Anda di halaman 1dari 10

KEUTAMAAN BULAN SYABAN

DAN AMALAN AMALAN YANG DIANJURKAN

A. MUQODDIMAH

Sementara itu ada sebagian umat Islam yang mempunyai faham bahwa semua amaliyah di bulan
Syaban adalah bidah tidak boleh dilakukan apalagi yang hanya merupakan warisan dari zaman sebelum
Islam dan harus ditinggalkan.Bulan Syaban adalah bulan yang biasa oleh orang Indonesia khususnya orang
jawa disebut bulan Ruwah / arwah, karena di bulan itu mereka banyak melakukan kegiatan mendoakan para
arwah leluhurnya. Amalan tersebut sudah menjadi tradisi dan merupakan warisan sejak nenek moyang. Dan
ada pula amalan-amalan umat islam yang dilakukan di bulan Syaban, karena memang merupakan amalan
yang dianjurkan agama.

B. KEMULIAAN BULAN SYABAN

Bulan Syaban termasuk bulan yang mulia bagi umat Islam karena di bulan Syaban Allah memberikan
keutamaan-keutamaan untuk beribadah dan beramal sholeh serta banyak peristiwa-peristiwa penting yang
terjadi di bulan tersebut.

Firman Allah dalam QS. Ad Dukhon : 3 :


*
Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kamilah yang
memberi peringatan.

( pada suatu malam yang diberkahi) pada ayat tersebut, pengarang Tafsir Al Jalalain
Menafsiri
mengatakan :







( pada suatu malam yang diberkahi) adalah Lailatul Qodar atau malam
Yang dimaksud dengan
Nishfusy Syaban, pada malam itu Al Quran diturunkan dari Ummul Kitab di langit ke tujuh ke langit
dunia.[1]

Sementara Al Alusi dalam Tafsir Al Alusi (Ruhul Maani) mengatakan :

{ }

: .

.

Yaitu Lailatul Qodar sebagaimana diriwayatkan dari Ibnu Abbas, Qotadah, Ibnu Jubair, Mujahid, Ibnu
Zaid, dan Al Hasan. Ini adalah pendapat yang diikuti oleh kebanyakan mufassir dan kaum dhowahir
(tekstualis). Ikrimah dan sekelompok orang mengatakan : itu adalah malam Nishfusy Syaban. Dinamakan
juga Lailatur Rohman, Al Lailah Al Mubarokah, Lailatush Shokki, dan Lailatul Baroah. .[2]
Tentang keutaman bulan Syaban Nabi Muhammad SAW mengatakan:








) . ( .

Keutamaan bulan Syaban diatas semua bulan seperti keutamaanku di atas semua Nabi dan keutamaan
bulan Ramadhan di atas semua bulan seperti keutamaan Allah di atas semua hambaNya. (Durrotun
Nasihin, hlm. 208)

C. KEUTAMAAN DAN PERISTIWA-PERISTIWA PENTING DI BULAN SYABAN

I. Dilaporkannya amal manusia dalam setahun di hadapan Allah SWT (Laporan Amal Tahunan)

Dalam Hadist disebutkan bahwa ketika sahabat Usamah bin Zaid RA. bertanya tentang puasa di bulan
Syaban, maka Nabi bersabda :

:
-

: .
,
, ( .




)

Bulan Syaban adalah bulan yang dilupakan kebanyakan manusia karena bulan yang terletak diantara
bulan Rajab dan bulan Ramadhan. Padahal di bulan Syaban amal semua umat manusia (dalam setahun)
dilaporkan kepada Allah Robbul Alamin, maka Aku senang (berharap) ketika amalku itu dilaporkan di
waktu aku sedang berpuasa. [HR. An Nasai (2357) dalam Sunan An Nasai, Malik dalam Al
Muwaththo riwayat Muhammad bin Al Hasan (372), Ahmad (21801), Ibnu Abi Syaibah (9765), Al
Baihaqi dalam Syuabul Iman (3820), An Nasai dalam Sunan An Nasai Al Kubro (2666)]

Diriwayatkan pula dalam hadits yang lain Aisyah RA. mengatakan :



:
1868

.
( .



)

Adalah Rosululloh saw jika berpuasa sampai kami mengatakan tidak pernah berbuka, dan jika sedang
tidak berpuasa sampai kami mengatakan tidak pernah berpuasa. Aku tidak melihat Rosululloh saw,
menyempurnakan puasanya satu bulan penuh kecuali puasa di bulan Ramadhan dan aku tidak melihat di
suatu bulan yang paling banyak digunakan oleh Rosululloh untuk berpuasa kecuali di bulan Syaban.
[HR. Al Bukhari (1868), Muslim (1156), Abu Dawud (2434), Ahmad (24801), Ibnu Hibban (3648), Al
Baihaqi dalam Sunan Al Baihaqi Al Kubro (8245), An Nasai dalam Sunan An Nasai Al Kubro
(2660)]

Dari mafhum dua hadist tersebut dan hadits lainnya yang senada, Umat Islam banyak yang berlomba
untuk melakukan berbagai amal sholeh, ibadah dan banyak berdoa di bulan Syaban seperti berpuasa,
shalat-shalat sunat, mengeluarkan shadaqah, berziarah qubur, mengirim doa untuk keluarga yang sudah
meninggal dengan membaca Al-Quran, tahlil, dsb. Dengan harapan saat melakukan amalamal sholeh
tersebut saat itu pula dilaporkan kepada Allah SWT.

Hal ini sudah menjadi pengertian umat Islam, sehingga menjadi kebiasan umat Islam di bulan
Syaban melakukan kegiatan-kegiatan beramal shaleh apalagi menjelang bulan suci Ramadhan sekaligus
digunakan sebagai persiapan untuk melaksanakan kewajiban puasa Ramadhan dan amalan-amalan
lainnya.

DR. As Sayyid Muhammad bin Alawi Al Maliki Al Hasani, dalam kitabnya Maadzaa Fii
Syabaan ?[3] menambahkan bahwa dilaporkannya amal manusia kepada Allah selain di bulan
Syaban juga terjadi pada beberapa waktu, yaitu :

1) Laporan Harian

Di awal malam (waktu Ashar) untuk melaporkan amal siang hari, dan di awal siang hari (yakni
waktu Subuh) untuk melaporkan amal malam hari.

Hadist Nabi saw :

:

.


: .

.
)(
Berkumpul Malaikat (yang bertugas melaporkan catatan amal manusia) di siang hari dan Malaikat
(yang bertugas melaporkan catatan amal manusia) di malam hari di saat sholat Shubuh dan shalat
Ashar. Malaikat-malaikat tersebut bertemu di waktu Subuh, maka naiklah malaikat malam untuk
melapor kehadirat Allah SWT dan tetap tinggal malaikat siang. Demikian pula bertemu lagi
malaikat-malaikat tersebut di waktu Ashar. Kemudian naiklah malaikat siang (kehadirat Allah SWT)
dan tetap tinggal malaikat malam. Kemudian Allah bertanya kepada malaikat-malaikat tersebut (saat
melapor): Bagaimana hambaKu saat kalian tinggalkan dan saat kalian datang ? . Malaikat
menjawab : Saat kami datang mereka sedang sholat dan saat kami tinggalkan mereka juga sedang
sholat, maka ampunilah dosa-dosa mereka di akhirat. [HR. Ibnu Khuzaimah (322), dan Ahmad
(9140)]

2) Laporan mingguan pada setiap hari Senin dan Kamis.

Hadist Nabi saw dari sahabat Abu Hurairah ra bahwa Nabi saw bersabda :

) (


( .




)

Amal-amal manusia dilaporkan setiap hari Senin dan Kamis, pada hari itu Allah mengampuni dosa
orang-orang yang tidak mensekutukan Allah dengan sesuatu kecuali orang yang sedang bermusuhan
dengan saudaranya. Dikatakan : Tangguhkanlah untuk dua orang yang sedang bermusuhan ini
sampai keduanya berdamai. [HR. Muslim (2565), At Tirmidzi (747), Ahmad (7627), Ibnu Hibban
(3644), Ath Thobroni dalam Al Mujam Al Kabir (409), Al Baihaqi dalam Syuabul Iman (6627)]

II. Bulan Syaban adalah Bulan Perpindahan Qiblat

Perpindahan Qiblat shalat dari menghadap Baitul Muqoddas ke Kabah adalah hal yang sangat dinanti-
nanti oleh Rosululloh SAW agar segera turun ayat tentang perpindahan Qiblat tersebut Maka setelah 6
bulan Nabi berada di Madinah yakni hari Selasa Nifsu Syaban (pertengahan bulan Syaban) turunlah
Surat Al-Baqorah : 144 :






) :
(

Artinya : Sungguh Kami (Allah) sering melihat wajahmu menengadah ke langit maka sungguh Kami
akan memalingkan kamu ke Qiblat yang kamu sukai. Palingkanlah wajahmu ke Masjidil Haram, di
mana saja kamu berada palingkanlah wajahmu ke arahnya. (QS. Al Baqoroh : 144)

III. Bulan Syaban Adalah Bulan Shalawat Nabi

Di antara keistimewaan bulan Syaban adalah bulan diturunkannya ayat Shalawat Nabi yaitu firman
Allah :


(



) :

Sesungguhnya Allah dan Malaikat-MalaikatNya bershalawat untuk Nabi (Muhammad). Hai orang-
orang yang beriman bershalawatlah kalian untuk Nabi dan ucapkanlah salam peng hormatan untuk
dia. (QS. Al Ahzab : 56)

IV. Malam Nisfu Syaban

Di bulan Syaban terdapat suatu malam yang agung yang berkah dan mulia yakni malam Nishfu
Syaban (malam separo bulan Syaban). Di malam itu Allah membuka pintu rahmat dan maghfirah
untuk semua mahkluk serta mengabulkan untuk orang-orang yang berdoa.

Banyak Hadist-Hadist Nabi yang menerangkan tentang kemuliaan malam Nishfu Syaban antara
lain :

1. Hadits Aisyah ra, yang diriwayatkan oleh Al Baihaqi :


:
.

.
. , :



. :
.
, :
.
:
:

, : .
. :


. :
:






.

: : . :

.

) ,
(
:
Aisyah berkata :Rosululloh saw masuk mendatangiku lalu beliau meletakkan kedua pakaiannya,
tidak lama kemudian beliau berdiri dan memakainya kembali. (Melihat hal itu) perasaanku
terbakar oleh rasa cemburu yang sangat, aku menyangka bahwa beliau mendatangi salah satu dari
sahabat-sahabatku (istri-istri beliau) yang lain. Lalu akupun keluar menguntit beliau dari belakang.
Ternyata aku menjumpai beliau berada di pekuburan Baqi (Baqiil Ghorqod) sedang
memohonkan ampunan bagi kaum mukminin mukminat dan para syuhada. Aku berkata :Demi
Ayah dan ibuku, engkau memenuhi hajat kepada Tuhanmu, sedangkan aku mengikuti hajat
duniawi.

Akupun kemudian pulang dan masuk ke kamarku dengan nafas terengah-engah. Lalu Rosululloh
saw menyusulku, dan beliau berkata : Wahai Aisyah, ada apa dengan nafasmu ?.

Aisyah berkata : Demi Ayah dan ibuku, engkau mendatangiku lalu engkau letakkan kedua
pakaianmu, lalu tidak lama kemudian engkau berdiri dan memakainya kembali. (Melihat hal itu)
perasaanku terbakar oleh rasa cemburu yang sangat, aku menyangka bahwa engkau mendatangii
salah satu dari sahabat-sahabatku (istri-istrimu) yang lain, sampai aku melihatmu sedang berada di
Baqi sedang melakukan apa yang engkau lakukan.

Beliau bersabda : Wahai Aisyah, apakah engkau takut jika Allah dan Rosulnya berbuat dzolim
kepadamu ?. Telah datang kepadaku Jibril as dan berkata : Malam ini adalah malam Nishfu
Syaban, di mana Allah memerdekakan banyak orang dari siksa neraka, sebanyak bulu-bulu
kambing milik Bani Kalb[4]. Di malam ini Allah tidak memandang kepada orang musyrik, orang
yang bermusuhan, orang yang memutus tali persaudaraan, orang yang suka mencaci maki, orang
yang durhaka kepada kedua orang tuanya, dan orang yang biasa minum khomer.

Kemudian beliau meletakkan kedua pakaiannya dan berkata kepadaku : Wahai Aisyah, apakah
engkau mengizinkanku untuk qiyamullail pada malam ini ?.

Aku menjawab ;Ya, demi ayah dan ibuku.

Kemudian beliau sholat dan bersujud melewati malam yang panjang, sampai aku menyangka
bahwa beliau telah wafat. Lalu aku bangun mencari beliau dan aku letakkan tanganku di perut
telapak kakinya, ternyata bergerak-gerak. Akupun senang.

Aku mendengar dalam sujudnya beliau berkata : (Ya Allah) aku berlindung dengan maafMu dari
siksaMu dan aku berlindung dengan ridhoMu dari murkaMu, dan aku berlindung kepadaMu
dariMu, maha Agung WajahMu, aku tidak membatasi pujian kepadaMu, sebagaimana Engkau
memuji kepada Mu sendiri .

Ketika pagi tiba aku menyebut-nyebut doa itu di hadapan beliau. Lalu beliau bersabda:Wahai
Aisyah, engkau telah mempelajarinya?. Aku menjawab :Ya. Beliau bersabda : Pelajarilah dan
ajarkanlah kepada orang lain. Karena Jibril telah mengajarkan kepadaku dan memerintahkanku
untuk mengulang-ulangnya dalam sujud.

(Ini adalah Isnad yang dhoif dan hadits ini juga diriwayatkan dari jalur periwayatan yang lain,
demikian keterangan dalam kitab Syuabul Iman karya Al Baihaqi) [HR. Al Baihaqi dalam kitab
Syuabul Iman (3837)][5]

Juga hadits yang diriwayatkan Sayyidina Ali KRW, menceritakan bahwa Rosululloh SAW
bersabda:

:
:
.



: .
.
(
)

Ketika datang malam Nishfu Syaban maka sholatlah pada malamnya dan puasalah pada siang
harinya, sesungguhnya Allah Taala pada malam itu turun ke langit dunia pada saat terbenam
matahari sampai fajar, dan berfirmn : Barang siapa yang meminta kepadaKu akan Aku kabulkan
permohonannya, dan barang siapa minta ampun maka akan Aku ampuni dosanya, dan barang siapa
yang meminta rezeki maka akan Aku berikan rizki kepadanya. [H.R. Ibnu Majah dengan isnad
dhoif (1388)]

Hadist dari sahabat Muadz bin Jabbal, Nabi SAW bersabda :

:
-
: ( .


) ,

Allah mendatangi kepada semua mahkluknya di malam Nishfu Syaban untuk memberi ampunan
kepada semua mahkluknya, kecuali bagi orang yang musyrik dan orang yang bermusuhan. [HR.
Ibnu Hibban (5665), Ath Thobroni dalam Al Mujam Al Kabir (215), Al Baihaqi dalam Syuabul
Iman (3833 & 6628)]

Sahabat Atho bin Yasar R.A. meriwayatkan tidak ada satupun sesudah malam lailatul qodar
yang lebih utama kecuali malam Nishfu Syaban.

V. Menghidupkan Malam Nisfu Syaban

Dari hadits tersebut di atas dan masih banyak hadits-haditis lainnya menunjukkan bahwa malam
Nisfu Syaban adalah malam yang mulia. penting sekali bagi umat Islam untuk menghidupkan malam
Nisfu Syaban tersebut dengan memperbanyak beramal sholih seperti : sholat sunat, membaca Al
Quran, bershodaqoh, bertaubat, berdoa, dsb.

DR. As Sayyid Muhammad bin Alawi Al Maliki Al Hasani, dalam kitabnya Maadzaa Fii
Syabaan ? menyatakan :

.




,
,
.
Tidak ada doa tertentu dan khusus pada malam Nishfu Syaban (malam pertengahan bulan Syaban)
dari Rosululloh saw. Demikian pula tidak ada sholat tertentu dan khusus pada malam Nishfu Syaban.
Tetapi yang ada adalah targhib (anjuran) untuk menghidupkan malam itu secara mutlak, dengan doa
dan ibadah apa saja tanpa ditentukan. Maka barangsiapa yang membaca (Al Quran), berdoa,
bershodaqoh, dan melakukan amal ibadah apa saja yang mudah baginya, berarti dia telah
menghidupkan malam itu dan memperoleh pahala dengan hal itu, insya Allah.[6]

Dalam sebuah hadits yang bersumber dari Abdullah bin Umar RA, bahwa Nabi Muhammad
bersabda:

: :

) . ,4 : , .
(


Ada Lima malam yang doa tidak ditolak di dalamnya : (1) malam Jumat, (2) malam pertama di
bulan Rojab, (3) malam Nishfu Syaban (malam pertengahan bulan Syaban), (4&5) malam dua hari
Raya (malam Idul Fitri dan malam Idul Adlha). [Mushonnaf Abdirrozzaq (7927), Juz : 4, hlm. 317]

VI. Tradisi Umat Islam di Bulan Ruwah / Syaban

Kegiatan umat Islam Indonesia khususnya Jawa di bulan Syaban, sebagian umat Islam ada yang
melarangnya sebab hal tersebut dianggap banyak yang berbau syirik, karena kebanyakan merupakan
peninggalan agama sebelum Islam. Namun juga tidak dipungkiri bahwa mayoritas umat Islam masih
banyak melakukan. Bahkan mempertahankannya karena hal tersebut masih dianggap banyak
bermanfaat, selama diamalkan dengan cara yang tidak bertentangan dengan aqidah dan syariah Islam.
Sebab agama Islam tidak harus meninggalkan tradisi umat sebelumnya, ternyata banyak juga
tradisi jaman jahiliyah yang masih diteruskan di jaman Islam, yang kemudian sudah diisi dengan yang
sesuai aqidah dan syariah Islam. Seperti ibadah haji, menyantuni anak yatim, memuliakan tetangga,
dan menjamu tamu.

Hadits Nabi saw menceritakan bahwa Saib seorang sahabat Nabi yang baru saja masuk Islam,
diberi nasehat oleh Nabi saw :

:


, : :


: .

. :

) :(
,425 . ,3 : ,

Wahai Saib, perhaikan akhlaq yang biasa kamu lakukan ketika kamu masih dalam kejahiliyahan,
laksanakan pula ia dalam masa keIslaman, yaitu : jamulah tamu, muliakan anak yatim, dan berbuat
baiklah kepada tetangga.[HR. Ahmad (15539) dan Ibnu Amr Asy Syaibani dalam Al Ahad Wal
Matsani (692)]

Hal tersebut sesuai dengan kaidah fiqh:




Mempertahankan dan melestarikan tradisi-tradisi lama yang masih dianggap bagus, dan mengambil
hal- hal yang baru yang dianggap lebih bagus.

Tradisi/ kebiasaan tersebut antara lain:

a. Mengirim doa kepada para arwah dengan cara membaca Al Quran, Surah Yasin, membaca Tahlil,
dsb.

b. Berziarah Kubur ke makam keluarga, orang tua, para ulama, para wali, dan orang-orang yang telah
berjasa kepada kita.

c. Mengadakan acara selamatan, sodaqohan, pengajian haul, yang biasa disebut nyadran, dll.

Sebetulnya mengirim doa kepada para arwah dengan berbagai cara seperti tersebut diatas, juga
berziarah kubur apalagi untuk orang tuanya sendiri, tidak terbatas di bulan Syaban saja tetapi bulan
lain kapan saja, tetapi dalam kenyataannya tidak semua orang bisa melakukan dalam setiap harinya
dengan berbagai alasan, maka maka atas inisiatif para ulama penyiar agama Islam antara lain Sultan
Agung Hanyokro Kusumo (Raja Mataram) diadakan penjadwalan kegiatan-kegiatan yang berkaitan
dengan keagamaan dalam bulan-bulan tertentu, dan nama-nama bulannya pun dinamai dengan nama
yang sesuai dengan kegiatannya, sehingga umat Islam mudah mengingatnya dan melaksanakannya,
Seperti :
a) bulan Muharrom dalam kalender Hijriyah diganti bulan Suro, karena di bulan tersebut ada hari
Asyuro tepatnya tanggal 10 yang disunatkan untuk melakukan puasa pada hari itu, agar umat
Islam tidak lupa menjalankannya.

b) bulan Robiul Awal dalam kalender Hijriyah diganti bulan Mulud, karena di bulan tersebut terjadi
peristiwa maulid-nya (lahirnya) Nabi Muhammad SAW. Sehingga umat Islam teringat untuk
memperingatinya.

c) Demikian pula bulan Syaban, di kalender Hijriyah oleh Sultan Agung diganti bulan Ruwah
(arwah), supaya umat Islam teringat kepada arwah para leluhurnya, sehingga mau mengirim doa,
pahala amal sholeh, dan memintakan maghfiroh kepada Allah SWT atas dosa-dosanya dan mau
berzirah ke kuburnya, terutama yang di bulan-bulan sebelumnya tidak ada kesempatan.

d) Bulan Ramadhan diganti bulan Poso, supaya umat Islam teringat dan melakukan puasa.

Dalam hal ini sebetulnya Nabi SAW telah memberikan arahan dalam sebuah hadits :

: :

.
) ( . )(

Dari Buroidah ra berkata : Rosululloh saw saw bersabda :

Aku (dahulu) telah melarang kalian berziarah kubur (yang tidak sesuai dengan syariat Islam), (Aku)
Muhammad telah diberi izin untuk berziarah ke kubur ibunya, maka (sekarang) berziarah kuburlah
kamu sekalian (dengan cara-cara Islam), karena sesungguhnya ziarah kubur itu bisa mengingatkan
akherat. [HR. At Tirmidzi (1054), An Nasai (5652), Ahmad (1235), Al Hakim (1387), Ibnu Majah
(1571)]

Hadits Nabi riwayat Abu Hurairoh RA :

:
:

) ( .


Barang siapa berziarah Kubur kedua orang tuanya atau salah satunya setiap hari Jumat, maka Allah
akan mengampuni dosanya, dan sudah termasuk berbakti kepada kedua orang tuanya. [HR. Ath
Thobroni dalam Al Mujam Ash Shoghir (955), serta Al Baihaqi dalam Syuabul Iman (7901)]

Adapun tradisi umat Islam berziarah qubur setahun sekali yang oleh orang Jawa biasa disebut
Nyadran adalah kebiasaan yang sudah dicontohkan oleh Nabi sendiri yang setiap tahun (haul) beliau
berziarah qubur di makam para syuhada Uhud dan tentunya di makam syuhada lainnya.

Hadits Nabi SAW:

(



:

)

Dari Al Waqidi berkata : Adalah Rosululloh SAW setiap tahun (haul) berziarah ke makam para
Syuhada perang Uhud. (HR. Ibnu Hibban dalam Syarhush Shuduur)

kegiatan ini juga diteruskan oleh Kholifah Abu Bakar, Umar, dan Utsman.

Dari hadits ini kemudian umat Islam banyak melakukan ziarah qubur setidaknya setahun sekali
dan kebanyakan pada bulan Syaban (Ruwah) dan juga banyak mengadakan acara haul untuk
memperingati wafat seseorang / ulama setiap tahunnya.

VII. Kesimpulan :

1. Bulan Syaban adalah bulan barokah yang banyak fadhilahnya

2. Dianjurkan memperbanyak ibadah di Bulan Syaban, taqorrub kepada Allah, puasa, sholat,
shodaqoh, membaca Al Quran, ziarah kubur dan amal-amal sholih yang lain dengan tanpa
mengkhususkan ibadah tersebut.

3. Adapun niyat sholat Nishfusy Syaban, membaca Yasin, shodaqoh, dan lain-lain bukan
merupakan takhshish ibadah, tapi merupakan penunjukan waktu saja. Sholatnya adalah sholat
sunat muthlaq.

4. Kebiasaan yang biasa dilakukan pada bulan Syaban bukan merupakan pengkhususan tapi sekedar
pengagungan dan penjadwalan saja. Karena jika dikhususkan menjadi bidah madzmumah

Wallohu alam

[1] Lihat Tafsir Al Jalalain, karya Imam jalaluddin As Suyuthi dan Al Mahalli, Daru Ihya At Turots Al Arobi, hlm. 655, termuat
dalam CD At Tafsir wa Ulumul Quran (berbentuk CD), Syirkah Al Maarif Ad Dauliyyah, Jeddah, KSA

[2] Lihat Tafsir Al Alusi (Ruhul Maani), Daru Ihya At Turots Al Arobi, juz 52, hlm. 21, termuat dalam CD At Tafsir wa Ulumul
Quran

[3]Lihat kitab Maadzaa Fii Syabaan ?, karya DR. As Sayyid Muhammad bin Alawi Al Maliki Al Hasani, ,ttt,
cet. Pertama, tahun 1424 H, hlm. 11-17

[4]Bani Kalb adalah suku yang paling banyak anggotanya, atau paling banyak kambingnya (Maadzaa Fii
Syabaan ?, hlm. 67, catatan kaki nomor 1)

[5] Tentang riwayat doa dalam sujud dalam hadits tersebut banyak riwayat lain yang senada, di antaranya
terdapat dalam Sunan An Nasai (95534, hadits shohih), Sunan Ad Daruquthni (35), Syuabul Iman (3838),
Syarah Maanil Atsar (1304)

[6]Lihat Maadzaa Fii Syabaan ?, hlm. 100

Anda mungkin juga menyukai