Anda di halaman 1dari 13

PRINSIP DAN AJARAN ISLAM DALAM ILMU KOMUNIKASI

LATAR BELAKANG

Dalam ajaran islam menjelaskan bahwa manusia adalah makhluk yang


sempurna dibandingkan dengan makhluk lain yang Allah ciptakan di muka bumi ini.
Hal ini karena manusia dikarunia kemampuan untuk bisa bicara dan berfikir. Dengan
kemampuan berbicara itulah, memungkinkan manusia membangun interaksi
sosialnya sebagaimana yang dipahami dari surat ar-Rahman (55: 4) yang memiliki
arti “mengajarinya pandai bicara”.
Kemampuan berbicara berarti kemampuan berkomunikasi. Berkomunikasi adalah
sesuatu yang dibutuhkan di hampir setiap kegiatan manusia. Dengan komunikasi
dapat membentuk saling pengertian dan menumbuhkan persahabatan, memelihara
kasih-sayang, menyebarkan pengetahuan, dan melestarikan peradaban. Akan tetapi,
dengan komunikasi, menurut Jalaluddin Rahmat dapat pula menyebabkan
perselisihan, menghidupkan permusuhan, menanamkan kebencian, merintangi
kemajuan, dan menghambat pemikiran.
Kenyataan ini sekaligus memberi gambaran betapa kegiatan komunikasi bukanlah
sesuatu yang mudah dilakukan oleh setiap manusia. Anggapan ini boleh jadi
didasarkan atas dasar asumsi bahwa komunikasi merupakan suatu yang alamiah dan
yang tidak perlu dipersoalkan sehingga seseorang cenderung tidak melihat
kompleksitasnya atau tidak menyadari bahwa dirinya sebenarnya berkekurangan atau
tidak berkompeten dalam kegiatan pribadi yang paling pokok ini.
Ada beberapa jenis komunikasi yang dikenal dalam ilmu komunikasi, yakni
komunikasi intrapersonal, dan interpersonal. Meskipun bentuk komunikasi
trasedental dalam banyak ayat al-Quran juga lebih penting.
Kemampuan berkomunikasi akan mencerminkan apakah seseorang adalah
Kusnadi Intizar, Vol. 20, No. 2, 2014 269 terpelajar atau tidak. Dengan demikian,
berkomunikasi tidaklah identik dengan menyampaikan sebuah informasi. Para pakar
komunikasi, sebagaimana yang dikutip oleh Jalaluddin Rakhmat, setiap komunikasi
mengandung dua aspek, yaitu aspek isi dan aspek kandungan, di mana aspek yang
kedua mengklasifikasikan aspek yang pertama dan karena itu merupakan
metakomunikasi (di luar komunikasi). Komunikasi tidak hanya menyampaikan
informasi tetapi yang terpenting adalah mengatur interaksi sosial di antara
komunikan. Untuk itu, demi terciptanya suasana kehidupan yang harmonis antar
anggota masyarakat, maka harus dikembangkan bentuk-bentuk komunikasi yang
beradab. Bentuk komunikasi ini digambarkan oleh Jalaludin Rakhmat6 sebagai
sebuah bentuk komunikasi di mana sang komunikator akan menghargai apa yang
mereka hargai; ia berempati dan berusaha memahami realitas dari perspektif mereka.
Pengetahuannya tentang khalayak bukanlah untuk menipu, tetapi untuk memahami
mereka, dan bernegosiasi dengan mereka, serta bersama-sama saling memuliakan
kemanusiaannya. Adapun gambaran kebalikannya, yaitu apabila sang komunikator
menjadikan pihak lain sebagai obyek; ia hanya menuntut agar orang lain bisa
memahami pendapatnya; sementara itu, ia sendiri tidak bisa menghormati pendapat
orang lain.
A. Ilmu Komunikasi dalam Perspektif Islam

1. Pengertian Komunikasi dalam Islam

Kata komunikasi sendiri berasal dari kata communicare yang berarti “untuk
membuat kesamaan” atau “untuk berbagi”. Dalam bahasa Latin disebut
dengan communication atau communis yang artinya “sama” (Pearson dkk, 2000 : 10).
Sedangkan dalam bahasa arab komunikasi berasal dari kata tawashul.
Tawashul berasal dari kata “washala” yang berarti “sampai”. Dengan
demikian, tawashul adalah proses pertukaran informasi yang dilakukan oleh dua
pihak sehingga pesan yang disampaikan dapat dipahami oleh kedua belah pihak yang
melakukan komunikasi. Namun ada pula istilah lain dalam bahasa arab yang merujuk
ke komunikasi, yaitu ttishal yang lebih menekankan pada makna ketersambungan
pesan. Dalam ittishal, jika pesan yang dikirimkan oleh komunikator sampai dan
bersambung pada komunikan/komunikate, maka itulah komunikasi dan tidak harus
terjadi feedback atau umpan balik.
Dari sekian banyak pengertian komunikasi dalam islam, definisi komunikasi
dalam islam yang paling menyeluruh adalah yang dikemukakan oleh Harjani Hefni
yang menyatakan bahwa Islam berarti tunduk atau menyerahkan diri kepada Allah
SWT, damai, serta selamat. Dari pengertian tersebut, yang menjadi tujuan Islam
adalah damai dan selamat. Sedangkan, yang menjadi sarana adalah sikap
menyerahkan diri kepada Allah SWT dan tunduk terhadap segala perintah Allah SWT
yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW yang tercakup dalam Rukun Islam.
Peneliti psikologi yang bernama Raymond S.Ross mendefinisikan komunikasi
sebagai berikut : “Komunikasi adalah proses transaksional yang meliputi pemisahan,
dan pemilihan bersama lambang secara kognitif, begitu rupa sehingga membantu
orang lain untuk mengeluarkan dari pengalamannya sendiri arti atau respons yang
sama dengan yang dimaksud oleh sumber” (Rakhmat, 2001 : 3).
Dari banyaknya definisi atau pengertian komunikasi dalam islam, dapat
disimpulkan bahwa komunikasi Islam adalah komunikasi yang dibangun diatas
prinsip-prinsip Islam yang memiliki roh kedamaian, keramahan, dan keselamatan
(Hefni, 2015).
Komunikasi islam memiliki rujukan tama yang merupakan pedoman hidup
bagi kaum muslimin, yaitu Al Qur’an dan Hadits Nabi Muhammad SAW. Kedua
sumber utama inilah yang memberikan karakterisik komunikasi Islam. Selain Al
Qur’an dan Hadits, kitab-kitab yang disampaikan oleh para ulama serta disiplin ilmu
lainnya yang turut memberikan kontribusi pada perkembangan ilmu komunikasi
secara umum dan komunikasi Islam pada khususnya.
2. Prinsip-Prinsip Komunikasi Islam
Prinsip sendiri memiliki arti sebagai ebuah pedoman yang dapat membuat manusia
mengintepretasikan suatu kejadian, membuat penilaian tentang sesuatu dan kemudian
memutuskan bagaimana berekasi dalam situasi tertentu.
Prinsip mempunyai tiga bagian, yaitu mengidentifikasi suatu situasi atau
kejadian, melibatkan sekumpulan norma-norma dan nilai-nilai, dan hubungan antara
aksi dan konsekuensi yang mungkin. Bedasarkan hal tersebut, Islam secara spesifik
menyajikan prinsip-prinsip dalam bentuk ideal komunikasi sebagai dua sumber dasar
yang disebut dengan Islam Syariah.
Berbeda dengan prinsip-prinsip komunikasi yang telah kita kenal sebelumnya,
komunikasi Islam memiliki prinsip-prinsip tersendiri. Menurut Hefni (2015) prinsip-
prinsip komunikasi Islam adalah :

 Ikhlas dalam memberikan dan menerima pesan.


 Pahala dan dosa, segala sesuatu yang disampaikan memiliki akibat pahala
atau dosa. Pahala jika pesan disampaikan dengan cara-cara yang baik dan dosa jika
pesan yang disampaikan dengan cara-cara yang kasar atau tidak baik.
 Kejujuran, pesan disampaikan dengan jujur dan apa adanya sesuai dengan
fakta.
 Kebersihan, berarti bersih dalam penyampaian pesan yang membuat
penerima pesan merasa nyaman dalam sisi psikologis.
 Berkata positif, hal-hal positif yang disampaikan kepada penerima pesan
dapat mendatangkan kebahagiaan dan dapat memberikan motivasi yang positif.
 Hati, lisan dan perbuatan adalah satu kesatuan. Perkataan serta perbuatan
baik yang dilakukan mencerminkan hati. Ketiganya harus sesuai.
 Dua telinga satu mulut, kita dituntut untuk dapat mendengar lebih banyak
daripada berbicara.
 Pengawasan, Allah SWT adalah Maha Mendengar, Maha Melihat dan Maha
Mengetahui segala sesuatu yang kita kerjakan. Dengan menyadari kekekuasaan Allah
SWT maka kita cenderung untuk berbicara dan bertindak dengan hati-hati karena
semua makhluk tidak lepas dari pengawasan Sang Pencipta.
 Selektifitas dan validitas.
 Saling mempengaruhi, komunikasi merupakan proses pertukaran informasi
yang bertujuan untuk mempengaruhi pendapat, sikap dan perilaku.
 Keseimbangan, setiap informasi diterima dari berbagai pihak agar seimbang
sehingga dapat menghasilkan keputusan yang adil.
 Privasi, menghormati dan menghargai wilayah pribadi dari masing-masing
orang agar terhindar dari pelanggaran hak pribadi.
3. Komunikasi Efektif dalam Perspektif Islam
Komunikasi yang efektif secara global memang sangat diperlukan dalam
konteks apapun guna menghindari kesalah pahaman ketika nemerima informasi yang
disampaikan. Begitupula dalam perspektif islam, komunikasi efektif sangat
diperlukan guna menjaga lingkungan dan masyarakat berada dalam kedamaian, tanpa
kekerasan, dan harmonis. Naz Muhammad dan Fazle Omer dalam Communication
Skills in Islamic Perspective (2016) mengungkapkan prinsip-prinsip komunikasi yang
efektif dalam perspektif Islam yang dibagi dalam komunikasi verbal dan komunikasi
non verbal.
Dalam perspektif islam, prinsip komunikasi verbal yang efektif adalah sebagai
berikut:

 Intonasi yang lembut. Islam sangat menggarisbawahi pentingnya sopan


santun dan etika dalam berkomunikasi, salah satunya adalah dengan menggunakan
intonasi yang lembut. Sebaliknya, menggunakan intonasi yang keras dapat membuat
penerima pesan menjadi tidak nyaman.
 Menggunakan kata-kata yang tepat. Untuk mencapai komunikasi yang
efektif, pemilihan serta penggunaan kata-kata, frasa dan kalimat yang tepat sangatlah
penting agar pesan dapat tersampaikan dengan baik.
 Menggunakan suara yang lemah lembut. Suara yang keras dapat
menyebabkan gangguan dan kerusakan pada alat pendengaran. Suara yang keras
termasuk dalam polusi yang dapat merusak kesehatan. Secara alamiah, Allah SWT
telah menganugerahkan manusia dengan suara yang sangat dinamis yang dapat
digunakan dalam situasi yang tepat. Karenanya, penggunaan volume suara yang tepat
perlu disesuaikan dengan penerima pesan.
 Memahami mental penerima pesan. Seorang komunikator dalam proses
komunikasi Islam hendaknya memahami bahwa setiap orang memiliki sifat dan
tingkatan mental yang berbeda. Sehingga masing-masing orang pun memiliki
kemampuan yang berbeda dalam menerima dan menyerap pesan yang dikirimkan
oleh komunikator. (Baca juga: Komunikasi Pemerintahan)
 Memahami situasi dan kondisi. Salah satu prinsip kunci dari komunikasi
yang efektif adalah memahami situasi dan kondisi dimana komunikasi tersebut
berlangsung. Dalam artian, pesan yang disampaikan oleh komunikator disesuaikan
dengan situsi dan kondisi dimana komunikasi tersebut berlangsung.
 Menghindari dominasi pembicaraan. Dalam suatu diskusi, tidak jarang
terdapat anggota diskusi yang terlalu mendominasi pembicaraan dibandingkan
dengan yang lain. Hal ini mengakibatkan anggota diskusi yang lain menjadi bosan.
Adanya dua telinga dan satu mulut dimaksudkan agar sebagai pengirim pesan
hendaknya lebih banyak mendengar dibandingkan berbicara. Orang bijak selalu
mendengarkan apa yang dikatakan oleh lain dan berbicara dengan sedikit.
 Hindari mencela dalam diskusi. Tidak sedikit orang yang berbicara secara
langsung atau “blak-blakan” tanpa mengindahkan perasaan orang lain.

Adapun prinsip komunikasi non-verbal dalam islam adalah sebagai berikut:


1. Riang dan ceria
Hal ini berkaitan dengan eskpresi wajah saat bertemu dengan orang lain. Dalam
Islam, memberikan senyuman dan menampilkan wajah yang ceria saat bertemu
dengan orang lain adalah sedekah. Pesan dapat disampaikan dengan lebih baik
melalui ekspresi wajah yang ceria dan ramah dan penerima pesan akan merasakan
nyaman sehingga tujuan komunikasi dapat tercapai.
2. Penggunaan mata
Mata adalah jendela hati. Mata dapat mengungkapkan hal-hal yang tidak dapat
disampaikan dengan kata-kata. Mata dapat mengungkapkan perasaan kasih sayang,
marah, cemburu dan lain-lain. Untuk itu, saat berkomunikasi atau melakukan
percakapan dengan orang lain perlu hati-hati dalam menggunakan mata atau kontak
mata. (Baca juga: Bahasa sebagai Alat Komunikasi)
3. Menggunakan tangan
Gerakan tangan saat berkomunikasi dengan orang lain dapat menambah efektivitas
komunikasi. Namun demikian, komunikator perlu berhati-hati dalam menggunakan
tangan ketika menyampaikan pesan karena bisa jadi orang akan memberikan arti yang
berbeda sesuai dengan latar belakangnya. (Internet sebagai Media Komunikasi)
Itulah prinsip komunikasi yang efektif dalam Islam berdasarkan Kitab Suci Al
Qur’an dan Hadits Nabi Muhammad SAW. Namun perlu diingat pula bahwa
kelancaran berkomunikasi baik secara verbal maupun nonverbal tak jarang
menemui hambatan-hambatan komunikasi seperti misalnya hambatan bahasa serta
hambatan budaya. Dari berbagai studi menunjukkan bahwa penggunaan bahasa yang
tidak sesuai dapat menghambat kelancaran komunikasi. Di samping itu, perbedaan
latar belakang budaya pun turut memberikan kontribusi dalam menghambat
kelancaran komunikasi.

4. Fungsi komunikasi Islam


Komunikasi pada umumnya secara global tentu saja memiliki fungsi, begitu
pula dengan komunikasi dalam Islam. Fungsi komunikasi dalam islam adalah sebagai
berikut:

 Informasi, segala sesuatu yang menerpa dan mengirimkannya kembali


kepada orang lain melalui panca indera adalah informasi.
 Memberikan keyakinan, pesan yang dikirimkan oleh komunikator dapat
memberikan keyakinkan kepada penerima pesan.
 Mengingatkan, dalam artian mengingatkan penerima pesan terutama
mengenai masalah-masalah keagamaan melalui dakwah.
 Memberikan motivasi, kehidupan manusia yang sangat dinamis
mengakibatkan manusia menjadi tidak stabil. Motivasi yang disampaikan melalui
komunikasi yang tepat oleh komunikator dapat memberikan semangat baru kepada
penerima pesan.
 Sosial, komunikasi berkontribusi penting dalam kehidupan sosial seseorang
karena melalui komunikasi inilah manusia dapat berinteraksi dengan manusia
lainnya. (Baca : Komunikasi Sosial)
 Memberikan bimbingan, dalam artian membimbing manusia dalam hal
kebaikan, memperbaiki kondisi manusia yang mengalami kerusakan, membantu
manusia menemukan dan mengembangkan potensi diri.
 Memberikan kepuasan spiritual, dilakukan melalui pemberian nasihat-
nasihat spiritual kepada penerima pesan.
 Menghibur, dalam artian selalu mengucapkan syukur atas nikmat yang
diperoleh.

5. Ruang Lingkup Komunikasi dalam Islam


Secara umum, komunikasi masih dibagi menjadi beberapa ruang lingkup lagi,
hal ini juga diterapkan di komunikasi dalam islam. Berikut adalah pembagian ruang
lingkup komunikasi dalam islam:

 Komunikasi manusia dengan Sang Pencipta (komunikasi transedental).


 Komunikasi manusia dengan dirinya sendiri (komunikasi intrapersonal).
 Komunikasi antar manusia (komunikasi interpersonal atau komunikasi
antarpribadi, komunikasi kelompok, komunikasi massa).

B. Penerapan Ilmu Komunikasi Berbasis Sunatullah dan Qadarullah

Kata sunnatullah dari segi bahasa terdiri dari kata sunnah dan Allah. Kata
sunnah antaralain berarti kebiasaan. Sunnatullah adalah kebiasaan-kebiasaan Allah
dalammemperlakukan masyarakat. Sunnatullah adalah hukum-hukum Allah
yang disampaikanuntuk umat manusia melalui para Rasul, undang-undang
keagamaan yang ditetapkan olehAllah yang termaksud di dalam al-Qur’an,
hukum (kejadian) alam yang berjalan tetap danotomatis.

Sunatullah adalah bagian yang bersifat 'dinamis' dari ilmu-pengetahuan-


Nya di alams e m e s t a i n i . K a r e n a s u n a t u l l a h m e m a n g h a n y a s e m a t a
t e r k a i t d e n g a n s e g a l a p r o s e s penciptaan dan segala proses kejadian lainnya
(segala proses dinamis). Sunatullah itu sendiritidak berubah-ubah, namun
masukan dan keluaran prosesnya yang bisa selalu berubah-ubahsecara 'dinamis'
(segala keadaan lahiriah dan batiniah 'tiap saatnya'), dan tentunya sunatullah juga
berjalan atau berlaku 'tiap saatnya'. Sunatullah berupa tak-terhitung jumlah aturan
ataurumus proses kejadian (lahiriah dan batiniah), yang bersifat 'mutlak' dan
'kekal', yang tiapsaatnya pasti selalu mengatur segala zat ciptaan-Nya di alam
semesta ini.

CONTOH PENERAPAN ILMU KOMUNIKASI BERBASIS SUNATULLAH

Contohnya pada kehidupan berpolitik, para pemimpin ummat harus bisa


beradaptasi dengan ummat nya baik dalam situasi pemerintahan yang mengharuskan
bersikap formal maupun dalam situasi diluar pemerintahan. Pemimpin harus bisa
berkomunikasi sesuai dengan situasi yang dihadapinya, tanpa mengedepankan jabatan
dan kekuasaan.

Qadarullah sendiri berasal dari kata qadar yang berarti takdir. Takdir adalah
perkara yang telah ditentukan oleh Allah SWT.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫ال يؤمن عبد حتى يؤمن بالقدر خبره وشره حتى بعلم أن ما أصابه لم يكن ليخطئه وأن ما أخطأه لم يكن ليصيبه‬
“Tidak beriman salah seorang dari kalian hingga dia beriman kepada qadar baik
dan buruknya dari Allah, dan hingga yakin bahwa apa yang menimpanya tidak akan
luput darinya, serta apa yang luput darinya tidak akan menimpanya.”
(Shahih, riwayat Tirmidzi dalam Sunan-nya (IV/451) dari Jabir bin
‘Abdillah radhiyallahu ‘anhu, dan diriwayatkan pula oleh Imam Ahmad dalam
Musnad-nya (no. 6985) dari ‘Abdullah bin ‘Amr. Syaikh Ahmad Syakir berkata:
‘Sanad hadits ini shahih.’
Jibril ‘alaihis salam pernah bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam mengenai iman, maka beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,
‫اإليمان أن تؤ من با هلل ومال ئكته وكتبه ورسله واليوم اال خر وتؤ من بالقدرخيره وشره‬
“Engkau beriman kepada Allah, Malaikat-Malaikat-Nya, Kitab-Kitab-Nya, Rasul-
Rasul-Nya, hari akhir serta qadha’ dan qadar, yang baik maupun yang buruk.”
(Shahih, riwayat Muslim dalam Shahih-nya di kitab al-Iman wal Islam wal Ihsan
(VIII/1, IX/5))
Dan Shahabat ‘Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma juga pernah mendengar
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
‫كل شيء بقدر حتى العجز والكيسز‬
“Segala sesuatu telah ditakdirkan, sampai-sampai kelemahan dan kepintaran.”
CONTOH PENERAPAN ILMU KOMUNIKASI BERBASIS QADARULLAH

Contoh penerapan ilmu komunikasi ini sudah diterapkan oleh pemimpin ummat pada
saat situasi pandemi Covid-19 yang berlangsung saat ini. Takdir yang mengharuskan
rakyat beradaptasi dengan protokol Kesehatan pemerintah, dan pemerintah yang
mengatur dan memonitor perkembangan arus secara fleksibel dan transparan. Agar
terjadi kepercayaan dan keberhasilan negara dalam menghadapi situasi pandemi
Covid-19 yang sedang berlangsung saat ini.

C. Ayat dan Hadist Tentang Komunikasi Islam

Dari banyaknya literature islam tentang komunikasi di dalam Al-Qur’an kita


dapat menemukan cara berkomunikasi yang baik, yang bisa dikategorikan sebagai
kaidah, prinsip atau etika komunikasi islam, diantaranya:

1.      Qaulan Sadida (perkataan yang benar, jujur)


QS. An Nisa ayat 9
‫ض َعافًا خَافُوا َعلَ ْي ِه ْم فَ ْليَتَّقُوا هَّللا َ َو ْليَقُولُوا قَوْ ال َس ِديدًا‬
ِ ً‫ش الَّ ِذينَ لَوْ ت ََر ُكوا ِم ْن خ َْلفِ ِه ْم ُذ ِّريَّة‬
َ ‫َو ْليَ ْخ‬
“Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka
meninggalkan keturunan yang lemah dibelakang mereka, yang mereka khawatirkan
terhadap (kesejahteraannya)nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertaqwa
kepada Allah dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar (qaulan
sadida)”.

2.      Qaulan Baligha (tepat sasaran, komunikatif, to the point, mudah dimengerti)


QS. An Nisa ayat 63
َ ِ‫أُولَئ‬
ْ ‫ك الَّ ِذينَ يَ ْعلَ ُم هَّللا ُ َما فِي قُلُوبِ ِه ْم فَأ َ ْع ِرضْ َع ْنهُ ْم َو ِع‬
‫ظهُ ْم َوقُلْ لَهُ ْم فِي أَ ْنفُ ِس ِه ْم قَوْ ال بَلِي ًغا‬
“Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang di dalam hati
mereka. karena itu berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka pelajaran,
dan katakanlah kepada mereka Qaulan Baligha –perkataan yang berbekas pada jiwa
mereka”.

3.      Qaulan Ma’rufa (perkataan yang baik)


QS. Al Ahzab ayat 32
ْ َ‫ض ْعنَ بِ ْالقَوْ ِل فَي‬
‫ط َم َع الَّ ِذي فِي قَ ْلبِ ِه َم َرضٌ َوقُ ْلنَ قَ“وْ ال‬ َ ‫يَا نِ َسا َء النَّبِ ِّي لَ ْستُ َّن َكأ َ َح ٍد ِمنَ النِّ َسا ِء إِ ِن اتَّقَ ْيتُ َّن فَال ت َْخ‬
‫َم ْعرُوفًا‬
“Hai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu
bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah
orang yang ada penyakit dalam hatinya] dan ucapkanlah Qaulan Ma’rufa –
perkataan yang baik.”

4.      Qaulan Karima (perkataan yang mulia)


QS. Al Isra’ ayat 23
‫ك ْال ِكبَ َر أَ َح ُدهُ َما أَوْ ِكالهُ َم““ا فَال تَقُ““لْ لَهُ َم““ا‬
َ ‫ضى َربُّكَ أَال تَ ْعبُدُوا إِال إِيَّاهُ َوبِ ْال َوالِ َد ْي ِن إِحْ َسانًا إِ َّما يَ ْبلُغ ََّن ِع ْن َد‬
َ َ‫َوق‬
‫أُفٍّ َوال تَ ْنهَرْ هُ َما َوقُلْ لَهُ َما قَوْ ال َك ِري ًما‬
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan
hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang diantara keduanya
atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali
janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan jangan engkau
membentak keduanya dan ucapkanlah kepada keduanya perktaan yang baik”.
Dari ayat tersebut jelas bahwa kita diperintahkan untuk mengucapkan
perkataan yang baik atau mulia karena perkataan yang baik dan benar adalah suatu
komunikasi yang menyeru kepada kebaikan dan merupakan bentuk komunikasi yang
menyenangkan.
5.      Qaulan Layyinan (perkataan yang lembut)
QS. Thaha ayat 43-44
َ ُ‫ْاذهَبَا إِلَى فِرْ عَوْ نَ إِنَّه‬
‫طغَى‬
‫فَقُوال لَهُ قَوْ ال لَيِّنًا لَ َعلَّهُ يَتَ َذ َّك ُر أَوْ يَ ْخ َشى‬
“Pergilah kamu berdua kepada Fir’aun karena benar-benar dia telah melampaui
batas. Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah
lembut, mudah-mudahan dia sadar atau takut”.
Dari ayat tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Qaulan
Layina berarti pembicaraan yang lemah-lembut, dengan suara yang enak didengar,
dan penuh keramahan, sehingga dapat menyentuh hati maksudnya tidak mengeraskan
suara, seperti membentak, meninggikan suara. Siapapun tidak suka bila berbicara
dengan orang-orang yang kasar. Rasullulah selalu bertuturkata dengan lemah lembut,
hingga setiap kata yang beliau ucapkan sangat menyentuh hati siapapun yang
mendengarnya. Dalam Tafsir Ibnu Katsir disebutkan, yang dimaksud layina ialah
kata kata sindiran, bukan dengan kata kata terus terang atau lugas, apalagi kasar.
Dengan demikian, dalam komunikasi Islam, semaksimal mungkin dihindari
kata-kata kasar dan suara (intonasi) yang bernada keras dan tinggi. Allah melarang
bersikap keras dan kasar dalam berdakwah, karena kekerasan akan mengakibatkan
dakwah tidak akan berhasil malah ummat akan menjauh. Dalam berdoa pun Allah
memerintahkan agar kita memohon dengan lemah lembut, “Berdoalah kepada
Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lemahlembut, sungguh Allah tidak
menyukai orang-orang yang melampaui batas,” (Al A’raaf ayat 55)

6.      Qaulan Maysura (perkataan yang ringan)


QS. Al Isra’ ayat 28
‫ك تَرْ جُوهَا فَقُلْ لَهُ ْم قَوْ ال َم ْيسُورًا‬
َ ِّ‫ض َّن َع ْنهُ ُم ا ْبتِغَا َء َرحْ َم ٍة ِم ْن َرب‬ ِ ‫َوإِ َّما تُع‬
َ ‫ْر‬
”Dan jika kamu berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari Tuhannya
yang kamu harapkan, maka katakanlah kepada mereka Qaulan Maysura –ucapan
yang mudah”.

Selain apa yang disampaikan tentang komunikasi islam dalam Al-Qur’an,


prinsip-prinsip komunikasi serta etika juga diatur dalam Hadist, beberapa contohnya
adalah sebagai berikut:

1.       qulil haqqa walaukana murran (katakanlah apa yang benar walaupun pahit


rasanya)
2.      Kedua, falyakul khairan au liyasmut (katakanlah bila benar kalau tidak bisa,
diamlah).
3.      Ketiga, laa takul qabla tafakur (janganlah berbicara sebelum berpikir terlebih
dahulu).
4.      Keempat, Nabi menganjurkan berbicara yang baik-baik saja, sebagaimana yang
diriwayatkan oleh Ibnu Abi Dunya, “Sebutkanlah apa-apa yang baik mengenai
sahabatmu yang tidak hadir dalam pertemuan, terutama hal-hal yang kamu sukai
terhadap sahabatmu itu sebagaimana sahabatmu menyampaikan kebaikan dirimu
pada saat kamu tidak hadir”.
5.      Kelima, selanjutnya Nabi saw berpesan, “Sesungguhnya Allah tidak suka kepada
orang-orang…yaitu mereka yang memutar balikan fakta dengan lidahnya seperti
seekor sapi yang mengunyah-ngunyah rumput dengan lidahnya”. Pesan Nabi saw
tersebut bermakna luas bahwa dalam berkomunikasi hendaklah sesuai dengan fakta
yang kita lihat, kita dengar, dan kita alami.
Prinsip-prinsip etika tersebut, sesungguhnya dapat dijadikan landasan bagi
setiap muslim, ketika melakukan proses komunikasi, baik dalam pergaulan sehari-
hari, berdakwah, maupun aktivitas-aktivitas lainnya.
KESIMPULAN

Komunikasi adalah hal wajib atau hal dasar yang dilakukan oleh manusia
setiap harinya. Tujuan komunikasi tentunya adalah untuk menyampaikan informais
dari satu orang atau yang biasa kita sebut dengan komunikator kepada orang ain atau
yang biasa kita sebut sebagai komunikan. Semua orang yang melakukan komunikasi
tentu menargetkan suatu hasil dari komunikasi yang terjalin. Oleh karena itu
komunikasi yang efektif menjadi sebuah kebutuhan dasar manusia. Komunikasi yang
efektif ini bertujuan untuk meminimalisir salah pandangan ketika menangkap sebuah
informasi yang disampaikan oleh komunikator, dan kkomunikator juga tentu
mengharapkan komunikan akan memiliki pola pikir atau menjadi sependapat dengan
informasi yang disampaikan.
Secara global komunikasi tentu memiliki focus dan aturan, pun demikian
dengan komunikasi dalam pandangan islam. Aturan-aturan tentang komunikasi tentu
bertujuan agar komunikasi dapat terjalin dengan baik dan tidak menimbulkan rasa
rugi atau bersalah dari salah satu pihak yang terlibar dalam komunikasi. Untuk
menghindari hal tersebut tentunya islam mengatur sedemikian rupa etika dalam
berkomunikasi, diantaranya adalah dengan menggunakan nada dan intonasi yang
lembut ketika berkomunikasi, memahami mental lawan bicara ketika sedang
berkomunikasi serta berusaha untuk tidak mendominasi dalam komunikasi yang
sedang terjalin.

Anda mungkin juga menyukai