• OBJEK PENELITIAN….
Imam an-Nawawi (w. 676H/1277M):
“Bila suatu hadits berkualitas sahih, maka hadits tersebut dapat diterima, sedangkan bila sanad itu tidak sahih, maka hadits itu
harus ditinggalkan. Hubungan antara hadits dengan sanadnya ibarat hubungan hewan dengan kaki-kakinya.”
• APA YANG DITELITI DALAM SANAD HADITS?
• Nama-nama periwayat yang terlibat dalam periwayatan hadits yang bersangkutan;
• Lambang-lambang periwayatan hadits yang telah digunakan oleh masing-masing periwayat dalam meriwayatkan hadits yang
bersangkutan, misalnya: sami’tu; akhbartu; ‘an dan anna.
• OBJEK PENELITIAN….
2. Matan Hadits
Mengapa penelitian terhadap matan hadits perlu dilakukan?
Adanya periwayatan hadits secara makna (riwayat bi al-ma’na)
Acuan yang digunakan sebagai pendekatan tidak satu macam saja;
Latar belakang timbulnya petunjuk hadits tidak selalu mudah dapat diketahui;
Adanya kandungan hadits yang berkaitan dengan hal-hal yang berdimensi “supra rasional”; dan
Masih langkanya kitab-kitab yang membahas secara khusus penelitian hadits.
• TUJUAN PENELITIAN HADITS
Tujuan utama penelitian hadits baik sanad maupun matannya adalah untuk mengetahui kualitas hadits yang diteliti, sebab
kesahihan suatu hadits menjadi dasar bagi kehujjahannya untuk digunakan sebagai sumber ajaran Islam
• RELEVANSI PENELITIAN HADIS
• Jika seluruh hadits telah atau pernah diteliti oleh para ulama terdahulu, masih relevankah penelitian hadits saat ini?
• Hasil penelitian hadits pada dasarnya tidak terlepas dari hasil ijtihad. Ijtihad tidak terlepas dari dua kemungkinan: benar dan
salah. Jadi hadits tertentu yang dinyatakan sahih oleh seorang ulama masih terbuka kemungkinan diketemukan kesalahannya setelah
dilakukan penelitian kembali secara cermat
• RELEVANSI
• Pada kenyataannya tidak sedikit hadits yang dinilai sahih oleh ulama tertentu, dinilai tidak sahih oleh ulama lain. Penelitian
masih tetap relevan untuk mengetahui sebab-sebab terjadinya perbedaan hasil penelitian.
• Pengetahuan manusia berkembang dari masa ke masa. Perkembangan tersebut seyogyanya dimanfaatkan untuk melihat kembali
hasil-hasil penelitian yang telah lalu.
• Ulama hadits adalah manusia biasa, yang tidak terlepas dari kesalahan. Karena itu sangat mungkin hasil penelitian mereka masih
ditemukan kesalahan.
• RELEVANSI …
• Dalam penelitian sanad, yang diteliti adalah kualitas dan kapasitas pribadi periwayat, di samping metode periwayatannya.
Menilai seorang periwayat adalah pekerjaan yang tidak mudah, karena setiap orang memiliki berbagai dimensi yang telah mempengaruhi
pribadinya. Sehingga tidak jarang ulama berbeda pendapat dalam menilai kualitas pribadi periwayat. Di sini, penelitian diperlukan bukan
pada tingkat periwayat, tetapi juga ulama yang menilai para periwayat tersebut.
• KEMUNGKINAN HASIL PENELITIAN HADIS
• Dilihat dari Jumlah Perawi Hadits
Akan menghasilkan pemetaan hadits berdasarkan kuantitas perawinya menjadi hadits mutawatir atau ahad.
Hadits mutawatir adalah hadits yang diriwayatkan oleh suatu komunitas (menurut batasan sebagian ulama minimal 10 orang)
perawi dari suatu komunitas perawinya lainnya, mulai dari awal hingga akhir sanad, yang menurut common sense mustahil komunitas
tersebut bersepakat untuk berdusta.
Hadits ahad adalah hadits yang tidak memenuhi kriteria hadits mutawatir tersebut. penelitian hadits diperlukan untuk menilai
kesahihan hadits-hadits yang berstatus ahad ini.
• KEMUNGKINAN HASIL PENELITIAN HADIS
Menurut pemetaan Ibn Hajar Al-’Asqalani (w. 852H), hadits Ahad meliputi hadits:
• Masyhur: hadits yang diriwayatkan oleh orang banyak, tetapi banyaknya periwayat belum mencapai tingkatan mutawatir.
• Aziz: hadits yang jumlah periwayatnya pada setiap tingkat sanad hadits tersebut kurang dari dua orang yang menerima dari dua
orang juga.
• Gharib: ialah hadits yang periwayatnya pada setiap tingkat sanad hanya seorang saja.
• KEMUNGKINAN HASIL PENELITIAN HADIS
2. Dilihat dari kualitas sanad dan matannya, hadits dipetakan menjadi tiga kategori, yaitu:
• Shahih: yaitu hadits yang sanadnya bersambung dari awal sampai akhir, yang diriwayatkan oleh para periwayat yang bersifat adil
dan dhabith, serta terhindar dari kejanggalan (syuzuz) dan cacat (‘illat)
• hasan, hadits yang sanadnya bersambung, dari awal sampai akhir, para periwayatnya bersifat adil namun kedhabitannya agak
kurang sedikit, serta terhindar dari kejanggalan (syuzuz) dan cacat (‘illat).
• dha’if, hadits yang tidak memenuhi sebagian atau seluruh syarat hadits shahih dan hasan.
Pembagian ini menurut Ibn Taimiyyah berlaku mulai zaman Imam At-Turmudzi (w. 279H). Pada zaman sebelumnya, hanya
dikenal dua pembagian hadits saja, yaitu: shahih dan dha’if.
• DASAR-DASAR TAKHRIJ AL-HADITS
• KULIAH IX
• PETA KONSEP
METODE TAKHRIJ AL-HADIS
Menghasilkan
HASIL KEGIATAN TAKHRIJ AL-HADIS
• PENGERTIAN TAKHRIJ AL-HADIS
• Takhrij al-hadis adalah penelusuran atau pencarian hadis dari berbagai sumbernya yang asli dengan mengemukakan matan serta
sanadnya secara lengkap untuk kemudian diteliti kualitas hadisnya.
• KEGUNAAN TAKHRIJ AL-HADIS
Untuk mengetahui asal-usul riwayat hadis yang akan diteliti
Untuk mengetahui seluruh riwayat bagi hadis yang akan diteliti
Untuk mengetahui ada atau tidak adanya syahid dan mutabi` pada sanad yang diteliti.
• OLEH:
• SAFRUDIN EDI WIBOWO, LC. M.Ag
• PENGERTIAN
• Secara bahasa, takhrij berarti : “berkumpulnya dua perkara yang berlawanan pada sesuatu yang satu”.
• Kata ‘takhrij’ digunakan untuk menunjuk makna berikut:
• )Al-istinbath (mengeluarkan
• At-tadrib (melatih atau membiasakan)
• At-taujih (mengarahkan)
• PENGERTIAN
Menurut istilah, takhrij didefinisikan sbb:
• Mengemukakan hadits kepada orang banyak dengan menyebutkan para periwayatnya dalam sanad yang telah menyampaikan
hadits itu dengan metode periwayatan yang mereka tempuh. (misal: Imam al-Bukhari dengan kitab Sahih-nya, Imam Muslim dengan
Kitab Sahih-nya dan Abu Dawud dengan kitab Sunan-nya) )
• Ulama hadits mengemukakan berbagai hadits yang telah dikemukakan oleh para guru hadits, atau berbagai kitab, atau riwayatnya
sendiri, atau para gurunya atau temannya, atau orang lain, dengan menerangkan siapa periwayatnya dari para penyusun kitab atau karya
tulis yang dijadikansumber pengambilan. (misal: Imam al-Baihaqi banyak mengadopsi hadits dari kitab Sunan karya Abu al-Hasan al-
Basri as-Saffar, lalu ia mengemukakan sanadnya sendiri.
• PENGERTIAN
• Menunjukkan asal-usul hadits dan mengemukakan sumber para pengambilnya dari berbagai kitab hadits yang disusun oleh para
mukharrijnya langsung (yakni para periwayat yang juga sebagai penghimpun bagi hadits yang mereka riwayatkan) (Misal: Bulugh al-
Maram karya Ibn Hajar al-’Asqalani)
• Mengemukakan hadits berdasarkan sumbernya atau berbagai sumbernya, yakni kitab-kitab hadits, yang di dalamnya disertakan
metode periwayatannya dan sanad masing-masing, serta diterangkan keadaan para periwayatnya dan kualitas haditsnya. Misal Zain ad-
Din ‘Abd ar-Rahman ibn al-Husain al-’Iraqi metakhrij hadits-hadits Ihya ‘Ulum ad-Din dalam karyanya “Ikhbar al-Ihya’ bi Akhbar al-
Ihya’
• Menunjukkan atau mengemukakan letak asal hadits pada sumbernya yang asli, yakni berbagai kitab, yang di dalamnya
dikemukakan hadits itu secara lengkap dengan sanad-nya masing-masing, kemudian untuk kepentingan penelitian dijelaskan kualitas
hadits yang bersangkutan. (Kegiatan ilmiah melacak sumber hadits)
• KESIMPULAN
Takhrij al-ahadits adalah
“Kegiatan penelusuran atau pencarian hadits pada berbagai kitab sebagai sumber asli dari hadits yang bersangkutan, yang di dalam
sumber tersebut dikemukakan secara lengkap matan dan sand hadits yang bersangkutan”.
• MENGAPA PERLU TAKHRIJ?
• Untuk mengetahui asal-usul riwayat hadits yang akan diteliti.
• Untuk mengetahui seluruh riwayat bagi hadits yang akan diteliti.
• Untuk mengetahui ada tidaknya syahid atau muttabi’ pada sanad yang diteliti.
• BUKU-BUKU TENTANG
METODE TAKHRIJ AL-AHADITS
• Dr. Mahmud ath-Thahhan, Ushul at-Takhrij wa Dirasat al-Asanid, (Halb: Mathba’ah al-’Arabiyyah, 1398 H/1972)
• Dr. M. Syuhudi Ismail, Cara Praktis Mencari Hadits, (Jakarta: Bulan Bintang, 1412 H/1991 M)
• MACAM-MACAM METODE
YANG DIGUNAKAN
• Takhrij al-hadits bi al-lafz (penelusuran hadits melalui kata yang digunakan dalam matan hadits)
• Takhrij al-hadits bi al-Maudlu’ (penelusuran hadits berdasarkan tema permasalahan).
• TAKHRIJ AL-HADITS BI AL-LAFZ
• Digunakan untuk mencari hadits yang hanya diketahui sebagian kata saja dari matan haditsnya.
Referensi yang diperlukan:
1. Kamus Hadits:
Dr. A.J. Wensinck dkk, (terj. Muhammad Fuad ‘Abd al-Baqi), Al-Mu’jam Al-Mufahras Li Alfazh Al-Hadits An-Nabawi
• Sahih al-Bukhari
• Sahih Muslim
• Sunan Abi Dawud
• Sunan At-Turmudzi
• Sunan An-nasa’i
• Sunan Ibn Majah
• Sunan Ad-Darimi
• Muwaththa’ Malik
• Musnad Ahmad Ibn Hanbal
• STUDI PENDALAMAN
HADIS MAUDHU’
• KULIAH X
• Pengertian Hadis Maudhu’
Bahasa :
• Menggugurkan (وضع الجناية عنه ;)الوضع
• Meninggalkan (إبل موضوعة ;)الترك
• Mengada-ada (وضع فالن هذه القصة ;)اإلفتراء واإلختالق
Definisi :
• هو الكذب المختلق المصنوع المنسوب إلى رسول هللا: الموضوع
Hadis dusta yang dicipta serta dibuat dan dinisbahkan kepada Rasulullah saw.
• Pertanyaan
• Mengapa penting mendalami Hadis Maudhu’ ?
• Hadis Maudhu’ bukan hadis; lalu mengapa disebut dengan istilah Hadis (Maudhu’) ?
• Beberapa Jawaban
• Hadis Maudhu’ adalah hadis dhaif yang paling jelek dan membahayakan bagi agama Islam dan pemeluknya.
• Ada ancaman khusus Rasulullah SAW dalam sebuah Hadis Mutawatir.
• Para ulama ada membahasnya secara tersendiri.
• Awal Kemunculan
• Situasi politik kaum muslimin, khususnya pada masa khalifah Ali ra.
• Kaum muslimin terpolarisasi menjadi beberapa kelompok : mendukung Ali (Syiah), mendukung Mu’awiyah, Khawarij (sesudah
perang Shiffin), dan kelompok “netral” (Murjiah).
• Menurut Ajjaj al-Khatib sebab-sebab pemalsuan hadis menjelang berakhirnya abad pertama Hijriyah.
• Sebab-sebab Pemalsuan Hadis
• Golongan-golongan politik (kelompok Syi’ah dan pendukun Mu’awiyah)
o وصيي وموقع سري وخليفتي في أهلي وخير من أخلف بعدي علي
o …يا علي إن هللا غفر لك ولذريتك ولوالديك وألهلك ولشيعتك… ولمحبي شيعتك
o أنا وجبريل ومعاوية: األمناء عند هللا ثالثة
o أبو بكر وزيري والقائم في أمتي من بعدي وعمر حبيبي ينطق على لساني وأنا من عثمان وعثمان مني وعلي أخي وصاحب لوائي
“Bahwa sekelompok Yahudi datang kepada Rasulullah, lalu berkata : “Siapa yang menyangga arasy?” Beliau menjawab : “Arasy
disangga oleh singa dengan taring-taringnya. Air yang turun dari langit itu merupakan keringatnya” Mereka berkata : “Kami bersaksi
bahwa engkau adalah Rasulullah SAW”.
• Penutup
• Terimakasih.
• KULIAH XI
• DEFINISI
• Kata Inkar as-Sunnah terdiri dari dua kata yaitu : “inkar” dan “as-Sunnah”.
• Kata inkar berasal dari kata ( إنكارا- )أنكر – ينكرyang mempunyai arti: “tidak mengakui dan tidak menerima baik di lisan dan hati,
dan menolak apa yang tidak tergambarkan dalam hati. Misalnya:
• )58( َفَ َدخَ لُوْ ا َعلَ ْي ِه فَ َع َرفَهُ ْم َوهُ ْم لَهُ ُم ْن ِكرُوْ ن
• “Lalu mereka (saudara-saudara Yusuf) masuk ke (tempat) nya. Maka Yusuf mengenal mereka, sedang mereka tidak kenal (lagi)
kepadanya”. (QS.Yusuf(12):58)
• )83( َْرفُوْ نَ نِ ْع َمةَ هللاِ ثُ َّم يُ ْن ِكرُوْ نَهَا… َوأَ ْكثَ ُرهُ ُم الكَافِرُوْ ن
ِ يَع
• “Mereka mengetahui nikmat Allah, kemudian mengingkarinya dan kebanyakan mereka adalah orang-orang kafir. (QS.An-Nahl
(16):83)
• PERBEDAAN INKAR DENGAN JUHD
• Al-Askari membedakan antara makna Al-Inkar dan Al-Juhdu.
• Kata Al-Inkar terhadap sesuatu yang tersembunyi dan tidak disertai pengetahuan, sedangkan Al-Juhdu terhadap sesuatu yang
tampak dan disertai dengan pengetahuan.
• Dengan demikian, bisa jadi orang yang mengingkari sunnah sebagai hujjah di kalangan orang yang tidak banyak pengetahuannya
tentang ulumul hadist
• Abi Hilal Al-Askari, Al-Lum’ah min Al-Furuq, hal 2
• Muhammad Mustafa Azami menuturkan bahwa ingkar as-sunnah modern lahir di kairo Mesir pada masa Syeikh Muhammad
Abduh (1266-1323 H/1849-1905 M).
• Dengan kata lain, Syeikh Muhammad Abduh adalah orang yang pertama kali melontarkan gagasan ingkar as-sunnah pada masa
modern. Pendapat Azami ini masih diberi catatan, apabila kesimpulan Abu Rayyah dalam kitabnya Adhwa ‘ala As-Sunnah al-
Muhammadiyah itu benar.
• Abu Rayyah menuturkan bahwa Syeikh Muhammad Abduh berkata, “Umat Islam pada masa sekarang ini tidak mempunyai
imam (pimpinan) selain Al-Qur’an, dan Islam yang benar adalah Islam pada masa awal sebelum terjadinya fitnah (perpecahan)”.
• Beliau juga berkata, “Umat Islam sekarang tidak mungkin bangkit selama kitab-kitab ini (maksudnya kitab-kitab yang diajarkan
yang diajarkan di Al-Azhar dan sekenisnya) masih tetap diajarkan. Umat islam tidak mungkin maju tanpa ada semangat yang menjiwai
umat islam abad pertama, yaitu Al-Qur’an. Semua hal selain Al-Qur’an akan menjadi kendala yang menghalangi antara Al-Qur’an dan
ilmu tentang amal.
• Abu Rayyah dalam menolak sunnah banyak merujuk pada pendapat Syeikh Muhammad Abduh dan Sayyid Rasyid Ridha,
sehingga kedua tokoh ini-khususnya Syeikh Muhammad Abduh disebut-sebut sebagai pengingkar Sunnah. Namun benarkah Syeikh
Muhammad Abduh mengingkari Sunnah? Seperti dituturkan di atas, Azami masih belum memastikan hal itu karena ia hanya menukil
pendapat Abu Rayyah yang belum dapat dipastikan kebenaranya.
• Sementara Mustafa As-Siba’i secara tidak langsung menuduh Syeikh Muhammad Abduh sebagai pengingkar sunnah. As-Siba’I
menilai Abduh sebagai orang yang sedikit perbendaharaan hadisnya.
• Menurut As-Siba’i, Syeikh Muhammad Abduh memiliki prinsip bahwa senjata yang paling ampuh untuk membela islam adalah
logika dan argument yang rasional. Berangkat dari prinsip ini, Abduh kemudian mempunyai penilaianyang lain terhadap Sunnah dan pada
akhirnya dijadikan argument kuat oleh Abu Rayyah dalam mengingkari Sunnah.
• SIKAP MUHAMMAD ABDUH
• Sebenarnya keterangan Abduh, sebagaimana yang dinukil Abu Rayyah masih perlu ditinjau kembali. Masalahnya, boleh jadi,
Abduh ketika mengatakan hal itu didorong oleh semangat yang menggebu-gebu untuk membumikan Al-Qur’an sehingga ia berpendapat
bahwa selain Al-Qur’an, tidak ada gunanya sama sekali. Namun bagaimanapun, ia telah dituduh sebagai pengingkar Sunnah.
• Sementara itu, ada suatu hal yang sudah kongkret tentang Syeikh Muhammad Abduh dalam kaitanya dalam hadis, yaitu ia
menolak hadis ahad untuk dijadikan dalil dalam masalah akidah (tauhid).
• Hadis ahad adalah hadis yang dalam setiap jenjang periwayatannya (thabaqah al-ruwat) hanya terdapat maksimal sembilan orang
rawi. Sebaliknya, hadis mutawatir adalah hadis yang dalam setiap jenjang periwayatannya terdapat minimal sepuluh orang rawi. Menurut
Abduh, untuk masalah-masalah akidah hanya dapat dipakai hadis-hadis mutawatir
• SIKAP TAUFIQ SIDQI
• Pemikiran Syeikh Muhammad Abduh dalam ‘menolak’ sunnah ini diikuti oleh Taufiq Shidqi, yang menulis dua sebuah artikel
dalam majalah Al-Manar nomer 7 dan 12 tahun IX dengan judul “Islam adalah Al-Qur’an itu sendiri”. Sambil mengutip ayat-ayat Al-
Qur’an Taufiq Shidiq mengatakan bahwa islam tidak memerlukan Sunnah.
• Pendapat Taufiq Shidqi ini ditanggapi positif oleh Sayyid Rasyid Ridha, antara lain dengan mengatakan, “Dalam masalah ini ada
suatu hal yang perlu dikaji ulang, yaitu apakah hadis yang mereka sebut sebagai Sunnah Qauliyah itu merupakan agama dan syariat yang
bersifat umum, meskipun hal itu tidak merupakan aturan-aturan yang harus dikerjakan, khususnya pada masa-masa awal? Apabila kita
menjawab “Ya”, ada pertanyaan besar yang perlu kita jawab, yaitu mengapa Nabi SAW justru melarang penulisan apapun selain Al-
Qur’an? Begitupula, para sahabat, mengapa mereka tidak menulis hadis, bahkan para ulama dari kalangan mereka seperti para Khalifah
juga tidak terpanggil untuk memerhatikan dan melestarikan hadist?
• KULIAH XII
• HADIS DALAM PERSPEKTIF ORIENTALIS
• APA ITU ORIENTALISME?
• Orientalisme adalah sebuah istilah yang berasal dari kata orient yang secara harfiah berarti timur. Kata ini secara geografis berarti
dunia belahan timur, dan secara etnologis berarti bangsa-bangsa di timur.
• Oriental adalah sebuah kata sifat yang berarti hal-hal yang bersifat timur yang cakupannya amat luas.
• Orientalis adalah ilmuwan Barat yang mendalami masalah-masalah ketimuran, yang di dalamnya tentang bahasa-bahasa,
kesusastraan, peradaban dan agama-agama timur. Sejauh ini, belum ada keterangan yang pasti mengenai kapan dan siapa tokoh barat yang
pertama kali mengkaji dan mendalami Islam
• IGNAZ GOLDIZER
• Goldziher menganggap bahwa hadits merupakan produk kreasi kaum muslimin belakangan, karena kondifikasi hadits baru
terjadi setelah beberapa abad dari masa hidup nabi. Lebih lanjut dia mengatakan bahwa hadits yang membolehkan penulisan
(penkodifikasian) lebih banyak dari pada pelarangan hadits yang lebih mengandalkan pada hafalan.
• Ignaz Goldziher menganggap bahwa hadits yang disandarkan nabi Muhammad saw dan para sahabat yang terhimpun dalam
kumpulan hadits-hadits klasik bukan merupakan laporan yang autentik, tetapi merupakan refleksi doktrinal dari perkembangan politik
sejak dua abad pertama sepeninggal Muhammad.
• IGNAZ GOLDIZER
• Sebagaimana H. A Gibb dan W. Montgomery watt, ia beranggapan bahwa tradisi penulisan hadits sebenarnya merupakan
pengadopsian dari gagasan- gagasan besar agama yahudi yang didalamnya ada larangan atas penulisan aturan–aturan agama.
• Ia menyatakan bahwa redaksi atau matan hadits yang diriwayatkan oleh perowi-perowi hadits dinilai tidak akurat, karena
mereka lebih menitik beratkan pada aspek makna hadits sehingga para ahli bahasa enggan menerima periwayatan hadits disebabkan
susunan bahasnya tergantung pada pendapat perowinya.
• JOSEPH SCHACHT: PROJECTING BACK
• Joseph Schacht adalah seorang murid Ignaz Goldziher dalam mengkaji hadits nabi dia lebih banyak menyoroti aspek sanad
(transisi, silsilah keguruan) dari pada aspek matan (materi hadits).
• Sanad hadits itu merupakan buatan qadhi yang ingin meligimitasi pendapat mereka dengan menyandarkannya kepada rasul atau
tokoh- tokoh yang ada dibelakang mereka yang dikenal dengan teori projecting back.
• JOSEPH SCHACHT…
• Keputusan –keputusan hukum yang dikeluarkan qadhi ini memerlukan legitimasi dari orang- orang yang memiliki otoritas yang
lebih tinggi. Karenanya mereka tidak menisbahkan keputusan- keputusan itu kepada diri mereka sendiri melainkan menisbahkan kepada
tokoh- tokoh sebelumya. Misalnya orang Irak menisbahkan pendapat mereka kepad Ibrahim al- Nakha’i (w 95 H).
• Langkah selanjutnya untuk memperoleh legistimasi yang lebih kuat. Pendapat- pendapat itu dinisbahkan tokoh yang memiliki
otoritas paling tinggi, misalnya Abdullah ibnu mas’ud dan pada tahap terakhir, pendapat- pendapat itu dinisbahkan kepada nabi
Muhammad saw. yaitu dengan memproyeksikan pendapat- pendapat itu pada tokoh yang legitimit yang ada dibelakang mereka, inilah
teori yang disebut Schacht dengan teori projecting back.
• BACKWARD PROJECTION
• Backward Projection:
“Penyandaran hadith kepada Nabi adalah rekayasa para ulama untuk menguatkan doktrin atau fatwanya.”
• BACKWARD PROJECTION
• Argumenta e Silentio
“Suatu hadith bisa dinyatakan tidak ada pada suatu masa, jika tidak dipakai sebagai argumen hukum”.
• BACKWARD PROJECTION
• Common Link (Kaitan Bersama)
“Orang yang pertama kali menyebarkan hadith kepada lebih dari seorang murid.”
“Common Link adalah pemalsu hadith tersebut.”
• Cara Kerja Teori Backward Projection &
Common Link
Syafi’i
• HADIS IMAM ASY-SYAFI’I
• )228 ص/ 2 (ج- األم
• (وهكذا رواه سليمان بن بالل (قال الشافعي) وأخبرنا الدراوردى عن عمرو بن أبى عمرو عن رجل من بنى سلمة عن جابر بن عبد هللا أن رسول هللا صلى )قال الشافعي
" هللا عليه وسلم قال لحم الصيد " حالل لكم في االحرام ما لم تصيدوه أو يصد لكم
• Kesimpulan Joseph Schacht
• Juynboll: Teori Common Link
• “Semakin banyak jalur periwayatan yang sampai atau menyebar dari seseorang, maka semakin besar klaim kesejarahan orang
tersebut.”
• “Hanya Common Link yang didukung lebih seorang perawi yang memiliki banyak murid (Partial Common Link) yang memiliki
klaim kesejarahan.”
• “Common Link adalah pemalsu hadith tersebut”
• Teori
Common Link Juynboll
Bukhari
• Kesalahan Penafsiran Common Link
• Jika memang benar-benar ditemukan seorang periwayat menyampaikan hadith kepada sejumlah murid dan ia telah dikenal
kejujurannya, maka tidak ada alasan untuk mencurigai dan menuduhnya sebagai pemalsu hadith.
• Diperlukan bukti historis yang kuat untuk mencurigai seorang periwayat, tak cukup hanya karena ia meriwayatkan sendirian.
(MM. Azami)
• Kesalahan Penafsiran Common Link
• Common Link adalah para kolektor sistematis pertama sekaligus berperan sebagai guru yang mengajarkan ilmu pengetahuan
secara umum dan hadith secara khusus.
• Jalur tunggal tidak harus berarti hanya satu jalur periwayatan, ia menunjukkan satu jalur riwayat versi yang periwayat ketahui.
• Prinsip the more people the better tidak realistis karena tidak logis jika seorang pengkaji hadith menolak kesejarahan hanya
karena adanya beberapa jalur yang tergabung dalam satu jaringan isnad. (Harald Motzki)
• Kesalahan Penafsiran Common Link
“Common Link belum tentu pemalsu hadith sebab untuk menyatakan suatu jalur hadith bersambung atau tidak kepada Nabi
SAW, yang perlu diperhatikan adalah reliabilitas periwayatnya.” (David Powers)