Komunikasi merupakan kegiatan yang sejak dulu telah lama dilakukan manusia.
Bahkan Adam dan Hawa sebagai manusia pertama juga melakukan kegiatan komunikasi
yang kita tidak tahu bagaimana proses mereka melakukan komunikasi (dalam Suryanto,
2015). Komunikasi lalu berkembang melalui bahasa dan tulisan. Tulisan-tulisan yang
terdapat di gua dan dibatu merupakan bukti-bukti dari bentuk komunikasi manusia pada
zaman dahulu. Pada perkembangannya, komunikasi masih berupa penyampaian gagasan atau
pesan berupa pidato atau diskusi. Komunikasi terus berkembang setelah ilmuan menemukan
kertas dan mesin cetak. Terbitnya surat kabar pertama juga menjadi tonggak sejarah
komunikasi dan peradaban manusia berkembang lebih pesat dengan adanya media elektronik
seperti radio, televisi dan beberapa media lain.
Kehidupan manusia sehari-hari tidak luput dari komunikasi, karena merupakan salah
satu cara manusia untuk menjalin hubungan satu sama lain. Menurut Hardjana (dalam
Fourianalistyawati, 2012) Komunikasi dapat efektif apabila pesan diterima dan dimengerti
sebagaimana dimaksud oleh pengirim pesan, pesan ditindaklanjuti dengan sebuah perbuatan
oleh penerima pesan dan tidak ada hambatan untuk hal itu. Di era global saat ini, komunikasi
berperan dalam membantu manusia menyampaikan informasi mulai dari lingkup terkecil
hingga lingkup terbesar.
Konsep lain yang tidak dapat dipisahkan dari komunikasi adalah budaya. Mengingat
betapa kuatnya hubungan antara budaya dan komunikasi, Edward T. Hall (dalam Liliweri,
2009) membuat sebudah definisi “Kebudayaan adalah komunikasi dan komunikasi adalah
kebudayaan”. Hall sebenarnya mengatakan bahwa hanya manusia berbudaya yang
berkomunikasi, dan ketika manusia berkomunikasi dia dipengaruhi oleh kebudayaannya.
Manusia menyatakan dan mungkin juga menginterpretasikan kebudayaannya kepada orang
lain, dan sebaliknya, orang lain menginterpretasikan kebudayaannya. Manusia melakukan
komunikasi dengan budaya lain didasarkan pada individu-individu yang memiliki latar
belakang budaya yang berbeda dan juga perbedaan ras, etnis, agama, jenis kelamin, gender.
Kebudayaan memberikan pedoman agar kita dapat memulai (termasuk menafsirkan pesan)
komunikasi, juga mengajarkan kita mengakhiri komunikasi.
Bab ini akan membahas tentang berkembangnya komunikasi lintas budaya pada era
global, bidang-bidang yang mempengaruhi perkembangan komunikasi lintas budaya,
pengaruh globalisasi pada perkembangan komunikasi lintas budaya, dan menjelaskan
tantangan komunikasi lintas budaya di masa depan. Anda akan dapat memahami lebih dalam
bagaimana perkembangan komunikasi lintas budaya dan mengimplementasikan dalam
kehidupan sehari-hari.
1. Perkembangan Komunikasi Lintas Budaya Pada Era Global
Proses komunikasi lintas budaya saat ini bisa dilakukan dengan ringkas karena
cepatnya perkembangan ilmu dan teknologi yang semakin memudahkan kita untuk
berkomunikasi. Selain dengan berkembangnya alat komunikasi, perkembangan alat
transportasi juga memberikan pengaruh yang besar karena semakin memudahkan manusia
berpindah dari satu tempat ketempat lain dalam satu cakupan yang luas dengan waktu yang
singkat. Sebelum kita membahas perkembangan lintas budaya lebih dalam, kita mulai dengan
membahas sejarah perkembangan, definisi, fungsi, serta faktor-faktor yang mempengaruhi
komunikasi lintas budaya.
Sejarah komunikasi lintas budaya telah ada dari waktu yang lama bahkan sudah ada
sejak adanya manusia, karena komunikasi lintas budaya sudah terjadi mulai dari cara kita
memanggil ayah dan ibu, dan kemudian kita diajari cara memakai baju, makan, buang air,
dan lain sebagainya yang juga merupakan bagian dari kebudayaan
Ketika kita mulai bergaul dan bermain dengan teman disekitar kita misalnya, kita juga
sudah memulai cara berkomunikasi dan mengenal budaya orang yang berbeda dengan budaya
kita. Misalnya, keluarga A membiasakan membersihkan diri dan berdoa dahulu sebelum tidur
sementara di keluarga B peraturan tersebut tidak diterapkan. Hal tersebut adalah contoh
komunikasi antar budaya sudah terjadi walaupun dalam lingkup yang masih kecil..
Contoh lain pengaruh komunikasi lintas budaya adalah cara masuk dan
berkembangnya agama di Indonesia, yang diawali dari hubungan dagang antara pedagang
Arab dan pedagang Indonesia yang melakukan interaksi komunikasi dan terjadilah proses
akulturasi budaya sehingga kedua anggota budaya saling mengenal kebudayaan masing-
masing seperti bahasa, cara berpakaian, kesenian dan agama.
Menurut Samovar dan Porter (dalam Gusti, 2015) komunikasi antarbudaya terjadi
karena pengolah pesan dan penerima pesan memiliki latar belakang kebudayaan yang
berbeda. Jadi, dapat diartikan bahwa komunikasi lintas budaya terjadi karena adanya interaksi
antara dua orang individu yang memiliki latar belakang budaya yang berbeda. Komunikasi
lintas budaya juga dapat mempengaruhi perilaku individu, hal itu dikemukakan oleh Charley
H. Dood (dalam Gusti, 2015) bahwa komunikasi antarbudaya meliputi komunikasi yang
melibatkan peserta komunikasi yang mewakili pribadi, antarpribadi, dan kelompok, dengan
tekanan pada perbedaan latar belakang kebudayaan yang mempengaruhi perilaku komunikasi
para peserta.
Komunikasi lintas budaya memiliki empat fungsi utama dalam berkomunikasi, yaitu
fungsi informasi, instruksi, persuasif, dan menghibur. Apabila empat fungsi utama itu
diperdalam maka akan melahirkan dua fungsi lain, yaitu fungsi pribadi dan fungsi sosial.
Fungsi pribadi komunikasi dibagi menjadi fungsi menyatakan identitas sosial, integrasi
sosial, menambah pengetahuan, dan fungsi melepaskan diri. Sementara fungsi sosial dibagi
kembali menjadi fungsi pengawasan, menghubungkan, sosialisasi, dan menghibur.
1. Fungsi Pribadi
d. Melepaskan Diri
2. Fungsi Sosial
a. Pengawasan
b. Menghubungkan
c. Sosialisasi nilai
The Scene (Adegan), Adegan sebagai salah satu faktor dalam komunikasi ini
menekankan hubungannya dengan lingkungan komunikasi. Adegan ini menjelaskan
apa yang dilakukan, simbol apa yang digunakan, dan arti dari apa yang dikatakan.
Dengan pengertian adegan ini merupakan apa yang dimaksudkan yakni sesuatu yang
akan dikomunikasikan dengan melalui simbol apa, sesuatu itu dapat dikomunikasikan.
The Purpose (Tujuan), Menurut Grace dalam buku Komunikasi Administrasi dan
Beberapa Faktor Penyebab Kegagalannya karangan Miftah Thoha, ada 4 (empat)
macam tujuan tersebut yaitu: Satu, Tujuan Fungsional (The Fungsional Goals) ialah
tujuan yang secara pokok bermanfaat untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi atau
lembaga. Dua, Tujuan Manipulasi (The Manipulative Goals); Tujuan ini dimaksudkan
untuk menggerakkan orang-orang yang mau menerima ide-ide yang disampaikan baik
sesuai ataupun tidak dengan nilai dan sikapnya sendiri. Ketiga, Tujuan ini bermaksud
untuk menciptakan tujuan-tujuan yang bersifat kreatif. Komunikasi ini dipergunakan
untuk memungkinkan seseorang mampu mengungkapkan perasaan tadi dalam
kenyataan. Keempat, Tujuan Keyakinan (The Confidence Goals); Tujuan ini
bermaksud untuk meyakinkan atau mengembangkan keyakinan orang-orang pada
lingkungan.
Faktor-faktor tersebut di atas juga menjadi salah satu penentu sebuah proses
komunikasi itu berjalan efektif. Berdasarkan hal itu pula, kita bisa menentukan strategi
atau metode komunikasi yang digunakan dalam sebuah proses komunikasi.
Era globalisasi masih menjadi perdebatan oleh banyak ilmuan, namun terdapat 3
gagasan mengenai awal globalisasi di mulai yang di gagas oleh Balaam (dalam Ganon,
2011). Gagasan awal yaitu pada abad ke-16 sampai ke-17 terdapat peristiwa penting pada era
tersebut yaitu lahirnya state-nation setelah munculnya Perjanjian Westphalia (Jackson, dalam
Mubah, 2011)
Pendapat terakhir terjadi ketika teknologi internet mulai berkembang pesat yaitu pada
tahun 1990, internet memudahkan seseorang bertransaksi dengan suatu perusahaan meskipun
perusahaan tersebut berada di negara lain, internet juga membuat arus informasi dan
komunikasi semakin lancar dampak dari pekembangan internet ini yaitu dunia menjadi
semakin homogen. Menurut bebrapa ilmuan masa internet ini dinilai menjadi awal era
globalisasi.
Jan aartscholte (dalam Mubah, 2011) meneeliti proses globalisasi berdasarkan 5 aspek:
1. Aspek internasionalisasi
2. Aspek liberalisasi ekonomi
3. Aspek westrernisasi
4. Aspek demokratisasi
5. Aspek deteritorialisasi
Faktor- faktor psikologis itu bisa muncul dari dalam diri (disposisi) atau
ditampilkan sebagai respons terhadap stimulus yang datang dari luar diri.
Perbedaan keberhasilan komunikasi itu ditentukan oleh faktor-faktor yang bersifat
personal. Para ahli komunikasi mengemukakan sekurang-kurangnya dalam
komunikasi antar-pribadi (dyad) ada enam pertanyaan di antara kedua orang itu,
yakni: (a) Bagaimana saya melihat diri saya? (b) Bagaimana saya melihat anda?
(c) Bagaimana saya berpikir ketika anda melihat saya? (d) Bagaimana anda
melihat diri anda? (e) Bagaimana anda melihat saya? (f) Bagaimana anda berpikir
ketika saya melihat anda?
1. Identitas Budaya
2. Identitas Sosial
3. Identitas Pribadi
Identitas personal didasarkan pada keunikan karakteristik pribadi seseorang.
Perilaku budaya, suara gerak-gerik anggota tubuh, nada suara, cara berpidato, warna
pakaian, guntingan rambut, menunjukkan ciri khas seseorang pribadi tertentu yang
rata-rata tidak dimiliki oleh orang lain.
Bagi banyak ahli, warna atribusi atau penampilan pribadi membarikan warna
motivasi untuk apa kita berkomunikasi. Karena itu maka setiap perisiwa
memiliki dua aspek penting, yakni: (1) isi komunikasi; dan (2) relasi komunikasi,
yang dengan tampilan beratribusi rendah maka formula tersebut tampaknya tidak
berlaku.
Kata Paul Watzlawick, Janet Beavin dan Jacson (dalam Nasruddin, 2017)
mengemukakan bahwa ada perbadaan antara isi dan relasi komunikasi. Isi
Komunikasi meliputi informasi yang terkandung dalam pesan, misalnya tentang
apa yang diucapkan secara lisan atau tertulis di atas kertas. Sedangkan relasi
komunikasi berkaitan dengan bagaimana pesan itu dialihkan, bagaimana pesan
itu disimpulkan sehingga meningkatakan kualitas relasi hubungan antarpribadi.
2. Masalah Kredibilitas
Berbagai penelitian yang berkaitan dengan kredibilitas komunikator
selalu membahas ulang dua tema pokok yakni: (1) kredibilitas komunikator; dan
(2) derajat kesamaan komuniktor.
Kredibilas tidak hanya meliputi faktor kepercayaan kita pada seorang pembicara,
tetapi juga meliputi sifat-sifat asli kredibilitas itu sendiri. Berdasarkan peertimbangan itu
maka komunikasi antar budaya selalu meliputi hubungan tatap muka antara dua oarang
atau lebih yang mempunyai latar belakang bidaya yng berbeda yang mana pengaruh
budaya sangatlah dominan.Berbagai penelitaian yang berkaitan dengan kredibilitas
komunikator menunjukkan bahwa kredibilitas itu antara lain ditentukan oleh beberapa
faktor: (a) Kewenangan dan kompetensi; (b) Karekter; (c) Koorientasi; (d) Karisma; dan
(e) Dinamisme.
Homofili mengacu pada kesamaan antara individu yang berinteraksi. Kesamaan itu
merefleksikan kesamaan area atau wilayah sikap atau nilai, tampilan status sosial,
kepribadian dan keragaman aspek demoografis.Sedangkan herofili adalah kebalikan dari
homofili, mengacu pada derajat penampilan ketidaksamaan antara dua orang yang
berkomunikasi. Komunikasi antarbudaya yang dilandasi oleh heterofili akan berbeda
dengan mereka yang hemofili.
Ketika berhubungan antarpribadi maka ada dua faktor dari peasan non verbal
yang mempengaruhi komunikasi antar budaya. Ada beberapa bentuk perilaku non
verbal yakni:
1. Kinesik adalah studi yang berkaitan dengan bahsa tubuh, yang terdiri dari posi
tubuh, orientasi tubuh, tampilan wajah, gambaran tubuh, dll.
2. Okulesik adalah studi tentang gerkan mata dan posisi mata.
3. Haptik adalah studi tentang perabaan atau memperkenankan sejauh mana
seseorang memegang dan merangkul orang lain.
4. Proksemik adalah studi tentang hubungan antar ruang, antar jarak, dan waktu
berkomunikasi, sebagaimana dikategorikan oleh Hall pada tahun 1973,
kecenderungan manusia menunjukkan bahwa waktu berkomunikasi itu harus
ada jarak antarpribadi, terlalu dekat atau terlalu jauh.
5. Kronemik adalah studi tentang konsep waktu, sama seperti pesan non verbal
yang lain maka konsep tentang waktu yang menganggap kalau suatu
kebudayaan taat pada waktu maka kebudayaan itu tinggi atau peradaban maju.
6. Tampilan, appearance yaitu cara bagaiman seseorang menapilkan diri telah
cukup menunjukkan berkolerasi sangat tinggi dengan evaluasi tentang pribadi.
7. Posture adalah tampilan tubuh waktu sedang berdiri dan duduk.
8. Pesan-pesan paralinguistik antarpribadi adalah pesan komunikasi yang
merupakan gabungan antara perilaku verbal dan non verbal.
9. Simbolisme dan komunikasi non verbal yang pasif yakni beberapa di
antaranya adalah simbolisme warna dan nomor.
Demi menjaga hubungan kerja sama yang baik, memperoleh informasi serta
berkomunikasi terhadap Negara- negara lain juga membutuhkan kemampuan
komunikasi lintas budaya yang baik. Komunikasi Lintas Budaya adalah suatu proses
dimana dialihkannya ide atau sebuah gagasan suatu budaya yang satu kepada budaya
yang lain dan sebaliknya, hal ini bisa antara dua kebudayaan yang terkait atau pun
lebih, tujuannya adalah bentuk untuk saling mempengaruhi. Tanpa kita mengerti
kebudayaan Negara lain komunikasi tidak akan berjalan secara efektif bahkan akan
mengalami kegagalan. Mengapa? Karena setiap Negara mempunyai budayanya
sendiri. Budaya yang berbeda melakukan cara yang berbeda, bahkan Negara yang
satu Bahasa belum tentu saling memahami. Maka dari itu pemahaman terhadap
banyaknya perbedaan budaya di dunia ini dan rasa ingin menghargai budaya satu
dengan yang lain sangat membantu dalam Komunikasi Lintas Budaya dalam menjaga
hubungan kerja sama yang baik. Contohnya, senjata nuklir adalah senjata yang sangat
berbahaya di dunia, untuk mengurangi tingkat berbahaya nuklir diadakan rapat
bersama dengan Korea Utara yang telah di rencanakan oleh beberapa Negara sebagai
usaha untuk mengurangi uji coba senjata nuklir yang dilakukan oleh Korea Utara.
Komunikasi ini dapat dilakukan dengan cara negosiasi atau pertukaran simbol.
Dengan memahami komunikasi lintas budaya, kita dapat meredam konflik dan
mewujudkan perdamaian. Menurut Charles E. Snare usaha meredam konflik dan
mendorong perdamaian tergantung bagaimana cara kita mendefinisikan situasi orang
lain agar kita dapat mencapai perdamaian dan kerjasama. Dengan cara ini pun seperti
yang di jelaskan, pemahaman Budaya dalam berkomunikasi menjadi hal yang penting
guna menyelesaikan konflik dengan cara yang baik demi mencapai tujuan bersama..
https://nazelka.wordpress.com/2017/04/05/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-komunikasi-
antarbudaya/
Suryani, W. (2013). Jurnal Dakwah Tabligh. 14(1). Komunikasi Antar Budaya yang
Efektif. Diakses melalui http://journal.uin-
alauddin.ac.id/index.php/tabligh/article/download/316/281