Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Komunikasi adalah suatu aktivitas manusia yang saling berinteraksi antara satu orang
maupun lebih, konsep tentang komunikasi tidak hanya berkaitan dengan masalah cara berbicara
efektif saja melainkan juga etika bicara. Dalam pandangan agama islam komunikasi memiliki
etika, agar jika kita melakukan komunikasi dengan seseorang maka orang itu dapat memahami
apa yang kita sampaikan.
Dalam perspektif Islam, komunikasi merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam
kehidupan manusia karena segala gerak langkah kita selalu disertai dengan komunikasi.
Komunikasi yang dimaksud adalah komunikasi yang islami, yaitu komunikasi ber-akhlak al-
karimah atau beretika. Komunikasi yang berakhlak alkarimah berarti komunikasi yang
bersumber kepada Al-Quran dan hadis (sunah Nabi).
Semenjak memasuki era reformasi, masyarakat Indonesia berada dalam suasana merdeka,
bebas bicara tentang apa saja, terhadap siapapun, dengan cara bagaimanapun. Hal ini terjadi,
setelah mengalami kehilangan kebebasan bicara selama 32 tahun di masa Orde Baru. Memasuki
era reformasi orang menemukan suasana kebebasan komunikasi sehingga tidak jarang cara
maupun muatan pembicaraan bersebrangan dengan etika ketimuran, bahkan etika Islam, sebagai
agama yang dianut mayoritas penduduk Indonesia.
Kemudian realitasnya, tidak sedikit perselisihan, percekcokan, permusuhan, dan
pertengkaran muncul karena perkataan yang tidak terkontrol. Bahkan tidak sedikit pertumpahan
darah mengerikan yang berawal dari pekerjaan lidah yang membabi buta. Perlu diketahui Allah
SWT tidaklah suka yang berlebih-lebihan, maka jika berkomunikasi atau berbicara, berbicaralah
sewajar-wajarnya, yang mengandung dorongan atau motivasi dan jangan berbicara bila hanya
untuk menyinggung perasaan seseorang. Karena apa yang kita bicarakan baik maupun buruk
semua itu akan kita pertanggung jawabkan di akhirat nanti. Islam memberikan perhatian khusus
terhadap pembicaraan, bahkan dipandang salah satu perkara yangakan menyelamat-kan manusia,
baik didunia dan diakhirat. Pembicaraan dimaksud adalah pembicaraan yan beretika, sehingga
proses komunikasi berjalan dengan baikserta terjalin hubungan yang harmonis antara
komunikator dengan komunikan.

1
Fakta di atas mendorong penulis untuk memaparkan bagaimana pandangan islam yang
membicarakan masalah konsep komunikasi yang baik.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah pengertian Qaulan?
2. Bagaimanakah konsep Qaulan Maisura dalam komunikasi Islam?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian Qaulan
2. Untuk mengetahui konsep Qaulan Maisura dalam komunikasi Islam

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN QAULAN
Dalam Al-Qur’an ungkapan yang mendekati qaulan/al-qawl adalah kata-kata. Ungkapan
yang mendekati dengan pengertian komunikasi. Apabila disambungkan dengan dakwah, maka
kata qawl terkait erat dengan konteks amar ma’ruf. Secara harfiah, Hamka memaknai bahwa
ma’ruf berkata dengan urf yang artinya “yang dikenal” atau “yang dapat dimengerti” dan “dapat
dipahami” serta “yang dapat diterima dalam masyarakat”. Sementara itu, pekerjaan ma’ruf jika
dikerjakan dapat diterima dan dipahami oleh manusia.Dan dapat dipuji karena begitulah yang
seharusnya dilakukan oleh makhluk yang berakal. Dengan demikian, kontek komunikasi disini
terletak pada bahasa “kesepahaman” dalam berkomunikasi.Kesepahaman tersebut tentunya
bahasa komunikasi dalam koridor kebenaran.1
Dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits ditemukan berbagai panduan agar komunikasi berjalan
dengan baik dan efektif. Kita dapat mengistilahkannya sebagai kaidah, prinsip, atau etika
berkomunikasi dalam perspektif Islam. Kaidah, prinsip, atau etika komunikasi Islam ini
merupakan panduan bagi kaum muslim dalam melakukan komunikasi, baik dalam komunikasi
intrapersonal, interpersonal dalam pergaulan sehari-hari, berdakwah secara lisan dan tulisan,
maupun dalam aktivitas lain.

B. QAULAN MAISURA
Secara terminologi qaulan maisura berarti “mudah”. Lebih lanjut dalam komunikasi
dakwah dengan menggunakan qaulan maisura dapat diartikan dalam menyampaikan pesan
dakwah, da’i harus menggunakan bahasa yang “ringan”, “sederhana”, “pantes” atau yang
“mudah diterima” oleh mad’u secara spontan tanpa harus melalui pemikiran yang berat. 2 Dalam
Al-Qur’an kata-kata qaulan maisura terkandung dalam surat Al-Isra ayat 28 yaitu :
          
 
Artinya : “Dan jika kamu berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari Tuhanmu yang
kamu harapkan, maka katakanlah kepada mereka ucapan yang pantas”.3
1
Wahyu Ilahi, MA. Komunikasi Dakwah, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010) hal.168

2
Wahyu Ilahi, MA.Komunikasi Dakwah,… hal.181
3
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Kudus: Menara Kudus, 2006) hal. 83

3
Jika dikaji dari penafsiran sebagian ulama’ berpendapat bahwa ayat tersebut turun ketika
Nabi Muhammad Saw, menghindari dari orang yang minta bantuan karena merasa malu tidak
dapat memberinya. Allah Swt, memberikan tuntunan yang lebih baik melalui ayat ini yakni
menghadapinya dengan menyampaikan katakata yang lebih baik serta harapan memenuhi
keinginan meminta di masa yang akan datang. Sedangkan, jika terkait dengan kalimat “untuk
memperoleh rahmat dari Tuhanmu” bisa juga dipahami berkaitan dengan perintah mengucapkan
kata-kata yang mudah sehingga ayat ini bagaikan menyatakan “katakanlah kepada mereka
ucapan yang mudah untuk memperoleh rahmat dari Tuhanmu.”4
Terkait dengan proses komunikasi dakwah, dalam buku metode dakwah ada beberapa hal
yang harus diperhatikan ketika sang da’i menggunakan qaulan maisura jika ditinjau dari karakter
dan kondisi mad’u yang akan dihadapi adalah:5
1) Orang tua atau kelompok orang tua yang merasa dituakan, yang sedang menjalani
kesedihan lantaran kurang bijaknya perlakuan anak terhadap orang tuanya atau kelompok
yang lebih muda
2) Orang yang tergolong dizalimi hak-haknya oleh orang-orang yang lebih kuat.
3) Masyarakat yang secara sosial berada dibawah garis kemiskinan, lapisan masyarakat
tersebut sangat peka dengan nasihat yang panjang, karenanya da’i harus memberikan
solusi dengan membantu mereka dengan dakwah bil-hal.

BAB III
PENUTUP

4
Wahyu Ilahi, MA.Komunikasi Dakwah,… hal.182

5
Wahyu Ilahi, MA.Komunikasi Dakwah,… hal.183

4
A. KESIMPULAN
Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Dalam Al-Qur’an ungkapan yang mendekati qaulan/al-qawl adalah kata-kata. Ungkapan
yang mendekati dengan pengertian komunikasi. Apabila disambungkan dengan dakwah,
maka kata qawl terkait erat dengan konteks amar ma’ruf. Secara harfiah, Hamka
memaknai bahwa ma’ruf berkata dengan urf yang artinya “yang dikenal” atau “yang
dapat dimengerti” dan “dapat dipahami” serta “yang dapat diterima dalam masyarakat”.
2. Dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits ditemukan berbagai panduan agar komunikasi berjalan
dengan baik dan efektif. Kita dapat mengistilahkannya sebagai kaidah, prinsip, atau etika
berkomunikasi dalam perspektif Islam.
3. Secara terminologi qaulan maisura berarti “mudah”. Lebih lanjut dalam komunikasi
dakwah dengan menggunakan qaulan maisura dapat diartikan dalam menyampaikan
pesan dakwah, da’i harus menggunakan bahasa yang “ringan”, “sederhana”, “pantes”
atau yang “mudah diterima” oleh mad’u secara spontan tanpa harus melalui pemikiran
yang berat

DAFTAR PUSTAKA

5
Wahyu Ilahi, MA. Komunikasi Dakwah, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Kudus: Menara Kudus, 2006

Anda mungkin juga menyukai