Anda di halaman 1dari 18

MEMAHAMI ISTILAH, SEJARAH, PERPECAHAN DALAM

ISLAM DAN KRITERIA ASWAJA SERTA HADIS TERKAIT


DAN PENDAPAT ULAMA’

Makalah
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Aswaja

Dosen Pengampu:

Ahmad Syakir, S.Pd.I.

Oleh:

Muhammad Izza Nur Ramadhan NIM: 2023010182642

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) AL-ANWAR

SARANG REMBANG

2023
MEMAHAMI ISTILAH, SEJARAH, PERPECAHAN DALAM
ISLAM DAN KRITERIA ASWAJA SERTA HADIS TERKAIT
DAN PENDAPAT ULAMA’

Oleh: Muhammad Izza Nur Ramadhan

A. Pendahuluan
Kata Ahlussunah Wal Jamaah secara normatif belum ditemukan dalam
beberapa kitab-kitab referensi lama, bahkan pada masa al-Asy’ari pun yang
dianggap sebagai pendiri madzhab ini, istilah tersebut belum dijumpai. Secara
historis, pengenalan istilah Ahlussunah Wal Jama’ah sebagai suatu aliran, baru
mulai nampak pada ashāb al-Asy’ary (Asya’irah—Sunni). Mereka itu adalah al-
Baqillani (403 H), al-Bagdadi (429 H), al-Juwaini (478 H). Meskipun demikian
tidak berarti secara tegas mereka membawa bendera aswaja sebagai madzhabnya.
Baru pernyataan itu mulai tegas ketika Sayyid Muhammad bin Muhammad al-
Husaini al-Zabidi (1205 H) dalam Itḥāf al-Sādat al-Muttaqīn (syarah Iḥyā ulūm al-
dīn), ‫سنّة والجماعة فالمراد بهم األشاعرة والماتورديّة‬
ّ ‫( إذاأطلق أهل ال‬jika diungkapkan kata
ahlussunah, maka yang dimaksud adalah penganut al-Asy’ari dan al-Maturidi).
Di dalam makalah ini akan dibahas mengenai istilah, sejarah, perpecahan
dalam Islam dan kriteria aswaja serta hadis yang terkait dan pendapat para ulama’
tentang pembahasan tersebut.
B. Istilah Ahlussunnah Wal Jamaah dan Dalil Hadis serta Pendapat Ulama’
1. Pengertian Lafadz Ahlu, al-Sunnah dan al-Jamā’ah
Lafadz ahlu secara bahasa berasal dari kata Ahlun yang artinya keluarga dan
jika dihubungkan dengan kalimat lain maka,
a. Keluarga, (Ahl al-Bayt, keluarga rumah tangga)
b. Pengikut, (Ahl al-Sunnah, pengikut sunnah)
c. Penduduk, (Ahl al-Jannah, penduduk surga)
Lafadz al-sunnah secara kebahasaan berarti jejak dan langkah, sedangkan
secara syara’ berarti jejak yang diridhai oleh Allah , menjadi pijakan dalam
agama, dan pernah ditempuh oleh Rasulullah atau orang yang menjadi panutan
dalam agama seperti sahabat.

1
Lafadz al-sunnah secara ‘urfi berarti ajaran yang menjadi tradisi seorang
panutan dalam agama, seperti nabi atau wali.
Berkata Sayyid Murtadlo Zabidi (1205 H) dalam syarah kitab Iḥyā: "Dan al-
Sunnah adalah "jalan yang ditempuh". Kemudian dalam segi syara’, kata al-
Sunnah diungkapkan untuk beberapa makna juga, diantaranya :
a. Perjalanan dan jalan yang ditempuh Nabi Besar Muhammad
b. Suatu pekerjaan yang diberi pahala orang yang mengerjakannya, dan tidak
akan disiksa orang yang meninggalkannya.1
Lafadz al-Sunnah dengan dibaca dhammah sin nya dan diiringi tasydid,
sebagaiman yang dituturkan Imam al-Baqa’ dalam kitab Kulliyatnya, al-Sunnah
secara etimologi adalah Thariqah (Jalan), sekalipun yang tidak diridhoi.
Menurut terminologi Syara’, al-Sunnah adalah Thariqah (Jalan) yang diridhai
dalam menempuh agama sebagaimana yang telah ditempuh oleh Rasulullah atau
selain beliau, yakni mereka yang memiliki otoritas sebagai panutan di dalam

masalah agama, seperti para sahabat. Hal ini didasarkan pada sabda Nabi,:

‫”عليكم بسنيت و سنة اخللفاء الراشدين من بعدي‬Tetaplah kalian untuk berpegang teguh
pada sunnahku”.2

َّ ‫ َع ْن َعْب ِد‬،‫ َع ْن ُس ْفيَا َن الث َّْوِر ِي‬،‫ي‬


‫الر ْْحَ ِن بْ ِن‬ ُّ ‫ َحدَّثَنَا أَبُو َد ُاوَد احلََف ِر‬:‫ال‬
َ َ‫ود بْ ُن َغْي ََل َن ق‬
ُ ‫َحدَّثَنَا ََْم ُم‬
‫اَّللُ َعلَْي ِه‬
َّ ‫صلَّى‬ َِّ ‫ول‬
َ ‫اَّلل‬ ُ ‫ال َر ُس‬
َ َ‫ ق‬:‫ال‬ َّ ‫ َع ْن َعْب ِد‬،‫يد‬
َ َ‫ ق‬،‫اَّللِ بْ ِن َع ْم ٍرو‬ َّ ‫ َع ْن َعْب ِد‬،‫ِزََي ٍد األَفْ ِر ِيق ِي‬
َ ‫اَّللِ بْ ِن يَِز‬

‫ َح ََّّت إِ ْن َكا َن ِمْن ُه ْم َم ْن‬،‫َّع ِل‬


ْ ‫َّع ِل ِِبلن‬ َّ َِ‫ «لَيَأْت‬:‫َو َسلَّ َم‬
ْ ‫َي َعلَى أ َُّم ِيت َما أَتَى َعلَى بين إسرائيل َح ْذ َو الن‬
،ً‫َي ِملَّة‬ِ ِ َ‫ وإِ َّن بين إسرائيل تَ َفَّرقَت علَى ثِْن ت‬،‫ك‬ِ ِ
َ ‫َي َو َسْبع‬
ْ َ ْ ْ َ‫أَتَى أ َُّمهُ َع ََلنيَةً لَ َكا َن ِِف أ َُّم ِيت َم ْن ي‬
َ َ ‫صنَ ُع ذَل‬
َ ‫ َوَم ْن ِه َي ََي َر ُس‬:‫ قَالُوا‬، »ً‫اح َدة‬
‫ول‬ ِ ‫ ُكلُّهم ِِف النَّا ِر إََِّّل ِملَّةً و‬،ً‫ث وسبعَِي ِملَّة‬
َ ُْ
ٍ
َ ْ َ َ ‫َوتَ ْف ََِت ُق أ َُّم ِيت َعلَى ثَََل‬
]‫َص َح ِاِب» [سنن الَتمذي‬ ِ
ْ ‫«ما أ َََن َعلَْيه َوأ‬ َ َ‫اَّللِ؟ ق‬
َ :‫ال‬ َّ

1
Abī Fadhal bin Abdi al-Syakūr, al-Kawākib al-Lama’āh, (Jakarta: Pengurus Besar Nahdlatul
Ulama, 2017).
2
Hasyim Asy’ari, Risalah Ahlussunnah Wal Jama’ah, Terj. Bahrudin Achmad, (Bekasi: Pustaka
al-Muqsith, 2021), 19-20.

2
Artinya: Rasulullah bersabda: “Akan terjadi pada umatku apa yang telah terjadi
pada Bani Israil. Hingga jika di antara mereka ada yang menzinahi ibunya secara
terang-terangan, maka umatku pun ada yang melakukan demikian.
Sesungguhnya Bani Israil telah terpecah menjadi tujuh puluh dua golongan, dan
umatku akan terpecah menjadi tujuh puluh tiga golongan. Semuanya masuk
neraka, kecuali satu golongan”. Sahabat bertanya, “Siapakah satu golongan
tersebut, Rasulullah?” Nabi menjawab: “golongan yang berada di jalanku dan
jalan sahabatku.”
Lafadz al-jamā’ah berasal dari kata jama’a yang berarti mengumpulkan,
adapun makna selainnya adalah sebagai berikut,
a. Kelompok mayoritas
b. Kelompok yang memelihara kebersamaan
c. Kelompok yang tidak mengkafirkan, membid’ahkan dan memfasikkan
sesama muslim walau berbeda pendapat.

‫ َحدَّثَنَا ُسلَْي َما ُن‬:‫ال‬ َ َ‫ َحدَّثَنَا امل ْعتَ ِم ُر بْ ُن ُسلَْي َما َن ق‬:‫ال‬َ َ‫ي ق‬ ُّ ‫ص ِر‬
ْ ‫َحدَّثَنَا أَبُو بَ ْك ِر بْ ُن ََنفِ ٍع الب‬
َ
ُ
‫ " إِ َّن‬:‫ال‬ َ َ‫اَّللُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم ق‬
َّ ‫صلَّى‬ َ ‫اَّلل‬
َِّ ‫ول‬َ ‫َن َر ُس‬ َّ ‫ َع ْن َعْب ِد‬،ُّ‫امل َدِِن‬
َّ ‫ أ‬،‫ َع ْن ابْ ِن عُ َمَر‬،‫اَّللِ بْ ِن ِدينَا ٍر‬
َ
‫اَّللِ َم َع‬
َّ ‫ َويَ ُد‬،‫ض ََللٍَة‬ ِ َّ ‫ أ َُّمةَ َُم َّم ٍد صلَّى‬:‫ال‬
َ ‫ َعلَى‬- ‫اَّللُ َعلَْيه َو َسلَّ َم‬ َ َ َ َ‫ أ َْو ق‬- ‫اَّللَ ََّل ََْي َم ُع أ َُّم ِيت‬
َّ

]‫ َوَم ْن َش َّذ َش َّذ إِ ََل النَّا ِر «[سنن الَتمذي‬،‫اع ِة‬


َ ‫اجلَ َم‬

Artinya: Rasulullah bersabda: "Sesungguhnya Allah tidak akan menyatukan


umatku dalam kesesatan. Pertolongan Allah bersama jama'ah. Barangsiapa
menyimpang dari jama'ah, maka ia menyimpang ke neraka."

ِ ِ
َ ‫ َحدَّثَنَا‬،‫ َحدَّثَنَا أَبُو الْ ُمغريَة‬:‫ قَ َاَّل‬،‫ َو َُمَ َّم ُد بْ ُن ََْي ََي‬،‫َْحَ ُد بْ ُن َحنْ بَ ٍل‬
‫ ح‬،‫ص ْف َوا ُن‬ ْ ‫َحدَّثَنَا أ‬

‫ َح َّدثَِين أ َْزَه ُر بْ ُن‬:‫ال‬ َ َ‫ ق‬،ُ‫ َحدَّثَنَا بَِقيَّة‬،‫وحدَّثَنَا َع ْم ُرو بْ ُن عُثْ َما َن‬
َ ‫ َح َّدثَِين‬:‫ال‬
َ َ‫ ََْن َوهُ ق‬،‫ص ْف َوا ُن‬ َ
َ ‫ أَنَّهُ قَ َام فِينَا فَ َق‬،‫ َع ْن ُم َعا ِويَةَ بْ ِن أَِِب ُس ْفيَا َن‬،‫ َع ْن أَِِب َع ِام ٍر ا ْْلَْوَزِِِن‬،‫ي‬
‫ أَََّل‬:‫ال‬ َّ ‫َعْب ِد‬
ُّ ‫اَّللِ ا ْحلََرا ِز‬

‫اب‬ ْ ْ َْ َ ‫صلَّى هللاُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم قَ َام فِينَا فَ َق‬


ِ َ‫ " أَََّل إِ َّن من قَ ْب لَ ُكم ِمن أ َْه ِل الْكِت‬:‫ال‬ َِّ ‫ول‬
َ ‫اَّلل‬ َ ‫إِ َّن َر ُس‬

3
ِ َ‫ ثِنْ ت‬:‫ث وسبعَِي‬
ٍ ِ ِِ ِ ِ‫َي وسبع‬ ِ
‫ان َو َسْب عُو َن‬ َ ْ َ َ ‫ َوإِ َّن َهذه الْملَّةَ َستَ ْف ََِت ُق َعلَى ثَََل‬،ً‫َي ملَّة‬
َ ْ َ َ ِ ْ َ‫افْ ََتَقُوا َعلَى ثنْ ت‬
ِ ِ ِ
َ ‫ َوه َي ا ْجلَ َم‬،‫ َوَواح َدةٌ ِِف ا ْجلَنَّة‬،‫ِِف النَّا ِر‬
]‫اعةُ [سنن اِب داود‬

Artinya: Rasulullah bersabda: “Ketahuilah, sesungguhnya orang-orang sebelum


kalian dari pengikut Ahl al-Kitab terpecah belah menjadi 72 golongan. Dan umat
ini akan terpecah menjadi 73 golongan, 72 golongan masuk neraka, dan satu
golongan masuk surga, yaitu golongan al-jamā'ah.”
2. Definisi Aswaja dan Dalil Hadis serta Pendapat Ulama’
Ahlus Sunnah Wal Jama’ah adalah Golongan yang mengikuti sunnah Rasul
dan para sahabat serta mengedepankan persamaan dan kebersamaan.
Ahlusunnah Wal Jamaah berarti golongan umat Islam yang dalam bidang
Tauhid menganut pemikiran Imam Abu Hasan Al Asy’ari dan Abu Mansur Al
Maturidi, sedangkan dalam bidang ilmu fiqih menganut salah satu Imam
Madzhab 4 (Hanafi, Maliki, Syafi‟i, Hambali) serta dalam bidang tasawuf
menganut pada Imam Al Ghazali dan Imam Junaid al Baghdadi.3

‫قد ِمةشرِ ح كِتَاِ ب قَواِ عد الَ َعقائِدِ من‬ ِ ‫وقال ْمرتَضى الَّزبِيِدي ِِف الَفصل الث‬
َ ‫َّاِنِ من َم‬

‫ إِذَا أطْلِق أَهل السنَّة و‬:‫اِإلْ حيَاِء‬


‫اجلماعة فَاملراد ِِبم األَ شاِ َعرةَ والَماتريْديَّة‬
ِ
َ
Artinya: Berkata al-Allamah Sayyid Murtadlo Zabidi (1205 H) pada fasal ke
dua dari muqodimah syarah kitab Qowa'idil 'Aqo'id dari kitab Iḥyā, " Dimana-
mana dilontarkan kata Ahlussunnah wal jama'ah maka yang dimaksud adalah
'Asy'iroh dan Maturidiyyah.”
C. Sejarah Aswaja dan Dalil Hadis serta Pendapat Ulama’
1. Awal Mula Munculnya Istilah Aswaja dan Dalil Hadis serta Pendapat
Ulama’
Kelahiran Aswaja, atau lebih tepatnya terminologi Aswaja, merupakan
respon atas munculnya kelompok-kelompok ekstrem dalam memahami dalil-
dalil agama pada abad ketiga Hijriah. Pertikaian politik antara Khalifah Ali bin
Abi Thalib dengan Gubernur Damaskus, Muawiyah bin Abi Sufyan, yang

3
Ali Khaidar, Nahdlatul Ulama dan Islam Indonesia; Pendekatan Fiqih dalam Politik , (Jakarta:
Gramedia, 1995), 69-70.

4
berakhir dengan tahkim (arbitrase), mengakibatkan pendukung Ali terpecah
menjadi dua kubu.
Kubu pertama menolak tahkim dan menyatakan Ali, Muawiyah, Amr bin
‘Ash, dan semua yang terlibat dalam tahkim telah kafir karena telah
meninggalkan hukum Allah. Mereka memahami secara sempit QS. Al-Maidah:
44: “Barangsiapa yang tidak berhukum dengan hukum Allah maka mereka
telah kafir”. Semboyan mereka adalah lā hukma illallāh, tiada hukum selain
hukum Allah. Kubu pertama ini kemudian menjadi Khawarij.
Sedangkan kubu kedua mendukung penuh keputusan Ali, sebab Ali adalah
representasi dari Rasulullah, Ali adalah sahabat terdekat sekaligus menantu
Rasulullah, keputusan Ali adalah keputusan Rasulullah. Kubu kedua ini
kemudian menjadi Syiah. Belakangan, golongan ektstrem (rafidhah) dari
kelompok ini menyatakan bahwa tiga khalifah sebelum Ali tidak sah. Bahkan
golongan Syiah paling ekstrem yang disebut Ghulat mengkafirkan seluruh
sahabat Nabi Saw kecuali beberapa orang saja yang mendukung Ali. Di sinilah
awal mula pertikaian antara Syiah dengan Khawarij.
Lahirnya aliran-aliran ekstrem setelah Syiah dan Khawarij bukan hanya
disebabkan oleh persoalan politik yang melanda umat Islam awal, akan tetapi
juga dipengaruhi oleh pemikiran-pemikiran dari luar Islam. Hal ini merupakan
imbas dari semakin luasnya wilayah kekuasaan Islam yang meliputi wilayah-
wilayah bekas kekaisaran Persia dan Romawi yang sudah lebih dahulu
memiliki peradaban yang mapan dan telah bersentuhan dengan rasionalisme
Yunani dan filsafat ketimuran.
kemunculan istilah Aswaja merupakan respon atas kelompok-kelompok
ekstrem pada waktu itu. Aswaja dipelopori oleh para tabi’ín (generasi setelah
sahabat atau murid-murid sahabat) seperti Imam Hasan Al-Bashri, tabi’ tabiín
(generasi setelah tabiín atau murid-murid tabiín) seperti Imam-imam mazhab
empat, Imam Sufyan Tsauri, Imam Sufyan bin Uyainah. Ditambah generasi
sahabat, inilah yang disebut dengan periode salaf, sebagaimana disebut oleh
Rasulullah sebagai tiga generasi terbaik agama ini.
Setelah tabi’ tabiín, ajaran Aswaja diteruskan dan dikembangkan oleh
murid-murid mereka dan dilanjutkan oleh generasi-generasi berikutnya. Mulai

5
dari Imam Abul Hasan Al-Asy’ari, Imam Abu Manshur Al-Maturidi, Imam Al-
Haromain, Imam Al-Junaid Al-Baghdadi, Imam Al-Ghazali dan seterusnya
sampai Hadratussyekh Hasyim Asyári.
Hal ini juga dibahas oleh Ibnu Abbas dalam sebuah ayat, yaitu:

ٌ‫ض ُو ُج ٌۭوهٌ َوتَ ْس َوُّد ُو ُجو ٌۭه‬


ُّ َ‫يَ ْوَم تَ ْب ي‬
Artinya:” Pada hari yang pada waktu itu ada wajah yang putih berseri, dan
adapula wajah yang hitam muram.” (QS. Ali Imran: 106).

‫اع ِة‬ ِ ُّ ‫ض وجوه أَه ِل‬


َ ‫السنَّة َوا ْجلَ َم‬ ٍ ‫ابن َعب‬
ْ ُ ُ ُ ُّ َ‫ تَ ْب ي‬:‫اس‬ ُ ‫ال‬َ َ‫ض ُو ُجوهٌ] ق‬
ُّ َ‫]يَ ْوَم تَ ْب ي‬

‫ تَ ْس َوُّد أ َْه ُل الْبِ َد ِع َوالضََّللَة‬:‫ال ابن عباس‬


َ َ‫[ َوتَ ْس َوُّد ُو ُجوهٌ] ق‬

Ibnu Abbas (w.68) menafsiri ayat ini sebagai berikut: “Pada hari kiamat kelak,
ketika wajah Ahlussunnah wal Jamaah putih berseri, sedangkan wajah ahlul
bid’ah wal furqah (ahli bid’ah dan perpecahan) hitam muram.”4
Imam Muslim mencatat di pembuka kitab shahihnya, yaitu:

‫فقد روى اإلمام مسلم ِف مقدمة صحيحه عن ابن سريين رْحه هللا قوله‬

‫ فَيُ ْنظَُر إِ ََل أ َْه ِل‬،‫ ََسُّوا لَنَا ِر َجالَ ُك ْم‬:‫ قَالُوا‬،ُ‫ت الْ ِفْت نَة‬
ِ ‫ فَلَ َّما وقَع‬،‫اإلسنَ ِاد‬
َ َ ْ ِْ ‫ََلْ يَ ُكونُوا يَ ْسأَلُو َن َع ِن‬
5
‫ َويُْنظَُر إِ ََل أ َْه ِل الْبِ َد ِع فَ ََل يُ ْؤ َخ ُذ َح ِديثُ ُه ْم‬،‫السن َِّة فَيُ ْؤ َخ ُذ َح ِديثُ ُه ْم‬
ُّ

Artinya: Muhammad bin Sirin (w.110) berkata: "Dahulu umat Islam tidak
menanyakan sanad. Ketika terjadi musibah (perang sesama umat Islam hingga
melahirkan beberapa aliran) maka mereka berkata: "Sebutkan perawi Anda
kepada kami". Jika perawi tergolong Ahlussunah maka kami terima. Jika dari
ahli bidah maka tidak kami terima.”

4
Ibnu Katsīr, Lubāb al-Tafsīr min Ibni Katsīr, Terj. M.Abdul Ghoffar, (Jakarta: Pustaka Syafi’i,
2005), 109.
5
Abu Husain Muslim bin Hajjāj bin Muslim al-Qusyairī al-Naisābūrī, Ṣaḥiḥ Muslim, (Beirut, Dār
Iḥyā al-Turats al-‘Arabiy, t.th), 15.

6
D. Awal Mula Terjadinya Perpecahan Dalam Islam Dan Hadist Yang Terkait
Serta Pendapat Ulama’
1. Awal Mula Terjadinya Perpecahan
Pada masa Nabi Muhammad umat Islam bersatu, mereka dalam satu akidah
dan satu syariat. Jika terdapat hal-hal yang diperselisihkan diantara para
sahabat, mereka mengembalikan persoalannya kepada Nabi. Maka penjelasan
beliau itulah yang kemudian menjadi pegangan dan ditaati oleh para sahabat.
Awal mulanya perselisihan dipicu oleh persoalan politik yang ada kaitannya
dengan peristiwa terbunuhnya Utsman bin Affan yang berbuntut pada
penolakan Muawiyah atas kekhalifahan Ali bin Abi Thalib, juga mengenai
ilmu kalam yang muncul pertama kali adalah persoalan siapa yang disebut
keluar dari agama Islam dan siapa yang tetap beragama Islam.
Setelah peristiwa terbunuhnya khalifah Utsman bin Affan, perpecahan
semakin memuncak sehingga terjadilah perang Jamal yaitu perang antara kubu
Ali dengan kubu Aisyah dan perang Shiffin yaitu perang antara kubu Ali
dengan kubu Mu’awiyah. Berawal dari itulah akhirnya timbul berbagai aliran
dalam umat islam, masing-masing kelompok juga terpecah belah menjadi
beberapa kelompok, antar lain:
a. Khawarij adalah suatu sekte atau aliran pengikut Ali bin Abi Thalib
yang keluar meninggalkan barisan karena ketidaksepakatan terhadap
keputusan Ali yang menerima arbitrase (tahkim) dalam perang Shiffin
pada tahun 37H/648 M.
b. Murji`ah adalah orang yang menunda akan penjelasan kedudukan
seseorang yang bersengketa yakni Ali dan Muawiyah serta
pendukungnya masing-masing hingga hari kiamat kelak.
c. Syi`ah adalah orang-orang yang tetap mendukung dan mencintai Ali
dan keluarganya. Sedangkan Khawarij memandang bahwa Ali,
Muawiyah, Amr ibn al-Ash, Abu Musa al-Asy`ari dan orang-orang yang
menerima abitrase (tahkim) adalah kafir.
d. Mu’tazilah, Bagi mereka, orang yang berdosa besar bukan kafir, tetapi
bukan pula mukmin. Mereka mengambil posisi antara mukmin dan

7
kafir, yang dikenal dengan istilah al-manzilah baina manzilatain (posisi
diantara dua posisi).
Aliran Mu’tazilah yang bercorak rasional mendapat tantangan keras dari
golongan tradisional Islam, terutama golongan Hanbali, yaitu dari pengikut-
pengikut mazhab Ibn Hanbal. Mereka yang menantang ini kemudian
mengambil bentuk aliran teologi tradisional yang dipelopori Abu al-Hasan al-
Asy’ari (935 M). Di samping aliran Asy’ariyah, timbul pula suatu aliran di
Samarkand yang juga bermaksud menentang aliran Mu’tazilah. Aliran ini
didirikan oleh Abu Mansur al-Maturidi (w. 944 M). Aliran ini kemudian
terkenal dengan nama teologi Al-Maturidiyah.
Memang sebelum Rasulullah meninggal dunia, beliau telah mengabarkan
berita dalam sabdanya bahwa umat Islam akan berpecah-belah. Hadis ini dari
Abi Huraerah yang diriwayatkan oleh Abu Dawud, Tarmidzi, Ibnu Majah, Ibnu
Hubban dan Hakim, berbunyi:

‫ وتفرقت النصارى على إحدى او اثنَي و سبعَي‬،‫وتفرق اليهود على إحدى و سبعَي فرقة‬

‫فرقة وتفرقت امَّت على ثَلث وسبعَي فرقة‬

“Sesungguhnya Yahudi terpecah belah menjadi 71 golongan, dan Nasrani


terpecah belah menjadi 71 atau 72 golongan, dan umatku (Nabi Muhammad)
terpecah belah menjadi 73 golongan”

١٦١ ‫قال صفيان الثوري وفاته‬

‫ال َغ ْ َري َه َذا فَ ُه َو َكافٌِر‬ ِ ِ ٍ َِّ ‫ الْ ُقرآ ُن َك ََلم‬.‫أ‬


ُ ُ‫ م ْنهُ بَ َدأَ َوإِلَْيه يَع‬, ‫اَّلل َغ ْريُ َمَْلُوق‬
َ َ‫ َم ْن ق‬, ‫ود‬ ُ ْ
‫وز‬ ِ ِ ‫يد ِِبلطَّاع ِة وي ْن ُقص ِِبلْمع‬
ُ ‫ يَِز‬, ‫ص‬ ُ ‫ يَِز‬, ٌ‫اإلميَا ُن قَ ْوٌل َو َع َم ٌل َونِيَّة‬
ِْ ‫ و‬.‫ب‬
ُ ُ‫ َوََّل ََي‬, ‫صيَة‬ ْ َ ُ ََ َ ُ ‫يد َويَْن ُق‬ َ
‫وز الْ َق ْو ُل َوالْ َع َم ُل َوالنِيَّةُ إََِّّل‬ ِِ
ُ ُ‫ َوََّل ََي‬, ‫وز الْ َق ْو ُل َوالْ َع َم ُل إََِّّل ِِبلنيَّة‬
ُ ُ‫ َوََّل ََي‬, ‫الْ َق ْو ُل إََِّّل ِِبلْ َع َم ِل‬

َ َ‫السن َِّة؟ ق‬
" :‫ال‬ َّ ‫ " ََي أ ََِب َعْب ِد‬:ُ‫ت لَه‬
ُّ ُ‫اَّللِ َوَما ُم َوافَ َقة‬ ُ ‫ فَ ُق ْل‬:‫ب‬ َ َ‫ ق‬.‫السن َِّة‬
ٌ ‫ال ُش َعْي‬ ُّ ‫ِِبَُوافَ َق ِة‬
ِ ْ ‫ تَ ْق ِد َمةُ الشَّْي َخ‬.‫ج‬
َّ ‫َي أَِِب بَ ْك ٍر َوعُ َمَر َر ِض َي‬
‫اَّللُ َعْن ُه َما‬

8
‫ت َح ََّّت تُ َق ِد َم عُثْ َما َن َو َعلِيًّا َعلَى َم ْن بَ ْع َد ُُهَا ‪,‬‬
‫ك َما َكتَ ْب َ‬
‫ب ََّل يَنْ َفعُ َ‬
‫د‪ََ .‬ي ُش َعْي ُ‬
‫َح ٍد ِِبَن ٍَّة َوََّل ََن ٍر إََِّّل‬ ‫ِ‬
‫ك َح ََّّت ََّل تَ ْش َه َد أل َ‬
‫ت لَ َ‬
‫ك َما َكتَ ْب ُ‬ ‫ه‪َ .‬ي ُش َعْيب بْن حر ٍ‬
‫ب ََّل يَنْ َفعُ َ‬ ‫ُ َ َْ‬ ‫َ‬
‫اَّللِ َوُكلُّ ُه ْم ِم ْن قَُريْ ٍ‬
‫ش‬ ‫ول َّ‬‫ين َش ِه َد َْلُْم َر ُس ُ‬ ‫ِ ِ َّ ِ‬
‫للْ َع َشَرة الذ َ‬
‫ََّي ُدو َن َخلْعِ ِه َما‬
‫ك َح ََّّت تَرى الْمسح َعلَى ا ْخلُف ْ ِ‬
‫َ ََْ‬ ‫ت لَ َ‬
‫ك َما َكتَ ْب ُ‬ ‫و‪َ .‬ي ُش َعْيب بْن حر ٍ‬
‫ب ََّل يَنْ َفعُ َ‬ ‫ُ َ َْ‬ ‫َ‬

‫أ َْع َد َل عِنْ َد َك ِم ْن غَ ْس ِل قَ َد َمْي َ‬


‫ك‪,‬‬

‫الرِحي ِم ِِف‬ ‫اَّللِ َّ‬


‫الر ْْحَ ِن َّ‬ ‫ت َح ََّّت يَ ُكو َن إِ ْخ َفاءُ بِ ْس ِم َّ‬
‫ك َما َكتَ ْب َ‬ ‫ز‪َ .‬ي ُش َعْيب بْن حر ٍ‬
‫ب َوََّل يَنْ َفعُ َ‬ ‫ُ َ َْ‬ ‫َ‬
‫ض َل عِنْ َد َك ِم ْن أَ ْن ََْت َهَر ِبِِ َما‬ ‫َّ ِ‬
‫الص ََلة أَفْ َ‬

‫ت َح ََّّت تُ ْؤِم َن ِِبلْ َق َد ِر َخ ِْريهِ َو َش ِرهِ َو ُحلْ ُوهِ َوُم ِرهِ ‪,‬‬ ‫ب ََّل ي نْ َفع ِ‬
‫ب بْ َن َح ْر ٍ َ ُ َ‬
‫ك الَّذي َكتَ ْب َ‬ ‫ح‪ََ .‬ي ُش َعْي ُ‬
‫ُكلٌّ ِم ْن عِنْ ِد َّ‬
‫اَّللِ َعَّز َو َج َّل‬
‫الص ََلةَ خ ْلف ُك ِل ب ٍر وفَ ِ‬
‫اج ٍر ‪ ,‬وا ْجلِهاد م ِ‬
‫اضيًا‬ ‫َ َََ‬ ‫ت َح ََّّت تَ َرى َّ َ َ َ َ‬ ‫ك َما َكتَ ْب َ‬
‫ب ََّل يَْن َفعُ َ‬
‫ط‪ََ .‬ي ُش َعْي ُ‬
‫ت"‬
‫ب‪ :‬فَ ُق ْل ُ‬
‫ال ُش َعْي ٌ‬
‫ان َج َار أ َْم َع َد َل "‪ .‬قَ َ‬ ‫ت لَِو ِاء ُّ‬
‫الس ْلطَ ِ‬ ‫إِ ََل يَ ْوِم الْ ِقيَ َام ِة ‪َ ,‬و َّ‬
‫الص ْ َْب ََْت َ‬

‫ص ََلةُ ا ْجلُ ُم َع ِة َوالْعِ َ‬


‫يديْ ِن ‪,‬‬ ‫ِ‬ ‫«الص ََلةُ ُكلُّ َها؟» قَ َ‬
‫ال‪ََّ " :‬ل ‪َ ,‬ولَك ْن َ‬ ‫لِ ُس ْفيَا َن‪ََ :‬ي أ ََِب َعْب ِد َّ‬
‫اَّللِ‪َّ :‬‬

‫ت‪,‬‬ ‫ص ِل َخ ْل َ‬
‫ف َم ْن أ َْد َرْك َ‬ ‫َ‬
‫السن َِّة‬
‫ف َم ْن تَثِ ُق بِِه ‪َ ,‬وتَ ْعلَ ُم أَنَّهُ ِم ْن أ َْه ِل ُّ‬ ‫ِ‬
‫ص ِل إََِّّل َخ ْل َ‬ ‫ي‪َ .‬وأ ََّما َسائُِر ذَل َ‬
‫ك فَأَنْ َ‬
‫ت َُمََّريٌ ‪ََّ ,‬ل تُ َ‬
‫اع ِة‬
‫َوا ْجلَ َم َ‬
‫‪Berkata Imam Sufyan al-Tsaury (w.161),‬‬
‫‪a. Al-Qur`an Kalamullah bukan makhluq‬‬
‫‪b. Iman bersifat fluktuatif‬‬
‫‪c. Percaya Qadla dan Qadar‬‬
‫‪d. Mengutamakan Abu Bakar dan Umar di atas Ali‬‬

‫‪9‬‬
‫‪e. Mengakui 10 orang yang dijamin Rasulullah masuk surga: Empat‬‬
‫‪Khulafaur Rasyidin, Thalhah, Zubair, Abdurrahman bin Auf, Sa’d bin‬‬
‫‪Abi Waqqash, Sa’id bin Zaid, Abu Ubaidah bin al-Jarrah‬‬
‫‪f. Mengusap Mujah‬‬
‫‪g. Melirihkan bacaan basmalah dalam salat‬‬
‫‪h. Bersedia ma’mum salat Ied dan Jumat dengan orang yang baik maupun‬‬
‫‪yang jahat.‬‬

‫ِ‬
‫ال‬
‫اعة قَ َ‬
‫ت من أهل ا ْجلَ َم َ‬ ‫َسأَلْ ُ‬
‫ت أ ََِب َحني َفةَ فَ ُقلْ ُ‬
‫اَّللِ َعَّز َو َج َّل‬
‫ك‪ .‬الذى َّلينظر ِِف َّ‬

‫َح ًدا بُ َذنَ ٍ‬


‫ب‬ ‫ِ‬
‫ل‪َ .‬وَّل يُ َكف ُر أ َ‬
‫م‪َ .‬ويُ َق ِد ُم أ ََِب بَ ْك ٍر َوعُ َمَر َويَتَ َوََّل َعلِيًّا َوعُثْ َما َن‬

‫ن‪َ .‬وَّل َُيَ ِرُم نَبِي َذ ا ْجلَِر‬

‫س‪ .‬وميَْسح َعلى ا ْخلُف ْ ِ‬


‫ََّي‬ ‫َ َُ‬
‫اعة‬ ‫ِ‬
‫ََسعت اِب حني َفة يَ ُقول ا ْجلَ َم َ‬
‫أ‪ .‬ان فضل أ ََِب بَ ْك ٍر َوعُ َمَر َو َعلِيًّا َوعُثْ َما َن‬

‫اَّللِ صلى هللا َعلَْي ِه َوسلم‬


‫ول َّ‬ ‫ب‪ .‬وَّل تَ ْن تَ ِقص أَح ًدا ِمن أ ْ ِ‬
‫اب رس ِ‬
‫َص َح َ ُ‬ ‫َ َ ْ‬ ‫َ‬
‫ج‪ .‬وَّل تُ َك ِفر النَّاس ِِب ُّلذنُ ِ‬
‫وب‬ ‫َ َ‬ ‫َ‬
‫اَّللُ وَتَْسح َعلى ا ْخلُف ْ ِ‬
‫ََّي‬ ‫ف َمن قَ َ ِ ِ‬
‫ال ََّل إلَهَ إَّل َّ َ َ َ‬ ‫صلِ َي على من يَ ُقول ََّل إِلَهَ إَِّل َّ‬
‫اَّللُ َو َخلْ َ ْ‬ ‫د‪َ .‬وتُ َ‬
‫اَّللِ وتَ َدع النُّطْق ِِف َِّ‬
‫اَّلل َج َّل َجَللُهُ‬ ‫ض األ َْمَر إِ ََل َّ َ َ‬
‫َوتُ َف ِو َ‬

‫‪10‬‬
‫‪Saya bertanya kepada Imam Abu Hanifah tentang ahlul jama’ah, maka‬‬
‫‪beliau berkata:‬‬
‫‪a. Tidak membicarakan Allah‬‬
‫‪b. Tidak mengafirkan orang karena perbuatan dosa yang dilakukanya‬‬
‫‪c. Mendahulukan Abu Bakar dan Umar‬‬
‫‪d. Tidak mengharamkan minuman keras selain yang terbuat dari anggur‬‬
‫‪e. Mengusap mujah‬‬

‫أخْبَن أبو عبدهللا َممد بن إبراهيم بن َممد بن حارست النجريمي ‪-‬قراءة عليه قال ‪َ :‬سعت أِب‬

‫القاسم عبد اجلبار بن شرياز بن يزيد العبدي – صاحب َس ْه َل بْ َن َعْب ِد َّ‬


‫اَّللِ ‪-‬يقول ‪:‬‬

‫اع ِة؟‬ ‫الرجل أَنَّه علَى ُّ ِ‬ ‫اَّللِ ي ُق ُ ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬


‫السنَّة َوا ْجلَ َم َ‬ ‫يل لَهُ‪َ :‬م ََّت يَ ْعلَ ُم َّ ُ ُ ُ َ‬
‫ول ‪َ ,‬وق َ‬ ‫ت َس ْه َل بْ َن َعْبد َّ َ‬
‫ََس ْع ُ‬
‫ص ٍال‪:‬‬ ‫ِ‬ ‫ال‪ " :‬إِذَا عر َ ِ ِ ِ‬
‫ف م ْن نَ ْفسه َع ْشَر خ َ‬‫ََ‬ ‫" قَ َ‬

‫اعةَ ‪,‬‬
‫أ‪ََّ .‬ل يََْتُ ُك ا ْجلَ َم َ‬
‫صلَّى هللاُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم ‪,‬‬ ‫اب النِ ِ‬
‫َّب َ‬ ‫َص َح َ‬
‫بأ ْ‬
‫ب‪َ .‬وََّل يَ ُس ُّ‬

‫ج‪َ .‬وََّل ََيُْر ُج َعلَى َه ِذهِ ْاأل َُّم ِة ِِب َّ‬


‫لسْي ِ‬
‫ف‪,‬‬

‫ب ِِبلْ َق َد ِر ‪,‬‬ ‫ِ‬


‫د‪َ .‬وََّل يُ َكذ ُ‬
‫اإلميَ ِ‬
‫ان ‪,‬‬ ‫ك ِِف ِْ‬
‫ه‪َ .‬وََّل يَ ُش ُّ‬
‫و‪ .‬وََّل ميا ِري ِِف ِ‬
‫الدي ِن ‪,‬‬ ‫َ َُ‬
‫وت ِم ْن أ َْه ِل الْ ِقْب لَ ِة ِِب َّلذنْ ِ‬
‫ب‪,‬‬ ‫الص ََلةَ َعلَى َم ْن ميَُ ُ‬
‫ز‪َ .‬وََّل يََْتُ ُك َّ‬

‫ح‪ .‬وََّل يََْتُ ُك الْمسح َعلَى ا ْخلُف ْ ِ‬


‫ََّي ‪,‬‬ ‫ََْ‬ ‫َ‬
‫‪6‬‬
‫ف ُك ِل َو ٍال َج َار أ َْو َع َد َل‬
‫اعةَ َخلْ َ‬
‫ط‪َ .‬وََّل يََْتُ ُك ا ْجلَ َم َ‬

‫‪6‬‬
‫‪Abu Qasim Hibatullah bin Hasan al-Lalika’i, Syarḥ I’tiqād Uṣūl Ahl al-Sunnah Wa al-Jamā’ah,‬‬
‫‪(Mesir: Dār al-Baṣīrah, t.th), 170-171.‬‬

‫‪11‬‬
Artinya: “Saya mendengar Sahl bin Abdullah berkata, ada yang bertanya
kepadanya, ‘Kapan seseorang dikatakan Ahlussunnah Wal Jama’ah’, maka Sahl
menjawab ‘ketika ia mengetahui di dalam dirinya ada 10 perkara, yaitu:
a. Tidak meninggalkan kelompok mayoritas
b. Tidak memaki sahabat Rasulullah
c. Tidak memberontak dengan mengangkat senjata
d. Tidak berbohong terhadap qadar
e. Tidak meragukan bahwa iman fluktuatif
f. Tidak berdebat tentang agama
g. Tidak meninggalkan menyalati orang Islam
h. Tidak meninggalkan mengusap mujah
i. Tidak meninggalkan berjamaah di belakang pemimpin, baik yang baik
maupun yang jahat.”
E. Kriteria Aswaja Dan Pendapat Ulama’

Implementasi Islam Ahlussunnah wal Jama’ah NU, yaitu

a. Dalam bidang hukum Islam menganut ajaran dari salah satu mazhab empat:
Hanafi, Maliki, Syafi’i, Hanbali
b. Dalam soal-soal tauhid menganut ajaran Imam Abu Hasan al-Asy’ari dan
Imam Abu Mansur al-Maturidi
c. Dalam bidang tasawuf menganut dasar dasar ajaran Abu Qasim al-Junaid
al-Baghdadi dan Abu Hamid al-Ghazali.

‫إعلموا أسعدكم هللا أن أهل السنة واجلماعة مثانية أصناف من الناس‬

َّ ‫ أحاطوا عِلماً أببواب التَّوحيد و‬:‫ صنف منهم‬.‫أ‬


‫ والثواب‬،‫ وأحكام الوعد والوعيد‬،‫النبوة‬

‫وسلَكوا ِف هذا النوع من العلم طرق‬


َ ،‫ والزعامة‬،‫ واإلمامة‬،‫ وشروط اَّلجتهاد‬،‫والعقاب‬
‫ ومن بدع الرافضة واخلوارج‬،‫الصفاتية من املتكلمَي الذين تْبءوا من التشبيه والتعطيل‬

.‫ وسائر أهل األهواء الضَّالة‬،‫واجلهمية والنجارية‬

12
‫ب‪ .‬والصنف الثاِن منهم‪ :‬أئمة الفقه من فريقي الرأي واحلديث‪ ،‬من الذين اعتقدوا ِف أصول‬

‫الدين مذاهب الصفاتية ِف هللا وِف صفاته األزلية‪ ،‬وتْبءوا من القدر واَّلعتزال‪ ،‬وأثبتوا‬

‫رؤية هللا تعاَل ِبألبصار من غري تشبيه وَّل تعطيل‪ ،‬وأثبتوا احلشر من القبور‪ ،‬مع إثبات‬

‫السؤال ِف القْب‪ ،‬ومع إثبات احلوض والصراط والشفاعة وغفران الذنوب اليت دون الشرك‪.‬‬

‫وقالوا‪ :‬بدوام نعيم اجلنة على أهلها‪ ،‬ودوام عذاب النار على الكفرة‪ .‬وقالوا‪ :‬إبمامة أِب‬

‫بكر‪ ،‬وعمر‪ ،‬وعثمان‪ ،‬وعلي‪ ،‬وأحسنوا الثناء على السلف الصاحل من األمة‪ .‬ورأوا‬

‫وجوب اجلمعة خلف األئمة الذين تْبءوا من أهل األهواء الضالة‪ .‬ورأوا وجوب استنباط‬

‫أحكام الشريعة من القرآن والسنة ومن إمجاع الصحابة‪ .‬ورأوا جواز املسح على اخلفَي‪،‬‬

‫ووقوع الطَلق الثَلث‪ .‬ورأوا َترمي املتعة‪ .‬ورأوا وجوب طاعة السلطان فيما ليس‬

‫ِبعصيةويدخل ِف هذه اجلماعة‪ :‬أصحاب مالك‪ ،‬والشافعي‪ ،‬واألوزاعي‪ ،‬والثوري‪ ،‬وأبو‬

‫حنيفة‪ ،‬وابن أِب ليلى‪ ،‬وأصحاب أِب ثور‪ ،‬وأصحاب أْحد بن حنبل‪ ،‬وأهل الظاهر‪،‬‬

‫وسائر الفقهاء الذين اعتقدوا ِف األبواب العقلية أصول الصفاتية‪ ،‬وَل َيلطوا فقهه بشيء‬

‫من بدع أهل األهواء الضالة‪.‬‬

‫ج‪ .‬والصنف الثالث منهم‪ :‬هم الذين أحاطوا علما بطرق األخبار والسنن املأثورة عن النب‬

‫صلى هللا عليه وسلم‪ ،‬وميزوا بَي الصحيح والسقيم منها‪ ،‬وعرفوا أسباب اجلرح والتعديل‪،‬‬

‫وَل َيلطوا علمهم بذلك بشيء من بدع أهل األهواء الضالة‬

‫د‪ .‬والصنف الرابع منهم‪ :‬قوم أحاطوا علما أبكثر أبواب األدب والنحو والتصريف‪ ،‬وجروا‬

‫على َست أئمة اللغة كاخلليل‪ ،‬وأِب عمرو بن العَلء‪ ،‬وسيبويه‪ ،‬والفراء‪ ،‬واألخفش‪،‬‬

‫واألصمعي‪ ،‬واملازِن‪ ،‬وأىب عبيد‪ ،‬وسائر أئمة النحو من الكوفيَي والبصريَي الذين َل‬

‫‪13‬‬
‫َيلطوا علمهم بذلك بشيء من بدع القدرية أو الرافضة أو اخلوارج‪ ،‬ومن مال منهم إَل‬

‫شيء من األهواء الضالة َل يكن من أهل السنة‪ ،‬وَّل كان قوله حجة ِف اللغة والنحو‪.‬‬

‫ه‪ .‬والصنف اخلامس منهم‪ :‬هم الذين أحاطوا علما بوجوه قراءات القرآن‪ ،‬وبوجوه تفسري‬

‫آَيت القرآن‪ ،‬وأتويلها على وفق مذاهب أهل السنة‪ ،‬دون أتويَلت أهل األهواء الضالة‪.‬‬

‫و‪ .‬والصنف السادس منهم‪ :‬الزهاد الصوفية الذين أبصروا فأقصروا‪ ،‬واختْبوا فاعتْبوا‪ ،‬ورضوا‬

‫ِبملقدور‪ ،‬وقنعوا ِبمليسور‪ ،‬وعلموا أن السمع والبصر والفؤاد كل أولئك مسئول عن اخلري‬

‫والشر‪ ،‬وَماسب على مثاقيل الذر‪ ،‬فأعدوا خري اإلعداد ليوم املعاد‪ ،‬وجرى كَلمهم ِف‬

‫طريقي العبارة واإلشارة على َست أهل احلديث‪ ،‬دون من يشَتى ْلو احلديث‪َّ ،‬ل‬

‫يعملون اخلري رَيء‪ ،‬وَّل يَتكونه حياء‪ ،‬دينهم التوحيد ونفي التشبيه‪ ،‬ومذهبهم التفويض‬

‫إَل هللا تعاَل‪ ،‬والتوكل عليه‪ ،‬والتسليم ألمره‪ ،‬والقناعة ِبا رزقوا‪ ،‬واإلعراض عن اَّلعَتاض‬

‫ض ِل اِلْ َع ِظي ِم ﴾[سورة احلديد آية ‪.]٢١‬‬


‫ض ُل هللاِ يُوتِ ِيه َم ْن يَّ َشاءُ َوهللاُ ذُو الْ َف ْ‬
‫ك فَ ْ‬ ‫ِ‬
‫عليه ﴿ذَل َ‬

‫ز‪ .‬والصنف السابع منهم‪ :‬قوم مرابطون ِف ثغور املسلمَي ِف وجوه الكفرة‪َ ،‬ياهدون أعداء‬

‫املسلمَي وَيمون ْحى املسلمَي‪ ،‬ويذبون عن حرميهم ودَيرهم‪ ،‬ويظهرون ِف ثغورهم‬

‫اه ُدوا‬ ‫ِ‬


‫ين َج َ‬
‫﴿والذ َ‬
‫مذاهب أهل السنة واجلماعة‪ ،‬وهم الذين أنزل هللا تعاَل فيهم قوله‪َ :‬‬
‫ِِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫َّه ْم ُسبُلَنَا َوإِ َّن هللاَ لَ َم َع الْ ُم ْحسن َ‬
‫َي﴾سورة العنكبوت آية ‪ ،]٦٩‬زادهم هللا‬ ‫فينَا لَنَ ْهديَن ُ‬
‫تعاَل توفيقا بفضله ومنه‪.‬‬

‫ح‪ .‬والصنف الثامن منهم‪ :‬عامة البلدان اليت غلب فيها شعار أهل السنة دون عامة البقاع‬

‫اليت ظهر فيها شعار أهل األهواء الضالة‪.‬‬

‫‪14‬‬
‫وإمنا أردَن ِبذا الصنف من العامة الذين اعتقدوا تصويب علماء السنة واجلماعة ِف أبواب‬

‫ وَل‬،‫ وقلدوهم ِف فروع احلَلل واحلرام‬،‫ ورجعوا إليهم ِف معاَل دينهم‬،‫ والوعد والوعيد‬،‫العدل والتوحيد‬

.»‫ وهؤَّلء هم الذين َستهم الصوفية «حشو اجلنة‬،‫يعتقدوا شيئا من بدع أهل األهواء الضالة‬

.‫ والصراط املستقيم‬،‫ أصحاب الدين القومي‬،‫ف هؤَّلء أصناف أهل السنة واجلماعة وجمموعهم‬
7
.‫ وعليها قدير‬،‫ إنه ِبإلجابة جدير‬،‫ثبتهم هللا تعاَل ِبلقول الثابت ِف احلياة الدنيا وِف اآلخرة‬

F. Kesimpulan
Lafadz ahlu secara bahasa berasal dari kata Ahlun yang artinya keluarga dan
jika dihubungkan dengan kalimat lain maka, Keluarga, (Ahl al-Bayt, keluarga
rumah tangga), Pengikut, (Ahl al-Sunnah, pengikut sunnah), Penduduk, (Ahl al-
Jannah, penduduk surga).
Lafadz al-Sunnah dengan dibaca dhammah sin nya dan diiringi tasydid,
sebagaiman yang dituturkan Imam al-Baqa’ dalam kitab Kulliyatnya, al-Sunnah
secara etimologi adalah Thariqah (Jalan), sekalipun yang tidak diridhoi.
Menurut terminologi Syara’, al-Sunnah adalah Thariqah (Jalan) yang
diridhai dalam menempuh agama sebagaimana yang telah ditempuh oleh
Rasulullah atau selain beliau, yakni mereka yang memiliki otoritas sebagai panutan
di dalam masalah agama, seperti para sahabat. Hal ini didasarkan pada sabda

Nabi,: ‫”عليكم بسنيت و سنة اخللفاء الراشدين من بعدي‬Tetaplah kalian untuk berpegang
teguh pada sunnahku,”
Lafadz al-jamā’ah berasal dari kata jama’a yang berarti mengumpulkan
adapun makna selainnya adalah sebagai berikut, yaitu Kelompok mayoritas,
Kelompok yang memelihara kebersamaan, Kelompok yang tidak mengkafirkan,
membid’ahkan dan memfasikkan sesama muslim walau berbeda pendapat.
Ahlus Sunnah Wal Jama’ah adalah Golongan yang mengikuti sunnah Rasul
dan para sahabat serta mengedepankan persamaan dan kebersamaan.

7
Abd al-Qāhir al-Baghdādī, al-Farq Bayn al-Firaq, (Beirut: Maktabah al-‘Aṣriyah, 2004), 220-
223.

15
Ibnu Abbas (w.68) menafsiri surat Ali Imran ayat 106 sebagai berikut:
“Pada hari kiamat kelak, ketika wajah Ahlussunnah wal Jamaah putih berseri,
sedangkan wajah ahlul bid’ah wal furqah (ahli bid’ah dan perpecahan) hitam
muram.
Implementasi Islam Ahlussunnah wal Jama’ah NU, yaitu dalam bidang
hukum Islam menganut ajaran dari salah satu mazhab empat: Hanafi, Maliki,
Syafi’i, Hanbali, dalam soal-soal tauhid menganut ajaran Imam Abu Hasan al-
Asy’ari dan Imam Abu Mansur al-Maturidi sedangkan dalam bidang tasawuf
menganut dasar dasar ajaran Abu Qasim al-Junaid al-Baghdadi dan Abu Hamid al-
Ghazali.

16
Daftar Pustaka

Asy’ari, Hasyim. Risalah Ahlussunnah Wal Jama’ah, Terj. Bahrudin Achmad.


Bekasi: Pustaka al-Muqsith, 2021.
Baghdādī, (al) Abd al-Qāhir. al-Farq Bayn al-Firaq. Beirut: Maktabah al-‘Aṣriyah,
2004.
Katsīr, Ibnu. Lubāb al-Tafsīr min Ibni Katsīr, Terj. M.Abdul Ghoffar. Jakarta:
Pustaka Syafi’i, 2005.
Khaidar, Ali. Nahdlatul Ulama dan Islam Indonesia; Pendekatan Fiqih dalam
Politik. Jakarta: Gramedia, 1995.
Lalika’i, (al) Abu Qasim Hibatullah bin Hasan. Syarḥ I’tiqād Uṣūl Ahl al-Sunnah
Wa al-Jamā’ah. Mesir: Dār al-Baṣīrah, t.th.
Naisābūrī, (al) Abu Husain Muslim bin Hajjāj bin Muslim al-Qusyairī. Ṣaḥiḥ
Muslim. Beirut, Dār Iḥyā al-Turats al-‘Arabiy, t.th.
Syakūr, (al) Abī Fadhal bin Abdi. al-Kawākib al-Lama’āh. Jakarta: Pengurus Besar
Nahdlatul Ulama, 2017.

17

Anda mungkin juga menyukai