Anda di halaman 1dari 28

HADIST SEBAGAI PEDOMAN HIDUP

DOSEN PENGAMPU :DRS. ZAINAL ABIDIN, S.H, M.H


TUGAS KELOMPOK 1 AGAMA ISLAM

HERLINAWATI S - 3021215009
ANJAR PRIYAMBUDI - 3021215002
REGULER KHUSUS
FAKULTAS PANCASILA, UNIVERSITAS PANCASILA
HADIST
◦ PENGERTIAN HADIST
◦ kata hadis mempunyai beberapa arti, yaitu baru (jadid) sebagai lawan kata
lama (qadim), dekat (qarib) sebagai lawan kata jauh (ba’id)
◦ Kata hadis juga bisa berarti berita (khabar). Adapun kata sunnah secara bahasa
berarti jalan atau kebiasaan baik maupun jelek.

◦ Prinsip dasar dalam memahami sebuah hadis adalah keharusan sejalan dengan
misi Islam dan al-Qur’an yaitu mewujudkan anugerah bagi semesta sehingga
mencerminkan kepasrahan hanya kepada Allah (Islam) dengan hanya
memberikan kepasrahan pada nilai kebaikan bersama, baik sesama manusia
maupun makhluk Allah.
HADIST
◦ Pengakuan atas al-Qur’an sebagai kitab Allah adalah bagian dari rukun iman, yakni
iman kepada kitab-kitab Allah.
◦ Setelah al-Qur’an, hadis adalah sumber kedua yang menjadi rujukan ajaran Islam.
◦ Hadislah kemudian yang menerangkan (Bayanut Tafsir) dan merinci (Bayanut
Tafshil) AL-Quran.

◦ Wahbah al-Zuhaili menegaskan bahwa perbedaan AL-QURAN dan HADIST


terletak pada sumber lafadznya di mana lafadz al-Qur’an langsung berasal dari
Allah (Matlu), sedangkan hadis tidak (Ghairu Matlu).
HADIST & SUNAH
◦ Hadist & Sunah sangat terkait erat, sesungguhnya BERBEDA
SUNNAH Nabi adalah peristiwa tunggal Sunnah sebagai tindakan Rasullah Saw, baik
berupa perkataan, perbuatan, maupun ketetapan adalah sangat terjaga sebab beliau adalah
manusia yang dijaga oleh Allah (ma’shum).

HADIST Pada pengertian khusus, hadist didefinisikan sebagai Riwayat/ ceritanya /


perkataan (aqwal), perbuatan (af’al), persetujuan (taqrir), dan sifat yang disandarkan pada Nabi
Saw . Meliputi perbuatan para sahabat yang dibiarkan oleh Nabi dan dapat dipahami sebagai
pembolehan.

Hadis sangat tergantung pada periwayat atau pelapornya sehingga satu sabda atau perbuatan
Nabi yang sama bisa melahirkan banyak riwayat hadis, bahkan yang bertentangan satu sama
lain.
Kategori hadist
1. perkataan,
2. perbuatan, dan
3. ketetapan yang disandarkan pada :
a) Nabi (Hadis Marfu’),
b) para sahabat Nabi (Hadis Mauquf),
c) dan para tabiin atau generasi setelah Sahabat Nabi (Hadis Mqthu’).
STRUKTUR HADIST

1. sanad/isnad (rantai penutur)

2. matan (redaksi).
Sah yang perlu
dicermati dalam
Keutuhan Perawi akhir-
memahami hadits Jumlahnya
sanadnya akhirnya
terkait dengan
sanadnya ialah :
SANAD DAN MATAN
◦ Sanad ialah rantai penutur/perawi (periwayat) hadits. Sanad terdiri atas seluruh penutur mulai dari orang
yang mencatat hadits tersebut dalam bukunya (kitab hadits) hingga mencapai Rasulullah. Sanad,
memberikan bayangan keaslian suatu riwayat. Bila diambil dari contoh sebelumnya karena itu sanad hadits
bersangkutan merupakan

◦ Al-Bukhari > Musaddad > Yahya > Syu’bah > Qatadah > Anas > Nabi Muhammad SAW

Matan ialah redaksi dari hadits. Contoh sebelumnya karena itu matan hadits bersangkutan ialah:
“Tidak sempurna iman seseorang di selang kalian sehingga ia cinta untuk saudaranya apa yang ia
cinta untuk dirinya sendiri

◦ Terkait dengan matan atau redaksi, karena itu yang perlu dicermati dalam memahami hadits ialah:
• Ujung sanad sbg sumber redaksi, apakah berujung pada Nabi Muhammad atau bukan,
• Matan hadits itu sendiri dalam hubungannya dengan hadits lain yang lebih kuat sanadnya (apakah berada yang melemahkan atau menguatkan)
dan kesudahan dengan ayat dalam Al Quran (apakah berada yang bertolak belakang
PERIWAYAT HADIST
1.Shahih Bukhari, disusun oleh Bukhari (194-256 H).
2.Shahih Muslim, disusun oleh Muslim (204-262 H).
3.Sunan Sisa dari pembakaran Dawud,
disusun oleh Sisa dari pembakaran Dawud (202-275 H).
4.Sunan at-Turmudzi, disusun oleh At-Turmudzi (209-279 H).
5.Sunan an-asa'i, disusun oleh an-Nasa'i (215-303 H).
6.Sunan Ibnu Majah, disusun oleh Ibnu Majah (209-273).
7.Musnad Ahmad, disusun oleh Imam Ahmad bin Hambal (781-855 M).
8.Muwatta Malik, disusun oleh Imam Malik.
9.Sunan Darimi, Ad-Darimi.
KEDUDUKAN HADIST
◦ Tingkatan sebuah hadis :
1. kuat (Shahih),
2. sedang (Hasan),
3. lemah (Dlaif),
4. palsu (Maudlu’).
1. HADIST SAHIH
• Hadist sahih yakni tingkatan tertinggi penerimaan pada suatu hadits.
Hadits shahih memenuhi persyaratan sbg berikut:
1. Sanadnya bersambung;
2. Diriwayatkan oleh penutur/perawi yg tidak berat sebelah, memiliki sifat istiqomah, berakhlak baik, tidak fasik, terjaga
muruah(kehormatan)-nya, dan kuat ingatannya.
3. Matannya tidak mengandung kejanggalan/bertentangan (syadz) serta tidak berada karena tersembunyi atau tidak nyata yg
mencacatkan hadits

Contoh hadist Sahih :


◦ ‫ أَ ْو قَاتَلَهُ فَ ْليَقُلْ إِنِّي ا ْم ُر ٌؤ‬،‫ فَإِ ْن َسابَّهُ أَ َح ٌد‬، ْ‫ث َوالَ يَصْ خَب‬
ْ ُ‫ فَالَ يَرْ ف‬،‫ص ْو ِم أَ َح ِد ُك ْم‬ َ ‫ ( ٌ( َوإِ َذا َك‬:‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬
َ ‫ان يَ ْو ُم‬ ِ ‫عن أَبي هُ َري َْرةَ َر‬
َ ِ ‫ قَا َل َرسُو ُل هَّللا‬:‫ض َي هَّللا ُ َع ْنهُ يَقُو ُل‬
‫ رواه البخاري‬.))ِ .‫صائِ ٌم‬ َ

◦ Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

 "Jika pada suatu hari salah seorang dari kalian berpuasa, maka janganlah ia mengucapkan kata-kata kotor, membuat
kegaduhan dan jangan pula melakukan perbuatan orang-orang bodoh. Dan apabila ada orang yang memakinya atau
menyerangnya, maka hendaklah ia mengatakan, ‘'Sesungguhnya aku sedang berpuasa."

[ HR. Al-Bukhari no.1904 ]


DERAJAT SAHIHNYA HADIST
BERDASARKAN MUKHARIJJ :
◦ 1.Muttafaq ‘Alaih
◦ 2.Bukhari
◦ 3.Muslim
◦ 4.Periwayatan atas syarat (rekomendasi) dari bukhari dan muslim
◦ 5.Periwayatan atas syarat (rekomendasi) dari bukhari
◦ 6.Periwayatan atas syarat (rekomendasi) dari muslim
◦ 7.Hadits shahih yang bukan atas pandangan bukhari dan muslim seperti ibnu khuzaimah,
ibnu hibban, dan para mukharrij lainnya.
2. HADIST HASAN / SEDANG
Di sebut HADIST HASAN dengan syarat berikut :
• Periwayat (Sanad) bersambung,
• Diriwayatkan oleh rawi yang tidak sewenang-wenang
• Diriwayatkan oleh rawi yang hafal (dhabith), tapi tingkat kehafalannya masih dibawah hadits
Shahih,
• Tidak bertentangan dengan hadits dengan rawi yang tingkat dipercayanya semakin tinggi atau
Al-Qur'an,
• Tidak terdapat cacat.

Perbedaan hadits Shahih dan hasan terletak pada kedhabithannya. Jika hadits Shahih
tingkat dhabithnya harus tinggi, maka hadits hasan tingkat kedhabithannya berada dibawahnya.
Contoh hadits Hasan yaitu seperti hadits yang diriwayatkan oleh
Muhammad bin Amr bin al-Qamah, dari Salamah, dari Debu Hurairah.
Dalam hadits ini, hadits dikategorikan hasan dikarenakan Muhammad bin Amr bin al-
Qamah dikenal tingkat hafalannya yang tidak luar biasa.


َ ‫ أَ َّن ا ْم َرأَةً ِم ْن بَنِي فَ َز‬: ‫ َع ْن أَبِي ِه‬، َ‫ْت َع ْب َد هَّللا ِ ب َْن َعا ِم ِر ب ِْن َربِي َعة‬
ْ ‫ارةَ تَ َز َّو َج‬
‫ فَقَا َل‬. ‫ت َعلَى نَ ْعلَ ْي ِن‬ ُ ‫ قَال َس ِمع‬، ِ ‫اص ِم ْب ِن ُعبَ ْي ِد هَّللا‬
ِ ‫ َع ْن َع‬، ُ‫َح َّدثَنَا ُش ْعبَة‬
)‫(رواه الترمذي‬. ُ‫ فَأ َ َجا َزه‬: ‫ قَا َل‬. ‫ نَ َع ْم‬: ‫ت‬ ْ َ‫ك بِنَ ْعلَي ِْن ؟" قَال‬ ِ ِ‫ك َو َمال‬ِ ‫ت ِم ْن نَ ْف ِس‬
ِ ‫ضي‬ ِ ‫" أَ َر‬: ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬
َ ِ ‫ َرسُو ُل هَّللا‬                               
 
◦ Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dari jalur Syu’bah dari ‘ashim bin
‘Ubaidillah,dari Abdillah bin Amir bin Rabi’ah, dari ayahny. “Bahwasanya
seorang wanita dari bani Fazarah menikah dengan mahar sepasang
sandal.”
◦              Kemudian at-Tirmidzi berkata,”pada bab ini juga diriwayatkan (hadis
yang sama) dari ‘Umar, Abi Hurairah,Aisyah dan Abi Hadrad.”Jalur ‘Ashim
didha’ifkan karena buruk hafalannya, kemudian hadis ini dihasankan oleh at-
Tirmidzy melalui jalur riwayat yang lain.
3. HADIST LEMAH (Dhaif)
◦ Hadits Dhaif (lemah), ialah hadits yang sanadnya tidak bersambung (dapat berupa mursal, mu’allaq, mudallas,
munqati’ atau mu’dal)dan diriwayatkan oleh orang yang tidak tidak berat sebelah atau tidak kuat ingatannya,
mengandung kejanggalan atau cacat.

◦ CONTOH : buku Tajwid Lengkap Asy-Syafi'i karya Abu Ya'la Kurnaedi, 


Contoh pertama ‫اعف َو ُد َعا ُؤ ُه“ ُم ْست ََج ٌاب َو َذ ْنبُ “ُه‬ َ ‫ت“““بِ ْي ٌح َو َع َملُ ُه“ ُم‬
ٌَ ‫ض‬ َ ‫َ ن ْ“و ُم“ لا““صَّائِم“ ِعبَا َدةٌ َو‬
‫ص ْمتُ ُه“ َ ْس‬

Membaca yasin bagi orang yang meninggal, “‫ “ ا“قرؤوا ي““سعلىموتاكم‬Bacalah Yasin kepada orang-orang yang
meninggal di antara kalian". Hadits ini dhaif, bahkan munkar, lihat Ahkamul Jami, serta dhaif Abu Dawud.

‫ف َو ُد َعا ُؤهُ ُم ْست ََجابٌ َو َذ ْنبُهُ َم ْغفُ ْو ٌر‬ َ ‫ص ْمتُهُ تَ ْسبِ ْي ٌح َو َع َملُهُ ُم‬
ٌ ‫ضا َع‬ َ ‫ن َْو ُم الصَّا ِئ ِم ِعبَا َدةٌ َو‬

Referensi: https://almanhaj.or.id/3950-hadits-hadits-dhaif-maudhu-yang-banyak-beredar-pada-bulan-ramadhan.html
Contoh Kedua : Tidurnya orang yang sedang berpuasa itu ibadah, diamnya merupakan tasbih, amal perbuatannya (akan
dibalas) dengan berlipatganda, doa’nya mustajab dan dosanya diampuni“. [Dikeluarkan oleh al-Baihaqi dalam Syu’abul
Imân dan lain-lain dari jalur periwayatan Abdullah bin Abi Aufa.] Sanad hadits ini maudhû’, karena dalam sanadnya
terdapat seorang perawi yang bernama Sulaiman bin Amr an-Nakha’i, seorang pendusta. [Lihat, Faidhul Qadîr, no. 9293,
Silsilatud Dha’ifah, no. 4696]
◦ Contoh ketiga Hadits dhaif lainnya tentang do’a berbuka yaitu :
◦ ‫ان النَّبِ ُّى‬ ٍ َ‫ َع ْن أَن‬n ‫ت‬
َ ‫س قَا َل َك‬ ُ ْ‫ك أَ ْفطَر‬
َ ِ‫ت َو َعلَى ِر ْزق‬
ُ ‫ص ْم‬
ُ ‫ك‬ َ َ‫ان إِ َذا أَ ْفطَ َر ق‬
َ َ‫ بِس ِْم هللاِ اللَّهُ َّم ل‬: ‫ال‬ َ ‫“ َك‬
◦ Dari Anas Radhiyallahu ‘anhu, beliau Radhiyallahu ‘anhu mengatakan,
◦ “Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam, apabila berbuka, beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam
mengucapkan ‫ت‬ : ُ ْ‫ىر ْز ِق َك َأ“ ْفطَر‬ َ ُ “‫“ ب““س“م“ هللا لَّا““هُ َّم“ َ َل““ك ُص ْم‬
ِ َ‫تو َعل‬

Dengan nama Allâh, Ya Allâh karenaMu aku berpuasa dan dengan rizki dari Mu aku berbuka“.

Hadits ini diriwayatkan oleh Thabrani rahimahullah dalam kitab al-Mu’jamus Shagîr, hlm. 189 dan al-
Mu’jam Ausath. Sanad hadits ini lemah (dha’îf),
karena Pertama : Dalam sanad hadits ini terdapat Ismail bin Amar al Bajali. Dia adalah seorang rawi yang
lemah. Imam Dzahabi rahimahullah mengatakan dalam kitab adh-Dhu’âfa,

“Referensi: https://almanhaj.or.id/3950-hadits-hadits-dhaif-maudhu-yang-banyak-beredar-pada-bulan-
ramadhan.html
4. HADIST PALSU (MAUDU)
◦ Hadits Maudu, bila hadits dicurigai palsu atau buatan karena dalam rantai sanadnya dijumpai
penutur yang memiliki probabilitas berdusta.

◦ Di antara kesalahan itu, ada yang berawal dari kesalahan dalil, karena ternyata yang menjadi dalilnya
adalah hadits maudhû’ (hadits palsu), seperti hadits :
َ ‫ت َك َما تَأْ ُك ُل ْالبَهَائِ ُم ْال َح ِشي‬
◦ ‫ْش‬ ِ ‫ْث فِي ْال َم ْس ِج ِد يَأْ ُك ُل ْال َح َسنَا‬
ُ ‫ْال َح ِدي‬
◦ Contoh Pertama : Percakapan dalam masjid akan memakan/menghapus (pahala) kebaikan seperti
binatang ternak yang memakan rumput.
◦ [Ihyâ’ Ulûmiddîn, 1/152, cet. Darul Ma’rifah, Beirut] Hadits ini dihukumi oleh Imam al-‘Irâqi
rahimahullah, as-Subki rahimahullah dan al-Albâni rahimahullah sebagai hadits palsu yang tidak ada
asalnya dalam kitab-kitab hadits. [Lihat Silsilatul Ahâdîtsidh Dha’îfah wal Maudhû’ah 1/60]

Referensi: https://almanhaj.or.id/3663-beberapa-contoh-hadits-palsu-dan-lemah-dalam-kitab-ihya-
ulumiddin.html
Contoh Kedua Hadis Maudu / Palsu kedua :

‫ا““لَ َما ِء َّل ِذا““ي َْن َ أْي““تُ ْو َن أْل ُا““ َم َرا َء َو ِخيَا ُر أْل ُا““ َم َرا ِء َّل ِذا““ي َْن َ أْي““تُ ْو َن ْل ُع‬
◦ Hadits : ‫ا““لَ َما َء‬ ‫ ِش َ“را ُر ْل ُع‬Seburuk-buruk ulama adalah yang selalu
mendatangi para penguasa (pemerintah) dan sebaik-sebaik penguasa adalah yang selalu mendatangi para
ulama[10] . Hadits ini juga dihukumi oleh Imam as-Subki rahimahullah sebagai hadits yang tidak ada asalnya
[11].

Referensi:
https://almanhaj.or.id/3663-beberapa-contoh-hadits-palsu-dan-lemah-dalam-kitab-ihya-ulumiddin.html

◦ Hal ini telah disebutkan oleh para ulama, diantaranya syaikh Abdul Karim al-
Khudeir hafizhahullahu Ta’ala:
‫عليه الصالة والسالم‬- ‫ ال يروى بإسناد عن النيب‬،ً‫ هذا ليس له إسناد أصال‬:‫ نقول‬،‫ “النظافة من اإلميان” وجيزمون هبذا‬:‫◦ ينتشر على ألسنة الناس‬
◦ “Contoh ketiga : Tersebar pada lisan-lisan kebanyakan manusia ungkapan “An-
Nazhofatu minal Iman”, dan mereka menetapkan/melestarikan ucapan tesebut, maka
kami katakan bahwa ucapan tersebut tidaklah memiliki sanad (asal-usul) sama sekali,
sehingga tidak boleh disandarkan kepada Nabi ‫( ”ﷺ‬Syarah al-Manzhumah al-
Baiquniyyah : 2/15).
MENYIKAPI HADIST PALSU :
◦ Telah tersebar di masyarakat kita sebuah ungkapan ‫“ لا““نظافة من ا““إليمان‬An-Nazhofatu minal Iman” yang artinya;
Kebersihan sebagian dari Iman. Namun tentunya kita harus berhati-hati terhadap ungkapan tersebut, apakah
benar ia merupakan perkataan Rasulullah ‫ ﷺ‬atau bukan, karena menyandarkan sebuah perkataan kepada
Rasulullah ‫ ﷺ‬namun beliau tidak benar mengatakan hal demikian, maka ini sebuah kedustaan, dan kedustaan atas
nama Rasulullah ‫ ﷺ‬merupakan dosa besar yang pelakunya diancam dengan neraka, sebagaimana beliau ‫ﷺ‬
bersabda:
‫◦ من كذب علي متعمدا فليتبوأ مقعده من النار‬
◦ “Siapa yang berdusta secara sengaja atas namaku, maka hendaklah ia mengambil tempat di neraka. (HR. Bukhari :
107)
◦ Adapun berbicara mengenai kebersihan, tentu saja Islam telah mengajarkannya dengan pembahasan yang sangat
detail dan jelas, sehingga kebersihan memiliki peranan besar dalam syari’at ini, bahkan bukan sekedar kebersihan,
akan tetapi Islam mengajarkan tentang kesucian yang lebih tinggi derajatnya dari kebersihan.
◦ Allah ‫ ﷻ‬berfirman:
‫◦ وثيابك فطهر‬
◦ “Dan Pakaianmu sucikanlah” (QS. Al-Muddattsir: 4)
◦ Sehingga, sangat banyak ibadah yang syarat sah nya berupa kesucian baik dari sisi badan, pakaian, tempat dan
sebagainya, seperti halnya sholat 5 waktu yang syarat sahnya adalah bersuci dari hadats besar maupun kecil.
◦ Akan tetapi, kalau kita berbicara tentang hadits “An-Nazhofatu minal Iman”, maka hal tersebut tidak sah
disandarkan kepada Rasulullah ‫ﷺ‬, walaupun makna ungkapan tersebut adalah sebuah kebenaran yang
tidak bisa dipungkiri.

Referensi: https://konsultasisyariah.com/35845-hadis-palsu-kebersihan-sebagian-dari-iman.html
Sejarah Singkat Ilmu Hadist
◦ Ilmu hadis pada awalnya muncul dari kepedulian umat Islam untuk menjaga ucapan Nabi Muhammad
dari penyalahgunaan sekelompok orang untuk tujuan-tujuan jangka pendek.
◦ Setelah Nabi Muhammad wafat, Islam tersebar luas hingga keluar Jazirah Arab.
◦ Wafatnya Nabi Muhammad juga berdampak pada berubahnya politik umat Islam. Abu Bakr yang
menggantikan Nabi Muhammad sebagai pemimpin negara menghadapi persoalan legitimasi dari kabilah-
kabilah Arab yang melepaskan diri dari pemerintahan Islam di Madinah.
◦ Setelah Abu Bakr wafat, pemerintahan dilanjutkan oleh Umar ibn al-Khatthab. Selama 10 tahun
menjalankan pemerintahan, Umar wafat.
◦ Roda pemerintahan Islam kemudian dijalankan oleh Usman ibnu Affan. Namun usman wafat akibat
pembunuhan oleh masa yang tidak puas dengan pemerintahannya.
◦ Ali ibn Abu Thalib tampil menggantikan Usman. Namun keluarga besar Usman ibn Affan tidak
menerima kepemimpinan Ali sebagai kepala pemerintahan.
Hadist Palsu
◦ Dikaitkan dengan perkembangan ilmu hadis, masa terpecahnya pemerintahan Islam menjadi
pemerintahan Ali ibn Abu Thalib dan pemerintahan Muawiyah ibn Abu Sufyan (tahun 40
Hijriyyah) dikatakan sebagai masa pertama beredarnya hadis-hadis palsu yang dihubung-
hubungkan dengan situasi politik yang berkembang.
◦ Hadis-hadis palsu itu memuat sanjungan terhadap tokoh politik yang didukung, dan celaan
terhadap tokoh yang menjadi lawan politiknya.
◦ Tidak sampai di situ. Sanjungan di dalam hadis-hadis palsu kemudian melebar hingga ke
aspek geografis.
◦ Daerah-daerah yang menjadi basis pendukung utama seorang tokoh, mendapat pujian setinggi
langit di dalam hadis-hadis palsu itu. Begitu pula sebaliknya, daerah-daerah yang menjadi
basis perlawanan seorang tokoh, mendapat celaan.
Menyusun Hadist
◦ Maraknya peredaran hadis-hadis palsu mengundang perhatian Umar ibn Abdul
Aziz, seorang khalifah dari dinasti Umayyah.
◦ Setelah mendengarkan saran dan pertimbangan dari para ulama, Umar ibn
Abdul Aziz memerintahkan Gubernur Madinah Abu Bakar ibn Muhammad ibn
Amr ibn Hazm untuk melakukan proyek pengumpulan dan penulisan hadis-
hadis Nabi Muhammad.
◦ Upaya melestarikan hadis-hadis Nabi itu selanjutnya diteruskan oleh para
ulama hadis, seperti al-Bukhari, Muslim, Abu Dawud, al-Tirmidzi, al-Nasa’i,
Ibnu Majah, Ahmad, al-Hakim, al-Baihaqi, dan al-Thabrani. Upaya pelestarian
yang dilakukan oleh para ulama itu yang kemudian melahirkan disiplin baru di
dalam keilmuan Islam, yaitu ilmu hadis.
Proses Verifikasi Hadist

• verifikasi rangkaian periwayat


1 hadis (Naqdus Sanad)

• isi hadis (Naqdul Matni)


2
Syarat rangkaian periwayat (Sanad):
sanadnya bersambung (Ittishalus Sanad), yakni setiap periwayat dari periwayat pertama yang menyaksikan Sunnah
Nabi sampai dengan periwayat terakhir yang menceriatakan sebuah hadis dipastikan mungkin menerima langsung dari
periwayat sebelumnya).

masing-masing periwayat bersifat dikenal sebagai orang yang jujur, menjaga diri dari dosa besar dan kecil,
serta menghindari hal-hal mubah yang merusak reputasinya (adil)

setiap periwayat juga mesti dikenal sebagai orang yang kuat hafalannya atas apa yang didengar dan bisa
menyampaikan kapan saja diperlukan secara konsisten (dlabith).

terhindar dari hal-hal yang menyebabkan kesangsian (adamusy syadz), misalnya para periwayat tidak
menceritakan hadis yang bertentangan dengan periwayat lain yang reputasinya lebih tinggi

terhindar dari kecacatan yang samar (adamul illat), tidak mengandung cacat yang secara kasat mata tidak terlihat
namun saat diteliti lebih dalam ternyata ada.
MEMAHAMI HADIST
Metode tekstual adalah metode memahami hadis menurut yang tertulis
secara verbatim tanpa mengaitkannya dengan situasi ketika hadis itu
disampaikan.

metode kontekstual adalah metode memahami hadis dengan mengaitkan antara teks
dengan situasi yang terjadi ketika hadits Nabi disampaikan.


KESIMPULAN
◦ Hadis adalah pedoman hidup seorang Muslim untuk bisa melakukan
penyerahan diri (islam) hanya pada Allah (tauhid) yang dibuktikan dengan
dengan cara penyerahan diri hanya pada nilai kebaikan bersama (rahmatan lil
alamin).
◦ Ikhtiyar para ulama untuk menjaga kemurnian hadis mesti dilanjutkan oleh
masyarakat Muslim generasi berikutnya sampai sekarang agar dipastikan tidak
bertentangan dengan Tauhid dan kerahmatan semesta yang menjadi misi Islam
dan al-Qur’an.
◦ Hadis juga mesti dipahami dengan cara-cara yang menyebabkan Muslim bisa
menyempurnakan akhlak mulianya sebagaimana misi diutusnya Rasululllah
Saw yang menjadi sumber hadis. Hanya dengan menjadi manusia yang
berakhlak mulia, maka kemaslahatan semesta bisa terwujud.
◦ Ajaran kebaikan dapat kita lakukan, namun tidak berdasarkan pendustaan
hadist.
DAFTAR PUSTAKA
1.Dr. Ngatawi El-Zastrouw, M.Si dkk (2020) Materi Pembelajaran
Mata Kuliah Agama Islam.Depok Jawa
Barat. Universitas Indonesia
2.^ http://www.jamiat.org.za/isinfo/tirmidhi04.html
3.^ Prof. Dr. Muhammad Alawi Al-Maliki (2006). Ilmu Ushul Hadits.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar ISBN 979-24-5855-7
3. The Classification of Hadeeth by Shaikh Suhaib Hassan
4. Pengetahuan Dasar tentang Pokok-pokok Nasihat Islam (A/B) oleh Mh.
Amin Jaiz
5. Metodologi Kritik Matan Hadits oleh Dr. Salahudin ibn Ahmad al-Adlabi,
terjamahan, ISBN 979-578-047-6
Assalamualaikum

JAZAKUMULLAH
KHAIR

Anda mungkin juga menyukai