Anda di halaman 1dari 6

Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................................2
Pengertian Hadits, Sunnah, Khabar, Atsar, dan Hadits Qudsi........................................3
A. Pengertian Hadits...............................................................................................................3
B. Pengertian Sunnah.............................................................................................................3
C. Perbedaan Antara Hadits dan Sunnah...........................................................................3
D. Contoh Hadits.....................................................................................................................4
1. Hadits Qouliy (Perkataan)............................................................................................4
2. Hadits Fi’liy (Perbuatan)..............................................................................................4
3. Hadits Taqririy (Persetujuan)......................................................................................4
E. Pengertian Khabar.............................................................................................................5
F. Pengertian Atsar.................................................................................................................5
G. Pengertian Hadits Qudsi...................................................................................................5
H. Perbedaan Hadits Nawabi, Hadits Qudsi dan Al Quran..............................................6

1|Hukum islam kel.6


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

As-Sunnah secara etimologi adalah jalan yang ditempuh, sedangkan


secara terminologi adalah segala sesuatu yang bersumber dari Nabi
shalallahu alahi wasalam, baik berupa perbuatan, perkataan atau pernyataan
di dalam masalah-masalah yang berhubungan dengan hukum syariat. 1 Ḥadiṡ
menurut bahasa adalah baru (lawan dari lama), sedangkan menurut istilah
adalah segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi shalallahu alahi
wasalam, baik berupa ucapan, perbuatan atau penetapan. 2

Ḥadiṡ Nabi merupakan sumber ajaran Islam yang kedua, setelah Al-
Qur’an. Hal ini dikarenakan ḥadiṡ merupakan penafsiran Al-Qur’an dalam
praktik atau penerapan ajaran Islam secara faktual dan ideal. Mengingat
bahwa pribadi Nabi merupakan perwujudan dari Al-Qur’an yang ditafsirkan
untuk manusia, serta ajaran Islam yang dijabarkan dalam kehidupan
seharihari. 3 Dilihat dari periwayatannya, ḥadiṡ berbeda dengan Al-Qur’an.
Al-
Qur’an semuanya diriwayatkan secara muttawātir, sehingga tidak diragukan
lagi kebenaran atau keṣaḥīhannya. Adapun ḥadiṡ Nabi, sebagiannya
diriwayatkan secara muttawātir dan sebagian lainnya secara ahād. Dengan
demikian, jika dilihat dari periwayatannya ḥadiṡ muttawātir tidak perlu
diteliti lagi karena tidak diragukan kebenarannya, adapun ḥadiṡ ahad,
masih

2|Hukum islam kel.6


Pengertian Hadits, Sunnah, Khabar, Atsar, dan Hadits Qudsi
Hadits adalah pedoman kedua dalam agama Islam setelah Al Quran.
Mempelajari hadits begitu penting bagi kita sebagai umat Islam. Karena dengan
mempelajarinya maka kita akan mengetahui apa yang disabdakan oleh Nabi
kita.
 
Mempelajari hadits juga merupakan konsekwensi dari syahadat kita terhadap
kerasulan Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wasallam. Oleh karena itu,
penting bagi kita untuk mempelajari ilmu ini.
 
Secara umum ilmu hadits terbagi menjadi dua. Yaitu ilmu hadits dirayah dan
ilmu hadits riwayah. Keduanya memiliki pembahasan yang berbeda namun
intinya sama-sama membahas tentang hadits.
 
Sebelum kita menginjak pada materi hadits yang lebih mendalam ada baiknya
kita mengenal terlebih dahulu apa itu hadits. Pada artikel ini insya Allah akan
kita bahas bersama tentang pengertian hadits, sunnah, khabar, atsar dan hadits
qudsi. Berikut pemaparannya :
 
A. Pengertian Hadits
Hadits (‫ )الحديث‬secara bahasa berarti Al-Jadiid (‫ )الجديد‬yang artinya adalah sesuatu
yang baru; yakni kebalikan dari Al-Qadiim (‫ )الق ديم‬yang artinya sesuatu lama.
Sedangkan hadits menurut istilah para ahli hadits adalah :
 
َ ِّ‫َما ُأضِ يْفُ ِإلَى ال َّن ِبي‬
ٍ‫ َأ ْو َوصْ ف‬،‫ َأ ْو َت ْق ِري ٍْر‬،‫ َأ ْو فِعْ ٍل‬،‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم مِنْ َق ْو ٍل‬
 
Adalah segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi
wasallam baik ucapan, perbuatan, persetujuan, maupun sifat. 
Dari definisi tersebut dapat kita ketahui bahwa hadits adalah segala sesuatu
yang disandarkan kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam baik itu ucapan,
perbuatan, persetujuan, sifat fisik, maupun kepribadiannya.
 
Hingga gerak dan diamnya ketika terbangun maupun tertidur juga disebut
sebagai hadits. Maka dari itu pengertian ini juga mencakup setiap keadaan Nabi
Muhammad shallallaahu ‘alaihi wasallammenurut para ahli hadits.
 
B. Pengertian Sunnah
Sunnah (‫ )السنة‬secara bahasa berarti As-Siirah Al-Muttaba’ah (‫ )الس يرة المتبعة‬yang
berarti jalan yang diikuti. Setiap jalan dan perjalanan yang diikuti dinamakan
sunnah, baik itu jalan yang baik maupun jalan yang buruk.
 
Adapun sunnah menurut istilah para ahli hadits adalah : Segala sesuatu yang
dinukil dari Nabishallallaahu ‘alaihi wasallam baik itu ucapan, perbuatan,
persetujuan, sifat fisik, kepribadian, maupun perjalanan hidup, baik itu
sebelum diutus maupun sesudah diutus.
 
C. Perbedaan Antara Hadits dan Sunnah
Menurut prespektif ahli hadits, hadits adalah sesuatu yang diriwayatkan dari
Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam setelah kenabiannya.
 
Sedangkan sunnah pengertiannya lebih menyeluruh dan lebih umum. Karena
sunnah juga mencakup perjalanan hidup Nabi shallallaahu ‘alaihi
wasallam sebelum kenabiannya dan setelah kenabiannya.
 
3|Hukum islam kel.6
D. Contoh Hadits
Setelah diuraikannya pengertian hadits, maka kita dapat mengetahui bahwa
secara umum hadits itu ada yang berupa perbuatan, perkataan, maupun
persetujuan atau penetapan. Agar lebih memudahkan dalam memahaminya,
berikut ini contoh ketiga jenis hadits tersebut :
 
1. Hadits Qouliy (Perkataan)
Adalah hadits yang berupa sabda atau ucapan Nabi shallallaahu ‘alaihi
wasallam. Biasanya disebutkan lafadz qaala (‫ال‬ َ ‫ ) َق‬dalam redaksinya. Contoh :
 
‫ ِإ َّن َما اَأْلعْ َما ُل ِبال ِّن َّي ِة‬: ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬ ِ ‫ْن ْال َخ َّطا‬
َ ِ ‫ َقا َل َرسُو ُل هَّللا‬:‫ب َرضِ َي هَّللا ُ َع ْن ُه َقا َل‬ ِ ‫َعنْ ُع َم َر ب‬
 
Dari Umar bin Khathab radliyallaahu ‘anhu berkata : Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wasallam bersabda : “Sesungguhnya amalan itu dengan niatnya.”
 
2. Hadits Fi’liy (Perbuatan)
Adalah hadits yang berupa perbuatan Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam.
Biasanya disebutkan lafadzkaana (‫ان‬ َ ‫ ) َك‬dalam redaksinya. Contoh :
 
َّ ‫ َفِإ َذا ا ْف َت َت َح ال‬،‫صلِّي َقاِئمًا َو َقاعِ ًدا‬
‫ َوِإ َذا ا ْف َت َت َح‬،‫صاَل َة َقاِئمًا َر َك َع َقاِئمًا‬ َ ِ ‫ان َرسُو ُل هَّللا‬
َ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ُي‬ َ ‫ َك‬:‫ت‬ ْ َ‫َعنْ َعاِئ َش َة َقال‬
‫صاَل َة َقاعِ ًدا َر َك َع َقاعِ ًدا‬َّ ‫ال‬
 
Dari ‘Aisyah berkata : “Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam sholat berdiri
dan duduk. Ketika memulai sholat dengan berdiri maka ruku’ dengan berdiri.
Dan ketika memulai sholat dengan duduk maka ruku’ dengan duduk.”
 
3. Hadits Taqririy (Persetujuan)
Adalah hadits yang berupa persetujuan Nabi shallallaahu ‘alaihi
wasallam terhadap perbuatan atau perilaku sahabat beliau. Contoh :
 
َ‫صاَل ٍة َبعْ د‬ َ ‫ان ُع َم ُر َيضْ ِربُ اَأْل ْيدِي َعلَى‬ َ ‫ َك‬:‫ َف َقا َل‬،‫س ب َْن َمالِكٍ َع ِن ال َّت َطوُّ ِع َبعْ َد ْال َعصْ ِر‬ َ ‫ت َأ َن‬ ُ ‫ َسَأ ْل‬:‫ َقا َل‬،‫ْن فُ ْلفُ ٍل‬
ِ ‫ار ب‬ِ ‫َعنْ م ُْخ َت‬
:‫ت لَ ُه‬ُ ‫ َفقُ ْل‬،ِ‫ص اَل ِة ْال َم ْغ ِرب‬
َ ‫س َق ْب َل‬ ِ ْ‫الش م‬َّ ‫ب‬ ِ ‫ْن َبعْ َد ُغ رُو‬ َ ِّ‫صلِّي َعلَى َع ْه ِد ال َّن ِبي‬
ِ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َر ْك َع َتي‬ َ ‫ َو ُك َّنا ُن‬،‫ْال َعصْ ِر‬
‫ َولَ ْم َي ْن َه َنا‬،‫يه َما َفلَ ْم َيْأمُرْ َنا‬
ِ ِّ‫صل‬
َ ‫ان َي َرا َنا ُن‬ َ ‫ َك‬:‫صاَّل ُه َما؟ َقا َل‬ َ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬
َ ‫هللا‬ ِ ‫ان َرسُو ُل‬ َ ‫َأ َك‬
 
Dari Mukhtar bin Fulful, ia berkata : Aku bertanya pada Anas bin Malik tetang
shalat sunnah setelah asar, maka ia menjawab :
 
“Dahulu Umar memukul tanganku karena aku shalat setelah asar, dan dahulu
di zaman Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam kami shalat dua rakaaat setelah
terbenamnya matahari sebelum shalat maghrib.”
 
Lalu aku bertanya pada nya : “Apakah Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam
melaksanakan shalat itu?”
 
Anas bin Malik menjawab : “Beliau melihat kami melaksanakan shalat itu, dan
beliau tidak memerintahkan dan juga tidak melarangnya.”
 
E. Pengertian Khabar
Khabar (‫ )الخ بر‬secara bahasa berarti An-Naba’ (‫ )النبأ‬yang berarti kabar atau
berita. Adapun secara istilah khabar ini semakna dengan hadits sehingga
memiliki definisi yang sama dengan hadits.
 

4|Hukum islam kel.6


Namun, menurut pendapat yang lain menyatakan bahwa khabar ini lebih umum
dari pada hadits. Sehingga definisi khabar adalah segala sesuatu yang
disandarkan kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam dan juga kepada selain
beliau. Syaikh Utsaimin mengatakan :
 
َ ِّ‫ْال َخ َب ُر َما ُأضِ يْفُ ِإلَى ال َّن ِبي‬
‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َوِإلَى َغي ِْر ِه‬
 
Khabar adalah segala sesuatu yang disandarkan pada Nabi shallallaahu ‘alaihi
wasallam dan juga disandarkan kepada selainnya.
 
F. Pengertian Atsar
Atsar (‫ )األثر‬secara bahasa berarti Baqiyyatu Asy-Syaii’ (‫ )بقية الش يء‬yang berarti
sisa dari sesuatu, atau jejak. Adapun secara istilah, atsar adalah :
 
‫َما ُأضِ يْفُ ِإلَى الص ََّح ِابي َأ ْو ال َّت ِابعِي‬
 
Segala sesuatu yang disandarkan pada sahabat atau tabi’in.
 
Adakalanya atsar juga didefinisikan dengan segala sesuatu yang disandarkan
kepada Nabishallallaahu ‘alaihi wasallam. Namun biasanya penyebutannya
disandarkan dengan redaksi “dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam” sehingga
penyebutannya seperti ini :
 
‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬َ ِّ‫َوفِي اَأْل َث ِر َع ِن ال َّن ِبي‬
 
Dalam sebuah atsar dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam . . .
 
G. Pengertian Hadits Qudsi
Hadits qudsi adalah hadits yang diriwayatkan oleh Nabi shallallaahu ‘alaihi
wasallam dari Allah ta’ala. Hadits qudsi ini juga terkadang disebut dengan
hadits rabbaaniy atau hadits ilaahiy. Syaikh Utsaimin mengatakan :
 
َ ِّ‫ َما َر َواهُ ال َّن ِبي‬:‫ْث ْالقُ ْدسِ ي‬
‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َعنْ َر ِّب ِه َت َعالَى‬ ُ ‫ْال َح ِدي‬
 
Hadits qudsi adalah hadits yang diriwayatkan oleh Nabi shallallaahu ‘alaihi
wasllam dari Tuhannya ta’ala.[7]
 
Dengan demikian, hadits qudsi juga merupakan firman Allah ta’ala yang
maknanya disampaikan kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam, namun
redaksi yang disampaikan dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam.
 
Contoh hadits qudsi :
 
‫ َوَأ َنا َم َع ُه‬،‫ َأ َنا عِ ْن َد َظنِّ َع ْب دِي ِبي‬:‫ َيقُو ُل هَّللا ُ َت َع الَى‬:‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬ َ ُّ‫ َقا َل ال َّن ِبي‬:‫ َقا َل‬،ُ‫َعنْ َأ ِبي ه َُري َْر َة َرضِ َي هَّللا ُ َع ْنه‬
‫ َوِإنْ َذ َك َرنِي فِي َمٍإَل َذ َكرْ ُت ُه فِي َمٍإَل َخي ٍْر ِم ْن ُه ْم‬،‫ َفِإنْ َذ َك َرنِي فِي َن ْفسِ ِه َذ َكرْ ُت ُه فِي َن ْفسِ ي‬،‫ِإ َذا َذ َك َرنِي‬
 
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata : Nabi shallallaahu ‘alaihi
wasallam bersabda :Allah ta’ala berfirman :
 
“Sesungguhnya Aku di sisi persangkaan hamba-Ku, dan Aku bersamanya ketika
ia mengingat-Ku. Jika ia mengingat-Ku di dalam dirinya maka Aku
mengingatnya di dalam diri-Ku. Dan jika ia mengingat-Ku di kumpulan orang,
maka Aku mengingatnya di kumpulan orang banyak yang lebih baik dari
5|Hukum islam kel.6
mereka.”
 
H. Perbedaan Hadits Nawabi, Hadits Qudsi dan Al Quran
Perbedaan hadits nabawi, hadits qudsi dan Al Quran adalah dilihat dari
penisbatan redaksi dan maknanya. Redaksi dan makna Al Quran dinisbatkan
kepada Allah ta’ala. Sedangkan hadits nabawi, redaksi dan maknanya
dinisbatkan kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam. Adapun hadits qudsi,
hanya maknanya saja yang dinisbatkan kepada Allah ta’ala, bukan redaksinya.
 
Maka dari itu, membaca hadits qudsi tidak dinilai sebagai ibadah, tidak dapat
digunakan sebagai qiraat dalam shalat, tidak terdapat tantangan (bagi orang
kafir untuk menandinginya), dan juga tidak dinukil secara mutawatir
sebagaimana Al Quran. Sehingga hadits qudsi juga ada yang shahih, dha’if,
bahkan palsu

6|Hukum islam kel.6

Anda mungkin juga menyukai