Anda di halaman 1dari 18

TABAYYUN: Jurnal Akademik Ilmu Dakwah

Vol. 1, No. 1, Juni 2022, pp. 1~18

ISSN: -, DOI: - 1

Implementasi Komunikasi Antar Budaya di Wilayah Urban:


Sebuah Pengalaman dari Jambi
Bela Ardila1, Agus Salim2
12
UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi

Article Info ABSTRACT


Article history: Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang
menyebabkan masyarakat Kelurahan Cempaka Putih tetap saling toleransi
Received Januari 17, 2022 komunikasi di tengah banyaknya perbedaan budaya. Penelitian ini
Revised Februari 14, 2022 menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik pengumpulan datanya
Accepted Mei 16, 2022 berupa: observasi, wawancara, dan dokumentasi. Dengan pendekatan
tersebut, maka diperoleh hasil penelitian sebagai berikut: (1) Bentuk-bentuk
budaya pada masyarakat Kelurahan Cempaka Putih Kecamatan Jelutung,
Keywords: Kota Jambi antara lain adalah: Terdapat budaya yaang heterogen yakni,
budaya Melayu, Minang, Jawa, Sunda, Bugis, Ambon, dan Tionghoa dengan
Implementasi menggunakan bentuk komunikasi sirkular, bentuk komunikasi antar
Komunikasi kelompok; yang terbagi kepada komunikasi kelompok kecil dan besar,
Antar budaya komunikasi bentuk keluarga multi etnis, bentuk komunikasi linear, dan
bentuk komunikasi personal. (2) Adapun proses komunikasi antar budaya
pada masyarakat Kelurahan Cempaka Putih, Kecamatan Jelutung Kota
Jambi adalah: akulturasi budaya. Proses akulturasi pada keluarga beda
budaya yaitu memahami sikap, karakter dan bahasa yang dibawa oleh
masing-masing budaya. Masyarakat di Kelurahan Cempaka Putih dengan
seiringnya waktu di tengah banyaknya perbedaan budaya, mereka
menjunjung tinggi semboyan Indonesia yakni Bhinneka Tunggal Ika. (3)
Adapun penerapan komunikasi antar budaya pada masyarakat Kelurahan
Cempaka Putih, Kecamatan Jelutung, Kota Jambi dimulai daripada
lingkungan keluarga.
This is an open access article under the CC BY-SA license.

Corresponding Author:
Bela Ardila
Departement of Islamic Guidance and Counseling
Faculty of Dakwah, Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, Indonesia
Jln. Jambi-Ma. Bulian KM. 16, Muaro Jambi, Jambi, Indonesia
Email: Belaardila23@yahoo.co.id

1. INTRODUCTION
Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah negara yang memiliki budaya
terbanyak di dunia, hal ini dibuktikan dengan adanya semboyan Indonesia “Bhinneka
Tunggal Ika” yang berarti “berbeda-beda tapi tetap satu jua’’. Dalam beragamnya budaya,
manusia membutuhkan interaksi dengan manusia lainnya yakni yang di kenal dengan kata

Journal homepage: https://tabayyun.dakwah.uinjambi.ac.id


2  ISSN: -

“Komunikasi”. Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari
kata Latin communicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti “sama”. Sama di
sini maksudnya adalah sama makna (Efendy, 2009).
Menurut Everett M. Rogers, Komunikasi adalah proses di mana suatu ide dialihkan
dari sumber kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah
laku mereka (Mulyana, 2007). Komunikasi tidak bisa dipandang sekedar sebagai sebuah
kegiatan yang menghubungkan manusia dalam keadaan pasif, tetapi komunikasi harus
dipandang sebagai proses yang menghubungkan manusia melalui sekumpulan tindakan
yang terus menerus diperbaharui. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya salah satu kajian
dalam ilmu komunikasi yakni komunikasi antar budaya. Komunikasi dan kebudayaan tidak
sekedar dua kata tetapi dua konsep yang tidak dapat dipisahkan, harus dicatat bahwa studi
komunikasi antar budaya dapat diartikan sebagai studi yang menekankan pada efek
kebudayaan terhadap komunikasi (Liliweri, 2013).
Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat telah menyebutkan bahwa masalah utama
dalam komunikasi antar budaya adalah kesalahan dalam persepsi sosial yang disebabkan
oleh perbedaan-perbedaan budaya yang mempengaruhi proses persepsi. Pendekatan yang
telah mereka lakukan juga berdasarkan suatu asumsi yang fundamental: pihak-pihak yang
melakukan komunikasi antar budaya harus mempunyai keinginan yang jujur dan tulus
untuk berkomunikasi dan mengharapkan pengertian timbal balik. Asumsi ini memerlukan
sikap-sikap yang positif dari para pelaku komunikasi antar budaya dan penghilangan
hubungan-hubungansuperior-inferior yang berdasarkan keanggotaan dalam budaya-
budaya, ras-ras, atau kelompok-kelompok etnik tertentu (Rahmat & Mulyana, 2010).
Dapat juga diberikan definisi komunikasi antar budaya yang paling sederhana, yakni
komunikasi antarpribadi yang dilakukan dengan oleh mereka yang berbeda latarbelakang
kebudayaan.
Dalam banyak hal, hubungan antara budaya dan komunikasi bersifat timbal balik,
artinya bahwa antara keduanya saling berhubungan. Apa yang kita bicarakan, bagaimana
kita membicarakannya, apa yang kita lihat, perhatikan, atau abaikan, bagaimana kita
berpikir, dan apa yang kita pikirkan dipengaruhi oleh budaya. Pada gilirannya, apa yang
kita bicarakan, bagaimana kita membicarakannya, dan apa yang kita lihat turut
membentuk, menentukan, dan menghidupkan budaya kita. Budaya takkan hidup tanpa
komunikasi, dan komunikasi pun takkan hidup tanpa budaya. Masing-masing tak dapat
berubah tanpa menyebabkan perubahan yang lainnya. Di Indonesia kerap terjadi konflik
yang timbulnya masalah disebabkan oleh faktor menipisnya rasa toleransi umat antar

Bela Ardila & Agus Salim, Vol. 1, No. 1, Juni 2022: 1-18
Bela Ardila & Agus Salim ISSN:-  3

agama dan budaya, berbagai kasus konflik seperti: di Aceh, Timika (Papua), Ambon
(Maluku), Pontianak (Kalimantan Barat), Sampit-Mataram (NTB), dan Poso (Sulawesi
Tengah) (Najwan, 2009). Fakta lain yang harus dipertimbangkan adalah keberhasilan
setiap etnik antar penganut budaya untuk hidup berdampingan dengan sikap toleransi
dalam perbedaan-perbedaan budaya yang ada. Pembahasan mengenai antar budaya telah
dijelaskan pula dalam Qur’an Surah Al-Hujurat : 13 sebagai berikut:
‫علِي ٌم‬ ِ َّ َ‫ارفُ َٰٓو ْۚا إِ َّن أ َ ۡك َر َمكُ ۡم عِند‬
َ َّ ‫ٱَّلل أ َ ۡتقَ َٰىكُ ْۡۚم إِ َّن‬
َ ‫ٱَّلل‬ ُ َّ‫َٰيََٰٓأَيُّ َها ٱلن‬
َ َ‫اس إِنَّا َخلَ ۡق َٰنَكُم ِمن ذَك َٖر َوأُنث َ َٰى َو َجعَ ۡل َٰنَكُ ۡم شُعُوبٗ ا َوقَبَآَٰئِ َل ِلتَع‬
١٣ ‫ير‬ٞ ‫َخ ِب‬
Artinya: “Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-
laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa – bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang
paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara
kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.” (al-Hujuraat:
13) (Tim Penterjemah Dan Penafsir, 1998).
Berdasarkan observasi awal, mengenai toleransi ini terjadi di Kelurahan Cempaka
Putih, Kecamatan Jelutung, Kota Jambi menunjukkan bahwa masyarakat tesebut saling
menghargai dan menghormati, saling membutuhkan satu sama lain, dan harmonis. Pada
kenyataannya, Kelurahan Cempaka Putih adalah salah satu pemukiman warga yang
beragam agama dan budaya, antara lain agama Islam, Kristen, Budha dan Konghucu,
adapun suku atau budaya yang ada yakni, Melayu, Minang, Jawa, Sunda, Bugis, Banjar,
Flores, China, dan Arab.
Masyarakat di Kelurahan Cempaka Putih berkomunikasi dengan baik dan efektif
walau memiliki budaya yang heterogen, yang menyebabkan hal ini terjadi ialah adanya
rasa saling membutuhkan satu sama lain, pentingnya melebur menjadi satu, serta
menjunjung tinggi nilai Bhinneka Tunggal Ika.
Hubungan komunikasi yang diterapkan ialah komunikasi antarpribadi. Pada
hubungan komunikasi antarpribadi, para komunikator membuat prediksi terhadap satu
sama lain atas dasar data psikologis. Masing-masing mencoba mengerti bagaimana pihak
lainnya bertindak sebagai individu, tidak seperti pada hubungan kultural dan sosiologis.
Rentangan perilaku komunikasi yang dibolehkan menjadi sangat berbeda dibandingkan
dengan rentangan perilaku komunikasi yang dibolehkan pada situasi non-
antarpribadi.Pilihan pribadi dapat secara bebas dilaksanakan dalam pengembangan
hubungan (Budyatna & Ganiem, 2011).
Sikap toleransi antar budaya di Kelurahan Cempaka Putih ini sangat erat kaitannya
dengan proses komunikasi, dengan komunikasi masyarakat dapat mengkokohkan jiwa
kemanusiaan dan persatuan. Seperti halnya, ketika umat non Muslim merayakan hari

Implementasi Komunikasi Antar Budaya di Wilayah Urban … (Bela Ardila)


4  ISSN: -

rayanya, mereka mengundang tetangga yang umat Muslim untuk berkunjung ke


kediamannya, dengan tujuan untuk silaturrahmi dan makan bersama, dan makanan tersebut
halal di khususkan untuk umat Muslim.
Pada saat situasi berduka pun masyarakat tetap saling menghormati, seperti contoh,
ketika mendapatkan kabar bahwa tetangga yang non Muslim ada yang meninggal dunia,
umat Muslim mendatangi kediaman duka dan mengantarkan ke rumah kebaktian.
Begitupun dalam suasana olahraga, ibu-ibu di Kelurahan Cempaka Putih sangat
terkenal di Kota Jambi mengenai keahlian bermain bola volly, ini tentunya terjadi karena
adanya komunikasi yang baik, solid, dan efektif diantara mereka, padahalmemiliki agama
dan budaya yang berbeda. Proses komunikasi yang seperti apa digunakan oleh penganut
agama dan budaya yang berbeda, menyebabkan komunikasi yang baik ini dapat berjalan.
Melihat fenomena ini, penulis tertarik untuk mengungkap masalah ini dalam
sebuah penelitian dengan judul “Implementasi Komunikasi Antar budaya (Studi di
Kelurahan Cempaka Putih, Kecamatan Jelutung, Kota Jambi)” untuk mengetahui dan
memahami bagaimana penerapan Komunikasi Antar budaya yang terjadi.
2. METHOD
Kajian terhadap implementasi komunikasi antar budaya pada masyarakat
Kelurahan Cempaka Putih, Kecamatan Jelutung, Kota Jambi, menggunakan metode
penelitian kualitatif atau data yang ada di lapangan. Bergantung pada pengamatan manusia,
dengan alasan memiliki latar alami (the natural setting), bersifat deskriptif, lebih
memperhatikan proses daripada hasil, dan menganalisa data secara induktif, di mana
makna menjadi hal yang esensial.
Dalam prosesnya penulis akan mengarahkan penelitian kualitatif yang bersifat
deskriptif eksplanatoris ini untuk menjelaskan apa yang terjadi secara lengkap,sedangkan
eksplanatoris untuk menjawab mengapa dan bagaimana suatu peristiwa terjadi. Artinya
penelitian ini diupayakan untuk menggambarkan fakta yang diinterpretasi secara tepat dan
teruji.
Setting penelitian adalah Kelurahan Cempaka Putih, Kecamatan Jelutung, Kota
Jambi. Pemilihan setting didasarkan atas pertimbangan rasional bahwa Kelurahan
Cempaka Putih tampak sekali banyaknya perbedaan budaya dan masyarakatnyapun saling
bertoleransi dibandingkan daerah lain.
Subjek penelitian berpusat pada segenap tenaga pada masyarakat Kelurahan
Cempaka Putih meliputi pimpinan kelurahan, tokoh masyarakat, tokoh adat, tokoh
pemuda, serta sebagian masyarakat di kelurahan tersebut.

Bela Ardila & Agus Salim, Vol. 1, No. 1, Juni 2022: 1-18
Bela Ardila & Agus Salim ISSN:-  5

Jenis data yang digunakan meliputi data primer dan data sekunder.Data primer
adalah data yang diperoleh langsung dari sumber pertama (first hand) melalui observasi
atau wawancara di lapangan.Dalam hal ini data yang diinginkan adalah faktor terjadinya
toleransi komunikasi antar budaya pada masyarakat Kelurahan Cempaka Putih.Sementara
data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua berupa dokumentasi serta
peristiwa yang bersifat lisan dan tertulis. Jenis data ini diusahakan sendiri oleh peneliti, dan
dinamakan sebagai data primer. Sedangkan data pendukung yang telah ada dan lain
sebagainya juga digunakan sebagai data pendukung atau dinamakan data sekunder.
Dilihat dari sumber data, bahan tambahan yang berasal dari sumber tertulis dapat
dibagi atas sumber buku, majalah ilmiah, arsip dokumen pribadi dan dokumen resmi.
Prosedur pengumpulan data dalam studi ini menggunakan tiga teknik yang
dilakukan secara berulang-ulang agar keabsahan datanya dapat di pertanggung jawabkan,
yaitu: Metode Observasi, merupakan kegiatan pemuatan perhatian terhadap semua objek
dengan menggunakan seluruh indera (Arikunto, 2008b). Observasi adalah pengumpulan
data dengan cara memperhatikan atau mengamati secara langsung (Suhartono, 2009).
Metode Wawancara atau dikenal pula dengan istilah interview adalah sebuah dialog dalam
situasi dan keadaan tertentu untuk memperoleh informasi dari terwawancara (Saebeni,
2008). Metode Dokumentasi, adalah mencari data tertulis mengenai hal-hal atau fenomena-
fenomena berupa catatan dalam bentuk transkrip, buku, surat kabar, dan sebagainya.
Dokumentasi dilakukan oleh peneliti sebagai cara mencari data dan mengurai hal-hal atau
variabel penelitian dari agenda, notulen rapat, koran, majalah dan lain sebagainya
(Arikunto, 2008a) (Iskandar, 2008). Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data
yang sudah tersedia sebelumnya dalam dokumen di lapangan. Kedudukan metode
dokumentasi dalam suatu penelitian adalah seabgai data pendukung bagi data primer yang
diperoleh lewat observasi dan wawancara secara mendalam (Basrowi, 2008). Ketiga
teknik pengumpulan data di atas digunakan secara simultan dalam penelitian ini, dalam arti
digunakan untuk saling melengkapi antara data satu dengan data yang lain. Sehingga data
yang penulis peroleh memiliki validitas dan keabsahan yang baik untuk dijadikan sebagai
sumber informasi.
3. RESULTS AND DISCUSSION
Kelurahan Cempaka Putih Kecamatan Jelutung Kota Jambi berdiri pada tahun
1981. Kelurahan Cempaka Putih merupakan pecahan dari Kelurahan Sungai Asam. Asal
usul nama Cempaka Putih yakni dari adanya pohon cempaka yang terdapat di Jalan HMO

Implementasi Komunikasi Antar Budaya di Wilayah Urban … (Bela Ardila)


6  ISSN: -

Bafadhal RT. 12 Kelurahan Cempaka Putih Kecamatan Jelutung Kota Jambi yang mulai
tumbuh kisaran tahun 1940‟an.
Pada zaman kepemimpinan Presiden Soeharto, beliau memerintahkan untuk di
bentuknya kelurahan-kelurahan di Indonesia. Berdasarkan perihal tersebut, warga sekitar
menetapkan pohon Cempaka Putih sebagai nama kelurahan, maka terbentuklah Kelurahan
Cempaka Putih. Kelurahan Cempaka Putih Kecamatan Jelutung Kota Jambi merupakan
desa dengan jumlah penduduk sebanyak 9.475 jiwa, yang terbagi dalam laki-laki sebanyak
6.356 jiwa dan perempuan 3.119 jiwa. Jumlah rukun tetangga sebanyak 26 RT.
Phillipsen mendeskripsikan budaya sebagai suatu konstruksi sosial dan pola simbol,
makna-makna, pendapat, dan aturan-aturan yang dipancarkan secara mensejarah. Pada
dasarnya, budaya adalah suatu kode. Terdapat empat dimensi krusial yang dapat untuk
memperbandingkan budaya-budaya, yaitu jarak kekuasaan (power distance), maskulinitas,
penghindaran ketidakpastian (uncertainty avoidance), individualism. kini lebih dimaknai
sebagai sebuah kata kerja yang dihubungkan dengankegiatan manusia. Budaya adalah
asumsi-asumsi dasar dan keyakinan-keyakinan di antara para anggota kelompok atau
organisasi. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia “Budaya” berarti: pikiran, akal, budi,
atau kebiasaan (sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan yang sukar untuk diubah).
Secara formal budaya didefinisikan sebagai tatanan, pengetahuan, pengalaman,
kepercayaan, nilai, sikap, makna, hierarki, agama, waktu, peran, hubungan, ruang, konsep
alamsemesta, objek-objek materi dan milik yang diperoleh sekelompok besar orang dari
generasi ke generasi melalui usaha individu dankelompok. Budaya menggambarkan cara
kita melakukan sesuatu. Hasstrup menegaskan, budaya terdiri dari hubungan, bukan
sekedarsistem yang stabil. Schwart and Davis mendefinisikan budaya sebagai suatu
kesatuan keyakinan dan harapan yang diberikan oleh keseluruhan anggota organisasi.
Kebudayaan merupakan keseluruhan kompleks yang di dalamnya meliputi
pengetahuan, seni, moral, hukum, adat istiadat, dan setiap kemampuan atau kebiasaan yang
dilakukan oleh seseorang sebagai anggota suatu masyarakat. Manusia sebagai makhluk
sosial sangat membutuhkan interaksi/komunikasi dengan sesamanya sebagai referensi diri
guna melakukan seuatu tindakan. Dalam hal ini komunikasi yang dilakukan oleh aparatur
kecamatan Jelutung sudah cukup baik dan efektif sehingga mampu mempengaruhi cara
berfikir dan kepribadian masyarakat Islam dikelurahan Cempaka Putih dalam kehidupan
sehari hari. Sehingganya saat ini masyarakat lebih bisa hidup dengan tentram dengan
adanya hidup rukun dengan masyarakat Islam yang lainnya.

Bela Ardila & Agus Salim, Vol. 1, No. 1, Juni 2022: 1-18
Bela Ardila & Agus Salim ISSN:-  7

Deddy Mulyana mendefinisikan komunikasi antar budaya sebagai komunikasi yang


terjadi antara orang-orang yang berbeda agama, bangsa, ras, bahasa, tingkat pendidikan,
status sosial, bahkan jenis kelamin (Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat, 2010).
Definisi Komunikasi antar budaya menurut Alo Liliweri merupakan suatu proses analisis
atau membandingkan satu fenomena kebudayaan dengan fenomena kebudayaan lain.
Menurut Fiber Luce sebagaimana dikutip Liliweri mengatakan bahwa pada hakikatnya
studi lintas budaya adalah salah satu studi komparatif yang bertujuan untuk
membandingkan variabel budaya tertentu, konsekuensi atau akibat dari pengaruh
kebudayaan dari dua konteks kebudayaan atau lebih yang berbeda (Aloweri, 2013).
Meningkatkan komunikasi antabudaya, komunikator harus mengetahui budayanya
sendiri, mengenali perilaku pribadi dan gaya komunikasinya, memonitor diri sendiri,
berempati, menyadari perbedaan budaya dalam mendengar, umpan balik, mengembangkan
fleksibilitas komunikasi, dan belajar mengenai adaptasi budaya (Larry A. Samovar et. Al,
2010).
Proses komunikasi bagaimana pengirim pesan (komunikator) menyampaikan pesan
kepada penerima pesannya (komunikan) dengan menggunakan media tertentu, sehingga
mendapatkan suatu persamaan makna untuk menciptakan komunikasi yang efektif. Proses
komunikasi dapat terjadi apabila ada interaksi antar manusia dan ada penyampaian pesan
untuk mewujudkan motif komunikasi. Adapun tahapan proses komunikasi dimulai dari
Penginterpretasian, Penyandian, Pengiriman, Perjalanan, Penerimaan, Penyadian balik, dan
di akhiri Penginterpretasian kembali. Komunikasi antar budaya yang dilakukan oleh
aparatur kecamatan Jelutung yang dikemas dan dituangkan kedalam kegiatan kelembagaan
masyarakat yang seperti halnya dalam bentuk majelis taklim dan pengajian keislaman.
Berdasarkan hasil observasi, pola komunikasi antar budaya yang terjadi pada kalangan
masyarakat etnis di Jambi, yaitu pola komunikasi sirkular dan pola komunikasi linear
sebagai berikut:
1. Bentuk Komunikasi Sirkular
Pola komunikasi sirkular pada masyarakat etnis ini terlihat dari proses komunikasi
interpersonal, komunikasi ini lebih menitikberatkan pada encoding, decoding yang
melaksanakan fungsi-fungsi yang sama dan sebanding. Dua fungsi pada bagian sumber dan
dua sumber pada bagian penerima. Dalam konteks komunikasi yang dimaksudkan dengan
proses secara sirkular itu adalah terjadi feedback atau umpan balik, yaitu terjadinya arus
dari komunikan ke komunikator. Hal tersebut dibuktikan dengan temuan yang penulis
dapati ketika proses komunikasi yang berlangsung antara beberapa suku dan ras yang ada

Implementasi Komunikasi Antar Budaya di Wilayah Urban … (Bela Ardila)


8  ISSN: -

di Cempaka Putih, terjadilah dialog saling memberikan umpan balik pesan secara langsung
dan tatap muka.
Dalam proses pengiriman pesan dari etnis yang ada, ternyata kemudian komunikan
dapat memberikan respon balikan secara langsung (pada saat itu juga) kepada
komunikator. Komunikasi ini biasanya terjadi hampir setiap hari, berlangsung saat
masyarakat etnis yang berbeda budaya, kedua orang disini melaksanakan fungsi yang sama
yakni sebagai komunikator dan komunikan. Para pelaku komunikasi disini memiliki peran
ganda, dalam arti pada satu saat bertindak sebagai pengirim pesan, namun pada waktu
yang lain berlaku sebagai penerima pesan. Pola komunikasi ini menggambarkan proses
komunikasi yang dinamis, di mana pesan transmit melalui proses encoding dan decoding.
Umpan balik dalam komunikasi ini sangat penting, karena dengan adanya umpan balik
dapat terlihat apakah komunikasinya berhasil atau gagal. Hal ini terjadi secara terus
menerus memutar sehingga mendapati sebuah kesamaan pemahaman diantara keduanya.
2. Bentuk Komunikasi Linear
Di samping penulis mendapati pola komunikasi sirkular, penulis juga mendapati
adanya pola komunikasi linear yang terjadi antara etnis di Jambi. Hal tersebut terjadi ketika
dalam musyawarah yang diadakan oleh Tokoh Adat ataupun Kepala Desa dalam
menyelesaikan suatu masalah yang sedang terjadi ataupun hal-hal lainnya yang berkenaan
dengan kepentingan bersama yang menyangkut kedua etnis tersebut. Dalam proses
musyawarah tersebut terjadi proses komunikasi kelompok yang dipimpin oleh tokoh adat
maupun kepala kampung.
Dalam proses penyampaian pesan berupa pengumuman ataupun hasil keputusan
antar tokoh adat tentang masalah yang sedang dialami, masyarakat hanya mendengarkan
dan mengikuti keputusan dari tokoh adat, karena mereka yakin keputusan tokoh adat akan
menjadi kebaikan bersama. Dalam komunikasi kelompok tersebut terkadang masyarakat
hanya mendengarkan saja, namun terkadang terjadi dialog dalam proses komunikasi
kelompok tersebut. bahwa pola komunikasi linear yaitu penyampaian pesan dari satu titik
ke titik yang lain secara lurus. Pola ini tidak menitiberatkan pada umpan balik, tetapi lebih
kepada tersampaikannya pesan dari komunikator kepada komunikan.
Dalam pola komunikasi ini penyampai pesan yaitu tokoh adat ataupun kepala
kampung menyampaikan pesan kepada masyarakat baik etnis local, maupun perantau dari
luar Jambi. Dalam pola komunikasi ini proses komunikasi berjalan secara lurus dan dengan
adanya perbedaan strata antara komunikator (tokoh adat atau kepala desa) dan komunikan.

Bela Ardila & Agus Salim, Vol. 1, No. 1, Juni 2022: 1-18
Bela Ardila & Agus Salim ISSN:-  9

3.1. Penerapan Komunikasi Antar budaya pada Masyarakat Kelurahan Cempaka


Putih
Secara umum, komunikasi yang paling berpengaruh dalam pernikahan adalah
ketika menjalani kehidupan sehari-hari, yaitu bagaimana kedua pasangan saling
memperhatikan, membuka diri terhadap pasangannya, bagaimana bersikap secara
emosional seperti menghibur ketika salah satu memiliki masalah, bagaimana berespon
ketika pasangan melakukan hal yang kurang disenangi, dan sebagainya. Perbedaan suku
biasanya membawa pada perbedaan bahasa, sehingga ada istilah yang tidak diketahui
pasangan dan ada juga yang sama namun berbeda makna. Jika keduanya tidak saling
memahami dan tidak bisa mengomunikasikannya dengan baik, maka kesalahpaham akan
terjadi.
3.2. Dampak Komunikasi Antar Budaya pada Masyarakat Kelurahan Cempaka
Putih
3.2.1. Terciptanya Keseimbangan Sosial
Komunikasi dinilai paling ampuh dalam kegiatan mengubah sikap, kepercayaan,
opini, dan perilaku komunikan Karena komunikasi yang dilakukan pada keluarga beda
buadaya ini berlangsung secara face to face communication. Dengan keampuhannya dalam
mengubah sikap, kepercayaan, opini dan perilaku komunikan seringkali dipergunakan
untuk melancarkan komunikasi persuasif yaitu suatu teknik komunikasi secara psikologis
manusiawi yang sifatnya halus, luwes berupa ajakan, bujukan atau rayuan.
Dalam penelitian ini, Aktifitas interaksi sosial dan tindakan komunikasi itu
dilakukan secara verbal, dan nonverbal. Kebutuhan adanya sebuah sinergi fungsional dan
Akselrasi positif dalam melakukan pemenuhan kebutuhan manusia satu dengan yang
lainnya kemudian melahirkan kebutuhan tentang adanya norma-norma nilai sosial yang
mampu mengatur tindakan manusia dalam memenuhi berbagai kebutuhannya, sehingga
tercipta keseimbangan social antara hak dan kewajiban dalam pemenuhan kebutuhan
manusia terutama juga kondisi keseimbangan itu akan menciptakan tatanan social dalam
proses kehidupan masyarakat saat ini dan waktu yang akan datang.
3.2.2. Memunculkan Identitas Kelompok
Budaya memberikan identitas kepada sekelompok orang, diantaranya dapat
diidentifikasi dari komunikasi dan bahasa. Sistem komunikasi, verbal dan nonverbal,
membedakan suatu kelompok dari kelompok lainnya. Karakteristik budaya yang berbeda
yang dibawa saat keduanya berinteraksi juga dapat menimbulkan konflik. Konflik timbul
karena kurang memahami makna pesan yang di bawa dalam proses interaksi. Dalam kaitan

Implementasi Komunikasi Antar Budaya di Wilayah Urban … (Bela Ardila)


10  ISSN: -

komunikasi antar budaya, komunikasi antara masyarakat urban dengan masyarakat


setempat sudah tampak jelas memperlihatkan bahwa komunikasi yang terjadi melibatkan
dua unsur budaya yang berbeda. Masyarakat urban dengan latar belakang budaya dari
daerah tempat asalnya dan masyarakat setempat dengan latarnbelakang budaya daerah
setempat.
Kebudayaan dapat diartikan sebagai keseluruhan kebiasaan, nilai, pemaknaan,
penggambaran (image), struktur aturan, pemrosesan informasi, dan pengalihan konvensi,
pikiran, perbuatan, dan perkataan yang dibagikan diantara para anggota suatu sistem sosial
dan kelompok sosial dalam suatu masyarakat. Komunikasi yang terjadi dengan latar
belakang budaya yang berbeda, tak jarang hal ini menimbulkan kesalahpahaman dalam
proses komunikasinya. Demikian juga dengan komunikasi yang terjadi antara masyarakat
urban dan masyarakat setempat.
Dalam penelitiaan ini para informan melakukan pengungkapan diri yang berbeda-
beda. Adanya persepsi mengenai identitas kultural atau budaya secara langsung dan tidak
langsung mempengaruhi seseorang dalam berkomunikasi dengan menggunakan bahasa
asalnya. Persepsi identitas beda etnis menurut informan lebih identik pada logat berbicara.
Bentuk evaluasi perilaku komunikasi yang dilakukan informan dan mereka cenderung
berbicara menggunakan Bahasa Indonesia.
Setiap orang bisa mengetahui dan tidak mengetahui tentang dirinya maupun orang
lain. Teori Self Disclosure sering pula disebut Jendela Johari merupakan dasar untuk
menjelaskan dan memahami interaksi antar pribadi secara manusiawi. Jendela Johari ini
terdiri dari empat bingkai. Masing-masing bingkai berfungsi menjelaskan bagaimana tiap
individu mengungkapkan dan memahami diri sendiri dalam kaitannya dengan orang lain.
Banyak sekali yang diungkapkan tentang diri sendiri melalui ekspresi wajah, sikap
tubuh, pakaian, nada suara dan melalui isyaratisyarat non verbal lainnya, meskipun banyak
diantara perilaku tersebut tidak sengaja. Namun ”penyingkapan diri” yang dipakai disini
merupakan perilaku yang disengaja.
Terjadinya sebuah proses komunikasi ini tidak terlepas dari adanya beberapa faktor
baik faktor pendukung maupun faktor penghambat. Kemudian dari kajian dan penelitian
yang penulis lakukan dan temukan dilapangan bahwa pada proses komunikasi antar
budaya yang dilakukan aparatur ormas dan lintas agama dalam upayanya untuk
meningkatkan kerukunan masyarakat Islam, maka dapat penulis analisa bahwa proses
komunikasi antar budaya yang dilakukan aparatur terhadap masyarakat Islam tersebut
memiliki dua faktor yakni faktor pendukung dan faktor penghambat.

Bela Ardila & Agus Salim, Vol. 1, No. 1, Juni 2022: 1-18
Bela Ardila & Agus Salim ISSN:-  11

3.2. Faktor Pendukung dan Penghambat Komunikasi Antar budaya Etnis di


Cempaka Putih
Terkait pola komunikasi antar budaya dalam memelihara kerukunan hidup
bermasyarakat. Dalam pembahasannya penulis mendapati pola komunikasi antar budaya
yang dipakai adalah pola komunikasi sirkular dan pola komunikasi linear. Kemudian,
mengenai faktor pendukung dan penghambat komunikasi antar budaya dalam memelihara
kehidupan bermasyarakat. bahwa faktor pendukung dan penghambat komunikasi antar
budaya etnis di Cempaka Putih, Jambi adalah:
3.2.1. Faktor Pendukung Komunikasi Antar Budaya di Cempaka Putih
Komunikasi yang berhasil adalah komunikasi yang berlangsung efektif antara
komunikator dan komunikan, begitu pun sebaliknya. Efektifnya suatu proses komunikasi
berarti meningkatkan kesamaan arti pesan arti pesan yang dikirim dengan pesan yang
diterima. Dalam mewujudkan suatu keefektifan dalam komunikasi tentunya ada faktor
pendukung yang menjadi pendorong bagi kelancaran dalam proses komunikasi tersebut.
Dalam proses komunikasi yang terjadi antara etnis di Cempaka Putih, penulis
mendapati ada beberapa faktor pendukung yang memperlancar proses komunikasi yang
terjadi. Faktor pendukung tersebut jugalah yang menjadikan kehidupan yang rukun diatas
perbedaan budaya antar kedua etnis tersebut. Berikut faktor-faktornya:
Pertama, faktor bahasa, bahasa menjadi pendukung komunikasi antar budaya
dikarenakan antar etnis saling ingin mengetahui dan bisa untuk berbicara menggunakan
bahasa Jambi atau Indonesia. Sehingga terjadilah rasa ingin tahu dan menimbulkan
komunikasi yang efektif.
Kedua, Rasa saling menghormati perbedaan budaya. Ketiga, Sikap kekeluargaan,
sikap saling membantu dan merasakan penderitaan antar etnis yang kuat dan saling
memberi bantuan tanpa harus diminta ketika adanya musibah ataupun hajatan dan lain-lain.
Keempat, Menjunjung tinggi sikap sopan santun, dalam proses komunikasi menggunakan
bahasa sapaan dan tutur kata yang lembut. Selanjutnya faktor penghambat dalam
komunikasi ini hambatan semantik atau bahasa, logat bicara etnis tertentu di Cempaka
Putih yang cenderung keras terkadang menjadi konflik kecil diawal-awal serta ada
beberapa orang yang dalam pelaksanaan komunikasi kurang mengerti dengan bahasa
Indonesia yang dijadikan komunikasi sehari-hari bagi dua etnis ini.
Ketiga, bahasa. bahwa bahasa merupakan sarana utama dalam komunikasi.
Gagasan, pikiran, dan perasaan dapat diketahui maksudnya ketika disampaikan lewat
bahasa. Bahasa biasanya dibagi menjadi dua sifat, yaitu bahasa verbal dan bahasa non

Implementasi Komunikasi Antar Budaya di Wilayah Urban … (Bela Ardila)


12  ISSN: -

verbal. Bahasa menjembatani antar individu dikaji secara kontekstual. Fokus kajian bahasa
selalu dihubungkan dengan perbedaan budaya.
Dalam proses komunikasi yang terjadi antara kedua etnis ini menggunakan bahasa
Indonesia, walaupun terkadang mereka menggunakan bahasa masing-masing. Perbedaan
bahasa dikalangan masyarakat etnis di Cempaka Putih justeru menjadi keunikan tersendiri.
Perbedaan yang ada justru menjadi sarana mereka untuk saling belajar, rasa ingin
tahu dan ingin bisa berbicara dengan bahasa yang berbeda. Dengan adanya perbedaan
bahasa itu juga pebedaan bahasa dapat menimbulkan daya tarik tersendiri bagi kedua etnis
ini untuk melakukan komunikasi antar budaya. Hal ini sesuai dengan yang diungkapan
oleh informan di lapangan.
Terkadang bahasa menjadi hambatan dalam berkomunikasi, oleh karena adanya
rasa ingin tahu dalam mempelajari bahasa, maka hal tersebut menjadi daya tarik tersendiri
bagi mereka. Hal ini juga sesuai dengan fungsi dari komunikasi antar budaya yaitu
menambah pengetahuan.
Selanjutnya, keempat yaitu sikap kekeluargaan. Sudah menjadi karakteristik
masyarakat desa yang mengutamakan sikap kekeluargaan. Mereka menyadari bahwa
tetangga adalah orang yang terdekat yang akan membantunya disaat sedang membutuhkan
bantuan. sikap kekeluargaan membaur dengan antar sesama manusia maupun dengan suku
lain merupakan suatu nilai pengamalan falsafah hidup masyarakat Cempaka Putih yang
harus diterapkan dengan sesama manusia merupakan pengamalan dari nilai-nilai
kemanusiaan.
Dari sikap kekeluargaan antar budaya tersebut telah terjadinya integrasi sosial,
dimana setiap anggota budaya mampu menciptakan kesatuan dan menerima perbedaan
sebagai suatu sikap kesamaan dengan tidak membeda-bedakan dalam hal interaksi. Sikap
tersebut akan menjadikan komunikasi antar budaya yang efektif, karena dengan adanya
sikap tersebut akan meminimalisir kesalahpahaman dan perbedaan.
Kelima, menjunjung tinggi sikap sopan santun. Sikap sopan santun yang diterapkan
oleh masyarakat ni sangat terlihat sekali ketika dalam berbicara, meskipun terdengar logat
bahasa yang mereka ucapkan keras, akan tetapi maknanya lembut. Penggunaan sapaan
tersebut juga merupakan sebuah penghormatan bagi lawan bicaranya, sehingga hal tersebut
dapat meminimalisir kesalahpahaman dalam komunikasi. Sikap sopan santun tidak hanya
dalam hal ucapan tetapi juga dalam hal perbuatan. Perilaku yang sopan ketika bertindak
baik oleh masyarakat etnis Jambi merupakan sebuah pernyataan identitas individu.

Bela Ardila & Agus Salim, Vol. 1, No. 1, Juni 2022: 1-18
Bela Ardila & Agus Salim ISSN:-  13

Dalam proses komunikasi antar budaya terdapat beberapa perilaku komunikasi


individu yang digunakan untuk menyatakan identitas diri maupun identitas sosial. Perilaku
itu dinyatakan melalui tindakan berbahasa baik secara verbal maupun non verbal. Hal itu
juga yang penulis dapati di lapangan.
Keenam, menghormati perbedaan budaya. pemahaman dan penerimaan yang kita
lakukan terhadap budaya yang dimiliki oleh masyarakat lain yang memiliki budaya yang
berbeda menjadi satu dasar dalam membangun komunikasi yang efektif. Disinilah
komunikasi antar budaya mempunyai peranan yang sangat besar. perbedaan budaya antar
etnis menjadi keunikan tersendiri dan sebuah kekayaan budaya. Dalam perbedaan budaya
tersebut terjadilah akulturasi budaya dan saling memperkenalkan budaya, bukan saling
menutup diri dan menganggap budayanya lah yang super dan tiada duanya. Hal tersebut
juga sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Schramm yang menyatakan bahwa
komunikasi antar budaya akan efektif apabila masing-masing anggota budaya
menghormati dan memberikan hak budaya lain.
Ketujuh, masyarakat yang antusias dan siap untuk menerima informasi maupun
pesan-pesan yang disampaikan oleh aparatur kecamatan Jelutung bahkan masyarakat selalu
menunggu kedatangan aparatur untuk menerima nasehat-nasehat nya bila aparatur
kecamatan yang tak kunjung hadir didesanya.
Kedelapan, masyarakat yang selalu aktif untuk mencari informasi tentang program-
program yang diperuntukan untuk desa, bahkan masyarakat atau aparat desa tidak ada rasa
segan-segan mengunjungi aparatur kecamatan Jelutung di kantor maupun dirumahnya.
Kesembilan, Sikap menghargai masyarakat kepada seorang aparatur kecamatan
sangat tinggi, kedatangan seorang aparatur selalu disambut dengan baik oleh masyarakat,
mengingat mereka memang sangat membutuhkan bimbingan dari seorang aparatur
kecamatan Jelutung dalam meningkatkan kerukunan antar masyarakat Islam yang ada di
kecamatan Jelutung khususnya di Desa Cempaka Putih.
Kesepuluh, Masyarakat yang mudah untuk diajak bermusyawarah untuk mufakat
dalam menyelesaikan segala permasalahan ataupun perselisihan yang terjadi pada
masyarakat desa satu dan desa yang lainnya. Hal ini cara yang sangat efektif bagi aparatur
dalam upaya meningkatkan kerukunan masyarakat Islam desa yang satu dengan desa yang
lainnya yang sedang mengalami perselisihan.
Kesebelas, adanya berbagai macam kelembagaan yang di bentuk masyarakat
maupun oleh aparatur kecamtan Jelutung, seperti halnya, pengajian bapak-bapak dan ibu-
ibu, risma, gapoktan, pemuda atau karang taruna dan yang lainya. Kemudian kelembagaan

Implementasi Komunikasi Antar Budaya di Wilayah Urban … (Bela Ardila)


14  ISSN: -

masyarakat tersebut selalu aktif mengadakan kegiatan-kegiatan sehingga memudahkan


aparatur kecamatan Jelutung untuk berkunjung dan melakukan komunikasi terhadap
masyarakat untuk menampung aspirasi atau keluhan permasalahan yang ada pada
masyarakat.
3.2.2. Faktor Penghambat Komunikasi Antar Budaya di Cempaka Putih
Ada faktor pendukung dalam sebuah proses komunikasi, berarti ada pula faktor
yang menjadi penghambat dalam berkomunikasi antara etnis yang berbeda. Adapun faktor
penghambatnya adalah sebagai berikut:
Pertama, bahasa. Komunikasi merupakan keterampilan paling penting dalam hidup
setiap manusia. Pada dasarnya, manusia adalah mahluk yang bergantung. Manusia adalah
mahluk sosial sehingga tidak bisa hidup secara mandiri dan pasti membutuhkan orang lain
untuk mengatasi kendala yang terjadi dalam kehidupannya. Namun, tak sekedar
komunikasi saja yang dibutuhkan, tetapi pemahaman atas pesan yang disampaikan oleh
komunikator. Jika tidak, maka komunikasi yang baik dan efektif tidak dapat tercipta.
Bahasa disamping sebagai faktor pendukung dalam komunikasi antar budaya, juga
menjadi faktor penghambat dalam proses komunikasi yang berlangsung antara etnis.
Kesulitan dalam menggunakan bahasa yang dapat dimengerti oleh lawan bicara ini dapat
mengakibatkan misalnya, lebih banyak kesalahan komunikasi, lebih banyak kesalahan
kalimat, lebih besar kemungkinan salah paham dan makin banyak salah persepsi. Bahasa
juga menjadi faktor-faktor yang dapat mempengaruhi komunikasi antar budaya bagi pelaku
komunikasi.
Bahasa mencerminkan budaya. Makin besar perbedaan budaya, makin perbedaan
komunikasi baik dalam bahasa maupun dalam isyarat-isyarat nonverbal. Makin besar
perbedaan antara budaya (dan, karenanya, makin besar perbedaan komunikasi), makin sulit
komunikasi dilakukan. Hambatan bahasa menjadi penghalang utama karena bahasa
merupakan sarana utama terjadinya komunikasi. Gagasan, pikiran, dan perasaan dapat
diketahui maksudnya ketika disampaikan lewat bahasa.
Pada umumnya komunikasi yang terjadi antara etnis ini menggunakan bahasa
Indonesia sebagai bahasa komunikasi sehari-hari, namun sebagian orang khususnya warga
etnis Jawa yang telah lanjut usia tidak dapat menggunakan bahasa Indonesia secara lancar.
Sehingga hal tersebut menjadi kendala ketika berkomunikasi dengan masyarakat etnis
lainnya. Hambatan bahasa yang terjadi dalam proses komunikasi tersebut tidak sampai
menimbulkan konflik, hanya saja terkadang salah dalam memahami maksud pesan.

Bela Ardila & Agus Salim, Vol. 1, No. 1, Juni 2022: 1-18
Bela Ardila & Agus Salim ISSN:-  15

Kedua, kesibukan aparatur kecamamatan maupun tingkat desa yang mempunyai


padatnya agenda sehingga mengurangi waktu kunjungan dan waktu bertemu dengan
masyarakat dan aparat desa untuk melakukan tukar informasi secara langsung.
Ketiga, Masyarakat antar agama di Kecamatan Jelutung dan Desa Cempaka Putih
pada khususnya yang mempunyai latar belakang budaya berbeda-beda membuat aparatur
Keluruhan Cempaka Putih kesulitan dalam melakukan komunikasi terhadap masyarakat,
karena tehknik komunikasi yang digunakan RT satu dengan RT yang lainnya selalu
berbeda.
Keempat, beragamnya bahasa yang digunakan masyarakat membuat aparatur
kesulitan dalam melakukan komunikasi karena aparatur harus beradaptasi sedikit-sedikit
mengenai tata bahasa masing-masing suku agar emosional aparatur sebagai seorang
komunikator lebih dekat dengan masyarakat. Dan agar tidak adanya kesalahpahaman
bahasa atau makna mengingat tidak sedikit dari masyarakat yang tidak paham bahasa
Indonesia.
Kelima, sikap masyarakat yang malas untuk menghadiri kegiatan-kegiatan yang
sudah digagas oleh aparatur pemerintah Kelurahan Cempaka Putih, sehingga pesan-pesan
yang disampaikan oleh aparatur kecamatan Jelutung tidak sampai kesemua masyarakat.
Beberapa faktor pendukung dan penghambat tersebutlah yang terjadi pada proses
komunikasi antar budaya masyarakat etnis Jawa dan Minang selama ini. Faktor-faktor
yang mendukung dan menghambat ini semakin disadari oleh keduanya. Hambatan saat
proses komunikasi antara keduanya semakin menipis seiring berjalannya waktu. Hasil
akhirnya adalah bahwa sejauh ini proses komunikasi antara kedua etnis ini sudah bisa
mencapai pengertian bersama.
Faktor-faktor yang mendukung dan menghambat dalam perilaku komunkasi pun
dapat dijadikan alat untuk mencapai suatu pengertian bersama, yang berujung pada sikap
toleransi antar keduanya. Pengertian bersama yang dimaksud disini adalah ketika keduanya
dapat memperkecil konflik yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat dan menjadikan
komunikasi sebagai alat untuk menyatukan mereka dan pendapat-pendapatnya agar
tercapainya suatu tujuan bersama. Pengertian bersama merupakan hasil yang ideal dalam
sebuah proses komunikasi. Idealnya sebuah hubungan sosial dalam sebuah masyarakat
haruslah saling mengahargai dan menghormati sesama. Hubungan sosial yang baik dapat
menciptakan kehidupan bermasyarakat yang rukun dan damai, tanpa adanya konflik yang
berarti diantara kedua budaya yang bertemu.

Implementasi Komunikasi Antar Budaya di Wilayah Urban … (Bela Ardila)


16  ISSN: -

Komunikasi yang efektif, baik itu komunikasi personal maupun komunikasi


kelompok adalah komunikasi yang menimbulkan efek tertentu sesuai dengan tujuan utama
yang hendak dicapai. Dari proses komunikasi antar budaya aparatur Kelurahan Cempaka
Putih tujuan yang hendak dicapai ialah untuk memberikan bimbingan kepada masyarakat
mengenai kerukunan dalam menghadapi kehidupan bermsyarakat dengan masayarakat
yang berbeda kebudayaannya.
Masyarakat di Kelurahan Cempaka Putih Kecamatan Jelutung Kota Jambi ini
berkarakter rukun, tenang, dan saling toleransi, hal ini disebabkan adanya komunikasi
antarpersonal yang efektif serta menegakkan rasa kekeluargaan, saling membutuhkan, dan
tidak merasa ada perbedaan dalam segi hak hidup. Namun di sisi lain, tentunya masih
terdapat minoritas masyarakat yang dikatakan individualis atau kurang bersosialisasi
dengan warga sekitar. Hal ini ada beberapa faktor yang menyebabkannya antara lain tidak
adanya rasa percaya diri, memiliki kesibukan di dunia pekerjaan, dan bahkan bisa jadi
disebabkan karena watak seseorang yang tidak peduli terhadap sesama, tentu itu bisa saja
terjadi namun hanya di masyarakat minoritas di Kelurahan Cempaka Putih. Walau
demikian, salayaknya selaku warga negara yang baik haruslah mampu menaati aturan
negara tanpa melewati batas hukum agama, dengan menerapkan semboyan “Bhinneka
Tunggal Ika” yang artinya Berbeda-beda Tetapi Tetap Satu jua, dan juga berkenaan dengan
ayat Al-Qur‟an Surah AlKafirun yang artinya Untukmu Agamamu, Untukku Agamaku.
4. CONCLUSION
Berdasarkan hasil penelitian tentang Implementasi Komunikasi Antabudaya (Studi
Kelurahan Cempaka Putih Kecamatan Jelutung Kota Jambi) maka dapat disimpulkan
beberapa hal penting sebagai berikut:
4.1. Bentuk-bentuk budaya pada masyarakat Kelurahan Cempaka Putih Kecamatan
Jelutung, Kota Jambi antara lain adalah: Terdapat budaya yang heterogen yakni,
budaya Melayu, Minang, Jawa, Sunda, Bugis, Ambon, dan Tionghoa dengan
menggunakan bentuk komunikasi sirkular, bentuk komunikasi antar kelompok; yang
terbagi kepada komunikasi kelompok kecil dan besar, komunikasi bentuk keluarga
multi etnis, bentuk komunikasi linear, dan bentuk komunikasi personal.
4.2. Adapun proses komunikasi antar budaya pada masyarakat Kelurahan Cempaka Putih,
Kecamatan Jelutung Kota Jambi adalah: akulturasi budaya. Proses akulturasi pada
keluarga beda budaya yaitu memahami sikap, karakter dan bahasa yang dibawa oleh
masing-masing budaya. Masyarakat di Kelurahan Cempaka Putih dengan seiringnya

Bela Ardila & Agus Salim, Vol. 1, No. 1, Juni 2022: 1-18
Bela Ardila & Agus Salim ISSN:-  17

waktu di tengah banyaknya perbedaan budaya, mereka menjunjung tinggi semboyan


Indonesia yakni Bhinneka Tunggal Ika.
4.3. Adapun penerapan komunikasi antar budaya pada masyarakat Kelurahan Cempaka
Putih, Kecamatan Jelutung, Kota Jambi dimulai daripada lingkungan keluarga.
Perbedaan suku biasanya membawa pada perbedaan bahasa, sehingga ada istilah yang
tidak diketahui lawan bicara dan ada juga yang sama namun berbeda makna. Jika
keduanya tidak saling memahami dan tidak bisa mengomunikasikannya dengan baik,
maka kesalahpaham akan terjadi. Selanjutnya terhadap lingkungan tempat tinggal, di
Kelurahan Cempaka Putih ini terdapat masyarakat yang saling membutuhkan satu
sama lain, saling tolong menolong, dan merasa menjadi keluarga sendiri. Hal ini tentu
disebabkan oleh adanya komunikasi antar budaya yang efektif.

Bibliography
Aloweri, L. (2013). Dasar-Dasar Komunikasi Antar budaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Arikunto, S. (2008a). Manajemen Penelitian. P21PTK.

Arikunto, S. (2008b). Prosedur Penelitian. Rineka Cipta.

Basrowi. (2008). Memahami Penelitian Kualitatif. Rineka Cipta.

Budyatna, M., & Ganiem, L. M. (2011). Teori Komunikasi Antarpribadi. Kencana.

Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat. (2010). Komunikasi Antar Budaya: Panduan
Berkomunikasi dengan Orang-Orang Berbeda Budaya. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.

Efendy, O. uchjana. (2009). Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. PT Remaja Rosdakarya.

Iskandar. (2008). Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kualitatif dan


Kuantitatif). Gaung Persada Press.

Larry A. Samovar et. Al. (2010). Komunikasi Lintas Budaya: Communication Between
Cultures . Jakarta: Salemba Humanika.

Liliweri, A. (2013). Dasar-Dasar Komunikasi Antar budaya. Pustaka Pelajar.

Mulyana, D. (2007). Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. PT Remaja Rosdakarya.

Najwan, J. (2009). Konflik Antar budaya dan Antar Etnis di Indonesia serta Alternatif
Penyelesaiannya. Jambi: Jurnal Hukum Edisi Khusus.

Rahmat, J., & Mulyana, D. (2010). Komunikasi Antar budaya Panduan Berkomunikasi
Dengan Orang-orang Berbeda Budaya. PT Remaja Rosdakarya.

Saebeni, B. A. (2008). Metode Penelitian. Pustaka Setia.

Implementasi Komunikasi Antar Budaya di Wilayah Urban … (Bela Ardila)


18  ISSN: -

Suhartono, I. (2009). Metode Penelitian Sosial. Remaja Rosdakarya.

Tim Penterjemah Dan Penafsir. (1998). Al- Qur’an dan Terjemahannya. Departemen
Agama RI.

Bela Ardila & Agus Salim, Vol. 1, No. 1, Juni 2022: 1-18

Anda mungkin juga menyukai