Anda di halaman 1dari 12

Nama : Wahdania Khairun Nisa

Nim : 50800118064

Kelas : MHU B

Mata Kuliah : Komunikasih Lintas Agama dan Budaya

Tugas Kelompok : 1

FENOMENA MUNCULNYA KOMUNIKASIH LINTAS ANTAR BUDAYA, BUDAYA SEBAGAI


FENOMENA SOSIAL, FAKTOR PEMICU KOMUNIKASI LINTAS BUDAYA DAN DEFINISI,
DIMENSI DAN BENTUK-BENTUK KOMUNIKASIH ANTAR BUDAYA DAN AGAMA

A. Fenomena Munculnya Komunikasih Lintas Antar Budaya


1. Pengertian komunikasih lintas budaya
Definisi komunikasi lintas budaya yang paling sederhana, menurut Alo Liliweri yakni
komunikasi antar pribadi yang dilakukan oleh mereka yang berbeda latar belakang kebudayaan.
Dengan pemahaman yang sama, maka komunikasi lintas budaya dapat diartikan melalui
beberapa pernyataan sebagai berikut :
a. Komunikasih lintas budaya adalah pernyataan diri antar pribadi yang paling efektif antara
dua orang yang saling berbeda latar belakang budaya.
b. Komunikasih lintas budaya merupakan pertukaran pesan-pesan yang disampaikan secara
lisan, tertulis, bahkan secara imajiner antara dua orang yang berbeda latar belakang
budaya.
c. Komunikasih lintas budaya merupakan pembagian pesan yang berbentuk informasi atau
hiburan yang disampaikan secara lisan atau tertulis atau metode lainnya yang dilakukan
oleh dua orang yang berbeda latar belakang budayanya.
d. Komunikasi lintas budaya adalah pengalihan informasi dari seseorang yang
berkebudayaan tertentu kepada seorang yang berkebudayaan lain.
e. Komunikasih lintas budaya adalah pertukaran makna yang berbentuk symbol yang
dilakukan dua orang yang berbeda latar belakang budayanya.
f. Komunikasih lintas budaya adalah proses pengalihan pesan yang dilakukan seorang
melalui saluran tertentu kepada orang lain yang keduanya berasal dari latar belakang
budaya yang berbeda dan menghasilkan efek tertentu.
g. Komunikasih lintas budaya adalah setiap proses pembagian informas, gagasan atau
perasaan diantara mereka yang berbeda latar belakang budaya. Proses pembagian
informasi itu dilakukan secara lisan dan tertulis, juga melalui bahsa tubuh, gaya atau
tampilan pribadi, atau bantuan hal lain disekitar yang memperjelas pesan.
h. Komunikasih antar budaya (intercultural communication) terjadilah apabila sebuah pesan
yang harus dimengerti dihasilkan oleh anggota budaya tertentu untuk komsumsi anggota
dari budaya yang lain.1
Dalam bukunya dasar-dasar komunikasih antar budaya Alo membenarkan sebuah
hipotesis proses komunikasih antar budaya, bahwa semakin besar derajat perbedaan antar
budaya maka semakin besar pula kita kehilangan peluang untuk merumuskan suatu tingkat
kepastian sebuah komunikasih yang efektif. Jadi harus ada jaminan terhadap akurasi
interpretasi pesan-pesan verbal maupun non verbal. 2 Mkasudnya adalah ketika kita
bertemu dengan orang –orang dari buadaya yang berbeda maka akan banyak perbedaan
dari berbagai macam hal yang dapat mengakibatkan terjadinya kepastian untuk mencapai
komunikasih yang efektif.
Kebudayaan sendiri sangat mempengaruhi seseorang dalam berkomunikasih. Semua
orang pasti memiliki latar belakang budayanya masing-masing, mereka lahir dan
dibesarkan ditempat yang mana memiliki kebudayaan yang kemudian mempengaruhi
cara berperilaku, dan juga cara berkomunikasih mereka. Sebelum kita berkomunikasih
dengan orang dari budaya yang berbeda dengan kita, lebih baiknya agar kita tahu
bagaimana kebudayaan sehingga kita dapat bersikap dengan baik ketika berkomunikasih
dengannya.

2. Tujuan komunikasih lintas budaya


a. Mengurangi tingkat ketidakpastian
Salah satu perpektif komunikasih antar budaya menekankan bahwa tujuan
komunikasih antar budaya menekankan bahwa tujuan komunikasih antar budaya adalah
mengurangi tingkat ketidakpastian tentang orang lain. Ada tiga tahap interaksi guna
mengurangi tingkat ketidakpastian, yakni :3
1) Pra-kontak atau tahap pembentukan kesan melalui symbol verbal maupun non
verbal.
2) Initial contact and impression, yakni tanggapan lanjut atas kesan yang muncul
dari kontak awal tersebut.
3) Closure, mulai membuka diri anda yang semula tertutup melalui atribusi dan
pengembangan kepribadian implisit, atribut sendiri menganjurkan agar kita
harus lebih mengerti perilaku orang lain dengan menyelidikimotivasi atas suatu
perilaku atau tindakan yang dilakukannya. Sementara itu kita pun dapat
mengembangkan sebuah kesan terhadap orang itu melalui evaluasi atas
kehadiran sebuah kepribadian implisit, yang mana kepribadian ini membuat
sugesti kepada kita diawal kesan pertama saat bertemu. Misalnya, jika kita
menilai orang lain baik di awal pertemuan, maka sifat-sifat baik lainnya aka
nada pada dirinya.

1
Syarifudin Ritonga dan Ian Adian Tarigan. 2011. “pola komunikasih antar budaya dalam interaksi sosial etnis karo
dan etnis minang dikecamatan kabanjahe kabupaten karo”. Vol .4 no.2 hlm 93.
2
Alo Liliweri, Dasar-Dasar komunikasih antar budaya, (Yogyakarta: putaka pelajar, 2009), hlm, 12
3
Alo Liliweri, Dasar-Dasar Komunikasih antar budaya, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hlm, 19
b. Efektifitas antar budaya
Dalam kenyataan sosial disebutkan bahwa manusia tidak dapat dikatakan berinteraksi
sosial kalau dia tidak berkomunikasih. Sama halnya dengan interaksi antar budaya yang
efektif juga sangat bergantung pada komunikasihnya. Komunikasih yang efektif dapat
terwujud bila strategis dan metode komunikasih yang digunakan tepat. Strategi
komunikasih yang efektif sangat penting diperhatikan dalam sebuah proses komunikasih.
Efektivitas komunikasih antar pribadi dalam komunikasih antar budaya dari komunikator
dan komunikan yang berbeda budaya itu sangat ditentukan oleh faktor-faktor: keterbukaan,
empati, perasaan positif, memberikan dukungan , dan memelihara keseimbangan. 4

B. Budaya sebagai fenomena sosial dan faktor pemicu komunikasih lintas budaya

1. Proses adaptasi lintas budaya


Pada dasarnya hal-hal yang terdapat dalam proses adaptasi merupakan proses komunikasih.
Proses komunikasih adalah bagian dari pola komunikasih yang dilakukan seseorang dalam
kesehariannya untuk berinteraksi dengan orang lain.proses komunikasih adalah bagaimana
komunikator menyampaikan pesan kepada komunikasihnya. Sehingga dapat mencptakan suatu
persamaan makna antara komunikan dengan komunikatornya. 5
Inti dari sebuah proses komunikasi adalah adanya kesamaan makna mengenai apa yang
dikomunikasih kan tersebut antara komunikator dan komunikan.
Adaptasi terjadi dalam dan melalui komunikasih, dan lebih jauh lagi hasil penting dari
adaptasi adalah identifikasi dan internalisasi dari symbol yang signifikan tentang masyarakat
tuan rumah. Karena secara umum pengenalan terhadap pola-pola budaya dilakukan melalui
interaksi, maka orang asing mengenali pola budaya masyarakat tuan rumahnya dan kemudian
membangun hubungan realitas budaya baru melalui komunikasinya. Pada saaat yang sama
kemampuan komunikasi orang asing berpengaruh pada adaptasinya secara baik, serta proses
adaptasi itu merupakan hal penting yang digunakan untuk mendapatkan kapasitas komunikasi
sebagaimana dilakukan oleh masyarakat tuan rumah. 6
Situasi yang dihasilkan dari perpindahan budaya baru salah satunya, yakni pertukaran
pelajar. Motivasi untuk beradaptasi sangat tergantung pada tingkat kepermanenan (lama atau
sebentar/tetap atau tidak tetap) mereka dalam mendiami lingkungan tersebut. Dalam hal ini,
perpindahan orang asing dari Negara asal ke negara baru adlah permanen. Karena mereka harus
tinggal dan menjadi anggota dari maasyarakat tuan rumah, maka mereka harus berfokus pada
hubungan mereka dengan lingkungan baru seperti cara penduduk asli beradaptasi.
Menurut Berger dan Leukman, menyatakan bahwa sosialisasi dan enkulturasi adalah
bentuk dari pengungkapan perilaku dasar manusia yang diinternalisasi dari cepat atau
lambatnya kita mempelajari “ciri-ciri orang lain” dan kemudian menjadi “satu-satunya dunia
yang ada”.proses lain yang menentukan proses adaptasi adalah yang disebut resosialisasi atau

4
Suryani Wahida,2013 ”komunikasih antar budaya yang efektif”, vol. 14, no.1
5
Henny Kustini, Comuniccation Skill, (Yogyakarta:Penertbit Deepublish, 2017),hlm 13
6
Yiska Mardolina, Pola komunikasih lintas budaya mahasiswa asing dengan mahasiwa local di universitas
hasanuddin skripsi, ( makasar: jurusan ilmu komunikasih universitas hasanuddin, 2015).hlm 29
akulturasi, yakni ketika orang yang telah tersosialisasi didalam budayanya dan kemudian
berpindah ketempat baru dan berinteraksi dengan lingkungan untuk jangka waktu tertentu. 7
Proses adaptasi ini, orang asing secara gradual mulai mendeteksi pola-pola baru tentang
pikiran dan perilaku serta menstruktur secara personil tentang adaptasi-adaptasi yang relevan
dengan masyarakat tuan rumah.yang menentukan dalam proses ini adalah kemampuan kita
untuk mengenal perbedaan dan persamaan yang ada pada lingkungan baru. Seiring dengan
berjalannya proses akulturasi dalam konteks adaptasi terhadap budaya baru, maka beberapa
pola-pola budaya lama yang tidak dipelajari (unlearning) juga terjadi, paling tidak pada tingkat
bahwa respons baru diadopsi dalam situasi yang sebelumnya telah menjadi perbedaan. Proses
adaptasi ini disebut akulturasi.
Pada saat terjadi proses delkuturasi dan akulturasi, maka pendatang baru secara gradual telah
melakukan proses adaptasi. Orang asing dapat ditekan untuk menyesuaikan diri dengan peran
yang dibutuhkan tetapi tidak dapat dipaksa untuk menerima nilai-nilai tertentu.

2. Proses komunikasih lintas budaya


Komunikasih bukan hanya dilihat sebagai kegiatan yang menghubungkan antar manusia
dalam keadaan pasif, tetapi komunkasi juga harus dilihat sebagai proses yang
menghubungkan manusia melalui tindakan yang terus diperbaharui. Proses komunikasih
terinci dalam rangkaian-rangkaian aktivitas (misalnya dari seorang komunikator,
mengirimkan pesan, melalui media, kepada komunikan dengan dampak tertentu)yang
berbeda-beda, namun saling berkaitan, bahkan mungkin rangkaian-rangkaian itu diaktifkan
secara bertahap dan berubah sepanjang waktu. 8
Salah satu karakteristik komunikasi adalah komunikasi sebagai proses, karena
komunikasih sangat dinamik, selalu berlangsung dan berubah-ubah. Pada hakikatnya proses
komunikasi antar budaya tidak berbedah jauh dengan proses komunikasih lain, yakni suatu
proses yang interaktif dan transaksional serta dinamis.
Menurut Wahlston, komunikasi antar budaya yang interaktif adalah komunikasi yang
dilakukan oleh komunikator dengan komunikan dalam dua arah/timbal balik namun masih
berada pada tahap rendah.
Komunikasi transaksional meliputi tiga unsur penting yakni :
a) Keterlibatan emosional yang tinggi, yang berlangsung terus menerus dan
berkesinambungan atas pertukaran pesan
b) Peristiwa komunikasih meliputi seri waktu, artinya berkaitan dengan masa lalu,
kini yang akan datang
c) Partisipan dalam komunikasi antar budaya menjalankan peran tertentu

Bentuk omunikasi diatas mengalami proses yang bersifat dinamis, karena prose tersebut
berlamgsung dalam konteks sosial yang hidup, berkembang dan bahkan berubah-ubah
berdasrakan waktu, situasi dan kondisi tertentu. Kebudayaan merupakan dinamisator
“penghidupan” bagi proses komunikasi antar budaya.

7
Erlangga Fanggi Mulawarman, KOMUNIKASIH MAHASISWA ASING DENGAN MAHASISWA LOKAL DIKOTA MALANG
(studi pada mahasiswa asing program BIPA di Universitas Muhamaddiyah Malang 2016
8
Alo Liliweri, Makna Budaya dalam komunikasi antar budaya, ( Yogyakarta :PT LKIS Pelangi Aksara 2003), hlm 6.
Menurut Koenjaningrat, ada tujuh buah kebudayaan yang dapat disebut sebagai isi
pokok dari setiap kebudayaan didunia yang dapat mendorong proses komunikasi antar
budaya yaitu :9

a) Bahasa
Salah satu unsur penting dalam kehidupan manusia yang merupakan syarat
berlangsungnya suatu interaksi adalah pengetahuan tentang bahasa. Bahasa
adalah suatu alat yang dipergunakan ataupun dipakai manusia dalam
berkomunikasi dan berinteraksi dengan sesama manusia. Dalam segi bahasa
mahasiswa Patani menggunakan bahasa Melayu Pattani, atau dalam bahsa
Thailand adalah Yawi atau Jawi.
Adalah sebuah dialek dari bahassa Melayu yang dituturkan di provinsi paling
selatan Thailand yang berbatasan dengan Malaysia.
Dialek Melayu Pattani adalah bahasa utama dari grup etnik Melayu Thai.
Melayu pattani adalah dialek Melayu paling berbeda, karena terlebih terpengaruh
oleh bahasa Thai dan juga terisolasi dari tempat bahasa Mealyu dituturkan karena
dibatasi oleh pegunungan tinggi. Dialek tersebut hamper mirip dengan Bahasa
Melayu Kelantan yang dituturkan di seberang perbatasan. Dialek Kelantan dan
Pattani sangat berbeda jauh sampai-samoai rekaman radio dalam bahasa Melayu
Standar agak sulit dimengerti. Keduanya juga berbeda dari dialek Bahasa Melayu
Terengganu.
Ada beberapa kosa kata pattani yang hamper memiliki kemiripan dengan
bahasa Indonesia seperti ‘makan’ yang dalam bahasa pattani berarti ‘make’
sedangkan dalam bahasa Indonesia ‘make’ memiliki arti ‘pakai’ atau ‘memakai’.

b). Sistem ilmu pengetahuan

Latar belakangan pendidikan merupakan suatu hal yang memudahkan proses


komunikasi antarbudaya. Jika di Indonesia latar belakang pendidikan
masyarakatnya tidak begitu dominan ke pendidikan Islam, berbeda halnya
dengan di Patani, pendidikan awal yang masuk ke Patani adalah pendidikan
Islam yang berupa pondok pesantren seperti halnya di Indonesia. Meskipun
seiring berjalannya waktu pemerintah Patani mulai mendirikan lembaga-lembaga
pendidikan formal lainnya seperti sekolah-sekolah umum. Sehingga pendidikan
pondok pesantren mulai sedikit peminatnya, hal tersebut tidak menjadikan nilai-
nilai Islam dalam pendidikan di Patani hilang. Justru dalam sekolah-sekolah
formal nilai-nilai Islam tetap diajarkan.

c). Organisasi Sosial


Organisasi sosial sebagai wadah pertemuan dan mempersatukan ide-ide
mereka diharapkan dapat menghindari konflik yang terjadi di masyarakat.

d). Sistem Peralatan Hidup dan Teknologi

9
Neni Efrita.2013 “ptoses dan iklim komunikasi antarbudaya”.Vol 4, No 8. Hlm 59
Yaitu peralatan dan perlengkapan hidup manusia (pakaian, perumahan, alat-
alat rumah tangga, senjata, alat-alat produksi transport, dan sebagainya).

e). Sistem Mata Pencaharian Hidup Sistem mata pencaharian hidup lebih terfokus
pada jenis pekerjaan manusia untuk bisa mencukupi kebutuhan hidupnya.

f). Sistem KepercayaanKepercayaan disini mengaitkan hubungan antara objek


yang
diyakini inidvidu, dengan sifat-sifat tertentu objek tersebut secara berbeda.
Tingkat, derajat, kepercayaan kita menunjukkan pula kedalaman dan isi
kepercayaan kita. Jika kita merasa lebih pasti dalam kepercayaan kita ini, lebih
besar pula kedalaman dan isi tersebut,karena budaya memainkan peranan penting
dalam proses pembentukan kepercayaan. Dalam hal ini, system kepercayaan atau
agama yang dianut masyarakat Patani adalah mayoritas Islam. Sama halnya
dengan di Indonesia, namun di Patani nilai-nilai Islamnya lebih kental
dibandingkan dengan di Indonesia.

g). Kesenian Setiap etnis dan suku bangsa mempunyai ciri khas tersendiri
mengenai kesenian atau budaya masing-masing. Cirri khas yang amat jelas
terlihat dari masyarakat Patani adalah pakaiannya. Penggunaan jilbab syar‟I, rok,
dan juga baju yang panjangnya sampai lutut membuat mahasiswa Patani atau
masyarakat Patani mudah di kenali saat di Indonesia. Jika kebanyakan orang
Indonesia yang menggunakan jilbab syar‟I pasti memakai gamis, tidak demikian
dengan masyarakat Patani.Selain dari segi pakaian, Indonesia dan Patani juga
terdapat perbedaan dalam segi makanan. Masakan orang Indonesia kurang sesuai
dengan selera di lidah orang Patani, di Patani umumnya makanan berasa asam
dan pedas, sedangkan di Indonesia khususnya Banyumas makanannya lebih
condong ke rasa manis dan asin.

3. Unsur-unsur proses komunikasi antarbudaya


a. Komunikator
Komunikator dalam komunikasi antarbudaya adalah pihak yang memprakarsai
komunikasi, artinya dia mengawali pengiriman pesan tertentu kepada pihak lain yang
disebut komunikan.
Ada beberapa karakteristik komunikator dalam komunikasi lintas budaya yang
dikenalkan oleh Howard Giles dan Arlene Franklyn-Stokes yang pertama adalah latar
belakang etnis dan ras, faktor demografis, hingga ke latar belakang sistem politik.
Sedangkan William Gudykunst dan Young Yun Kin mengatakan bahwa secara makro
perbedaan karakteristik antarbudaya itu ditentukan oleh faktor nilai dan norma hingga
kearah mikro yang mudah dilihat dalam wujud kepercayaan, minat dan kebiasaan. Faktor
lain yang juga berpengaruh adalah kemampuan berbahasa sebagai pendukung komunikasi.

b. Komunikan
Komunikan dalam komunikasi antarbudaya adalah pihak yang menerima pesan tertentu,
dia menjadi tujuan/sasaran komunikasi dari pihak lain (komunikator). 10

Tujuan komunikasi akan tercapai manakala komunikan “memerima” (memahami


makna) pesan dari komunikator, dan memperhatikan (attention) yang merupakan proses
awal dari seorang komunikan “memulai” mendengarkan pesan, menonton atau membaca
pesan tersebut. Serta komunikan menerima pesan secara menyeluruh (comprehension) yang
meliputi cara penggambaran pesan secara lengkap sehingga mudah dipahami dan
dimengerti oleh komunikan.11

c. Pesan/symbol
Dalam proses komunikasi, pesan berisi pikiran, ide atau gagasan, perasaan yang dikirim
komunikator kepada komunikan dalam bentuk simbol. Symbol adalah sesuatu yang
digunakan untuk mewakili maksud tertentu yang semuanya harus dipahami secara
konotatif.60 Dalam model komunikasi lintas budaya, pesan adalah apa yang ditekankan
atau yang dialihkan oleh komunikator kepada komunikan.
Setiap pesan sekurang-kurangnya mempunyai dua aspek utama yaitu isi dan perlakuan. Isi
pesan meliputi aspek daya tarik pesan. Namun,aspek daya tarik pesan saja belum cukup,
sebuah pesan harus mendapatkan perlakuan, perlakuan atas pesan berkaitan dengan
penjelasan atau penataan isi pesan oleh komunikator. Pilihan isi dan perlakuan atas pesan
tergantung dari keterampilan komunikasi, sikap, tingkat pengetahuan, posisi dalam sistem
kebudayaan.

d. Media
Dalam proses komunikasi antarbudaya, media merupakan tempat, saluran yang dilalui
oleh pesan atau symbol yang dikirim melalui media tertulis, media massa (cetak,
elektronik).62 Namun terkadang pesan-pesan itu dikirim tidak melalui media, terutama
dalam komunikasi antarbudaya tatap muka.

Para ilmuwan sosial menyepakati dua tipe saluran; (1) saluran sensoris meliputi cahaya,
bunyi, perabaan, pembauan dan rasa. (2) saluran yang sangat dikenal dan digunakan
manusia seperti percakapan tatap muka, material cetakan, dan media elektronik.

e. Efek atau umpan balik

Umpan balik merupakan tanggapan balik dari komunikan kepada komunikator atas
pesan-pesan yang telah disampaikan.64 Tanpa umpan balik atas pesan-pesan dalam
komunikasi antarbudaya maka komunikator dan komunikan tidak bisa memahami ide,
pikiran dan perasaan yang terkandung dalam pesan tersebut.

Dalam kasus komunikasi tatap muka, umpan balik lebih mudah diterima, sehingga
reaksi-reaksi verbal dapat diungkapkan secara langsung oleh komunikan, begitu juga
dengan reaksi-reaksi pesan non verbal seperti menganggukan keapala tanda setuju maupun
menggelengkan kepala tanda tidak setuju dapat dilihat langsung.

10
Rifda Aisyah Syahrul Putri 2016 “Hakikat dan Unsur Proses Komunikasi Antar Budaya”
11
Alo Liliweri, “Dasar-Dasar Komunikasi Antar budaya, (Yogyakarta:Pustaka Pelajar 2009), hlm.26
f. Suasana

Satu faktor penting dalam komunikasi antarbudaya adalah suasana yang kadang-kadang
disebut setting of communication, yakni tempat dan waktu serta suasana ketika
komunikasi antarbudaya berlangsung. Suasana itu berkaitan dengan waktu yang tepat
untuk bertemu/berkomunikasi, sedangkan tempat berpengaruh terhadap kualitas relasi
komunikasi antarbudaya.12

g. Gangguan

Gangguan dalam komunikasi antarbudaya adalah segala sesuatu yang menjadi


penghambat laju pesan yang ditukar antara komunikator dengan komunikan, atau paling
fatal adalah mengurangi makna pesan antarbudaya.

C. Definisi, Dimensi dan Bentuk-Bentuk Komunikasi antar Budaya dan Agama

Komunikasi merupakan suatu hal yang sangat mendasar dalam kehidupan manusia bahkan
komunikasi telah menjadi suatu fenomena bagi terbentuknya suatu masyarakat atau komunitas yang
terintegrasi oleh informasi dimana masing-masing individu dalam masyarakat itu sendiri saling
berbagi informasi untuk mencapai tujuan bersama.
Definisi komunikasi yang dikemukakan Moor adalah penyampaian pengertian antar individu. Pada
pokoknya komunikasi adalah pusat minat dan situasi perilaku dimana suatu sumber menyampaikan
pesan kepada seorang penerima dengan berupaya mempengaruhi perilaku penerima tersebut. Banyak
sekali definisi tentang komunikasi yang dikemukakan oleh para ahli. Masing-masing mempunyai
penekanan dan arti yang berbeda satu sama lainnya. Komunikasi juga dipahami sebagai suatu bentuk
komunikasi interaksi, yaitu komunikasi dengan proses sebab-akibat atau aksi-reaksi yang arahnya
bergantian.13

1. Komunikasi Antar Budaya


Komunikasi Antar Budaya terjadi bila pengirim pesan adalah anggota dari suatu budaya dan
penerima pesannya adalah anggota dari suatu budaya lain. Komunikasi antar budaya, komunikasi
antar orangorang yang berbeda budaya (baik dalam arti ras, etnik maupun perbedaan
sosioekonomi).

a. Pandangan beberapa ahli mengenai komunikasi antar budaya


Pandangan ahli komunikasi antar budaya mengemukakan pendapatnya tentang definisi
komunikasi antar budaya sebagai berikut:
Andrea L. Rich dan Dennis M. Ogawa menyatakan bahwa komunikasi antar budaya adalah
komunikasi antar orang-orang yang berbeda kebudayaannya, misalnya antara Suku Bangsa, Etnik,
Ras, Dan Kelas Sosial.

Samovar dan Porter juga menyatakan bahwa komunikasi antarbudaya terjadi diantara produsen
pesan dan penerima pesan yang latar belakang kebudayaannya berbeda.
12
Neni Elfrita,2013”proses dan iklim komunikasih antar budaya”, Vol,4 No 8 hlm 68-69
13
Deddy Mulyana, ilmu komunikasih suatu pengantar”(Bandung,Remaja Rosdakarya,2002),65
Charley H. Dood mengungkapkan komunikasi antar budaya meliputi komunikasi yang
melibatkan peserta komunikasi yang mewakili pribadi, antar pribadi atau kelompok dengan tekanan
pada perbedaan latar belakang kebudayaan yang mempengaruhi perilaku komunikasi para peserta.

Menurut Stewart Komunikasi antarbudaya adalah komunikasi yang terjadi dalam suatu kondisi
yang menunjukkan adanya perbedaan budaya seperti Bahasa, Nilai-Nilai, Adat, Kebiasaan.

Dari beberapa pengertian komunikasi antar budaya diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi
antar budaya merupakan interaksi antar pribadi dan komunikasi yang dilakukan oleh beberapa
orang yang memiliki latar belakang kebudayaan yang berbeda. Akibatnya, interaksi dan komunikasi
yang sedang dilakukan itu membutuhkan tingkat keamanan dan sopan santun tertentu, serta
peramalan tentang sebuah atau lebih aspek tertentu terhadap lawan bicara.

Hal-hal yang sejauh ini dibicarakan tentang komunikasi berkaitan dengan komunikasi antar
budaya. Fungsi-fungsi dan hubungan-hubungan antara komponen-komponen komunikasi juga
berkenaan dengan komunikasi antar budaya. Namun, apa yang terutama menandai komunikasi
antar budaya adalah bahwa sumber dan penerimanya berasal dari budaya yang berbeda.

Komunikasi antar budaya akan lebih dipahami sebagai perbedaan budaya dalam mempersepsi
objek-objek sosial dan kejadian-kejadian. Penting disadari bahwa orang-orang yang berbeda budaya
mempunyai cara-cara yang berbeda dalam bergaul dengan sesamanya. Masalah utama dalam
komunikasi antar budaya adalah kesalahan dalam persepsi sosial yang disebabkan oleh perbedaan-
perbedaan budaya yang mempengaruhi persepsi.

2. Model Komunikasi Antar Budaya

Komunikasi Antar Budaya terjadi bila produsen pesan adalah anggota suatu budaya dan
penerima pesannya adalah anggota suatu budaya lainnya. Budaya bertanggungjawab atas seluruh
perbendaharaan perilaku komunikatif dan makna yang dimiliki setiap orang.

Dalam setiap budaya ada bentuk lain yang agak serupa dengan bentuk budaya. Ini
menunjukkan individu yang telah dibentuk oleh budaya. Bentuk individu sedikit berbeda dari
bentuk budaya yang mempengaruhinya. Ini menunjukkan dua hal yang pertama ada pengaruh-
pengaruh lain di samping budaya yang membentuk individu. Kedua, meskipun budaya
merupakan kekuatan dominan yang mempengaruhi individu, orang-orang dalam suatu budaya
pun mempunyai sifat sifat yang berbeda.14

Derajat pengaruh budaya dalam situasi-situasi komunikasi antar budaya merupakan fungsi
perbedaan antara budaya-budaya yang bersangkutan. Komunikasi antar budaya terjadi dalam
banyak ragam situasi yang bekisar dari interaksi-interaksi antara orang-orang yang berbeda
budaya secara ekstrem hingga interaksi-interaksi antara orang

a. Umat Beragama

14
Jalaluddin Rahmat, komunikasih antar budaya: Paduan berkomunikasih dengan orang orang berbeda budaya,
(Bandung:Remaja Rosdakarya, 2014),20
Umat adalah sebuah kata yang berarti “Masyarakat” atau “Bangsa” kata tersebut berasal
dari kata amma-yaummu, yang dapat berarti “Menuju”, “Menempuh”, atau “Meneladani”.
Kata ummat dalam bentuk tunggal terulang lima puluh kali dalam Al-Qur’an. Ad-
Damighani menyebutkan sembilan arti untuk kata ini yaitu kelompok agama, waktu yang
panjang, kaum, pemimpin, generasi lalu, umat islam, orang-orang kafir, dan manusia
seluruhnya.15 Ungkapan kesatuan umat dalam Al-Qur’an merujuk kepada seluruh kesatuan
dunia islam. Al-Qur’an

Artinya: “Sesungguhnya (agama tauhid) ini adalah agama kamu semua; agama yang satu
dan Aku adalah Tuhanmu, maka sembahlah Aku”Di dalam bahasa Indonesia, bentuk
serapan yaitu kata “Umat”, juga digunakan oleh agama-agama selain islam di Indonesia
untuk menyebut para pemeluknya. Seperti : Umat Kristiani, Hindu, Budha, Katholik,
Konghucu, dan lain-lain.Jadi bisa dikatakan bahwa umat beragama adalah umat (penganut)
yang memahami dan menganut kepercayaan. Bagi para penganutnya, agama berisikan
ajaran-ajaran mengenai kebenaran tertinggi dan mutlak tentang eksistensi manusia dan
petunjuk-petunjuk untuk hidup selamat dunia dan akhirat.

b. Menjaga Kerukunan Antar Umat Beragama


Kerukunan antar umat beragama menjadi suatu cita- cita yang sangat universal.
Kerukunan sebagai fakta hanya terdapat pada umat pemeluk agama yang sama. Sebaliknya
perbenturan yang banyak terjadi antara golongan pemeluk agama yang berlainan tidak
sedikit menodai lembaran-lembaran sejarah. Walaupun penyebab utamanya adalahperbedaan
iman, namun faktor suku, ras, faktor perbedaan kebudayaan dan pendidikan turut
memainkan peran yang tidak kecil atas jadian itu.
Diseluruh dunia kini telah tumbuh suatu kesadaran yang semakin mendalam bahwa
manusia-manusia dari tradisi keagamaan yang berbeda harus bertemu dalam kerukunan dan
persaudaraan daripada dalam permusuhan. Kerukunan hanya akan terwujud jika masing-
masing pihak berusaha untuk membuka diri. Sekarang kerukunan tidak dapat dielakkan.
Dengan kata lain, kita hidup dalam masyarakat plural baik kepercayaan maupun
kebudayaannya. Suatu cara khusus menggalang kerukunan antar umat beragama. Salah satu
caranya dengan dialog antar umat beragama.
Berikut ini adalah Fungsi dan sikap dari menjaga kerukunan beragama
 Fungsi Kerukunan Hidup Antar Umat Beragama, yaitu:

1. Menjaga ketentraman masyarakat.

2. Saling menghormati Antar Umat Beragama.


3. Mencegah terjadinya pertentangan antara agama yang satu dengan yang lainnya.

4. Mempersatukan perbedaan antar umat beragama.

 Sikap-sikap Antar Umat Beragama, yaitu:

1. Sikap Ekslusivisme: sikap yang hanya mengakui agamanya paling benar dan
paling baik.

15
M. Quraish Shihab “Waawasan Al quran”
2. Sikap Inklusvisme: sikap yang dapat memahami dan menghargai agama lain
dengan eksistensinya, tetapi tetap memandang agamanya sebagai satu- satunya jalan
menuju keselamatan.

3. Pluralisme: sikap yang menerima,memandang agama lain sebagai agama yang


baik serta memiliki jalan keselamatan.

4. Fundamentalisme Agama: suatu sikap hidup beragama yang militan,yang juga


tidak menghendaki ideologi-ideologi lain hidup disampingnya karena nilai-nilai
kebenaran hanya ada pada dirinya.

Dalam hubungan agama dengan budaya, doktrin agama yang merupakan konsepsi tentang
realitas, harus berhadapan dengan realitas, bahkan berurusan dengan perubahan sosial. Kehidupan
umat beragama merupakan fenomena kemasyarakatan dengan suatu pandangan dan pola hidup
yang mengandalkan kepercayaan akan dimensi transenden atau suatu wilayah khusus. 16

 Bentuk bentuk komunikasi

1) Komunikasi antara kelompok agama yang berbeda.


2) Komuniksi antara subkultur yang berbeda
3) Komunikasi antara suatu subkultur dan kultur yang dominan
4) Komunikasi antara jenis kelamin yang berbeda .

DAFTAR PUSTAKA

16
Burhanuddin Daya (ed), 70 Tahun H.A. Mukti Ali: Agama dan Masyarakat, (Yogyakarta:IAIN Sunan Kalijaga
Press,1993), 188
Syarifudin, Ritonga, Ian Adian Tarigan “pola komunikasih antar budaya dalam interaksi sosial etnis karo
dan etnis minang dikecamatan kabanjahe kabupaten karo”. Karo : 2011

Alo, Liliweri, Dasar-Dasar komunikasih antar budaya, Yogyakarta : putaka pelajar : 2009

Suryani, Wahida ”komunikasih antar budaya yang efektif” 2013

Henny, Kustini Comuniccation Skill, Yogyakarta : Penertbit Deepublish, 2017

Yiska Mardolina, Pola komunikasih lintas budaya mahasiswa asing dengan mahasiwa local di
universitas hasanuddin skripsi, Makasar: jurusan ilmu komunikasih universitas hasanuddin, 2015

Erlangga, Fanggi Mulawarman, KOMUNIKASIH MAHASISWA ASING DENGAN MAHASISWA LOKAL


DIKOTA MALANG studi pada mahasiswa asing program BIPA di Universitas Muhamaddiyah Malang
2016

Neni, Efrita “ptoses dan iklim komunikasi antarbudaya”. 2013

Deddy Mulyana, ilmu komunikasih suatu pengantar” Bandung,Remaja Rosdakarya, 2002

Jalaluddin Rahmat, komunikasih antar budaya: Paduan berkomunikasih dengan orang orang berbeda
budaya, Bandung : Remaja Rosdakarya 2014

M. Quraish Shihab “Wawasan Al quran”

Anda mungkin juga menyukai