Anda di halaman 1dari 49

PROPOSAL

KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DALAM MENJAGA HARMONISASI

(Studi Kasus Pada Masyarakat Etnis Manggarai dan Bajawa di Desa

Watukapu,Kecamatan Bajawa Utara, Kabupaten Ngada)

Oleh :

Maria Yunelchi Ngodhu Jani

43120048

Program Studi Ilmu Komunikasi


Fakultas Ilmu Sosial Dan Politik
Universitas Katolik Widya Mandira Kupang
2023
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Negara Indonesia adalah salah satu negara multikultur terbesar di dunia, hal

ini dapat terlihat dari kondisi sosiokultural maupun geografis Indonesia yang begitu

kompleks, beragam, dan luas. “Indonesia terdiri atas sejumlah besar kelompok etnis,

budaya, agama, dan lain-lain yang masingmasing plural (jamak) dan sekaligus juga

heterogen “aneka ragam” (Kusumohamidjojo, 2019 :45)”.Sifat geografis dan

sosiokultural Indonesia yang rumit, beragam, dan luas menjadikannya salah satu

negara multikultur terbesar di dunia. “Indonesia terdiri dari banyak kelompok etnis,

budaya, agama, dan lain-lain, yang masing-masing plural (jamak) dan heterogen

( aneka ragam).

Keberagaman adalah keniscayaan dalam kehidupan manusia. Berbagai macam

budaya hidup melingkupi keseharian manusia. Salah satu keberagaman budaya itu

adalah kepercayaan dan adat istiadat yang terus dilestarikan. Kondisi eksternal

keberagaman di Indonesia terutama dalam konteks budaya lokal dan dapat dikatakan

harmonis. Terjadi integrasi antara budaya lokal yang bersifat alkulturatif. Dalam

unsur tersebut terjadi proses saling meniru dan menyesuaikan satu sama lain dan juga

mengakomodasi dua unsur sehingga tidak tidak ada perbedaan, namun menemukan

kesamaan( Yaqin, 2018)

Kehidupan manusia memerlukan keberagaman. Keseharian manusia terdiri

dari berbagai budaya hidup. Kepercayaan dan adat istiadat yang terus dilestarikan

merupakan bagian dari keberagaman budaya. Kebagaman di Indonesia terutama

terkait dengan budaya lokal dan dapat dianggap seimbang. Terjadi asimilasi

alkulturatif antara budaya lokal.


Indonesia adalah salah satu negara multikultural terbesar didunia, sehingga adanya

pebedaan ini dibutuhkan komunikasi yang efektif dalam kehidupan bermasyarakat.

Kata kerja Latin “communicare,” yang berarti “menginformasikan,

menyampaikan,” adalah asal kata “komunikasi” mendapatkan etimologinya.

Berkomunikasi adalah memberi tahu, berkomunikasi, berpartisipasi, bertukar.

Communio adalah istilah yang mengacu pada hal-hal yang dibagi, hal-hal yang harus

dimiliki bersama, persahabatan, kombinasi, kesatuan, hidup bersama, dan partisipasi

(Bouk, 2013: 2). Menurut definisi yang diberikan di atas, komunikasi adalah tindakan

penyampaian pesan antar individu untuk mencapai tujuan tertentu.

Komunikasi menurut Sukendar (2017:3) berasal dari bahasa Latin atau

communication atau communicare yang berarti berbagi atau menjadi milik bersama.

Sehingga secara garis besar, dalam proses komunikasi harus ada unsur kesamaan

makna agar terjadi pertukaran pikiran dan pengertian antara komunikator (penebar

pesan) dan komunikan (penerima pesan).

Secara terminologis komunikasi memiliki banyak arti. Mulyana (2019:76)

mengutip Donald Byker dan Loren J. Anderson mendefinisikan komunikasi adalah

berbagi informasi antara dua orang atau lebih.Komunikasi adalah ketrampilan yang

sangat penting dalam kehidupan manusia, dimana dapat kita lihat bahwa komunikasi

dapat terjadi dalam setiap gerak langkah manusia. Manusia adalah makhluk sosial

yang mana membutuhkan interaksi antara manusia yang satu dengan lainnya.

Komunikasi adalah proses pemindahan informasi, pengertian, dan pemahaman

dari seseorang, suatu tempat, atau sesuatu kepada sesuatu, tempat atau orang lain

(Andrew E. Sikula, 2017). Komunikasi adalah proses transfer informasi, pemahaman,

dan informasi dari seseorang, tempat, atau objek ke orang lain. komunikasi
jugasebagai pertukaran pesan atau informasi dari penyampai pesan kepada penerima

pesan pada suatu waktu dsan tempat tertentu.

Menjadi manusia sosial tidak hanya berarti sikap yang rukun, tetapi juga cara

berbicara dan berinteraksi dengan orang lain untuk memperkuat persaudaraan dan

persatuan. Berbicara antar sesama manusia adalah cara komunikasi yang

memengaruhi cara orang berpikir dan bertindak. perilaku akan selalu menyebar

seiring adanya komunikasi yang berlangsung, karena suatu komunikasi antar manusia

atau antar individu membuat manusia mendapatkan suatu hal-hal baru yang mampu

mengubah sikap, perilaku maupun sifat seseorang. Kehidupan manusia tak sebatas

hanya karena antar individu dengan lainnya saling berhubungan, dikarenakan manusia

pasti tidak dapat hidup berdiri sendiri dengan kedua kaki dan tangannya, manusia

pasti akan membuat suatu golongan atau kelompok sehingga individu dapat

berkomunikasi dengan telah disepakati dan terdapat apa-apa yang harus dipatuhi oleh

anggota masing-masing. Selain mengurus kelompok masing-masing, terdapat juga

komunikasi yang terjadi diantara kelompok satu dengan lainnya, saling adanya suatu

interaksi yang membuat hubungan yang terjadi antara kelompok yang menyebar

sehingga terjadi pengaruh antar kelompok dan membuat aturanaturan baru yang telah

disepakati hingga membentuk suatu budaya komunikasi.

Budaya adalah bentuk atau susunan perilaku yang dipelajari dan hasil perilaku

yang elemen komponenya dibagi dan dipengaruhi serta ditularkan oleh anggota

masyarakat tertentu. Terdapat pula pengertian lainya dari budaya yaitu sebagai semua

hasil karya atau ciptaan atau, ciptaan, rasa, sikap, dan cipta masyarakat (Rohman

Bujibur, 2023:23). Terdapat pendapat lain yang mendefinisikan budaya, antara lain

budaya adalah segala sesuatu yang dilakukan, dipikirkan, dan diciptakan oleh manusia

dalam masyarakat, serta termasuk pengakumulasikan sejarah objek-objek atau


perbuatan yang dilakukan sepanjang waktu (Solong Aras, 2019: 13) Budaya juga

berarti cara hidup seseorang atau sekelompok orang yang terbentuk akibat kebiasaan

sesorang dalam suatu wilayah tertentu yang tergantung pada keadaan sekiatar dan

kondisi wilayah yang ditempati (Abu Bakar, 2017). Dari pengertian diatas dapat di

simpulkan bahwa budaya adalah suatu pandangan atau sikap yang diwariskan secara

turun termurun, yang mendasari kehidupan dan secara tanpa sadar sudah menjadi

gambaran perilaku dari sekelompok orang yang berdasar pada etnis.

Komunikasi antarbudaya sendiri adalah suatu proses komunikasi simbolik,

interpetaktif, transaksional, dan kontektual yang dilakukan oleh Sebagian orang

harapan secara berbeda terhadap apa yang disampaikan dalam bentuk perilaku

tertentu sebagai makna yang dipertukarkan (Yusa Marthana, 2018: 2)

Komunikasi antarbudaya merupakan kegiatan komunikasi yang berlangsung

antara peserta komunikasi dengan latar belakang budaya yang berbeda. Indonesia

terkenal dengan berbagai suku bangsa dan budaya. Keberagaman budaya terlihat pada

adat istiadat, kebiasaan, norma, nilai dan agama serta perilaku dari masyarakatnya

dalam membangun suatu Negara keberagaman suku bangsa dan budaya bisa menjadi

kekuatan tersendiri.

Perbedaan kebudayaan seperti ras suku bahasa dan agama menyebabkan suatu

permasalahan dalam komunikas. Pakar kebudayaan dari dari komunikasi dan

kebudayaan merupakan dua konsep yang tidak dapat dipisahkan. Pusat perhatian

komunikasi dan kebudayaan terletak pada variasi langkah dan cara manusia

berkomunikasi melintasi komunitas manusia atau kelompok sosial (Indriana, 2014)

Tingkah laku dan cara berpikir manusia dipengaruhi oleh latar belakang dan

kebudayaan masing-masing latar belakang dan kebudayaan yang berbeda ini

munculnya komunikasi antar budaya hal ini menandakan komunikasi antar budaya
adalah sumber dan penerimaannya berasal dari budaya yang berbeda (Mulyana dan

Rahmat, 2020 ). Tingkah laku dan cara berpikir manusia dipengaruhi oleh latar

belakang dan kebudayaan mereka. Komunikasi antar budaya muncul, yang

menunjukkan bahwa komunikasi berasal dari dan diterima dari berbagai budaya.

Komunikasi dan kebudayaan merupakan kedua konsep yang tidak dapat

dipisahkan pusat perhatian komunikasi dan kebudayaan terletak pada variasi langkah

dan cara manusia berkomunikasi melintasi komunitas manusia atau kelompok sosial

(Indrian, 2018) Pusat perhatian kedua konsep adalah komunikasi dan kebudayaan,

terletak pada berbagai cara manusia berkomunikasi melalui komunitas manusia atau

kelompok sosial.

Dalam interaksi yang dilakukan oleh masyarakat pertemuan dengan budaya

lain merupakan sebuah keanekaragaman dan merupakan rutinitas yang tidak bisa

dihindari sehingga komunikasi antar budaya harus terjadi proses interaksi dalam

komunikasi antar budaya sebagian besar dipengaruhi oleh perbedaan kultur pada

hakikatnya manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa memiliki kebutuhan untuk

berkomunikasi dengan manusia lainnya kebutuhan ini dapat dipenuhi melalui

pertukaran pesan berfungsi sebagai jembatan untuk menghubungkan individu satu dan

lainnya. Apabila kebutuhan itu tidak terpenuhi akan mengakibatkan individu dengan

budaya lainnya merupakan sebuah keanekaragaman dan merupakan rutinitas yang

tidak bisa dihindari sehingga komunikasi antar budaya harus terjadi proses interaksi

dalam komunikasi antar budaya sebagian besar dipengaruh oleh perbedaan kultur

setiap budaya memiliki sistem nilai norma dan kepercayaan yang berbeda-beda dan

cara berkomunikasi satu sama lain yang tergantung pada budayanya bahasa yang

digunakan, serta norma atau aturan yang berlaku pada budayanya masing-masing.
Budaya yang bertanggung jawab atas cara seorang berperilaku terhadap orang lain

dan makna yang dimilikinya.

Desa Watukapu merupakan desa yang berada dibajawa bagian utara, desa ini

menjadi salahsatu desa ysng multikultural karena memiliki budaya yang beragam.

Desa watukapu dihuni oleh dua etnis yakni etnis Manggarai dan Bajawa.Kedua etnis

ini dari segi alkutusari saling berinteraksi nampak dalam perkawinan, pekerjaan,dan

pembagian lahan pertanian yakni masyarakat dari kedua etnis saling berbagi lahan

untuk bertani salahsatu yang paling nampak yaitu pembagian lahan untuk menanam

padi.

Adapun dalam berinteraksi terdapat beberapa persoalan yakni etnis manggarai

tidak bisa berbahasa bajawa sedangkan sebagian masyarakat dari etnis bajawa bisa

berbahasa manggarai,selain itu terdapat perbedaan kebiasaan dari kedua etnis

Dimana masyarakat etnis manggarai memandang kebiasaan etnis bajawa, yang

menempatkan laki-laki dibelakang dapur untuk bekerja jika ada acara, sedangakan

masyarakat etnis manggarai kebalikanya yang dominan bekerja dibelakang dapur

adalah Perempuan. Perbedaan ini membuat masyarakat kedua etnis ini sulit

beeinteraksi dengan dengan lingkunganya,olehkarena itu dibutuhkan komunikasi

antarbudaya dalam menjaga harmonisasi masyarakat.

Setelah gambaran latarbelakang diatas penulis memutuskan melakukan

peneltian tentang komunikasi antarbudaya dalam menjaga keharmonisan masyarakat

desa watukapu Kec. Bajawa Utara Kab.Ngada (studi kasus pada masyarakat etnis

manggarai dan bajawa didesa watukapu kab. ngada) dengan menggunakan teori

adaptasi antar budaya/Intercultureal Adaptation (Ellingsworth 1988), menurut

Ellingsworth (1983) bahwa semua komunikasi melibatkan beragam jenjang variasi


budaya. Teori ini didesain untuk menjelaskan bagaimana seorang komunikator

beradaptasi dengan yang lain “bertemu untuk membina suatu hubungan”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uaraian latar belakang diatas rumusan msalah penelitaian ini

adalah:

Bagaimana komunikasi antarbudaya dalam mempertahankan harmonisasi dan

kerukunan antar etnis manggarai dan bajawa di Desa Watukapu, Kabupaten Ngada?

1.2 Tujuan penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah “untuk mengetahui komunikasi

antarbudaya dalam mempertahankan harmonisasi dan kerukunana masyarakat desa

watukapu( studi kasus pada masyarakat etnis manggarai dan bajawa didesa

watukapu)”

1.4 Manfaat Penelitian


Manfaat dari penelitian ini adalah mempelajari lebih mendalam tentang

komunikasi antar budaya dalam menjaga harmonisasi masyarakat.

1.4.1 Manfaat Akademis

Manfaat Akademis Penelitian ini dapat dijadikan sebagai rujukan bagi upaya

pengembangan Ilmu Komunikasi ke depan yang membahas tentang komunikasi

antarbudaya dalam menjaga harmonisasi masyarakat Desa Watukapu Kabupetan

ngada.

1.4.2 Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat menambah pengetahuan mengenai komunikasi antar

budaya dalam menjaga harmonisasi masyarakat.


1.4.3 Manfaat Praktisi

A. Bagi Penulis

Sebagai bagian dari persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Ilmu

Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik dalam menambah pengetahuan

tentang komunikasi antarbudaya.

B. Bagi Peneliti Lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi atau acuan bagi

peneliti selanjutnya, yang ingin meneliti tentang komunikasi antarbudaya dalam

menjaga harmonisasi masyarakat.

C. Bagi Almamater

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan berguna

dalam melengkapi kepustakaan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Katolik Widya Mandira Kupang.

1.5 Kerangka pikir, Asumsi, Hipotesis

Berikut ini adalah kerangka pikir, Analisis, Hipotesis dari penelitian ini :

1.5.1 Kerangka Pemikiran

Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berpikir

dalam memecahkan atau menyoroti masalahnya. Untuk memperoleh kejelasan dalam

memecahkan masalah, maka dalam setiap penelitian perlu dicantumkan kerangka

pemikiran. Kerangka pemikiran adalah pokok-pokok pikiran yang menggambarkan

dari sudut mana masalah penelitian akan disoroti.

Pada penelitian ini berangkat dari komunikasi antarbudaya dalam menjaga

harmonisasi masyarakat.dalam kehidupan masyarakat memiliki keberaagaman yang


berbeda-beda. Komunikasi mempunyai peranan penting dalam kehidupan sehari-hari

komunikasi merupakan medium penting bagi pembentukan pembangunan pribadi

untuk kontak sosial melalui komunikasi seseorang dapat tumbuh dan belajar

menemukan kepribadian diri dan orang lain komunikasi adalah penghubung semua

interaksi sosial komunikasi pada hakikatnya adalah suatu kebutuhan baik untuk diri

sendiri maupun masyarakat luas komunikasi yang efektif akan memberikan efek yang

baik pada kehidupan bermasyarakat jika komunikasi yang disampaikan atau diberikan

baik dan benar bagi pesan komunikator maupun penerima pesan komunikan pada

dasarnya masyarakat dikatakan harmonis apabila dari masing-masing anggota

masyarakat tersebut merasa aman tenang damai serta saling menghargai satu sama

lain dengan menjaga perbedaan baik antarbudaya maupun antar agama titik hidup

bermasyarakat tidak lepas dari namanya perbedaan baik perbedaan warna kulit, fisika

cara berbicara, agama hingga antarbudaya dalam hal ini interaksi baik sosial maupun

komunikasi menjadi dasar dalam menjaga keharmonisan baik antar individu maupun

antarbudaya.

Dalam buku karangan Sri Suwasi mendefenisikan budaya secara etimologis,

katabudaya berasal dari kata budi atau akal, sehingga budaya diartikan sebagai hal-

hal yang berkaitan dengan akal (Suwasi Sri, 2022: 174) Budaya adalah pemikiran

sesorang yang dibentuk untuk menentukan apa yang baik dan kurang baik sehingga

budaya berkaitan erat dengan akal sesoarang.

Komunikasi antarbudaya sendiri adalah suatu proses komunikasi simbolik,

interpetaktif, transaksional, dan kontektual yang dilakukan oleh Sebagian orang

karena memiliki perbedaan drajat kepentingan yang memberikan interpretasi dan

harapan secara berbeda terhadap apa yang disampaikan dalam bentuk perilaku

tertentu sebagai makna yang dipertukarkan (Yusa Marthana, 2018: 2)


Komunikasi antarbudaya adalah komunikasi yang terjadi di antara orangorang

yang memiliki kebudayaan yang berbeda (bisa beda ras, etnik, atau sosial,ekonomi,

atau gabungan dari semua perbedaan ini.

Desa watukapu merupakan desa yang berada di Bajawa bagian utara, desa

watukapu menjadi salah satu desa yang banyak diberi pandangan desa multikultural,

desa watukapu dihuni oleh dua entis yakni etnis manggarai dan bajawa,kedua etnis

ini bersatu dikarenakan perkawiana, pekerjaan ,dan bisnis. Dalam kehidupan

bermasyarakat terdapat beberapa persoalan yang membedakan kedua etnis ini,

sehingga mendapat kesulitan dalam beinterkasi hal ini membuat orang semakin

tertutup. Oleh karena itu dibutuhkan komunikasi antarbudaya dalam mewujudkan

keharmonisan kehidupan bermasyarakat sehingga menjadi fokus dalam penelitian ini

adalah komunikasi antarbudaya dalam menjaga harmonisasi masyarakat (Studi kasus

pada masyarakat etnis manggarai dan bajawa desa Watukapu kabupaten Ngada)

dengan menggunakan teori adaptasi antarbudaya/Intercultureal Adaptation

(Ellingsworth 1988).
Gambar 1.1

Bagan Kerangka Pikir

Komunikasi Antarbudaya

Theori Komunikasi Antar Budaya


tt

Teori adaptasi antarbudaya/Intercultureal

Adaptation (Ellingsworth 1988).

Harmonisasi Masyarakat

Masyarakat Etnis Mangarai dan Bajawa

Sumber: Abstraksi penulis

1.5.2 Asumsi
Asumsi adalah anggapan atau dugaan yang merupakan pemberitahuan suatu

masalah yang disampaikan dalam bentuk opini atau laporan (Eduka, 12 : 2018)

Asumsi yang peneliti pegang sebelum melakukan penelitian ini adalah proses

komunikasi antarbudaya dalam menjaga harmonisasi masyarakat desa watukapu Kab

Ngada (Studi kasus pada Masyarakat Etnis Manggarai dan Bajawa)

1.5.3 Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban atau dugaan sementara dari suatu masalah (Widodo

Agung, 72: 2021). Berdasarkan rumusan masalah, peneliti mengajukan hipotesis


sebagai berikut: proses komunikasi antarbudaya dalam menjaga harmonisasi

masyarakat (Studi kasus pada masyarakat Etnis Manggarai dan Bajawa)


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian terdahulu

Beberapa penelitian sebelumnya banyak yang membahas mengenai

komunikasi antar budaya, baik antar budaya dengan budaya lainnya,mapuan

penelitian yang berkaitan dengan komunukasi antar budaya dalam menjaga

harmonisasi masyarakat.

Berikut beberapa penelitian terdahulu yang menjadi sebagai acuan penulis

dalam melakukan penelitian:

1. Penelitian yang diambil oleh Ali Muhajir dan Ratri Kusumaninggtyas tahun

2018, mengambil judul: “Komunikasi Antar Budaya Islam Dan Kristen Pada

Tradisi Nyadran (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Lintas Budaya Dalam

Menciptakan Kerukunan Antar Umat Beragama Dalam Tradisi Nyadran Di

Kwiran Tegalrejo, Desa Jambukulon, Ceper, Klaten)”. Penelitian ini membahas

mengenai komunikasi lintas budaya antara umat Islam dan krsten, dimana

terdapat budaya yang mempersatukan dan menjadi suatu interaksi sosial diantara

kedua agama tersebut. Komunikasi budaya yang berlangsung di desa tersebut

berjalan dengan baik, tanpa adanya suatu hambatan yang berpotensi

menimbulkan konflik diantara umat Islam dan Kristen diakarenakan adanya suatu

tradisi nyadran yang membuat warga saling gotong royong dan bekerja sama

dalam rangka nguri-nguri budaya jawa.

2. Penelitian yang diambil oleh Khairun Nisa pada tahun 2018, mengambil judul:

“Analisis Proses Komunikasi Budaya Antar Etnis Jawa Dan Banjar (Studi Pada

Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang)”. Penelitian


ini tentang mahasiswa yang tinggal di Malang dan menyesuaikan budaya dari

jawa serta banjar, dimana mahasiswa yang menimba ilmu di Malang berasal dari

budaya yang sangat berbeda jauh dari tempat asalnya sehingga hal ini menjadi

satu pokok permasalahannya. Penelitian ini membahas proses komunikasi budaya

antar etnis jawa dan banjar. Mahasiswa dapat menyesuaikan dengan kultur

budaya dari masyarakat etnis jawa serta budaya masyarakat banjar yang memiliki

sifat-sifat religius dalam kegiatan bersmasyarakat, sehingga mahasiswa memiliki

suatu pengalaman baru dalam penyesuaian diri terhadap lingkungan dikarenakan

etnis jawa dan etnis banjar bersifat saling keterbukaan dan dapat saling bertukar

pikiran dengan tetap berupaya mempertahankan identitas budaya masing-masing.

3. penelitian yang ditulis Muhamad Lutfi 2018, Mengambil judul tentang “pengaruh

komunikasi antar budaya terhadap hubungan harmonisasi masyarakat desa

Tanjung siforkis kecamatan Galang kabupaten Deli Serdang “penelitian ini

berfokus pada pengaruh komunikasi terhadap harmonisasi dalam masyarakat

penelitian ini menggunakan kuantitatif dari hasil penelitian ini yang telah

dilakukan dapat diketahui adanya pengaruh komunikasi antar budaya terhadap

hubungan harmonisasi masyarakat dengan melalui proses peningkatan frekuensi

berkomunikasi antara masyarakat maka terciptanya suasana tenang dan harmonis

melalui sikap saling menghargai, menghormati, dan menerima perbedaan.

2.2 Defenisi komunikasi

Kata komunikasi secara etimologis sebenarnya merupakan terjemahan dari

bahasa Inggris communicatio.Communication sendiri berasal dari bahasa latin

communis yang berarti “samaatau sama makna”, communico atau communicare yang

berarti “membuat sama” (to make common)(siapa). Komunikasi merupakan proses

berbagi makna dalam bentuk pesan komunikasi antara pelaku komunikasi. Pesan
komunikasi bisa berupa gagasan atau ide pikiran yang diwujudkan dengan simbol

yang mengandung makna dan dianut secara samaoleh pelaku komunikasi(Hariyanto,

Didik 2021)

Komunikasi adalah proses penyampaian informasi dari sumber ke penerima,

yakni dari komunikator kepada komunikan melalui media tertentu dan mendapatkan

efek dari apa yang disampaikan baik dalam bentuk respon atau tindakan. Komunikasi

terjadi jika setidaknya suatu sumber membangkitkan respon pada penerima melalui

penyampaian suatu pesan dalam bentuk non verbal tanpa harus memastikan terlebih

dahulu bahwa dari kedua pihak tersebut mempunyai suatu simbol yang sama,

misalnya menyebutkan sesuatu tanpa harus menghadirkan apa yang telah disebut atau

dibicarakan.

Komunikasi adalah proses, maka model berguna untuk melukiskan proses

komunikasi dan dapat membuat kita mengetahui apa itu komunikasi dari sekedar

definisi komunikasi tersebut. Ada ratusan model komunikasi, yang setiap modelnya

dapat melengkapi model lainnya yang tentu memiliki kekukurangan (Kurniawan,

2018)

Komunikasi merupakan hal yang rutin sejak manusia lahir,dari tangisan bayi

yang menyampaikan pesan yang mengandung kebutuhan psikologi s dan fisiologis

hingga pesan yang berisi kebutuhan pelengkap orang dewasa.Semuanya tidak

terlepas dari proses pengiriman dan penerimaan pesan yang disebut komunikasi.

Dengan berkembangnya teknologi modern,interaksi antar manusia dapat dilakukan

dengan cara tidak bertatap muka,seperti telepon dan perangka tkomunikasi tidak

langsung lainnya (Astari Clara Sari, 2018)

Komunikasi yang baik adalahyang menguntungkan pengirim maupun

penerima, menguntungkan dalam arti sama-sama berbagi makna dan memhamai


makna secara bersama sehingga melakukan proses selanjutnya juga bersama dalam

kesamaan makna atau dengan kata lain komunikasi efektif. Selain itu, Komunikasi

yang perlu dijalankan adalah komunikasi yang memberdayakan dengan mengakui

kemampuan masyarakat untuk pemecahan masalah dan aktualisasi potensi diri. Ini

merupakan sebuah model komunikasi yang menempatkan masyarakat sebagai

komunikator dan subyek utama yang aspirasi dan kebutuhannya harus didengarkan

(Hasan, 2018)

Menjadi manusia sosial tak hanya untuk rukun dalam sikap, namun juga harus

rukun dalam bercakap atau berbicara satu dengan yang lain sehingga dapat

mempererat tali persaudaraan dan persatuan. Berbicara antar sesama manusia dapat

dikatakan sebagai bentuk komunikasi antar individu, yang mempengaruhi pola pikir

dan kelakuan dari manusia itu sendiri. Pola perilaku akan selalu menyebar seiring

adanya komunikasi yang berlangsung, karena suatu komunikasi antar manusia atau

antar individu membuat manusia mendapatkan suatu hal-hal baru yang mampu

mengubah sikap, perilaku maupun sifat seseorang.

2.2 Budaya

Dalam buku karangan Sri Suwasi mendfinisikan budaya secara etimologis,

kata budaya berasaldari kata Budi atau akal, sehingga budaya diartikan sebagai hal

hal yang berkaitan dengan akal (Suwasi Sri, 2022: 174)

Budaya adalah bentuk atau susunan perilaku yang dipelajari dan hasil perilaku

yang elemen komponenya dibagi dan dipengaruhi serta ditularkan oleh anggota

masyarakat tertentu. Terdapat pula pengertian lainya dari budaya yaitu sebagai semua

hasil karya atau ciptaan atau, ciptaan, rasa, sikap, dan cipta masyarakat (Rohman

Bujibur, 2023:23). Terdapat pendapat lain yang mendefinisikan budaya, antara lain

budaya adalah segala sesuatu yang dilakukan, dipikirkan, dan diciptakan oleh manusia
dalam masyarakat, serta termasuk pengakumulasikan sejarah objek-objek atau

perbuatan yang dilakukan sepanjang waktu (Solong Aras, 2021: 13)

Budaya juga berarti cara hidup seseorang atau sekelompok orang yang

terbentuk akibat kebiasaan sesorang dalam suatu wilayah tertentu yang tergantung

pada keadaan sekiatar dan kondisi wilayah yang ditempati (Abu Bakar, 2017: 102)

Dari pengertian diatas dapat di simpulkan bahwa budaya adalah suatu

pandangan atau sikap yang diwariskan secara turun termurun, yang mendasari

kehidupan dan secara tanpa sadar sudah menjadi gambaran perilaku dari sekelompok

orang yang berdasar pada etnis.

2.3 Komunikasi antar budaya


Komunikasi antar budaya sendiri adalah suatu proses komunikasi simbolik,

interpetaktif, transaksional, dan kontektual yang dilakukan oleh Sebagian orang

karena memiliki perbedaan drajat kepentingan yang memberikan interpretasi dan

harapan secara berbeda terhadap apa yang disampaikan dalam bentuk perilaku

tertentu sebagai makna yang dipertukarkan (Yusa Marthana, 2018: 2)

Komunikasi antarbudaya merupakan kegiatan komunikasi yang berlangsung

antara peserta komunikasi dengan latar belakang budaya yang berbeda. Indonesia

terkenal dengan berbagai suku bangsa dan budaya. Keberagaman budaya terlihat pada

adat istiadat, kebiasaan, norma, nilai dan agama serta perilaku dari masyarakatnya

dalam membangun suatu Negara keberagaman suku bangsa dan budaya bisa menjadi

kekuatan tersendiri. Selain memiliki kebudayaan yang beragam, juga memiliki

keanekaan ekosistem dan keanekaragaman hayati, juga memiliki keanekaan atau

kebinekaan suku bangsa dan bahasa. Dan telah tercatat memiliki lebih dari 360

kelompok etnik.

Menurut Charley H. Dood yang dikutip dalam buku Alo Liliweri, komunikasi

antarbudaya adalah sebuah komunikasi yang melibatkan partisipan komunikasi yang


merepresentasikan pribadi, antarpribadi, maupun kelompok dengan sebuah tekanan terhadap

perbedaan latar belakang budaya yang mempengaruhi perilaku dari partisipan komunikasi itu

sendiri (Liliweri, 2018)

Komunikasi antar budaya terjadi saat seseorang dari suatu budaya tertentu

menyampaikan suatu pesan kepada orang lainnya yang juga berasal dari suatu budaya yang

berbeda pula. Inti dari penjelasan tersebut yaitu, komunikasi antarbudaya dapat terlihat dalam

suatu interaksi antara berbagai orang yang memiliki perspektif budaya dan simbol yang

berbeda saat orang-orang tersebut berkomunikasi (Samovar et al., 2014). Sama hal nya

dengan konteks komunikasi yang lainnya, komunikasi antarbudaya juga memiliki beberapa

unsur yang perlu diketahui.

Adapun unsur-unsur komunikasi antar budaya menurut Liliweri meliputi : (1)

Komunikator; (2) Komunikan; (3) Pesan/Simbol (4) Media; (5) Efek/Umpan Balik; (6)

Suasana; (7) Gangguan (Rizak, 2018). Komunikasi antar budaya adalah interaksi yang

terjadidalam masyarakat dengan buaya yang beragam.Sebagai makhluk sosial, manusia

tentunya selalu berkomunikasi dengan sesama. Di samping itu, pergerakan globalisiasi yang

banyak berpengaruh pada setiap aspek kehidupan menggiring manusia pada kondisi untuk

berinteraksi dengan banyak orang yang berbeda latar belakang budaya. Oleh karena itu,

adanya komunikasi antar budaya memberikan berbagai fungsi bagi manusia dalam

berinteraksi antara satu sama lain


2.3.1 Asumsi Komunikasi antar budaya
Asumsi sebuah teori komunikasi merupakan seperangkat pernyataan yang

menggambarkan sebuah lingkungan yang valid, tempat dimana sebuah teori

komunikasi dapat diaplikasikan (Winda,dkk,2022)

Dalam rangka memahami kajian komunikasi antarbudaya maka kita mengenal

beberapa asumsi yaitu:

1.Komunikasi antar budaya dimulai dengan anggapan dasar bahwa ada perbedaan

persepsi antara komunikator dengan komunikan.

2.Dalam komunikasi antar budaya terkandung isi dan relasi antar pribadi.

3.Gaya personal mempengaruhi komunikasi antarpribadi.

4.Komunikasi antar budaya bertujuan mengurangi tingkat ketidakpastian.

5.Komunikasi berpusat pada kebudayaan.

Adapun terdapat Asumsi fundamental juga dikemukakan oleh James Neulip

bahwa selama terjadi komunikasi antarbudaya, pesan yang dikirim kadang-

kadangbukan pesan yang diterima oleh komunikan. Berikut asumsi fundamental

dalam komunikasi anatar budaya yakni (Kustiawan,dkk 2022) :

1. Asumsi : pada komunikasi antarbudaya pesan yang dikirimkan biasanya bukan

pesan yang diterima (Assumption : during intercultural communication the

message sent is usually not the message received)

2. Asumsi: komunikasi antarbudaya padadasarnya adalah tindakan nonverbal

manusia (Assumption : Intercultural communication is primarily a nonverbal act

between people)

3. Asumsi:Komunikasi antarbudaya tentu melibatkan benturan gaya komunikator

(Asssumption : Intercultural communicationnecessarily involves a clash

ofcommunicator style)
4. Asumsi: Komunikasi antar budaya adalah fenomena kelompok yang dialami oleh

individu (Assumption : Intercultural communication is a group phenomenon

experiendced by individuals) Komunikasi antar budaya adalah fenomena

kelompok yang dialami oleh individu, setiap kali berinteraksi dengan orang dari

budaya yang berbeda yang dibawa adalah asumsi dan penampilan dari orang lain.

Interaksi spesifik berupa lisan dan pesan nonverbal yang dipertukarkan biasanya

disesuaikan berdasarkan asumsi-asumsi dan penampilan tersebut.

2.3.1 Bentuk Komunikasi Antar Budaya


Menurut DeVito (1997) yang dikutip dalam Jurnal Abdul Karim (2015)

bentuk – bentuk komunikasi antarbudaya adalah meliputi bentuk-bentuk komunikasi

lain yaitu :

1. Komunikasi antara kelompok agama yang berbeda.

2. Komuniksi antara subkultur yang berbeda

3. Komunikasi antara suatu subkultur dan kultur yang dominan

4. Komunikasi antara jenis kelamin yang berbeda .

2.2.4 Fungsi Komunikasi AntarBudaya


Komunikasi antarbudaya pada dasarnya mampu menghasilkan keselarasan

dan kebersamaan.Komunikasi antarbudaya juga memiliki manfaat sebagai salah

satuhal yang dapat digunakan untuk memahami sisi perbedaanantarbudaya. Hakikat

darikomunikasi antarbudaya ini merupakan kegiatan yang terjadi dalam

berkomunikasipada setiap individu dengan individu lain hingga terbentuknya

kemudahan danpemahaman pada perbedaan-perbedaan yang ada.

( Karmilah,Sobarudin 2019)

Adapun beberapa fungsi komunikasi antarbudaya diantaranya:

1. Sebagai penanda identitas sosial: Setiap individu memiliki identitas sosial yang

berbeda-beda. Hal ini tergantung kepada seberapa bisa individu menjalankanperannya


di sebuah masyarakat. Dengan adanya komunikasi antarbudaya,identitas sosial akan

terlihat dan cepat diidentifikasi.

2. Integrasi sosial: Dengan adanya komunikasi antarbudaya tidak hanya membuat

masyarakat mengerti satu sama lain namun, dengan adanya komnukasi antar dapat

mempersatukan individu satu dengan yang lain dalam interaksi tersebut.

3.Menambah pengetahuan:Komunikasi antarbudaya banyak memberikan

pengetahuan-pengetahuan baru kepada individu yang belum memiliki wawasan

kepada suatu kebudayaan tertentu.

Selain itu, komunikasi budaya juga memiliki fungsi sosial diantaranya fungsi

pengawasan.Pada fungsi ini kegiatan komunikasi antarbudaya berlangsung pada saat

komunikator dan komunikan yang berbeda kebudayaan. Fungsi ini lebih banyak

digunakan oleh media massa. Kedua, fungsi penghubung. Komunikasi antarbudayaini

juga bisa digunakan sebagai jembatan bagi setiap individu yang memiliki kebudayaan

yang berbeda. Pada umumnya, setiap individu yang berbeda atau lebih akan

memberikan persepsi mereka yang berbeda-beda. Ketiga, fungsi sosialisasi nilai.

Fungsi komunikasi antarbudaya dapat memberikan ajaran dan perkenalan nilai

nilaidari suatu kebudayaan masyarakat lain. Dalam artian, seorang individu atau

kelompok bisa mengindentifikasi setiap nilai nilai yang ada di suatu kebudayaan lain

tanpa harusikut melibatkan diri pada penerapan nilai-nilai secara langsung. Terakhir,

yaitu fungsimenghibur.Dalam hiburan terdapat kegiatan komunikasi antarbudaya.Hal

ini dapatditemukan seperti saat menonton tarian, nyanyian bahkan drama sekaligus.
2.3.3 Theory Komunikasi antar budaya

2.3.3.1Teori adaptasi antar budaya/Intercultureal Adaptation (Ellingsworth

1988)

Menurut Ellingsworth (1983) bahwa semua komunikasi melibatkan

beragam jenjang variasi budaya. Teori didesain untuk menjelaskan bagaimana

seorang komunikator beradaptasi dengan yang lain “bertemu untuk membina suatu

hubungan”. Ellingswort (1983) memisahkan delapan hukum, antara lain adalah gaya

komunikasi penyesuaian merupakan harapan dari budaya yang beberda kepercayaan.

Selanjutnya Ellingsworth (1983) menurunkan 10 proposisi. Porposisi yang adaptasi

komunikasi yang fungsional (P1) adaptasi komunikasi (P2) dan penertaan dalam

adaptasi fasilitas penyelesaian tugas. Adaptasi komunikasi yang tidak fungsional akan

mengarahkan harapan dari perbedaan budaya (P3) dan penyelesaian tugas secara

perlahan (P4). Ketika komunikator memiliki keinginan untuk bekerjsama, ini

merupakan penyertaan dalam komunikasi yang adaptif (P5). Mengunakan strategi

persuasi untuk berkomunikasi adaptastif (P6). Ketika situasi mendukung bagi seorang

komunikator (P7) atau seorang komunikator memiliki banyak kekuasan (P8 P9),

komunikator lainnya memiliki kesulitan untuk beradaptasi. Perilaku adaptasi yang

lebih kuat, dari komunikator merupakan indikasi keinginan untuk mengubah nilai-

nilai budaya mereka (P10).

2.4 Etnis

Etnis merupakan yang dipandang sebagai suatu kesatuan budaya dan teritorial

yang tersusun rapi dan dapat digambarkan kedalam sebuah peta etnografi. Setiap

etnisitas memiliki batas-batas yang jelas memisahkan satu kelompok etnis dengan

etnis lainya. Kemudian secara dengan faktor masingmasing kelompok itu memiliki

budaya yang padu satu sama lain dan dapat dibedakan baik dalam organisasi, bahasa,
agama, ekonomi, tradisi, maupun hubungan antar kelompok etnik, termasuk dalam

pertukaran jasa dan pelayanan

Etnis merupakan yang dipandang sebagai suatu kesatuan budaya dan teritorial

yang tersusun rapi dan dapat digambarkan kedalam sebuah peta etnografi. Setiap

etnisitas memiliki batas-batas yang jelas memisahkan satu kelompok etnis dengan

etnis lainya. Kemudian secara dengan faktor masingmasing kelompok itu memiliki

budaya yang padu satu sama lain dan dapat dibedakan baik dalam organisasi, bahasa,

agama, ekonomi, tradisi, maupun hubungan antar kelompok etnik, termasuk dalam

pertukaran jasa dan pelayanan (Susi Santi, 2023)

Saat ini, komuikasi antar etnis telah menjadi semakin penting, karena

meningkatnya mobilitas orang seluruh dunia, saling ketergantungan satu sama lain

dianatara banyak masyarakat yang berbeda etnis serta kemajuan teknologi komunikasi

dan perubahan pola pikir yang membutuhkan pemahaman untuk menciptakan sebuah

kehormonisan didalam masyarakat serta keragaman etnik dan budaya dibutuhkan

suatu pendekatan komunikasi yang relavan.

2.5 Harmonisasi

Istilah harmonisasi dalam kajian ini berasal dari kata harmoni (bahasa Yunani

harmonia), yaitu terikat secara serasi dan sesuai. Ditinjau dari aspek filsafat, harmoni

diartikan kerja sama antara berbagai faktor yang sedemikian rupa sehingga

faktorfaktor tersebut menghasilkan kesatuan yang luhur, misalnya antara jasad

seorang manusia hendaknya harus ada harmoni, kalau tidak belum dapat disebut

pribadi. Di sisi lain, istilah harmoni diartikan juga sebagai pola, seperti di bidang

sosiologi, yaitu usaha untuk mempertemukan berbagai pertentangan dalam

masyarakat, diterapkan dalam hubungan-hubungan sosial ekonomi untuk

menunjukkan pemikiran bahwa kebijakan sosial ekonomi yang paling sempurna


hanya dapat tercapai dengan meningkatkan permusyawaratan antara berbagai anggota

masyarakat, istilah ini disebut juga pola integrasi (Hassan Shaddly,dkk 2017)

Harmonisasi dapat diartikan sebagai proses atau upaya untuk menyelaraskan,

menyerasikan, atau menyesuaikan sesuatu yang dianggap tidak atau kurang sesuai,

kurang atau tidak pantas atau tidak serasi, sehingga menghasilkan sesuatu yang baik

atau harmonis di berbagai hal.


BAB III

METODELOGI PENELITIAN

3.1 Penetuan Metode Penelitian Dan Jenis Penelitian


Dalam metodiologi penelitian ini akan membahas perihal suatu upaya

yangdilakukan untuk sampai pada maksud penelitian. Untuk mencapai tujuan

penelitian yang akan dilakukan peneliti sesuai dengan uraian diatas, maka

penilitimenggunakan metode dan jenis penelitian sebagai berikut.

3.1.1 Metode Penelitian

Penetuan metode penelitian yang tepat bergantung pada maksud dan tujuan

penelitian tersebut dilaksanakan.pada penelitian ini berfokus pada Komunikasi

antarbudaya dalam menjaga harmonisasi masyarakat dengan (studi kasus pada

masyarakat etnis manggarai dan bajawa didesa Watukapu) penelitian ini

menggunakan metode penelitian studi kasus merupakan yang dilakukan secara

mendalam terhadapa sesutu perilaku yang unik dan terbatas pada objek yang bkhas

dalam ruang dan waktu tertentu yang kesimpulanya hanya berlaku untuk objek

tersebut dalam ruang dan waktu tertentu pula (Darus,2016:24)

Maka dalam melakukan penelitian penulis menggunakan metode penelitian

studi kasus.

3.1.2 Jenis penelitian

Sesuai dengan maksud dan tujuan yang hendak peneliti capai dalam

penelitian ini mengenai komunikasi antar budaya dalam menjaga harmonisasi

masyarakat(studi kasus pada masyarakat etnis Manggrai dan Bajawa di desa

Watukapu, Kabupaten Ngada)

Menurut Moleong (2020:4) menyatakan bahawa penelitian kualitatif

merupakan teknik penelitian yang dimana data deskriptif dapat dihasilkan dalam

bentuk tertulis atau lisan berdasarkan sikap yang diteliti.penelitian kualitatif ini
merupakan jenis penelitian lapangan, yaitu penelitian yang bertujuan untuk

mempelajari tentang latar belakang keadaan sekarang ini, interaksi lingkungan antar

individu, kelompok atau masyarakat, dengan demikian penulis menggunakan jenis

penelitian kualitatif.

3.2 Fokus penelitian

Fokus pada penelitian ini adalah bagaiamana proses komunikasi antar budaya

dalam menjaga harmonisasi masyarakat etnis manggarai dan bajawa desa

watukapu,kabupaten Ngada dengan mengunakan teori adaptasi budaya.

3.3 Objek penelitian

Objek pada peneitian ini adalah masyarakat etnis manggarai dan bajawa

didesa Watukapu ,Kecamatan bajawa Utara, kabupaten Ngada.

3.4 Jenis data dan Teknik Pengumpualan Data

Jenis data dan Teknik pengumpulan data merupakan salah satu langkah yang

diperlukan dalam memulai sebuah penelitian. Terdapat 2 jenis data yang digunakan

dalam penelitian ini yaitu data primer dan data sekunder, sedangkan Teknik

pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu waawancara,observasi

dan dokumentasi.

3.4.1 Jenis data

Jenis data dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua sember data yaitu

data primer dan data sekunder:

1. Data primer
Data primer adalah kumpulan data atau informasi yang bersifat asli

dikumpulkan oleh peneliti sendiri untuk menjawab secara spesifik permasalahan

penelitian ( sugiyono, 2017: 193). Data primer yang dimaksud adalah hasil

wawacara,observasi dan dokumentasi .

2. Data sekunder
Data sekunder yakni informasi yang didapat atau diperoleh dari sumber lain

(Sugiyono,2017: 21).

Data sekunder ini meilikiperan penting dalam penelitian karena data sekunder

merupakan data penunjang data primer.data sekunder yang dimaksud adalah diperoleh

secara tidak langsung melalui media perantara atau dari sumber-sumber yang telah

ada, seperti perpustakaan, kantor atau dari laporan-laporan penelitian terdahulu.

Sumber data sekunder pada umumnya yang berwujud data dokumentasi atau data

laporan yang telah tersedia, berupa buku, bukti catatan dan laporan historis yang telah

tersusun dalam arsip yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan. Sumber data

sekunder dalam penelitian ini adalah dokumen, bahan rujukan yang relevan dengan

penelitian ini, serta segala aktivitas masyarakat yang ada didesa watukapu,kec.najawa

utara,kab.ngada.

3.4.2 Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data yang penelis gunakan dalam penelitian ini adalah

observasi, wawancara, dokumetasi. Dari teknik pengumpulan data yang penulis pakai

ini membantu penulis dalam mengetahui komunikasi antar budayadalam menjaga

harmonisasi masyarakat entis manggarai dan bajawa didesa watukapu ,kec.bajawa

utara,kab.ngada

1. Obsevasi

Metode observasi ini dilakukan dengan mengamati secara langsung mengenai

bagaimana keadaan di lapangan seperti keadaan fisik ataupun perilaku yang terjadi

selama waktu penelitian berlangsung. Seperti yang dikemukakan oleh Guba dan

Lincoln (1981:191-193) dalam buku Moleong (2000) menyebutkan bahwa tekhnik

pengamatan memungkinkan peneliti melihat dan mengamati sendiri, kemudian

mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana yang terjadi pada keadaan sebenarnya.
2. Wawancara
Menurut Moleong, (2020:135) wawancara adalah percakapan dengan maksud

tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer)

yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai yangmemberikan jawaban atas

pertanyaan tersebut. Metode wawancara juga dapat dilakukan dengan cara terstruktur

dan tidak terstruktur. Dapat dilakukan dengan cara tatap muka (face to face) maupun

menggunakan telepon Sugiyono, (2017: 138-140)

Wawancara Pada tahap ini penulis mengadakan wawancara terhadap beberapa

warga dari dua kalangan masyarakat tersebut, agar mendapatkan informasi yang

mendalam dari dua sisi yang ada agar dapat pengembangan data dari informan dan

menjadi suatu kesimpulan yang baik.

3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan suatu proses penyatuan data dengan cara mengambil

berbagai data dari sumber lain seperti contohnya berupa foto,laporan peneitian,buku-

buku dan sumber lain nya yang berhubungan dengan penelitian ini. Pengumpulan

dengan metode dokumentasi ini memiliki tujuan untuk melengkapi hasil data yang

nantinya akan diperoleh dari hasil metode observasi dan wawancara.

3.5 Teknik Analisis Data


Analisis data adalah sebuah kegiatan untuk mengatur, mengurutkan,

mengelompokkan, memberi kode/ tanda, dan mengkategorikan sehingga diperoleh

suatu temuan berdasarkan fokus atau masalah yang ingin dijawab. Dalam penelitian

ini akan dilakukan metode dokumen wawancara. Wawancara ialah salah satu dari

teknik pengumpulan data kualitatif. Dalam penelitian dilakukan wawancara

denganpertanyaan, sehingga responden dapat memberikan informasi yang tidak

terbatas dan mendalam dari berbagai perspektif. Semua wawancara dibuat transkip

dan disimpan dalam file teks dan dapat dipahami.


3.6 Uji Keabasahan

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan kredibilitas dengan triangulasi

sebagai penguji keabsahan data. triangulasi merupakan suatu langkah pengecekan

ulang atas hasil yang telah di temukan. Data yang telah terkumpul dilakukan cek dan

ricek dengan sumber-sumber lain sebagai pembanding. Peneliti menggunakan

triangulasi metode dalam penelitian ini, dimana nantinya akan membandingkan hasil

wawancara dengan pengamatan. Hasil dari perbandingan masih dapat diperdalam.

Yang menjadi perbandingan tentunya adalah hal yang sama. Menurut Muslimin

Machmud dalam Tuntunan Penulisan Tugas Akhir (2016: 71), peneliti bisa

melakukan wawancara dan observasi untuk memperoleh kebenaran informasi dan

gambaran yang utuh mengenai informasi yang diperoleh.


DAFTAR PUSTAKA

Buku

Andrew E. Sikula, 2017. Komunikasi Bisnis. Surakarta:Erlangga

Dr. Widodo, M.Pd ( 2018).Metode Penelitian.Jakarta: Rajawali Pers.

Hariyanto, Didik. "Buku ajar pengantar ilmu komunikasi." Umsida Press (2021): 1-

119.

Kusumohamidjojo, B. (2020). Kebhinnekaan Masyarakat Indonesia: Suatu Problematik


Filsafat Kebudayaan. Jakarta: Grasindo.

Malde Martahana Yusa, I. M. (2021). Komunikasi Antar budaya Kita Menulis.

Mulyana, Dedy, 2020, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Bandung : Rosdakarya

Moleong, 2020:135. Metodologi Penelitian.

Newman, LW. 2000. Social Research Methods Qualitative and Quantitative

Rayhaniah, Sri Ayu. "Semiotika Komunikasi." (2022).

Solong, Aras. Budaya & Birokrasi. Deepublish, 2019.

Sukendar, Markus Utomo, 2017, Psikologi Komunikasi, Yogyakarta : Deeppublish

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan; Pendekatan Kuantitatif dan R&D. 2017.


Bandung: Al-Fabeta

Modul
Darus, Antonius, 2016. Diktat Metode Penelitian Komunikasi II. FISIP.Ilmu
Komunikasi.Kupang

Jurnal:
Ainul Yaqin, M , Pendidikan Multikultural: Cross Cultural Understanding Untuk
Demokrasi Dan Keadilan, Yogyakarta: Pilar Media, Cet.2, 2018.

Abubakar, F. (2017). Interaksi Islam Dengan Budaya Lokal Dalam Tradisi Khanduri
Maulod Pada Masyarakat Aceh. Akademika: Jurnal Pemikiran Islam, 21(1),

Abdullah, Asep Dadang, et al. Komunikasi Antarbudaya: Keharmonisan Sosial dalam


Masyarakat Multikultur. Penerbit NEM, 2023.

Kustiawan, Winda, et al. Dasar-Dasar Komunikasi Antar Budaya. Jurnal Studi Sosial
dan Agama (JSSA), 2022, 2.1: 88-100.

Karim, Abdul. "Komunikasi Antar Budaya di Era Modern." At-Tabsyir Jurnal


Komunikasi Penyiaran Islam 3.2 (2015).

Karmilah, Sobarudin, et al. Konsep Dan Dinamika Komunikasi Antarbudaya di


Indonesia. Jurnal Dakwah Dan Komunikasi, 2019, 4.1: 41-56

Liliweri, A. (2002). Makna budaya dalam komunkasi antar budaya. Yogyakarta:


PT. LKis Pelangi Angkasa.

Santi, Susi. Komunikasi Keluarga Antar Etnis Dan Sesama Etnis (Studi Kasus Kota
Subulussalam). Diss. UIN Ar-Raniry Fakultas Dakwah dan Komunikasi, 2023.

Tami, Lusia Savitri Setyo, et al. Teori-teori adaptasi antar budaya.


Jurnal komunikasi, 2015, 7.2: 180-197.

Anda mungkin juga menyukai