Disusun oleh :
NIP/NUP. 201603134
MEI 2023
TAKHRIJ HADIS TENTANG DEBU RIBA
Pendahuluan
Hadis adalah merupakan salah satu sumber hukum syar‟i dalam agama Islam yang
dijadikan sebagai landasan selain Al-Quran dalam menentukan suatu persoalan hukum,
termasuk juga tentang persoalan riba.
Dalam tulisan ini penulis berusaha meneliti kualitas sanad dan matan hadis Nabi SAW.
berkenaan dengan persoalan riba, sebagai penegasan terhadap persoalan keharaman riba
seperti yang tercantum di dalam Al-Qur‟an.
Takhrij Hadis
Ada 5 (lima) metode yang ditawarkan ulama hadis dalam proses pelaksanaan takhrij
yakni berdasarkan kitab-kitab kumpulan hadis, lafal-lafal hadis, rawi pertama, tematik dan
ciri-ciri tertentu.2 Dalam pelaksanaan takhrij kali ini penulis menggunakan metode takhrij
melalui lafal-lafal hadis (takhrij bi al-fazh) dengan menggunakan kitab Mu‟jam Mufahras li
Alfazh al-Hadits al-Nabawi.
Potongan hadis yang menjadi objek kajian dalam penelitian ini adalah:
ُ ابو ِم ْن
بَُ ار ِه ُ ص َ يََ ُك ُلو أ ْ ََالرب
َ ََ ََفإن ْل َ ي بْ قَى أ َحد إالَّ أ َك َل
َ َالناس ز َمان ال
ِ على
َ ََ ََي
َّ ليأت
1
Alamsyah, Ilmu-Ilmu Hadis (Ulum al-Hadis), (CV. Anugrah Utama Raharja, 2015), h. 87-88.
2
Hairul Hudaya, “Takhrij al-Hadits Tentang Peralatan Makan Nabi SAW”, Jurnal Al-Banjari, Vol. 15,
No. 2, 2016, h. 128.
Berdasarkan potongan hadis di atas, maka penulis menelusuri dalam kitab
Mu’jam Mufahras Li Alfazh al-Hadis an-Nabawi dengan menggunakan kata “ َ”زَ ما ن. Kata
tersebut mudah ditemukan sehingga peneliti tidak terlalu banyak menemukan kesulitan dalam
pencarian redaksi hadisnya dari sumber aslinya.
➢ Sunan Abu Daud, kitab al-Buyu’ (No. 22), bab fi Ijtinaabat as-Syubhat (No. 3).
➢ Sunan An-Nasai, kitab al-Buyu’ (No. 44), bab Ijtinaabat as-Syubuhaat fi alKasb (No.
2).
➢ Sunan Ibnu Majah, kitab at-Tijarah, bab at-Taghlidz fi ar-Riba (No. 58).
1. Sunan Abu Daud, kitab al-Buyu’, bab fi Ijtinaabat as-Syubhat, no. 3331:
Artinya ;
Lemah (Muhammad bin Isa memberi tahu kami, Shaym memberi tahu kami, Abbad bin
Rashid berkata, saya berkata Sa`id bin Abi Khairah. Atas otoritas Abu Urayah, dia berkata:
Nabi berdoa Allah besertanya dan memberinya kedamaian (H.) Weib bin Baqiyyah
meriwayatkan kepada kami, memberitahu Khalid atas otoritas Dawud, atas otoritas Ibn
Abi End, dan ini yang mereka katakan atas otoritas Saeed bin Abi Khairah, atas otoritas
Al-Sun. Atas otoritas Urayrah bahwa Utusan Allah, semoga doa dan damai Allah
besertanya, mengatakan: Suatu masa akan datang atas orang-orang ketika tidak ada yang
tersisa kecuali untuk makan Tuhan, karena jika mereka tidak makan, mereka akan
menderita dengan kebenaran-Nya. Ibnu Isa berkata: Aku tertular dari debunya.
[Al-Mundhiri berkata: Mereka mengeluarkan Al-Nasa'i dan Ibn Majo, dan Sunnah tidak
mendengar dari Abi-Raira, sehingga terputus.]
2. Sunan An-Nasai, kitab al-Buyu’, bab Ijtinaabat as-Syubuhaat fi al-Kasb, no. 4454:
Lemah Atas otoritas Abu Hurairah, dia berkata: Utusan Allah, semoga doa dan damai
Allah besertanya, berkata: Akan tiba saatnya orang akan menyembah Tuhan, dan siapa
yang tidak akan memakannya jika jatuh dari debunya
3. Sunan Ibnu Majah, kitab at-Tijarah, bab at-Taghlidz fi ar-Riba, no. 2278:
ابن َ ع ْن
ِ سع ْي ِد َ ,ٍإسََ ا ِع ْي ُل بنُ عليةَ َحدَّث نا دَ ُاودُ بنُ أبْ َِ ِى ْند َ سعي ٍد َحد
ْ َّث نا َ ِللا ب ُن
ِ ُعبد َ َحد
َ َّث نا
ع لى
َ ََ ََي َّ ِللا صلى هللا عليه وسلم ﴿ليأت ِ س ْو ُل
ُ قا َل ر:َي رةَ قال ِ ع ْن أ
ْ ب ىُر َ َْ ال
َ ,س ِن ْ ع ِن
َ ,َي رةْ أبْ َِ َخ
﴾ ابو ِم ْن غُ َبار ِه
ُ ص َ يََ ُك ْل أ
َ ََ ََ فَ َم ْن ْل. ََالرب
َ ِ َّي بْ قَى ِم ْن هُ ْم أ َحد إال
آك ُل َ َالناس ز َمان ال
ِ
Artinya ;
Abdullah bin Saeed memberi tahu kami, Ismael bin Aliya memberi tahu kami, Dawood
bin Abi End memberi tahu kami, atas otoritas Saeed Ibn Abi Khayra, atas otoritas Al-Sun,
atas otoritas Abi Urayrah, dia berkata: Dia berkata: Utusan Allah, semoga doa dan damai
Allah besertanya) Orang-orang di masa ketika tidak ada yang tersisa dari mereka kecuali
pemakan Tuhan. Maka siapa yang tidak makan, aku akan ditimpa debunya.
I’tibar al-Hadis
Setelah dilakukan takhrij hadis dengan menggunakan satu sumber pelacakan, maka
langkah berikutnya adalah melakukan i’tibar yaitu meneliti semua jalur hadis yang memiliki
teks yang sama (bi al-lafzi) atau maknanya serupa (bi al-ma’na). Dengan dilakukannya
i’tibar, maka akan terlihat jelas seluruh jalur sanad hadis yang diteliti, nama-nama
periwayatannya, dan metode periwayatan yang digunakan oleh masing-masing periwayat
yang bersangkutan. Kemudian juga untuk mengetahui keadaan sanad hadis seluruhnya dilihat
dari ada atau tidaknya pendukung berupa periwayat yang berstatus mutabi’ atau syahid.3
Dengan ditemukannya jalur periwayat lain baik yang berstatus sebagai syahid maupun
mutabi’, maka akan semakin menguatkan kedudukan hadis tersebut. Apabila jalur periwayat
yang semula berstatus dhaif misalnya, maka tingkatannya dapat naik menjadi hasan li
ghairihi, atau apabila jalur sanadnya yang mulanya berstatus hasan, dengan adanya syahid
atau mutabi’ maka hadis tersebut dapat naik tingkatan
ُ ابو ِم ْن
بَُ ار ِه ُ ص َ يََ ُك ُلو أ ْ ََالرب
َ ََ ََفإن ْل َ ي بْ قَى أ َحد إالَّ أ َك َل
َ َالناس ز َمان ال
ِ على
َ ََ ََي
َّ ليأت
3
M. Syuhudi Ismail, Metode Penelitian Hadis Nabi, (Jakarta: Bulan Bintang, 1992), h. 52.
6
Dalam penelitian ini, jalur hadist yang akan diteliti yaitu jalur riwayat Imam
Abu Daud dari Muhammad bin „Isa dan Wahab bin Baqiyyah.
Dan telah menceritakan kepada kami Wahb bin Baqiyyah, telah mengabarkan
kepada kami Khalid, dari Daud bin Abi Hindin, dan ini adalah lafazhnya. Dari Sa'id
bin Abu Khairah, dari Al Hasan, dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda: "Sungguh akan datang kepada manusia suatu zaman
dimana tidak ada seorangpun melainkan ia akan makan riba, jika tidak memakannya
maka ia terkena sebagian dari uapnya." Ibnu Isa berkata; terkena sebagian dari
debunya.”
1. Kritik Sanad
Dalam kaidah keshahihan hadis dinyatakan bahwa syarat hadis agar mencapai
tingkatan shahih apabila memenuhi kriteria yakni: sanad hadis tersebut bersambung
mulai dari mukharrijnya sampai kepada Nabi SAW, seluruh perawi pada jalur sanad
tersebut ‘adil dan dhabit, tidak terdapat syadz dan ‘illah. Maka dengan lima kriteria
tersebut tingkat kualitas suatu hadis dapat dinilai shahih. Namun bila salah satu
kriteria tidak terpenuhi maka akan mengakibatkan status hadis menjadi dhaif. Tiga
kriteria pertama berkenaan dengan kritik sanad sedang dua kriteria terakhir berkaitan
dengan sanad dan matan.
Sanad pertama:
a. Abu Hurairah (w. 57 H) : (Perawi 1)
b. Hasan (w. 110 H) : (Perawi 2)
c. Sa‟id bin Abi Khairah : (Perawi 3)
d. Abbad bin Rasyid : (Perawi 4)
e. Husyaim (w. 183 H) : (Perawi 5)
f. Muhammad bin „Isa (w. 224 H) : (Perawi 6)
g. Abu Daud (w. 275 H) : (Mukharrij)
Sanad kedua:
a. Abu Hurairah (w. 57 H) : (Perawi 1)
b. Hasan (w. 110 H) : (Perawi 2)
8
Dalam menilai kualitas ketersambungan sanad hadis mulai dari perawi awal
sampai pada mukharrij hadis, ulama mengandalkan kitab-kitab biografi perawi hadis.
Ketersambungan sanad dapat ditentukan melalui tahun lahir dan wafat seorang
perawi, tempat tinggalnya, perjalanannya dalam menuntut ilmu dan yang penting juga
adalah hubungan guru dan murid antar perawi hadis. Sedangkan keadilan dan
kedhabitan perawi didapat dari informasi penulis kitab biografi perawi tentang sifat,
sikap dan kemampuan daya ingatnya selama meriwayatkan hadist.
1) Abu Daud
Nama lengkapnya Sulaiman bin al-Asy‟ats bin Syaddad bin „Amr bin „Amir,
Abu Daud as-Sajistani al-Hafizh. Wafat pada bulan Syawal tahun 275 H.
Penilaian kritikus terhadapnya, Ahmad bin Muhammad bin Yasin berkata Abu
Daud merupakan salah satu huffazd hadis dan derajat sanadnya tinggi, Musa bin
Harun berkata Abu Daud diciptakan dibumi untuk hadis dan di akhirat untuk surga.4
4
Ahmad bin Ali bin Hajar Syihabuddin al-Aqlani asy-Syafi‟i, Tahdzib at-tahdzib, Juz 2, (Beirut:
Muassasah ar-Risalah, 1996), h. 84-85.
9
Nama lengkapnya Muhammad bin Isa bin Najih bin al-Baghdadi, Abu Ja‟far
ath-Tabba‟. Beliau lahir tahun 150 H dan wafat tahun 224 H.
Di antara gurunya adalah Hammad bin Zaid, ibnu Abi Dzi‟b, Abdul Warits bin
Said, Abdu as-Salam bin Harb, Abdullah bin Ja‟far, „Utbah bi Abd al-Wahid,
Penilaian kritikus terhadapnya, Abu Daud berkata Muhammad bin Isa faqih dan
hafiz, an-Nasa‟i berkata dia tsiqah, ibnu Hibban menyebutkannya dalam golongan
tsiqah.5
3) Husyaim
Nama lengkapnya Husyaim bin Basyir bin al-Qasim bin Dinar as-Salmi, Abu
Mu‟awiyah bin Abi Khazim al-Wasithi. Dikatakan bahwa dia berasal dari Bukhara.
Di antara gurunya adalah Qasim bin Mahran, Abdul Mulk bin Umair, Ya‟la bin
„Atha, Abdul Aziz bin Shuhaib, Sulaiman at-Taimi, Ismail bin Abi Khalid, Amar bin
Dinar, Ubaidullah bin Abi Bakar bin Anas.
5
Juz III, h. 670-671
10
Di antara muridnya adalah Malik bin Anas, Syu‟bah, ats-Tsauri, putranya Said
bin Husyaim, ibnu al-Mubarak, Waki‟, Muhammad bin Isa bin at-Thabba’, Yahya
bin Yahya.
Penilaian kritikus terhadapnya, al-Khalili berkata dia hafizh dan mutqin, ibnu
Hibban menyebunya dalam kelompok tsiqah dan dia juga berkata mudallas.6
Nama lengkapnya Abbad bin Rasyid at-Taimi. Di antara gurunya adalah Tsabit
al-Bunani, Hasan al-Bashri, Daud bin Abi Hindi, Said bin Khairah, Qatadah.
Di antara muridnya adalah Husyaim, Abu Razaq, Abu „Amir al-„Aqdi, ibnu al-
Nama lengkapnya Wahb bin Baqiyyah bin „Utsman bin Sabur bin „Ubaid bin
Adam bin Ziyad al-Wasithi, Abu Muhammad dikenal dengan Bawahban.
Di antara gurunya adalah Hammad bin Zaid, Ja‟far bin Sulaiman, Hasyim,
Sulaim bin al-Akhdhar, Abdul A‟la bin Abdul A‟la, Khalid bin Abdullah, Umar bin
Yunus, Basyir bin al-Mufadhdhal, Zaid bin Zurai‟, Abu Mu‟awiyah, Abu Khalid
alAhmar dan lain lain. Beliau lahir tahun 155 H dan meninggal tahun 239 H.
Di antara muridnya adalah Muslim, Abu Daud, Abu Zar‟ah ar-Razi, ibnu Abi
„Ashim, Baqi bin Makhlad, Hanbal bin Ishaq, Muhammad bi Ishaq as-Sarraj, dan
lain-lain.
6
Ibid., Juz IV, h. 281-282
7
Juz II, h. 276-277
Ibid.,
Ibid.,
11
Penilaian kritikus terhadapnya, Hasyim bin Martsad dari ibu Ma‟in berkata dia
orang yang tsiqah, Khatib berkata dia merupakan orang yang tsiqah, ibnu Hibban
menyebutnya dalam kelompok tsiqah.8
6) Khalid
Nama lengkapnya Khalid bin Abdillah bin Abd ar-Rahman bin Yazid
athThahhan, Abu al-Haitsam dan dikatakan juga Abu Muhammad al-Muzanni. Lahir
tahun 110 H dan wafat tahun 179 H.
Di antara gurunya adalah Ismail bin Abi Khalid, Bayan bin Bisyr, Humaid
athThawil, Sulaiman at-Taimi, Abi Thuwalah, Daud bin Abi Hindi, Abi Hayyan at-
Taimi, Yunus bin „Ubaid.
Di antara muridnya adalah Zaid bin Jubab, Abdurrahman bin Mahdi, Waki‟,
Yahya al-Qaththan, Affan, Amar bin „Aun, Qutaibah, dan lain-lain.
Khalid merupakan orang yang tsiqah, Abu Sa‟d dan an-Nasa‟i berkata dia orang
tsiqah, Abu Hatim berkata tsiqah.9
7) Daud Ibn’ Abi Hindin
Namanya Dinar bin Udzafir, dikatakan juga namanya Abu Bakar, Abu
Muhammad al-Bashri. Wafat tahun 139 H.
Di antara muridnya adalah Tsu‟bah, at-Tasuri, Salmah bin Alqamah, ibnu Juraij,
Hammadan, Wuhaib bin Khalid, Abdul Warits bin Sa‟id, Abdul A‟la bin Abdul A‟la,
dan lain-lain.
8
Juz IV, 328-329
9
Ibid., Juz I, h. 522-523
Ibid.,
Ibid.,
12
Nama lengkapnya Sa‟id bin Abi Khairah al-Bashri.11 Gurunya adalah al-Hasan
al-Bashri
Di antara muridnya adalah Daud bin Abi Hindi, ‘Abbad bin Rasyid, Said bin
Abi „Arubah.
9) Hasan
Nama lengkapnya al-Hasan bin Abi al-Hasan, Yasar al-Bashri. Ibunya bernama
Khairah yang merupakan budak dari Ummu Salamah. Beliau lahir tahun 21 H dan
wafat tahun 110 H.
Di antara gurunya adalah Ubai bin Ka‟ab, Sa‟ad bin Ubadah, Umar bin
Khattab,
Ammar bin Yasir, Abu Hurairah, Utsman bin Abi al-„Ash, Ma‟qil bin Sinan,
Utsman, Ali, Abi Musa, Abi Bakrah, Imaran bin Hushain, ibnu Umar, ibnu Abbas,
ibnu Amar bin al-„aSh, Mu‟awiyah, dan lain-lain.
Ayyub, Qatadah, Auf al-A‟rabi, Bakr bin Abdillah, Jarir bin Hazim, Sa‟id al-Jurairi,
10
Juz I, h. 572
11
Juz II, h. 15
12
Juz I, h. 388-389
Ibid.,
Ibid.,
13
Di antara gurunya adalah Rasulullah SAW, Abu Bakar, Umar, Fadhl bin Abbas
bin Abdil Muthalib, Ubay bin Ka‟ab, Usamah bin Zaid, Aisyah, Bashrah bin Abi
Bashrah al-Ghifari, dan Ka‟ab al-Ahbar.
Di antara muridnya adalah Ibnu Muharrar, ibn Abbas, Ibn Umar, Anas, Jabir,
Marwan bin Hakam, Qabishah bin Dzuaib, Said bin Musayyab, Salman al-Aghar,
Qais bin Abi Hazim, Abu Usamah bin Sahal, Abu Idris al-Khaulani, al-Hasan al-
Bashri, Said bin Amar bin Said al-„Ash, Sulaiman bin Yasar, dan lain-lain.13
Berdasarkan data biografi para perawi yang telah dipaparkan pada tabel di atas
dapat disimpulkan:
1) Hadis dengan jalur riwayat Abu Daud dapat dinilai bersambung dengan
beberapa sebab yakni: Pertama, dari segi umur antara satu perawi dengan
perawi lainnya terdapat jarak usia yang memungkinkan mereka untuk
13
Juz. IV, h. 601-602
Ibid.,
Ibid.,
14
bertemu. Kedua, dari segi hubungan antara guru dan murid nampak semua
perawi adalah guru dan murid bagi perawi lainnya. Berdasarkan fakta di atas
dapat dinyatakan bahwa jalur hadis tersebut bersambung.
2) Dari segi ke-‘adil-an dan ke-dhabit-an, para kritikus berbeda pendapat dalam
mengkritik Abbad bin Rasyid. Menurut al-Juzjani dari Ahmad berkata dia
merupakan syekh yang tsiqah, shaduq, salih, Ishaq bin Manshur dari Abi
Ma‟in berkata dia merupakan orang yang salih, tetapi ad-Dauqi dari ibnu
Ma‟in berkata dia dha’if, Abu Daud berkata dhaif, an-Nasa‟i berkata bukan
termasuk yang kuat (hapalan), Abu Hatim berkata Bukhari menyebutnya
dalam dhuafa, as-Saji berkata shaduq. Terdapat juga perbedaan penilaian
kritikus terhadap Husyaim, bahwa penilaian kritikus terhadapnya menurut
alKhalili berkata dia hafizh dan mutqin, namun ibnu Hibban menyebutnya
dalam kelompok tsiqah tetapi dia juga berkata mudallas. Selain dua tokoh
perawi yang telah disebutkan (Abbad bin Rasyid dan Husyaim) menurut
penilaian kritikus terhadap mereka adalah ‘adil dan dhabit.
2. Kritik Matan
Menurut Syuhudi, ada tiga langkah yang harus dilakukan dalam penelitian
matan, yaitu: Meneliti matan dengan melihat kualitas sanadnya, meneliti susunan lafal
berbagai matan yang semakna, dan meneliti kandungan matan.
Sebagaimana yang telah dijelaskan bahwa jalur sanad hadis yang diteliti yaitu
riwayat Imam Abu Daud yang berkualitas dhaif.
b. Meneliti susunan lafal berbagai matan yang memiliki makna yang sama
Berdasarkan hadis di atas, terdapat 3 hadis dari 3 kitab hadis yang berbeda yaitu
pada kitab Sunan Abu Daud, Sunan An-Nasa’i, dan Sunan Ibnu Majah. Di sini penulis
14
M. Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian ...., h. 85-87.
15
berusaha membandingkan matan hadis yang diriwayatkan oleh Abu Daud dari
Muhammad bin „Isa dan Wahab bin Baqiyyah.
ابو مِ ْن
ُ ص َ أ علَى
َ ََ ََي
َّ ليأ ِت ِللا ُ أ َ َّن ر
ِ س ْو َل
ََ ََْل ْ
فإن أ َك َل َّإال
بُ َُ ِار َِه ي بْ قَى أ َحد
َ َال ِ َّصلى هللا عليهالن
اس ز َمان أبو داود
يََ كُ ُلو
َ ب
َ ََالر
ِّ
وسلم قا َل
ابو مِ ْن
ُ ص َ أ على
َ ْ ََي
ت َ قَا َل َرسُ ْو ُل ِهللا
ََ ََْل فَ َم ْن َيَْ ََ كُ لون
َ
غُ بَار ِه - ِ َّصلى هللا عليهالن
اس ز َمان النسائي
يََ كُ ْل ُو
َ ََالرب
َ
وسلم
ْ ابو
ِمن ُ ص
َ أ ْ ي بْ قَى
ِمن َ َال على
َ ََ ََي
َّ ِليأت قَا َل َرسُ ْو ُل ِهللا
غبار َِه
ِ ََ ََْل فَ َم ْن ُه ْم أ َحد الناس زَ ََ مان
ِ
ََالرب
َ إالَّ آك ُل ابن ماجو
يََ كُ ْل
َ صلى هللا عليه
وسلم
seseorang ( )احدdan
Al Mustatsna minhu di buang () ُمنوف, Taqdirnya adalah : Tiada tersisa oleh seseorang
dari mereka baginya pensifatan, kecuali gambaran kondisi sebagai Pemakan Riba.
Yaitu sebuah ungkapan dari “ tersebarnya dikalangan manusia dengan sekira-kira
bahwasanya di saat itu telah memakan riba oleh setiap orang. من بُارهyaitu sampai
kepadanya oleh pengaruh riba
dengan kondisi boleh jadi sebagai saksi dalam perjanjian riba atau sebagai penulis
transaksi riba atau penyantap dari suguhan hasil riba yang ia makan atau menerima
sebuah hadiah dari hasil riba. Al-Qari mengatakan:
والمعنى أنو لو فرض أن أحدا سلم من حقيقتو َل يسلم من آثاره وإن قلت جدا
makna hadis bahwa seandainya ditetapkan ada orang yang selamat dari makan riba
secara hakiki, maka dia tidak akan bisa selamat dari pengaruh riba meskipun dan
engkau katakan sedikit sekali.
Hadis ini diriwayatkan juga oleh An-Nasai dan Ibnu Majah dan menyatakan
bahwa Hasan tidak mendengar langsung dari Abu Hurairah, maka hadisnya munqathi’
(terputus sanadnya).15
“Para guru kami berbeda pendapat mengenai status Hasan, apakah pernah
mendengar dari Abu Hurairah? Jika shahih beliau pernah mendengar dari Abu
Hurairah, maka hadis ini shahih”.
Jika kita mengambil kesimpulan, bahwa Hasan tidak mendengar dari Abu
Hurairah RA., berarti hadis ini sanadnya terputus. Sehingga termasuk kategori hadis
17
dha’if. Meskipun begitu kita tetap menghargai penilaian sebagian ulama yang
menshahihkan hadis ini, seperti ad-Dzahabi dan as-Suyuthi.
Selanjutnya, apa makna hadis ini jika statusnya shahih? Sebagian orang yang
masih memihak riba, mereka menjadikan penjelasan Al-Qari sebagai salah satu dalil
pendukungnya. Mereka beralasan, “jika semua orang tidak bisa lepas dari riba, tidak
perlu dipaksakan untuk menghindari riba. Masa sekarang ini sulit bahkan mustahil
menghindari riba. Jadi menikmati harta hasil riba tidak menyebabkan bermasalah
asalkan jangan riba yang tidak berlipat ganda.”
Kita menghargai pendapat ulama yang menilai hadis ini shahih, namun
menggunakan hadis ini sebagai dalil pembenar riba jelas tidak bisa diterima.
Berdasarkan potongan ayat dalam surah Al-Baqarah ayat 275 yang berbunyi:
15
Syaikh Muhammad Syams al-Haq Abadi, ‘Aunul Ma’bud ‘ala Syarh Sunan
Abi Daud, Juz 1, (Beirut: Daar Ibnu Hizm, 2005), h. 1522.
16
https://al-maktaba.org/book/11428/983, Abdullah bin Yusuf bin Muhammad
az-Zaila‟i, Nasburraayah Li Ahadist al-Hidayah, Juz 2, h. 476
﴾.... ۚ ََالرب
َ رم َ ََوأَ َح َّل َّال ُّل....
َ الب ي َع و َح َ ﴿
Ulama menjelaskan tentang hukum riba adalah haram. Riba tidaklah sama dengan jual
beli, meskipun sama-sama memiliki dan mendapatkan keuntungan dari keduanya,
namun transaksi Jual beli hukumnya halal, sedangkan riba adalah transaksi yang
diharamkan.
KESIMPULAN
Terdapat di tiga kitab dengan redaksi yang berbeda yaitu Sunan Abu Daud dan Sunan
Ibnu Majah.
18
DAFTAR PUSTAKA
Abi Daud Sulaiman bin Al-Asy‟ats As-Sijistani. Sunan Abi Daud. Riyadh: Bait al-
Afkar adDauliyyah.
Al-Hafidz Abi „Abdillah Muhammad bin Yazid Al-Qazwini, Sunan Ibnu Majah. Juz
2.
Libanon, Daru Ihya al-Kutub al-„Arabiyyah.
Abi Abdurrahman Ahmad bin Syu‟aib bin Ali An-Nasa‟i, Sunan An-Nasa’i, Riyadh:
Bait alAfkar ad-Dauliyyah.
Ismail, M. Syuhudi. Metode Penelitian Hadis Nabi. Jakarta: Bulan Bintang. 1992.
Ahmad bin Ali bin Hajar Syihabuddin al-Aqlani asy-Syafi‟i. Tahdzib at-tahdzib. Juz
2. Beirut: Muassasah ar-Risalah. 1996.
Syaikh Muhammad Syams al-Haq Abadi. ‘Aunul Ma’bud ‘ala Syarh Sunan Abi Daud.
Juz 1. Beirut: Daar Ibnu Hizm. 2005.