Anda di halaman 1dari 13

PEMBAGIAN HADITS DARI SEGI PENISBATANNYA

 Alim Aulia Hana H01219001

 Dwi Nova Ramadhani H01219003

 Rafi Aji Asfiyan H71217039


Pengertian Hadist Qudsi

• Para Muhādisīn dalam memahami pengertian hadis Qudsi membedakan


dalam memahami pengertian hadis atau sunah Nabi pada umumnya. Hadis
Qudsi disebut pula sebagai hadis Ilahiy atau Rabaniy, yakni sebuah hadis yang
sama halnya seperti hadis Nabi, tetapi dimana keduanya secara subtansi
(kandungan maknanya) berbeda dari asal sumbernya. Hadis Qudsi maknanya
bersunber dari Allah swt, sedangkan hadis atau sunah pada umumnya
bersumber dari Nabi sendiri baik lafal maupun maknanya. Namun keduanya
sama-sama didakwahkan secara langsung melalui Nabi Muhammad SAW
Ciri-Ciri Hadist Qudsi
• Ciri- Cirinya :

• ‫قال هللا تعال فيما رواه عن رسول هللا صلي هللا عليه وسلم‬
• Allah SWT. Berfirman dalam hadits yang diriwayatkan oleh Rasulallah SAW.

• ‫قال رسول هللا صلي هللا عليه وسلم فيما يروى عن ربه‬

• Rasulallah SAW. Bersabda tentang hadits yang diriwayatkannya dari Tuhannya.

• ‫ قل هللا تعا لي‬.....

• ‫ يقول هللا عزوجل‬.....

• ‫ فيما يرويه عن هللا تبارك وتعالي‬.‫م‬.‫ قا ل رسول هللا ص‬....


Contoh Hadist Qudsi
•Tiap amal perbuatan bergantung dari niatnya
• ‫ فمن كانت هجرته‬,‫ ( انما االعمال بالنيا ت وانما لكل امرئ ما نوى‬:‫ قال رسو ل هللا صلعم‬:‫عن عمر بن الخطا ب رضي هللا عنه قال‬
) ‫ ومن كانت هجرته الى دنيا يصيبها او امراة ينكحها فحجرته الى ما ها جرا اليه‬,‫الى هللا ورسوله فهجرته الى هللا ورسوله‬

• Artinya: Dari Umar bin Khathab r.a bahwa Rasulallah saw bersabda, “sesungguhnya setiap amal
perbuatan bergantung pada niat dan sesunnguhnya setiap orang hanya akan mendapatkan apa yang
diniatkannya. Oleh sebab itu, barang siapa yang berhijrah karena Allah dan Rasul-Nya, maka
hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, dan barang siapa yang berhijrah karena urusan dunia atau
karena perempuan yang hendak dinikahinya, maka hijrahnya akan dibalas sesuai dengan niatnya.”
(sahih: riwayat Imam Baihaqi dalam sunan kubra. Lihat sahibul jami’ no: 2319)
Pengertian Hadist Marfu’

• Hadits Marfu’ adalah segala perkataan, perbuatan dan taqrir (kesepakatan) yang disandarkan kepada
Rasulullah SAW, baik bersambung sanadnya, maupun tidak. baik yang menyandarkan itu Sahabat Nabi
maupun bukan.
• Berdasarkan definisi diatas hadits marfu itu ada yang sanadnya bersambung, adapula yang terputus.
Dalam hadits marfu ini tidak dipersoalkan apakah ia memiliki sanad dan matan yang baik atau
sebaliknya. Bila sanadnya bersambung maka dapat disifati hadits shahih atau hadits hasan, berdasarkan
derajat kedhabitan dan keadilan perawi. Bila sanadnya terpuus hadits tersebut disifati dengn hadits
dhaif mengikuti macam-macam putusnya perawi.
Pembagian Hadist Marfu’
Hadits Marfu’ Qauli Haqiqi
• Hadits marfu’ Qauli haqiqi adalah hadits yang disandarkan kepada Nabi SAW, berupa sabda beliau dalam bentuk beritanya dngan tegas dinyatakan
bahwa Nabi telah bersabda

• ْ ‫ ال يقبل هلال صالة‬: ‫عن عمر بن اخلطاب رضي هلال عنه قال َسعت رسول هلال صلى هلال عليه وسلم يقول‬.
‫بغي طهور وال صدقة من غلول‬

• Dari Umar bin Khattab ra, beliau berkata : saya mendengar Rasulullah SAW bersabda : Allah SWT tidak menerima sholat dari orang yang
tidak suci, dan tidak menerima sedekah dari tipu daya. (HR. Muslim).

Hadits Marfu’ Fii’il Haqiqi

• Yang dimaksud dengan hadits marfu’ fi’il haqiqi adalah perbuatan Rasulullah SAW seperti hadits di bawah ini,

• ‫عن عائشة قالت كان النب صلى هلال عليه وسلم يصبح جنبا مل يغتسل مث يغدو إىل الصالة فأَسع قراءنه ويصوم‬

• Dari Aisyah ra berkata, Nabi SAW pada waktu subuh dalam keadaan junub, kemudian beliau mandi dan pergi sholat subuh. Saya mendengar
bacaan beliau pada waktu itu dan beliau juga berpuasa.(HR. Ahmad).

Hadits Marfu’ Taqriri Haqiqi

• Yang dimaksud dengan Hadits marfu’ taqriri haqiqi adalah hadits yang menjelaskan tentang perbuatan sahabat yang dilakukan di hadapan
Rasulullah SAW tanpa memperoleh redaksi dari beliau, baik dengan menyetujuinya atau mencegahnya. Seperti hadits di bawah ini ;

• ‫أيمرن ومل ينهاَن‬


َ ‫قال ابن عباس رضي هلال عنه كنا نصلى ركعتني بعد غروب الشمس وكان رسول هلال صلى هلال عليه وسلم يراَن ومل‬
• Ibn Abbas ra berkata “kami sholat dua rakaat setelah terbenam matahari , sedang Rasulullah SAW melihat kami dan tidak memerintahkan kepada
kami atau melarangnya.
Pembagian Hadist Marfu’
Hadits Marfu’ Qauli Hukmi
• Hadits marfu’ qauli hukmi adalah hadits yang tidak secara tegas disandarkan kepada sabdanya, dan marfu’nya hadits tersebut dapat diketahui
karena adanya qarinah (keterangan) yang lain, bahwa itu berasal dari Nabi SAW.
• Contohnya ‫عنأنسق ا لأمر ب ا لل أني شفع اأ لذانويوتر اإ لقامة )متفقعليه‬
• ( Dari Anas ra Bilal telah diperintahkan untuk mengucapkan lafaz azan secara genap dan iqamah secara ganjil. (Muttafaq alaih).

Hadits Marfu’ Fi’il Hukmi


• Hadits Marfu; fi’il hukmi adalah hadits yang menjelaskan tentang perbuatan sahabat, yang dilakukan di hadapan Rasulullah SAW atau di
zamannya

• ‫عن ابن عمر قال كنا نتوضأ حنن والنساء على عهد رسول هلال صلى هلال عليه وسلم من إَنء واحد ندىل فيه أيدينا )رواه أبو داود‬
• Dari Ibn Umar berkata “pada zaman Rasulullah SAW kami berwudhu’ bersama kaum wanita di dalam satu bejana. Kami menjulurkan
tangantangan kami pada bejana tersebut. (HR. Abu Daud)

Hadits Marfu’ Taqriri Hukmi

Hadits Marfu’ Taqriri Hukmi adalah hadits yang berisi suatu berita yang berasal dari sahabat, kemudian diikuti dengan kata-kata :sunnah Abi
Qasim atau sunnah Nabiyyin, min as-Sunnah atau kata-kata yang semacamnya. Seperti hadit di bawah ini ;

• ‫عن عقبة بن عامر اجلهىن أنه قدم على عمر بن اخلطاب من مصر فقال منذ كم مل تنزع خفيك قال من اجلمعة إىل اجلمعة قال اصبت السنة‬

“Dari Uqbah bin Amir al-Juhani ra, bahwasanya dia menghadap kepada Umar bin Khattab, setelah dia bepergian dari Mesir, maka
Umar bertanya kepadanya, sejak kapan kamu tidak melepaskan sepatu khufmu. Uqbah menjawab : sejak hari jum’at sampai jum’at.
Umar berkata kamu sesuai dengan sunnah. (HR. Ibn Majah).
Pengertian Hadist Mauquf

• Secara bahasa kata‫ موقوف‬merupakan isim maf’ul dari‫ ا^^لوق^ف‬yang artinya berhenti atau diam ditempat.
Hadits Mauquf merupakan bagian dari Hadits Dhaif dari segi matannya. Menurut Sarbanun (2018)
Hadits Mauquf adalah hadits yang diriwayatkan dari para sahabat, berupa perkataan, perbuatan, dan
taqririnya1. Secara singkat Hadits Mauquf dapat diartikan sebagai hadits yang matannya disandarkan
kepada sahabat
Pembagian Hadist Mauquf
a. Ditinjau dari status hukumnya
1) Dihukumi Marfu’
•Maksud dihukumi marfu’ disini yaitu disamakan dengan hadits marfu’, karena para ulama’ menemukan indikasi yang
menunjukkan bahwa apa yang muncul dari sahabat dalam bentuk hadits mauquf, itu sejatinya berasal dari Nabi SAW bukan
dari ijtihad mereka, namun karena mereka tidak menisbatkannya secara langsung pada Nabi SAW dan tetap dikatagorikan
sebagai hadits mauquf. Seperti contoh, “Ibnu Umar berkata: Bila kau berada diwaktu sore, jangan menunggu datangnya
diwaktu pagi hari, dan bila kau berada diwaktu pagi jangan menunggu datangnya waktu sore hari. Ambillah dari waktu
sehatmu persediaan untuk waktu sakitmu dan dari waktu hidupmu untuk persediaan matimu.” (Riwayat Bukhori)

1) Tetap dihukumi mauquf


• Tetap dihukumi mauquf karena didalamnya tidak ditemukan indikasi-indikasi hukum marfu’ yang menunjukkan bahwa
hadits mauquf tersebut sebenarnya berasal dari Nabi SAW, bukan muncul dari ijtihad atau kesadaran sahabat mengenai
suatu perkara, sehingga status hukumnya adalah tetap mauquf. Mengenai penentuan hukum dari hadits mauquf, dapat
diartikan juga bahwa hadits mauquf dilihat dari segi sanad maupun matan-nyaberupa segala perkataan, perbuatan, dan
ketetapan yang disandarkan pada generasi sahabat. Seperti pada contoh hadits berikut:

• Artinya: Dari Jarir Ibn Abdillah al-Bajalli, ia berkata: “Kami berpendapat bahwa berkumpulnya orang ditempat
keluarga mayyit dan pembuatan makanan (didalamnya) termasuk bagian dari meratap” (HR. Ibn Majah)
Pembagian Hadist Mauquf
• Ditinjau berdasarkan kualitasnya

• Pembagian hadits mauquf ataupun marfu’ adalah untuk membedakan siapa sosok yang
menjadi sandaran dari hadits tersebut bukan berkaitan dengan da’if atau tidaknya hadits
tersebut. Oleh karena itu, ke-mauquf-an suatu hadits tidaklah dapat menjadi alasan untuk
men-da’if-kan suatu hadits. Hadits shahih tidaklah selamanya harus berupa hadits marfu’,
selagi memenuhi kriteria yang telah ditentukan oleh mayoritas muhaddits, maka hadits
mauquf pun dapat memiliki kualitas shahih. Kenyataanya, memang tidak sedikit hadits
mauquf yang dimuat dalam kitab Shahih Bukhari ataupun Shahih Muslim, dua kitab hadits
yang sangat otoritatif dikalangan Sunni terkait kualitas-kualitas hadits didalamnya. Ibn Hajar
Al-Asqalani (w. 852 H) sendiri sampai menulis satu kitab yang berisi himpunan hadits mauquf
yang terdapat dalam kitab Shahih Muslim dengan judul al-Wuquf ‘ala al-Mauquf fi Shahih
Muslim dan dalam kitab lainnya yang berjudul Hadiy al-Sari Muqaddimat Fath al-Bari,
beliau juga menyediakan satu fasal terkait hadits mauquf dalam kitab Shahih Bukhari.
Pengertian Hadist Maqthu’

•Hadits Maqthu adalah hadits maqtu secara bahasa berasal dari Kata Al-Maqthu (‫لمقطوع‬EE‫ ) ا‬yang
berarti terpotong yang merupakan lawan dari kata Mausul yang berarti bersambung. Sedangkan,
secara istilah adalah sebagai berikut:

• ً‫ان اَ ْوفِ ْعالً أَ ْوفِ ْعال‬


َ ‫ف اِلَى التَّابِ ِع ِّي قَ ْوالً َك‬ ِ ُ‫َو ُه َو َماأ‬
َ ‫ض ْي‬

• “Yaitu sesuatau yang disandarkan pada Tabiin baik perkataan maupun perbuatan tabi’in tersebut”.
• Maqthu’ secara terminologi ialah sesuatu yang disandarkan kepada thabi’in atau selainnya atau. orang
yang berada di bawah tabi’in (tabiut tabi’in) baik berbentuk perkataan atau perbuatan
Pembagian Hadist Maqthu’
Hadist Maqthu’ Qauliy (Perkataan)

•‫ مره فال يعودن (االثر‬: ‫ قال‬.‫ ان فالنا اعطس واالمام يخطب فشمته فالن‬: ‫ قلت لسعيد بن المسيب‬: ‫عن عبد هللا بن سعيد بن ابي هند قال‬
•  

• Dari Abdillah Bin Sa`Id Bin Abi Hindin, ia berkata: aku pernah bertanya kepada Sa`id Bin Musayyib; bahwasanya si fulan bersin, padahal
imam sedang berkhutbah, lalu orang lain ucapkan “yarhamukallah” (bolehkan yang demikian?) jawab Sa`Id Bin Musayib “perintahlah
kepadanya supaya jangan sekali-kali diulangi”. (al-atsar)

•Sa`id Bin Musayyib adalah seorang tabi`in dan Hadits diatas adalah Hadits Maqthu. Tidak mengandung hukum.
Hadist Maqthu’ Fi'liy (Perbuatan)

•‫ (المحلى‬.‫ كان سعيد بن المسيب يصلي العصر ركعتين‬: ‫عن قتادة قال‬
•Dari Qatadah, ia berkata: adalah Sa`Id Bin Musaiyib pernah shalat dua rakaat sesudah ashar”. (Al-Muhalla)
•Sa`id Bin Musayyib adalah seorang tabi`in, dan Hadits diatas adalah Hadits Maqthu berupa cerita tentang perbuatannya yang tidak
mengandung hukum.
Kehujjahan Hadist Maqthu’

• Hadis Maqthu’ tidak dapat dijadiakan sebagai hujjah atau dalil untuk menetapkan suatu hukum, karena
status dari perkataan Tabi’in sama dengan perkataan Ulama lainnya. Disamping itu, Hadis maqthu yang
merupakan perkataan tabi’in bukanlah hadis sebagaimana yang bersumber dari Nabi. Menurut Imam
Zarkasyi, adapun perkataan Maqthu dimasukan ke dalam hadis merupakan sesuatu yang
mempermudah.Sehingga Hadits Maqthu tidak bisa dipergunakan sebagai landasan hukum, karena
Hadits Maqthu hanyalah ucapan dan perbuatan seorang muslim. Tetapi jika didalamnya terdapat
qarinah yang baik, maka bisa diterima dan dapat menjadi Marfu’ Mursal

Anda mungkin juga menyukai