Anda di halaman 1dari 3

Nisha Tiara Muslin

A21116309
Manajemen

KOMUNIKASI ANTARBUDAYA
Komunikasi, yaitu pesan yang ingin disampaikan oleh sumber kepada penerima
harus dapat diterima dengan baik dan dapat memberi pengaruh seperti yang diharapkan agar
tidak muncul kesalahpahaman dalam pemahaman makna.
Budaya adalah sebuah cara hidup yang dikembangkan dan diberikan oleh
sekelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya yang diwariskan itulah
yang mempengaruhi cara hidup manusia dari bagaiamana cara bertahan hidup, cara
berinteraksi, cara berkomunikasi, hingga kebiasaan yang dilakukan yang akan bercampur saat
ia berinteraksi dengan orang lain yang memiliki budaya yang berbeda.
Menurut Stewart(1974), Komunikasi Antarbudaya adalah komunikasi yang terjadi
dalam suatu kondisi yang menunjukkan adanya perbedaan budaya seperti bahasa, nilai-nilai,
adat, dan kebiasaan (dalam Daryanto, 2016: 207). Jadi, definisi dari Komunikasi
Antarbudaya adalah komunikasi yang melibatkan komunikator (partisipan) yang memiliki
perbedaan budaya baik dari segi bahasa, nilai-nilai, adat maupun kebiasaan, tetapi masih
memiliki kesamaan latar belakang negara atau bangsa yang sama.
Adapun konteks komunikasi antarbudaya dapat meliputi :
1. Komunikasi Antarpribadi
Komunikasi antarpribadi adalah komunikasi dengan seseorang
secara informal dan tidak berstruktur, yang terjadi diantara dua atau tidak
orang.

2. Komunikasi Kelompok
Komunikasi kelompok merupakan komunikasi di antara sejumlah
orang, komunikasi antarbudaya sring terjadi di dalam konteks kelompok
yang anggotanya berbeda latar belakang kebudayaan..

3. Komunikasi Publik
Komunikasi publik adalah komunikasi yang dilakukan oleh
seorang kepada sejumlah orang dalam situasi pertemuan seperti rapat,
seminar lokakarya, dan simposium.

4. Komunikasi Organisasi
Komunikasi organisasi adalah komunikasi antarpribadi atau
komunikasi kelompok yang bersifat impersonal atau komunikasi yang
berstruktur yang dilakukan oleh pribadi atau kelompok dalam satu
organisasi.
5. Komunikasi Massa
Komunikasi massa adalah proses komunikasi dengan massa yang
umumnya dilakukan oleh media massa, seperti surat kabar, majalah, buku,
radio dan televisi. Khlayak dalam komunikasi massa merupakan orang
atau kelompok yang berbeda latar belakang budaya dan tersebar di
berbagai ruang geografis yang luas.

6. Konteks Pendidikan
Arnold William dan Lynne McClure dalam buku Communication
Training and Development (2000) menjelaskan relasi yang erat antara
komunikasi dengan pengembangan pendidikan dan pelatihan
keterampilan. Menurut mereka dalam bukunya bagaimana
mengembangkan sebuah pendidikan dan pelatihan bagi orang dewasa yang
berasal dari berbagai kebudayaan dan komunikasi pendidikan yang
berwawasan antarbudaya perlu memperhatikan aspek-aspek belajar orang
dewasa. Menurut sebagian para ahli memandang dalam proses belajar para
peserta didik dibutuhkan proses pelatihan komunikasi antarbudaya secara
terus-menerus. Karena efektivitas komunikasi antarbudaya dikelas sangat
ditentukan oleh aspek bahasa dan psikologi sosial budaya.

7. Komunikasi Gender
Laurie P. Arliss dan Deborah J. Borisoff dalam Women and Men
Communicating: Challanges And Changes (1999) menulis betapa
pentingnya tingkat pemahaman dan usaha meningkatkan efektivitas
komunikasi sebagai syarat penting bagi penciptaan keadilan dan
keseimbangan antarmanusia, terutama yang berwawasan gender.
Keduanya menggarisbawahi pendapat bahwa perbedaan jenis kelamin itu
berkaitan erat dengan relasi antarpribadi dan lingkungan profesional.
Barbara Bate dan Judy Bowker dalam Communication And The Sexes
(2000) bahwa pengalaman efektif kalau kita memahami perbedaan bahasa
antara laki-laki dan perempuan, juga perbedaan menggunakan pesan
verbal dan nonverbal, derajat kedekatan laki-laki dan perempuan yang
diizinkan oleh budaya, peran keluarga, tingkat pendidikan perempuan dan
laki-laki, organisasi tempat kerja, maupun jenis pekerjaan, tampilan media,
dan isu yang berkaitan tentang gender.

8. Konteks Bisnis
Bisnis merupakan kegiatan yang diharapkan mendatangkan
keuntungan bagi individu, kelompok, bahkan keuntungan bagi bangsa dan
negara. Dalam konteks komunikasi bisnis antarbudaya dapat diketahui
bagaimana kita terlibat dalam komunikasi yang didominasi oleh budaya
bisnis tersebut, budaya mana ditentukan oleh pelaku bisnis maupun barang
dan jasa yang diperjual belikan.
PENDEKATAN DALAM KOMUNIKASI ANTARBUDAYA
Martin dan Nakayama (1997:26) menegaskan bahwa ada tiga pendekatan dalam
mempelajari komunikasi antarbudaya, yakni pendekatan fungsionalis, pendekatan
interpretatif, dan pendekatan kritis.

1) Pendekatan Fungsionalis
Pendekatan fungsionalis ini atau yang dikenal dengan pendekatan ilmu sosial (sosial
science) beranjak dari disiplin ilmu psikologi dan sosial. Pendekatan ini menyatakan bahwa
pada dasarmnya kebiasaan manusia itu dapat diketahui melalui penampilan luar dan dapat
digambarkan. Oleh karena itu, kebiasaan manusia dapat diprediksi dan dapat dikenali melalui
perbedaan-perbedaan budaya.

2) Pendekatan Interpretatif
Pendekatan interpretatif (interpretive approach) ini menegaskan bahwa pada dasarnya
manusia itu mengkonstruk dirinya dan reaalitas yang berada di luar dirinya. Pendekatan ini
meyakini bahwa baik budaya dan komunikasi itu bersifat subjektif. Oleh karena itu,
pendekatan ini memberikan arahan bagaimana menggambarkan dan memahami kebiasaan
manusia serta bukan bermaksud untuk memprediksi kebiasaan.

3) Pendekatan Kritis
Pendekaatan kritis (critical approach) pada dasarnya memiliki kesamaan dalam
pendekatan interpretatif yaitu memandang manusia dalam kacamata subjek. Namun,
pendekatan ini memberikan metode untuk mengetahui bagaimana konteks makro misalnya
kekuatan sosial dan politik memberikan pengaruh terhadap komunikasi. Oleh karena itu,
pendekatan kritis tidak sekadar mempelajari kebiasaan manusia, tetapi dengan mempelajari
bagaimana kekuasaan sosial atau politik itu berfungsi dalam situasi budaya tertentu akan
memberikan manusia itu solusi dalam menyikapi kekuasaan tersebut.

Pendekatan-pendekatan diatas pada dasarnya beranjak dari asumsi dasar tentang sifat
alamiah manusia, kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan, bahasa bahkan terhadap konsepsi
tentang budaya dan komunikasi itu sendiri. Martin dan Nakayama (1997:37) juga
memandang bahwa mendekati budaya dan komunikasi bisa dari berbagai sisi. Budaya tidak
hanya mempengaruhi komunikasi, tetapi budaya juga bisa dipengaruhi oleh komunikasi itu
sendiri.

Anda mungkin juga menyukai