Anda di halaman 1dari 10

Nama:Anita

Nim:201210185

Kelas:Pai 2F

HADITS YANG PERIWAYATANNYA TIDAK ADIl

1.hadist matrik

‫ َوإِذَا َج َّه ْرت ِب ِق َرا َءتِ ْي فَ َل يَ ْق َرأَ َّن َم ِع ْي أَ َحد‬،‫س َر ْرت ِب ِق َرا َءتِ ْي فَا ْق َرؤ ْوا َم ِع ْي‬
ْ َ‫ إِذَا ا‬-
‫أخرجه الدارقطني في السنن‬
"Ketika aku menyamarkan bacaanku, maka membacalah kalin bersamaku. Dan ketika
aku mengeraskan bacaanku, maka sungguh jangan seorang pun yang menyertai
bacaan bersamaku (HR. Daraquthni dalam Kitab Sunannya)".

Imam Daraquthni menjelaskan bahwa dalam riwayat hadits tersebut seorang rawi
bernama Zakariyah Al-Waqar melakukan penyendirian, dan hadits itu tergolongan
hadits munkar yang matruk.

2. Hadits mungkar

‫َّة‬
ََ ‫لَال َْجن‬
َ ‫َد َخ‬,َ
َ ‫ف‬ َ ‫ض ْي‬
َّ ‫َو َق َرىَال‬, َ ْ ‫م‬
َ ‫ام‬َ ‫ص‬
َ ‫َو‬,َ
َ ‫ت‬ َ ‫َو َح َّجَال َْب ْي‬,َ
َ ‫كا َة‬
َ ‫َوآ َتىَال َّز‬,َ
َ ‫صلا َة‬
َّ ‫امَال‬
َ ‫نَأ َق‬ َ

”Siapa saja yang mendirikan shalat, membayar zakat, berhaji ke Baitullah,


berpuasa (di bulan Ramadhan) dan memuliakan tamu akan masuk surga.”
AbuَHatimَberkata,َ”Iniَhaditsَmunkarَkarenaَparaَperawiَlainَyangَtsiqatَ
meriwayatkannya dari Abu Ishaq secara mauquf (berhenti pada sahabat
Nabi ‫ )ﷺ‬danَinilahَyangَma’ruf.”

AbuَHatimَberkata,َ”Iniَhaditsَmunkarَkarenaَparaَperawiَlainَyangَtsiqatَ
meriwayatkannya dari Abu Ishaq secara mauquf (berhenti pada sahabat
Nabiَ‫ )ﷺ‬danَinilahَyangَma’ruf.”

CONTOHَHADISTَDO’IFَYANG DI SEBABKAN TIDAK DOBIT

1. Hadits mudallas
1.Contoh Mudallas Isnad :

ْٰ ‫صلى‬
‫اللُ َعلَيهْ َو َسل َْم أَوَْلَ َعلَى‬ َ ْ‫الزهريْ َعنْ أَنَسْ بنْ َمالكْ أَنْ النب‬
ُّ ْ‫َعنْ ُسفيَانْ ب ُْن عُيَ ي نَْةَ َعن‬
ْ‫سويقْ َوََتر‬
َ ‫صفي ْةَ بنتْ ُحيَيْ ب‬
َ
"Dari Sufyan bin Uyainah, dari Az-Zuhri, dari Sahabat Anas bin Malik, sesungguhnya
Nabi SAW membuat walimah atas pernikahan (Beliau dan) Shafiyah dengan memasak
gandum dan kurma". (sanad lengkap bisa dilihat pada HR. Tirmidzi No. 1015).

Abu Isa mengatakan bahwa Sufyan bin Uyainah melakukan tadlis pada hadits
tersebut, di mana dia terkadang tidak menyebutkan dari Wa'il bin Dawud dari
anaknya (Dawud) dan dia terkadang menyebutkannya.

Artinya, Sufyan bin Uyainan terkadang menyembunyikan 2 rawi sebelum sambung


pada Az-Zuhri, yaitu Wa'il bin Dawud dari anaknya (Dawud). Hadits tersebut
diriwayatkan dari banyak jalur sanad, salah satu jalur sanadnya adalah Sufyan bin
Uyainah dari Az-Zuhri (lihat sanad lengkapnya pada HR. Tirmidzi No. 1015).

2.mudallasَSyuyukhَ(َ‫ش ُي ْو ُخ‬ ُ ‫ْم َد َّل‬


ُّ ‫سَال‬ ُ ‫)ال‬
Mudallas Syuyukh adalah rawi yang meriwayatkan hadits dari gurunya (rawi lain),
tetapi dia menyebut gurunya dengan sebutan yang tidak dikenal, baik berupa nama,
kunyah (nama panggilan), laqab (julukan), qabilah (suku), negara, atau bahkan
pekerjaan, dengan tujuan agar tidak dikenali.

Contoh Mudallas Syuyukh :

ْ‫سنْ بنْ َعبد‬


َ َ‫ َحدثَنَا أَْحَ ُْد ب ُْن اْل‬،‫ظ‬
ُ ‫ أَخ َََبَْن أَبُوْ أَْحَ َْد ب ُْن َعديْ اْلَاف‬،‫يِن‬
ُّ ‫أَخ َََبَْن أَبُوْ َسعدْ ال َمال‬
ْ‫ َعن‬،ُّ‫الشيْبَاِن‬: َْ‫ أَظُن ُّْهُ قَال‬،‫ أَخ َََبَْن أَبُو إس َحا َق‬،‫ َحدثَنَا َعل ُّْي ب ُْن اْلَعد‬،ُّ‫الصوِف‬
ُّ ْ‫اْلَبار‬
‫صلى‬
َ ْ‫أَنْ َر ُسولَْ للا‬: َْ‫شة‬ َ ‫ َعنْ َعائ‬،‫ َعنْ َعم َرَة‬،‫ َعنْ أَبْ الر َجال‬،‫وب بنْ ُُمَمدْ بنْ طَح ََل َء‬ َْ ‫يَع ُق‬
‫ال‬
َْ ‫ فَ َق‬،‫ فَأَ َك َْل الغََُل ْمُ ْفَأَكثَ َر‬،‫ي يَ َديهْ ََت ًرا‬
َْ َ‫ فَأَل َقى ب‬،‫ي غُ ََل ًما‬
َْ ‫اد أَنْ يَش ََت‬ ْٰ
َْ ‫ أ ََر‬،‫اللُ َعلَيهْ َو َسل َم‬
‫إ ْن َكث َرةَْ اْلَكلْ ُشؤْم‬: ‫اللُ َعلَيهْ َو َسل َْم‬ ْٰ ‫صلى‬ َ ْ‫َر ُسولُْ للا‬
"Abu Sa'd Al-Malini menceritakan kepada kami, Abu Ahmad bin 'Adi Al-Hafidz menceritakan
kepada kami, Ahmad bin Hasan bin Abdul Jabbar As-Shufi menceritakan kepada kami, Ali bin
Ja'd menceritakan kepada kami, Abu Ishaq menceritakan kepada kami, aku mengira dia
berkata : As-Sya'bani, dari Ya'qub bin Muhammad bin Thalkha', dari Abu Rijal, dari 'Amrah,
dari Siti Aisyah, sesungguhnya Rosulullah SAW ingin membeli ghulam (pelayan yang masih
anak-anak), Beliau memberikan kurma di hadapannya, ia pun memakan banyak, lalu
Rosulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya banyak makan adalah (tanda) kesialan""

Hadits tersebut merupakan Mudallas Syuyukh, karena Ali bin Ja'd merekayasa nama
rawi sesudahnya, yaitu Abu Ishaq yang memiliki nama asli Ibrahim bin Harasah. Hal
itu dilakukan karena Ibrahim bin Harasah dianggap berbohong sebagai seorang rawi.

3.َMudallasَTaswiyyahَ(َ‫َّس ِو َّي ُة‬ ُ ‫ْم َد َّل‬


ْ ‫سَالت‬ ُ ‫)ال‬
Mudallas Taswiyyah adalah apabila ada rawi yang menggugurkan seorang rawi yang
dhaif di antara dua rawi yang terpercaya dan kuat.

Contoh Mudallas Taswiyyah :

ْ‫ َحدثَنَا ال َولي ُْد ب ُْن ُمسلم‬،َْ‫ َعنْ ُُمَمدْ بنْ َوهبْ بنْ َعطية‬،‫ َعنْ الط َحاويْ َعنْ أَبْ أ َُمي ْةَ الطر ُسوسي‬،
َْ‫ قَال‬،‫ال‬
َ َ‫ َعنْ ابنْ عُ َم َْر ق‬،ْ‫ب اْلَُرشي‬
ْ ‫ان بنْ َعطي ْةَ َعنْ أَبْ ُمني‬
ْ ‫ َعنْ َحس‬،‫َحدثَنَا اْلَوَزاع ُّي‬
ْ‫ َو ُجعْ َْل رزقي‬،ُ‫ك لَه‬ َْ ‫للاُ َْل َشري‬ْ ‫ت ِبلسيفْ َحّتْ يُعبَ َْد‬ ُْ ‫بُعث‬: ْ‫للاُ َعلَيهْ َو َسل َم‬
ْ ‫صلى‬ َ ْ‫َر ُسولُْ للا‬
ْ‫شب ْهَ ب َقومْ فَ ُه َْو من ُهم‬
َ َ‫ َوَمنْ ت‬،‫َف أَمري‬ َْ ‫ار َعلَى َمنْ َخال‬
ُْ َ‫ َو ُجع َْل الذل ْةُ َوالصغ‬،‫ت ظلْ ُرُمي‬َْ ‫ََت‬
"Dari At-Thajawi, dari Abu Umayyah At-Tharsusi, dari Muhammad bin Wahab bin Athiyah,
Walid bin Muslim menceritakan kepada kami, Al-Auza'i menceritakan kepada kami, dari
Hassan bin Athiyah, dari Abu Munib Al-Jurasyi, dari Ibnu Umar berkata, Rosulullah SAW
bersabda, ""Aku diutus (menjelang hari kiamat) dengan pedang sehingga Allah disembah
tanpa ada sekutu bagi-Nya, rizkiku ditempatkan di bawah bayang-bayang tombakku.
Kehinaan dan kerendahan dijadikan bagi orang yang menyelisihi perintahku. Barangsiapa
menyerupai suatu kaum berarti ia termasuk golongan mereka"".

Dalam hadits tersebut, Walid bin Muslim sengaja menggugurkan seorang rawi yang dhaif di
antara Al-Auza'i dan Hassan bin Athiyah, rawi dhaif tersebut bernama Abdur Rahman bin
Tsabit. Hal itu dilakukan agar hadits tersebut terbebas dari sanad yang dhaif, sebagaimana
pengakuan Walid bin Muslim sendiri ketika Hutsaim bin Kharijah menanyakan kepadanya.

2. Hadits mudraj

Contoh Hadits Mudraj di Awal Matan


Suatu saat, Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu menyampaikan akan pentingnya membasuh
tumit dengan sempurna. Marilah kita perhatikan hadits berikut ini:

‫ب مِ نَ ال َّن ِار‬ َ ْ ‫س ِبغ ْوا ا ْلوض ْو َء َويْل ل‬


ِ ‫ِل ْعقَا‬ ْ َ‫ا‬: ‫سلَّ َم‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ ٰ ‫صلَّى‬
َ ‫ّللا‬ ِ ٰ ‫ع ْنه عَنْ َرس ْو ِل‬
َ ‫ّللا‬ ٰ ‫عَنْ اَ ِب ْي ه َري َْرةَ َر ِض َي‬
َ ‫ّللا‬

“Dari Abu Hurairah, dari Rasulullah Saw. Beliau bersabada:


“Sempurnakanlah wudhu. Neraka bagi tumit yang tidak terkena air.”

Perkataan:

‫س ِبغ ْوا ا ْلوض ْو َء‬


ْ َ‫ا‬

“Sempurnakanlah wudhu.”

Sebenarnya bukan termasuk matan hadits. Dari mana hal itu bisa diketahui?

Tidak lain karena adanya hadits semisal yang diriwayatkan melalui sanad yang lain.
Dalam masalah ini yaitu sanad dari hadits yang diriwayatkan Imam Bukhari dan Imam
Muslim.

Di mana dalam Shahih Bukhari dan Shahih Muslim disebutkan bahwa Abu Hurairah
berkata:

ِ ‫ َويْل ل ِْلَ ْعقَا‬: ‫سلَّ َم قَا َل‬


‫ب مِ نَ ال َّن ِار‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َ ‫ فَ ِإنَّ أَبَا القَاس ِِم‬،‫س ِبغوا الوضو َء‬
َ ‫صلَّى للا‬ ْ َ‫أ‬

“Sempurnakanlah wudhu. Karena sesungguhnya Abul Qasim (Nabi Muhammad) Saw.


bersabda: Neraka bagi tumit yang tidak terkena air.”

Jadi rupanya, dalam hadits yang pertama itu, ada perawi yang kurang cermat dalam
memahami matan. Dia memasukkan perkataan Abu Hurairah sebagai matan hadits.
Sehingga terjadi kesalahan dalam matan hadits itu.

Nama perawi itu adalah Abu Qatthan dan Syubabah. Sebagaimana hal ini dijelaskan
dalam kitab Tadribur-Rawi, karya Imam as-Suyuthi.

Contoh Hadits Mudraj di Tengah Matan


Suatu saat, Siti ‘Aisyah menyampaikan tentang kebiasaan Nabi Muhammad Saw.
bertahannuts atau menyendiri di Gua Hira’.

Marilah kita perhatikan hadits di bawah ini:

ِ ‫غار حِ َراء َوه َو التَّعَبد اللَّيَال َِي ذَ َوا‬


‫ت ا ْلعَ َد ِد‬ َ ‫سلَّ َم َيتَ َح َّنث ف ِْي‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ ٰ ‫صلَّى‬
َ ‫ّللا‬ َ ‫كَانَ ال َّن ِبي‬: ‫ع ْنهَا‬ ٰ ‫عَنْ عَا ِئشَةَ َر ِض َي‬
َ ‫ّللا‬

“Dari Siti ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha:

Adalah Nabi Muhammad Saw. biasa bertahannuts di Gua Hira’, yaitu beribadah, selama
beberapa malam.

Matan yang berbunyi:

‫َوه َو التَّعَبد‬

“Yaitu beribadah.”

Merupakan mudraj atau sisipan yang ditambahkan oleh Imam az-Zuhri.


Contoh Hadits Mudraj di Akhir Matan
Setiap kondisi memiliki keutamaannya masing-masing. Termasuk kondisi terburuk
manusia, yaitu ketika dia menjadi seorang hamba sahaya. Yang tidak berhak memiliki
apa-apa. Bahkan dirinya pun dimiliki oleh orang lain, yaitu tuannya.

Marilah kita perhatikan hadits berikut ini:

‫ ََلَحْ َببْت أَنْ أَموتَ َوأَ َنا‬،‫ َو ِبر أ ِمي‬،‫ َوا ْلحَج‬،ِ‫س ِبي ِل للا‬
َ ‫ لَ ْو َل ا ْل ِجهَاد فِي‬،ِ‫ِي ِب َي ِده‬ ِ ‫ِح أَجْ َر‬
ْ ‫ َوالَّذِي َن ْفس‬،‫ان‬ ْ ‫ا ْلعَ ْب ِد ا ْل َم ْمل ْوكِ ا ْلم‬
ِ ‫صل‬
‫َم ْملوك‬
“Seorang hamba sahaya yang berbakti pada tuannya, maka baginya dua pahala. Demi Dzat
yang jiwaku berada di tangan-Nya, kalaulah bukan karena jihad di jalan Allah, haji dan
berbakti pada ibuku, tentu aku lebih meyukai mati dalam keadaan sebagai seorang hamba
sahaya.”

Dalam matan hadits di atas terdapat idraj atau tambahan yang sebenarnya bukan
bagian dari matan hadits itu. Yaitu kalimat:

‫ ََلَحْ َببْت أَنْ أَموتَ َوأَ َنا َم ْملوك‬،‫ َو ِبر أ ِمي‬،‫ َوا ْلحَج‬،ِ‫س ِبي ِل للا‬
َ ‫ لَ ْو َل ا ْل ِجهَاد فِي‬،ِ‫ِي ِب َي ِده‬
ْ ‫َوالَّذِي َن ْفس‬

Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, kalaulah bukan karena jihad di jalan Allah,
haji dan berbakti pada ibuku, tentu aku lebih meyukai mati dalam keadaan sebagai seorang
hamba sahaya.”

Karena dua alasan berikut:

– Mustahil Nabi Muhammad Saw. mengharap dirinya menjadi seorang hamba sahaya.

– Ibunda Siti Aminah telah wafat sejak Nabi Muhammad Saw. masih kecil. Sehingga
beliau tidak perlu menjadi hamba sahaya untuk berbakti pada Ibunda.

Oleh karena itu, jelas bahwa kalimat itu merupakan tambahan dari Abu Hurairah sendiri.
Bukan sabda Nabi Muhammad Saw.

3. Hadits maktub

‫ْو َعنْهبَت ْه‬ ٰ ‫ْصل‬ ٰ ‫ْر ُسو َل‬


َ ‫ىْعنْبَيعْال َوَلء‬
َ َ‫َْن‬
َ ‫ْو َسل َم‬
َ ‫ْعلَيه‬
َ ُ‫ىْالل‬ َ ‫ْالل‬ َ ‫أَن‬
"Sesungguhnya Rasulullah SAW melarang penjualan Al Wala` (kepemilikan) dan juga
menghibahkannya" (HR. Tirmidzi No. 2052).
Hadits tersebut memiliki beberapa jalur sanad, salah satu jalur sanad yang dinilai
maqlub adalah dari Yahya bin Sulaim, dari Ubaidillah bin Umar, dari Nafi', dari Ibnu
Umar. Pasalnya, sanad yang shahih adalah dari Ubaidillah bin Umar, dari Abdullah bin
Dinar, dari Ibnu Umar.
Di sini, Yahya bin Sulaim melakukan kesalahan yaitu mengganti rawi bernama
Abdullah bin Dinar dengan Nafi'. Pasalnya, Ibnu Umar tidak pernah meriwayatkan
hadits tersebut kecuali hanya kepada Abdullah bin Dinar.
Contoh Hadits Maqlub Matan
Maqlub matan berarti terjadi adanya pembalikan dan penukaran matan, hal ini bisa
berupa :

1. Membalik dan Menukar Beberapa Bagian Matan Dalam Suatu Hadits


Misalnya hadits riwayat Abu Hurairah tentang 7 golongan yang dinaungi Allah SWT
di hari kiamat :

Misalnya hadits riwayat Abu Hurairah tentang 7 golongan yang dinaungi Allah SWT
di hari kiamat :

ُ‫ْماْتُنف ُقِْشَال ُْه‬


َ ُ‫اْحّت َْلْتَعلَ َم ََْيي نُه‬
َ ‫اه‬َ ‫ص َدقَةْفَأَخ َف‬
َ ‫صد َقْب‬
َ َ‫َوَر ُجلْت‬
"(Golongan keenam) dan seseorang yang melakukan shadaqah, lalu ia
menyamarkannya sehingga tangan kanannya tidak mengetahui apa yang telah
diinfaqkan oleh tangan kirinya" (HR. Muslim No. 1712).

Dari hadits tersebut, terlihat beberapa rawi telah melakukan kemaqluban, padahal
dalam riwayat lainnya adalah sebagai berikut :

ُ‫ّت َْل تَعلَ َْم ِشَال ُْهُ َما تُنف ُْق ََْيي نُْه‬
ْ ‫اهْا َح‬
َ ‫ص َدقَةْ فَأَخ َف‬
َ ‫قب‬
َْ ‫صد‬
َ َ‫َوَر ُجلْ ت‬
"(Golongan keenam) dan seseorang yang melakukan shadaqah, lalu ia
menyamarkannya sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang telah
diinfaqkan oleh tangan kananya" (HR. Malik No. 1501, Nasai No. 5285, Bukhari No.
6308, No. 1334, dan No. 620).

2. Membalik dan Menukar Matan Dengan Sanad Dari Matan Lain

‫ِن‬
ْ ‫َل تَ ُقوُموا َحّتْ تَ َرو‬
َْ َ‫إذَا أُقي َمتْ الص ََل ْةُ ف‬

"Ketika didirikan sholat, maka janganlah kalian berdiri sampai kalian melihatku" (lihat
pada HR. Tirmidzi No. 475).

Hadits tersebut diriwayatkan dari Jarir bin Hazim, ia melakukan kesalahan dengan
menukarnya pada sanad dari Tsabit dari Anas bin Malik dari Nabi SAW. Padahal
seharusnya, sanad yang shahih dalam hadits tersebut adalah dari Hajjaj As-
Shawwaf, dari
Yahya bin Abi Katsir, dari Abdullah bin Abi Qatadah, dari ayahnya (Abu Qatadah), dari
Nabi SAW.

4. Hadits mazid

Contoh Hadits Mazid fi Muttashil Asanid


‫صلُّوا إلَي َها‬
َ ُ‫سوْا َعلَ ْى ال ُقبُورْ َوَْل ت‬
ُ ‫َْل ََتل‬
"Janganlah kalian duduk di atas kuburan, dan jangan pula kalian shalat dengan
menghadap ke arahnya".

Dari beberapa riwayat dalam Kitab Sunan, baik Sunan Muslim, Tirmidzi, Abu Dawud,
dan lain sebagainya, sanad-sanad dalam hadits tersebut memiliki perbedaan dan
penambahan rawi. Ada 2 penambahan rawi dalam sanad hadits di atas, yaitu Sufyan
dan Abu Idris.

5. Hadits muktorib

Contoh Hadits Mudhtarib Dalam Matan

‫ِف ال َمالْ َحقْ س َوى الزَك ْاة‬


ْ ‫س‬َْ ‫لَي‬

"Tidak ada hak di dalam harta selain zakat" (HR. Ibnu Majah No. 1779).

Hadits tersebut dikatakan mudhtharib karena matannya bertentangan dengan


riwayat hadits-hadits lainnya, misalnya :

‫إنْ ِفْ أَم َوال ُكمْ َح ًّقا س َوى الزَك ْاة‬

"Sesungguhnya di dalam harta kalian ada hak selain zakat". (Ad-Darimi No. 1581)

‫إنْ ِفْ ال َمالْ َْلًَّقا س َوى ْالزَك ْاة‬

"Sesungguhnya di dalam harta ada hak selain zakat" (HR. Tirmidzi No. 595 dan No.
596).

Contoh Hadits Mudhtharib Dalam Sanad


ْ‫ِن ُهود‬
ْ ‫ َشي بَ ت‬: ‫ال‬
َْ َ‫ت ؟ ق‬ ْٰ َْ‫ َْي َر ُسول‬: ُْ‫اللُ َعنه‬
َْ ‫الل قَدْ شب‬ ْٰ ‫ال قَالَْ أَبُوْ بَكرْ َرض َْي‬َْ َ‫َعنْ ابنْ َعباسْ ق‬
ْ‫س ُكوَرت‬ ُْ ‫اءلُو َْن َوإ َذا الشم‬
َ‫س‬ َ َ‫ت َو َع ْم يَت‬
ُْ ‫َوال َواق َع ْةُ َوال ُمر َس ََل‬
"Dari Sahabat Ibnu Abbas berkata, Sahabat Abu Bakar ra bertaya, "Wahai Rosulullah,
engkau telah beruban ?. Rosulullah SAW menjawab, "Aku telah dibuat beruban oleh
Surat Hud, Surat Al-Waqi'ah, Surat Al-Mursalat, Surat An-Naba', dan Surat At-
Takwir"" (HR. Tirmidzi No. 3219).

Imam Daruquthni berpendapat bahwa hadits tersebut adalah mudhtharib,


dikarenakan jalur sanad dari Ibnu Ishaq terdapat sekitar 10 perbedaan dan
perselisihan, antara lain adalah : ada yang meriwayatkannya secara mursal dan ada
yang meriwayatkannya secara muttashil.

Para ulama' ahli hadits sendiri juga memperselisihkan riwayat sanadnya, ada yang
meriwayatkan dari Ikrimah dari Abu Bakar, ada yang meriwayatkan dari Ibnu
Juhaifah dari Abu Bakar, ada yang meriwayatkan dari Bara' dari Abu Bakar, ada
yang me

riwayatkan dari Alqamah dari Abu Bakar, dan ada yang meriwayatkan dari Abu
Maisarah dari Abu Bakar. Sedangkan Al-Hafidz Ibnu Hajar berpendapat bahwa rawi-
rawi hadits tersebut adalah tsiqqah (terpercaya), yang tidak mungkin ditarjih salah
satunya.

6. Hadits musohhaf

Contoh Hadits Mushahhaf di Dalam Matan

ُ‫ام الده َْر ُكل ْه‬


َْ ‫ص‬
َ ُ‫ال فَ َكاَن ْه‬
ْ ‫ضا َْن َواَت بَ َع ْهُ ستًّا منْ َشو‬
َ ‫ام َرَم‬
َْ ‫ص‬
َ ْ‫َمن‬
"Barang siapa yang berpuasa di Bulan Ramadhan dan dia mengikuti puasa 6 hari di Bulan
Syawal, maka dia seperti telah berpuasa setahun penuh".

Abu Bakar As-Shuli pernah meriwayatkan hadits tersebut, namun kekeliruannya adalah pada
lafadz "‫( "سِ تًّا‬enam hari) yang diriwayatkan dengan lafadz "‫( " َش ْيئًا‬sesuatu). Tentu saja hadits
di atas adalah hadits yang kuat dan dinilai diterima untuk diamalkan, namun jika
periwayatannya menggunakan lafadz "‫" َش ْيئًا‬, maka menjadi sebuah kedhaifan yang parah,
dikhawatirkan orang awam menerimanya akan gagal faham.

Contoh Hadits Mushahhaf di Dalam Sanad


‫ال‬
َْ َ‫ ق‬،‫ال‬ ْٰ ‫َعنْ ال َعوامْ ابنْ َم َراجم َعنْ اَبْ عُث َما َْن الن هدى َعنْ َعث َما َْن ابنْ َعفان َرض َْي‬
َ َ‫اللُ َعن ْهُ ق‬
‫ل اَهل َهْا‬
َْ ‫ق ا‬ ْٰ ‫صل ْى‬
َْ ‫لَتُ َؤدُّو َْن اْلُُقو‬: ‫اللُ َعلَيهْ َو َسل َْم‬ ْٰ ُْ‫َر ُسول‬
َ ‫الل‬
"Dari Awam bin Marajim, dari Abu Utsman An-Nahdi, dari Sahabat Utsman bin Affan
ra berkata, Rasulullah SAW bersabda, "Sungguh penuhilah hak-hak pada orang yang
berhak menerimanya".
Yahya bin Ma'inَpernahَmentashrifَsanadَpadaَhaditsَdiَatas,َyaituَ"‫اجم‬
ِ ‫َ"م َر‬menjadiَ
َ
"‫"م َزاحِ م‬.
َ

7. Hadits majhul

Contoh perawi majhuul al-‘ain dan hadits yang dibawakannya adalah :

َّ َّ َ ‫ِم ْبن ُع ْتبَ َة ْب‬ ،‫ن لَ ِهي َع َة‬


ُ ‫ح َّدثَنَا ا ْب‬ ُ ‫ح َّدثَنَا ُق َت ْيب َُة ْب‬
‫ن‬ِ ‫ب ْب‬ ِ ِ‫السائ‬ ْ ،‫اص‬
‫عَن‬ ٍ ‫ن أبِي وَق‬ ِ ِ ِ ‫ن هَاش‬ ِ ‫عَن ح َْفصِ ْب‬
ْ َ ،ٍ‫ن سَ عِيد‬ َ
ُ ‫َجه‬
ِ ‫َه بِيَ َد ْي‬
‫ه‬ ْ ‫حو‬ َ ‫ان ِإ َذا دَعَ ا َفر ََف‬
ِ ‫ع يَ َد ْي‬
َ َ‫ه مَس‬ َّ
َ ‫ه وَسَ لمَ َك‬
ِ ‫عَل ْي‬ َّ
َ ُ‫ي صَلى هللا‬ َّ َ
َّ ِ‫ أن النَّب‬،ِ‫عَن أبِيه‬ َ ْ ،َ‫ي َِزيد‬

Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa’iid : Telah menceritakan


kepada kami Ibnu Lahii’ah, dari Hafsh bin Haasyim bin ‘Utbah bin Abi Waqqaash,
dari As-Saaib bin Yaziid, dari ayahnya : Bahwasannya Nabi shallallaahu ‘alaihi wa
sallam apabila selesai berdoa, maka beliau mengangkat kedua tangannya dan
mengusap wajah beliau dengan kedua tangannya tersebut [Diriwayatkan oleh
Abu Daawud no. 1492].

Hafsh bin Haasyim adalah majhuul al-‘ain, hanya ada seorang perawi yang
meriwayatkan darinya, yaitu ‘Abdullah bin Lahii’ah. Ibnu
Hajar rahimahullah memperkirakan bahwa Ibnu Lahii’ah telah melakukan
kekeliruan. Yahyaa bin Ishaaq As-Sailahiiniy termasuk murid Ibnu Lahii’ah yang
terdahulu, dan ia (Yahyaa) telah menghapal darinya (Ibnu Lahii’ah) Habbaan bin
Waasi’. Adapun Hafsh bin Haasyim, maka tidak ada penyebutan tentangnya
sedikitpun dalam kitab-kitab taariikh. Dan tidak ada seorang pun yang
menyebutkan Ibnu ‘Utbah mempunyai anak bernama Hafsh [lihat : Tahdziibut-
Tahdziib, 2/420].

Contoh perawi majhuul al-haal dan hadits yang dibawakannya adalah :

َّ ِ‫َّعَنَّأَب‬،
َّ‫ي‬ ْ ‫ن‬ِ ‫ص ْي‬
َ ‫ح‬ ْ ‫ن‬
ُ ‫َّال‬ ِ ‫َّعَنَّدَا ُودََّ ْب‬،
ْ َ َّ‫نَّأَبِي‬
‫حبِيبَ َة‬ ِ ‫َّعَنَّا ْب‬،َّ
ْ ُّ ِ‫َش ُكر‬
‫ي‬ ْ ‫ِيلََّّ ْالي‬
َّ ‫سمَاع‬ ْ ِ‫نََّّإ‬ ُ ُ‫حَدَّثَنَاَّأَب‬
َُّ ‫َّحَدثَنَاََّّإِ ْبرَاه‬،ٍ‫وَّك َر ْيب‬
َُّ ‫ِيمََّّ ْب‬
ُ ‫َس‬
َّ ُ‫ولََّّللاَِّصَلىَّهللا‬ َ ‫َطَأَُّالطرِيقَ َّالنجِسَ َة‬
ُ ‫َّف َقالََّر‬، َ ‫َسجِد‬
َّ ‫ََّفن‬ ْ ‫َّالم‬ ْ ‫يد‬
ُ ِ‫َسولَََّّللاَِّإِناَّنُر‬
ُ ‫َّقِيلََّيَاَّر‬:َ‫َّقال‬، َ ‫يَّه َر ْي َر َة‬
ُ َ ْ
ِ‫َّعَنَّأب‬، َ ‫س ْفي‬
‫َان‬ ُ
"َّ‫ا‬
َّ ‫ض‬ ً ‫ضهَاَّب َْع‬ ُ ‫ط ِهرَُّب َْع‬ ُ َ‫َّ"َّاْل‬:َ‫م‬
َ ُ‫رْضَّي‬ ْ َ
‫عَل ْيهَِّوَسَ ل‬

Telah menceritakan kepada Abu Kuraib : Telah menceritakan kepada


kami Ibraahiim bin Ismaa’iil Al-Yasykuriy, dari Ibnu Abi Habiibah, dari Daawud
bin Al-Hushain, dari Abu Sufyaan, dari Abu Hurairah, ia berkata : Dikatakan : “Ya
Rasulullah, sesungguhnya kami ingin pergi ke masjid, namun kami menginjak
tanah yang najis”. Maka Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“Bumi itu sebagian mensucikan sebagian yang lain” [Diriwayatkan oleh Ibnu
Maajah no. 532].

Ibraahiim bin Ismaa’iil Al-Yasykuuriy[2] adalah majhuul al-haal. Ada dua orang
perawi yang meriwayatkan darinya, yaitu : Abu Kuraib Muhammad bin Al-‘Alaa’
Al-Hamdaaniy dan Ma’mar bin Sahl Al-Ahwaaziy.

Referensi:
Munzier Suparta, Ilmu Hadis, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2006).

Manna’َal-Qaththan, Mabahis Fi Ulum al-Hadis, terjemahan Mifdhol


Abdurrahman dengan judul Pengantar Studi Ilmu Hadis, (Jakarta : Pustaka Al-
Kautsar, 2009).

Izzan,Ahmad 2011, ULUMUL HADIS,Buah batu Bandung,"HUMANIORA"

Anda mungkin juga menyukai