Anda di halaman 1dari 10

LKM 8

Tugas Mandiri
Komunikasi Lintas Budaya

Mata Kuliah : Dasar-dasar komunikasi


Dosen Pengampu : Siti Nur’Aini, S.Psi.,M.Si
Nama : Asiva Salma
NIM : 2010811090
Kelas : B/Genap

1) Jelaskan konsep dasar komunikasi lintas budaya.


Komunikasi adalah proses menyampaikan pesan atau makna dari pengirim
ke penerima. Komunikasi dapat dipilah menjadi komunikasi secara verbal
maupun komunikasi non verbal. Komunikasi bertujuan untuk efektifitas,
mengatasi perbedaan ekspektasi kultural dan terhindarnya konflik karena
kesalahpahaman. Manusia dapat menggunakan berbagai sarana atau alat
untuk mengungkapkan atau mengkomunikasikan pikiran, perasaan dan
keinginannya kepada manusia lain. Sarana tersebut dapat dilakukan melalui
komunikasi verbal atau pun non verbal. Setiap budaya memiliki aturan
tentang cara masyarakatnya melakukan komunikasi tersebut baik melalui
bahasa verbal maupun non verbal (Pakpahan, 2013).
Stella Ting-Toomey (1999; dalam Hariyanto & Dharma, 2020)
mendefinisikan komunikasi lintas budaya sebagai proses pertukaran makna
antar individu atau dalam komunitas budaya yang berbeda (lintas budaya)
untuk menegosiasikan makna bersama dalam situasi interaktif. Perbedaan
latar belakang sosial budaya seringkali menjadi hambatan dalam
proses komunikasi, karena adanya standar baik, buruk, benar, dan
salahyang berbeda di tiap budaya. Oleh karenanya, penting mempelajari
komunikasi lintasbudaya untuk saling beradaptasi. terhadap nilai-nilai
sosial budaya yang baru melalui komunikasi.
PendapatStella Ting-Toomeysenada dengan pendapat Samovar, dkk
(2009; dalam Hariyanto & Dharma, 2020) yang menyatakan definisi

1
komunikasi antarbudaya sebagai interaksi antar individu-individu yang
memiliki pengetahuan budaya dan sistem simbol kebudayaan yang
berbeda untuk mengubah kegiatan komunikasi.
Secara umum komunikasi lintas budaya merupakan istilah
yang sering diapaki untuk menjelaskan makna dari komunikasi
antarbudaya, yang tidak terbatas oleh konteks geogafis, ras dan etnik.
Komunikasi lintas budaya didefinisikan sebagai analisis perbandingan yang
memprioritaskan relativitas kegiatan kebudayaan. Oleh karenanya,
komunikasi lintas budaya lebih terfokus pada hubungan
komunikasi antar bangsa dengan tidak memunculkan kultur baru
sperti dalam kajian komunikasi antar budaya (Purwasito, 2003; dalam
Hariyanto & Dharma, 2020).
Sehingga dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi
lintas budaya adalah komunikasi yang terjalin lintas budaya (tidak terbatas oleh
konteks geografis, ras dan etnik), untuk menegosiasikan makna bersama dalam
situasi interaktif.

2) Jelaskan fungsi dan dimensi komunikasi lintas budaya.


a) Fungsi komunikasi lintas budaya
1) Fungsi Pribadi
Fungsi pribadi komunikasi antar budaya adalah fungsi-fungsi
komunikasi anatar budaya yang ditunjukkan melalui perilaku
komunikasi yang bersumber dari seorang individu (Pakpahan,
2013).
a) Menyatakan Identitas Sosial
Dalam proses komunikasi antarbudaya terdapat beberapa
perilaku komunikasi individu yang digunakan untuk
menyatakan identitas sosial. Perilaku itu dinyatakan melalui
tindakan berbahasa baik secara verbal dan nonverbal.
Dari perilaku berbahasa itulah dapat diketahui identitas diri
maupun sosial, misalnya dapat diketahui asal-usul suku
bangsa, agama, maupun tingkat pendidikan seseorang.

2
b) Menyatakan intergrasi social
Inti konsep integrasi sosial adalah menerima kesatuan dan
persatuan antarpribadi, antarkelompok namun tetap
mengakui perbedaan-perbedaan yang dimiliki oleh setiap
unsur. Perlu dipahami bahwa salah satu tujuan komunikasi
adalah memberikan makna yang sama atas pesan yang
dibagi antara komunikator dan komunikan. Dalam kasus
komunikasi antarbudaya yang melibatkan perbedaan
budaya antar komunikator dengan komunikan, maka
integrasi sosial merupakan tujuan utama komunikasi.
c) Menambah pengetahuan
Seringkali komunikasi antarbudaya menambah
pengetahuan bersama dan saling mempelajari kebudayaan
masing-masing.
2) Fungsi Sosial
a) Pengawasan Fungsi sosial yang pertama adalah
pengawasan.
Praktek komunikasi antarbudaya di antara komunikator
dan komunikan yang berbeda kebudayaan berfungsi saling
mengawasi. Dalam setiap proses komunikasi antarbudaya
fungsi ini bermanfaat untuk menginformasikan
"perkembangan" tentang lingkungan. Fungsi ini lebih
banyak dilakukan oleh media massa yang menyebarluaskan
secara rutin perkembangan peristiwa yang terjadi disekitar
kita meskipun peristiwa itu terjadi dalam sebuah konteks
kebudayaan yang berbeda.
b) Menjembatani
Dalam proses komunikasi antarbudaya, maka fungsi
komunikasi yang dilakukan antara dua orang yang berbeda
budaya itu merupakan jembatan atas perbedaan di antara
mereka. Fungsi menjembatani itu dapat terkontrol melalui
pesan-pesan yang mereka pertukarkan, keduanya saling

3
menjelaskan perbedaan tafsir atas sebuah pesan sehingga
menghasilkan makna yang sama. Fungsi ini dijalankan pula
oleh pelbagai konteks komunikasi termasuk komunikasi
massa.
c) Sosialisasi Nilai
Fungsi sosialisasi merupakan fungsi untuk mengajarkan
dan memperkenalkan nilai-nilai kebudayaan suatu
masyarakat kepada masyarakat lain.
d) Menghibur
Fungsi menghibur juga sering tampil dalam proses
komunikasi antarbudaya. Misalnya menonton tarian dari
kebudayaan lain. Hiburan tersebut termasuk dalam kategori
hiburan antarbudaya.

b) Dimensi komunikasi lintas budaya


Adapun dimensi dalam proses komunikasi antarbudaya yatitu sebagai
berikut :
1) Komunikasi antarbudaya merujuk pada bermacam tingkatan
lingkup dan kompleksitas organisasi sosial (Amaliya, 2017).
2) Komunikasi antarbudaya merujuk pada sosial komunikasi
antarbudaya yang meliputi organisasi, pendidikan, akulturasi
imigran, difusi inovasi, dan sebagainya. Pada dasarnya,
komunikasi dalam semua konteks sosial memiliki persamaan
dalam unsusr-unsur dasar dan proses komunikasi, tetapi dengan
pengaruh kebudayaan yang tercakup dalma latar belakang
pengalaman individu membentuk pola persepsi, pemikiran,
penggunaan pesan verbal dan perilaku nonverbal dan hubungan
ang ada di dalalamnya (Amaliya, 2017).
3) Berkaitan dengan saluran komunikasi. Saluran tersebut dibagi
atas saluran antarpribadi,/perseorangan dan media massa.
Bersama dengan dua dimensi sebelumnya, dimensi ketiga ini

4
memngaruhi proses dari hasil keseluruhan proses komunikasi
antarbudaya (Amaliya, 2017).

3) Jelaskan jenis-jenis komunikasi non verbal dalam berbagai budaya.


a. Sentuhan (haptic)
Sentuhan atau tactile message, merupakan pesan nonverbal nonvisual
dan nonvokal. Alat penerima sentuhan adalah kulit, yang mampu
menerima dan membedakan berbagai emosi yang disampaikan orang
melalui sentuhan (Kurniati, 2016).
b. Komunikasi Objek
Penggunaan komunikasi objek yang paling sering adalah
penggunaan pakaian. Orang sering dinilai dari jenis pakaian yang
digunakannya, walaupun ini termasuk bentuk penilaian terhadap
seseorang hanya berdasarkan persepsi. Contohnya pakaian adat.
c. Gerakan Tubuh (Kinestetik)
Gerakan tubuh biasanya digunakan untuk menggantikan suatu kata
atau frasa. Beberapa bentuk dari kinestetik yaitu:
a) Emblem, yaitu gerakan tubuh yang secara langsung dapat
diterjemahkan kedalam pesan verbal tertentu. Biasanya berfungsi
untuk menggantikan sesuatu. Misalnya , menggangguk sebagai
tanda setuju; telunjuk di depan mulut tanda jangan berisik.
b) Ilustrator, yaitu gerakan tubuh yang menyertai pesan verbal
untuk menggambarkan pesan sekaligus melengkapi serta
memperkuat pesan. Biasanya dilakukan secara sengaja. Misalnya,
memberi tanda dengan tangan ketika mengatakan seseorang
gemuk/kurus.
c) Affect displays, yaitu gerakan tubuh khususnya wajah yang
memperlihatkan perasaan dan emosi. Seperti misalnya sedih dan
gembira, lemah dan kuat, semangat dan kelelahan, marah dan
takut. Terkadang diungkapkan dengan sadar atau tanpa sadar.
Dapat mendukung atau berlawanan dengan pesan verbal.

5
d) Regulator, yaitu gerakan nonverbal yang digunakan untuk
mengatur , memantau, memelihara atau mengendalikan
pembicaraan orang lain. Regulator terikat dengan kultur dan tidak
bersifat universal. Misalnya, ketika kita mendengar orang
berbicara,kita menganggukkan kepala, mengkerutkan bibir, dan
fokus mata.
e) Adaptor, yaitu gerakan tubuh yang digunakan untuk memuaskan
kebutuhan fisik dan mengendalikan emosi.

4) Jelaskan isu-isu mutakhir komunikasi lintas budaya.


a. Prasangka dan Stereotip
Perbedaan latar belakang kebangsaan dan kesukuan dapat menjadi celah
munculnya masalah dalam komunikasi. Perbedaan identitas yang ada kerap
memunculkan “jarak” antar pihak yang berkomunikasi. Terlebih jika pada
keduanya tidak terdapat aspek pemersatu, misalnya latarbelakang profesional atau
preferensi atas hal-hal tertentu. Belum lagi jika interaksi yang terbangun dibatasi
secara ketat oleh konteks waktu dan media komunikasi tertentu dimana pihak-
pihak yang terlibat komunikasi tidak dapat bertemu secara intensif maupun
langsung secara tatap muka. Pola komunikasi tertulis melalui internet (e-mail) dan
sosial media memiliki potensi keterbatasan semacam ini. Pratama (2020).
Jarak psikologis karena perbedaan kebudayaan memungkinkan memicu
prasangkaprasangka. Dalam hal ini, prasangka diartikan sebagai sikap negatif
terhadap suatu kelompok atau anggota kelompok tersebut (Taylor dan Francis,
2016; Pratama, 2020). Ketidakmampuan seseorang untuk berpikir objektif
sekaligus juga teliti dapat menggiringnya terjebak pada prasangka-prasangka ini.
Prasangka-prasangka dalam proses komunikasi dapat dipicu karena beberapa
kondisi. Selain dapat muncul dalam proses komunikasi yang sedang berjalan,
prasangka juga timbul dari persepsi yang telah terbentuk dan diyakini
sebelumnya. Persepsi ini tidak jarang dibangun oleh stereotip yang seolah telah
menjadi kebenaran. Stereotip sendiri merujuk pada sifat / ciri yang dipandang
sebagai kekhasan dari kelompok-kelompok sosial berikut anggotanya dimana

6
kesemuanya itu akan dianggap secara khusus membedakan kelompok tersebut
dengan lainnya (Taylor dan Francis, 2016; Pratama, 2020).
Mudahnya, sterotip adalah sifat / ciri yang terlintas dalam benak seketika
kita berpikir mengenai kelompok-kelompok tertentu (Taylor dan Francis, 2016;
Pratama, 2020). Sebagian orang dapat terjebak dalam stereotip atas identitas
tertentu. Jika ini terjadi maka proses komunikasi dapat terhambat. Di sebagian
kasus, stereotip dapat mempengaruhi sikap seseorang dalam bertindak. Bahkan
lebih buruk, stereotip dapat memunculkan kecenderungan perilaku diskriminatif.
Dalam konteks komunikasi lintas kebudayaan, perilaku diskriminatif tentu akan
menjadi sesuatu yang tidak relevan dengan tujuan yang dibangun yaitu terjalinnya
komunikasi secara ideal dan produktif. Jika ditelusur, stereotip juga bukan
merupakan akar sebab. Stereotip ini dapat terbentuk dari pikiran dan sikap yang
terlampau etnosentrik dimana orang membuat penilaian / penghakiman terhadap
kebudayaan lain berdasar kacamata budayanya sendiri (Tischler, 2010; Pratama,
2020).
Cara pandang dan sikap yang terlampau etnosentrik ini dapat melahirkan
persepsi dan perspektif subjektif. Dengan begitu, seseorang akan selalu memiliki
penilaian buruk atas perilaku budaya di luar kelompoknya. Dalam kondisi ini,
komunikasi lintas kebudayaan dapat terhambat. Primordialisme akan semakin
menguat seiring dengan munculnya cara pikir dan sikap yang terlampau
etnosentrik. Sama dengan sebelumnya, ini bertentangan dengan tujuan
komunikasi lintas kebudayaan.

b. Bahasa: Aksen dan Kecepatan Tutur


Perbedaan bahasa yang digunakan antar individu dapat menjadi sebab dari
terhambatnya proses komunikasi lintas budaya. Perbedaan ini tentu saja tidak
hanya menyentuh aspek kosa kata. Sebagai sebuah unsur kebudayaan yang
kompleks, bahasa memiliki sistem dan aspek yang tidak sederhana. Belum lagi,
misalnya, jika aspek-aspek ini juga terkait dengan persepsi dan perilaku budaya.
Seseorang tidak hanya dituntut memahaminya dalam konteks verbal tetapi juga
hal-hal yang melampauinya seperti pemaknaan pada gesture, intonasi, konteks,

7
dan lain-lain. Sampai disini, bahasa adalah satu dari sekian unsur yang tidak
sederhana dalam komunikasi lintas kebudayaan. Pratama (2020).
Hadirnya bahasa Inggris sebagai satu dari sekian alternatif bahasa
pengantar dalam komunikasi lintas kebudayaan tidak selalu memecahkan masalah
perbedaan yang ada. Perbedaan aksen bahasa Inggris dapat menjadi masalah
tersendiri jika pelaku komunikasi tidak menyiapkan langkah-langkah antisipatif
sebelumnya. Aksen disini diartikan sebagai keragaman pelafalan sebuah bahasa
tertentu dan mengacu pada bunyi-bunyi yang ada pada bahasa yang digunakan
seseorang (Behravan, 2012; Pratama, 2020). Tomalin dan Hurn menyatakan
bahwa dalam komunikasi lisan aksen dapat menjadi sebab utama terjadinya
kesalahpahaman (2013; Pratama, 2020).

5) Berikan contoh komunikasi lintas budaya yang ada di sekitar


1. Dalam komunikasi lintas budaya, pada kebudayaan masyarakat dayak
dalam menjaga kerukunan. Masyarakat Dayak dikenal dengan sikap yang
menjunjung tinggi adatnya dalam kehidupan dengan sesama suku Dayak
dan dalam pergaulan dengan sukusuku lain yang merantau di daerahnya.
Bila ada permasalahan yang muncul di tengah-tengah masyarakat
biasanya diselesaikan dengan cara adat masing-masing sebelum dibawa
ke ranah hukum. Bila ada pelanggaran yang bersifat pidana, maka selain
ada proses hukum terhadap pelanggaran pidana ada juga penerapan
hukum adat setempat. Dengan kata lain, hukum adat berlaku kepada
semua orang yang menetap di kota Sosok tidak terkecuali para pendatang.
Dewan adat setempat menjadi lembaga yang memantau pelaksanaan dan
penegakkan hukum adat Dayak (Tamburian, 2018).
2. Khas dari budaya masyarakat Jepang adalah budaya malu yang telah
mengakar pada diri mereka. Ungkapan rasa malu tercermin diantaranya
pada sikap dan tutur katanya. Ojigi adalah konsepsi dari bentuk
penghormatan orang Jepang dengan cara membungkukkan badan, ini
adalah implikasi bahwa orang Jepang merasa hormat dan sungkan kepada
orang yang ditemuinya. Kekhasan budaya malu bangsa jepang salah

8
satunya dapat dilihat dari pergaulan yang tidak saling menghinakan orang
lain (Mardolina, 2015).
3.

9
DAFTAR PUSTAKA
Amaliya, N. A. (2017). Komunikasi antarbudaya: studi pada penduduk urban
dengan penduduk asli Kelurahan Menanggal Kecamatan Gayungan Kota
Surabaya (Doctoral dissertation, UIN Sunan Ampel Surabaya).
Hariyanto, D & Dharma, A. F. (2020). Buku Ajar Komunikasi Lintas
Budaya. Sidoarjo: UMSIDA Press.
Kurniati, D. P. Y. (2016). Modul Komunikasi verbal dan non verbal. Univ
Udayana Fak Kedokt.
Mardolina, Y. (2015). Pola Komunikasi Lintas Budaya Mahasiswa Asing
dengan Mahasiswa Lokal di Universitas Hasanuddin (Doctoral
dissertation).
Pakpahan, F. B. (2013). Fungsi komunikasi antar budaya dalam prosesi
pernikahan adat batak di kota Samarinda (Studi kasus empat pasangan
berbeda etnis antara etnis batak dengan etnis jawa, toraja, dan
dayak). Journal Ilmu Komunikasi, 1(3), 234-248.
Pratama, R. (2020) Komunikasi Lintas Kebudayaan dan Potensi Masalah-
Masalah yang Timbul. Endogami: Jurnal Ilmiah Kajian Antropologi, 4(1),
127-132.
Tamburian, H. D. (2018). Komunikasi Lintas Budaya Masyarakat Dayak
Dalam Menjaga Kerukunan Hidup Umat Beragama. Jurnal
Komunikasi, 10(1), 77-86.

10

Anda mungkin juga menyukai