Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Qur’an ialah firman Allah berupa wahyu yang disampaiakan oleh Jibril kepada Nabi
Muhammmad saw. Di dalamnya terkandung tujuan dari pendidikan dan ajaran pokok yang
dapat dikembangkan untuk keperluan seluruh aspek kehidupan melalui upaya para
pemeluknya dengan cara ijtihad. Ajaran yang terkandung dalam Al-Qur’an itu terdiri dari
dua prinsip besar, yaitu dengan masalah yang berhubungan dengan keiamanan yang disebut
akidah, dan dengan yang berhubungan dengan amal yaitu syari’ah. Oleh karena pendidikan
merupakan suatu upaya membentuk manusia seutuhnya/ memanusikan manusia, maka
pendidikaan tergolong kegiatan mu’amalah. Pendidikan sangat penting karena ia ikut
menentukan corak dan bentuk amal dan kehidupan manusia, baik pribadi maupun
masyarakat. Dalam makalah ini akan dibahas mengenai tinjauan Al-qur’an terhadap
pedidikan yakni materi pendidikan menurut Al-Qur’an, dan makalah ini diberi judul “Ayat –
Ayat tentang Tujuan Pendidikan . Dan dalam pembahasannya mengangkat Al-Qur’an Surah
Az-Zariyat: 56 dan Surah Al-An’am: 162-163.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana surat Surah Az-Zariyat: 56 dan Surah Al-An’am: 162-163?
2. Apa isi kandungan surat Surah Az-Zariyat: 56 dan Surah Al-An’am: 162-163?
3. Apa nilai – nilai pendidikan surat Surah Az-Zariyat: 56 dan Surah Al-An’am: 162-163?

C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui bagaimana surat Surah Az-Zariyat: 56 dan Surah Al-An’am: 162-163.
2. Untuk mengetahui isi kandungan surat Surah Az-Zariyat: 56 dan Surah Al-An’am: 162-
163.
3. Untuk mengetahui nilai – nilai pendidikan surat Surah Az-Zariyat: 56 dan Surah Al-
An’am: 162-163.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Ayat dan terjemahan
1. Az-Zariyat: 56
ِ ‫ْج نَّ و ا إْلِ نْ س إِ اَّل لِ ي ْع ب ُد‬
)56 ( ‫ون‬ ِ ‫ت ال‬
ُ ‫َو َم ا َخ لَ ْق‬
ُ َ َ َ
Artinya: “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi
kepada-Ku”1

:‫املفردات‬

Dan tidaklah : ‫ َو َم ا‬-

Aku menciptakan : ‫ت‬


ُ ‫َخ لَ ْق‬ -

Jin : ‫ ا جْلِ َّن‬-

Dan Manusia : َ ‫ َو ا إْلِ نْ َس‬-


‫ان‬

Kecuali : ‫ إِ اَّل‬-

Untuk menyembahku : ِ ‫لِ ي ع ب ُد‬


‫ون‬ ُْ َ

B. Tafsir Ayat
1. Tafsir kamenag RI
Ayat ini menegaskan bahwa Allah tidaklah menjadikan jin dan manusia melainkan
untuk mengenal-Nya dan supaya menyembah-Nya. Dalam kaitan ini Allah swt
berfirman: Padahal mereka hanya diperintahkan Ayat ini menegaskan bahwa Allah
tidaklah menjadikan jin dan manusia melainkan untuk mengenal-Nya dan supaya
menyembah-Nya.2 Dalam kaitan ini Allah swt berfirman: Padahal mereka hanya disuruh

1
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Tarjamah, (Semarang : Thoha Putra, 2001),
hlm. 862

2
menyembah Tuhan Yang MahaEsa; tidak ada tuhan selain Dia. Mahasuci Dia dari apa
yang mereka persekutukan. (at-Taubah/9: 31).
Pendapat tersebut sama dengan pendapat az-Zajjaj, tetapi ahli tafsir yang lain
berpendapat bahwa maksud ayat tersebut ialah bahwa Allah tidak menjadikan jin dan
manusia kecuali untuk tunduk kepada-Nya dan untuk merendahkan diri. 3 Maka setiap
makhluk, baik jin atau manusia wajib tunduk kepada peraturan Tuhan, merendahkan diri
terhadap kehendak-Nya. Menerima apa yang Dia takdirkan, mereka dijadikan atas
kehendak-Nya dan diberi rezeki sesuai dengan apa yang telah Dia tentukan. Tak seorang
pun yang dapat memberikan manfaat atau mendatangkan mudarat karena kesemuanya
adalah dengan kehendak Allah. Ayat tersebut menguatkan perintah mengingat Allah swt
dan memerintahkan manusia supaya melakukan ibadah kepada Allah SWT menyembah
Tuhan Yang MahaEsa; Tidak ada tuhan selain Dia. Mahasuci Dia dari apa yang
mereka persekutukan. (at-Taubah/9: 31).
Ayat tersebut menguatkan perintah mengingat Allah swt dan memerintahkan
manusia supaya melakukan ibadah kepada Allah swt.

2. Tafsir jalalain
(Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
menyembah-Ku) pengertian dalam ayat ini sama sekali tidak bertentangan dengan
kenyataan, bahwa orang-orang kafir tidak menyembah-Nya. Karena sesungguhnya
tujuan dari ayat ini tidaklah memastikan keberadaannya. Perihalnya sama saja dengan
pengertian yang terdapat di dalam perkataanmu, "Aku runcingkan pena ini supaya aku
dapat menulis dengannya." Dan kenyataannya terkadang kamu tidak menggunakannya.4

3. Tafsir as-sa’di
Inilah tujuan Allah Subhaanahu wa Ta'aala menciptakan jin dan manusia, dan
Dia mengutus para rasul untuk menyeru kepadanya, yakni untuk beribadah kepada-Nya
yang di dalamnya mengandung ma’rifat (mengenal)-Nya dan mencintai-Nya, kembali
kepada-Nya, dan mendatangi-Nya serta berpaling dari selain-Nya. Hal ini tergantung
pada ma’rifat (mengenal)-Nya, karena sempurnanya ibadah tergantung sejauh mana
pengenalannya kepada Allah, bahkan setiap kali seorang hamba bertambah ma’rifatnya,
3
Rulam Ahmadi, Pengantar Pendidikan: Asas & Filsafat Pendidikan, (Yogyakarta: ArRuzz Media,
2016), hal. 35
4
Lihat, Mannâ’ Khalil al-Qattân Mabâhits Fî ‘Ulûm al-Qur`ân, Muassat al-Risalat, Cet. 2,
1999/1420, hal. 323-324.

3
maka ibadahnya semakin sempurna. Untuk inilah Allah menciptakan manusia dan jin,
bukan karena Dia butuh kepada mereka. Dia tidak menginginkan rezeki dari mereka dan
tidak menginginkan agar mereka memberi-Nya makan, Mahatinggi Allah Yang
Mahakaya dan tidak butuh kepada seorang pun dari berbagai sisi, bahkan semua
makhluk butuh kepada-Nya dalam semua kebutuhan mereka, baik yang dharuri (penting)
maupun yang selainnya.

C. Isi Kandungan
Isi Kandungan ayat surah adz dzariyat ayat 56:5
1. Ayat ini menjelaskan tentang tujuan Allah menciptakan manusia adalah untuk
beribadah kepada Allah.
2. Ayat ini menjelaskan tentang tujuan Allah menciptakan jin adalah untuk
beribadah kepada Allah.
Berdasarkan ayat ini dapat kita simpulkan bahwa kita harus memperbanyak ibadah
kita sebagai wujud syukur dan iman kepada Allah. Sehingga nanti kita dapat
mempertanggung jawabkan semuanya kepada Allah di hari kiamat kelak.
Surah Az-Zariat merupakan surah yang ke-51 di dalam mushaf Al-Qur’an, dan
memiliki arti “Angin yang menerbankan”, surah ini termasuk dalam golongan surat
makkiyah karena diturunkan sebelum Nabi Muhammad hijrah ke Madinah.
Surah ini terdiri dari 60 ayat. Dalam ayat tersebut Allah menyampaikan bahwa
maksud Allah menciptakan manusia di muka bumi ini adalah untuk mengabdi atau
beribadah kepada Allah swt.
Ini hubungannya dengan tujuan manusia diciptakan, yang nantinya juga berkaitan
dengan tujuan masing-masing setiap manusia. Dalam ayat tersebut Allah berfirman
bahwa Allah menciptakan jin dan manusia dengan tujuan untuk mengabdi/beribadah
kepada Allah. Bila kita diciptakan untuk mengabdi, maka kita harus melakukan kegiatan-
kegiatan yang berhubungan dengan ibadah kepada Allah.
Manusia diberi akal dan kekuasaan untuk mengatur dirinya sendiri. Jadi semua
perbuatan adalah kita yang mengatur, agar bernilai ibadah maka semua perbuatan harus
didasarkan pada niat karena Allah.
Dan kalau kita perjelas lagi, semua yang ada di dunia ini pasti berhubungan dengan
Allah. Ada kah satu saja yang tidak berhubungan dengan Allah?? Tidakk ada kan. Kita

5
Nashruddin Baidan, Metode Penafsiran Ayat-Ayat yang Beredaksi Mirip di dalam alQur`an, Fajar
Harapan, Pekanbaru, 1993, hal. 40

4
diciptakan untuk beribadah, maka dari itu tujuan utama kita juga harus Allah. Kita
mencari dunia untuk akhirat, sebenarnya kita nyari akhirat pun otomatis dunia akan kita
dapat.
“Barang siapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan Kami tambah
keuntungan itu baginya dan barang siapa yang menghendaki keuntungan di dunia Kami
berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu
bahagia pun di akhirat.” (QS. Asy-Syura: 20)
Kita bisa melihat dari Q.S. Asy-Syuro ayat 20 di atas, bila kita gunakan hidup kita
untuk Allah, untuk urusan akhirat maka dunia akan mengikuti. Bagaimana agar urusan
kita dunia terpaku pada Allah.

Niatkan semua karena Allah, kalau bekerja ya niatkan karena Allah untuk menghidupi
anak dan istri, dan semua kegiatan kita niatkan karena Allah, karena semua kegiatas pasti
ada hubungannya dengan Allah.

D. Nilai-nilai pendidikan
Allah Swt. Berfirman dalam Al-Qur’an Surah Adz-Zariyat Ayat 56 :
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi
kepada-Ku”6 Ayat tersebutmenjelaskan bahwa tujuan penciptaan manusia semata-mata
untuk mengabdi kepada Allah Swt.
Tujuan tersebut pada hakikatnya merupakan tujuan hidup manusia sekaligus
merupakan tujuan pendidikan yang dikehendaki oleh Allah Swt. Untuk itu tujuan
pendidikan yang utama dalam Islam menurut Al-Qur’an adalah agar terbentuk insan-
insan yang sadar akan tugas utamanya sesuai tujuan dalam penciptaannya, yaitu sebagai
hamba Allah yang senantiasa taat menjalankan ibadah semata-mata tertuju kepada-Nya.7
Manusia hidup didunia diberiamanah oleh Allah Swt, yakni menjadi khalifah fi al-ard
(pemimpin di bumi). Manusia yang diserahi fungsi pengelola bumi ini berusaha untuk
bagaimana dapat menjalankan fungsi ini dengan sebaik-baiknya menggali dan
mengembangkan potensi yang ada pada dirinya termasuk mengkaji dirinya sendiri dengan
segala aspeknya pada hakekatnya manusia mempunyai potensi fujur dan taqwa.8 Dengan

6
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Tarjamah, (Semarang : Thoha Putra, 2001),
hlm. 862
ibid, hal. 52
7

DjamaluddinDarwis,ManusiamenurutPandanganQur’andalamReformulasiFilsafat
8

PendidikanIslam(Semarang:Rasail,1996),h. 99

5
ketakwaan yang dimiliki manusia akan melahirkan karakter yang baik.
Tentu dalam rangka memanusiakan manusia, manusia perlu mengetahui hakikat
dirinya dan tujuan ia diciptakan. Karena manusia tidak akan sampai pada pemahaman
yang benar tentang konsep siapa dia sebenarnya tanpa mengetahui untuk apa ia hadir di
pentas kehidupan. Sebab itu, pendidikan harus bertujuan mengantarkan manusia pada
pemahaman tersebut sehingga ia menyadari hakikat dirinya.
Socrates,9 filsuf besar dari Yunani, menyatakan, manusia tidak akan hidup secara
wajar kecuali ia menerapkan apa yang tertulis di pulau Delphi, yang menyatakan:
“Ketahuilah dirimu dengan dirimu”. Maka, untuk dapat menjadi manusia yang wajar
dalam arti manusia yang sejati harus memahami dan mengenal diri sendiri sebagai
manusia. Karena dengan mengenal hakikat diri sebagai manusia yang merupakan
makhluk, maka mengetahui bagaimana ia memposisikan dirinya, di mana ia harus tunduk
dan patuh kepada Sang Pencipta.
Apa yang disampaikan Socrates, hampir semakna dengan ungkapan yang populer
dalam dunia tasawuf Islam, yang menyatakan, “Kenalilah dirimu, maka kamu (akan)
mengenal Tuhanmu”. Pengenalan terhadap diri sendiri akan mengantarkan manusia
mengenal Tuhannya sebagai Pencipta. Dengan demikian manusia mengetahui apa saja
hak-hak Tuhan yang menjadi kewajiban manusia.
Maka dalam ayat 56 QS al-Zariyat, secara tersirat memberikan pesan tentang tujuan
pendidikan, yaitu membentuk manusia yang taat dan patuh, khususnya kepada sang
Pencipta. Bukankah ciri orang terdidik adalah ketaatan dan kepatuhan terhadap norma
dan aturan yang berlaku. Tidak berbuat sesuatu yang melanggar hukum atau yang
bertentangan denghan norma-norma yang ada.

E. Surat Al-An’am 162-163

)162 ( ‫ين‬ ِ َ ‫ب ال‬ ِ ‫قُ ل إِ نَّ ص اَل تِي و نُس ِك ي و م ح ي اي و م م اتِي لِ ل‬


َ ‫ْع الَ م‬ ِّ ‫َّه َر‬ ََ َ َ َْ َ َ ُ َ َ ْ
“Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah
untuk Allah, Tuhan semesta alam.”10

9
Abd. Muin Salim, Konsepsi Kekuasaan Politik Dalam Al-Qur`an, Disertasi, FPS IAIN Syarif
Hidayatullah, Jakarta, 1989, hal. 26.
10
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Tarjamah, (Semarang : Thoha Putra, 2001),
hlm. 860

6
: ‫املفردات‬

Katakanlah : ‫قُ ْل‬ -

Sesungguhnya : ‫ إِ َّن‬-

Sholatku : ‫ص اَل يِت‬


َ -

Dan Ibadahku : ‫ َو نُ ُس ِك ي‬-

Dan Hidupku : ‫اي‬


َ َ‫ َو حَمْ ي‬-
Dan Matiku : ‫ و مَمَ ا يِت‬-
َ
Untuk Allah : ِ‫لِ لَّ ه‬ -

Tuhan : ‫ب‬
ِّ ‫َر‬ -

Semesta alam : ِ
َ‫ الْ َع الَ م ني‬-

)163 ( ‫ين‬ ِ ِ ‫َو ُل ال‬


َ ‫ْم ْس ل م‬
ُ ُ ‫ك أ ُِم ْر‬
َّ ‫ت َو أَنَا أ‬ َ ِ‫ َو بِ َٰذ ل‬0ۖ ُ‫يك لَ ه‬
َ ‫اَل َش ِر‬
“Tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku
adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)".

: ‫املفردات‬

:Tiada ‫اَل‬ -

:Sekutu َ ‫ َش ِر‬-
‫يك‬

:BagiNya ُ‫لَ ه‬ -

7
ِ
:Dan Demikian itu َ ‫ َو بِ َٰذ ل‬-
‫ك‬

:Diperintahkan kepadaku ‫ت‬ ِ


ُ ‫ أُم ْر‬-
:Dan Aku ‫ َو أَنَا‬-

:Yang Pertama ‫ أ ََّو ُل‬-


ِِ
:Menyerahkan diri َ‫ الْ ُم ْس ل م ني‬-
F. Tafsir Surat
1. Al-an’am Ayat 162

)162 ( ‫ني‬ ِ ِّ ‫اي َو مَمَ ا يِت لِ لَّ ِه َر‬


َ ‫ب الْ َع الَ م‬
ِ ‫قُ ل إِ َّن َ يِت‬
َ َ‫ص اَل َو نُ ُس ك ي َو حَمْ ي‬ ْ
“Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah
untuk Allah, Tuhan semesta alam.”

Ayat diatas dapat dijelaskan bahwa tujuan pendidikan Islam sama dengan
tujuan hidup manusia. Dapat juga dikatakan bahwa tujuan pendidikan Islam
adalah membentuk khalifah yang sempurna.
Dengan demikian tujuan pendidikan Islam secara keseluruhan adalah
membentuk manusia yang bertakwa kepada Allah SWT, hal ini berarti bahwa
pendidikan Islam diharapkan menghasilkan manusia yang berguna bagi dirinya
sendiri dan orang lain, serta dapat mengamalkan dan mengembangkan ajaran
Islam sehingga tercapai kebahagiaan dunia dan ahirat. Tujuan umum pendidikan
Islam harus sejajar dengan pandangan manusia, yaitu makhluk Allah yang
mulia dengan akalnya, perasaannya, ilmunya dan kebudayaannya, menjadi
khalifah di bumi. 11
Lingkungan pendidikan merupakan salah satu faktor yang membentuk
sikap atau tingkah laku manusia, keberhasilan guru dalam membentuk perilaku
juga dipengaruhi oleh perkembangan manusia itu sendiri sebagai objek. Sudah

11
M. Bashori Muchisin, Pendidikan Islam Humanistik, (Bandung: PT Refika Aditama,
2010), hal. 13-15

8
pasti lingkungan yang berpendidikan, teratur, dan sistematis akan membuat
peserta didik dapat membentuk kepribadian yang baik.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal dan juga sebagai tempat anak
untuk belajar merupakan salah satu filter (penyaring) alam menghadapi
perkembangan zaman yang juga semakin maju dan berkembang, terlebih dalam
pembentukan sikap keberagamaan siswa. Lingkungan yang berpendidikan akan
menjadikan siswa lebih baik dalam berbuat.

1) (Tafsir Jalalain
Katakanlah, "Sesungguhnya salatku, ibadahku) amal ibadahku, yaitu ibadah haji dan
lain-lainnya (hidupku)kehidupanku (dan matiku) meninggalku (hanyalah untuk Allah,
Tuhan semesta alam).

2) Tafsir Ibnu Katsir


Allah Subhanahu wa ta’ala memerintahkan kepada Nabi Shollallohu alaihi wa sallam
untuk memberitakan kepada orang-orang musyrik penyembah selain Allah dan kalau
menyembelih hewan bukan menyebut nama Allah, bahwa dia (Nabi Shollallohu alaihi wa
sallam) berbeda dengan mereka dalam hal tersebut. Karena sesungguhnya sholatnya
hanyalah untuk Allah, dan ibadahnya hanya semata-mata untuk Allah, tiada sekutu bagi-
Nya, Hal ini sama dengan yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat lain, yaitu: Maka
dirikanlah sholat karena Tuhanmu, dan berkorbanlah. (Al-Kausar: 2)
Artinya, berikhlaslah kamu untuk Dia dalam sholat dan kurbanmu. Karena
sesungguhnya orang-orang musyrik menyembah berhala dan menyembelih untuk berhala.
Maka Allah memerintahkan kepada NabiNya agar membedakan diri dengan mereka dan
menyimpang dari kebiasaan yang mereka lakukan, serta menghadapkan diri dengan seluruh
tekad dan niat yang tulus dalam berikhlas kepada Allah Subhanahu wa ta’ala.
Mujahid mengatakan sehubungan dengan firman-Nya: sesungguhnya sholatku dan
ibadahku. (Al-An'am: 162} Nusuk artinya melakukan kurban di musim haji dan umrah.
As-Sauri meriwayatkan dari As-Saddi, dari Sa'id ibnu Jubair sehubungan dengan makna
firman-Nya, "Nusuki" bahwa makna yang dimaksud ialah kurbanku. Hal yang sama
dikatakan oleh As-Saddi dan Ad-Dahhak.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Auf,
telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Khalid Az-Zahabi, telah menceritakan kepada
kami Muhammad ibnu Ishaq, dari Yazid ibnu Habib, dari Ibnu Abbas, dari Jabir ibnu

9
Abdullah yang mengatakan bahwa Rasulullah Shollallohu alaihi wa sallam pada Hari Raya
Adha berkurban dengan menyembelih dua ekor domba, dan ketika menyembelihnya
membaca doa berikut: Aku hadapkan mukaku kepada Zat Yang Menciptakan langit dan bumi
dengan hati yang hanif' (cenderung kepada agama yang hak}, dan saya bukanlah termasuk
orang-orang yang mempersekutukan Tuhan. Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku, dan
matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam, tiada sekutu bagi-Nya, dan demikian
itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan
diri (kepada Allah}.

2. Tafsir surat al-an’am ayat 163


ِِ ِ َ ِ‫ و بِ َٰذ ل‬Qۖ ‫يك لَ ه‬
)163 ( ‫ني‬
َ ‫ت َو أَنَا أ ََّو ُل الْ ُم ْس ل م‬
ُ ‫ك أُم ْر‬ َ ُ َ ‫اَل َش ِر‬
“Tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah
orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)".

1) Tafsir Ibnu Katsir


Allah memerintahkan Rasulullah saw agar memberitahukan kepada orang-orang
musyrik yung menyembah selain Allah dan menyembelih dengan menyebut selain nama-
Nya, bahwa dalam hal itu beliau berseberangan dengan mereka, karena sesungguhnya
shalatnya untuk Allah dan sembelihannya adalah atas nama-Nya saja yang tiada sekutu bagi-
Nya.
Dan hal ini sama seperti firman-Nya yang artinya: “Maka dirikanlah shalat karena
Rabbmu dan berkurbanlah.” (QS. Al-Kautsar: 2). Dengan pengertian, serahkanlah dengan
tulus ikhlas kepada-Nya, shalat dan penyembelihanmu itu. Karena orang-orang musynik itu
menyembah berhala dan menyembelih untuk para berhala tersebut, maka Allah memerintah
beliau untuk menyelisihi mereka dan berpaling dari apa yang mereka lakukan, dan
mengarahkan tujuan, keinginan hanya tertuju pada Allah semata.12
Mengenai firman-Nya: inna shalaatii wa nusukii (“Sesungguhnya shalatku dan
ibadahku.”) Mujahid berkata: “Kata nusuk berarti penyembelihan hewan saat menjalankan
ibadah haji dan umrah.” Sedangkan ats-Tsauri mengatakan dari as-Suddi, dari Sa’id bin
Jubair, ia berkata: “Nusukii berarti sembelihanku.

12
DjamaluddinDarwis,ManusiamenurutPandanganQur’andalamReformulasiFilsafat
PendidikanIslam(Semarang:Rasail,1996),h. 121

10
Firman-Nya: wa ana awwalul muslimiin (“Dan aku adalah orang yang pertama-tama
menyerahkan diri [kepada Allah].”) Qatadah berkata, “Yakni dari umat ini.” Dan makna ini
adalah benar, karena seluruh Nabi sebelum beliau, mereka adalah menyeru kepada Islam,
yang pokoknya adalah ibadah kepada Allah semata yan tidak ada sekutu bagi-Nya,
sebagaimana yang difirirmankanNya yang artinya:
“Dan Kami tidak mengutus seorang Rasul pun sebelummu, melainkan Kami wahyukan
kepadanya, ‘Bahwa tidak ada ilah [yang berhak diibadahi] melainkan Aku maka sembahlah
Aku.” (al-Anbiyaa’: 25)

2) Tafsir Quraish shihab


Dia tidak mempunyai sekutu dalam penciptaan makhluk dan dalam keberhakan-Nya
untuk disembah. Allah, Tuhanku, memerintahkan aku untuk selalu ikhlas memurnikan
ibadah, baik dalam pengesaan Allah maupun dalam amal perbuatan. Aku adalah orang
pertama yang patuh dan taat. Aku adalah orang yang paling sempurna kepatuhan dan
penyerahan dirinya."

3) Tafsir jalalain
ُ‫ه‬Q َ‫ك ل‬
َ ‫ ِري‬Q ‫( اَل َش‬Tiada sekutu bagi-Nya) di dalam hal demikian, ‫ك‬ َ ِ‫ ٰ َذل‬Q ِ‫( َوب‬dan demikian itulah)
ُ ْ‫( أُ ِمر‬yang diperintahkan kepadaku, dan aku adalah orang yang
ketauhidan َ‫ت َوأَنَا أَ َّو ُل ْال ُم ْسلِ ِمين‬
pertama-tama menyerahkan diri kepada Allah”) dari kalangan umat ini.

G. Isi Kandungan
1. Al-an’am ayat 162-163
Surah al-An’am ayat 162-163 merupakan surat yang ke-6, terdiri atas 165 ayat, surah ini
termasuk surah Makiyyah karena diturunkan sebelum hijrah Nabi saw. ke Madinah. Al-
An’am artinya binatang ternak. Hal ini berkaitan dengan kebiasaan orang yang menganggap
bahwa binatang ternak dapat dipergunakan untuk mendekatkan diri kepada tuhan. Selain itu,
dalam surat ini disebutkan tentang hukum binatang ternak. Isi pokok kandungan surat al-
An’am adalah tentang keimanan, hukum, kisah kisah.
Surat ini merupakan pernyataan komitmen manusia dengan Allah Swt. yang merupakan
pernyataan sikap, baik hidup maupun mati semata-mata untuk mendapatkan rida dari-Nya.
Orang ikhlas banyak memperoleh manfaat dalam kehidupannya, misalnya, kesulitan
hidupnya dapat terbantu oleh ibadah yang diterima oleh Allah Swt.
Secara garis besar kandungan QS. Al-An’am ayat 162-163 dapat disimpulkan:

11
1. Perintah Allah Swt. pada umat-Nya untuk berkeyakinan bahwa shalatnya, hidupnya, dan
matinya hanyalah semata mata untuk Allah Swt.
2. Allah Swt. adalah Tuhan semesta alam, tidak ada sekutu bagi-Nya.
3. Perintah Allah Swt. pada umat manusia untuk ikhlas dalam berkeyakinan, beribadah,
beramal, dan menjadi orang pertama dalam kaumnya yang berserah diri kepada-Nya.
4. Senantiasa beramal shaleh dan menjauhkan segala larangan larangan Allah Swt. agar
selamat di dunia dan akhirat.

H. Nilai-nilai pendidikan
Adapun kandungan surat al-An’am ayat 162-163 adalah kewajiban manusia untuk
beribadah kepada Allah Swt. secara ikhlas. Ikhlas berarti melaksanakan perbuatan semata
mata untuk mendapatkan rida Allah Swt. tidak bercampur dengan hal-hal lain. Dalam
menjalankan ibadah, seseorang tersebut tidak memasukkan unsur unsur yang dapat
mengurangi nilai ibadah, misalnya riya’, karena riya’ walaupun sedikit akan mengurangi nilai
ibadah tersebut dan tidak dapat dikatakan ikhlas.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Isi Kandungan ayat surah adz dzariyat ayat 56:
a. Ayat ini menjelaskan tentang tujuan Allah menciptakan manusia adalah untuk
beribadah kepada Allah.
b. Ayat ini menjelaskan tentang tujuan Allah menciptakan jin adalah untuk beribadah
kepada Allah.

12
2. Secara garis besar kandungan QS. Al-An’am ayat 162-163 dapat disimpulkan:
a. Perintah Allah Swt. pada umat-Nya untuk berkeyakinan bahwa shalatnya, hidupnya,
dan matinya hanyalah semata mata untuk Allah Swt.
b. Allah Swt. adalah Tuhan semesta alam, tidak ada sekutu bagi-Nya.
c. Perintah Allah Swt. pada umat manusia untuk ikhlas dalam berkeyakinan,
beribadah, beramal, dan menjadi orang pertama dalam kaumnya yang berserah diri
kepada-Nya.
d. Senantiasa beramal shaleh dan menjauhkan segala larangan larangan Allah Swt.
agar selamat di dunia dan akhirat.

DAFTAR PUSTAKA

Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Tarjamah, 2001, Semarang, Thoha Putra
Abd. Muin Salim, Konsepsi Kekuasaan Politik Dalam Al-Qur`an, 1989, Disertasi, FPS IAIN
Syarif Hidayatullah, Jakarta

13
Ahmadi, Rulam, Pengantar Pendidikan: Asas & Filsafat Pendidikan, 2016, Yogyakarta, Ar
Ruzz Media
Darwis, Djamaluddin, Manusia menurut Pandangan Qur’an dalam Reformulasi Filsafat
Pendidikan Islam, 1996, Semarang, Rasail
Lihat, Mannâ’ Khalil al-Qattân Mabâhits Fî ‘Ulûm al-Qur`ân, Muassat al-Risalat, 1999/1420
M. Bashori Muchisin, Pendidikan Islam Humanistik, 2010, Bandung, PT Refika Aditama
Nashruddin Baidan, Metode Penafsiran Ayat-Ayat yang Beredaksi Mirip di dalam al
Qur`an, 1993, Pekanbaru, Fajar Harapan

14

Anda mungkin juga menyukai