MASSA
Disusun oleh :
1. Tegar Siwi Bratawan (107119002)
2. Widya Tunjung E (107119008)
3. Fatma likha S.M (107119015)
Dosen Pembimbing :
1. Nursanti Dwi Yogawati, M.Pd
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
Fungsi media massa bagi individu (Becker, 1985) yaitu pengawasan atau
pencarian informasi pengembangan diri, fasilitasi dalam hubungan social,
membantu melegakan emosi/afeksi, sarana pelarian dari ketegangan dan
keterasingan bagian dari kehidupan ritual rutin (ritualisasi)
Model S – R
Model stimulus – respons (S – R) adalah model komunikasi paling
dasar. Model ini dipengaruhi oleh disiplin psikologi, khususnya yang
beraliran behavioristik. Model tersebut menggambarkan hubungan
stimulus – respons.
Model S – R mengasumsikan bahwa kata-kata verbal (lisan –
tulisan), isyarat-isyarat non verbal, gambar-gambar, dan tindakan-tindakan
tertentu akan merangsang orang lain untuk memberikan respon dengan
cara tertentu. Proses ini dapat bersifat timbal-balik dan mempunyai banyak
efek. Setiap efek dapat mengubah tindakan komunikasi (communication
act) berikutnya.
Contoh yang berlangsung positif, ketika seseorang yang Anda
kagumi atau menarik perhatian Anda tersenyum kepada Anda ketika
berpapasan dijalan, boleh jadi Anda akan membalas senyumannya, karena
Anda merasa senang.
Namun pola S – R ini dapat pula berlangsung negatif, misalnya
orang pertama menatap orang kedua dengan tajam, dan orang kedua balik
menatap, dan membentak, “apa liat-liat? nantang ya?”.
Model S –R mengabaikan komunikasi sebagai satiu proses,
khususnya yang berkenaan dengan faktor manusia. Secara implisit ada
asumsi dalam model S – R ini bahwa perilaku (respons) manusia dapat
diramalkan. Ringkasnya, komunikasi dianggap statis; manusia dianggap
berpilaku karena kekuatan dari luar (stimulus), berdasarkan kehendak,
keinginan, atau kemauan bebasnya. Model ini lebih sesuai bila diterapkan
pada sistem pengendalian suhu udara alih-alih pada perilaku manusia.
Model Aristoteles
Adalah model komunikasi paling klasik, yang sering juga disebut
model retoris (rhetorical model) menurutnya komunikasi terjadi ketika
seorang pembicara menyampaikan pembicaraannya kepada khalayak
dalam upaya mengubah sikap mereka. Tepatnya, mereka mengemukakan
tiga unsur dasar komunikasi, yaitu pembicara (speaker), pesan (message),
dan pendengar (listener).
Fokus komunikasi yang ditelaah Aristoteles adalah komunikasi
retoris, yang kini lebih dikenal dengan komunikasi publik (public
speaking) atau pidato.
Namun seperti model S – R, model komunikasi Aristoteles jelas
sangat sederhana, malah terlalu sederhana dari prespektif sekarang, karena
tidak memuat unsur-unsur lainnya yang dikenal dalam model komunikasi,
seperti saluran, umpan balik, efek, dan kendala atau ganguan komunikasi.
Salah satu kelemahan model ini adalah bahwa komunikasi diangap
fenomena yang statis. Seseorang berbicara, pesannya berjalan kepada
khlayak, dan khalayak mendengarkan. Disamping itu, model ini juga
berfokus pada komunikasi yang bertujuan (disengaja) yang terjadi ketika
seseorang membujuk orang lain untuk menerima pendapatnya.
Model Lasswell
Mosel komunikasi Lasswell berupa ungkapan verbal, yakni :
1. Who
2. Says What
3. In Which Chanel
4. To Whom
5. With What Effect?
Model Schramm
Model Newcomb
Theodore Newcomb (1953) memandang komunikasi dari
perspektif psikologi-sosial. Modelnya mengingatkan kita akan diagram
jaringan kelompok yang dibuat oleh para psikolog sosial dan merupakan
formulasi awal mengenai konsistensi kognitif. Dalam model komunikasi
tersebut – yang sering juga disebut model ABX atau model simetri –
Newcomb menggambarkan bahwa seseorang (A), menyampaikan
informasi kepada seorang lainnya (B), mengenai sesuatu (X). model
tersebut mengasumsikan bahwa orientasi A (sikap) terhadap B dan
terhadap X saling bergantung, dan ketiganya merupakan suatu sistem yang
terdiri dari empat orientasi.
1. Orientasi A terhadap X, yang meliputi sikap terhadap X sebagai objek
yang harus didekati atau dihindari dan atribut kognitif (kepercayaan
dan tatanan kognitif)
2. Orientasi A terhadap B, dalam pengertian yang sama
3. Orientasi B terhadap X
4. Orientasi B terhadap A
Model Gerbner
Model Gerbner (1956) merupakan perluasan dari model Lasswell,
yaitu sebagai berikut:
1. Seseorang (sumber, komunikator)
2. Mempersepsi suatu kejadian
3. Dan bereaksi
4. Dalam suatu situasi
5. Melalui suatu alat (saluran; media; rekayasa fisik; fasilitas
administratif dan kelembagaan untuk distribusi dan kontrol)
6. Untuk menyediakan materi
7. Dalam suatu bentuk
8. Dan konteks
9. Yang mengandung isi
10. Yang mempunyai suatu konsekuensi
Model Interaksional
Model interaksional berlawanan dengan model stimulus – respons
(S – R) dan beberapa model lainnya. Sementara model-model tersebut
mengasumsikan manusia sebagai pasif, model interaksional menganggap
manusia jauh lebih aktif. Kualitas simbolik secara implisit terkandung
dalam istilah interaksional, sehingga model interaksional jauh berbeda
dengan interaksi biasa yang ditandai dengan stimulus – respons.
Model interaksional merujuk pada model komunikasi yang
dikembangkan oleh para ilmuwan sosial yang menggunakan perspektif
interaksi simbolik, dengan tokoh utamanya George Herbert Mead dan
salah seorang muridnya Herbert Blumer.
Dalam model ini komunikasi digambarkan sebagi pembentukan
makna (penafsiran atas pesan atau perilaku orang lain) oleh para peserta
komunikasi (komunikator). Beberapa konsep penting yang digunakan
adalah: diri (self), diri yang lain (other), simbol, makna, penafsiran dan
tindakan.
Teori model jarum suntik merupakan sebuah teori media massa yang
pertama ada. Teori ini berasumsi bahwa komunikator lebih pintar dari para
audiences karena audiences atau komunikan dianggap pasif. Teori ini
merupakan konsep awal sebagai efek komunikasi massa yang oleh para
teoritis komunikasi tahun 1970 an dinamakan pula hypodermic needle
theory yang dapat diterjemahkan sebagai teori jarum hipodermik. Teori ini
ditampilkan pada tahun 1950 an setelah peristiwa penyiaran kaleidoskop
stasiun radio CBS di Amerika berjudul “The Invasion From Mars”.
Variabel pesan:
Variabel media:
Variabel efek:
c. Mensurvei khalayak
Para peneliti menanyakan para penonton ini mengenai level
konsumsi televisi.
b. Resonansi
Teori kritis media berasal dari ilmu-ilmu kritis yang bersumber pada
ilmu sosial Marxis. Ilmu ini juga disebut dengan emancipatory science
artinya adalah cabang ilmu sosial yang berjuang untuk mendobrak status
quo( mempertahankan keadaan yang sekarang agar teteap seperti keadaan
sebelumnya), khususnya rakyat miskin dan kecil dari status quo dan
struktur sistem yang menindas. Teori kritis berangkat dari cara melihat
realitas dengan mengasumsikan bahwa selalu saja ada struktur sosial yang
tidak adil, namun asumsi ini mendapat pertentangan karena manusia
memasuki lingkungan budaya baru yang secara dramatis
ditransformasikan oleh teknologi komunikasi dan media gelobal, sehinga
kita memerlukan kajian komunikasi dan kebudayaan untuk menganalisis
ekonomi politik industri komunikasi dan budaya global.
1
Diawali dengan ditemukannya radio telegraf oleh Markis Gugliemo
Marconi yang kemudian mendirikan perusahaan telegraf tanpa kawat tahun
1897. Kemudian teknologi telegraf dikembangkan oleh Alexander Graham
Bell menjadi telepon pada tahun 1870. Di Indonesia hanya 12 tahun setelah
telepon itu ditemukan, jaringan telepon lokal pertama dibuka di Jakarta tahun
1882, disusul oleh telepon interlokal tahun 1896 yang menghubungkan
Jakarta-Semarang-Surabaya.
Perkembangan lain dari internet adalah mesin pencari dan lacak, seperti
browser dan search engines. Dengan mesin ini segala informasi dari situs
manapun dapat dilacak. Fungsinya yang hyperlink multimedia membantu
para penggunanya untuk melakukan browsing secara cepat dan sistematis.
Posisi pengguna tidak lagi menerima apa yang diberitakan namun juga bisa
mencari dan mengirimkan informasi yang relevan.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan