PENDAHULUAN
diklasifikasikan dalam dua hal yaitu normative (syar’i) dan materil (fungsional).
menekankan, bahwa agama Islam adalah agama dakwah dan umat Islam adalah
umat Da’i. Agama Islam menuntut didakwahkan secara intensif dan kontiniyu
individual maupun secara kolektif. Dengan kata lain, dakwah menjadi tanggung
jawab besar diseluruh umat Islam dari generasi ke genarasi. Tugas dan tanggung
jawab dakwah telah dilaksanakan Rasulullah saw, sahabat, para tabi’in dan para
tabi’ tabi’in dengan baik dan sempurna. 1 Meskipun melihat zaman sekarang tidak
semua orang menerima dirinya sebagai da’i yakni penyeruh kepada kebaikan.
Secara teknis, dengan menimbang karakteristik masyarakat, dakwah
sejatinya tetap menjadi wujud aktifitas sosial yang fleksibel, tidak bisa
idealnya selalu berpihak pada kebutuhan dasar manusia, sebagai individu sebagai
1
Nasri Hamang Najed, Dakwah Efektif, Cet. I, (Sulawesi Selatan: Lembah Harapan Press), h. 1
2
Asep Saeful Muhtadi, Komunikasi Dakwah, Cet. I (Bandung: Simbiosa Rekatama Media), h. 31
2
2
sosial?
BAB II
PEMBAHASAN
Pada dasarnya, manusia adalah makhluk yang bergantung. Oleh karena itu,
manusia tidak bisa hidup secara mandiri dan pasti membutuhkan orang lain untuk
mengatasi kendala yang ada dalam kehidupannya. Tidak berlebihan jika manusia
mempermudah dirinya untuk masuk pada ranah sosial tersebut. Interaksi dan
memungkinkan terjadinya sebuah hubungan antara seseorang dan orang lain, yang
terjadi, ketika komunikasi tidak berjalan sesuai dengan tujuan maka bisa
menyebabkan munculnya konflik.
Konflik yang disebabkan oleh persoalan yang abstrak, seperti nilai dan
norma, dan ideologi cenderung mengarah pada bentuk kekerasan dan sulit
yang riil akan melahirkan konsensus. Durasi konflik menjadi panjang atau pendek
3
Wahyu Illaihi, Komunikasi Dakwah, Cet. I, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), h . 131
4
4
antara lain: faktor imitasi, sugesti, identifikasi dan simpati. Faktor-faktor tersebut
berkomunikasi dengan orang lain dalam suatu interaksi. Selain itu salah satu
Istilah epistemologi berasal dari bahasa Yunani, yang terdiri dari dua kata,
yaitu episteme yang berarti pengetahuan, dan logos yang berarti pikiran, teori atau
ilmu. Jadi, epistemology berarti pikiran atau teori tentang pengetahuan atau ilmu
pengetahuan. Istilah lain juga biasa digunakan yaitu teori pengetahuan (theory of
mendapatkannya.
4
Ambo Upe, Tradisi Aliran dalam Sosiologi, ( Jakarta: Pt Raja Grafindo Persada, 2010), h. 162.
5
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, ( Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 1982), h. 57
6
Susanto, Filsafat Ilmu, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2014), h. 136
5
mencakup sumber, metode, esensi, dan validitas kebenaran pengetahuan. Ini sama
halnya dengan suatu tata cara, proses dan prosedur yang memungkinkan
pencapaian pengetahuan berupa ilmu, dan segala hal menjadi aspek perhatian atau
konsistensi dalam mendapatkan pengetahuan yang benar. Jika alur pikir dan
penjelasan ini dapat kita pahami, maka epistemology ilmu komunikasi Islam
berarti berupa kajian secara filosofis tentang sumber, metode, esensi, dan validitas
mengirimkan suatu pesan dari seorang pengirim kepada penerima, melalui satu
saluran yang diselingi oleh gangguan. Sementara itu, Gozali (2003) merumuskan
proses saling berbagi makna diantara pengirim dan penerima. 8 Dalam komunikasi
ini juga ada dikenal istilah encoding dan decoding artinya sebelum mengirim
pesan ada proses kognitif dan penerima melakukan penafsiran terhadap pesan
yang disampaikan kemudian memberikan efek atau pengaruh sehingga ada timbal
7
Darta Sitepu. 2012. Jurnal Komunikasi dalam Perspektif Islam. Diakses dari
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=252543&val=6804&title=KOMUNIKASI
%20DALAM%20PERSPEKTIF%20ISLAM, pada tanggal
8
Bambang Ma’arif, Komunikasi Dakwah, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), h. 33
6
atau bertukar perutusan dan maklumat dengan menggunakan prinsip dan kaedah
yang terdapat dalam Al- Qur’an dan hadis. Terekam dengan jelas bahwa tindakan
hidupnya saja, melainkan juga dengan Tuhannya. Dalam Al-Qur’an banyak sekali
adalah dialog yang terjadi pertama kali diantara Allah Swt., malaikat, dan
yang dianugerahkan Allah Swt. Potensi tersebut dapat dilihat dalam Qs. Al-
Islam adalah penjelasan yang disampaikan atas nama Islam, untuk mengajak
mereka kepada Islam, atau mengajarkan keislaman, dan mendidik mereka secara
akidah dan syariah, ibadah dan muamalah, serta pemikiran dan tingkah laku. 10
9
Wahyu Illahi, Komunikasi Dakwah, Cet. I, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), h. 1
10
Yusuf Al-Qaradhwi, Retorika Islam, (Jakarta Timur: Khalifah, 2004), h. 1
7
Rancangan epistemik ilmu komunikasi Islam, dari segi sumber, metode, dan
kevalidan kegunaan akan kebenaran sudah tidak diragukan lagi. Ilmu komunikasi
dan hadis. Prinsip komunikasi Islam bukan hanya sekedar penyampaian pesan dan
Qs. Al-Isra : 40
“Maka apakah patut Tuhan memilihkan bagimu anak-anak laki-laki sedang dia
kesalahan dan kebohongan atau tidak memiliki dasar sama sekali”. 12 Penafsiran
ayat tersebut bahwa kita tidak boleh berbohong dalam menyampaikan suatu pesan
kebohongan dan tuduhan sangatlah dibenci oleh Allah Swt. Perkataan yang keluar
Kata qawlam baligha tersebut dalam al- Qur’an hanya disebut satu kali, yaitu
“Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang di dalam hati
mereka. Karena itu berpalinglah dari mereka, dan berilah mereka pelajaran dan
sesuai, bukan saja dalam segi jumlahnya, tetapi juga dengan sifat wadah itu. Ada
jiwa yang harus diasah dengan ucapan-ucapan halus dan ada yang harus
Perlu diperhatikan cara dan waktu penyampaian pesan kepada orang lain.
12
Wahyu Illahi, Komunikasi Dakwah, Cet. I, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), h. 171
13
Nasri Hamang Najed, Dakwah Efektif, Cet. I, (Sulawesi Selatan: Lembah Harapan Press), h. 22
9
Ungkapan qawlan karima ini terindentifikasi dalam Qs. Al- Isra’ (17) : 23,
seperti berikut:
(diri-Nya) dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-
kepada keduanya perkataan ‘ah’ dan janganlah kamu membentak mereka dan
bukan saja yang benar dan tepat, bukan saja yang sesuai dengan adat dan
kebiasaan yang baik dalam masyarakat, tetapi juga yang diiringi dengan terbaik
dan yang termulia. Dan kalaupun seandainya orangtua melakukan “kesalahan”
terhadap anak maka kesalahan tersebut harus dianggap taka da atau dimaafkan
( dalam arti dianggap tidak pernah ada dan terhapus dengan sendirinya),
bagaimanapun juga, tidak ada orangtua yang bermaksud buruk pada anaknya.
orangtuanya.14 Seperti yang diketahui, konflik bisa saja muncul dengan orang
yang terdekat termasuk keluarga. Misalnya seorang anak yang berkonflik dengan
orang tuanya seperti yang pernah terjadi di dunia entertainment Arumi Bachin
14
Wahyu Illahi, Komunikasi Dakwah, Cet. I, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), h. 176
10
dengan perkataan yang tidak keras dan kasar. Qawlan Layyina sebenarnya
orang lain dengan lemah lembut akan memberikan rasa kenyamanan dan saling
memahami. Sehingga kita dapat terhindar dari konflik yang dapat berujung
dengan pertikaian.
Allah berfirman dalam Qs. Al- Isra : 28, seperti berikut ini:
“Dan jika kamu berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari Tuhanmu
yang kamu harapkan, maka katakanlah kepada mereka ucapan yang pantas”.
berbicara adalah kaum kerabat, orang-orang miskin dan ibnu sabil yang suatu
15
Nasri Hamang Najed, Dakwah Efektif, Cet. I, (Sulawesi Selatan: Lembah Harapan Press), h. 21
11
sebagai ucapan-ucapan yang secara psikis dan logika, mampu memberi spirit dan
hidup lebih makmur dan sejahtera. Ucapan-ucapan seprti itulah yang pantas
memberikan semangat agar giat bekerja keras dalam mencari rezeki tanpa
menghina si miskin.
ayat seperti Qs. Al-Baqarah:235, Qs. Al- Nisa’:5 dan Qs. Al-Nisa’: 8. Tetapi yang
berkaitan dengan antisipasi konflik dapat dilihat dalam Qs. Al-Nisa’ : 5, seperti
berikut ini:
akalnya, harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu) yang dijadikan Allah
sebagai pokok kehidupan. Berilah mereka belanja dan pakaian (dari hasil harta
yang pantas bagi seseorang yang belum dewasa atau cukup akalnya atau orang-
orang dewasa, tetapi tergolong bodoh. Karena jika dilihat secara psikologis tipe
pikirannya. Juga sekaligus menempatkan manusia pada posisi yang tertinggi dan
yang baik untuk memelihara hubungan yang harmonis antar sesama. 17 Maka dari
itu, akan lebih baik jika dalam berkomunikasi dengan orang lain senantiasa
mencupkan kata-kata yang baik yang tidak menyinggung perasaan orang lain.
Kata qawlan saddidan tersebut dalam al-Qur’an sebanyak dua kali, yaitu
kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar. (Qs. Al-
Nisa: 9).
Menurut M. Quraisy Syihab, kata Sadidan dalam ayat tersebut tidak sekedar
berarti benar, tetapi juga berarti tepat sasaran. Dalam konteks ini, keadaan sebagai
kanak-kanak yang lemah (anak yatim) pada hakikatnya berbeda dengan anak-anak
kandung sendiri, yang hal itu menjadikan mereka selalu dalam keadaan kondisi
psikis peka dan sensitive, sehingga membutuhkan perlakuan yang lebih berhati-
hati dan kalimat-kalimat yang lebih terpilih, bukan saja kandungannya yang
benar, tetapi juga yang tepat. Karena itu kalau menegur atau memberi informasi
kepada mereka, jangan sampai teguran atau informasi itu menimbulkan kekeruhan
dalam hati mereka. Dengan kata lain, bahwa hendaknya informasi atau teguran
mereka.18 Misalnya dalam kehidupan sosial, ketika ada masalah yang muncul,
17
Wahyu Illahi, Komunikasi Dakwah, Cet. I, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), h. 184
18
Nasri Hamang Najed, Dakwah Efektif, Cet. I, (Sulawesi Selatan: Lembah Harapan Press), h. 18
13
mereka agar masalah dapat dihadapi dengan cara yang baik dan benar tanpa
menimbulkan konflik.
Manifestasi kata salam digambarkan dalam Qs. Al- Furqan: 63, sebagai
berikut:
yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil
Menurut Mujahid, yang dituju kata salam ialah sadidum minal qawl
(perkataan yang benar, tepat, pantas dan sedap). Karena itu menurutnya, hamba-
hamba Tuhan Yang Maha Pengasih yang dimaksudkan dalam ayat tersebut ialah
yang selalu tampil dengan perlakuan hulama (pribadi-pribadi yang murah hati),
yang menurut al- Hasan, yaitu mereka yang walaupun orang-orang jahiliah
menyapanya, tetap menyambutnya dengan ucapan yang baik, benar dan sedap. 19
Misalnya dalam sebuah desa, tidak semua warga desanya beragama Islam.
Namun, meski berbeda agama, kita harus tetap berkomunikasi dengan mereka
19
Nasri Hamang Najed, Dakwah Efektif, Cet. I, (Sulawesi Selatan: Lembah Harapan Press), h. 8
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
berikut:
3.1.1 Konflik yang disebabkan oleh persoalan yang abstrak, seperti nilai
dan norma, dan ideologi cenderung mengarah pada bentuk kekerasan dan
15
menjadi panjang atau pendek sangat tergantung pada sejauh mana tujuan-
(ucapan yang fasih), qawlan karima (ucapan mulia), qawlan layyina (ucapan
ma’rufan (ucapan yang baik), qawlan saddidan (ucapan yang benar), qawlan
3.2 Saran
16
dan pengaplikasian secara nyata dalam kehidupan sehar-hari. Melihat dari dampak
negative yang ditimbulkan oleh suatu konflik, maka dengan melakukan penerapan
terjadi. Sehingga hidup penuh dengan kedamaian antara sesame umat manusia.
Daftar Pustaka
Ambo Upe, Tradisi Aliran dalam Sosiologi, ( Jakarta: Pt Raja Grafindo Persada,
2010), h. 162.
Darta Sitepu. 2012. Jurnal Komunikasi dalam Perspektif Islam. Diakses dari
http://download.portalgaruda.org/article.php?
article=252543&val=6804&title=KOMUNIKASI%20DALAM
%20PERSPEKTIF%20ISLAM, pada tanggal
http://www.kompasiana.com/jayuputrapratama/indonesia-darurat-
konflik_552965436ea834ac128b458f
https://www.facebook.com/permalink.php?
story_fbid=242294729266618&id=232586356904122
18