“Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril
dengan izin Rabbnya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.” (QS.
Al-Qadr: 3-5)
An-Nakha’i mengatakan, “Amalan di lailatul qadar lebih baik dari amalan di 1000 bulan.” (Lihat Latha-if Al-Ma’arif,
hlm. 341).
Mujahid, Qatadah, dan ulama lainnya berpendapat bahwa yang dimaksud dengan lebih baik dari seribu bulan
adalah shalat dan amalan pada lailatul qadar lebih baik dari shalat dan puasa di 1000 bulan yang tidak terdapat
lailatul qadar. (Zaad Al-Masiir, 9:191).
ُ ﷲ ص لﻰ – َ ﱠ ِ َر
َسو ُل َكان ا َ ْل َع ْش ُر َد َخ َل ِإ َذا – وس لم علي ه-ي ْ َ أ: ير ا َ ْل َع ْش ُر
ُ ضانَ ِم ْن اَ ْﻷ َ ِخ َ ش ﱠد
َ ر َم- َ
ِ لَ ْيلَهُ َوأَﺣْ َيا, ظ
ُمئْزَ َره, َ َ– أ َ ْهلَهُ َوأ َ ْيق
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa ketika memasuki sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan, beliau
kencangkan sarungnya (bersungguh-sungguh dalam ibadah dengan meninggalkan istri-istrinya), menghidupkan
malam-malam tersebut dengan ibadah, dan membangunkan keluarganya untuk beribadah.” (HR. Bukhari, no.
2024 dan Muslim, no. 1174).
َ ظ ِه أَ َخ َذ فَقَ ْد ـ َج َما
َ َع ٍة ِفي َي ْعنِي ـ القَد ِْر لَ ْيلَة
ش ِه َد َم ْن ّ ِ ِم ْن َها ِب َﺣ
“Siapa yang menghadiri shalat berjamaah pada malam Lailatul Qadar, maka ia telah mengambil bagian dari
menghidupkan malam Lailatul Qadar tersebut.”
“Siapa yang menghadiri shalat ‘Isya’ dan shalat Shubuh pada malam Lailatul Qadar, maka ia telah mengambil
bagian dari malam tersebut.” Semua perkataan di atas diambil dari Latha-if Al-Ma’arif, hlm. 329.
Apa yang dikatakan oleh Imam Syafi’i dan ulama lainnya di atas sejalan dengan hadits dari ‘Utsman bin
‘Affan radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Catatan: Amalan kedua bisa dilakukan selama tidak dilarang berkumpul-kumpul di masjid seperti masa pandemi
saat ini.
Ibnu Hajar Al-‘Asqalani rahimahullah mengatakan bahwa yang dimaksud ‘iimaanan’ (karena iman) adalah
membenarkan janji Allah yaitu pahala yang diberikan (bagi orang yang menghidupkan malam tersebut).
Sedangkan ‘ihtisaaban’ bermakna mengharap pahala (dari sisi Allah), bukan karena mengharap lainnya yaitu
contohnya berbuat riya’. (Lihat Fath Al-Baari, 4:251)
Keempat: Mengamalkan doa pada malam Lailatul Qadar
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata, “Aku pernah bertanya pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
Moga kita mendapatkan keutamaan malam Lailatul Qadar dan dimudahkan beramal saleh di dalamnya.