massa dan budaya
massa telah mempromosikan banyak hal yang ikut menjadi sasaran teori
kritis.
2.4 Pengembangan Media Melalui Jaringan Komputer

Dalam salah satu buku tulisan Everett M.Rogers yang berjudul


Communication Technology; The New Media in Society (1986), ia
mengatakan bahwa dalam hubungan komunikasi di masyarakat, dikenal
empat erakomunikasi, yaitu: era tulis, era media cetak, era media
telekomunikasi, dan era media interaktif.

a)      Era Tulis

Perkembangan media tulis telah lama dikenal masyarakat dan menjadi


pertanda permulaan peradaban sebuah bangsa. Dari kemampuan menulis
memungkinkan terpeliharanya struktur sosial diberbagai wilayah. Kita bisa
mengambil contoh seperti peradaban Mesir Kuno yang dikenal sejak tahun
±600 SM (kira-kira 2605 tahun yang lalu). Ditemukannya papyrus (asal mula
kertas tempat menulis) dan alat transportasi perahu, maka pemerintah di masa
itu bisa memelihara integritas masyarakat di sepanjang lembah nil1. Seperti
juga kebudayaan cina yang sudah mulai mengenal budaya tulis kira-kira 105
SM tahun lalu. Dengan media tulislah kebudayaan suatu golongan bahkan
lebih besar dari itu yaitu bangsa dikenal oleh umat manusia, dari media tulis
juga budaya itu terarsip dan tersimpan dalam berbagai bentuk.

b)     Era Cetak

Beberapa abad kemudian baru masyarakat terbiasa dengan mencetak huruf


secara manual pada gelas, ornamen, tembok, kayu, dan sebagainya. Eksistensi
Era ini semakin kuat manakala Elegi Gutenberg menemukan mesin cetak
pada tahun 1450 sehingga muncul sejumlah surat kabar.

Percetakan, kemudian meningkatkan cara-cara dan kemudahan manusia


untuk saling berhubungan dan menyampaikan sesuatu. Potensi yang dimiliki
percetakan inilah menurut analisis Bell (1979) yang memungkinkan
terjalinnya masyarakat industrial. [4] Percetakan telah terbukti berfungsi
sebagai basis bagi menyebarnya kemampuan “melek huruf” dan pondasi
untuk terselenggaranya aktifitas pendidikan secara massa. Bukan suatu
kebetulan jika teknologi percetakan adalah faktor kunci menuju terjadinya
Renaissance dan Revolusi Industri. Era media cetak ini bertahan cukup lama
yaitu sekitar empat abad.

c)      Era Telekomunikasi

1
Diawali dengan ditemukannya radio telegraf oleh Markis Gugliemo
Marconi yang kemudian mendirikan perusahaan telegraf tanpa kawat tahun
1897. Kemudian teknologi telegraf dikembangkan oleh Alexander Graham
Bell menjadi telepon pada tahun 1870. Di Indonesia hanya 12 tahun setelah
telepon itu ditemukan, jaringan telepon lokal pertama dibuka di Jakarta tahun
1882, disusul oleh telepon interlokal tahun 1896 yang menghubungkan
Jakarta-Semarang-Surabaya.

d)     Era Komunikasi Interaktif

Lahirnya era komunikasi interaktif ditandai dengan terjadinya


diversifikasi teknologi informasi dengan bergabungnya telepon, radio,
komputer, dan televisi menjadi satu dan menandai teknologi yang disebut
dengan internet. Internet merupakan perkembangan dari penemuan komputer
sebelumnya yang mengalami perkembangan ekstra cepat sampai pada tahun
1990-an (teknologi internet lahir).Internet begitu memukau dengan varian-
varian programnya yang seolah menjadikan bumi ini dalam cengkraman
teknologi. Tidak saja mampumentransmisikan berbagai informasi, internet
juga mampu menciptakan dunia baru dalam realitas kehidupan manusia, yaitu
sebuah realitas materialistis yang tercipta dalam dunia maya.
Menghubungkan komputer-komputer pribadi yang paling sederhana hingga
yang paling canggih, memanfaatkan struktur jaringan komputer yang saling
berhubungan, internaet mamppu memberi layanan bagi para penggunanya
berupa E-mail, Netnews, Telnet, File Transfer Protocol (FTP) dan World
Wide Web (WWW).

Perkembangan lain dari internet adalah mesin pencari dan lacak, seperti
browser dan search engines. Dengan mesin ini segala informasi dari situs
manapun dapat dilacak. Fungsinya yang hyperlink multimedia membantu
para penggunanya untuk melakukan browsing secara cepat dan sistematis.
Posisi pengguna tidak lagi menerima apa yang diberitakan namun juga bisa
mencari dan mengirimkan informasi yang relevan.

Perkembangan terbaru internet yaitu Intenet yang dalam


perkembangannya mampu mentransmisikan lima jenis media (teks, grafik,
suara, musik dan animasi) terkini mampu membawa media keenam yaitu
video. Adanya video membuat internet memiliki bandwith yang lebar untuk
membawa signal video. Oleh karenanya dimungkinkan adanya layanan-
layanan VOD (Video on Demand) dimana penggunanya bisa memilih
program yang diinginkan dengan bebas. Misalnya, kita hanya ingin menonton
lima menit dari berita sepanjang 30 menit, kita dapat langsung memilih
bagian yang kita inginkan. Ketika ingin menonton film diwaktu luang, kita
bebas memulihnyatanpa dibatasi oleh jadwal programnya.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Komunikasi Massa adalah suatu proses melalui mana komunikator-


komunikator menggunakan media untuk menyebarluaskan pesan-pesan secara
luas dan terus-menerus menciptakan makna-makna serta diharapkan dapat
mempengaruhi khlalayak yang besar dan beragam melalui berbagai cara (DeFleur
& McQuail, 1985, McQuail, 2000).

Dalam ilmu komunikasi terdapat ratusan model komunikasi. Setiap model


memiliki kekurangan dan kelebihannya masing-masing dan tidak ada model yang
benar atau salah. Setiap model hanya bisa diukur berdasarkan manfaatnya ketika
dihadapkan dengan dunia nyata, khususnya ketika diguanakan untuk menjaring
data dalam penelitian.

Dalam penyampaian komunikasi massa, mengalami perkembangan


dimulai dari era tulis, era cetak, era komunikasi, dan era komunikasi interaktif.
Media massa diyakini memiliki kekuatan yang maha dahsyat dalam
mempengaruhi pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai