Anda di halaman 1dari 10

KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA

MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Komunikasi Antar Budaya

DOSEN PENGAMPU:
SEKAR PUTRI, M.A

DISUSUN OLEH:
1. AHMAD PARHAN
2. HANDIKA MAHESWARA
3. HERNAWATI
4. RIZKI
5. SIDIK
6. YOGIE PRATAMA

Program Studi: Komunikasi dan Penyiaran Islam


Fakultas: Dakwah dan Komunikasi Islam

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI


SYAIKH ABDURRAHMAN SIDDIK
BANGKA BELITUNG
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur yang tak terhingga penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT, karena atas berkat dan karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul
“Komunikasi Antar Budaya dan Agama” ini dapat diselesaikan sesuai harapan.

Salawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad


SAW, yang telah membawa kita dari zaman Jahiliyah menuju zaman yang penuh
dengan ilmu dan peradaban seperti sekarang.

Makalah ini disusun dengan mengerahkan segala daya dan upaya yang
ada, termasuk bantuan dan bimbingan serta sumbang saran dari berbagai pihak
baik langsung maupun tidak langsung. Untuk itu, penulis berterima kasih kepada
semua pihak yang terlibat dalam penyelesaian makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan yang


disebabkan oleh keterbatasan penulis dalam pengetahuan, kemampuan, dan
pengalaman, sehingga makalah ini banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga makalah ini dapat
menambah pengetahuan dan bermanfaat bagi kita semua. Akhir kata penulis
mengucapkan terima kasih.

Petaling, 29 Janurai 2021


Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Agama dan budaya adalah dua bidang yang dapat dibedakan tetapi
tidak dapat dipisahkan. Menurut Nurcholis Majid, agama bernilai mutlak,
tidak berubah menurut perubahan waktu dan tempat. Sedangkan budaya,
sekalipun berdasarkan agama, dapat berubah dari waktu ke waktu dan dari
tempat ke tempat. Kebanyakan budaya berdasarkan agama, namun tidak
pernah sebaliknya, agama berdasarkan budaya. Oleh karena itu, agama adalah
primer, dan budaya adalah sekunder. Budaya dapat berupa ekspresi hidup
keagamaan, karena ia merupakan sub-ordinat dari agama.

Komunikasi agama dan budaya merupakan suatu keniscayaan. Pada


kondisi tertentu agama dengan kekuatan magis dan berbagai ritualnya akan
mempengaruhi kebudayaan dari sebuah masyarakat. Sehingga agama pada
tataran tertentu bisa dikatakan memiliki superioritas atas budaya. Namun
demikian, adakalanya juga budaya memberi pengaruh pada proses
keberagamaan manusia. Hal ini terkait dengan sifat kodrati manusia yang
tidak bisa terlepas dari dimensi sosial. Sehingga penganut agama yang sama di
lingkungan masyarakat yang berbeda, akan melahirkan tipologi keberagamaan
yang berbeda.1

Berdasarkan penjelasan di atas, maka kita mengetahui kedudukan


agama dan budaya adalah sama-sama penting walaupun agama bersifar
primer, sedangkan budaya bersifat sekunder. Dalam makalah ini, penulis akan
menjelaskan bagaimana kedudukan dalam hal ini tentang komunikasi antar
budaya dan agama. Serta seperti apa kedua aspek ini bisa terjadi komunikasi
yang efektif.

1
Ach. Shodiqil Hafil, Komunikasi Agama dan Budaya: Studi Atas Budaya Kompolan
Sabellesen Berdhkir Tarekat Qadiriyah Naqshabandiyah di Bluto Sumenep Madura), (Surakarta:
al-Balagh, 2016), hlm. 162-163.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Komunikasi

Ada dua pengertian komunikasi menurut penulis yang diambil dari


berbagai referensi, yaitu pengertian komunikasi secara terminologi dan
pengertian komunikasi secara paradigmatis.

1. Pengertian Komunikasi Secara Terminologi

Secara terminologis komunikasi berarti proses penyampaian


suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Dari pengertian itu
jelas bahwa komunikasi melibatkan sejumlah orang, di mana
seseorang menyatakan sesuatu kepada orang lain. Jadi, yang terilhat
dalam komunikasi itu adalah manusia. Karena itu, komunikasi yang
dimaksudkan di sini adalah komunikasi manusia atau dalam bahasa
asing human communication, yang sering kali pula disebut komunikasi
sosial atau social communication. Komunikasi manusia sebagai
singkatan dari komunikasi antar manusia dinamakan komunikasi sosial
atau komunikasi kemasyarakatan karena hanya pada manusia-manusia
yang bermasyarakat terjadinya komunikasi. Masyarakat terbentuk dari
paling sedikit dua orang yang saling berhubungan dengan komunikasi
sebagai penjalinnya, Robinson Crusoe misalnya, yang hidup
menyendiri disebuah pulau terpencil, tidak hidup bermasyarakat
karena dia hidup sendirian. Oleh karena itu dia tidak berkomunikasi
dengan siapa-siapa.

Jadi teknik berkomunikasi yang menjadi pokok permasalahan


dalam pembahasan ini adalah komunikasi antara seseorang dengan
orang lain, komunikasi sosial yang sebagaimana ditegaskan di atas,
mengandung makna "proses penyampaian suatu pernyataan oleh
seseorang kepada orang lain".
2. Pengertian Komunikasi Secara Paradigmatis

Telah dijelaskan sebelumnya dalam pengertian secara umum


komunikasi adalah proses penyampaian suatu pernyataan yang
dilakukan oleh seseorang kepada orang lain sebagai konsekuensi dari
hubungan sosial. Komunikasi dalam pengertian ini sering terlihat pada
perjumpaan dua orang. Mereka saling memberikan salam, bertanya
tentang kesehatan dan mengenai keluarga, dan sebagainya. Atau dapat
disaksikan pada dua orang yang meskipun tidak saling mengenal
sebelumnya, tetapi karena duduk berdekatan, lalu terlibat dalam
percakapan, misalnya dalam kerta api, bis atau pesawat terbang.

Dalam pengertian paradigmatis, komunikasi mengandung


tujuan tertentu, ada yang dilakukan secara lisan, secara tatap muka,
atau melalui media, baik media massa seperti surat kabar, radio,
televisi, atau film, maupun media nonmassa, misalnya surat, telepon,
papan pengumuman, poster, spanduk dan sebagainya.

Jadi komunikasi dalam pengertian paradigmatis bersifat


intensional (intentional), mengandung tujuan, karena itu harus
dilakukan dengan perencanaan. Sejauh mana perencanaan itu,
bergantung kepada pesan yang akan dikomunikasikan dan pada
komunikan yang dijadikan sasaran.2

B. Fungsi dan Tujuan Komunikasi


1. Fungsi Komunikasi

Ada empat fungsi komunikasi berdasarkan kerangka William I.,


yaitu:

a) Komunikasi Sosial

2
Nursinita Killian, Peran Teknologi Informasi Dalam Komunikasi Antar Budaya dan
Agama, (Ambon: Jurnal Dakwah Tabligh, 2014), hlm. 164-165.
Fungsi komunikasi sebagai komunikasi sosial setidaknya
mengisyaratkan bahwa komunikasi penting untuk membangun
konsep diri kita, aktualisasi diri, untuk kelansungan hidup, untuk
memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan
ketegangan, antara lain lewat komunikasi yang menghibur, dan
memupuk hubungan dengan orang lain.

b) Komunikasi Ekspresif

Erat kaitannya dengan komunikasi sosial adalah


komunikasi ekspresif yang dapat dilakukan baik sendirian
ataupun dalam kelompok. Komunikasi ekspresif tidak otomatis
bertujuan mempengaruhi orang lain, namun dapat dilakukan
sejauh komunikasi tersebut menajdi instrument untuk
menyampaikan perasaan-perasaan (emosi) kita. Perasaan-
perasaan tersebut dikomunikasikan melalui pesan-pesan
nonverbal.

c) Komunikasi Ritual

Erat kaitannya dengan komunikasi sosial adalah


komunikasi ritual, yang biasanya dilakukan secara kolektif.
Suatu komunitas sering melakukan upacara-upacara berlainan
sepanjang tahun dan sepanjag hidup yang disebut para
antropolog sebagai rites of passage mulai dari upacara
kelahiran, sunatan, ulang tahun, pertunangan (melamar, tukar
cincin), siraman, pernikahan (ijab-qabul, sungkem kepada orang
tua, sawer, dan sebagainya), ulang tahun perkawinan, hingga
upacara kematian.

d) Komunikasi Instrumental

Komunikasi yang berfungsi memberitahu atau


menerangkan (to inform) mengandung muatan persuasive dalam
arti bahwa pembicara menginginkan pendengarnya
mempercayai bahwa fakta atau informasi yang disampaikannya
akurat dan layak diketahui.3

C. Tujuan Komunikasi

Dalam berkomunikasi, komunikator pasti memiliki suatu tujuan


tertentu. Tujuan dari komunikasi dibagi menjadi empat, yaitu:

1. Mengubah sikap (to change the attitude)


2. Mengubah opini/pendapat (to change the opinion)
3. Mengubah perilaku (to change the behavior)
4. Mengubah masyarakat (to change the society).4

D. Pendekatan Agama dan Budaya Dalam Kehidupan Masyarajkat


1. Agama

Kehidupan beragama pada dasarnya merupakan kepercayaan


terhadap keyakinan adanya kekuatan gaib, luar biasa atau supranatural
yang berpengaruh terhadap kehidupan individu dan rnasyarakat,
bahkan terhadap segala gejala alam. Kepercayaan ini menimbulkan
sikap mental tertentu, seperti rasa takut, rasa optimis, pasrah dan
lainnya dari individu dan masyarakat yang mempercayainya.

Esensi agama sebagaimana digambarkan oleh Tylor sebagai


kepercayaan kepada wujud spiritual dapat juga dipakaikan kepada
agama besar dunia, seperti Islam, Kristen, Budha, dan Hindu, di
samping agama primitif, apabila wujud spiritual juga diartikan
mencakup kekuatan gaib. Kekuatan gaib dalam agama yang menjadi
sentral dalam agama tersebut adalah Tuhan. Berbagai macam
kepercayaan tentang Tuhan, dari yang Esa ke politeisme, dari yang
menyatu dengan alam dan manusia (panteisme) ke yang jauh di atas
langit. formal mempunyai kesan lebih rasional dan objektif. Mereka
3
https://eprints.umm.ac.id, diakses pada Kamis, 28 Januari 2021.
4
https://library.binus.ac.id, diakses pada Kamis, 28 Januari 2021.
memilih partai yang mereka piker benar. Jika partai tersebut tidak
sesuai dengan rasio pemikiran mereka, mereka pun meninggalkan
partai tersebut.

2. Model Komunikasi Antar Budaya

Komunikasi antar budaya terjadi bila produsen pesan adalah


anggota suatu budaya dan penerima pesannya adalah anggota suatu
budaya lainnya. Dalam keadaan demikian. Hal ini diperhadapkan
dengan masalah-masalah yang ada dalam suatu situasi di mana suatu
pesan disandi dalam suatu budaya dan harus disandi balik dalam
budaya lain. Budaya bertanggungjawab atas seluruh perbendaharaan
perilaku komunikatif dan makna yang dimiliki setiap orang.
Konsekuensinya, perbendaharaan-perbendaharaan yang dimiliki dua
orang yang berbeda budaya akan berbeda pula yang dapat
menimbulkan segala macam kesulitan. Namun, melalui studi dan
pemahaman atas komunikasi antarbudaya, kita dapat mengurangi atau
hampir menghilangkan kesulitankesulitan tersebut.

Suatu keinginan yang tulus untuk melakukan komunikasi yang


efektif adalah penting, sebab komunikasi yang berhasil mungkin tidak
hanya terhambat oleh perbedaan-perbedaan budaya, tetapi juga oleh
sikap-sikap yang tidak bersahabat atau bermusuhan. Prasangka-
prasangka rasial dan kesukuan dapat menghambat komunikasi antar
budaya.5

5
Ibid. hlm. 168
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari makalah ini, penulis membuat kesimpulan bahwa:

Terdapat dua pengertian komunikasi, yaitu pengertian komunikasi


secara terminologi dan pengertian komunikasi secara paradigmatis. Kemudian,
fungsi komunikasi di antaranya adalah komunikas sosial, komunikas
ekspresif, komunikas ritual dan komunikasi instrumental. Sedangkan, tujuan
komunikasi adalah mengubah sikap (to change the attitude), mengubah
opini/pendapat (to change the opinion), mengubah perilaku (to change the
behavior), dan mengubah masyarakat (to change the society).

Komunikasi agama dan budaya merupakan suatu keniscayaan. Pada


kondisi tertentu agama dengan kekuatan magis dan berbagai ritualnya akan
mempengaruhi kebudayaan dari sebuah masyarakat. Sehingga agama pada
tataran tertentu bisa dikatakan memiliki superioritas atas budaya. Namun
demikian, adakalanya juga budaya memberi pengaruh pada proses
keberagamaan manusia.
DAFTAR PUSTAKA

Hafil, Ach. Shodiqi. 2016. Komunikasi Agama dan Budaya: Studi Atas Budaya
Kompolan Sabellesen Berdhkir Tarekat Qadiriyah Naqshabandiyah di
Bluto Sumenep Madura). Surakarta: al-Balagh.

https://eprints.umm.ac.id, diakses pada Kamis, 28 Januari 2021.

https://library.binus.ac.id, diakses pada Kamis, 28 Januari 2021.

Killian, Nursinita. 2014. Peran Teknologi Informasi Dalam Komunikasi Antar


Budaya dan Agama. Ambon: Jurnal Dakwah Tabligh.

Anda mungkin juga menyukai