Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam perspektif Islam, komunikasi merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam
kehidupan manusia karena segala gerak langkah kita selalu disertai dengan komunikasi.
Komunikasi yang dimaksud adalah komunikasi yang islami, yaitu komunikasi berakhlak al-
karimah atau beretika. Komunikasi yang berakhlak al-karimah berarti komunikasi yang
bersumber kepada Al-Quran dan hadis (sunah Nabi).
Dalam berkomunikasi hendaklah sesuai dengan fakta yang kita lihat, kita dengar, dan kita
alami. Prinsip-prinsip etika tersebut, sesungguhnya dapat dijadikan landasan bagi setiap muslim
ketika melakukan proses komunikasi, baik dalam pergaulan sehari-hari, berdakwah, maupun
aktivitas-aktivitas lainnya.
Dalam makalah singkat ini kita akan membahas seputar pengertian dan ruang lingkup
komunikasi islam, mulai dari pengertian komunikasi islam, latar belakang lahirnya komunikasi
islam, tujuan dan sasaran komunikasi islam, prinsip komunikasi islam dan perbedaan prinsipil
komunikasi islam dengan komunikasi umum.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Komunikasi Islam?
2. Bagaimana latar belakang lahirnya Komunikasi Islam?
3. Apa tujuan dan sasaran Komunikasi Islam?
4. Bagaimana prinsip-prinsip Komunikasi Islam?
5. Apa perbedaan antara Komunikasi Islam dan komunikasi umum?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian komunikasi islam.
2. Untuk mengetahui latar belakang lahirnya komunikasi islam.
3. Untuk mengetahui tujuan dan sasaran komunikasi islam.
4. Untuk mengetahui prinsip-prinsip komunikasi islam.
5. Untuk mengetahui perbedaan komunikasi islam dengan komunikasi umum.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Komunikasi
Kata 'komunikasi' berasal dari bahasa Latin, communicatio, dan bersumber dari kata
cummunis yang berarti sama, maksudnya sama makna. Artinya, suatu komunikasi dikatakan
komunikatif jika antara masing-masing pihak mengerti bahasa yang digunakan, dan paham
terhadap apa yang dipercakapkan.1
Komunikasi (communication) adalah proses sosial dimana individu-individu menggunakan
simbol-simbol untuk menciptakan dan menginterpretasikan makna dalam lingkungan mereka. 2
Menurut Shannon dan Weaver komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling
pengaruh mempengaruhi satu sama lainnya, sengaja atau tidak sengaja3.

B. Pengertian Islam
Islam memiliki beberapa arti: pertama, menyerahkan diri atau tunduk kepada aturan
hukum Tuhan. Kedua, damai dengan sesama manusia. Ketiga, selamat dari kemungkaran dan
kesesatan sehingga membawa sukses hidup. Islam menurut syara’ ialah penyerehan diri kepada
Allah dengan mengesakan-Nya dalam ibadah, tunduk kepada-Nya dengan melaksanakan
ketaatan, serta berlepas diri dari syirik dan orang-orangnya.

C. Pengertian Komunikasi Islam


Komunikasi dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah Al Ittisal yang berasal dari akar
kata Wasola yang berarti sampaikan, seperti yang terdapat dalam Al Qur’an Surah Al Qashas
ayat 51 yang berbunyi:

Artinya: Dan Sesungguhnya telah Kami turunkan berturut-turut Perkataan ini (Al Quran)
kepada mereka agar mereka mendapat pelajaran. (QS Al Qashas:51).

Dalam Al Quran ditemukan perkataan-perkataan lain yang menggambarkan kegiatan


komunikasi, seperti perkataan-perkataan lain yang menggambarkan kegiatan komunikasi, seperti
perkataan iqra (bacalah), balligu (sampaikan), bassir (kabarkanlah), qull (katakanlah), yaduna
(menyeru), tawassu (berpesan-pesan), sa’alu (bertanya) dan Asma’u (dengarkanlah). 4
Komunikasi islam adalah cara berkomunikasi yang bersifat islami (tidak bertentangan
dengan ajaran islam. Hussain et.al dalam bukunya memberikan defenisi komunikasi islam
sebagai suatu proses menyampaikan pesan atau informsi dari komunikator kepada komunikan
dengan menggunakan prinsip dan kaedah komunikasi yang terdapat dalam Al Quran dan
Hadist. Kemudian Mahyuddin Abd. Halim menulis bahwa komunikasi islam ialah proses

1 Onong Uchana Effendy, Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek, ( Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1984)
2 West, Richard dan H. Turner, Lynn, Pengantar Teori Komunikasi Analisis dan Aplikasi, (Jakarta: Salemba
Humanika, 2008),
3 Hafied, Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004)
4 Kamaluddin, Ilmu Tauhid Yang Terpikat dan Yang Terikat,(Padangsidimpuan: Rios Multicipta, 2012),
penyampaian atau pengoperan hakekat kebenaran agama Islam kepada khalayak yang
dilaksanakan secara terus menerus dengan berpedoman kepada Al Quran dan Hadist baik secara
langsung atau tidak, melalui perentaraan media umum atau khusus, yang bertujuan untuk
membentuk pandangan umum yang benar berdasarkan hakekat kebenaran agama dan memberi
kesan kepada kehidupan seseorang dalam aspek aqidah, ibadah dan muamalah.

D. Latar Belakang Lahirnya Komunikasi Islam


Komunikasi islam merupakan bidang kajian baru yang menarik perhatian sebahagan
akademisi di berbagai perguruan tinggi. Keinginan untuk melahirkan komunikasi islam muncul
akibat falsafah, pendekatan teoritis dan enerepan ilmu komunikasi yang berasal dan berkembang
di Barat dan Eropa tidak sepenuhnya sesuai dengan niilai-nilai agama dan budaya islam. Karena
itu, timbul keinginan untuk mengkaji kembali berbagai aspek ilmu komunikasi menurut perpektif
agama, budaya dan cara hidup umat islam.5
Beberapa bukti keseriusan untuk memunculkan persoalan komunikasi menurut falsafah
dan Budaya Timur khususnya islam antara lain ialah diterbitkannya buku seperti Communication
Theory: The Asian Perpective oleh The Asian Mass Communication Research and Information
Centre, Singapore, tahun 1988. Disamping itu, Mohd. Yusof Hussain, menulis dalam Media
Asia tahun 1986 dengan judul Islamization of Communication Theory.
Kemudian pada bulan Januari 1993, Jurnal media Culture and Society yang terbit di
London, juga memberi liputan kepada komunikasi islam. Pengakuan satu jurnal komunikasi
yang terbit di Barat terhadap komunikasi islam tersebut dapat dipandang sebagai suatu
perubahan baru dan sekaligus sebagai satu tantangan bagi kaum intelektual muslim terutama
pakar komunikasi untuk mencari identitas sendiri sesuai dengan nilai-nilai agama dan budaya
islam.

E. Tujuan dan Sasaran Komunkasi Islam


Tujuan komunikasi islam adalah memberi kabar gembira dan ancaman, mengajak kepada
yang ma’ruf dan mencegah kemungkaran, memberi peringatan kepada yang lalai, menasehati
dan menegur. Dalam hal ini, komunikasi islam senantiasa berusaha mengubah perlakuan buruk
individu atau khalayak sasaran kepada perlakuan yang baik. Tidak seperti komunikasi umum
yang menyampaikan informasi yang baik dan informasi yang buruk, serta berusaha
mempengaruhi khalayak sesuai dengan keinginan komunikator yang dapat bertendensi positif
atau pun negatif.
Dalam pandangan komunikasi islam, komunikasi dapat dilakukan dengan lima sasaran,
yaitu:
1. Komunikasi dengan diri sendiri.
2. Komunikasi dengan orang lain, baik berupa individu, publik maupun massa.
3. Komunikasi dengan Allah Swt yang dilakukan oleh seseorang ketika sedang melaksanakan
shalat, berdzikir atau berdo’a.

5 Departemen RI, Al Quran dan Terjemahannya, (Bandung: Diponegoro,2008),


4. Komunikasi dengan hewan seperti kucing, burung beo, anjing, kerbau serta binatang
peliharaan lainnya.
5. Komunikasi dengan makhluk halus seperti Jin yang dapat dilakukan oleh orang-orang
tertentu yang mendapat kelebihan dari Allah Swt.
Sedangkan menurut pandangan komunikasi umum, komunikasi lazimnya hanya dilakukan
antar manusia dan antar manusia dengan hewan.

Prinsip Komunikasi Islam


Dalam kegiatan komunikasi islam, komunikasi harusah berpedoman kepada prinsip
komunikasi yang digambarkan dalam Al Qur’an dan Hadist. Diantara prinsip komunikasi yang
digariskan dalam Al Quran dan Hadist adalah:
1. Memulai pembicaraan dengan Salam
Komunikator sangat dianjurkan untuk memulai pembicaraan dengan mengucapkan salam,
yaitu ucapan assalamua’laikum. Keadaan ini digambarkan oleh Rasulullah Saw dalam sebuah
hadisnya yang berbunyi:
‫ «َأْو اَل ُهَم ا ِباِهَّلل‬: ‫ َفَقاَل‬, ‫ ِقيَل َيا َر ُسوَل ِهَّللا الَّرُج اَل ِن َيْلَتِقَياِن َأُّيُهَم ا َيْبَد ُأ ِبالَّس اَل ِم‬: ‫ َقاَل‬,‫َع ْن َأِبي ُأَم اَم َة‬
Artinya: Dari Abu Umamah, ditanyakan pada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam : “ Wahai
Rasulullah, 2 pemuda saling bertemu, siapa yang harus memulai untuk memberikan salam?
Berkata Rasulullah : “Yang paling utama diantara keduanya disisi Allah Subhanahu wata’ala.”
(HR. Tirmidzi).[10]
2. Berbicara dengan lemah lembut
Komunikator dalam komunikasi islam ditekankan agar berbicara secara lemah-lembut,
sekalipun dengan orang-orang yang secara terang-terangan memusuhinya. Hal ini ditegaskan
dalam Surah Thaha ayat 43-44 yang berbunyi:
t6ydøŒ$# 4’n<Î) tböqtãöÏù ¼çm¯RÎ) 4ÓxösÛ ÇÍÌÈ Ÿwqà)sù ¼çms9 Zwöqs% $!
$YYÍh‹©9 ¼ã&©#yè©9 ㍩.x‹tFtƒ ÷rr& 4Óy´øƒs† ÇÍÍÈ
Artinya: Pergilah kamu berdua kepada Fir'aun, Sesungguhnya Dia telah melampaui batas. Maka
berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, Mudah-mudahan ia
ingat atau takut". (QS Thaha: 43-44).
Ayat ini memaparkan kisah nabi Musa dan Harun ketika diperintahkan untuk menghadapi
Fir'aun, yaitu agar keduanya berkata kepada Fir'aun dengan perkataan yang layyin. Asal makna
layyin adalah lembut atau gemulai, yang pada mulanya digunakan untuk menunjuk gerakan
tubuh. Kemudian kata ini dipinjam (isti'arah) untuk menunjukkan perkataan yang lembut.[11]
Sementara yang dimaksud dengan qaul layyin adalah perkataan yang mengandung
anjuran, ajakan, pemberian contoh, di mana si pembicara berusaha meyakinkan pihak lain bahwa
apa yang disampaikan adalah benar dan rasional, dengan tidak bermaksud merendahkan
pendapat atau pandangan orang yang diajak bicara tersebut. Dengan demikian, qaul layyin
adalah salah satu metode dakwah, karena tujuan utama dakwah adalah mengajak orang lain
kepada kebenaran, bukan untuk memaksa dan unjuk kekuatan.
Ada hal yang menarik untuk dikritisi, misalnya, kenapa Musa harus berkata lembut
padahal Fir'aun adalah tokoh yang sangat jahat. Menurut al-Razi, ad dua alasan, pertama, sebab
Musa pernah dididik dan ditanggung kehidupannya semasa bayi sampai dewasa. Hal ini,
merupakan pendidikan bagi setiap orang, yakni bagaimana seharusnya bersikap kepada orang
yang telah berjasa besar dalam hidupnya. Kedua, biasanya seorang penguasa yang zalim itu
cenderung bersikap lebih kasar dan kejam jika diperlakukan secara kasar dan dirasa tidak
menghormatinya.
3. Menggunakan perkataan yang baik
Di samping berbicara dengan lemah lembut, komunikator islam juga harus menggunakan
perkatan yang baik-baik yang dapat menyenangkan hati komunikan. Prinsip ini didasarkan pada
firman Allah dalam Al Quran Surah Al Israa’ ayat 23 yang berbunyi:
4Ó|Ós%ur y7•/u‘ žwr& (#ÿr߉ç7÷ès? HwÎ) çn$ƒÎ) Èûøït$Î!ºuqø9$$Î/ur *
$·Z»|¡ômÎ) 4 $¨BÎ) £`tóè=ö7tƒ x8y‰YÏã uŽy9Å6ø9$# !$yJèd߉tnr& ÷rr&
$yJèdŸxÏ. Ÿxsù @à)s? !$yJçl°; 7e$é& Ÿwur $yJèdöpk÷]s? @è%ur
$yJßg©9 Zwöqs% $VJƒÌŸ2 ÇËÌÈ
Artinya: Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah
kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara
keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali
janganlah kamu mengatakan kepada keduanya Perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak
mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia. (Qs Al Israa’: 23)
Ayat di atas menginformasikan bahwa ada dua ketetapan Allah yang menjadi kewajiban
setiap manusia, yaitu menyembah Allah dan berbakti kepada kedua orang tua. Ajaran ini
sebenarnya ajaran kemanusiaan yang bersifat umum, karena setiap manusia pasti menyandang
dua predikat ini sekaligus, yakni sebagai makhluk ciptaan Allah, yang oleh karenanya harus
menghamba kepada-Nya semata, dan anak dari kedua orang tuanya. Sebab, kedua orang
tuanyalah yang menjadi perantara kehadirannya di muka bumi ini.
Bukan hanya itu, struktur ayat ini, di mana dua pernyataan tersebut dirangkai dengan
huruf wawu 'athaf, yang salah satu fungsinya adalah menggabungkan dua pernyataan yang tidak
bisa saling dipisahkan, menunjukkan bahwa berbakti kepada kedua orag tua menjadi parameter
bagi kualitas penghambaan manusia kepada Allah.

4. Menyebut hal-hal yang baik tentang diri komunikan


Komunikan akan merasa senang apabila disebut hal-hal yang baik tentang dirinya.
Keadaan ini dapat mendorong komunikan untuk melaksanakan pesan-pesan komunikasi sesuai
dengan yang diharapkan komunikator.
5. Menggunakan Hikmah dan Nasehat yang baik
Prinsip penggunaan hikmah dan nasehat yang baik antara lain disebutkan dalam Al Quran
surah An Nahl ayat 125 yang berbunyi:
äí÷Š$# 4’n<Î) È@‹Î6y™ y7În/u‘ ÏpyJõ3Ïtø:$$Î/ ÏpsàÏãöqyJø9$#ur ÏpuZ|
¡ptø:$# ( Oßgø9ω»y_ur ÓÉL©9$$Î/ }‘Ïd ß`|¡ômr& 4 ¨bÎ) y7/u‘ uqèd
ÞOn=ôãr& `yJÎ/ ¨@|Ê `tã ¾Ï&Î#‹Î6y™ ( uqèdur ÞOn=ôãr& tûïωtGôgßJø9$
$Î/ ÇÊËÎÈ
Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah[845] dan pelajaran yang baik dan
bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui
tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang
mendapat petunjuk. (Qs An Nahl:125).
6. Berlaku adil
Berlaku adil dalam komunikasi dinyatakan dalam surah Al An’am ayat 152 yang
berbunyi:
Ÿwur (#qç/tø)s? tA$tB ÉOŠÏKuŠø9$# žwÎ) ÓÉL©9$$Î/ }‘Ïd ß`|¡ômr&
4Ó®Lym x÷è=ö7tƒ ¼çn£‰ä©r& ( (#qèù÷rr&ur Ÿ@ø‹x6ø9$#
( /tb#u”ÏJø9$#ur ÅÝó¡É)ø9$$Î
Artinya: Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih bermanfaat, hingga
sampai ia dewasa. dan sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil. (Qs Al An’am :
152).
7. Menyesuaikan bahasa dan isi pembicaraan dengan keadaan komunikan
Prinsip ini dinyatakan dalam surah An Nahl ayat 125. Ayat ini mengisyaratkan adanya
tiga tingkatan manusia, yaitu kaum intelektual, masyarakat menengah dan masyarakat awam
yang harus diajak berkomunikasi sesuai dengan keadaan mereka.
Disamping itu dalam sebuah Hadist yang diriwayatkan oleh Muslim Rasulullah Saw
bersabda: “berbicaralah kepada manusia menurut kadar akal (kecerdasan) mereka masing-
masing”.

8. Berdiskusi dengan cara yang baik


Diskusi sebagai salah satu kegiatan komunikasi haruslah dilakukan dengan cara yang
baik. Seperti firman Allah dalam surah An Nahl ayat 125 diatas. Dalam surah lain juga Allah
berfirman:
Ÿwur (#þqä9ω»pgéB Ÿ@÷dr& É=»tGÅ6ø9$# žwÎ) ÓÉL©9$$Î/ }‘Ïd ß`| *
¡ômr& žwÎ) tûïÏ%©!$# (#qßJn=sß óOßg÷YÏB ( (#þqä9qè%ur $¨ZtB#uä ü“Ï
%©!$$Î/ tAÌ“Ré& $uZøŠs9Î) tAÌ“Ré&ur öNà6ö‹s9Î) $oYßg»s9Î)ur
öNä3ßg»s9Î)ur Ó‰Ïnºur ß`øtwUur ¼çms9 tbqßJÎ=ó¡ãB ÇÍÏÈ
Artinya: Dan janganlah kamu berdebat denganAhli Kitab, melainkan dengan cara yang paling baik,
kecuali dengan orang-orang zalim di antara mereka, dan Katakanlah: "Kami telah beriman
kepada (kitab-kitab) yang diturunkan kepada Kami dan yang diturunkan kepadamu; Tuhan Kami
dan Tuhanmu adalah satu; dan Kami hanya kepada-Nya berserah diri". (Qs Al Ankabut: 26).
9. Lebih dahulu mengatakan apa yang dikomunikasikan
Dalam komunikasi islam, komunikator dituntut untuk melakukan lebih dahulu apa yang
disuruhnya untuk dilakukan orang lain. Allah amat membenci orang-oranh yang
mengkomunikasikan suatu pekerjaan yang bai kepada orang lain yang ia sendiri belum
melakukannya. Hal ini ditemukan dalam Surah dalam Al Quran surah Al Ahzab ayat 2-3 yang
berbunyi:
ôìÎ7¨?$#ur $tB #Óyrqムšø‹s9Î) `ÏB y7Îi/¢‘ 4 žcÎ) ©!$# tb%x. $yJÎ/
tbqè=yJ÷ès? #ZŽÎ7yz ÇËÈ ö@ž2uqs?ur ’n?tã «!$# 4 4‘xÿŸ2ur «!$$Î/
Wx‹Ï.ur ÇÌÈ
Artinya: Dan ikutilah apa yang diwahyukan Tuhan kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha
mengetahui apa yang kamu kerjakan. Dan bertawakkallah kepada Allah. dan cukuplah Allah
sebagai Pemelihara.(Qs Al Ahzab : 2-3).
10. Berdo’a kepada Allah ketika melakukan kegiatan komunikasi yang berat
Komunikator dianjurkan untuk berdo’a kepada Allah manakala melakukan kegiatan
komunikasi yang dipandangnya berat. Prinsip seperti ini dikemukakan dala surah Thahaa ayat
25-28 yang berbunyi:
tA$s% Éb>u‘ ÷yuŽõ°$# ’Í< “Í‘ô‰|¹ ÇËÎÈ ÷ŽÅc£o„ur þ’Í< “̍øBr& ÇËÏ
È ö@è=ôm$#ur Zoy‰ø)ãã `ÏiB ’ÎT$|¡Ïj9 ÇËÐÈ (#qßgs)øÿtƒ ’Í<öqs% ÇË
ÑÈ
Artinya: Berkata Musa: "Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku. Dan mudahkanlah untukku urusanku.
Dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku. Supaya mereka mengerti perkataanku. (Qs Thahaa:25-
28).
G. Perbedaan Prinsipil Komunikasi Islam Dengan Komunikasi Umum
Berdasarkan prinsip komunikasi islam yang digambarkan dalam beberapa ayat Al Quran
seperti yang digambarkan sebelumnya, maka dalam berbagai aspek nampak adanya perbedaan
yang prinsipil antara komunikasi islam dengan komunikasi umum. Komunikasi umum
memandang bahwa komunikasi dan informasi merupakan barang komoditi yang dapat diperjual
belikan. Dalam setiap aktifitas komunikasi, keuntungan yang paling besar diperoleh oleh pihak
komunikator utama yang menguasai informasi. Setiap orang bebas mengeluarkan pendapat baik
secara lisan maupun tulisan tanpa adanya hambatan dan pertimbangan pada nilai-nilai yang
dianut oleh pihak lain. Dalam hal ini ideologi yang dianut adalah free flow of ideas by word and
image yang berarti bebas menyampaikan apa saja yang menarik tanpa mempertimbangkan nilai-
nilai yang berlaku pada masyarakat lain.
Sedangkan dalam perspektif komunikasi islam, keuntungan paling besar penyampaian
informasi berada pada pihak komunikan (sasaran informasi) bukan pada pihak komunikator.
Penyampaian suatu informasi pada hakekatnya bertujuan untuk mewujudkan kebahagiaan dan
kemaslahatan individu atau masyarakat yang menjadi sasaran komunikasi. Di samping itu,
kebebasan komunikasi harus dibarengi dengan rasa tanggung jawab serta dibatasi oleh nilai-nilai
yang dianut oleh masyarakat, bangsa dan negara.
Dengan demikian, prinsip komunikasi yang dipegang dalam komunikasi umum telah
melahirkan faham free flow of information. Sedangkan prinsip komunikasi yang diinginkan oleh
komunikasi islam adalah free and balance flo information yang dipandang lebih adil dan
manusiawi. Para ahli komunikasi khususnya di Barat menginginkan komunikasi tanpa batas,
termasuk kebebasan dalam kepemilikan dan penguasaan infrastruktur komunikasi oleh pihak
swasta. Sedangkan dunia islam memandang informasi sebagai barang sosial dan bukan barang
komoditi semata, sehingga sangat diperlukan keseimbangan dan tanggung jawab sosial dari para
pelaku komunikasi.

Anda mungkin juga menyukai