Anda di halaman 1dari 23

PENDIDIKAN AGAMA

ISLAM
Semester 1
Manajemen & Akuntansi

Sumber
Hukum Islam
“Hadis”
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat,


rizki yang baik, dan amal yang diterima
Definisi “Hadis”

 “Hadis” atau al-hadits menurut bahasa,


berarti al-jadid (sesuatu yang baru), lawan
kata dari al-qadim. Kata hadis juga berarti al-
khabar (berita), yaitu sesuatu yang
dipercakapkan dan dipindahkan dari
seseorang kepada orang lain.
DEFINISI SUNAH

 Sunah menurut bahasa adalah perjalanan (jalan yang ditempuh),


baik terpuji atau tidak.
 Sunah menurut istilah Muhadditsin adalah segala sesuatu yang
berasal dari Nabi baik berupa perkataan, perbuatan, taqrir, sifat,
kelakuan, maupun perjalanan hidup, baik setelah diangkat ataupun
sebelumnya.
 Sunah menurut istilah ahli ushul fiqh adalah segala sesuatu yang
berasal dari Nabi-selain al Qur’an- baik berupa perkataan,
perbuatan ataupun taqrir yang bisa dijadikan dalil bagi hukum
syar’i.
 Sunah menurut istilah Fuqoha adalah sesuatu yang diterima dari
Nabi Muhammad saw, yang bukan  fardlu ataupun wajib.
Macam-macam Hadis

A. Dilihat dari segi bentuk


Hadis Qauli/Qauliyah (hadis yang berupa perkataan
Nabi)
Hadis Fi’li/Fi’liyah (Hadis yang berupa perbuatan
Nabi)
Hadis Taqriri/Taqririyah (hadis yang berupa
perbuatan sahabat yang disaksikan atau didengar
oleh Nabi dan Nabi tidak menegur atau
menyalahkannya)
Contoh hadis Fi’li

َ ُ‫صلُّ ْوا َك َما َرَأ ْيتُ ُم ْونِ ْي ا‬


‫صلِّ ْي (رواه البخارى‬ َ
‫ومسلم عن مالك‬

“shalatlah kamu sebagaimana kamu melihat


aku shalat”. (HR. Al-Bukhary dan Muslim dari
Malik ibn Huwairits
Contoh hadis Qauli
Hadits tentang Doa Nabi Muhammad SAW kepada Orang yang Mendengar, Menghafal, dan Menyampaikan Ilmu .

 ُ ُ‫ص لَّى هَّللا ُ َعلَي ِْه َو َس لَّ َم يَق‬


‫ول‬ َ ِ ‫ْت َرسُو َل هَّللا‬ ُ ‫ال َس ِمع‬ َ َ‫ت ق‬ ٍ ِ‫َع ْن َز ْي ِد ب ِْن ثَاب‬
‫ظهُ َحتَّى يُبَلِّ َغهُ فَرُبَّ َحا ِم ِل فِ ْق ٍه ِإلَى‬ َ ‫ض َر هَّللا ُ ا ْم َرًأ َس ِم َع ِمنَّا َح ِديثًا فَ َح ِف‬
َّ َ‫ن‬
َ ‫َم ْن هُ َو َأ ْفقَهُ ِم ْنهُ َورُبَّ َحا ِم ِل فِ ْق ٍه لَي‬
‫ْس بِفَقِي ٍه‬
 Dari Zaid bin Tsabit ia berkata, “Saya mendengar Rasulullah saw.
bersabda: “Semoga Allah memperindah orang yang mendengar hadis
dariku lalu menghafal dan menyampaikannya kepada orang lain,
berapa banyak orang menyampaikan ilmu kepada orang yang lebih
berilmu, dan berapa banyak pembawa ilmu yang tidak berilmu.” (HR.
Abu Dawud)
Contoh hadis Taqriri

 َ ‫ُصلِّي ََّّن ا َح ٌد ْال َعصْ َر اِالّ ِفي بَنِي قُ َر‬


)‫يضهَ (روهالبخرى‬ َ ‫الَ ي‬
Janganlah seorangpun shalat ashar kecuali
nanti di bani Quraidhah.(H.R Bukhari)

(Sebagian sahabat memahami larangan itu berdasarkan pada hakikat perintah tersebut,
sehingga mereka terlambat dalam melaksanakan shalat ashar. Sedangkan segolongan
sahabat lainnya memahami perintah tersebut dengan perlunya segera menuju bani
Quraidhah dan serius dalam peperangan dan perjalananya, sehingga bisa shalat ashar
tepat pada waktunya. Sikap para sahabat ini dibiarkan oleh Nabi SAW tanpa ada yang
disalahkan atau diingkarinya)
B. Dilihat dari segi jumlah yang
menyampaikan/meriwayatkan

 Hadis Mutawatir. adalah hadits yang diriwayatkan oleh


sekelompok orang dari beberapa sanad dan tidak terdapat
kemungkinan bahwa mereka semua sepakat untuk berdusta
bersama akan hal itu. Jadi hadits mutawatir memiliki beberapa
sanad dan jumlah penutur pada tiap lapisan (thaqabah)
berimbang. Para ulama berbeda pendapat mengenai jumlah
sanad minimum hadits mutawatir (sebagian menetapkan 20
dan 40 orang pada tiap lapisan sanad).
 Hadis Ahad, hadits yang diriwayatkan oleh sekelompok orang
namun tidak mencapai tingkatan mutawatir.
Hadis Mutawatir

1.Mutawatir Lafdhi yaitu hadis yang diriwayatkan oleh banyak


orang yang susunan redaksi dan maknanya seragam antar
periwayat yang satu dengan yang lainnya.

.‫ار‬َّ ‫ن‬‫ال‬ ‫ن‬


َ ‫م‬
ِ ُ ‫ه‬ ‫د‬
َ ‫ع‬
َ ْ
‫ق‬ ‫م‬
َ ‫ب َعلَ َّي فـ ْليَتَبَ َّوْأ‬
َ َ
‫ذ‬ َ
‫ك‬ ْ
‫ن‬ ‫م‬
َ : ‫م‬
َ َّ ‫قـَا َل َرس ُْو ُل هللا َعلَي ِْه َو َس ل‬. 
ِ َ
)‫رواه البخارى‬
Rasulullah bersabda : “Barang siapa yang
sengaja berdusta atas namaku, hendaklah
dia menduduki tempat duduk di neraka”. 
(HR. Bukhari).
Hadis Mutawatir

2.    Mutawatir ma’nawi yaitu hadis yang lafadh dan maknanya berlainan
antara riwayat satu dan riwayat lainnya, tetapi terdapat persesuaian makna
secara umum (kulli)

‫شيء‬
ٍ ‫يديه ف ي‬
ِ ‫رفع‬ُ َ‫ان النَّبِ ُّي ص ل هللا علي ه وس لم الَي‬ َ ‫ َك‬
‫دعائه اال ف ي اال ِءس تقا َ ِء وانَّه يرف ع حتَّى ي َرى بي ا‬
ِ ‫من‬
)‫ (رواه البخاري‬.‫ضُ اِبطَي ِه‬
Nabi SAW, tidak mengangkat kedua tangannya dalam
do’a-do’a beliau, kecuali dalam sholat istisqo’, dan
beliau mengangkat tangannya hingga tampak putih-
putih kedua ketiaknya. (HR. Bukhari).
Hadis Mutawatir
3.    Mutawatir ‘Amali yaitu hadis yang menyangkut perbuatan Rasulullah
yang disaksikan dan ditiru tanpa perbedaan oleh banyak orang, kemudian
juga dicontoh dan diperbuat tanpa perbedaan oleh orang banyak pada
generasi-generasi berikutnya,  yang dinyatakan dalam kaidah ilmu hadis:

َ ‫ضر ُْو َر ِة َوتَ َواتَ َر بَي َْن ْال ُم ْسلِ ِمي َْن َأ َّن النَّبِ َّي‬
ُ‫صلَّى هللا‬ َّ ‫ َما ُع ِل َم ِم َن ال ِّدي ِْن بِال‬
ِ ‫ق َعلَي ِْه تَع‬
ُ ‫ْري‬
‫ْف‬ ُ ِ‫طب‬َ ‫ك َوهُ َوالّ ِذي يَ ْن‬ َ ِ‫َعلَي ِْه َو َس لَّ َم فَ َعلَهُ َأ ْوَأ َم َربِ ِه َأ ْو َع ْي َر َذل‬
.‫ص ِحي ًْحا‬ َ ‫اع اِ ْن ِطبَاقًا‬ ِ ‫االجْ َم‬ ِ
“Sesuatu yang diketahui dengan mudah bahwa ia dari agama dan
telah mutawatir dikalangan umat islam bahwa Nabi Saw.
mengajarkannya atau menyuruhnya atau selain dari itu. Dari
hal itu dapat dikatakan soal yang telah disepakati”.
 
Hadits Ahad dibagi kepada tiga
macam:

 1. Hadits Masyhur.
Masyhur menurut bahasa adalah nampak atau terkenal.
Sedangkan menurut istilah adalah hadits yang
diriwayatkan oleh 3 perawi atau lebih pada setiap
thabaqah (tingkatan) dan belum mencapai batas
mutawatir.
Misalnya hadits Rasulullah Saw : “Sesungguhnya Allah
tidak mencabut ilmu dengan sekaligus, akan tetapi
Allah mencabutnya dengan diwafatkannya para ulama.”
(HR. Bukhari)
2. Hadits ‘Aziz.

 ‘Aziz menurut bahasa artinya : yang sedikit, yang


gagah, atau yang kuat dan jarang-jarang. ‘Aziiz
menurut istilah ilmu hadits adalah : Suatu hadits
yang diriwayatkan dengan minimal dua sanad yang
berlainan rawinya.
 Contohnya hadits Rasulullah Saw: “Tidak beriman
salah seorang di antara kalian sehingga aku (Nabi)
lebih ia cintai daripada orangtuanya, anaknya dan
manusia seluruhnya.” (HR. Bukhari dan Muslim).
3. Hadits Gharib

 Gharib secara bahasa berarti tunggal. Sedangkan hadits gharib


secara istilah adalah hadits yang hanya diriwayatkan oleh
seorang perawi secara sendiri. Dan tidak dipersyaratkan
periwayatan seorang perawi itu terdapat dalam setiap tingkatan
(thabaqah) periwayatannya, akan tetapi cukup terdapat pada
satu tingkatan atau lebih. Dan bila dalam tingkatan yang lain
jumlahnya lebih dari satu, maka itu tidak mengubah statusnya
(sebagai hadits gharib).
 Contohnya adalah hadits Rasulullah Saw: “Sesungguhnya
setiap amal itu tergantung niatnya…” (HR. Bukhari dan Muslim)
C.Dilihat dari segi kualitas hadis

1. Hadis Shahih, yakni tingkatan tertinggi penerimaan pada


suatu hadits. Hadits shahih memenuhi persyaratan
sebagai berikut:
– Sanadnya bersambung;
– Diriwayatkan oleh penutur/perawi yg adil, memiliki sifat
istiqomah, berakhlak baik, tidak fasik, terjaga
muruah(kehormatan)-nya, dan kuat ingatannya.
– Matannya tidak mengandung kejanggalan/bertentangan
(syadz) serta tidak ada sebab tersembunyi atau tidak
nyata yg mencacatkan hadits .
2. Hadis Hasan, bila hadits yg tersebut sanadnya bersambung,
diriwayatkan oleh rawi yg adil namun tidak sempurna
ingatannya, serta matannya tidak syadz serta cacat.
3. Hadis Dho’if, ialah hadits yang sanadnya tidak bersambung
(dapat berupa mursal, mu’allaq, mudallas, munqati’ atau
mu’dal)dan diriwayatkan oleh orang yang tidak adil atau
tidak kuat ingatannya, mengandung kejanggalan atau cacat
4. Hadis Maudlu, bila hadits dicurigai palsu atau buatan
karena dalam sanadnya dijumpai penutur yang memiliki
kemungkinan berdusta.
Fungsi-fungsi hadist
1.Bayan Al- Taqrir (memperjelas isi Al Quran)
 Fungsi Hadist sebagai bayan al- taqrir berarti memperkuat isi dari
Al-Quran. Sebagai contoh hadist yang diriwayatkan oleh H.R
Bukhari dan Muslim terkait perintah berwudhu, yakni:
“Rasulullah SAW bersabda, tidak diterima shalat seseorang yang
berhadats sampai ia berwudhu” (HR.Bukhori dan Abu Hurairah)
 Hadits diatas mentaqrir dari surat Al-Maidah ayat 6 yang berbunyi:

“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak


mengerjakan shalat, maka basuhlah muka dan tanganmu sampai
dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai
dengan kedua mata kaki” (QS.Al-Maidah:6)
2.Bayan At-Tafsir (menafsirkan isi Al Quran)

 Fungsi hadist sebagai bayan at-tafsir berarti memberikan tafsiran


(perincian) terhadap isi al quran yang masih bersifat umum (mujmal)
serta memberikan batasan-batasan (persyaratan) pada ayat-ayat
yang bersifat mutlak (taqyid). Contoh hadist sebagai bayan At tafsir
adalah penjelasan nabi Muhammad SAW mengenai hukum
pencurian.
“Rasulullah SAW didatangi seseorang yang membawa pencuri, maka
beliau memotong tangan pencuri tersebut dari pergelangan tangan”
 Hadist diatas menafsirkan surat Al-maidah ayat 38:
“Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah
tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka
kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah” (QS.Al-Maidah:38)
3.Bayan at-Tasyri’ (memberi kepastian
hukum islam yang tidak ada di Al Quran)

 Hadist sebagai bayan At tasyri’ ialah sebagai pemberi


kepastian hukum atau ajaran-ajaran islam yang tidak dijelaskan
dalam Al-Quran. Biasanya Al Quran hanya menerangkan
pokok-pokoknya saja. Sebagaimana contohnya hadist
mengenai zakat fitrah, dibawah ini:
 “Rasulullah telah mewajibkan zakat fitrah kepada umat Islam
pada bulan Ramadhan satu sha’ kurma atau gandum untuk
setiap orang, beik merdeka atau hamba, laki-laki atau
perempuan”(HR. Muslim).
4.Bayan Nasakh (mengganti ketentuan
terdahulu)

 Secara etimologi, An-Nasakh memiliki banyak arti


diantaranya at-taqyir (mengubah), al-itbal
(membatalkan), at-tahwil (memindahkan), atau ijalah
(menghilangkan). Para ulama mendefinisikan Bayan
An-nasakh berarti ketentuan yang datang kemudian
dapat menghapuskan ketentuan yang terdahulu,
sebab ketentuan yang baru dianggap lebih cocok
dengan lingkungannya dan lebih luas. Salah satu
contohnya yakni:
  “Tidak ada wasiat bagi ahli waris”
 Hadits ini menasakh surat QS.Al-Baqarah ayat 180:
 “Diwajibkan atas kamu, apabila seseorang diantara kamu kedatangan
(tanda-tanda) maut, jika ia meninggalkan harta yang banyak, berwasiat
untuk ibu-bapak dan karib kerabat secara ma’ruf. (ini adalah) kewajiban
atas orang-orang yang bertaqwa” (QS.Al-Baqarah:180)
 Untuk fungsi hadist sebagai Bayan Nasakh ini masih terjadi perdebatan di
kalangan ulama. Para ulama Ibn Hazm dan Mutaqaddim membolehkan
menasakh al-Qur’an dengan segala hadits walaupun hadits ahad.
Kelompok Hanafiyah berpendapat boleh menasakh dengan hadist
masyhur tanpa harus matawatir. Sedangkan para mu’tazilah
membolehkan menasakh dengan syarat hadist harus mutawatir. Selain itu,
ada juga yang berpendapat Bayan Nasakh bukanlah fungsi hadist.

Anda mungkin juga menyukai