ISSN: -, DOI: - 1
Corresponding Author:
Bela Ardila
Departement of Islamic Guidance and Counseling
Faculty of Dakwah, Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, Indonesia
Jln. Jambi-Ma. Bulian KM. 16, Muaro Jambi, Jambi, Indonesia
Email: Belaardila23@yahoo.co.id
1. INTRODUCTION
Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah negara yang memiliki budaya
terbanyak di dunia, hal ini dibuktikan dengan adanya semboyan Indonesia “Bhinneka
Tunggal Ika” yang berarti “berbeda-beda tapi tetap satu jua’’. Dalam beragamnya budaya,
manusia membutuhkan interaksi dengan manusia lainnya yakni yang di kenal dengan kata
“Komunikasi”. Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari
kata Latin communicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti “sama”. Sama di
sini maksudnya adalah sama makna (Efendy, 2009).
Menurut Everett M. Rogers, Komunikasi adalah proses di mana suatu ide dialihkan
dari sumber kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah
laku mereka (Mulyana, 2007). Komunikasi tidak bisa dipandang sekedar sebagai sebuah
kegiatan yang menghubungkan manusia dalam keadaan pasif, tetapi komunikasi harus
dipandang sebagai proses yang menghubungkan manusia melalui sekumpulan tindakan
yang terus menerus diperbaharui. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya salah satu kajian
dalam ilmu komunikasi yakni komunikasi antar budaya. Komunikasi dan kebudayaan tidak
sekedar dua kata tetapi dua konsep yang tidak dapat dipisahkan, harus dicatat bahwa studi
komunikasi antar budaya dapat diartikan sebagai studi yang menekankan pada efek
kebudayaan terhadap komunikasi (Liliweri, 2013).
Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat telah menyebutkan bahwa masalah utama
dalam komunikasi antar budaya adalah kesalahan dalam persepsi sosial yang disebabkan
oleh perbedaan-perbedaan budaya yang mempengaruhi proses persepsi. Pendekatan yang
telah mereka lakukan juga berdasarkan suatu asumsi yang fundamental: pihak-pihak yang
melakukan komunikasi antar budaya harus mempunyai keinginan yang jujur dan tulus
untuk berkomunikasi dan mengharapkan pengertian timbal balik. Asumsi ini memerlukan
sikap-sikap yang positif dari para pelaku komunikasi antar budaya dan penghilangan
hubungan-hubungansuperior-inferior yang berdasarkan keanggotaan dalam budaya-
budaya, ras-ras, atau kelompok-kelompok etnik tertentu (Rahmat & Mulyana, 2010).
Dapat juga diberikan definisi komunikasi antar budaya yang paling sederhana, yakni
komunikasi antarpribadi yang dilakukan dengan oleh mereka yang berbeda latarbelakang
kebudayaan.
Dalam banyak hal, hubungan antara budaya dan komunikasi bersifat timbal balik,
artinya bahwa antara keduanya saling berhubungan. Apa yang kita bicarakan, bagaimana
kita membicarakannya, apa yang kita lihat, perhatikan, atau abaikan, bagaimana kita
berpikir, dan apa yang kita pikirkan dipengaruhi oleh budaya. Pada gilirannya, apa yang
kita bicarakan, bagaimana kita membicarakannya, dan apa yang kita lihat turut
membentuk, menentukan, dan menghidupkan budaya kita. Budaya takkan hidup tanpa
komunikasi, dan komunikasi pun takkan hidup tanpa budaya. Masing-masing tak dapat
berubah tanpa menyebabkan perubahan yang lainnya. Di Indonesia kerap terjadi konflik
yang timbulnya masalah disebabkan oleh faktor menipisnya rasa toleransi umat antar
Bela Ardila & Agus Salim, Vol. 1, No. 1, Juni 2022: 1-18
Bela Ardila & Agus Salim ISSN:- 3
agama dan budaya, berbagai kasus konflik seperti: di Aceh, Timika (Papua), Ambon
(Maluku), Pontianak (Kalimantan Barat), Sampit-Mataram (NTB), dan Poso (Sulawesi
Tengah) (Najwan, 2009). Fakta lain yang harus dipertimbangkan adalah keberhasilan
setiap etnik antar penganut budaya untuk hidup berdampingan dengan sikap toleransi
dalam perbedaan-perbedaan budaya yang ada. Pembahasan mengenai antar budaya telah
dijelaskan pula dalam Qur’an Surah Al-Hujurat : 13 sebagai berikut:
علِي ٌم ِ َّ َارفُ َٰٓو ْۚا إِ َّن أ َ ۡك َر َمكُ ۡم عِند
َ َّ ٱَّلل أ َ ۡتقَ َٰىكُ ْۡۚم إِ َّن
َ ٱَّلل ُ ََّٰيََٰٓأَيُّ َها ٱلن
َ َاس إِنَّا َخلَ ۡق َٰنَكُم ِمن ذَك َٖر َوأُنث َ َٰى َو َجعَ ۡل َٰنَكُ ۡم شُعُوبٗ ا َوقَبَآَٰئِ َل ِلتَع
١٣ يرٞ َخ ِب
Artinya: “Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-
laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa – bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang
paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara
kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.” (al-Hujuraat:
13) (Tim Penterjemah Dan Penafsir, 1998).
Berdasarkan observasi awal, mengenai toleransi ini terjadi di Kelurahan Cempaka
Putih, Kecamatan Jelutung, Kota Jambi menunjukkan bahwa masyarakat tesebut saling
menghargai dan menghormati, saling membutuhkan satu sama lain, dan harmonis. Pada
kenyataannya, Kelurahan Cempaka Putih adalah salah satu pemukiman warga yang
beragam agama dan budaya, antara lain agama Islam, Kristen, Budha dan Konghucu,
adapun suku atau budaya yang ada yakni, Melayu, Minang, Jawa, Sunda, Bugis, Banjar,
Flores, China, dan Arab.
Masyarakat di Kelurahan Cempaka Putih berkomunikasi dengan baik dan efektif
walau memiliki budaya yang heterogen, yang menyebabkan hal ini terjadi ialah adanya
rasa saling membutuhkan satu sama lain, pentingnya melebur menjadi satu, serta
menjunjung tinggi nilai Bhinneka Tunggal Ika.
Hubungan komunikasi yang diterapkan ialah komunikasi antarpribadi. Pada
hubungan komunikasi antarpribadi, para komunikator membuat prediksi terhadap satu
sama lain atas dasar data psikologis. Masing-masing mencoba mengerti bagaimana pihak
lainnya bertindak sebagai individu, tidak seperti pada hubungan kultural dan sosiologis.
Rentangan perilaku komunikasi yang dibolehkan menjadi sangat berbeda dibandingkan
dengan rentangan perilaku komunikasi yang dibolehkan pada situasi non-
antarpribadi.Pilihan pribadi dapat secara bebas dilaksanakan dalam pengembangan
hubungan (Budyatna & Ganiem, 2011).
Sikap toleransi antar budaya di Kelurahan Cempaka Putih ini sangat erat kaitannya
dengan proses komunikasi, dengan komunikasi masyarakat dapat mengkokohkan jiwa
kemanusiaan dan persatuan. Seperti halnya, ketika umat non Muslim merayakan hari
Bela Ardila & Agus Salim, Vol. 1, No. 1, Juni 2022: 1-18
Bela Ardila & Agus Salim ISSN:- 5
Jenis data yang digunakan meliputi data primer dan data sekunder.Data primer
adalah data yang diperoleh langsung dari sumber pertama (first hand) melalui observasi
atau wawancara di lapangan.Dalam hal ini data yang diinginkan adalah faktor terjadinya
toleransi komunikasi antar budaya pada masyarakat Kelurahan Cempaka Putih.Sementara
data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua berupa dokumentasi serta
peristiwa yang bersifat lisan dan tertulis. Jenis data ini diusahakan sendiri oleh peneliti, dan
dinamakan sebagai data primer. Sedangkan data pendukung yang telah ada dan lain
sebagainya juga digunakan sebagai data pendukung atau dinamakan data sekunder.
Dilihat dari sumber data, bahan tambahan yang berasal dari sumber tertulis dapat
dibagi atas sumber buku, majalah ilmiah, arsip dokumen pribadi dan dokumen resmi.
Prosedur pengumpulan data dalam studi ini menggunakan tiga teknik yang
dilakukan secara berulang-ulang agar keabsahan datanya dapat di pertanggung jawabkan,
yaitu: Metode Observasi, merupakan kegiatan pemuatan perhatian terhadap semua objek
dengan menggunakan seluruh indera (Arikunto, 2008b). Observasi adalah pengumpulan
data dengan cara memperhatikan atau mengamati secara langsung (Suhartono, 2009).
Metode Wawancara atau dikenal pula dengan istilah interview adalah sebuah dialog dalam
situasi dan keadaan tertentu untuk memperoleh informasi dari terwawancara (Saebeni,
2008). Metode Dokumentasi, adalah mencari data tertulis mengenai hal-hal atau fenomena-
fenomena berupa catatan dalam bentuk transkrip, buku, surat kabar, dan sebagainya.
Dokumentasi dilakukan oleh peneliti sebagai cara mencari data dan mengurai hal-hal atau
variabel penelitian dari agenda, notulen rapat, koran, majalah dan lain sebagainya
(Arikunto, 2008a) (Iskandar, 2008). Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data
yang sudah tersedia sebelumnya dalam dokumen di lapangan. Kedudukan metode
dokumentasi dalam suatu penelitian adalah seabgai data pendukung bagi data primer yang
diperoleh lewat observasi dan wawancara secara mendalam (Basrowi, 2008). Ketiga
teknik pengumpulan data di atas digunakan secara simultan dalam penelitian ini, dalam arti
digunakan untuk saling melengkapi antara data satu dengan data yang lain. Sehingga data
yang penulis peroleh memiliki validitas dan keabsahan yang baik untuk dijadikan sebagai
sumber informasi.
3. RESULTS AND DISCUSSION
Kelurahan Cempaka Putih Kecamatan Jelutung Kota Jambi berdiri pada tahun
1981. Kelurahan Cempaka Putih merupakan pecahan dari Kelurahan Sungai Asam. Asal
usul nama Cempaka Putih yakni dari adanya pohon cempaka yang terdapat di Jalan HMO
Bafadhal RT. 12 Kelurahan Cempaka Putih Kecamatan Jelutung Kota Jambi yang mulai
tumbuh kisaran tahun 1940‟an.
Pada zaman kepemimpinan Presiden Soeharto, beliau memerintahkan untuk di
bentuknya kelurahan-kelurahan di Indonesia. Berdasarkan perihal tersebut, warga sekitar
menetapkan pohon Cempaka Putih sebagai nama kelurahan, maka terbentuklah Kelurahan
Cempaka Putih. Kelurahan Cempaka Putih Kecamatan Jelutung Kota Jambi merupakan
desa dengan jumlah penduduk sebanyak 9.475 jiwa, yang terbagi dalam laki-laki sebanyak
6.356 jiwa dan perempuan 3.119 jiwa. Jumlah rukun tetangga sebanyak 26 RT.
Phillipsen mendeskripsikan budaya sebagai suatu konstruksi sosial dan pola simbol,
makna-makna, pendapat, dan aturan-aturan yang dipancarkan secara mensejarah. Pada
dasarnya, budaya adalah suatu kode. Terdapat empat dimensi krusial yang dapat untuk
memperbandingkan budaya-budaya, yaitu jarak kekuasaan (power distance), maskulinitas,
penghindaran ketidakpastian (uncertainty avoidance), individualism. kini lebih dimaknai
sebagai sebuah kata kerja yang dihubungkan dengankegiatan manusia. Budaya adalah
asumsi-asumsi dasar dan keyakinan-keyakinan di antara para anggota kelompok atau
organisasi. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia “Budaya” berarti: pikiran, akal, budi,
atau kebiasaan (sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan yang sukar untuk diubah).
Secara formal budaya didefinisikan sebagai tatanan, pengetahuan, pengalaman,
kepercayaan, nilai, sikap, makna, hierarki, agama, waktu, peran, hubungan, ruang, konsep
alamsemesta, objek-objek materi dan milik yang diperoleh sekelompok besar orang dari
generasi ke generasi melalui usaha individu dankelompok. Budaya menggambarkan cara
kita melakukan sesuatu. Hasstrup menegaskan, budaya terdiri dari hubungan, bukan
sekedarsistem yang stabil. Schwart and Davis mendefinisikan budaya sebagai suatu
kesatuan keyakinan dan harapan yang diberikan oleh keseluruhan anggota organisasi.
Kebudayaan merupakan keseluruhan kompleks yang di dalamnya meliputi
pengetahuan, seni, moral, hukum, adat istiadat, dan setiap kemampuan atau kebiasaan yang
dilakukan oleh seseorang sebagai anggota suatu masyarakat. Manusia sebagai makhluk
sosial sangat membutuhkan interaksi/komunikasi dengan sesamanya sebagai referensi diri
guna melakukan seuatu tindakan. Dalam hal ini komunikasi yang dilakukan oleh aparatur
kecamatan Jelutung sudah cukup baik dan efektif sehingga mampu mempengaruhi cara
berfikir dan kepribadian masyarakat Islam dikelurahan Cempaka Putih dalam kehidupan
sehari hari. Sehingganya saat ini masyarakat lebih bisa hidup dengan tentram dengan
adanya hidup rukun dengan masyarakat Islam yang lainnya.
Bela Ardila & Agus Salim, Vol. 1, No. 1, Juni 2022: 1-18
Bela Ardila & Agus Salim ISSN:- 7
di Cempaka Putih, terjadilah dialog saling memberikan umpan balik pesan secara langsung
dan tatap muka.
Dalam proses pengiriman pesan dari etnis yang ada, ternyata kemudian komunikan
dapat memberikan respon balikan secara langsung (pada saat itu juga) kepada
komunikator. Komunikasi ini biasanya terjadi hampir setiap hari, berlangsung saat
masyarakat etnis yang berbeda budaya, kedua orang disini melaksanakan fungsi yang sama
yakni sebagai komunikator dan komunikan. Para pelaku komunikasi disini memiliki peran
ganda, dalam arti pada satu saat bertindak sebagai pengirim pesan, namun pada waktu
yang lain berlaku sebagai penerima pesan. Pola komunikasi ini menggambarkan proses
komunikasi yang dinamis, di mana pesan transmit melalui proses encoding dan decoding.
Umpan balik dalam komunikasi ini sangat penting, karena dengan adanya umpan balik
dapat terlihat apakah komunikasinya berhasil atau gagal. Hal ini terjadi secara terus
menerus memutar sehingga mendapati sebuah kesamaan pemahaman diantara keduanya.
2. Bentuk Komunikasi Linear
Di samping penulis mendapati pola komunikasi sirkular, penulis juga mendapati
adanya pola komunikasi linear yang terjadi antara etnis di Jambi. Hal tersebut terjadi ketika
dalam musyawarah yang diadakan oleh Tokoh Adat ataupun Kepala Desa dalam
menyelesaikan suatu masalah yang sedang terjadi ataupun hal-hal lainnya yang berkenaan
dengan kepentingan bersama yang menyangkut kedua etnis tersebut. Dalam proses
musyawarah tersebut terjadi proses komunikasi kelompok yang dipimpin oleh tokoh adat
maupun kepala kampung.
Dalam proses penyampaian pesan berupa pengumuman ataupun hasil keputusan
antar tokoh adat tentang masalah yang sedang dialami, masyarakat hanya mendengarkan
dan mengikuti keputusan dari tokoh adat, karena mereka yakin keputusan tokoh adat akan
menjadi kebaikan bersama. Dalam komunikasi kelompok tersebut terkadang masyarakat
hanya mendengarkan saja, namun terkadang terjadi dialog dalam proses komunikasi
kelompok tersebut. bahwa pola komunikasi linear yaitu penyampaian pesan dari satu titik
ke titik yang lain secara lurus. Pola ini tidak menitiberatkan pada umpan balik, tetapi lebih
kepada tersampaikannya pesan dari komunikator kepada komunikan.
Dalam pola komunikasi ini penyampai pesan yaitu tokoh adat ataupun kepala
kampung menyampaikan pesan kepada masyarakat baik etnis local, maupun perantau dari
luar Jambi. Dalam pola komunikasi ini proses komunikasi berjalan secara lurus dan dengan
adanya perbedaan strata antara komunikator (tokoh adat atau kepala desa) dan komunikan.
Bela Ardila & Agus Salim, Vol. 1, No. 1, Juni 2022: 1-18
Bela Ardila & Agus Salim ISSN:- 9
Bela Ardila & Agus Salim, Vol. 1, No. 1, Juni 2022: 1-18
Bela Ardila & Agus Salim ISSN:- 11
verbal. Bahasa menjembatani antar individu dikaji secara kontekstual. Fokus kajian bahasa
selalu dihubungkan dengan perbedaan budaya.
Dalam proses komunikasi yang terjadi antara kedua etnis ini menggunakan bahasa
Indonesia, walaupun terkadang mereka menggunakan bahasa masing-masing. Perbedaan
bahasa dikalangan masyarakat etnis di Cempaka Putih justeru menjadi keunikan tersendiri.
Perbedaan yang ada justru menjadi sarana mereka untuk saling belajar, rasa ingin
tahu dan ingin bisa berbicara dengan bahasa yang berbeda. Dengan adanya perbedaan
bahasa itu juga pebedaan bahasa dapat menimbulkan daya tarik tersendiri bagi kedua etnis
ini untuk melakukan komunikasi antar budaya. Hal ini sesuai dengan yang diungkapan
oleh informan di lapangan.
Terkadang bahasa menjadi hambatan dalam berkomunikasi, oleh karena adanya
rasa ingin tahu dalam mempelajari bahasa, maka hal tersebut menjadi daya tarik tersendiri
bagi mereka. Hal ini juga sesuai dengan fungsi dari komunikasi antar budaya yaitu
menambah pengetahuan.
Selanjutnya, keempat yaitu sikap kekeluargaan. Sudah menjadi karakteristik
masyarakat desa yang mengutamakan sikap kekeluargaan. Mereka menyadari bahwa
tetangga adalah orang yang terdekat yang akan membantunya disaat sedang membutuhkan
bantuan. sikap kekeluargaan membaur dengan antar sesama manusia maupun dengan suku
lain merupakan suatu nilai pengamalan falsafah hidup masyarakat Cempaka Putih yang
harus diterapkan dengan sesama manusia merupakan pengamalan dari nilai-nilai
kemanusiaan.
Dari sikap kekeluargaan antar budaya tersebut telah terjadinya integrasi sosial,
dimana setiap anggota budaya mampu menciptakan kesatuan dan menerima perbedaan
sebagai suatu sikap kesamaan dengan tidak membeda-bedakan dalam hal interaksi. Sikap
tersebut akan menjadikan komunikasi antar budaya yang efektif, karena dengan adanya
sikap tersebut akan meminimalisir kesalahpahaman dan perbedaan.
Kelima, menjunjung tinggi sikap sopan santun. Sikap sopan santun yang diterapkan
oleh masyarakat ni sangat terlihat sekali ketika dalam berbicara, meskipun terdengar logat
bahasa yang mereka ucapkan keras, akan tetapi maknanya lembut. Penggunaan sapaan
tersebut juga merupakan sebuah penghormatan bagi lawan bicaranya, sehingga hal tersebut
dapat meminimalisir kesalahpahaman dalam komunikasi. Sikap sopan santun tidak hanya
dalam hal ucapan tetapi juga dalam hal perbuatan. Perilaku yang sopan ketika bertindak
baik oleh masyarakat etnis Jambi merupakan sebuah pernyataan identitas individu.
Bela Ardila & Agus Salim, Vol. 1, No. 1, Juni 2022: 1-18
Bela Ardila & Agus Salim ISSN:- 13
Bela Ardila & Agus Salim, Vol. 1, No. 1, Juni 2022: 1-18
Bela Ardila & Agus Salim ISSN:- 15
Bela Ardila & Agus Salim, Vol. 1, No. 1, Juni 2022: 1-18
Bela Ardila & Agus Salim ISSN:- 17
Bibliography
Aloweri, L. (2013). Dasar-Dasar Komunikasi Antar budaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat. (2010). Komunikasi Antar Budaya: Panduan
Berkomunikasi dengan Orang-Orang Berbeda Budaya. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Efendy, O. uchjana. (2009). Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. PT Remaja Rosdakarya.
Larry A. Samovar et. Al. (2010). Komunikasi Lintas Budaya: Communication Between
Cultures . Jakarta: Salemba Humanika.
Najwan, J. (2009). Konflik Antar budaya dan Antar Etnis di Indonesia serta Alternatif
Penyelesaiannya. Jambi: Jurnal Hukum Edisi Khusus.
Rahmat, J., & Mulyana, D. (2010). Komunikasi Antar budaya Panduan Berkomunikasi
Dengan Orang-orang Berbeda Budaya. PT Remaja Rosdakarya.
Tim Penterjemah Dan Penafsir. (1998). Al- Qur’an dan Terjemahannya. Departemen
Agama RI.
Bela Ardila & Agus Salim, Vol. 1, No. 1, Juni 2022: 1-18