D
I
S
U
S
U
N
Oleh :
Halimatussa’diah
Ririn Tinambunan
Suraida
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Akhlak merujuk kepada amalan dan tingkah laku tulus yang tidak dibuat-
buat yang menjadi kebiasaan. Manakala menurut istilah Islam, akhlaq ialah sikap
keperibadian manusia terhadap Allah, manusia, diri sendiri dan makhluk lain,
sesuai dengan suruhan dan larangan serta petunjuk Al-Quran dan Sunnah
Rasulullah SAW. Ini berarti akhlaq merujuk kepada seluruh perlakuan manusia
sama ada berbentuk lahiriah maupun batiniah yang merangkumi aspek amal
ibadah, percakapan, perbuatan, pergaulan, komunikasi, kasih sayang dan
sebagainya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana ruang lingkup / sasaran akhlak?
2. Bagaimana implementasi akhlak kepada allah?
3. Bagaimana akhlak kepada Allah swt (beriman, bertaqwa, ikhlas)?
C. Manfaat Penulisan
1. Untuk mengetahui ruang lingkup / sasaran akhlak.
2. Untuk mengetahui implementasi akhlak kepada allah.
3. Untuk mengetahui akhlak kepada Allah swt (beriman, bertaqwa, ikhlas).
1
BAB II
PEMBAHASAN
1
Moh. Ardani, Akhlak TaSawuf : Nilai-nilai Akhlak /Budi Pekerti Dalam Ibadah Dan
Tasawuf , (Jakarta : Karya Mulia, 2005), hlm. .49
2
tidak peduli aib itu benar atau salah walaupun sambil memberikan materi kepada
yang disakiti hatinya. 2
Di dalam al Quran banyak sekali ayat yang menerangkan hubungan
manusia dengan manusia lainnya, diantaranya:
• Akhlak terhadap Rasulullah SAW. Mencintai setulus hati dengan
mengikuti semua sunnah beliau, bershalawat kepada beliau dan
menjadikannya panutan dalam berakhlak.
• Akhlak terhadap orang tua dengan menyayangi mereka, bertutur kata
dengan lemah lembut, membantu mereka, tidak membuat susah dan
membanggakan mereka.
• Akhlak terhadap guru, menghormati, mengikuti nasehat baiknya, karena
guru yang mengajar dan mendidik, juga menjadi pengganti orang tua kita
disekolah.
• Akhlak terhadap diri sendiri dengan memelihara nama baik diri, menjaga
kesucian diri seperti berpakaian yang pantas, menutup aurat, menghiasi
diri dengan sikap baik, jujur, amanah, pemaaf dan sifat baik lainnya.
• Akhlak terhadap masyarakat, karena manusia membutuhkan pertolongan
dari orang lain, maka perlunya kerja sama, saling menolong, saling
menghormati antar sesama.
2
Abudin Nata, Akhlak TaSawuf, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996), hlm.149
3
B. Implementasi Akhlak Kepada Allah
Kita sebagai umat islam memang selayaknya harus berakhlak baik kepada
Allah karena Allah lah yang telah menyempurnakan kita sebagai manusia yang
sempurna. Untuk itu akhlak kepada Allah itu harus yang baik-baik jangan akhlak
yang buruk. Seperti kalau kita sedang diberi nikmat, kita harus bersyukur kepada
Allah.
Menurut pendapat Quraish Shihab bahwa titik tolak akhlak kepada Allah
adalah pengakuan dan kesadaran bahwa tiada Tuhan melainkan Allah. Dia
memiliki sifat-sifat terpuji; demikian agung sifat itu, jangankan manusia, malaikat
pun tidak akan mampu menjangkaunya.
Seorang yang berakhlak luhur adalah seorang yang mampu berakhlak baik
terhadap Allahta’ala dan sesamanya. Imam Ibnul Qayyim rahimahullah
mengatakan :
4
C. Akhlak Kepada Allah SWT (Beriman, Bertaqwa, Ikhlas)
1. Beriman Kepada Allah SWT
Apa itu iman? Iman adalah ucapan dan perbuatan. Ucapan hati dan lisan,
serta amal hati. Artinya pengakuan yang di (ucapkan) dalam hati dan lisan serta
bersedia melakukan yang dibenarkannya melalui amal hati. Dari Abu Hurairah, ia
berkata, "Rasulullah bersabda, 'Iman terbagi lebih dari tujuh puluh atau enam
puluh cabang. Yang paling utama adalah ucapan laailaa ha illallah dan yang
terendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan. Dan sifat malu termasuk satu
cabang dari iman." HR. Muslim Sehingga dapat disimpulkan iman merupakan
suatu yang tersembunyi dalam jiwa atau pengakuan dalam lubuk hati.
Sebagaimana kita ketahui dalam agama Islam memiliki Rukun Iman yakni
beriman kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari
kiamat, dan beriman kepada qadla’ dan qadar (ketentuan). Seorang muslim yang
beriman kepada Allah adalah yang membenarkan adanya Tuhan Yang Maha
Agung Tuhan Maha Pencipta langit dan bumi. Dia mengetahui alam gaib dan
alam nyata, Maha Pengatur, raja segala sesuatu. Tiada Tuhan melainkan Dia.
Dialah Yang Maha Agung, Yang memiliki sifat-sifat maha sempurna. Untuk
pertama kalinya kita mendapat petunjuk dari petunjuk-Nya. (Allah berfirman :
Kalaulah bukan karena petunjuk Allah, tidaklah kita akan mendapat petunjuk). 3
Iman kepada Allah adalah salah asas dan inti kaidah Islamiyah. Maka ia
adalah pokok, dan semua rukun-rukun akidah dihubungkan kepadanya atau
mengikutinya. Dari ajaran dasar, timbulah bagian-bagian dan rukun- rukun iman
yang lain. Bahwa beriman kepada Allah adalah beriman pada yang ghaib, dan
beriman kepada yang ghaib memerlukan dalil-dalil yang rasional untuk
membuktikan kebenaran keimanan itu. Dalil-dalil tentang wujud Allah ada yang
berdasarkan akal dan ada juga yang berdasarkan wahyu dan merupakan dalil
lengkap bagi pengetahuan kita tentang Allah.
Tingkatan mengimani Allah (tauhid) yaitu ada lima tingkatan, yaitu :
3
Abu Bakar Jabir El-Jazair , Pola Hidup Muslim, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 1990),
hlm. 1
5
a. Taqlit
Taqlit secara umum adalah mengikuti pendapat orang lain tanpa mengetahui
sumber atau alasannya. Namun untuk kasus Iman Kepada Allah ialah taqlit
atau mengikuti orang tua, karena saat kita masih belum bisa menemukan
dasar atau ilmu dalam Iman Kepada Allah alangkah lebih baiknya jika kita
mengikuti orang tua kita yang sudah paham soal Iman Kepada Allah, dan itu
sebagai cara agar kita juga bisa belajar tentang Ilmu Agama lainnya yang
diajarkan oleh Nabi Muhammad.
b. Ilmu yang Dimiliki
Ilmu yang kita miliki berguna untuk menemukan bukti yang dapat
meyakinkan kita tentang iman kepada Allah, tentang keberadaan Allah
contohnya, dan semua yang dapat meyakinkan kita tentang iman kepada
Allah.
c. Selalu Diawasi Oleh Allah
Bila kita tidak bisa menerapkan keyakinan bahwa Allah sedang melihat kita,
maka kita akan menjadi hamba yang lupa akan pengawasan Allah, karena kita
mengira bahwa Allah tidak mengetahui apa yang kita kerjakan.
d. Melihat Allah Dengan Mata Hati
Manusia dapat melihat benda disekitar dengan ke-dua mata seperti biasanya,
namun saat kita ingin melihat Allah, kita melihat dengan ke-dua mata maka
kita tidak akan melihat Allah, namun Allah hanya bisa dilihat dengan mata
hati. Kita hanya bisa melihat Allah dengan mata hati apabila kita sudah
merasa diawasi oleh Allah, namun apabila kita tidak merasa diawasi Allah
kita pasti kesulitan untuk melihat Allah dengan mata hati kita. Dan saat kita
tidak dapat melihat Allah dengan mata hati maka kita bisa saja menjadi
tersesat dan keluar dari tuntunan Allah.
e. Semuanya Hanya Untuk Allah (Zuhud)
Secara harfiah al-zuhud berarti tidak ingin kepada sesuatu yang bersifat
keduniawian. 4 Sedangkan menurut Harun Nasution zuhud artinya keadaan
meninggalkan dunia dan hidup kematerian. Zuhud termasuk salah satu ajaran
4
Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, (Jakarta: Hidakarya Agung, 1990), hlm.158.
6
agama yang sangat penting dalam rangka mengendalikan diri dari pengaruh
kehidupan dunia. Orang yang zuhud lebih mengutamakan atau mengejar
kebahagiaan hidup di akhirat yang kekal dan abadi, dari pada mengejar
kehidupan dunia yang fana sepintas lalu.
3. Ikhlas
Secara terminologis yang dimaksud dengan ikhlas adalah semata-mata
mengharap ridha Allah SWT. Jadi segala apa yang kita lakukan itu sematamata
hanya mengharap ridha Allah SWT. Tiga unsur keikhlasan adalah:
7
a. Niat yang ikhlas (semata-semata hanya mencari ridho Allah).
b. Beramal dengan sebaik-baiknya
Setelah memiliki niat yang ikhlas, seorang muslim yang mengaku ikhlas
melakukan sesuatu harus membuktikannya dengan melakukan perbuatan itu
dengan sebaik-baiknya.
c. Pemanfaatan hasil usaha dengan tepat
Hanya dengan ikhlas, semua amal ibadah kita akan diterima oleh Allah
SWT. Rasulullah SAW bersabda, yang artinya :”Selamatlah para mukhlisin.
Yaitu orang-orang yang bila hadir tidak dikenal, bila tidak hadir tidak dicari-
cari. Mereka pelita hidayah, mereka selalu selamat dari fitnah kegelapan…”(
HR. Baihaqi ).
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ruang lingkup akhlak sangat luas karena menjangkau seluruh tingkah laku
manusia, mulai dari sikap, perkataan dan suara hati. Sedangkan ruang lingkup
akhlak meliputi:
1. Akhlak manusia terhadap allah swt
2. Akhlak manusia terhadap manusia
3. Akhlak manusia terhadap alam
Kita sebagai umat islam memang selayaknya harus berakhlak baik kepada
Allah karena Allah lah yang telah menyempurnakan kita sebagai manusia yang
sempurna. Untuk itu akhlak kepada Allah itu harus yang baik-baik jangan akhlak
yang buruk. Seperti kalau kita sedang diberi nikmat, kita harus bersyukur kepada
Allah.
Menurut pendapat Quraish Shihab bahwa titik tolak akhlak kepada Allah
adalah pengakuan dan kesadaran bahwa tiada Tuhan melainkan Allah. Dia
memiliki sifat-sifat terpuji; demikian agung sifat itu, jangankan manusia, malaikat
pun tidak akan mampu menjangkaunya.
B. Saran
Demikianlah makalah ini dibuat, kami menyadari penulisan makalah ini
masih banyak kesalahan dan kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang
konstruktif demi kesempurnaan makalah ini dan berikutnya. Besar harapan kami,
semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca pada
umumnya dan khususnya bagi pemakalah.
9
DAFTAR PUSTAKA
Abudin Nata, Akhlak TaSawuf, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996).
Abu Bakar Jabir El-Jazair , Pola Hidup Muslim, (Bandung : Remaja Rosdakarya,
1990).
Moh. Ardani, Akhlak TaSawuf : Nilai-nilai Akhlak /Budi Pekerti Dalam Ibadah
Dan Tasawuf , (Jakarta : Karya Mulia, 2005).
10