PRESENTASI MATERI 3
AL-SUNNAH SEBAGAI SUMBER HUKUM ISLAM KEDUA
Pembahasan:
1. Pengertian Hadits
Pengertian Hadits Menurut Bahasa
Hadits menurut bahasa (etimologi), berarti khabar, jadid dan qarib.
Khabar artinya “berita”. Jadid , artinya “baru” , lawan dari qadim , yang berarti
“lama” .Qarib ,berarti “dekat” , atau “belum lama terjadi,”
seperti dalam kalimat :
ُ هُ َو َح ِدي
ْث فِ ْي اِإل ْسالَ ِم
dia orang baru/belum lama mengenal Islam.
2. Bentuk-Bentuk Hadits
Ada beberapa bentuk hadits antara lain :
a. Hadits Qauli
Hadits qauli adalah segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad
saw, baik berupa perkataan, ucapan, ataupun sabda yang memuat berbagai maksud
syara’, peristiwa, dan keadaan yang berkaitan dengan akidah, syariah, akhlak, atau
lainnya.
Contohnya, hadits yang diriwayatkan oleh ‘Ubadah ibn al-Shamith bahwasanya
Rasulullah saw bersabda:
ِ صاَل ةَ لِ َم ْن لَ ْم يَ ْق َرْأ بِفَاتِ َح ِة ْال ِكتَا
ب َ اَل
”Tidak (sah/sempurna) shalat bagi orang yang tidak membaca surat al-Fatihah”.
(Shahih al-Bukhari, III: 204, hadits 714)
b. Hadits Fi’li
Hadits fi’li ialah hadits yang menyebutkan perbuatan Nabi Muhammad saw
yang sampai kepada kita. Contoh hadits shalat, puasa, haji dan lain-lain.
Hadits yang termasuk kategori ini di antaranya adalah hadits-hadits yang di
dalamnya terdapat kata-kata kana/yakunu atau ra’aitu/ra’aina.
Misalnya hadits riwayat al-Bukhari dari Jabir ibn ‘Abd Allah:
َ ِإ َذا َأ َرا َد ْالفَ ِرtَت ف
َز َلtَةَ نtيض ْ َو َّجهt َ م يtَ َّلt ِه َو َسtصلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي
ُ ِه َحيtِلِّي َعلَى َرا ِحلَتtُص
َ tَْث ت َ ِ َكانَ َرسُو ُل هَّللا
فَا ْستَ ْقبَ َل ْالقِ ْبلَة
”Rasulullah saw pernah shalat di atas tunggangannya, ke mana pun tunggangannya
menghadap. Apabila ia mau melaksanakan shalat fardhu, ia turun dari
tunggangannya, lalu menghadap ke kiblat ”. (Shahih al-Bukhari, III: 204, hadits 714)
c. Hadits Taqriri
d. Hadits Hammi
Hadits hammi adalah hadits yang menyebutkan keinginan Nabi saw yang belum
sempat beliau realisasikan, seperti halnya keinganan untuk berpuasa pada tanggal 9
Asyura sebagai diriwayatkan dari ‘Abd Allah ibn ‘Abbas:
وْ ٌمttَول هَّللا ِ ِإنَّهُ ي
َ t ا َر ُسttَصيَا ِم ِه قَالُوا ي ِ ِورا َء َوَأ َم َر ب َ م يَوْ َم عَا ُشtَ َّصلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسل
َ ِ صا َم َرسُو ُل هَّللا َ َِحين
ُ ا َء هَّللاt ُل ِإ ْن َشtِا ُم ْال ُم ْقبttانَ ْال َعttِإ َذا َكtَلَّ َم فtصلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َس
َ ِ فَقَا َل َرسُو ُل هَّللاtارى َ ص َ َّتُ َعظِّ ُمهُ ْاليَهُو ُد َوالن
َ ِ ل هَّللاtُ ت ْال َعا ُم ْال ُم ْقبِ ُل َحتَّى تُ ُوفِّ َي َرسُو
صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ِ ص ْمنَا ْاليَوْ َم التَّا ِس َع قَا َل فَلَ ْم يَْأ
ُ
“Sewaktu Rasulullah saw berpuasa pada har ‘Asyura dan memerintahkan para
sahabat untuk berpuasa, mereka berkata: “Ya Rasulullah, sesungguhnya ia adalah
hari yang diagungkan oleh orang Yahudi dan Nasrani”. Rasulullah saw menjawab,
”Tahun yang akan datang, insya Allah kita akan berpuasa pada hari
kesembilan(nya)”. ‘Abd Allah ibn ‘Abbas mengatakan, “Belum tiba tahun mendatang
itu, Rasulullah saw pun wafat”. (Shahih Muslim, V: 479, hadits 1916)
e. Hadits Ahwali
Hadits ahwali adalah hadits yang menyebutkan hal ihwal Nabi saw yang
menyangkut keadaan fisik, sifat-sifat, dan kepribadiannya. Contohnya, pernyataan al-
Barra` ibn ‘Azib berikut ini:
اِئ ِن َواَلttَل ْالبt
ِ tْس بِالطَّ ِوي
َ ا لَيttًنَهُ خَ ْلقtا َوَأحْ َسttًاس َوجْ ه
ِ َّنَ النtلَّ َم َأحْ َسt ِه َو َسtلَّى هَّللا ُ َعلَ ْيtص
َ ِ َكانَ َرسُو ُل هَّللا
.صير ِ َبِ ْالق
“Rasulullah saw adalah manusia memiliki sebaik-baik rupa dan tubuh. Kondisi
fisiknya, tidak tinggi dan tidak pendek ”. (H.R.Bukhari)
۟ ُُوا ۚ َوٱتَّق
ِ وا ٱهَّلل َ ۖ ِإ َّن ٱهَّلل َ َش ِدي ُد ْٱل ِعقَا
ب t۟ َو َمٓا َءاتَ ٰى ُك ُم ٱل َّرسُو ُل فَ ُخ ُذوهُ َو َما نَهَ ٰى ُك ْم َع ْنهُ فَٱنتَه
Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya
bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah
amat keras hukumannya. (QS. al-Hasyr: 7)
Islam Al-Qur’an dan hadis sebagai pedoman hidup, sumber hukum dan ajaran
dalam islam, antara satu dengan yang lainya tidak dapat dipisahkan. Keduanya merupakan
satu kesatuan. Al-qur’an sebagai sumber pertama dan utama banyak memuat ajaran-ajaran
yang bersifat umum dan global. Oleh karena itu kehadiran hadis, sebagai sumber ajaran
kedua tampil untuk menjelaskan keumuman isi al-Qur’an tersebut. Hal ini sesuai dengan
firman Allah SWT :
َم يَتَفَ َّكرُونtُْاس َما نُ ِّز َل ِإلَ ْي ِه ْم َولَ َعلَّه َ ُر ۗ َوَأنزَ ْلنَٓا ِإلَ ْيtِ ٱلزب
ِ َّك ٱل ِّذ ْك َر لِتُبَيِّنَ لِلن ِ َبِ ْٱلبَيِّ ٰن
ُّ ت َو
Keterangan-keterangan (mukjizat) dan kitab-kitab. Dan Kami turunkan kepadamu Al
Quran, agar kamu menerangkan pada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada
mereka dan supaya mereka memikirkan, (QS. an-Nahl:44)