Anda di halaman 1dari 7

Makalah

Manajemen Fasilitas
Disusun untuk Mememenuhi Tugas Mata Kuliah
Manajemen Pendidikan

Dosen Pengampu :
Dra. Maria Margaretha Wahyuningrum Handayani MM.

Disusun oleh :

1. Bernardinus A. Rana (20203241008)


2. Fitriyana (20203244015)
3. Muhammad I. Hasan (20203241024)
4. FG
5. GH
6. LJ

Pendidikan Bahasa Jerman Kelas A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA JERMAN

FAKULTAS BAHASA DAN SENI


UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2020
Kata Pengantar

Puji syukur Penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya,penulis dapat
menyelesaikan Makalah yang berjudul “Manajemen Fasilitas”dalam waktu yang telah ditentukan . Penulis percaya
bahwa tanpa bantuan Tuhan,makalah ini tidak akan berjalan semestinya .penulis juga mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini.Khususnya penulis
mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Sri Harti Widyastuti, M.Hum. selaku ketua Dekan Fakultas Bahasa dan Seni
2. Dra. Maria Margaretha Wahyuningrum Handayani MM. selaku Dosen pengampu mata kuliah.
3. Orang tua dan teman-teman yang selalu mendukung penulis dalam menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna.Oleh karena itu,penulis mengharapkan kritik
dan saran bagi para pembaca yang sifatnya membangun sehingga penulis dapat menyempurnakan makalah ini.

Yogyakarta, 2 November 2020

Penulis
A.PENGERTIAN KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA

Komunikasi antar budaya adalah komunikasi yang terjadi di antara orang-orang yang memiliki kebudayaan
yang berbeda bisa beda ras, etnik, atau sosio ekonomi, atau gabungan dari semua perbedaan ini.
Kebudayaan adalah cara hidup yang berkembang dan dianut oleh sekelompok orang serta berlangsung dari
generasi ke generasi.

Hamid Mowlana menyebutkan komunikasi antar budaya sebagai human flow across national boundaries.
Misalnya; dalam keterlibatan suatu konfrensi internasional dimana bangsa-bangsa dari berbagai negara
berkumpul dan berkomunikasi satu sama lain. Sedangkan Fred E. Jandt mengartikan komunikasi antar
budaya sebagai interaksi tatap muka di antara orang-orang yang berbeda budayanya.

Guo-Ming Chen dan William J. Sartosa mengatakan bahwa komunikasi antar budaya adalah proses
negosiasi atau pertukaran sistem simbolik yang membimbing perilaku manusia dan membatasi mereka
dalam menjalankan fungsinya sebagai kelompok. Selanjutnya komunikasi antar budaya itu dilakukan:

1. Dengan negosiasi untuk melibatkan manusia di dalam pertemuan antar budaya yang membahas satu
tema (penyampaian tema melalui simbol) yang sedang dipertentangkan. Simbol tidak sendirinya
mempunyai makna tetapi dia dapat berarti ke dalam satu konteks dan makna-makna itu
dinegosiasikan atau diperjuangkan.
2. Melalui pertukaran sistem simbol yang tergantung daripersetujuan antarsubjek yang terlibat dalam
komunikasi, sebuah keputusan dibuat untuk berpartisipasi dalam proses pemberian makna yang
sama.
3. Sebagai pembimbing perilaku budaya yang tidak terprogram namun bermanfaat karena mempunyai
pengaruh terhadap perilaku kita.
4. Menunjukkan fungsi sebuah kelompok sehingga kita dapat membedakan diri dari kelompok lain
dan mengidentifikasinya dengan berbagai cara.
B.Hakikat Komunikasi Antarbudaya

1. ENKULTURASI
Enkulturasi mengacu pada proses dengan mana kultur (budaya) ditransmisikan dari satu generasi ke
generasi berikutnya. Kita mempelajari kultur, bukan mewarisinya. Kultur ditransmisikan melalui
proses belajar, bukan melalui gen. Orang tua, kelompok, teman, sekolah, lembaga keagamaan, dan
lembaga pemerintahan merupakan guru-guru utama dibidang kultur. Enkulturasi terjadi melalui
mereka.

2. ALKUTURASI
Akulturasi mengacu pada proses dimana kultur seseorang dimodifikasi melalui kontak atau
pemaparan langsung dengan kultur lain. Misalnya, bila sekelompok imigran kemudian berdiam di
Amerika Serikat (kultur tuan rumah), kultur mereka sendiri akan dipengaruhi oleh kultur tuan
rumah ini. Berangsur-angsur, nilai-nilai, cara berperilaku, serta kepercayaan dari kultur tuan rumah
akan menjadi bagian dari kultur kelompok imigran itu. Pada waktu yang sama, kultur tuan rumah
pun ikut berubah.

C. Fungsi-Fungsi Komunikasi Antarbudaya

1. FUNGSI PRIBADI

Fungsi pribadi adalah fungsi-fungsi komunikasi yang ditunjukkan melalui perilaku komunikasi
yang bersumber dari seorang individu.

A. Menyatakan Identitas Sosial


Dalam proses komunikasi antarbudaya terdapat beberapa perilaku komunikasi individu yang
digunakan untuk menyatakan identitas sosial. Perilaku itu dinyatakan melalui tindakan
berbahasa baik secara verbal dan nonverbal. Dari perilaku berbahasa itulah dapat diketahui
identitas diri maupun sosial, misalnya dapat diketahui asal usul suku bangsa, agama,
maupun tingkat pendidikan seseorang.

B. Menyatakan Integrasi Sosial.


Inti konsep integrasi sosial adalah menerima kesatuan dan persatuan antarpribadi,
antarkelompok namun tetap mengakui perbedaan-perbedaan yang dimiliki oleh setiap unsur.
Perlu dipahami bahwa salah satu tujuan komunikasi adalah memberikan makna yang sama
atas pesan yang dibagi antara komunikator dan komunikan. Dalam kasus komunikasi
antarbudaya yang melibatkan perbedaan budaya antar komunikator dengan komunikan,
maka integrasi sosial merupakan tujuan utama komunikasi. Dan prinsip utama dalam proses
pertukaran pesan komunikasi antarbudaya adalah: saya memperlakukan anda sebagaimana
kebudayaan anda memperlakukan anda dan bukan sebagaimana yang saya kehendaki.
Dengan demikian komunikator dan komunikan dapat meningkatkan integrasi sosial atas
relasi mereka
C. Menambah Pengetahuan.
Seringkali komunikasi antarpribadi maupun antarbudaya menambah pengetahuan bersama,
saling mempelajari kebudayaan masing-masing.

D. Melepaskan Diri atau Jalan Keluar.


Kadang-kadang kita berkomunikasi dengan orang lain untuk melepaskan diri atau mencri
jalan keluar atas masalah yang sedang kita hadapi. Pilihan komunikasi seperti itu kita
namakan komunikasi yang berfungsi menciptakan hubungan yang komplementer dan
hubungan yang simetris.

Hubungan komplementer selalu dilakukan oleh dua pihak mempunyai perlaku yang berbeda.
Perilaku seseorang berfungsi sebagai stimulus perilaku komplementer dari yang lain. Dalam
hubungan komplementer, perbedaan di antara dua pihak dimaksimumkan.Sebaliknya
hubungan yang simetris dilakukan oleh dua orang yang saling becermin pada perilaku
lainnya. Perilaku satu orang tercermin pada perilaku yang lainnya.

2. FUNGSI SOSIAL

A. Pengawasan.
Fungsi sosial yang pertama adalah pengawasan. Praktik komunikasi antarbudaya di
antara komunikator dan komunikan yang berbada kebudayaan berfungsi saling
mengawasi. Dalam setiap proses komunikasi antarbudaya fungsi ini bermanfaat untuk
menginformasikan "perkembangan" tentang lingkungan. Fungsi ini lebih banyak
dilakukan oleh media massa yang menyebarlusakan secara rutin perkembangan peristiwa
yang terjadi disekitar kita meskipun peristiwa itu terjadi dalam sebuah konteks
kebudayaan yang berbeda.

B. Menjembatani
Dalam proses komunikasi antarbudaya, maka fungsi komunikasi yang dilakukan antara
dua orang yang berbeda budaya itu merupakan jembatan atas perbedaan di antara
mereka. Fungsi menjembatani itu dapat terkontrol melalui pesan-pesan yang mereka
pertukarkan, keduanya saling menjelaskan perbedaan tafsir atas sebuah pesan sehingga
menghasilkan makna yang sama. Fungsi ini dijalankan pula oleh pelbagai konteks
komunikasi termasuk komunikasi massa.

C. Sosialisasi Nilai
Fungsi sosialisasi merupakan fungsi untuk mengajarkan dan memperkenalkan nilai-nilai
kebudayaan suatu masyarakat kepada masyarakat lain.

D. Menghibur
Fungsi menghibur juga sering tampil dalam proses komunikasi antarbudaya. Misalnya
menonton tarian hula-hula dan "Hawaian" di taman kota yang terletak di depan Honolulu
Zaw, Honolulu, Hawai. Hiburan tersebut termasuk dalam kategori hiburan antarbudaya.
D. Prinsip-Prinsip Komunikasi Antarbudaya

1. Relativitas Bahasa
Gagasan umum bahwa bahasa memengaruhi pemikiran dan perilaku paling banyak disuarakan oleh
para antropologis linguistik. Pada akhir tahun 1920-an dan disepanjang tahun 1930-an, dirumuskan
bahwa karakteristik bahasa memengaruhi proses kognitif kita. Dan karena bahasa-bahasa di dunia
sangat berbeda-beda dalam hal karakteristik semantik dan strukturnya, tampaknya masuk akal untuk
mengatakan bahwa orang yang menggunakan bahasa yang berbeda juga akan berbeda dalam cara
mereka memandang dan berpikir tentang dunia.

2. Bahasa Sebagai Cermin Budaya.


Bahasa mencerminkan budaya. Makin besar perbedaan budaya, makin perbedaan komunikasi baik
dalam bahasa maupun dalam isyarat-isyarat nonverbal. Makin besar perbedaan antara budaya (dan,
karenanya, makin besar perbedaan komunikasi), makin sulit komunikasi dilakukan.Kesulitan ini
dapat mengakibatkan, misalnya, lebih banyak kesalahan komunikasi, lebih banyak kesalahan
kalimat, lebih besar kemungkinan salah paham, makin banyak salah persepsi, dan makin banyak
potong kompas (bypassing).

3. Mengurangi Ketidak-pastian.
Makin besar perbedaan antarbudaya, makin besarlah ketidak-pastian dan ambiguitas dalam
komunikasi. Banyak dari komunikasi kita berusaha mengurangi ketidak-pastian ini sehingga kita
dapat lebih baik menguraikan, memprediksi, dan menjelaskan perilaku orang lain. Karena letidak-
pasrtian dan ambiguitas yang lebih besar ini, diperlukan lebih banyak waktu dan upaya untuk
mengurangi ketidak-pastian dan untuk berkomunikasi secara lebih bermakna.

4. Kesadaran Diri dan Perbedaan Antarbudaya.


Makin besar perbedaan antarbudaya, makin besar kesadaran diri (mindfulness) para partisipan
selama komunikasi. Ini mempunyai konsekuensi positif dan negatif. Positifnya, kesadaran diri ini
barangkali membuat kita lebih waspada. ini mencegah kita mengatakan hal-hal yang mungkin terasa
tidak peka atau tidak patut. Negatifnya, ini membuat kita terlalu berhati-hati, tidak spontan, dan
kurang percaya diri.

5. Interaksi Awal dan Perbedaan Antarbudaya


Perbedaan antarbudaya terutama penting dalam interaksi awal dan secara berangsur berkurang
tingkat kepentingannya ketika hubungan menjadi lebih akrab. Walaupun kita selalu menghadapi
kemungkinan salah persepsi dan salah menilai orang lain, kemungkinan ini khususnya besar dalam
situasi komunikasi antarbudaya.

6. Memaksimalkan Hasil Interaksi


Dalam komunikasi antarbudaya - seperti dalam semua komunikasi - kita berusaha memaksimalkan
hasil interaksi. Tiga konsekuensi yang dibahas oleh Sunnafrank (1989) mengisyaratkan implikasi
yang penting bagi komunikasi antarbudaya. Sebagai contoh, orang akan berintraksi dengan orang
lain yang mereka perkirakan akan memberikan hasil positif. Karena komunikasi antarbudaya itu
sulit, anda mungkin menghindarinya. Dengan demikian, misalnya anda akan memilih berbicara
dengan rekan sekelas yang banyak kemiripannya dengan anda ketimbang orang yang sangat
berbeda.
Kedua, bila kita mendapatkan hasil yang positif, kita terus melibatkan diri dan meningkatkan
komunikasi kita.Bila kita memperoleh hasil negatif, kita mulai menarik diri dan mengurangi
komunikasi.

Ketiga, kita mebuat prediksi tentang mana perilaku kita yang akan menghasilkan hasil positif.dalam
komunikasi, anda mencoba memprediksi hasil dari, misalnya, pilihan topik, posisisi yang anda
ambil, perilaku nonverbal yang anda tunjukkan, dan sebagainya. Anda kemudian melakukan apa
yang menurut anda akan memberikan hasil positif dan berusaha tidak melakkan apa yang menurut
anda akan memberikan hasil negatif.

E. Hambatan-Hambatan Komunikasi Antarbudaya

Terdapat tujuh hambatan dalam komunikasi antarbudaya:

1. Fisik
2. Budaya
3. Persepsi
4. Motivasi
5. Pengalaman
6. Emosi
7. Bahasa
8. Non Verbal
9. Kompetisi

SUMBER REFERENSI : https://id.wikipedia.org/wiki/Komunikasi_antarbudaya

Anda mungkin juga menyukai