Anda di halaman 1dari 4

Pengertian Hadits, Sunnah, Khabar, Atsar, dan Hadits Qudsi

Hadits adalah pedoman kedua dalam agama Islam setelah Al Quran. Mempelajari
hadits begitu penting bagi kita sebagai umat Islam. Karena dengan mempelajarinya
maka kita akan mengetahui apa yang disabdakan oleh Nabi kita.
 
Mempelajari hadits juga merupakan konsekwensi dari syahadat kita terhadap
kerasulan Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wasallam. Oleh karena itu, penting
bagi kita untuk mempelajari ilmu ini.
 
Secara umum ilmu hadits terbagi menjadi dua. Yaitu ilmu hadits dirayah dan ilmu
hadits riwayah. Keduanya memiliki pembahasan yang berbeda namun intinya sama-
sama membahas tentang hadits.
 
Sebelum kita menginjak pada materi hadits yang lebih mendalam ada baiknya kita
mengenal terlebih dahulu apa itu hadits. Pada artikel ini insya Allah akan kita bahas
bersama tentang pengertian hadits, sunnah, khabar, atsar dan hadits qudsi. Berikut
pemaparannya :
 
A. Pengertian Hadits
Hadits (‫ )الحديث‬secara bahasa berarti Al-Jadiid (‫ )الجديد‬yang artinya adalah sesuatu yang
baru; yakni kebalikan dari Al-Qadiim (‫ )الق ديم‬yang artinya sesuatu lama. Sedangkan
hadits menurut istilah para ahli hadits adalah :
 
َ ِّ‫َما ُأضِ يْفُ ِإلَى ال َّن ِبي‬
ٍ ْ‫ َأ ْو َوص‬،‫ َأ ْو َت ْق ِري ٍْر‬،‫ َأ ْو فِعْ ٍل‬،‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم مِنْ َق ْو ٍل‬
‫ف‬
 
Adalah segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam
baik ucapan, perbuatan, persetujuan, maupun sifat. 
Dari definisi tersebut dapat kita ketahui bahwa hadits adalah segala sesuatu yang
disandarkan kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam baik itu ucapan, perbuatan,
persetujuan, sifat fisik, maupun kepribadiannya.
 
Hingga gerak dan diamnya ketika terbangun maupun tertidur juga disebut sebagai
hadits. Maka dari itu pengertian ini juga mencakup setiap keadaan Nabi
Muhammad shallallaahu ‘alaihi wasallammenurut para ahli hadits.
 
B. Pengertian Sunnah
Sunnah (‫ )السنة‬secara bahasa berarti As-Siirah Al-Muttaba’ah (‫ )السيرة المتبعة‬yang berarti
jalan yang diikuti. Setiap jalan dan perjalanan yang diikuti dinamakan sunnah, baik
itu jalan yang baik maupun jalan yang buruk.
 
Adapun sunnah menurut istilah para ahli hadits adalah : Segala sesuatu yang dinukil
dari Nabishallallaahu ‘alaihi wasallam baik itu ucapan, perbuatan, persetujuan, sifat
fisik, kepribadian, maupun perjalanan hidup, baik itu sebelum diutus maupun sesudah
diutus.
 
C. Perbedaan Antara Hadits dan Sunnah
Menurut prespektif ahli hadits, hadits adalah sesuatu yang diriwayatkan dari
Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam setelah kenabiannya.
 
Sedangkan sunnah pengertiannya lebih menyeluruh dan lebih umum. Karena sunnah
juga mencakup perjalanan hidup Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam sebelum
kenabiannya dan setelah kenabiannya.
 
D. Contoh Hadits
Setelah diuraikannya pengertian hadits, maka kita dapat mengetahui bahwa secara
umum hadits itu ada yang berupa perbuatan, perkataan, maupun persetujuan atau
penetapan. Agar lebih memudahkan dalam memahaminya, berikut ini contoh ketiga
jenis hadits tersebut :
 
1. Hadits Qouliy (Perkataan)
Adalah hadits yang berupa sabda atau ucapan Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam.
Biasanya disebutkan lafadz qaala (‫ال‬ َ ‫ ) َق‬dalam redaksinya. Contoh :
 
‫ ِإ َّن َما اَأْلعْ َما ُل ِبال ِّن َّي ِة‬: ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬ ِ ‫ْن ْال َخ َّطا‬
َ ِ ‫ َقا َل َرسُو ُل هَّللا‬:‫ب َرضِ َي هَّللا ُ َع ْن ُه َقا َل‬ ِ ‫َعنْ ُع َم َر ب‬
 
Dari Umar bin Khathab radliyallaahu ‘anhu berkata : Rasulullah shallallaahu ‘alaihi
wasallam bersabda : “Sesungguhnya amalan itu dengan niatnya.”
 
2. Hadits Fi’liy (Perbuatan)
Adalah hadits yang berupa perbuatan Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam. Biasanya
disebutkan lafadzkaana (‫ان‬ َ ‫ ) َك‬dalam redaksinya. Contoh :
 
‫الص اَل َة‬ َّ ‫ َفِإ َذا ا ْف َت َت َح ال‬،‫صلِّي َقاِئمًا َو َقاعِ ًدا‬
َّ ‫ َوِإ َذا ا ْف َت َت َح‬،‫صاَل َة َقاِئمًا َر َك َع َقاِئ ًم ا‬ َ ِ ‫ان َرسُو ُل هَّللا‬
َ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ُي‬ َ ‫ َك‬:‫ت‬ ْ َ‫َعنْ َعاِئ َش َة َقال‬
‫َقاعِ ًدا َر َك َع َقاعِ ًدا‬
 
Dari ‘Aisyah berkata : “Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam sholat berdiri dan
duduk. Ketika memulai sholat dengan berdiri maka ruku’ dengan berdiri. Dan ketika
memulai sholat dengan duduk maka ruku’ dengan duduk.”
 
3. Hadits Taqririy (Persetujuan)
Adalah hadits yang berupa persetujuan Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam terhadap
perbuatan atau perilaku sahabat beliau. Contoh :
 
،‫ص ِر‬ْ ‫صاَل ٍة َبعْ دَ ْال َع‬َ ‫ان ُع َم ُر َيضْ ِربُ اَأْل ْيدِي َعلَى‬ َ ‫ َك‬:‫ َف َقا َل‬،‫س ب َْن َمالِكٍ َع ِن ال َّت َطوُّ ِع َبعْ َد ْال َعصْ ِر‬ َ ‫ت َأ َن‬
ُ ‫ َسَأ ْل‬:‫ َقا َل‬،‫ْن فُ ْلفُ ٍل‬
ِ ‫ار ب‬ِ ‫َعنْ م ُْخ َت‬
‫صلَّى‬
َ ‫هللا‬
ِ ‫ان َرسُو ُل‬ َ ‫ َأ َك‬:‫ت لَ ُه‬
ُ ‫ َفقُ ْل‬،ِ‫صاَل ِة ْال َم ْغ ِرب‬ ِ ‫ب ال َّش ْم‬
َ ‫س َق ْب َل‬ ِ ‫ْن َبعْ َد ُغرُو‬ ِ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َر ْك َع َتي‬ َ ِّ‫صلِّي َعلَى َع ْه ِد ال َّن ِبي‬ َ ‫َو ُك َّنا ُن‬
‫ َولَ ْم َي ْن َه َنا‬،‫يه َما َفلَ ْم َيْأمُرْ َنا‬ِ ِّ‫صل‬
َ ‫ان َي َرا َنا ُن‬ َ ‫ َك‬:‫صاَّل ُه َما؟ َقا َل‬ َ ‫هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬
 
Dari Mukhtar bin Fulful, ia berkata : Aku bertanya pada Anas bin Malik tetang shalat
sunnah setelah asar, maka ia menjawab :
 
“Dahulu Umar memukul tanganku karena aku shalat setelah asar, dan dahulu di
zaman Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam kami shalat dua rakaaat setelah
terbenamnya matahari sebelum shalat maghrib.”
 
Lalu aku bertanya pada nya : “Apakah Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam
melaksanakan shalat itu?”
 
Anas bin Malik menjawab : “Beliau melihat kami melaksanakan shalat itu, dan beliau
tidak memerintahkan dan juga tidak melarangnya.”
 
E. Pengertian Khabar
Khabar (‫ )الخ بر‬secara bahasa berarti An-Naba’ (‫ )النبأ‬yang berarti kabar atau berita.
Adapun secara istilah khabar ini semakna dengan hadits sehingga memiliki definisi
yang sama dengan hadits.
 
Namun, menurut pendapat yang lain menyatakan bahwa khabar ini lebih umum dari
pada hadits. Sehingga definisi khabar adalah segala sesuatu yang disandarkan kepada
Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam dan juga kepada selain beliau. Syaikh Utsaimin
mengatakan :
 
َ ِّ‫ْال َخ َب ُر َما ُأضِ يْفُ ِإلَى ال َّن ِبي‬
‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َوِإلَى َغي ِْر ِه‬
 
Khabar adalah segala sesuatu yang disandarkan pada Nabi shallallaahu ‘alaihi
wasallam dan juga disandarkan kepada selainnya.
 
F. Pengertian Atsar
Atsar (‫ )األثر‬secara bahasa berarti Baqiyyatu Asy-Syaii’ (‫ )بقية الشيء‬yang berarti sisa dari
sesuatu, atau jejak. Adapun secara istilah, atsar adalah :
 
‫َما ُأضِ يْفُ ِإلَى الص ََّح ِابي َأ ْو ال َّت ِابعِي‬
 
Segala sesuatu yang disandarkan pada sahabat atau tabi’in.
 
Adakalanya atsar juga didefinisikan dengan segala sesuatu yang disandarkan kepada
Nabishallallaahu ‘alaihi wasallam. Namun biasanya penyebutannya disandarkan
dengan redaksi “dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam” sehingga penyebutannya
seperti ini :
 
‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬َ ِّ‫َوفِي اَأْل َث ِر َع ِن ال َّن ِبي‬
 
Dalam sebuah atsar dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam . . .
 
G. Pengertian Hadits Qudsi
Hadits qudsi adalah hadits yang diriwayatkan oleh Nabi shallallaahu ‘alaihi
wasallam dari Allah ta’ala. Hadits qudsi ini juga terkadang disebut dengan
hadits rabbaaniy atau hadits ilaahiy. Syaikh Utsaimin mengatakan :
 
َ ِّ‫ َما َر َواهُ ال َّن ِبي‬:‫ْث ْالقُ ْدسِ ي‬
‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َعنْ َر ِّب ِه َت َعالَى‬ ُ ‫ْال َح ِدي‬
 
Hadits qudsi adalah hadits yang diriwayatkan oleh Nabi shallallaahu ‘alaihi wasllam
dari Tuhannya ta’ala.[7]
 
Dengan demikian, hadits qudsi juga merupakan firman Allah ta’ala yang maknanya
disampaikan kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam, namun redaksi yang
disampaikan dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam.
 
Contoh hadits qudsi :
 
،‫ َوَأ َنا َم َع ُه ِإ َذا َذ َك َرنِي‬،‫ َأ َنا عِ ْن َد َظنِّ َع ْبدِي ِبي‬:‫ َيقُو ُل هَّللا ُ َت َعالَى‬:‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬
َ ُّ‫ َقا َل ال َّن ِبي‬:‫ َقا َل‬،ُ‫َعنْ َأ ِبي ه َُري َْر َة َرضِ َي هَّللا ُ َع ْنه‬
‫ َوِإنْ َذ َك َرنِي فِي َمٍإَل َذ َكرْ ُت ُه فِي َمٍإَل َخي ٍْر ِم ْن ُه ْم‬،‫َفِإنْ َذ َك َرنِي فِي َن ْفسِ ِه َذ َكرْ ُت ُه فِي َن ْفسِ ي‬
 
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata : Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam
bersabda :Allah ta’ala berfirman :
 
“Sesungguhnya Aku di sisi persangkaan hamba-Ku, dan Aku bersamanya ketika ia
mengingat-Ku. Jika ia mengingat-Ku di dalam dirinya maka Aku mengingatnya di
dalam diri-Ku. Dan jika ia mengingat-Ku di kumpulan orang, maka Aku mengingatnya
di kumpulan orang banyak yang lebih baik dari mereka.”
 
H. Perbedaan Hadits Nawabi, Hadits Qudsi dan Al Quran
Perbedaan hadits nabawi, hadits qudsi dan Al Quran adalah dilihat dari penisbatan
redaksi dan maknanya. Redaksi dan makna Al Quran dinisbatkan kepada Allah ta’ala.
Sedangkan hadits nabawi, redaksi dan maknanya dinisbatkan kepada Nabi shallallaahu
‘alaihi wasallam. Adapun hadits qudsi, hanya maknanya saja yang dinisbatkan kepada
Allah ta’ala, bukan redaksinya.
 
Maka dari itu, membaca hadits qudsi tidak dinilai sebagai ibadah, tidak dapat
digunakan sebagai qiraat dalam shalat, tidak terdapat tantangan (bagi orang kafir
untuk menandinginya), dan juga tidak dinukil secara mutawatir sebagaimana Al
Quran. Sehingga hadits qudsi juga ada yang shahih, dha’if, bahkan palsu

Anda mungkin juga menyukai