Anda di halaman 1dari 26

KOMPLEKSITAS KOMUNIKASI MANUSIA

KOMPLEKSITAS KOMUNIKASI MANUSIA

Dalam pandangan lain, manusia disebut juga berhubungan dengan manusia lain, biasa
disebut makhluk sosial. Dikatakan juga manusia adalah makhluk yang saling berhubungan
bahkan saling membutuhkan dari individu satu ke individu lainnya, dari individu satu ke
kelompok lain atau dari kelompok satu ke kelompok lainnya. Yang kesemuanya tidak dapat
terpisah antara satu dengan yang lainnya, bahkan bisa membatasi antara satu dengan yang
lainnya.
Kompleksitas tingkah laku kehidupan manusia, meliputi hampir seluruh
kegiatan kehidupan manusia, manusia memiliki pertimbangan dalam bertindak,
manusia juga mampu merefleksikan kegiatan masa lalu yang pernah
dialaminya,dan juga memproyeksikan masa depan apa yang hendak dilakukan
serta apa yang dicita-citakan, semua dilakukan oleh manusia itu sendiri sesuai
dengan apa yang manusia kehendaki. Diikuti dengan konsekuwensi
tanggungjawab yang bisa memberikan pengaruh emosional, psikis,
sosial,ekonomi, serta budaya.
Selanjutnya untuk dapat memahami cara berpikir manusia merupakan
memahami cara tindakan dari manusia itu sendiri. Salah satunya adalah
kebudayaan yang dimiliki oleh manusia itu sendiri. Kebudayaan yang dimiliki
manusia berawal dari kebudayaan manusia terdahulunya. Merupakan sarana
dalam pergaulan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Dari tahun ke tahun,
abad ke abad, dan zaman ke zaman kebudayaan manusia semakin kompleks
dari pola kebudayaan itu sendiri. Pola menurut dari segala aspek yang ada
dalam kebudayaan itu.Kebudayaan manusia cenderung menuju sifat modernitas.
Kompleksitas manusia itu muncul sebagai akibat dari semakin rumitnya
pola kehidupan manusia serta kemajuan teknologi yang diciptakan itu sendiri.
Jika pola kehidupan manusia semakin rumit, maka masalah-masalah yang timbul
pun semakin kompleks. Ini membuktikan bahwa dari waktu ke waktu, manusia
selalu berpikir mencari penyelesaian masalah tersebut. Dengan penyelesaian
masalah tersebut, maka manusia menciptakan teknologi yang dapat membantu
masalah mereka itu. Selain itu, manusia memunculkan suatu ide-ide, gagasan-
gagasan baru guna basis penciptaaan teknologi selanjutnya. Atau sebuah
kumpulan konsep-konsep baru dalam memahami keberadaan masalah pada
saat itu. Maka kemungkinan terjadinya suatu complex system dalam kebudayaan
manusia serta terbentuklah suatu pandangan dalam diri manusia dan
terbentuknya perilaku yang baru.

A.Karakteristik Komunikasi Manusia


Brent Ruben mengatakan bahwa komunikasi manusia sesungguhnya merupakan gunung
es. Yang tampak dipermukaan (yang dapat dilihat dengan kasat mata) hanya sebagian kecil.
Bagian terbesarnya justru berada dibawah permukaan, tidak dapat dilihat atau diamati. Ketika
seorang awam melihat dua orang yang sedang bercakap-cakap, melihat sejumlah kecil terlibat
dalam diskusi, dan sebagainya, proses komunikasi yang terjadi tampaknya sederhana: pesan
dikirimkan (send message), pesan kemudian diterima (received message), lantas seseorang
bertindak atas pesan yang diterimanya itu.
Sebenarnya, proses proses yang terlihat sederhana itu sesungguhnya tidaklah demikian. Proses
komunikasi yang terjadi sangat kompleks.
B.Aspek Komunikasi yang Dapat Diamati (Terlihat)

 Interactants
Yang dimaksud dengan interactants disini adalah orang, yakni orang yang terlibat dalam proses
komunikasi, baik secara pengirim maupun penerima. Kita juga bisa menyebutnya dengan
partisipan komunikasi. Siapapun orang terlibat dalam komunikasi baik dalam komunikasi
interpersonal, kelompok, sosial, massa bisa kita sebut interactants.

 Simbol
Simbol adalah sesuatu (huruf, angka, kata, objek, orang atau tindakan) yang mewakili sesuatu.
Simbol dapat berupa simbol verbal dan non verbal. Kemampuan menggunakan simbol adalah
kemampuan manusia yang membedakannya dengan makhluk hidup lain.
Diantara berbagai pokok pembicaraan yang dipikirkan oleh para pemikir dan penulis dewasa ini,
satu hal rupanya hampir disepakati oleh semua orang; bahwa simbol telah mempunyai makna
dan mempunyai arti arti yang sangat penting dalam kehidupan manusia (Dillistone, 2002; 15)
 Media
Media adalah sarana yang dipakai oleh manusia dala mengirimkan pesan. Sampai saat ini media
yang digunakan oleh manusia dalam berkomunikasi sangat bervariasi. Kemajuan teknologi
sangat berpengaruh dalam hal ini.

C.Aspek Komunikasi yang Tidak Dapat Diamati (tidak Terlihat)

 Meaning
Manusia menciptakan atau menghasilkan simbol. Ketika menggunakan simbol dalam
berkomunikasi, kita menciptakan arti arti (meaning) dari simbol-simbol tersebut. Tanpa arti yang
kita buat simbol itu tidak bermakna lagi.
Dalam memberi makna sebuah simbol, ada sebuah simbol yang disepakati oleh banyak orang,
ada pula simbol yang artinya secara terbatas atau berbeda-beda.

 Learning
Manusia lahir dengan kecenderungan merespon pesan tertentu. Kita menyebutnya refleks.
Misalnya, bayi yang baru dilahirkan secara otomatis dapat mengisap susu ibu, kita dengan cepat
akan berteriak dan menarik tangan kita jika tangan itu kena sesuatu yang panas atau membuatnya
sakit, dsb. Respon seperti ini bersifat otomatis, non simbolik, dan tidak dipelajari.
Respon seperti itu hanya sebagian kecil dari aktivitas manusia. Dalam kehidupannya, manusia
justru lebih banyak dituntu memproses pesan yang didasari oleh arti-arti (meaning) yang telah
dipelajarinya. Setipa saat manusia dihadapi oleh pesan-pesan dan ia harus memberikan reaksi
atas pesan-pesan itu. Disini, ia bertindak atau memberikan respon dengan memberi arti atas
pesan-pesan itu. Pemberian arti itu diperoleh manusia lewat proses learning (belajar). Hal itu
diperoleh melalui sekolah formal, (misalnya: membaca, menulis, menghitung); namun proses
belajar terbanyak melalui pengalaman.

 Subjectivity
Orang yang melakukan komunikasi.

 Negotiation.
Dalam proses komunikasi, kita selalu melakukan adaptasi atau menyesuaikan diri dengan
komunikator lain. Dalam proses negosiasi kita akan mengirimkan pesan-pesan yang kita
perkirakan akan diterima oleh mitra bicara kita dan kita berusaha membuat interpretasi atau
menangkap makna atas pesan yang dikirim olehnya sesuai dengan yang dimaksudkannya.
Karena proses negosiasi ini, komunikasi tetap bisa berlangsung.

 Culture
Setiap saat kita belajar dari dan dengan orang lain. Kita dipengaruhi orang-orang lain melalui
partisipasi kita dalam kelompok, organisasi, dan masyarakat. Melalui partisipasi ini, kita
membagun kesamaan pengalaman dengan orang-orang lain. Dalam proses komunikasi sosial ini,
simbol-simbol kita pengalaman-pengalaman orang lain menjadi terbagi, tersebar, terstandarisasi.
Inilah yang disebut denganintersubjectived.
Melalui komunikasi manusia, kita menciptakan budaya bersama. Ini akan membantu kita dalam
memberikan makna atas sesuatu. Makin sama budaya kita dengan orang lain, makin sama
pandangan atau makna kita tentang sesuatu, maka makin baik komunikasi berjalan.

 Interactive levels and contest


Komunikasi manusia berjalan dalam berbagai konteks dan berbagai tingkat, bisa ditingkat
idividual, antar individu, kelompok, organisasi, dan masyarakat. Hubungan-hubungan individu
lain yang kita jalin, kelompok dimana kita terlibat, organisasi tempat kita bekerja, dan
masyarakat tempat kita tinggal, semuanya akan mempengaruhi aktivitas komunikasi individual
kita. Pada gilirannya, komunikasi interpersonal kita misalnya apa yang kita rasakan dan pikirkan
tentang diri kita sendiri mempengaruhi interaksi kita dengan orang lain, kelompok, organisasi,
dan masyarakat.

 Self-reference
Komunikasi manusia bersifat self-reference dan autobiografis. Dalam berkata atau bertindak,
atau memberikan makna akan sesuatu, orang selalu merujuk pada dirinya sendiri dan
pengalamannya sendiri tentang hal tersebut.

 Self-reflexivity
Karakteristik lain dari komunikasi manusia adalah adanya kemampuan refleksi diri atau
kesadaran diri (self conciousness). Artinya, manusia punya kemampuan melihat dirinya sendiri
sebagai ‘diri’ (self).
Karena kemampuan ini, manusia memiliki kemampuan untuk memikirkan dirinya, perilakunya,
harapannya, dan sebaliknya juga mengenali apa-apa kekurangannya, kegagalannya, harapannya
yang tak tercapai, dan sebagainya. Kemampuan tentang ‘diri’ ini berpengaruh besar terhadap
misalnya bagaimana kita kita bicara kepada orang lain, kita berpikir tentang sesuatu, kita
bertindak, dan sebagainya. Ini semua jelas berpengaruh terhadap hubungan kita dengan orang
lain.

 Inevitabillity
Manusia tidak dapat tidak berkomunikasi (we cannot not communicate). Manusia tidak akan
pernah berhenti melakukan komunikasi. Sepanjang waktu ia akan terus terlibat dalam proses
menghasilkan dan menerima pesan.
Ilmu sosial sangat erat hubungannya dengan kehidupan manusia sehari-hari pada
umumnya yang mempelajari segala bentuk tingkah laku manusia, seperti pemenuhan
kebutuhan, jual-beli, musyawarah, politik, geografi, antropologi, keluarga dan
sebagainya.Segala bentuk interaksi antar individu dengan menggunakan media apapun,
seprti komunikasi langsung dengan tatap muka, surat-menyurat, telepon, internet,
merupakan bagian dari ilmu sosial.
Hal pertama yang kita tangkap dari pengertian di atas adalah, adanya unsur komunikasi
sebgai landasan terbentuknya interaksi sosial.Setiap manusia berhubungan satu dengan
yang lainya, sebagai contoh hal mendasar dari tingkah laku manusia adalah
pemenuhan kebutuhan.Dalammemenuhi kebutuhannya manusia memerlukan peran dari
manusia lainnya. Itu lah mengapa manusia disebut sebagai makhluk sosial, karena
manusia tidak bisa hidup tanpa adanya peran manusia yang lain. Perlu adanya komunikasi
sebagai media penghubung terbentuknya interaksi antar individu manusia agar kenginan
atau maksud tertentu dapat tersampaikan.
Sejak manusia dilahirkan, sudah dikenalkan dengan dengan komunikasi, dari bentuk paling
sederhana seperti seorang ibu yang berkomunikasi dengan bayinya dengan hanya dengan
gerakan tangan yang membuat sang bayi tersenyum atau bahkan tertawa. Hingga sang
bayi tersebut tumbuh dan mengenal beberapa patah kata hingga kalimat dalam bahasa
tertentu yang dibawa oleh orang tuanya atau saudara-saudaranya. Bagaimana mungkin
seorang bayi atau anak kecil dapat memagami bahasa komunikasi tanpa ada yang
memperkenalkan terlebih dahulu.Apa jadinya jika seorang bayi tidak pernah diajak
berinteraksi?
Dengan adanya komunikasi antar individu, dan terus berkembang menjadi
sebuahkelompok, yang saling berhubungan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari dan
membentuk sistem ekonomi tertentu. Interaksi antar kelompok terus berkembang menjadi
sebuah masyarakat yang besar, dan tidak hanya sampai disitu, semakin kompleksnya
kehidupan masyarakat hingga memerlukan pemimpin atau sekelompok pemerintah yang
bisa mengatur jalanya roda kehidupan agar berjalan teratur dan tertib, timbulah sistem
politik yang merupakan titik awal terbentuknya sebuah negara. Sekelompok masyarakat
luas tentunya memeliki tempat bernaung, tempat tinggal tetap, dan tempat dimana mereka
melakukan segala bentuk pemenuhan kebutuhan, seperti pasar, sekolah, olahraga, dan
sebagainya. Wilayah dimana sebuah masyarakat berdiri akan ditentukan batas wilayah,
yang akhirnya timbul sistem geografi yang menentukan luas wilayah, nama negara/kota,
batas pemerintahan, dan ciri-ciri tertentu dalam sebuah negara yang terbentuk.

Suatu negara memiliki ciri khusus yang membedakannya dengan negara yang lain, daritata
cara pernikahan, becocok tanam, mata pencaharian, sistem pemerintahan. Hal-hal tersebut
dinamakan adat istiadat, dan ilmu mengenai hal tersebut adalah antropologi.Perbedaan-
perbedaan tersebut yang membuat masyarakat terkotak-kotak dan tidak jarang terjadi
perselisihan antar adat atau bahkan antar kota hingga perang antar negara.

Segala bentuk perselisihan tersebut merupakan bagian dari sistem sosial yang dinamis,
cara-cara lama akan terus berkembang membentuk cara-cara baru yang dianggap lebih
baik dan lebih sesuai untuk masyarakat yang bersangkutan. Kadang timbul dibenak kita,
mengapa terjadi perang, padahal manusia dapat memenuhi kebutuhannya dengan cara
yang baik, tanpa kekerasan. Dan tentunya hal baik akan memperoleh hal baik pula.

Namun pada kenyataannya, sistem sosial tidak berkata demikian, saat individu merasa
tidak puas dengan apa yang diperolehnya, maka ia akan mencari segala cara untuk
mendapat lebih dari yang lain, baik dengan cara mencuri, merampok, bahkan sampai
membunuh. Sejarah dunia sudah banyak menampilkan tokoh-tokoh yang berwatak
demikian, hingga berkuasa di sebuah negara, dan memerangai negara lainnya, yang
dianggap tidak cocok dengan pemikian individu tersebut.

Demikian lah ilmu sosial dari sudut pandang saya yang mana merupakan ilmu dari segala
bentuk tingkah laku di dalam masyarakat. Blog yang saya bangun ini akan mencoba
mengupas lebih dalam, bersama para pembaca untuk mendiskusikan apa yang sedang
terjadi dan akan terjadi pada masyarakat kita dan dunia dari sudut pandang ilmu sosial.

Perilaku manusia
Perilaku manusia adalah sekumpulan perilaku yang dimiliki oleh manusia dan dipengaruhi
oleh adat,sikap, emosi, nilai, etika, kekuasaan, persuasi, dan/atau genetika.
Perilaku seseorang dikelompokkan ke dalam perilaku wajar, perilaku dapat diterima,
perilaku aneh, dan perilaku menyimpang. Dalam sosiologi, perilaku dianggap sebagai
sesuatu yang tidak ditujukan kepada orang lain dan oleh karenanya merupakan
suatu tindakan sosial manusia yang sangat mendasar.Perilaku tidak boleh disalahartikan
sebagai perilaku sosial, yang merupakan suatu tindakan dengan tingkat lebih tinggi, karena
perilaku sosial adalah perilaku yang secara khusus ditujukan kepada orang
lain.Penerimaan terhadap perilaku seseorang diukur relatif terhadap norma sosial dan diatur
oleh berbagai kontrol sosial Dalam kedokteran perilaku seseorang dan keluarganya
dipelajari untuk mengidentifikasi faktor penyebab, pencetus atau yang memperberat
timbulnya masalah kesehatan. Intervensi terhadap perilaku seringkali dilakukan dalam
rangka penatalaksanaan yang holistik dan komprehensif

Faktor-faktor yang memengaruhi perilaku


manusia
1. Genetika
2. Sikap – adalah suatu ukuran tingkat kesukaan seseorang terhadap perilaku tertentu.
3. Norma sosial – adalah pengaruh tekanan sosial.
4. Kontrol perilaku pribadi – adalah kepercayaan seseorang mengenai sulit tidaknya melakukan
suatu perilaku.

Ruang lingkup
Benjamin Bloom, seorang psikolog pendidikan, membedakan adanya tiga bidang perilaku,
yaknikognitif, afektif, dan psikomotor. Kemudian dalam perkembangannya, domain perilaku
yang diklasifikasikan oleh Bloom dibagi menjadi tiga tingkat:
 Pengetahuan(knowledge)
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap
obyek melalui indera yang dimilikinya.
 Sikap(attitude)
Sikap merupakan respons tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang
sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan.
 Tindakan atau praktik (practice)
Tindakan ini merujuk pada perilaku yang diekspresikan dalam bentuk tindakan, yang
merupakan bentuk nyata dari pengetahuan dan sikap yang telah dimiliki.
MEMAHAMI KOMUNIKASI MANUSIA
Manusia adalah makhluk sosial yang tergantung satu sama lain serta saling
terkait dengan orang lain di lingkungannya. Satu-satunya alat untuk dapat
berhubungan dengan orang lain di lingkungannya adalah komunikasi, baik
secara verbal maupun non verbal. Melalui komunikasi kita berbicara dengan
diri kita sendiri, mengenal serta mengevaluasi diri sendiri; melalui
komunikasi kita berkenalan serta berinteraksi dengan orang lain, dan
mengungkapkan perasaan kita terhadap orang lain; dan melalui komunikasi
kita memecahkan segala macam persoalan, mengembangkan gagasan baru,
serta berbagi pengalaman dan pengetahuan dengan orang lain.

Secara umum, komunikasi dapat dimaknai sebagai proses


pengiriman(transmits) informasi untuk merubah perilaku individu lain (the
audience).Komunikasi adalah keterampilan yang sangat penting dalam
kehidupan manusia, di mana dapat kita lihat komunikasi terjadi pada setiap
gerak langkah manusia. Komunikasi amat esensial dalam buat pertumbuhan
kepribadian manusia. Para ahli ilmu sosial telah berkali-kali mengungkapkan
bahwa kurangnya komunikasi akan menghambat perkembangan kepribadian.
Ashley Montagu, seorang Antropolog yang cukup terkenal, dengan tegas
menulis : “the most important agency through which the child learns to be
human is communication, verbal also nonverbal”. (Rakhmat, 1993 : 2)
Tapi seringkali orang bertanya, untuk apa kita belajar “berkomunikasi”,
bukankah sejak lahir kita sudah diajarkan berkomunikasi? Bukankah
komunikasi sudah kita terima begitu saja (taken for granted) dari orang tua
kita?
Komunikasi ada dimana-mana. Dengan komunikasi kita saling membentuk
pengertian, menumbuhkan persahabatan, memelihara persahabatan,
memelihara kasih sayang, menyebarkan pengetahuan, dan melestarikan
peradaban. Tetapi dengan komunikasi kita juga menyuburkan perpecahan,
menghidupkan permusuhan, menanamkan kebencian, merintangi kemajuan,
dan menghambat pemikiran. Begitu penting, begitu meluas, dan begitu akrab
komunikasi dengan diri kita sehingga kita semua merasa tidak perlu lagi
mempelajari komunikasi. Hubungan kita dengan sesama manusia dapat
ditingkatkan dengan memahami dan memperbaiki komunikasi yang kita
lakukan. Sesuai dengan fungsi komunikasi yang spesifik, yaitu hubungan
yang harmonis, yang bermanfaat dan dapat meningkatkan kehidupan serta
martabat manusia. Komunikasi adalah ketrampilan atau tingkah laku yang
diperoleh atau dipelajari dan karena itu dapat dirubah dan diperbaiki.

Richard West dan Lynn Turner dalam bukunya Introducing Communication


Theory (2010) menyatakan bahwa : “However, we need to understand the
whys and hows of our conversations with others. For instance, why do two
people in a relationship feel a simultaneous need for togetherness and
independence? Why do some women feel ignored or devalued in
conversations with men? Why does language often influence the thoughts of
others? How do media influence people’s behavior? These and many other
questions are at the root of why communication theory is so important in our
society and so critical to understand” (West dan Turner, 2010 : 4)
Pentingya komunikasi bagi kehidupan social, budaya, pendidikan, dan politik
sudah disadari oleh cendikiawan sejak Aristoteles yang hidup ratusan tahun
sebelum Masehi, akan tetapi studi Aristoteles berkisar pada retorika dalam
lingkungan kecil. Di antara para ahli sosiologi, ahli Psikologi dan ahli politik
di Amerika Serikat yang menaruh minat pada perkembangan komunikasi
adalah Carl I. Hovland yang namanya telah disinggung diatas. Menurutnya,
Ilmu Komunikasi adalah upaya yang sistematis untuk merumuskan secara
tegas asas-asas penyampaian informasi serta pembentukan pendapat dan
sikap. Definisi ini menunjukkan bahwa yang dijadikan objek studi studi ilmu
komunikasi bukan saja penyampaian informasi, melainkan juga pembentukan
pendapat umum dan sikap publik yang dalam kehidupan social dan
kehidupan politik memainkan peranan yang amat penting. Secara sosiologis,
eksistensi manusia adalah eksistensi kebersamaan dan hubungan
kebersamaan ini tidak lain hanya mungkin diwujudkan lewat berkomunikasi.
Dengan komunikasi manusia mencoba mengekspresikan keinginannya dan
dengan komunikasi itu pula manusia melaksanakan kewajibannya. Itulah
sebabnya Wilbur Schramm memberikan predikat manusia sebagai The
Communicating animal, artinya tanpa komunikasi, maka manusia jatuh
derajatnya pada tingkat yang rendah artinya dengan memanipulir komunikasi
itulah, manusia bisa saja jatuh kepada derajat yang lebih rendah dari sekedar
predikat animal. Dalam proses kebersamaan tersebut, sebenarnya yang terjadi
adalah proses saling mempengaruhi dimana sseseorang memberi dan
menerima idea-idea, gagasan-gagasan yang dituangkan dalam lambang-
lambang tertentu yang sudah diberi pengertian yang sama
Komunikasi adalah suatu hal yang sangat kompleks dan merupakan kegiatan
yang menantang (challenging activity), demikian rumitnya, hampir setiap
orang pernah mengalami mengalami kegagalan dalam berkomunikasi
(miskomunikasi). Terlebih saat ini kita telah memasuki sebuah era yang
disebut sebagai “masyarakat informasi” (Information society), yaitu sebuah
era dimana masyarakat telah menjadikan komunikasi melalui proses
pengiriman informasi sebagai sebuah komoditas kepentingan-kepentingan
ekonomi. Dengan demikian, dalam era masyarakat informasi, keahlian
komunikasi adalah kemampuan yang mutlak dimiliki banyak orang agar bisa
siap menghadapi dunia yang menjadikan komunikasi sebagai bagian penting
dalam kehidupan sehari-hari. Maka bermunculan begitu banyak profesi
dalam bidang komunikasi, hampir semua bidang pekerjaan membutuhkan
orang-orang yang memiliki skill komunikasi. Mulai dari public relation
officer, trainer, motivator, editor, jurnalis, analis media, reporter,
programmer TV, media researcher, Media Planner, public speaker. Ataupun
pekerjaan-pekerjaan yang lebih berkaitan dengan dunia akademis, seperti
dosen dan peneliti, yang memang membutuhkan para ahli di bidang ilmu
komunikasi.
Brent Ruben dalam buku “Communication and Human Behavior” (2006 : 3-
9) menyebutkan beberapa aspek yang membuat komunikasi menjadi penting
– untuk tidak mengatakan yang terpenting – dalam kehidupan kita, dan yang
menjadi alasan kenapa setiap orang harus mempelajari ilmu komunikasi:

1. Communication is fundamental to Our Lives

2. Communication is Complex

3. Communication is Vital to Occupational effectiveness

4. A good education does not ensure good communication competence

5. Communication is a popular and vibrant field st

DEFINISI DAN RUANG LINGKUP ILMU KOMUNIKASI


Dari segi bahasa, “komunikasi” atau “communication” berasal dari kata
Latin “communis” yang berarti sama, communico,
communication, atau communicareyang berarti membuat sama (to make
common) (Lihat Dedy Mulyana, 2005 : 41). Definisi dari segi bahasa ini
menyatakan bahwa suatu komunikasi yang efektif hanya dapat tercapai
apabila terjadi kesamaan makna antara komunikator dengan
komunikan. Makna lain yang mirip dengan komunikasi, menurut Mulyana
(2005 : 42), adalah community (komunitas) yang juga menekankan kesamaan
atau kebersamaan. Komunitas merujuk pada sekelompok orang yang
berkumpul atau hidup bersama untuk mencapat tujuan tertentu, dan mereka
berbagi makna dan sikap.
Dalam defenisi tersebut termaktub bahwa orang yang menyampaikan dan
orang yang menerima mempunyai persepsi yang sama tentang apa yang
disampaikan,dengan kata lain sama disini maksudnya adalah sama
makna. Jadi apabila ada dua orang terlibat dalam komunikasi misalnya dalam
bentuk percakapan maka komunikasi akan terjadi atau berlangsung selama
ada kesamaan makna mengenai apa yang dipercakapkan. Percakapan kedua
orang tadi dapat dikatakan komunikatif apabila kedua-duanya selain mengerti
bahasa yang dipergunakana juga mengerti makna dari bahasa yang
dipercakapkan.
Namun, ketika ditanyakan tentang apa yang dimaksud dengan komunikasi?,
kebanyakan orang akan menjawab pertanyan tersebut secara sederhana dan
membatasinya hanya pada aktifitas talking-listening. Tetapi sesungguhnya,
komunikasi jauh lebih luas dari sekadar talking-listening, komunikasi
mengacu pada keseluruhan tindakan pengiriman pesan dari pengirim
(komunikator) kepada penerima (komunikan). Terjadinya kesalahpahaman
tersebut, menurut Dedy Mulyana (2005 : 41), karena istilah komunikasi
sudah sedemikian lazim dalam kehidupan setiap orang, sehingga masing-
masing orang mengartikannya secara berlainan. Oleh karena itu cara pertama
yang harus ditempuh sesorang ketika belajar komunikasi adalah dengan
definisi.
Kesulitan pertama yang langsung menghadang ketika orang ingin
mendefinisikan kata “komunikasi” adalah kerumitan dan kompleksitas
maknanya. Ada begitu banyak definisi komunikasi yang dikemukan oleh para
ahli dari berbagai bidang ilmu. Frank Dance dari Denver University,
misalkan, 40 tahun yang lalu telah mencatat bahwa ada 120-an definisi
komunikasi (lihat Griffin, 2012 : 6), yang saat ini pasti telah berjumlah jauh
lebih banyak dari yang pernah dihitung oleh Dance. Namun demikian
menurut Griffin (2012 : 6), dari sekian banyak definisi yang dikemukakan
oleh para sarjana ilmu komunikasi tersebut belum ada sebuah definisi yang
menonjol dan menjadi standar dalam kajian ilmu komunikasi.

Kesulitan lain yang mungkin muncul adalah karena ada banyak cara untuk
menafsirkan dan mendefinisikan kata komunikasi. Richard West dan Lynn
Turner dalam bukunya Introducing Communication Theory (2010 : 5))
mengatakan “We should note that there are many ways to interpret and
define communication—a result of the complexity and richness of the
communication discipline”. Hal ini, menurut West dan Turner, terjadi karena
para sarjana ilmu komunikasi cenderung melihat fenomena komunikasi
manusia (human communication) dari perspektif mereka sendiri, sehingga
kita akan melihat begitu banyak perspektif dalam bidang ini yang pada
akhirnya akan membuatnya menjadi sebuah disiplin yang kaya dan
kompleks.
Sebagaimana dikemukakan diatas, ada banyak cara untuk mendefinisikan
komunikasi. Cara termudah untuk berpikir tentang komunikasi, menurut Hair
dan Eadie (2009 : 4) adalah melalui makna bersama (common
meaning)dalam beberapa bahasa: yakni sebagai transportasi, atau sarana
untuk menyampaikan pesan dari satu titik ke titik lain. Bahkan, beberapa
model awal komunikasi menekankan komunikasi sebagai alat mekanis untuk
menggerakkan pesan (mechanical means of moving a message). Harold D.
Lasswell menggambarkan komunikasi sebagai “Who? Says What? To
Whom? With What Effect?”, sebuah pandangan yang linear dan mekanis
mengenai komunikasi. Definisi lain dikemukakan oleh Claude Shannon dan
Warren Weaver, yang menggambarkan komunikasi sesuai dengan cara kerja
telepon, yang menunjukkan bahwa sumber pesan disandikan (encode) dan
sinyal ditransmisikan melalui saluran ke perangkat yang menerjemahkan
sinyal dan membuatnya keluar dari penerima dalam bentuk pesan asli. (Hair
dan Eadie : 2009 : 6). Definisi lain yang melihat komunikasi sebagai sebuah
proses satu arah dikemukakan oleh Carl I. Hovland, seorang pengajar di Yale
University, bahwa komunikasi adalah “The process by wich an individual
transmits stimuli to modify the behaviour of other individuals”. Dengan
demikian komunikasi pada awal perkembangannya lebih di dominasi oleh
pandangan yang melihatnya sebagai sebuah proses yang linear, satu arah (one
way) dan mekanis.
Dominannya pandangan “satu arah” pada masa-masa awal komunikasi
disebabkan karena pada awal perkembangannya masyarakat AS pada tahun
1930-an dihadapkan pada isu menghadapi Perang Dunia II dan adanya
ancaman dari Nazi Jerman. Pemerintah AS membutuhkan dukungan publik
untuk menghadapi peperangan, maka ketika itu kajian tentang propaganda
dan opini publik menjadi penting (Antoni, 2004 : 4). Dalam konteks ini kita
melihat bahwa dominanya pandangan “satu arah” lebih disebabkan karena
alasan-alasan politis, bahwa pandangan komunikasi “satu arah” sangat
bermanfaat dalam mempengaruhi opini publik dan psikologi massa melalui
propaganda.

Harus diakui meskipun perspektif “satu arah” cukup dominan pada masa
awal perkembangan kajian komunikasi, namun bukan merupakan satu-
satunya perspektif. Ada begitu banyak perspektif dalam melihat,
mengkonstruk dan mendefinisikan ilmu komunikasi.

Em Griffin dalam bukunya “The First Look at Communication


Theory” (2012 : 6) mencoba menawarkan sebuah definisi “Communication is
the relational process of creating an interpreting messages that elicit a
response”. Dalam definisinya ini, Griffin mencoba untuk menggambarkan
komunikasi melalui beberapa komponen, yakni :
1. Pesan (messages)
Pesan merupakan inti dari kajian ilmu komunikasi. Komunikasi apapun yang
kita lakukan: talking-listening; writing-reading; performing-witnessing; atau,
yang lebih umum, “melakukan apa pun” selalu melibatkan ‘pesan’ melalui
berbagai media atau kondisi tertentu.
2. Menciptakan pesan (creation of messages)
Dalam konteks ini, isi dan bentuk teks biasanya
dibangun (constructed),diciptakan (invented), direncanakan (planned), dibuat
(crafted), dibentuk(constituted), dipilih (selected) dan diadopsi (adopted)
oleh komunikator.
3. Menafsirkan Pesan (interpretation of messages)
Pesan tidak menafsirkan dirinya sendiri, maksudnya adalah makna sebuah
kata atau kalimat tidak berada pada kata-kata yang diucapkan atau ditulis,
namun berada pada interpretasi atau penafsiran masing-masing peserta
komunikasi. Sehingga ada adigium yang berkembang di kalangan sarjana
komunikasi, bahwa kata-kata tidak memiliki makna, manusia yang
memberinya makna “words don’t mean things, people mean things”
4. Sebuah proses relasional (A Relational Process)
Komunikasi adalah sebuah proses. Maknanya adalah, bahwa proses lebih
penting dibanding isi pesan (content). Komunikasi adalah proses relasional
tidak hanya karena terjadi antara dua orang atau lebih, tetapi juga karena hal
itu mempengaruhi sifat dari koneksi antara orang-orang.
5. Pesan menimbulkan respon (Messages That Elicit a Response)
Komponen akhir dari komunikasi berkaitan dengan efek pesan atas orang-
orang yang menerimanya. Untuk alasan apapun, jika pesan gagal untuk
merangsang setiap kognitif, emosional, atau perilaku, tampaknya sia-sia
untuk menyebutnya sebagai komunikasi. Kita biasa menyebut situasi ini
sebagai “a message falling on deaf ears” atau “turning a blind eye”
Richard West dan Lynn Turner dalam bukunya Introducing Communication
Theory (2010) mendefinisikan komunikasi sebagai “a social process
in which individuals employ symbols to establish and interpret meaning in
their environment”. Dalam definisinya ini West dan Turner memberikan
pandangan mengenai komunikasi dari lima konsep; social, process symbols,
meaning, and environment (Lihat Gambar 1)
1. Social
Komunikasi adalah proses sosial, karena bagaimanapun selalu melibatkan
orang-orang dalam interaksi, baik melalui tatap muka (face-
toface) maupunonline. Dalam hal ini, termasuk dua orang yang masing-
masing bertindak sebagai pengirim (komunikator) dan komunikan
(penerima), yang keduanya memainkan peran integral dalam proses
komunikasi. Komunikasi selalu bersifat sosial, dengan demikian, selalu
melibatkan orang-orang yang datang ke interaksi dengan berbagai niat,
motivasi, dan kemampuan yang berbeda.
2. Process
Sebagai sebuah proses, komunikasi selalu bersifat ongoing dan unended,yang
dinamis, kompleks dan terus berubah. Pandangan ini lebih menekankan pada
dinamika dalam pembuatan makna, yang makna dalam prosesnya tidak dapat
ditentutukan awal dan akhir dari sebuah komunikasi. Dengan demikian,
komunikasi kita dengan orang lain dimasa lalu akan tersimpan dalam pikiran
mereka dan akan mempengaruhi proses komunikasi.
3. Symbol
Simbol adalah label sewenang-wenang (arbitrary) atau representasi dari
fenomena. Sebagai contoh, kata “love” merepresentasikan gagasan tentang
cinta; kata “kursi” merepresentasikan sesuatu tepat kita duduk.
Simbol biasanya disepakati dalam suatu kelompok, tetapi mungkin tidak
dapat dipahami di luar kelompok. Dengan cara ini, penggunaannya sering
sewenang-wenang (arbitrary). Ada simbol yang bersifat konkret (concrete
symbols), yaitu simbol yang merepresentasikan sebuah objek; dan ada simbol
yang bersifat abstrask (abstract symbols), yaitu simbol yang mewakili pikiran
atau ide.
4. Meaning
Makna adalah intisari (extract) dari pesan. Dalam peristiwa komunikasi,
pesan dapat memiliki lebih dari satu makna dan bahkan beberapa lapisan
makna. Tanpa berbagi makna, kita semua akan mengalami kesulitan
berbicara bahasa yang sama atau menafsirkan peristiwa yang sama.
Meskipun demikian, tidak semua makna dapat dibagi secara bersama, dan
orang-orang tidak selalu tahu apa yang dimaknai orang lain. Dalam situasi
ini, kita harus dapat menjelaskan, mengulang dan menerangkan (clarify), dan
komunikasi yang efektif hanya terjadi apabila setiap orang yang
berkomunikasi berupaya untuk berbagi makna bersama atau mencari
kesamaan makna. Tanpa ini, setiap orang tidak akan dapat memahami secara
pasti pesan yang disampaikan orang lain.
5. Environment
Lingkungan (environment) adalah situasi atau konteks dimana komunikasi
terjadi. Lingkungan mencakup sejumlah elemen, termasuk waktu, tempat,
periode sejarah, hubungan dan latar belakang budaya dari orang-orang yang
terlibat dalam komunikasi. Dapat dipastikan bahwa lingkungan dan semua
komponen-komponennya berpengaruh terhadap perilaku komunikasi.
Namun demikian, lingkungan dapat juga dapat dimediasi, yang berarti bahwa
komunikasi dapat terjadi dengan bantuan teknologi, baik melalui surat
elektronik (email), chat room ataupun situs jejaring sosial. Lingkungan yang
dimediasi ini pada akhirnya akan mempengaruhi komunikasi diantara
komunikator dan komunikan; bahwa orang yang berkomunikasi melalui chat
room, misalkan, tidak dapat mengamati prilaku, mendengarkan karakteristik
suara atau melihat gerakan tubuh masing-masing. Lingkungan yang
dimediasi (mediated environment) akan terus menjadi kajian yang menarik
seiring dengan meningkatnya perkembangan teknologi.
Untuk memudahkan pendefinisian, Brent Ruben dan Lea Stewart (2006 : 13)
membedakan komunikasi menjadi dua aspek yang berbeda :

1. Komunikasi sebagai sebuah disiplin keilmuan – yang merujuk kepada


kajian akademik (academic field) yang terfokus terhadap studi ilmu
komunikasi

2. Komunikasi sebagai sebuah istilah teknis (technical meanings), popule


dan professional. Istilah ini fokus kepada kerangka kerja (occupational
framework) dalam lingkungan professional
Ruben dan Stewart (2006 : 13-14), lebih lanjut, menjelaskan bahwa ada
beberapa cara untuk mejelaskan mengenai begitu banyaknya definisi, yang
saling berbeda satu sama lain. Yaitu dengan cara menentukan :

1. Level of observation
Yang dimaksud dengan level of observation adalah cara untuk
mendefinisikan komunikasi melalui hubungan-hubungan. Apakah
komunikasi berlangsung dalam level individual,
relationships, organisasional, atau dalam konsteks sosial budaya tertentu atau
lebih luas lagi dalam level internasional. Beberapa definisi yang
dikemukakan mungkin terfokus pada salah satu – atau mungkin lebih dari
satu – level tersebut.
2. The Question of Intent
Para ilmuan komunikasi berbeda pendapat, apakah komunikasi hanya terjadi
dalam konteks pesan yang disengaja (intentionally)? Atau komunikasi dapat
juga berlangsung dalam konteks pesan yang tidak disengaja (unintentional).
3. Point of View
Komunikasi dapat didefinisikan dengan penekanan pada perspektif
sumber(source perspective) seperti : penceramah publik (public speaker) atau
penulis(writer). Disisi lain, komunikasi dapat juga difenisikan dengan lebih
menekankan pada perspektif penerima (receiver perspective); seperti
pendengar atau pembaca. Dalam perspektif pembicara, misalkan, kata
“komunikasi” secara umum digunakan untuk merujuk kepada keadaan-
keadaan ketika seorang pendengar mendapatkan pesan yang ada dalam
pikiran.
4. The issue of Outcomes
Beberapa definisi komunikasi hanya membatasi pada beberapa situasi
komunikasi, seperti, situasi dimana interaksi menghasilkan
pengertian(understanding), penerimaan (acceptance) dan
kesepakatan (agreement)dihasilkan dari sebuah interaksi. Sementara, disisi
lain, beberapa definisi mungkin tidak melihat komunikasi terjadi dalam
kondisi ketika interaksi lebih menghasilkan misunderstanding,
disagreement, atau beberapa hasil negatif lainnya.
Dengan mepertimbangkan konteks-konteks diatas, Ruben dan Stewart (2006 :
17) mengajukan sebuah definisi ;

“Human communication is the process through wich individuals in


relationships, groups, organizations, and societies create and use
information to relate to the environment and one another”.
sume Fundamental Of Human Communication
Untuk memahami sepenuhnya kompleksitas yang terlibat dalam tindakan
komunikasi, maka
perlu terlebih dahulu kita pahami aspek komunikasi, yaitu aspekvisibilitas dan aspe
k Invisibilitas Komunikasi.

Aspek Visibilitas Komunikasi

Berikut adalah aspek komunikasi yang bersifan konkret/visible dan dapat diamati dengan
mudah.

 Manusia (People)
Manusia dalam komunikasi manusia/human communication bertindak sebagai sumber
(komunikator,source, sender, atau encoder) dan penerima
(komunikan, audience, receiver). Sebuah komunikasi, tidak akan dikatakan sebagai
komunikasi manusia tanpa ada aspek manusia sebagai pelaku di dalamnya.

 Simbol (Symbol)
Simbol adalah suatu huruf, angka, kata, objek, orang atau tindakan yang
mewakili sesuatu, dilakukan secara verbal atau non
verbal. Simbol merupakan hal-hal atau gagasan tentang berbagai
hal. Kata merupakan simbol karena kata dapat mewakili objek, ide, relasi, orang,
tempat, dan perasaan. Dalam kebanyakan kasus, tidak ada hubungan langsung
antara simbol dan referen (hal yang disimbolkan).

 Media
Media, merupakan sarana atau alat yang dipakai oleh manusia dalam
mengirimkan pesan atau simbol. Media dapat berupa panca indra (penglihatan,
penciuman, pendengaran, pengecap, dan peraba), media cetak (surat kabar, majalah,
dsb.), dan media elektronik (radio, televisi, telepon, dsb.).

Aspek Invisibilitas Komunkasi

Sebagian besar aspek komunikasi tidak dapat dilihat atau diamati dengan
mudah, karena keabstrakannya. Berikut adalah aspek-aspek komunikasi yang sifatnya
abstrak/invisible (tidak terlihat) dan tidak dapat diamati secara luas.

 Arti (meaning)
Manusia menciptakan atau menghasilkan simbol, ketika menggunakan simb
ol dalamberkomunikasi – terciptalah arti (meaning) dari simbol-
simbol tersebut. Arti dari sebuahsimbol sifatnya relatif. Makna/arti diciptakan m
elalui penggunaan adat dan kebiasaan.

 Belajar (Learning)
Manusia lahir dengan kecenderungan merespon pesan tertentu yang sifatnya
refleks, denganmemahami arti-
arti/ makna melalui proses membaca, menulis, berhitung maupunpengalama
n (learning).

 Subyektivitas (Subjectivity)
Terkadang manusia memaknai setiap simbol yang diterima sesuai dengan pe
ngalamannyayang bersifat personal dan subjektif.

 Perundingan (Negotiation)
Meskipun kegiatan komunikasi berlangsung dengan peserta komunikasi yan
g mempunyaikeunikan dan memberikan makna yang beragam terhadap suat
u pesan, namun denganadanya proses perundingan, peserta komunikasi pun
dapat mencapai kesepahaman.

 Budaya (Culture)
Budaya dalam hal ini sebagai proses belajar akibat pengaruh partisipasi man
usia dalamkelompok, organisasi & masyarakat , yang dilakukan secara turun
temurun.

 Konteks dan tingkat Interaksi


Komunikasi manusia berjalan dalam berbagai konteks dan tingkatan;
individual, antarindividu , kelompok, organisasi dan masyarakat, dimana se
muanya saling mempengaruhi.

 Self-referensi
Makna yang diberikan terhadap suatu simbol dipengaruhi oleh pengalaman
masing-
masingindividu. Jadi komunikasi manusia pada dasarnya bersifat self-
reference dan autobiografis.Bahkan apa yang kita katakan tentang orang
lain sering kali mengatakan tentang kita juga.

 Self-refleksivitas
Maksudnya manusia memiliki kemampuan untuk memikirkan dirinya, perila
kunya,harapannya dan sebaliknya mengenali kekurangan, kegagalan dan har
apan yang tidakdicapainya.

 Etika (Ethic)
Dalam berkomunikasi, etika yang tepat adalah jujur. Namun, kejujuran kadang membuat
keadaan menjadi tidak lebih baik. Olehnya, kita harus tahu benar kapan kita harus jujur
dan kapan kita sebaiknya tidak jujur.
 Inevitability
Kita tidak dapat mengelak untuk terlibat dalam proses komunikasi. Pada gilirannya,
kita akan terus-menerus dan tak terhindarkan memproses informasi tentang orang-orang,
situasi, dan objek di lingkungan kita, dan tentang diri kita sendiri.
Dari perspektif ini, kita dapat melihat bahwa kerusakan komunikasi adalah mitos. Paling
sering, "gangguan" dan "kegagalan" hasil komunikasi bukan dari
kurang efektifnya pengiriman pesan danpenerimaan, tetapi justru dari perbedaan
penafsiran pesan, harapan, niat, atau hasil.

Anda mungkin juga menyukai