Afa061999@gmail.com
Abstrac : Dakwah memiliki kedudukan yang sangat penting, secara hukum dakwah
menjadi kewajiban yang harus di emban oleh setiap muslim. Ada banyak dalil yang bisa
dijadikan rujukan untuk mendukung pernyataan wajibnya melaksanakan tugas dakwah, baik
dari Al Quran maupun Hadis Nabi, Dalam prespektif dakwah, Al Quran dipandang sebagai
kitab dakwah yang merupakan rujukan pertama dan utama. Al Quran memperkenalkan
sejumlah istilah kunci yang melahirkan konsep dasar dakwah. Dalam Al Quran , istilah-
istilah dakwah tersebut selalu diekspresikan dalam konteks bagaimana kedudukan, fungsi,
dan peran manusia sebagai mukhatab utamanya, dalam kaitannya dengan hak dan
kewajibannya, yakni hablum mina allah, hablum minan nas dan hablummaa alam. Isyarat
ayat-ayat yang berkenaan dengan hal itu menegaskan keberadaan gagasan, visi, misi dan
wawasan dalam kajian Al-Qur’an dan Hadis.
Abstrak : Da'wah has a very important place, legally speaking it is an obligation that
must be carried out by every Muslim. There are many propositions that can be used as
references to support the statement of the obligation to carry out da'wah duties, both from the
Al Quran and the Hadith of the Prophet. The Quran introduces a number of key terms which
give birth to the basic concept of da'wah. In the Koran, these terms are always expressed in
the context of how, function and role of man as his main mukhatab, in his environment with
his rights and obligations, namely hablum mina allah, hablum minan nas and hablummaa
alam. The signs of the verses relating to that matter seek knowledge, vision, mission and
insight in the study of the Al-Qur'an and Hadith.1
1
A.Mansur Amin, Metode Dakwah Islam Dan beberapa Keputusan Pemerintah Tentang Aktifitas keagamaan,
Yogyakarta : Sumbangsih, 1980
1
Pendahuluan :
Dalam kehidupan kita sebagai manusia adalah mahluk yang sempurna ciptaan Alha
SWT, tapi belum sempuran manusia kalau belum hidup rukun berdampingan menghormati
satu sama lain dan saling menasehat-nasehati dalam kebaikan itulah sebaik baiknya manusia.
“Barang siapa di antara kalian melihat kemunkaran, maka cegahlah dengan tangannya
(kekuasaan), apabila tidak mampu maka dengan lidahnya, apabila tidak mampu maka dengan
hatinya, dan itu adalah selemah-lemah iman.”
Berdasarkan Hadits tersebut dapat dipahami bahwa metode dakwah yang disebutkan
di dalam Alquran mempunyai integritas dengan metode dakwah yang tertera di dalam Hadits,
maksudnya adalah bahwa pelaksanaan metode dakwah yang ada di dalam Alquran dengan
menggunakan metode dari Hadits seperti yang disebutkan di atas.Umat Islam diharuskan
untuk berdakwah dalam selalu mengajak kepada kebaikan dan saling mengingatkan apabila
ada kemunkaran. Sebagian ada yang mengartikan sebagai keharusan setiap individu dan
2
sebagian mengartikan sebagai keharusan secara kolektif, tetapi secara garis besarnya
berdakwah adalah keharusan bagi umat Islam yang tercantum di dalam Alquran maupun
Hadits Nabi SAW.
Umat Islam diharuskan untuk berdakwah dalam selalu mengajak kepada kebaikan dan
saling mengingatkan apabila ada kemunkaran. Sebagian ada yang mengartikan sebagai
keharusan setiap individu dan sebagian mengartikan sebagai keharusan secara kolektif, tetapi
secara garis besarnya berdakwah adalah keharusan bagi umat Islam yang tercantum di dalam
Alquran maupun Hadits Nabi SAW.
Sehingga dalam proses serta pelaksanaannya, umat Islam perlu untuk mengetahui dan
memahami makna, unsur, metode, dan semua hal yang terkait dengan faktor pendukung
keberhasilan dakwah. Berkaitan dengan hal tersebut, pemahaman terhadap metode dakwah
sebagai salah satu faktor pendukung dalam keberhasilan dakwah menjadi sesuatu yang urgen.
Istilah metode dakwah seperti yang tertera di dalam Alquran pada prinsipnya merujuk
kepada surah an-Nahl ayat 125 yang menyebutkan bahwa metode pelaksanaan dakwah ada 3
yaitu dakwah dengan kebijaksanaan, dakwah dengan memberikan pelajaran yang baik, dan
dakwah dengan membantah atau berdebat dengan cara yang baik.
“Barang siapa di antara kalian melihat kemunkaran, maka cegahlah dengan tangannya
(kekuasaan), apabila tidak mampu maka dengan lidahnya, apabila tidak mampu maka dengan
hatinya, dan itu adalah selemah-lemah iman.”
Berdasarkan Hadits tersebut dapat dipahami bahwa metode dakwah yang disebutkan
di dalam Alquran mempunyai integritas dengan metode dakwah yang tertera di dalam Hadits,
maksudnya adalah bahwa pelaksanaan metode dakwah yang ada di dalam Alquran dengan
menggunakan metode dari Hadits seperti yang disebutkan di atas.
Sasaran atau objek dari dakwah bermacam-macam bentuk dan keadaannya ada yang
sudah islam ada yang belum, ada yang cerdas dan ada yang bodoh, ada yang kaya dan
3
miskin, ada yang tebal imannya dan masih tipis imannya, masyarakat sebagai sasaran dakwah
dengan segala komplikasinya harus dipelajari atau di teliti terlebih dahulu. Karena berdakwah
dikalangan anak-anak akan berbeda penyampaiannya dengan remaja atau orang tua begitu
juga dengan cara berdakwah dikalangan buruh, mahasiswa, tentara, wanita dan sebagainya,
semuanya mempunyai cara berdakwah yang berbeda-beda. Sedangkan sasaran dakwah
terbagi menjadi 2 yaitu sasaran internal yang terdiri dari semua lapisan masyarakat yang
sudah memeluk agama Islam dan sasaran eksternal yaitu Masyarakat yang belum memeluk
agama Islam. Sedangkan sumber-sumber atau materi dakwah bersumber dari al-Qur'an dan
hadis, sejarah perjuangan nabi, dan ilmu pengetahuan umum. Isi dari dakwah secara global
dapat diklasifikasikan menjadi 3 yaitu : akidah (ima), Syari'ah ( Islam), dan akhlak (ikhsan).
Dalam pelaksanaannya masing-masing materi dakwah tersebut dapat dijabarkan secara
proporsional sesuai dengan kebutuhan sasaran dakwah.
Sehingga dalam proses serta pelaksanaannya, umat Islam perlu untuk mengetahui dan
memahami makna, unsur, metode, dan semua hal yang terkait dengan faktor pendukung
keberhasilan dakwah. Berkaitan dengan hal tersebut, pemahaman terhadap metode dakwah
sebagai salah satu faktor pendukung dalam keberhasilan dakwah menjadi sesuatu yang
urgen.2
Mad’u adalah isim maf’ul yang berasal dari kata da’a, berarti orang yang
diajak, atau dikenakan perbuatan dakwah. Mad’u adalah objek dan sekaligus objek dalam
dakwah yaitu seluruh manusia tanpa terkecuali. Siapapun mereka, laki-laki maupun
perempuan, tua maupun muda, seorang bayi yang baru lahir ataupun orang tua menjelang
ajalnya, semua adalah mad’u dalam dakwah Islam. Dakwah tidak hanya ditujukan kepada
orang Islam, tetapi orang-orang di luar Islam, baik mereka itu atheis, penganut aliran
kepercayaan, pemeluk agama lain semua adalah mad’u
Hal ini disebabkan oleh karena misi kedatangan Islam adalah sebagai rahmat
bagi alam semesta. Islam tidak akan terealisir sebagai rahmat bagi semesta alam apabila
dakwah dibatasi hanya pada kalangan tertentu saja. Sesuai dengan firman Allah dalam Al-
Quran surah al-Anbiya (21) ayat 107 yang artinya.
2
Ali Mahfud, Hidayah Al-Mursyidin, Mesir: Dar alMisr1975, cet ke 7
4
“Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.”
(Al-Anbiya (21) : 107)
Demikian pula firman Allah SWT kepada Rasulullah SAW mengenai misi
kerasulan di muka bumi dalam Al-Quran surah as-Saba’ (34) ayat 28 yang artinya.
“Dan kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya
sebagai pembawa kabar gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia
tidak mengetahui.” (Q.S. As-Saba' (34 ):28)
Pedoman utama yang tidak dapat berubah serta dinamis adalah Alquran dan Sunnah
atau Hadits (Zaidallah, 2002: 72), karena secara epistemologis Hadits dipandang oleh
mayoritas umat Islam sebagai sumber ajaran Islam kedua setelah Alquran, sebab Hadits
merupakan bayân (penjelasan) terhadap ayat Alquran yang masih mujmal (global), ‘âmm
(umum) dan mutlaq atau tanpa batasan (Mustaqim, 2008: 4). Dapat disimpulkan bahwa
Hadits dari Rasulullah berfungsi sebagai pendukung dari firman Allah yang terkodifikasi di
dalam Alquran.
Sehingga dari penjelasan tersebut Hadits dapat menjadi landasan metode dakwah. Hal
ini berdasarkan keterangan dari Allah SWT yang tertera di dalam Alquran surah al-Ahzab
ayat 21 yang menyatakan: “Sungguh terdapat di dalam diri Rasulullah teladan yang baik
bagimu...” sehingga setiap aktivitas dakwah harus dirancang serta dilakukan dengan sebaik-
baiknya dengan memperhatikan berbagai situasi dan kondisi yang dihadapi (Ismail, 2006:
235), seperti yang dilakukan oleh Rasulullah dalam melaksanakan dakwah.
Di dalam sunnah rasul (Hadits), banyak ditemui Hadits yang berkaitan dengan
dakwah, begitu juga dalam sejarah hidup dan perjuangan Nabi SAW serta cara-cara yang
dipakai beliau dalam menyebarkan dakwahnya, baik ketika beliau berjuang di kota Mekkah
3
Anwar Arifin, Strategi Komunikasi, Bandung : Amico, 1984
5
atau di kota Madinah. Semua hal tersebut memberikan contoh dalam metode dakwah beliau,
sehingga seharusnya para da’i mengikuti langkah perjuangan dakwah beliau.
ِ ف اإْل ِي َم
( وراه صحيح.ان ْ َِك أ
ُ ض َع َ ِسا ِن ِه َف ِإ ْن لَ ْم َي ْس َت ِط ْع َف ِب َقلْ ِب ِه َو َذل ْ َم ْن َرأَى ِم ْن ُك ْم ُم ْن َك ًرا َفلْيُغَي
َ ِّر ُه ِب َي ِد ِه َف ِإ ْن لَ ْم َي ْس َت ِط ْع َف ِبل
)مسلم
Secara umum, dakwah dipahami hanya dalam bentuk dakwah bil-lisan, karena itu
istilah dakwah yang menjadi asumsi masyarakat adalah dalam bentuk penyampaian lidah atau
ucapan di masjid- masjid, pengajian, dan sebagainya. Hal ini menyebabkan ruang lingkup
pemahaman masyarakat terhadap dakwah menjadi sempit, karena makna dakwah sendiri
tidak hanya dalam bentuk ucapan, dan ucapan merupakan salah satu bentuk dari metode
dakwah.
Dakwah yang sering dilakukan Rasulullah dalam konteks sejarah adalah dakwah bil-
lisan untuk menyampaikan risalah Islam, baik dengan metode ceramah, khutbah, diskusi,
nasehat, dan sebagainya. Ahmad Janawi memaparkan metode dialog yang juga pernah
dilakukan oleh Rasulullah terhadap pemeluk agama Yahudi, Nasrani, dan agama lainnya
dengan berbagai hal.
Seorang da’i harus berbicara dengan gaya bahasa yang menimbulkan kesan di dalam
hati para mad’u (obyek dakwah), sehingga agar tidak terdapat kesalahan dalam berbicara
yang menyebabkan kegagalan dalam penyampaian pesan-pesan dakwah.4
4
Dr. Wahdi bachtiar, Metodologi penelitian Ilmu Dakwah, Jakarta: Logos,1997.
6
Kewajiban Berdakwah
“Barang siapa yang menunjukkan kepada suatu kebaikan, maka baginya pahala
seperti orang yang melaksanakannya
ِ ف اإْل ِي َم
( وراه.ان ْ َِك أ
ُ ض َع َ ِسا ِن ِه َف ِإ ْن لَ ْم َي ْس َت ِط ْع َف ِب َقلْ ِب ِه َو َذل ْ َم ْن َرأَى ِم ْن ُك ْم ُم ْن َك ًرا َفلْيُغَي
َ ِّر ُه ِب َي ِد ِه َف ِإ ْن لَ ْم َي ْس َت ِط ْع َف ِبل
)صحيح مسلم
Hukum Berdakwah
“Ajaklah mereka memeluk Islam dan beritahu mereka apa-apa yang diwajibkan atas
mereka yang berupa hak Allah di dalamnya. Demi Allah, Allah memberi petunjuk kepada
seseorang lantaran engkau, adalah lebih baik bagimu daripada engkau memiliki unta merah”
Metode berdakwah
َ َالر ْف ِق ما
ال ُي ْع ِطي ِّ الر ْف َق َو ُي ْع ِطي َعلَى
ِّ ُح ُّب ٌ إِ َّن اهللَ َر ِفي:أن رسول اهلل صلى اهلل عليه و سلم قال يا عائشة
ِ ْق ي
) (رواه مسلم.ال يُ ْع ِطي َعلَى َما ِس َوا ُه ِ َعلَى ال ُع ْن
َ َف َوما
7
ُ ُح َر ُم الْ َخي
)ْر (رواه مسلم ْ الر ْف ُق ي ْ َم ْن ي
ِّ ُح َر ُم
“Barang siapa yang tidak terdapat kelembutan padanya, maka tidak ada kebaikan
padanya”
“Dan kami merasakan bahwa sebaik-baiknya hidup ini dilalaui dengan kesabara”
2. )ضَيا ٌء (رواه أحمد و مسلم
ِ ْر
ُ الصب
َّ :قال رسول اهلل ص م
“Sabar adalah cahaya”
5
HamzahTualeta, Pengantar Ilmu Dakwah, Surabaya : Indah Offset
8
َ َِن إِ ْن أ
3. صا َب ْت ُه َس َّرا ٌء َّ ِاك أِل َ َح ٍد إ
ِ ال لِلْ ُم ْؤم َ ْس َذ ٌ ِن إِ ْن أَ َم َر ُه ُكلَّ ُه َخي
َ ْر َولَي ِ َع َجبًا أِل َ ْم ِر الْ ُم ْؤم:قال رسول اهلل صلى اهلل عليه و سلم
)ْرا لَ ُه (رواه مسلم ً ص َب َر َفكَا َن َخي َ ض َّرا ٌء َ صا َب ْت ُهَ َْرا لَ ُه َوإِ ْن أ
ً ان َخي َ َش َك َر َف َك
“Sungguh mengagumkan urusan seorang mukmin, semua urusannya itu baik bainya, dan itu
tidak lain hanya bagi seorang mukmin. Apabila mendapat kesenangan dia bersyukur, dan itu
baik baginya, dan apabila mendapat kesulitan dia bersabar dan itu baik baginya”
4. ) ال إِ َّن ِع َظ َم الْ َج َزا ِء َم َع ِع َظ ِم الْ َباَل ِء َوإِ َّن اهَّللَ إِ َذا أَ َح َّب َق ْو ًما ا ْب َتاَل ُه ْم (رواه الترمذى
َ صلَّى اهَّللُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َق
َ َع ْن النَّ ِب ِّي
“Sesungguhnya besarnya pahala itu sesuai dengan besarnya ujian, dan sesungguhnya apabila
Allah SWT mencintai suatu kaum, Allah akan mengujinya.
“Tidaklah seorang nabi yang diutus Allah dari umat sebelumku, kecuali dari umatnya
terdapat orang-orang hawariyun (para pembela dan pengikut) yang melaksanakan sunnahnya
serta melaksanakan perintah-perintahnya. Kemudian, datang generasi setelah mereka; mereka
mengatakan sesuatu yang tidak mereka kerjakan dan mereka mengerjakan sesuatu yang tidak
diperintahkan. Oleh karena itu, siapa yang berjihad terhadap mereka dengan tangannya, maka
ia adalah orang mukmin, siapa yang berjihad melawan mereka dengan lisannya, maka ia
adalah orang mukmin. Dan siapa yang berjihad melawan mereka dengan hatinya, maka ia
adalah orang mukmin. sedangkan di bawah itu semua tidak ada keimanan meskipun hanya
sebesar biji sawi (H. R. Muslim)”
LUBBUDAKWAHRASULULLAH
1) ول ُ ْع ُه ْم إِلَى َش َها َد ِة أَ ْن اَل إِلَ َه إِاَّل اهَّللُ َوأَنِّي َر ُس ُ ال ادَ ض َي اهَّللُ َع ْن ُه إِلَى الْ َي َم ِن َف َق ِ اذا َرً صلَّى اهَّللُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َب َع َث ُم َعَ أَ َّن النَّ ِب َّي
ِك َفأَ ْعل ِْم ُه ْم أَ َّن ُ ات فِي ُك ِّل َي ْو ٍم َولَ ْيلَ ٍة َف ِإ ْن ُه ْم أَ َط
َ اعوا لِ َذل ٍ صلَ َو َ س َ ض َعلَ ْي ِه ْم َخ ْم َ ِك َفأَ ْعل ِْم ُه ْم أَ َّن اهَّللَ َق ْد ا ْف َت َر ُ اهَّللِ َف ِإ ْن ُه ْم أَ َط
َ اعوا لِ َذل
)ِن أَ ْغ ِن َيا ِئ ِه ْم َوتُ َر ُّد َعلَى ُف َق َرا ِئ ِه ْم (رواه البخارى ْ ص َد َق ًة فِي أَ ْم َوالِ ِه ْم تُ ْؤ َخ ُذ م َ ض َعلَ ْي ِه ْم َ اهَّللَ ا ْف َت َر
9
“Ajaklah mereka untuk bersaksi bahwa tiada tuhan (yang berhak disembah) selain Allah dan
bahwa sesungguhnya aku adalah utusan Allah. Setelah mereka mematuhi itu, beritahulah
mereka bahwa sesungguhnya Allah telah mewajibkan atas mereka pelaksanaan lima kali
shalat dalam sehari semala. Setelah mereka mematuhi itu, beritahulah mereka bahwa
sesungguhnya Allah telah mewajibkan zakat atas mereka yang diambil dari yang
DAFTAR PUSTAKA
A.Mansur Amin, Metode Dakwah Islam Dan beberapa Keputusan Pemerintah Tentang
Aktifitas keagamaan, Yogyakarta : Sumbangsih, 1980
Andi Dermawan dkk (ed), Metodologi Ilmu Dakwah, Yogyakarta: LESFI, 2002
Dr. Wahdi bachtiar, Metodologi penelitian Ilmu Dakwah, Jakarta: Logos, 1997
10