Anda di halaman 1dari 18

8 Pengaruh Budaya dalam Komunikasi

Interpersonal
 Post authorBy Corrie
 Post dateDecember 23, 2017

Bahasa merupakan salah satu wujud budaya di masyarakat. Indonesia merupakan


negara yang kaya akan budaya. Budaya di Indonesai terwujud dalam ras, suku,
bahasa, agama, adat istiadat, peninggalan kuno (artefak), sumber daya alam, dan
masih banyak lagi. Menurut Koentjaraningrat, budaya adalah sebuah sistem atau
gagasan serta rasa, suatu tindakan dan karya yang dihasilkan manusia pada
kehidupannya secara bermasyarakat yang dijadikan kepemilikan dengan belajar.
Secara sederhana, budaya adalah suatu pola hidup yang dimiliki oleh individu
maupun kelompok masyarakat dan diwariskan secara turun-temurun dari generasi
ke generasi. Budaya bersifat abstrak, kompleks, luas, dan dinamis mengikuti
perkembangan zaman.

Perbedaan budaya terkadang menjadi suatu hambatan dalam kehidupan biasanya


berupa kesalahpahaman. Perbedaan bahasa biasanya menjadi pemicu pertama
dalam hambatan komunikasi karena perbedaan latar belakang individu. Untuk
mengatasi kesalahpahaman tersebut dibutuhkan komunikasi yang efektif.
Komunikasi yang efektif dilakukan dengan cara seorang komunikator mempelajari
latar belakang budaya komunikannya. Budaya berhubungan erat dengan individu
sebab budaya memberikan pembelajaran yang menghasilkan nilai dan perilaku
untuk proses komunikasi. (Baca juga: Jenis-jenis Komunikasi Antar Budaya)

Pengkajian budaya dalam diri seseorang tentu memiliki keterkaitan dengan


komunikasi interpersonal atau komunikasi antarpribadi. Komunikasi interpersonal
dianggap memberikan komunikasi yang lebih efektif dibandingan dengan
komunikasi lainnya. Pasalnya, komunikasi interpersonal dianggap mampu
menciptakan perubahan terhadap sikap, perilaku, dan pendapat seseorang. Menurut
Devito, komunikasi interpersonal adalah penyampaian pesan oleh satu orang dan
penerima pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil orang, dengan berbagai
dampaknya dan dengan peluang untuk memberikan umpan balik segera.

Secara sederhana, komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang dilakukan


oleh dua orang atau lebih yang bertujuan untuk mendapatkan umpan balik segera.
Adapun hubungan budaya dan komunikasi interpersonal memberikan pengaruh
terhadap kehidupan masyarakat. Berikut merupakan pengaruh budaya dalam
komunikasi interpersonal:

1. Pengetahuan
Perbedaan latar belakang budaya dalam individu menjadi kendala dalam proses
komunikasi untuk menjalin keharmonisan dalam berkomunikasi maka seorang
komunikator harus mengkaji latar belakang seorang komunikan. Proses pengkajian
budaya tersebut memberikan dampak positif terhadap komunikator, yaitu
menambah ilmu pengetahuan.

Seorang komunikator dapat mempelajari budaya lawan bicaranya dengan cara


mecari berbagai referensi melalui internet, buku, majalah, film, dan lain
sebagainya. Misalnya, seorang komunikator dari suku betawi, sedangkan
komunikan berasal dari suku batak. Cara yang tepat untuk mencegah
kesalahpahaman adalah mengkaji tentang kebudayaan suku batak. Biasanya ketika
berbicara orang batak berintonasi lebih keras dan tinggi. (Baca juga: Etika
Komunikasi Antar Budaya)

2. Toleransi

Pengaruh budaya dalam komunikasi interpersonal ini berhubungan dengan


penerimaan individu terhadap individu lain. Perbedaan budaya dalam komunikasi
interpersonal dapat memberikan kesamaan makna apabila seorang individu dapat
menerima perbedaan tersebut. Hal ini berhubungan denga sikap toleransi.

Toleransi adalah sikap saling menghormati dan menghargai budaya seseorang atau
kelompok dalam lingkungannya. Misalnya, seorang individu beragam islam
tetangganya beragama Kristen. Ketika memasukin hari raya idul fitri, seorang
tetangganya yang beragama Kristen ikut memberikan ucapan selamat dan
bersilaturahmi ke tempat tetangganya yang beragama islam. (Baca juga: Model
Komunikasi Antar Budaya)

3. Mengurangi ambiguitas

Ketika seorang komunikator dapat berkomunikasi secara efektif dengan


komunikan yang berbeda latar belakang budayanya, maka komunikator tersebut
dapat mengurangi ambiguitas dalam komunikasi. Kurangnya pengetahuan tentang
budaya menjadi pemicu terjadinya ketidakjelasan atau ambiguitas dalam proses
komunikasi. Misalnya, ketika orang sunda meminum es teh manis maka ia akan
berkata “es tehnya amis”. Orang betawi akan beranggapan bahwa es tehnya berbau
amis.

Padahal yang dimaksud adalah es teh itu rasanya manis. Perbedaan budaya dalam
bentuk bahasa tersebut menjadi pemicu ketidakjelasan makna yang berimbas pada
hambatan dalam komunikasi. Untuk menghindari perbedaan makna dalam
berkomunikasi, seorang komunikator harus mempelajari budaya komunikan. (Baca
juga: Pengaruh Budaya dalam Komunikasi Bisnis)

4. Mengurangi etnosentrisme
Etnosentrisme adalah penilaian yang dimiliki oleh seseorang yang menganggap
bahwa kebudayaan sendiri lebih baik dibandingkan kebudayaan orang lain. Hal ini
memberikan dampak buruk terhadap komunikasi antarpribadi. Mengurangi
pandangan tentang etnosentisme dapat menciptakan komunikasi yang efektif. hal
ini berkaitan dengan penerimaan individu terhadap budaya yang berbeda. (Baca
juga: Komunikasi Interpersonal)

5. Menghindari diskriminasi budaya

Diskriminasi adalah sikap tidakadil terhadap individu maupun kelompok mengenai


karakteristik individu tersebut. Adanya “melek” budaya berpengaruh pada proses
komunikasi. Penerimaan budaya masuk ke dalam lingkungan masyarakat dapat
mengindari diskriminasi karena perbedaankarakter yang dibawa oleh budaya itu
sendiri. (Baca juga: Teori Komunikasi Interpersonal)

6. Kepercayaan

Salah satu pengaruh budaya dalam komunikasi adalah kepercayaan. Menurut


Mulyani, kepercayaan merujuk pada pandangan dimana sesuatu memiliki ciiri-ciri
dan kualitas tertentu, tidak peduli apakah sesuatu dapat dibuktikan secara empiris
(logis) atau tidak. Dalam komunikasi interpersonal, seseorang tidak dapat menjalin
hubungan yang baik apabila orang tersebut tidak dapat menghargai kepercayaan
orang tersebut. (Baca juga: Elemen Komunikasi Interpersonal)

7. Persepsi tentang diri orang lain

Perbedaan budaya dalam masayarakat memberikan penilaian yang berbeda kepada


setiap orang. Pengaruh budaya dalam komunikasi interpersonal berikutnya
berhubungan dengan persepsi tentang diri orang lain. Persepsi ini muncul ketika
seseorang sudah terbiasa menilai budaya orang tersebut. Misalnya, orang barat
cenderung lebih individualis dibandingkan dengan orang Indonesia yang terkenal
dengan keramahannya. (Baca juga: Komunikasi Antar Pribadi)

8. Orientasi kegiatan dan peranan status

Budaya mempengaruhi orientasi kegiatan seseorang. Artinya, budaya


mempengaruhi peranan status masyarakat dalam komunikasi. Misalnya, bagaimana
cara seseorang berbicara kepada seorang kepala pemerintahan, teman, orangtua,
dan lainnya. (Baca juga: Model Komunikasi Antar Pribadi)

Demikian penjelasan terkait apa saja pengaruh budaya dalam komunikasi


interpersonal yang biasa hadir ditengah-tengah penyampaian pesan antara
komunikan dan komunikator.

Rujukan web: https://pakarkomunikasi.com/pengaruh-budaya-dalam-komunikasi-interpersonal


Artikel 2

13 Cara Mengatasi Hambatan Komunikasi


Lintas Budaya yang Efektif
 Post authorBy Ambar
 Post dateNovember 6, 2019

Budaya merupakan salah satu faktor yang memengaruhi komunikasi. Kerapkali,


budaya juga dipandang sebagai salah satu faktor yang menghambat jalannya proses
komunikasi efektif. Misalnya, kesalahahpahaman yang terjadi dalam lingkungan
kerja  yang bersifat multikultural kerap disebabkan oleh budaya. Kesalahpahaman
ini umum terjadi di antara orang-orang yang berlatar belakang budaya yang
berbeda sehingga nilai-nilai serta keyakinan yang dianut pun akan berbeda pula.
Keadaan ini dapat menyebabkan kecemasan dan ketidakpastian hingga
menimbulkan kesalahpahaman.

Itulah salah satu hambatan komunikasi lintas budaya yang disebabkan oleh budaya.


Karena itu sangat penting bagi mereka yang berniat untuk bekerja dalam
lingkungan budaya yang berbeda untuk memiliki pengetahuan dan kompetensi
yang cukup dalam komunikasi lintas budaya. Secara umum, yang dimaksud
dengan komunikasi lintas budaya adalah salah satu bidang studi komunikasi yang
melihat bagaimana orang-orang yang berasal dari latar belakang budaya yang
berbeda berkomunikasi  satu sama lain, dengan cara yang sama atau berbeda di
antara mereka sendiri, dan bagaimana mereka berkomunikasi lintas budaya.

Istilah komunikasi lintas budaya kerapkali  diasosiasikan dengan komunikasi


antarbudaya. Hal ini ditegaskan oleh David Matsumoto (2000) yang menyatakan
bahwa komunikasi lintas budaya memiliki keterkaitan dengan istilah komunikas
antarbudaya. Karena pada kenyataannya, tidak ada perbedaan antara kedua istilah
ini dalam konteks komunikasi. Namun yang lebih diperhatikan adalah perbedaan
keduanya dalam hal penelitian.  Dengan demikian apakah komunikasi lintas
budaya itu?

Pengertian Komunikasi Lintas Budaya

Para ahli telah mengemukakan pengertian komunikasi lintas budaya berdasarkan


dasar keilmuan yang dimiliki. Berikut adalah beberapa di antaranya.
 Hafied Cangara mendefinisikan komunikasi lintas budaya sebagai proses di mana
suatu ide diberikan dari sumber kepada suatu penerima atau lebih. Maksud dan
tujuan dari pemberian ide tersebut adalah untuk mengubah tingkah laku mereka.
 David Matsumoto (2000) mendefinisikan komunikasi lintas budaya sebagai
pertukaran informasi antara orang-orang yang memiliki latar belakang budaya
yang berbeda. Istilah komunikasi lintas budaya memiliki keterkaitan dengan
komunikasi antarbudaya karena pada dasarnya tidak ada perbedaan di antara
keduanya dalam konteks komunikasi. Namun, keduanya berbeda dalam hal fokus
penelitian yang dilakukan. Komunikasi lintas budaya menitikberatkan pada
perbandingan antara dua budaya atau lebih. Sedangkan, komunikasi antarbudaya
mengkaji masalah interaksi antara orang-orang yang berasal dari budaya yang
berbeda.
 Mike Allen (2017) mendefinisikan komunikasi lintas budaya sebagai proses
menciptakan dan saling berbagi makna antara orang-orang yang berlatar belakang
budaya yang berbeda dengan menggunakan berbagai macam makna. Istilah
komunikasi lintas budaya digunakan secara terbalik atau dipertukarkan dengan
komunikasi antarbudaya. Meskipun demikian, komunikasi lintas budaya dan
komunikasi antarbudaya dapat dibedakan berdasarkan fokus penelitian yang
dilakukan. Dalam arti, penelitian komunikasi antarbudaya umumnya
menitikberatkan pada interaksi antara orang-orang dengan latar belakang budaya
yang berbeda. Sedangkan, penelitian komunikasi lintas budaya menitiberatkan
pada perbandingan dari budaya yang berbeda.

Dari pengertian komunikasi lintas budaya di atas tampak bahwa terdapat


persamaan yakni komunikasi lintas budaya sebagai sebuah proses. Sebagai sebuah
proses, komunikasi lintas budaya tentu tidak terlepas dari hambatan-hambatan
komunikasi seperti timbulnya kesalahpahaman norma atau peran yang tidak sesuai,
stereotipe, dan etnosentrisme. Namun, hambatan-hambatan tersebut yang haruslah
diatasi agar komunikasi yang efektif dapat tercapai.

Adapun cara mengatasi hambatan komunikasi lintas budaya di antaranya adalah


sebagai berikut.

1. Memperbaiki dan meningkatkan kompetensi lintas budaya

Cara mengatasi hambatan komunikasi lintas budaya yang pertama adalah dengan
cara memperbaiki dan meningkatkan kompetensi lintas budaya. Kompetensi lintas
budaya sendiri di artikan sebagai kemampuan untuk berpartisipasi dalam
serangkaian kegiatan komunikasi. Kemampuan ini dapat berupa pengetahuan,
keterampilan, dan sikap. Kompetensi ini didasarkan pada tiga hal yaitu kepekaan
atau sensivitas, kemampuan, dan kesadaran. Kompetensi ini perlu dikembangkan
dalam konteks komunikasi lintas budaya maupun komunikasi bisnis lintas budaya.
Caranya adalah dengan melatih dan memperdalam pengetahuan lintas budaya,
mengikuti pelatihan bahasa, serta mendorong kebijakan yang menguntungkan
bersama.
2. Menghindari asumsi dan penilaian

Cara mengatasi hambatan komunikasi lintas budaya selanjutnya adalah


menghindari berbagai asumsi dan penilaian sebisa mungkin. Dalam arti, kita
hendaknya tidak mengasumsikan orang lain akan bertindak dengan cara yang sama
atau menerapkan nilai-nilai dan keyakinan yang sama atau menggunakan bahasa
dan simbol yang sama. Selain itu, hendaknya kita juga menghindari memberikan
penilaian tanpa mengetahui atau memahami yang terjadi.

Misalnya, ketika seseorang bertindak secara berbeda, kita jangan buru-buru


menyimpulkan bahwa cara yang dilakukan orang tersebut salah atau tidak benar.
Biasanya asumsi-asumsi atau penilaian seacam ini timbul akibat berkembangnya
sikap etnosetrisme dan stereotip dalam diri yang kerap menjadi hambatan
komunikasi lintas budaya. (Baca : Etnografi Komunikasi).

3. Peka

Selain menghindari berbagai asumsi dan penilaian terhadap budaya orang lain, cara
lain untuk mengatasi hambatan komunikasi lintas budaya adalah dengan
mengembangkan sikap peka terhadap perbedaan yang ada. Caranya adalah dengan
mempelajari segala sesuatu hal dari orang-orang yang kita temui terutama terkait
dengan budaya dan sub-budaya dari orang-orang kita temui sebelum memasuki
situasi komunikasi. Untuk itu, ada baiknya kita berusaha untuk meluangkan sedikit
waktu untuk mempelajari budaya orang lain daripada memaksakan diri
berkomunikasi dengan orang lain dengan latar belakang budaya berbeda namun
kita tidak memiliki pemahaman sama sekali tentang budaya lawan bicara. Jika hal
ini terjadi, kesalahpahaman pun dapat dengan mudah terjadi. (Baca : Komunikasi
Asertif)

4. Mengakui dan menghargai perbedaan

Hambatan komunikasi lintas budaya juga dapat diatasi salah satunya dengan
mengakui dan menghargai perbedaan yang ada. Hal ini sangat penting karena pada
dasarnya setiap manusia diciptakan secara berbeda-beda. Tidak ada seorangpun
yang mampu menolak kapan dan di mana ia dilahirkan, agama yang di anut, latar
belakang budaya, dan lain sebagainya. Perbedaan semacam hendaknya dijadikan
sebagai alasan untuk terus membina hubungan baik dan bukan menjadikannya
sebagai alasan untuk menghakimi orang lain. (Baca : Komunikasi Gender)

5. Empati

Sebagai alah satu bagian dari kepekaan interpersonal dan kompetensi sosial,
empati diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk menyadari dan memahami
persepsi dan perasaan orang lain, serta menyampaikan pemahaman tersebut dalam
bentuk respon menerima. Dalam konteks budaya, empati diartikan sebagai
keinginan untuk menempatkan diri kita dalam dunia budaya orang lain yang
berbeda dan untuk mengalami apa yang orang lain alami.

Sikap empati dikembangkan dengan beberapa cara seperti memberikan perhatian,


empati komunikatif, atau belajar menerima perbedaan. Mengembangkan sikap
empati merupakan cara lain untuk mengatasi hambatan komunikasi lintas budaya
karena dengan empati kita dapat belajar untuk menerima dan menghargai
perbedaan yang ada.

6. Mendengarkan secara aktif

Salah satu teknik komunikasi berkesan atau teknik dalam komunikasi yang


bijak adalah mendengarkan secara aktif. Mendengarkan secara aktif juga
merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting dalam komunikasi lintas
budaya sekaligus merupakan syarat agar kita dapat mengembangkan sikap empati.
Dengan mendengarkan secara aktif, kita dapat memahami dan menghargai
perbedaan budaya yang ada sehingga kesalahpahaman pun dapat dikurangi.

7. Suportif

Cara mengatasi hambatan komunikasi lintas budaya selanjutnya adalah dengan


bersikap suportif. Suportif di sini berkaitan dengan perilaku komunikasi yang
suportif. Perilaku yang suportif seperti empati dapat mendorong proses komunikasi
lintas budaya yang efektif. Sebaliknya, perilaku defensif cenderung membawa
proses komunikasi lintas budaya ke arah ketidakefektifan.

8. Motivasi berkomunikasi

Motivasi berkomunikasi juga merupakan salah satu cara untuk mengatasi


hambatan komunikasi lintas budaya. Sebagai manusia, pada umumnya kita sangat
termotivasi untuk berinteraksi dengan orang yang dekat secara fisik maupun
emosional. Begitupun dalam konteks komunikasi lintas budaya. Motivasi
berkomunikasi ini perlu karena merupakan salah satu bentuk upaya untuk
memahami pengalaman orang lain yang bukan merupakan bagian dari kehidupan
kita. Selain itu, adanya motivasi ini juga dapat memperbaiki kemampuan kita
berkomunikasi dengan orang lain, memperlihatkan atau menunjukkan minat kita
kepada orang lain, berbicara dan memahami orang lain, serta memberikan bantuan
kepada orang lain. (Baca juga : Teori Feminisme Menurut Para Ahli)

9. Memahami budaya sendiri

Cara mengatasi hambatan komunikasi komunikasi lintas budaya berikutnya adalah


dengan memahami budaya sendiri. Dengan memahami budaya sendiri, kita dapat
dengan mudah mengkomunikasikan nilai-nilai, persepsi, dan sikap yang kita anut
kepada orang lain. Dampaknya adalah orang lain pun akan dengan mudah
mengkomunikasikan nilai-nilai, persepsi, serta sikap yang mereka anut sehingga
terciptalah pengertian dan menghindari kesalahpahaman. (Baca juga : Teori
Komunikasi Antar Budaya)

10.Fleksibel

Cara lainnya adalah dengan mengembangkan fleksibilitas dalam berkomunikasi.


Para ahli kompetensi komunikasi percaya bahwa salah satu pengertian kompetensi
berkomunikasi adalah kemampuan untuk menyesuaikan perilaku komunikasi
dengan orang lain dan lingkungan sekitar. Hal ini untuk memudahkan kita
berkomunikasi dengan orang lain dan memperoleh informasi yang diinginkan.
(Baca : Bahasa sebagai Alat Komunikasi)

11.Menggunakan dan mendorong umpan balik deskriptif

Umpan balik yang efektif dapat mendorong lancarnya proses adaptasi yang
merupakan hal penting dalam komunikasi lintas budaya. Setiap orang yang terlibat
dalam proses komunikasi lintas budaya seharusnya memiliki kemauan untuk
menerima umpan balik dan menunjukkan perilaku suportif. Umpan balik yang
diberikan hendaknya bersifat  langsung, segera, jujur, spesifik, dan jelas. (Baca
juga : Unsur Komunikasi Antar Budaya)

12.Saluran komunikasi yang terbuka

Cara lain untuk mengatasi hambatan komunikasi lintas budaya adalah dengan
membuka saluran komunikasi. Dalam arti, kita harus mampu bersikap sabar
selama proses interaksi agar pemahaman bersama dapat tercapai. (Baca
juga : Hambatan Komunikasi Organisasi)

13.Mengelola konflik

Cara mengatasi hambatan komunikasi lintas budaya yang terakhir adalah dengan
mengelola konflik yang ada. Konflik yang dimaksud berkaitan dengan benturan
nilai-nilai atau keyakinan yang berbeda. Ketika dihadapkan pada situasi ini maka
kita harus mampu mengelola perbedaan atau benturan ini dengan baik dan tanpa
menyinggung perasaan orang lain. (Baca : Komunikasi Nonverbal)

Manfaat Mempelajari Cara Mengatasi Hambatan Komunikasi Lintas Budaya

Mempelajari cara mengatasi hambatan komunikasi lintas budaya dapat


memberikan beberapa manfaat, di antaranya adalah sebagai berikut.

 Kita dapat mengetahui dan memahami arti komunikasi lintas budaya.


 Kita dapat mengetahui dan memahami beberapa cara mengatasi hambatan
komunikasi lintas budaya.
Demikianlah ulasan singkat tentang cara mengatasi hambatan komunikasi lintas
budaya. Semoga dapat menambah wawasan dan pengetahuan kita tentang
komunikasi lintas budaya dan cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi
hambatan komunikasi lintas budaya.

Rujukan web: https://pakarkomunikasi.com/cara-mengatasi-hambatan-komunikasi-lintas-budaya

Artikel 3 teori :

3 Teori Komunikasi Antar Budaya Menurut


Para Ahli dan Implementasinya
 Post authorBy Site Default
 Post dateMarch 15, 2017

Budaya atau kebudayaan sangat erat kaitannya dengan kehidupan manusia dalam
masyarakat, dimana ada masyarakat disitu pasti ada budaya atau kebudayaaan.
Budaya berasal dari bahasa sansekerta yaitu Buddhayah yang berarti budi atau akal
sehingga dapat diartikan bahwa budaya merupakan hasil budi atau cipta karya
manusia.
Baca Juga: teori komunikasi menurut para ahli

Budaya dapat pula diartikan sebagai cara hidup yang berkembang dan dimiliki
bersama sebagai suatu warisan yang diturunkan dari generasi ke generasi. Selo
sumardjan dan Solaeman Soemardi mengatakan bahwa kebudayaan adalah sarana
hasil karya dan cipta masyarakat. Sehingga dalam hal ini kbudayaan, manusia dan
masyarakat adalah hal yang tak terpisahkan.
lebih lanjut seorang peneliti bernama Hosftede berhasil merumuskan enam dimensi
budaya yang ia peroleh dari penelitianya di 50 negara berbeda, berikut 6 dimensi
budaya menurut Hoftede.

1. Power Distance, berkaitan dengan bagaimana kebudayaan meyakini kekuasaan


organisasi juga institusi di disampaikan kepada anggota budaya secara seimbang.
2. Uncertanty Avioidance, berkaitan dengan derajat yang mana kebudayaan merasa
terancam oleh situasi yang tidak pasti. Dan juga bagaimana suatu kebudayaan
menghindari ancaman itu dengan menciptakan suatu solusi pemecahan masalah.
3. Individualism-Collectivism, berkaitan dengan itegrasi dari setiap individu kedalam
kelompok-kelompok utama.
4. Masculinity-Veminity, berkaitan dengan derajat nialai-nilai yang melibatkan
pembagian peran antara laki-laki dengan perempuan.
5. Long term-Sort term orientation, berkaitan dengan fokus dan orientasi usaha
manusia apakah orientasi jangka panjang atau orientasi jangka pendek, masa depan
masa kini, atau masa lalu.
6. Indulgance-Restraint, berkaitan dengan perbandingan antara kesenangan dan
penekanan terhadap kendali kebutuhan dasar manusia untuk menikmati hidup.

Baca juga : Komunikasi Massa

Perkembangan kebudayaan dan kehidupan manusia serta hubungan kelompok


manusia (masyarakat) dengan kelompok manusia lain. Hubungan tersebut masing
masing membawa kebudayaannya sendiri dan menimbulkan sebuah interaksi baru
diantara keduanya yaitu komunikasi antar budaya. Komunikasi antar budaya
merupakan suatu peristiwa komunikasi dimana mereka yang terlibat didalamnya
berasal dari latar belakang yang berbeda.

Samavor dan porter menjelaskan bahwa komunikasi antar budaya terjadi manakala


bagian yang terlibat dalam komunikasi tersebut membawa latar belakang budaya
yang berbeda. Perbedaan tersebut meliputi keyakinan, tata nilai pengetahuan dan
pengalaman yang mencerminkan sebagai suatu yang dianut oleh kelompoknya.
Baca juga: Teori Public Relations

Berikut adalah teori – teori komunikasi antar budaya, diantaranya :

1.Teori Kecemasan dan Ketidakpastian


Teori ini dikembangkan oleh William Gudykunts yang memfokuskan pada
perbedaan budaya antar kelompok dan orang asing. Ia menjelaskan bahwa teorinya
ini dapat digunakan dalam segala situasi dan kondisi berkaitan dengan terdapatnya
perbedaan diantara keraguan dan ketakutan. Gudykunts berpendapat bahwa
kecemasan dan ketidakpastianlah yang menjadi penyebab kegagalan komunikasi
antar kelompok.  lebih lanjut ia menjabarkan bahwa terdapat enam konsp dasar
dalam teorinya ini yaitu :

 Konsep diri, berkaitan dengan meningkatnya harga diri ketika seseorang


berinteraksi dengan orang lain akan menghasilkan kemampuan meningkatkan
kecemasan. ( Baca Juga : Sosiologi Komunikasi )
 Motivasi berinteraksi dengan orang asing, berkaitan dengan peningkatan
kebutuhan diri untuk masuk dalam kelompok. Ketika seseorang berinteraksi
dengan orang asing, interaksi tersebut akan meningkatkan kecemasan.
 Reaksi terhadap orang asing, berkaitan dengan peningkatan menerima informasi,
toleransi dan empati terhadap orang asing akan meningkatkan kemampuan
seseorang untuk memprediksi perilaku orang asing tersebut. (Baca
juga : Komunikasi Bisnis)
 Kategori sosial orang asing, berkaitan dengan peningkatan kesamaan personal
diantara kita dengan orang asing. Tujuannya adalah meningkatkan kemampuan
memprediksi perilaku mereka secara akurat serta kemampuan mengelola
kecemasan begitu pula sebaliknya.
 Proses Situasional, berkaitan dengan peningkatan situasi informal dimana kita
berinteraksi dengan orang asing. Dengan tujuan akan meningkatkan kemampuan
kita dalam mengelola kecemasan serta meningkatkan kepercayaan diri kita
terhadap mereka. (Baca Juga : Pengantar Ilmu Komunikasi)
 Koneksi dengan orang asing, berkaitan dengan peningkatan ketertarikan,
hubungan dan jalinan kerja dengan orang asing. Dengan tujuan akan menurunkan
kecemasan dan meningkatkan kepercayaan pada diri kita.

2.Teori Negosiasi Wajah


Teori yang di kemukakan oleh Stella Ting-Toomey ini menjelaskan bagaimana
perbedaan-perbedaan dari berbagai budaya dalam merespon berbagai konflik yang
dihadapi. Ia berpendapat bahwa orang-orang dalam setiap budaya akan selalu
mencitrakan dirinya didepan publik, hal tersebut merupakan cara baginya agar
orang lain melihat dan memperlakukannya.
Lebih lanjut Ia menjelaskan bahwa wajah bekerja merujuk pada pesan verbal dan
non verbal yang membantu menyimpan rasa malu, dan menegakkan muka
terhormat. Dalam hal ini, identitas selalu dipertanyakan, kecemasan dan
ketidakpastian yang disebabkan konflik membuat kita tak berdaya dan harus
menerima.

Terkait dengan hal tersebut, dalam teori ini juga dijelaskan lima model dalam
pengelolaan konflik yang meliputi :

 Avoiding (penghindaran), yaitu berkaitan dengan upaya untuk menghindari


berbagai macam konflik yang dimungkinkan terjadi.
 Obliging (keharusan), yaitu berkaitan dengan keharusan untuk menyerahkan
keputusan pada kesepakatan bersama.
 Comproming, berkaitan dengan saling memberi dan menerima segala sesuatu agar
sebuah kompromi dapat tercapai.
 Dominating, berkaitan dengan dominasi salah satu pihak dalam penanganan suatu
masalah.
 Integrating, berkaitan dengan penanganan secara bersama-sama terhadap suatu
masalah.

Baca Juga : Komunikasi Politik

3.Teori Kode Bicara


Gerry Phillipsen dalam teorinya ini berusaha menjelaskan bagaimana keberadaan
kode bicara dalam suatu budaya. Dan juga bagaimana kekuatan dan dan
substansinya dalam sebuah budaya. Lebih lanjut ia menjelaskan kiranya terdapat
lima proporsi dalam teori ini yaitu :

 Dimanapun ada budaya, disana pasti ada kode bahasa yang menjadi ciri khas.
 Sebuah kode bahasa mencangkup sosiologi budaya, retorika dan psikologi budaya.
 Pembicaraan yang signifikan bergantung pada kode bicara yang digunakan
pembicara dan pendengar untuk mengkreasikan dan menginterprestasi komunikasi
mereka.
 Berbagai istilah aturan dan premis terkait dalam pembicaraan itu sendiri
 Kegunaan suatu kode bicara adalah untuk menciptakan kondisi yang memadai.
Kondisi yang terkait dengan prediksi, penjelasan dan kontrol guna menciptakan
formula wacana tentang kecerdasan, kebijaksanaan dan moralitas perilaku dalam
berkomunikasi.

Baca Juga : Komunikasi Antar Pribadi

Manfaat Mempelajari  Teori Komunikasi Antar Budaya


Komunikasi antar budaya merupakan studi ilmu yang amat penting untuk
dipelajari. Terlebih dalam perkembangan manusia diera modern yang penuh
dengan kemajuan teknologi saat ini. Kemajuan Teknologi membuat Komunikasi
antar budaya menjadi jembatan bagi pertukaran budaya. Dengan mempelajar
komunikasi antar budaya diharapkan kita bisa memahami segala budaya positif
dari keragaman budaya yang ada. Dan juga memegang teguh apa yang menjadi
nilai luhur budaya yang sudah ada.

Baca Juga : Komunikasi Organisasi

Kemudian, dengan mempelajari teori komunikasi antar budaya, ada banyak


pelajaran yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari – hari. Salah satunya
adalah bahwa komunikasi antar budaya menjadi penghubung asimilasi budaya
yang positif . Selain itu munculnya pemahaman bahwa perbedaan budaya yang
mudah menghadirkan konflik harus mampu kita kurangi, dengan saling
menghargai keragaman budaya yang ada di dunia.

https://pakarkomunikasi.com/teori-komunikasi-antar-budaya

artikel 4 Komunikasi non-verbal

Komunikasi Nonverbal – Prinsip – Fungsi –


Jenis
 Post authorBy Ambar
 Post dateJune 12, 2017

Komunikasi nonverbal memainkan peranan yang sangat penting dalam kehidupan


kita ketika kita berkomunikasi dengan orang-orang yang kita temui. Komunikasi
nonverbal adalah sebuah proses menggunakan pesan-pesan tanpa kata untuk
menyamakan makna. Studi ilmiah pertama tentang komunikasi nonverbal dapat
kita ketahui melalui buku Charles Darwin, sang penemu teori evolusi. Dalam
bukunya ia berpendapat bahwa semua mamalia menunjukkan emosi melalui raut
wajah. Emosi merupakan salah satu bentuk komunikasi nonverbal yang
menggambarkan pentingnya arti komunikasi apapun konteksnya.

Baca juga : Konteks Komunikasi

Pengertian Komunikasi Nonverbal

Berikut adalah beberapa pengertian tentang komunikasi nonverbal menurut


beberapa ahli, diantaranya adalah :

 Judee Burgoon mendefinisikan komunikasi nonverbal sebagai perilaku selain


kata-kata yang membentuk sistem koding secara sosial, karenanya komunikasi
nonverbal dikirimkan secara intens dan diinterpretasi secara intens, yang
digunakan diantara anggota komunitas bicara secara regular, dan interpretasi dapat
disadari secara sepakat.
 Judy Pearson, dkk mendefinisikan komunikasi nonverbal sebagai sebuah proses
penggunaan pesan tanpa kata yang menimbulkan makna.
 K. Floyd (2009) mendefinisikan komunikasi nonverbal sebagai setiap perilaku dan
karakteristik yang mengirimkan makna tanpa menggunakan kata-kata.
 Mark L. Knapp dan J.T. Hall (2002) menyatakan bahwa komunikasi nonverbal
merujuk pada komunikasi yang dihasilkan oleh beberapa makna lain selain kata-
kata. Menurut Mark L. Knapp, Judith T. Hall, dan Terrence G. Horgan (2014 : 4),
komunikasi nonverbal memiliki 3 (tiga) aspek utama, yaitu :
o Mengirim pesan-pesan nonverbal.
o Menerima pesan-pesan non verbal.
o Hubungan yang kompleks antara pengirman dan penerimaan pesan-pesan
non verbal.

Baca juga :

 Bahasa sebagai Alat Komunikasi


 Komunikasi Visual

Prinsip-prinsip Komunikasi Nonverbal


Komunikasi nonverbal bekerja berdasarkan beberapa prinsip. Menurut Dale G.
Leathers, prinsip-prinsip komunikasi nonverbal adalah sebagai berikut (Rakhmat,
2001 : 287 – 289) :

1. Komunikasi nonverbal sangat menentukan makna dalam komunikasi


interpersonal atau komunikasi antar pribadi.
2. Komunikasi nonverbal lebih efektif dalam menyampaikan perasaan dan emosi
dibandingkan dengan komunikasi verbal.
3. Komunikasi nonverbal lebih efektif dalam menyampaikan makna dan maksud
yang relative bebas dari penipuan, distorsi dan kerancuan.
4. Komunikasi nonverbal lebih efisien dibandingkan dengan komunikasi verbal.
5. Komunikasi nonverbal merupakan sarana sugesti yang paling tepat.
6. Komunikasi nonverbal bersifat metakomunikatif yang sangat diperlukan dalam
rangka mencapai komunikasi yang berkualitas tinggi.

Baca juga :

 Prinsip-prinsip Komunikasi
 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Komunikasi
 Komunikasi Yang Efektif

Fungsi Komunikasi Nonverbal


Fungsi utama komunikasi nonverbal adalah untuk mengirimkan makna melalui
penguatan, berlawanan dengan komunikasi verbal, serta mengganti lambang-
lambang verbal. Komunikasi nonverbal juga digunakan untuk mempengaruhi
orang lain dan mengatur alur percakapan. Lebih lengkapnya, fungsi-fungsi
komunikasi nonverbal adalah sbagai berikut :

 Komunikasi nonverbal mengirimkan makna.


 Komunikasi nonverbal mempengaruhi orang lain.
 Komunikasi nonverbal mengatur alur percakapan.
 Komunikasi nonverbal berdampak pada hubungan.
 Komunikasi nonverbal mengekspresikan identitas kita.

Baca juga : Hambatan-hambatan Komunikasi

Sementara itu, menurut Argyle (1988) perilaku nonverbal memiliki fungsi-fungsi


sebagai berikut :

 Mengekspresikan emosi dalam artian bahwa emosi pada umumnya diekspresikan


melalui wajah, tubuh, dan suara.
 Mengirimkan sikap-sikap interpersonal yaitu membentuk dan mengelola
hubungan.
 Presentasi diri atau menampilkan kepribadian seseorang kepada orang lain.
 Melengkapi pembicaraan dengan tujuan untuk mengelola umpan balik,
perhatian, dan lain-lain – vokalisasi dan perilaku nonverbal adalah sesuai dengan
ujaran percakapan
 Ritual – menggunakan salam, gerakan tangan, dan lain-lain.

Baca juga : Teori Interaksi Simbolik

Jenis-jenis Komunikasi Nonverbal


Sebagaimana bahasa verbal yang dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa jenis,
begitu pula dengan komunikasi nonverbal. Komunikasi nonverbal dapat
dikategorikan ke dalam beberapa jenis, yaitu :
 Kinesik – studi tentang gerakan tubuh termasuk postur tubuh. Kinesik memiliki
beberapa komponen yaitu gesture tubuh, gerakan kepala, kontak mata, dan ekspresi
wajah.
 Proksemik – studi tentang penggunaan ruang dan jarak dalam komunikasi
manusia.
 Kronemik – disebut juga dengan komunikasi temporal, yaitu cara seorang
individu mengorganisasi dan menggunakan waktu dan pesan yang diciptakan.
Waktu memiliki dampak terhadap komunikasi, termasuk didalamnya adalah
perbedaan siklus waktu, perbedaan antara orang-orang yang berorientasi ke masa
depan dan masa lalu, serta perspektif budaya tepat waktu sebagai sesuatu yang
tetap dan dapat diukur atau bersifat cair dan mudah diadaptasi.
 Paralinguistik – adalah suara tanpa kata dan karakteristik bahasa tanpa kata
seperti pitch, volume, peringkat, dan kualitas
 Artifak – ornamen-ornamen yang diperlihatkan
 Haptik – perilaku menyentuh yang mengirimkan makna selama interaksi.
Sentuhan bekerja pada berbagai tingkatan termasuk didalamnya professional-
fungsional, sosial-sopan santun, persahabatan-kehangatan, dan cinta-intim.

Baca juga : Etnografi Komunikasi

Manfaat Komunikasi Nonverbal


Komunikasi nonverbal memiliki beberapa manfaat  yang sangat penting dalam
kaitannya dengan komunikasi verbal. Berikut adalah beberapa manfaat komunikasi
nonverbal menurut Mark L. Knapp (1972), yaitu :

 Repetisi terjadi manakala pesan yang sama dikirim secara verbal dan nonverbal.
 Aksentuasi maksudnya adalah bahwa adanya penggunan petunjuk nonverbal
untuk menguatkan pesan yang dikirimkan.
 Komplemen maksdunya adalah bahwa kode-kode nonverbal dan verbal
menambah makna bagi satu sama lain.
 Kontradiksi maksudnya adalah bahwa terjadi konflik antara pesan verbal dan
pesan nonverbal.
 Substitusi maksudnya adalah bahwa kode-kode nonverbal digunakan untuk
menggantikan lambang-lambang verbal.

Baca juga : Teori Semiotika Roland Barthes

Kompetensi Komunikasi Nonverbal


Agar kita memiliki kompetensi dalam komunikasi nonverbal, maka kita harus
mampu mengidentifikasi serta menerapkan berbagai strategi untuk meningkatkan
kompetensi dalam dua hal yaitu kompetensi dalam mengirimkan pesan-pesan
nonverbal dan kompetensi dalam menginterpretasi pesan-pesan nonverbal.

a. Kompetensi dalam Mengirimkan Pesan-pesan Nonverbal


Untuk memperkaya kompetensi kita mengenai encoding pesan-pesan nonverbal,
maka kita harus meningkatkan kepedulian kita terhadap pesan yang kita kirimkan
dan kita terima, serta konteks dimana komunikasi tersebut terjadi. Komunikasi
nonverbal adalah komunikasi yang multi saluran sehingga sangat penting bagi kita
untuk peduli bahwa petunjuk komunikasi nonverbal dapat melengkapi,
meningkatkan, atau bahkan bertolakbelakang satu sama lain. Perlu disadari juga
bahwa norma-norma dan harapan untuk mengirim pesan-pesan nonverbal
khususnya sentuhan dan ruang atau jarak pribadi bervariasi antara konteks
hubungan dan konteks professional.

Beberapa pedoman yang dapat kita lakukan untuk mengirim pesan-pesan


nonverbal, yaitu :

 Memahami bahwa komunikasi nonverbal adalah multi saluran


 Memahami bahwa komunikasi nonverbal berdampak pada interaksi yang
dilakukan
 Memahami bagaimana komunikasi nonverbal menciptakan laporan
 Memahami bagaimana komunikasi nonverbal mengatur percakapan
 Memahami bagaimana komunikasi nonverbal terkait dengan cara kita
mendengarkan
 Memahami bagaimana komunikasi nonverbal terkait dengan kesan
 Meningkatkan kompetensi dalam saluran khusus komunikasi nonverbal

b. Kompetensi untuk menginterpretasi pesan-pesan nonverbal

Sementara itu, untuk meningkatkan kompetensi kita mengenai decoding pesan-


pesan nonverbal, maka kita harus melihat berbagai petunjuk nonverbal. Kita harus
menghindari menempatkan terlalu banyak pada salah satu petunjuk dan melakukan
evaluasi pesan-pesan nonverbal dalam kaitannya dengan konteks dan pengalaman
kita sebelumnya dengan orang lain. Meskipun kita lebih menitikberatkan pada
komunikasi nonverbal dibandingkan dengan pesan verbal ketika mendeteksi
manipulasi, tidak ada aturan baku yang dapat memungkinkan kita untuk
mengatakan bahwa orang lain itu memperdayakan atau tidak.

Terdapat beberapa pedoman yang dapat kita jadikan dasar untuk menginterpretasi
pesan-pesan nonverbal, yaitu :

 Dalam komunikasi nonverbal tidak ada kamus nonverbal


 Menyadari bahwa sinyal-sinyal nonverbal adalah terkait satu sama lain
 Membaca petunjuk nonverbal dalam sebuah konteks
 Menginterpretasi petunjuk dalam berbagai saluran khusus
 Mendeteksi manipulasi.
Peran Komunikasi Nonverbal dalam Berbagai Bidang
Peran penting komunikasi nonverbal dalam berbagai bidang komunikasi dapat kita
lihat melalui uraian singkat berikut ini.

 Komunikasi Nonverbal dan Konteks Hubungan

Peran penting komunikasi nonverbal adalah membentuk dan mengelola hubungan


interpersonal dalam sistem komunikasi interpersonal. Komunikasi nonverbal
membantu memulai hubungan melalui pengelolaan kesan atau impression
management dan self-disclosure. Komunikasi nonverbal juga membantu mengelola
hubungan sebagaimana komunikasi nonverbal membantu dalam ekspresi emosi
yang diminta dan memberikan dukungan emosi ( Baca juga : Teori
Dramaturgi – Teori Fenomenologi )

 Komunikasi Nonverbal dalam Konteks Profesional

Para professional mengindikasikan bahwa komunikasi nonverbal adalah salah satu


bagian penting dalam pekerjaan mereka. Para pemimpin organisasi dapat
menggunakan keterampilan melakukan decoding nonverbal untuk berbicara
dengan bawahannya ketika berada dalam tekanan dan membutuhkan dukungan.
Selain itu, para pemimpin organisasi dapat menggunakan
keterampilan encoding untuk mempertunjukkan sensivitas nonverbal. Sinyal-sinyal
nonverbal juga dapat membantu dalam pengelolaan kesan dalam bidang
professional. (Baca juga : Teori Komunikasi Kelompok – Teori Komunikasi
Organisasi – Pola Komunikasi Organisasi)

 Komunikasi Nonverbal dan Budaya

Meskipun banyak dari sinyal nonverbal yang tampak lebih halus dan universal
secara universal, beberapa diantaranya disadari sangat berbeda diantara
kebudayaan, khususnya dalam proksemik, kontak mata, dan sentuhan. Adalah
lebih baik untuk mengembangkan lebih banyak pengetahuan umum tentang
bagaimana norma-norma nonverbal berbeda berdasarkan nilai-nilai budaya dan
memandang pengetahuan tersebut sebagai alat yang dapat didaptasi untuk
digunakan dalam berbagai macam konteks budaya. (Baca juga :  Unsur
Komunikasi Antar Budaya – Teori Komunikasi Antar Budaya)

 Komunikasi Nonverbal dan Gender

Komunikasi nonverbal antara pria dan wanita, sebagaimana aspek-aspek


komunikasi lainnya, sejatinya memiliki banyak kesamaan dibandingkan dengan
perbedaannya. Hasil penelitian seringkali menunjukkan bahwa bagaimanapun juga
gesture wanita, kontak mata, sentuhan, dan berdiri memiliki kesamaan dengan pria.
Wanita hanya lebih banyak menggunakan ekspresi wajah dibandingkan pria. (Baca
juga : Teori Feminisme Menurut Para Ahli)
Manfaat Mempelajari Komunikasi Nonverbal
Mempelajari komunikasi nonverbal dapat memberikan berbagai manfaat,
diantaranya adalah :

 Membuat kita mejadi lebih peduli terhadap diri sendiri dan orang lain
 Menjadi partner yang lebih baik dalam hubungan interpersonal
 Menjadi partner yang lebih baik dalam dunia professional dalam
bidang komunikasi organisasi dan komunikasi bisnis
 Memahami adanya perbedaan komunikasi nonverbal dalam bidang komunikasi
antar budaya
 Memahami adanya perbedaan komunikasi nonverbal dalam bidang komunikasi
lintas budaya dan komunikasi internasional.
 Memahami adanya perbedaan komunikasi nonverbal dalam bidang komunikasi
gender.

Demikianlah uraian singkat tentang komunikasi nonverbal. Semoga menambah


wawasan dan pengetahuan kita tentang komunikasi nonverbal dan penerapannya
dalam berbagai bidang komunikasi antarmanusia. Semoga bermanfaat.

https://pakarkomunikasi.com/komunikasi-nonverbal

Anda mungkin juga menyukai