Tugas Mandiri
Komunikasi Lintas Budaya
1
komunikasi antarbudaya sebagai interaksi antar individu-individu yang
memiliki pengetahuan budaya dan sistem simbol kebudayaan yang
berbeda untuk mengubah kegiatan komunikasi.
Secara umum komunikasi lintas budaya merupakan istilah
yang sering diapaki untuk menjelaskan makna dari komunikasi
antarbudaya, yang tidak terbatas oleh konteks geogafis, ras dan etnik.
Komunikasi lintas budaya didefinisikan sebagai analisis perbandingan yang
memprioritaskan relativitas kegiatan kebudayaan. Oleh karenanya,
komunikasi lintas budaya lebih terfokus pada hubungan
komunikasi antar bangsa dengan tidak memunculkan kultur baru
sperti dalam kajian komunikasi antar budaya (Purwasito, 2003; dalam
Hariyanto & Dharma, 2020).
Sehingga dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi
lintas budaya adalah komunikasi yang terjalin lintas budaya (tidak terbatas oleh
konteks geografis, ras dan etnik), untuk menegosiasikan makna bersama dalam
situasi interaktif.
2
b) Menyatakan intergrasi social
Inti konsep integrasi sosial adalah menerima kesatuan dan
persatuan antarpribadi, antarkelompok namun tetap
mengakui perbedaan-perbedaan yang dimiliki oleh setiap
unsur. Perlu dipahami bahwa salah satu tujuan komunikasi
adalah memberikan makna yang sama atas pesan yang
dibagi antara komunikator dan komunikan. Dalam kasus
komunikasi antarbudaya yang melibatkan perbedaan
budaya antar komunikator dengan komunikan, maka
integrasi sosial merupakan tujuan utama komunikasi.
c) Menambah pengetahuan
Seringkali komunikasi antarbudaya menambah
pengetahuan bersama dan saling mempelajari kebudayaan
masing-masing.
2) Fungsi Sosial
a) Pengawasan Fungsi sosial yang pertama adalah
pengawasan.
Praktek komunikasi antarbudaya di antara komunikator
dan komunikan yang berbeda kebudayaan berfungsi saling
mengawasi. Dalam setiap proses komunikasi antarbudaya
fungsi ini bermanfaat untuk menginformasikan
"perkembangan" tentang lingkungan. Fungsi ini lebih
banyak dilakukan oleh media massa yang menyebarluaskan
secara rutin perkembangan peristiwa yang terjadi disekitar
kita meskipun peristiwa itu terjadi dalam sebuah konteks
kebudayaan yang berbeda.
b) Menjembatani
Dalam proses komunikasi antarbudaya, maka fungsi
komunikasi yang dilakukan antara dua orang yang berbeda
budaya itu merupakan jembatan atas perbedaan di antara
mereka. Fungsi menjembatani itu dapat terkontrol melalui
pesan-pesan yang mereka pertukarkan, keduanya saling
3
menjelaskan perbedaan tafsir atas sebuah pesan sehingga
menghasilkan makna yang sama. Fungsi ini dijalankan pula
oleh pelbagai konteks komunikasi termasuk komunikasi
massa.
c) Sosialisasi Nilai
Fungsi sosialisasi merupakan fungsi untuk mengajarkan
dan memperkenalkan nilai-nilai kebudayaan suatu
masyarakat kepada masyarakat lain.
d) Menghibur
Fungsi menghibur juga sering tampil dalam proses
komunikasi antarbudaya. Misalnya menonton tarian dari
kebudayaan lain. Hiburan tersebut termasuk dalam kategori
hiburan antarbudaya.
4
memngaruhi proses dari hasil keseluruhan proses komunikasi
antarbudaya (Amaliya, 2017).
5
d) Regulator, yaitu gerakan nonverbal yang digunakan untuk
mengatur , memantau, memelihara atau mengendalikan
pembicaraan orang lain. Regulator terikat dengan kultur dan tidak
bersifat universal. Misalnya, ketika kita mendengar orang
berbicara,kita menganggukkan kepala, mengkerutkan bibir, dan
fokus mata.
e) Adaptor, yaitu gerakan tubuh yang digunakan untuk memuaskan
kebutuhan fisik dan mengendalikan emosi.
6
kesemuanya itu akan dianggap secara khusus membedakan kelompok tersebut
dengan lainnya (Taylor dan Francis, 2016; Pratama, 2020).
Mudahnya, sterotip adalah sifat / ciri yang terlintas dalam benak seketika
kita berpikir mengenai kelompok-kelompok tertentu (Taylor dan Francis, 2016;
Pratama, 2020). Sebagian orang dapat terjebak dalam stereotip atas identitas
tertentu. Jika ini terjadi maka proses komunikasi dapat terhambat. Di sebagian
kasus, stereotip dapat mempengaruhi sikap seseorang dalam bertindak. Bahkan
lebih buruk, stereotip dapat memunculkan kecenderungan perilaku diskriminatif.
Dalam konteks komunikasi lintas kebudayaan, perilaku diskriminatif tentu akan
menjadi sesuatu yang tidak relevan dengan tujuan yang dibangun yaitu terjalinnya
komunikasi secara ideal dan produktif. Jika ditelusur, stereotip juga bukan
merupakan akar sebab. Stereotip ini dapat terbentuk dari pikiran dan sikap yang
terlampau etnosentrik dimana orang membuat penilaian / penghakiman terhadap
kebudayaan lain berdasar kacamata budayanya sendiri (Tischler, 2010; Pratama,
2020).
Cara pandang dan sikap yang terlampau etnosentrik ini dapat melahirkan
persepsi dan perspektif subjektif. Dengan begitu, seseorang akan selalu memiliki
penilaian buruk atas perilaku budaya di luar kelompoknya. Dalam kondisi ini,
komunikasi lintas kebudayaan dapat terhambat. Primordialisme akan semakin
menguat seiring dengan munculnya cara pikir dan sikap yang terlampau
etnosentrik. Sama dengan sebelumnya, ini bertentangan dengan tujuan
komunikasi lintas kebudayaan.
7
dan lain-lain. Sampai disini, bahasa adalah satu dari sekian unsur yang tidak
sederhana dalam komunikasi lintas kebudayaan. Pratama (2020).
Hadirnya bahasa Inggris sebagai satu dari sekian alternatif bahasa
pengantar dalam komunikasi lintas kebudayaan tidak selalu memecahkan masalah
perbedaan yang ada. Perbedaan aksen bahasa Inggris dapat menjadi masalah
tersendiri jika pelaku komunikasi tidak menyiapkan langkah-langkah antisipatif
sebelumnya. Aksen disini diartikan sebagai keragaman pelafalan sebuah bahasa
tertentu dan mengacu pada bunyi-bunyi yang ada pada bahasa yang digunakan
seseorang (Behravan, 2012; Pratama, 2020). Tomalin dan Hurn menyatakan
bahwa dalam komunikasi lisan aksen dapat menjadi sebab utama terjadinya
kesalahpahaman (2013; Pratama, 2020).
8
satunya dapat dilihat dari pergaulan yang tidak saling menghinakan orang
lain (Mardolina, 2015).
3.
9
DAFTAR PUSTAKA
Amaliya, N. A. (2017). Komunikasi antarbudaya: studi pada penduduk urban
dengan penduduk asli Kelurahan Menanggal Kecamatan Gayungan Kota
Surabaya (Doctoral dissertation, UIN Sunan Ampel Surabaya).
Hariyanto, D & Dharma, A. F. (2020). Buku Ajar Komunikasi Lintas
Budaya. Sidoarjo: UMSIDA Press.
Kurniati, D. P. Y. (2016). Modul Komunikasi verbal dan non verbal. Univ
Udayana Fak Kedokt.
Mardolina, Y. (2015). Pola Komunikasi Lintas Budaya Mahasiswa Asing
dengan Mahasiswa Lokal di Universitas Hasanuddin (Doctoral
dissertation).
Pakpahan, F. B. (2013). Fungsi komunikasi antar budaya dalam prosesi
pernikahan adat batak di kota Samarinda (Studi kasus empat pasangan
berbeda etnis antara etnis batak dengan etnis jawa, toraja, dan
dayak). Journal Ilmu Komunikasi, 1(3), 234-248.
Pratama, R. (2020) Komunikasi Lintas Kebudayaan dan Potensi Masalah-
Masalah yang Timbul. Endogami: Jurnal Ilmiah Kajian Antropologi, 4(1),
127-132.
Tamburian, H. D. (2018). Komunikasi Lintas Budaya Masyarakat Dayak
Dalam Menjaga Kerukunan Hidup Umat Beragama. Jurnal
Komunikasi, 10(1), 77-86.
10