LATAR BELAKANG
Kata komunikasi sendiri berasal dari kata communicare yang berarti “untuk
membuat kesamaan” atau “untuk berbagi”. Dalam bahasa Latin disebut
dengan communication atau communis yang artinya “sama” (Pearson dkk, 2000 : 10).
Sedangkan dalam bahasa arab komunikasi berasal dari kata tawashul.
Tawashul berasal dari kata “washala” yang berarti “sampai”. Dengan
demikian, tawashul adalah proses pertukaran informasi yang dilakukan oleh dua
pihak sehingga pesan yang disampaikan dapat dipahami oleh kedua belah pihak yang
melakukan komunikasi. Namun ada pula istilah lain dalam bahasa arab yang merujuk
ke komunikasi, yaitu ttishal yang lebih menekankan pada makna ketersambungan
pesan. Dalam ittishal, jika pesan yang dikirimkan oleh komunikator sampai dan
bersambung pada komunikan/komunikate, maka itulah komunikasi dan tidak harus
terjadi feedback atau umpan balik.
Dari sekian banyak pengertian komunikasi dalam islam, definisi komunikasi
dalam islam yang paling menyeluruh adalah yang dikemukakan oleh Harjani Hefni
yang menyatakan bahwa Islam berarti tunduk atau menyerahkan diri kepada Allah
SWT, damai, serta selamat. Dari pengertian tersebut, yang menjadi tujuan Islam
adalah damai dan selamat. Sedangkan, yang menjadi sarana adalah sikap
menyerahkan diri kepada Allah SWT dan tunduk terhadap segala perintah Allah SWT
yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW yang tercakup dalam Rukun Islam.
Peneliti psikologi yang bernama Raymond S.Ross mendefinisikan komunikasi
sebagai berikut : “Komunikasi adalah proses transaksional yang meliputi pemisahan,
dan pemilihan bersama lambang secara kognitif, begitu rupa sehingga membantu
orang lain untuk mengeluarkan dari pengalamannya sendiri arti atau respons yang
sama dengan yang dimaksud oleh sumber” (Rakhmat, 2001 : 3).
Dari banyaknya definisi atau pengertian komunikasi dalam islam, dapat
disimpulkan bahwa komunikasi Islam adalah komunikasi yang dibangun diatas
prinsip-prinsip Islam yang memiliki roh kedamaian, keramahan, dan keselamatan
(Hefni, 2015).
Komunikasi islam memiliki rujukan tama yang merupakan pedoman hidup
bagi kaum muslimin, yaitu Al Qur’an dan Hadits Nabi Muhammad SAW. Kedua
sumber utama inilah yang memberikan karakterisik komunikasi Islam. Selain Al
Qur’an dan Hadits, kitab-kitab yang disampaikan oleh para ulama serta disiplin ilmu
lainnya yang turut memberikan kontribusi pada perkembangan ilmu komunikasi
secara umum dan komunikasi Islam pada khususnya.
2. Prinsip-Prinsip Komunikasi Islam
Prinsip sendiri memiliki arti sebagai ebuah pedoman yang dapat membuat manusia
mengintepretasikan suatu kejadian, membuat penilaian tentang sesuatu dan kemudian
memutuskan bagaimana berekasi dalam situasi tertentu.
Prinsip mempunyai tiga bagian, yaitu mengidentifikasi suatu situasi atau
kejadian, melibatkan sekumpulan norma-norma dan nilai-nilai, dan hubungan antara
aksi dan konsekuensi yang mungkin. Bedasarkan hal tersebut, Islam secara spesifik
menyajikan prinsip-prinsip dalam bentuk ideal komunikasi sebagai dua sumber dasar
yang disebut dengan Islam Syariah.
Berbeda dengan prinsip-prinsip komunikasi yang telah kita kenal sebelumnya,
komunikasi Islam memiliki prinsip-prinsip tersendiri. Menurut Hefni (2015) prinsip-
prinsip komunikasi Islam adalah :
Kata sunnatullah dari segi bahasa terdiri dari kata sunnah dan Allah. Kata
sunnah antaralain berarti kebiasaan. Sunnatullah adalah kebiasaan-kebiasaan Allah
dalammemperlakukan masyarakat. Sunnatullah adalah hukum-hukum Allah
yang disampaikanuntuk umat manusia melalui para Rasul, undang-undang
keagamaan yang ditetapkan olehAllah yang termaksud di dalam al-Qur’an,
hukum (kejadian) alam yang berjalan tetap danotomatis.
Qadarullah sendiri berasal dari kata qadar yang berarti takdir. Takdir adalah
perkara yang telah ditentukan oleh Allah SWT.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ال يؤمن عبد حتى يؤمن بالقدر خبره وشره حتى بعلم أن ما أصابه لم يكن ليخطئه وأن ما أخطأه لم يكن ليصيبه
“Tidak beriman salah seorang dari kalian hingga dia beriman kepada qadar baik
dan buruknya dari Allah, dan hingga yakin bahwa apa yang menimpanya tidak akan
luput darinya, serta apa yang luput darinya tidak akan menimpanya.”
(Shahih, riwayat Tirmidzi dalam Sunan-nya (IV/451) dari Jabir bin
‘Abdillah radhiyallahu ‘anhu, dan diriwayatkan pula oleh Imam Ahmad dalam
Musnad-nya (no. 6985) dari ‘Abdullah bin ‘Amr. Syaikh Ahmad Syakir berkata:
‘Sanad hadits ini shahih.’
Jibril ‘alaihis salam pernah bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam mengenai iman, maka beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,
اإليمان أن تؤ من با هلل ومال ئكته وكتبه ورسله واليوم اال خر وتؤ من بالقدرخيره وشره
“Engkau beriman kepada Allah, Malaikat-Malaikat-Nya, Kitab-Kitab-Nya, Rasul-
Rasul-Nya, hari akhir serta qadha’ dan qadar, yang baik maupun yang buruk.”
(Shahih, riwayat Muslim dalam Shahih-nya di kitab al-Iman wal Islam wal Ihsan
(VIII/1, IX/5))
Dan Shahabat ‘Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma juga pernah mendengar
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
كل شيء بقدر حتى العجز والكيسز
“Segala sesuatu telah ditakdirkan, sampai-sampai kelemahan dan kepintaran.”
CONTOH PENERAPAN ILMU KOMUNIKASI BERBASIS QADARULLAH
Contoh penerapan ilmu komunikasi ini sudah diterapkan oleh pemimpin ummat pada
saat situasi pandemi Covid-19 yang berlangsung saat ini. Takdir yang mengharuskan
rakyat beradaptasi dengan protokol Kesehatan pemerintah, dan pemerintah yang
mengatur dan memonitor perkembangan arus secara fleksibel dan transparan. Agar
terjadi kepercayaan dan keberhasilan negara dalam menghadapi situasi pandemi
Covid-19 yang sedang berlangsung saat ini.
Komunikasi adalah hal wajib atau hal dasar yang dilakukan oleh manusia
setiap harinya. Tujuan komunikasi tentunya adalah untuk menyampaikan informais
dari satu orang atau yang biasa kita sebut dengan komunikator kepada orang ain atau
yang biasa kita sebut sebagai komunikan. Semua orang yang melakukan komunikasi
tentu menargetkan suatu hasil dari komunikasi yang terjalin. Oleh karena itu
komunikasi yang efektif menjadi sebuah kebutuhan dasar manusia. Komunikasi yang
efektif ini bertujuan untuk meminimalisir salah pandangan ketika menangkap sebuah
informasi yang disampaikan oleh komunikator, dan kkomunikator juga tentu
mengharapkan komunikan akan memiliki pola pikir atau menjadi sependapat dengan
informasi yang disampaikan.
Secara global komunikasi tentu memiliki focus dan aturan, pun demikian
dengan komunikasi dalam pandangan islam. Aturan-aturan tentang komunikasi tentu
bertujuan agar komunikasi dapat terjalin dengan baik dan tidak menimbulkan rasa
rugi atau bersalah dari salah satu pihak yang terlibar dalam komunikasi. Untuk
menghindari hal tersebut tentunya islam mengatur sedemikian rupa etika dalam
berkomunikasi, diantaranya adalah dengan menggunakan nada dan intonasi yang
lembut ketika berkomunikasi, memahami mental lawan bicara ketika sedang
berkomunikasi serta berusaha untuk tidak mendominasi dalam komunikasi yang
sedang terjalin.