Anda di halaman 1dari 17

A.

Pengertian shalat

Pengertian Sholat secara Bahasa


Pengertian secara bahasa, sholat berasal dari bahasa Arab yaitu shalla, yang berarti doa atau cara
berdoa untuk meminta permohonan kepada Allah SWT.

Sementara kata sholat atau salat dalam KBBI dideskripsikan sebagai ibadah kepada Allah SWT
dan wajib dilakukan setiap Muslim sesuai syarat, rukun, dan bacaan tertentu.

Makna dari pengertian sholat secara bahasa ini tertulis dalam arti Q.S. At-Taubah ayat 103,
dengan bunyi seperti berikut:

‫ك َس َك ٌن لَهُ ْم َوهَّللا ُ َس ِمي ٌع َعلِي ٌم‬ َ ‫صلِّ َعلَ ْي ِه ْم ِإ َّن‬


َ َ‫صاَل ت‬ َ ‫َو‬

Artinya: "Dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu menjadi ketenteraman jiwa
bagi mereka, dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui."

b. Pengertian Sholat secara Istilah


Melansir dari laman NU, secara istilah pengertian sholat adalah rangkaian ucapan yang diawali
dengan takbir dan diakhiri dengan salam.

Pengertian sholat secara istilah ini disampaikan Syekh Muhammad bin Qasim al-Gharabili dalam
kitab Fathul Qarib (Surabaya:Harisma, 2005) hal.11 dengan narasi berikut:

‫ مختتمةٌ بالتسليم ب َشرائطَ مخصوص ٍة‬،‫ أقوا ٌل وأفعال ُمفتَت َحةٌ بالتكبير‬:‫ كما قال الرافعي‬- ‫وشرعا‬

Artinya: "Dan secara istilah (syara') sebagaimana yang dikatakan oleh Imam Ar-Rofi'i, salat
adalah rangkaian ucapan dan perbuatan yang diawali takbir dan diakhiri dengan salam, serta
syarat-syarat yang telah ditentukan."

B. Dalil-dalil Sholat dalam Al Quran


Berikut 10 dalil-dalil sholat dalam Al Quran:
1. Surat Al Isra Ayat 78
‫ق اللَّ ْي ِل َوقُرْ آنَ ْالفَجْ ِر ۖ ِإ َّن قُرْ آنَ ْالفَجْ ِر َكانَ َم ْشهُودًا‬ َّ ‫َأقِ ِم ال‬
ِ ‫صاَل ةَ لِ ُدلُو‬
ِ ‫ك ال َّش ْم‬
ِ ‫س ِإلَ ٰى َغ َس‬

Artinya: "Dirikanlah sholat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan
(dirikanlah pula sholat) subuh. Sesungguhnya shalat subuh itu disaksikan (oleh malaikat)." (QS.
Al-Isra: 78).

2. Surat Hud Ayat 114


َ ِ‫ت ۚ ٰ َذل‬
َ‫ك ِذ ْك َر ٰى لِل َّذا ِك ِرين‬ ِ ‫ت ي ُْذ ِه ْبنَ ال َّسيَِّئا‬
ِ ‫ار َو ُزلَفًا ِمنَ اللَّ ْي ِل ۚ ِإ َّن ْال َح َسنَا‬ َّ ‫َوَأقِ ِم ال‬
ِ َ‫صاَل ةَ طَ َرفَ ِي النَّه‬

Artinya: "Dan dirikanlah sholat itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bahagian
permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan
(dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat." (QS
Hud: 114).

3. Surat An Nisa Ayat 103


ْ ‫اِ َّن الص َّٰلوةَ َكان‬
‫َت َعلَى ْال ُمْؤ ِمنِ ْينَ ِك ٰتبًا َّموْ قُوْ تًا‬

Artinya: "Sungguh, shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang
beriman." (QS. An Nisa: 103)

4. Surat Al Baqarah Ayat 43


َ‫َواَقِ ْي ُموا الص َّٰلوةَ َو ٰاتُوا ال َّز ٰكوةَ َوارْ َكعُوْ ا َم َع الرَّا ِك ِع ْين‬

Artinya: "Dan laksanakanlah salat, tunaikanlah zakat, dan rukuklah beserta orang yang rukuk."
(QS. Al Baqarah: 43)

5. Surat Al Baqarah Ayat 45


َ‫صب ِْر َوالص َّٰلو ِة ۗ َواِنَّهَا لَ َكبِي َْرةٌ اِاَّل َعلَى ْال ٰخ ِش ِع ْي ۙن‬
َّ ‫َوا ْستَ ِع ْينُوْ ا بِال‬

Artinya: "Dan mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan salat. Dan (salat) itu
sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk," (QS. Al Baqarah: 45)

6. Surat Al Baqarah Ayat 110


ِ َ‫صاَل ةَ َوآتُوا ال َّز َكاةَ ۚ َو َما تُقَ ِّد ُموا َأِل ْنفُ ِس ُك ْم ِم ْن خَ ي ٍْر ت َِجدُوهُ ِع ْن َد هَّللا ِ ۗ ِإ َّن هَّللا َ بِ َما تَ ْع َملُونَ ب‬
‫صي ٌر‬ َّ ‫َوَأقِي ُموا ال‬

Artinya: "Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Dan kebaikan apa saja yang kamu
usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahala nya pada sisi Allah. Sesungguhnya
Allah Maha Melihat apa-apa yang kamu kerjakan." (QS. Al Baqarah: 110)
7. Surat Ar Rum Ayat 17-18
ْ ُ‫ض َوع َِشيًّا َّو ِح ْينَ ت‬ ‫هّٰللا‬
١٨ - َ‫ظ ِهرُوْ ن‬ ِ ‫ َولَهُ ْال َح ْم ُد فِى السَّمٰ ٰو‬١٧ - َ‫فَ ُسب ْٰحنَ ِ ِح ْينَ تُ ْمسُوْ نَ َو ِح ْينَ تُصْ بِحُوْ ن‬
ِ ْ‫ت َوااْل َر‬

Artinya: "Maka bertasbihlah kepada Allah pada petang hari dan pada pagi hari (waktu subuh),
dan segala puji bagi-Nya baik di langit, di bumi, pada malam hari dan pada waktu zuhur (tengah
hari)." (QS. Ar-Rum: 17-18)

8. Surat Az Zariyat Ayat 56


َ ‫ت ْٱل ِج َّن َوٱِإْل‬
ِ ‫نس ِإاَّل لِيَ ْعبُد‬
‫ُون‬ ُ ‫َو َما خَ لَ ْق‬

Artinya: "Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi
kepada-Ku." (QS. Az Zariyat: 56)

9. Surat Al Hajj Ayat 78


ِ َّ‫ص ُموا بِاهَّلل ِ هُ َو َموْ اَل ُك ْم ۖ فَنِ ْع َم ْال َموْ لَ ٰى َونِ ْع َم الن‬
‫صي ُر‬ َّ ‫فََأقِي ُموا ال‬
ِ َ‫صاَل ةَ َوآتُوا ال َّز َكاةَ َوا ْعت‬

Artinya: "maka dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada tali
Allah. Dia adalah Pelindungmu, maka Dialah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong."
(QS. Al Hajj: 78)

10. Surat Al Bayyinah Ayat 5


َ ِ‫ص ْينَ لَهُ ال ِّد ْينَ ەۙ ُحنَفَ ۤا َء َويُقِ ْي ُموا الص َّٰلوةَ َويُْؤ تُوا ال َّز ٰكوةَ َو ٰذل‬
‫ك ِديْنُ ْالقَيِّ َم ۗ ِة‬ ‫هّٰللا‬
ِ ِ‫َو َمٓا اُ ِمر ُْٓوا اِاَّل لِيَ ْعبُدُوا َ ُم ْخل‬

Artinya: "Padahal mereka hanya diperintah menyembah Allah dengan ikhlas menaati-Nya
semata-mata karena (menjalankan) agama, dan juga agar melaksanakan sholat dan menunaikan
zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus (benar)." (QS. Al Bayyinah: 5)

Sahabat hikmah, itulah dalil perintah sholat dalam Al Quran, termasuk dalil kewajiban sholat
lima waktu. Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa sholat lima waktu akan menjadi juru selamat
kelak di hari kiamat. Diriwayatkan dari 'Abdullah bin 'Amr, Rasulullah bersabda:

ْ ِ‫َت لَهُ نُوراً َوبُرْ هَانا ً َونَ َجاةً يَوْ َم ْالقِيَا َم ِة َو َم ْن لَ ْم يُ َحاف‬
ٌ ‫ظ َعلَ ْيهَا لَ ْم يَ ُك ْن لَهُ نُو ٌر َوالَ بُرْ ه‬
‫َان َوالَ ن ََجاةٌ َو َكانَ يَوْ َم‬ ْ ‫َم ْن َحافَظَ َعلَ ْيهَا َكان‬
‫ُأ‬
ٍ َ‫ْالقِيَا َم ِة َم َع قَارُونَ َوفِرْ عَوْ نَ َوهَا َمانَ َو بَ ِّى ب ِْن خَ ل‬
‫ف‬

Artinya: "Siapa yang menjaga sholat lima waktu, baginya cahaya, bukti dan keselamatan pada
hari kiamat. Siapa yang tidak menjaganya, maka ia tidak mendapatkan cahaya, bukti, dan juga
tidak mendapat keselamatan. Pada hari kiamat, ia akan bersama Qorun, Fir'aun, Haman, dan
Ubay bin Kholaf." (HR. Ahmad)

C. Hukum meninggalkan shalat


Meninggalkan shalat  wajib semestinya tidak lagi dilakukan oleh masyarakat muslim. Mengingat
selain shalat wajib merupakan rukun dalam syariat Islam, ia juga sebagai tiang agama yang jika
ia baik, baik pula amalan lainnya. Muslim yang baik tentu akan selalu memperhatikan dan
menjaga shalatnya.

Allah ‘azza wajalla berfirman,

َ‫َواَقِ ْي ُموا الص َّٰلوةَ َو ٰاتُوا ال َّز ٰكوةَ َواَ ِط ْيعُوا ال َّرسُوْ َل لَ َعلَّ ُك ْم تُرْ َح ُموْ ن‬

“Dan laksanakanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan taatlah kepada Rasul (Muhammad), agar
kamu diberi rahmat.” (QS. An-Nūr: 56)

Namun, realitanya masih banyak kaum muslimin yang tidak memberi perhatian khusus terhadap
ibadah wajib satu ini. Masih banyak yang ringan hati meninggalkan shalat wajib, bahkan
terkadang tanpa merasa berkewajiban dan tanpa merasa bersalah.

Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata,

َّ ‫ َوِإ َّن آ ِخ ُر َما تَ ْفقِ ُدونَ ال‬،َ‫ِإ َّن َأ َّو َل َما تَ ْفقِ ُدونَ ِم ْن ِدينِ ُك ُم اَأل َمانَة‬
َ‫صالَة‬

“Sesungguhnya perkara agama yang pertama kali ditinggalkan adalah amanah, dan perkara
agama yang terakhir ditinggalkan adalah shalat.” (Syu’abul Iman, Imam al-Baihaqi no. 5273,
hlm. 4/325; Mushannaf Ibnu Abi Syaibah No. 36890, hlm. 12/316)

Mungkin kurangnya ilmu tentang akibat meninggalkan shalat wajib menjadi salah satu faktor
maraknya hal ini terjadi di kalangan kaum muslimin.

Belum lagi faktor lingkungan sosial dan perkembangan global dari segala seginya yang
terkadang membuat kaum muslimin terlena akan kewajiban shalat fardhu lima waktu ini.

4. Syarat wajib & sahnya shalat

Syarat wajib sholat adalah syarat-syarat yang menyebabkan seseorang wajib menjalankan sholat.
Syarat sah sholat antara lain:

1. Beragama Islam.
2. Dewasa (baligh)
3. Berakal sehat.
4. Suci dari haid dan nifas.
5. Telah sampai ajaran Islam kepadanya.

Syarat Sah Sholat


Syarat sah sholat adalah syarat yang harus dipenuhi sebelum menjalankan sholat sehingga sholat
seseorang menjadi sah. Syarat sah sholat meliputi:
1. Suci badan, pakaian. dan tempat salat dari najis.
2. Suci dari hadas. baik hadas besar maupun hadas kecil.
3. Menutup aurat.
o Aurat laki-laki adalah antara pusat dan lutut.
o Aurat perempuan adalah seluruh tubuh kecuali muka dan telapak tangan.
4. Telah masuk waktu salat.
5. Menghadap kiblat.

5.Waktu shalat wajib

1. Sholat Subuh
Waktu sholat subuh adalah saat ada cahaya putih yang memanjang di arah ufuk. Jumhur ulama’
berpendapat lebih utama saat ishfar (cahaya putih telah semakin terang). Dalilnya berasal dari
Anas bin Malik,

ٍ َ‫صالَةَ ْال َغدَا ِة بِ َغل‬


‫س‬ َ َ‫ ف‬، ‫َأ َّن َرسُو َل هَّللا ِ – صلى هللا عليه وسلم – َغ َزا َخ ْيبَ َر‬.
َ ‫صلَّ ْينَا ِع ْن َدهَا‬
“Sesungguhnya Rosulullah shallallahu ‘alaihi was sallam berperang pada perang Khoibar,
maka kami sholat ghodah (fajar) di Khoibar pada saat gholas” (HR. Bukhori No. 371, Muslim
No. 1365).
2. Sholat Dzuhur
Waktu sholat dzhuhur tertuang dalam hadits Jabir bin Samuroh rodhiyallahu ‘anhu,
ُ‫ت ال َّش ْمس‬ ُّ ‫صلِّى‬
َ ‫الظ ْه َر ِإ َذا َد َح‬
ِ ‫ض‬ َ ُ‫ ي‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫َكانَ النَّبِ ُّى‬
"Nabi Shollallahu ‘alaihi was sallam biasa mengerjakan sholat zhuhur ketika matahari telah
tergelincir” (HR. Muslim No. 618).
Disunnahkan untuk mengakhiri sholat dzuhur ketika matahari sedang bersinar terik atau saat
cuaca sudah sangat panas.
3. Sholat Ashar
Waktu sholat ashar diketahui dalam hadist berikut:
ُ‫ت ْال َعصْ ِر َما لَ ْم تَصْ فَ َّر ال َّش ْمس‬
ُ ‫ُر ْال َعصْ ُر َو َو ْق‬
ِ ‫ت ال َّش ْمسُ َو َكانَ ِظلُّ ال َّر ُج ِل َكطُولِ ِه َما لَ ْم يَحْ ض‬ ُّ ‫ت‬
ِ َ‫الظه ِْر ِإ َذا َزال‬ ُ ‫……و ْق‬.
َ
“Waktu Sholat Zhuhur adalah ketika telah tergelincir matahari (menuju arah tenggelamnya)
hingga bayangan seseorang sebagaimana tingginya selama belum masuk waktu ‘ashar dan
waktu ‘ashar masih tetap ada selama matahari belum menguning………” (HR. Muslim No.
612).
Disunnahkan untuk segera mengerjakan sholat sunnah saat matahari masih tinggi.
4. Sholat Maghrib
Waktu sholat maghrib adalah ketika matahari sudah tenggelam secara sempurna. Dalilnya adalah
hadits ‘Abdullah bin ‘Amr rodhiyallahu ‘anhu,
….ُ‫ب ال َّشفَق‬ ِ ‫صالَ ِة ْال َم ْغ ِر‬
ِ ‫ب َما لَ ْم يَ ِغ‬ ُ ‫… َو ْق‬..
َ ‫ت‬
“Waktu sholat maghrib adalah selama belum hilang sinar merah ketika matahari tenggelam”
(HR. Muslim No. 612).
5. Sholat Isya
Sholat Istya dikerjakan saat awal langit mulai gelap (setelah maghrib) hingga sepertiga malam
yang awal. Dalil yang meriwayatkan hal ini adalah hadits yang diriwayatkan oleh ‘Abdullah bin
‘Amr rodhiyallahu ‘anhu,
…‫ف اللَّي ِْل اَألوْ َس ِط‬
ِ ْ‫صالَ ِة ْال ِع َشا ِء ِإلَى نِص‬ ُ ‫…و ْق‬.
َ ‫ت‬ َ
“Waktu sholat ‘isya’ adalah hingga setengah malam” (HR. Muslim No. 612)

6.Rukun Shalat

1. Niat, dilafalkan di lisan, dimantapkan dalam hati. Lafadz niat sudah tercantum


pada artikel ini. Dilakukan bersamaan dengan mengangkat kedua tangan saat
takbiratul ihram.
2. Berdiri bagi yang mampu, dalam arti secara fisik sehat dan kuat, kakinya mampu
digunakan untuk berdiri. Jika tidak, maka ada urutan dari duduk, tidur miring,
telentang, hingga isyarat.
3. Takbiratul ihram, yakni ucapan takbir ‘Allahu Akbar’. Disunnahkan mengangkat
kedua tangan hingga sejajar telinga.
4. Membaca Al Fatihah di Setiap Raka’at. Adapun basmalah dalam fatihah
hukumnya sunnah.
5. Ruku’ dengan Thuma’ninah. Keadaan minimal ruku’ adalah dengan
membungkukkan badan dan tangan di lutut. Sedangkan paling optimal adalah dengan
posisi punggung ketika membungkuk begitu rata seakan mampu dijadikan tumpuan
papan. Thuma’ninah adalah berhenti sejenak secukupnya waktu untuk membaca
bacaan yang disunnahkan di setelah tiap rukun. Bacaan yang disunnahkan adalah :

‫ُس ْب َحانَ َربِّ َي ْال َع ِظي ِْم َوبِ َح ْم ِد ِه‬

6. I’tidal dengan Thuma’ninah. I’tidal adalah berdiri kembali setelah ruku’. Bacaan
yang disunnahkan adalah :
‫َربَّنَا َولَكَ ْال َح ْم ُد‬

7. Sujud dua kali dengan Thuma’ninah

‫ُس ْب َحانَ َربِّ َي اَأْل ْعلَ َى َوبِ َح ْم ِد ِه‬

8. Duduk di antara dua sujud dengan Thuma’ninah

‫َربِّ ا ْغفِرْ لِ ْي َوارْ َح ْمنِي َواجْ بُرْ نِي وارْ فَ ْعنِي َوارْ ُز ْقنِي َوا ْه ِدنِي َوعَافِنِي َواعْفُ َعنِّي‬

9. Duduk Tasyahud akhir, duduk tasyahud akhir ini dengan posisi duduk tawarruk.
10. Membaca Tasyahud akhir, Berikut bacaan tasyahud akhir :
ِ ‫ ال َّسالَ ُم َعلَ ْينَا َو َعلَى ِعبَا ِد هَّللا‬، ُ‫ك َأيُّهَا النَّبِ ُّى َو َرحْ َمةُ هَّللا ِ َوبَ َر َكاتُه‬ ُ َ‫ات َوالطَّيِّب‬
َ ‫ ال َّسالَ ُم َعلَ ْي‬، ‫ات‬ َّ ‫َّات هَّلِل ِ َوال‬
ُ ‫صلَ َو‬ ُ ‫التَّ ِحي‬

ُ‫ َأ ْشهَ ُد َأ ْن الَ ِإلَهَ ِإالَّ هَّللا ُ َوَأ ْشهَ ُد َأ َّن ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َرسُولُه‬، َ‫الصَّالِ ِحين‬

7.Sesuatu yang membtalkan shalat

1. Berbicara dengan sengaja yang memakai kalimat untuk berbincang-bincang dengan


orang lain, meski itu yang ada hubungannya dengan kemashlahatan shalat seperti
mengingatkan kesalahan jumlah rakaat atau bacaan imam shalat dengan kata-kata
yang menyebutkan bilangan rakaat atau yang biasa untuk berbincang.
2. Bergerak tiga gerakan berturut-turut yang menyebabkan sebagian besar anggota tubuh
ikut bergerak, baik sengaja maupun tidak seperti melangkahkan kaki tiga kali. Adapun
gerakan yang sedikit (semisal menggerakkan jari karena digigit nyamuk) maka tidak
membatalkan shalat kecuali apabila gerakan ini dari jenisnya shalat seperti menambah
ruku’ dengan sengaja, maka hal ini membatalkan shalat. Gerakan yang sedikit juga
akan membatalkan shalat apabila dengan niat bermain-main.
3. Berhadats, baik hadats kecil maupun hadats besar sebelum melakukan salam yang
pertama.
4. Terkena najis yang tidak dima’fu. Apabila sesesorang sedang shalat kemudian terkena
najis pada anggota badan atau bajunya, sedang najis tersebut menetap, maka shalatnya
menjadi batal.
5. Terbukanya aurat dengan sengaja, maka batal shalatnya. Adapun bila terbukanya
karena angin atau dibuka oleh hewan, kemudian orang yang shalat tersebut dapat
menutup seketika maka tidak sampai membatalkan shalat.
6. Berubah niat dalam hati maka membatalkan shalat, seperti mengganti niat dari shalat
dzuhur menjadi shalat ashar, atau berubah niat dengan itikad menghentikan shalat di
tengah shalatnya, atau ragu-ragu antara menghentikan shalat atau mene-
ruskannya, atau menggantungkan niat pada sesuatu (misalnya: niat menghenti-kan
shalat jika hujan turun).
7. Mengubah arah dari menghadap kiblat, seperti membelakangi kiblat atau
menyerongnya dengan sengaja maka membatalkan shalat.
8. Masuknya makanan ke perut walaupun hanya sedikit, maka shalatnya tetap batal.
9. Masuknya minuman ke rongga perut, maka shalatnya juga batal.
10. Tertawa terbahak-bahak, yakni tertawa yang bersuara. Tertawa  membatalkan shalat
adalah apabila mengandung dua huruf atau satu huruf yang memahamkan.
11. Murtad, yakni keluar dari agama islam, murtad ada kalanya Qoulun,
Fi’lun atau ‘Azmun.

8.kesunahan dan kemakruhan dalam shalat


3. Hal-hal yang disunnahkan dalam shalat
Berdasarkan disunahkan untuk menggantinya dengan sujud sahwi atau tidak, sunnah dalam
shalat terbagi menjadi dua, yaitu sunnah ab’adl dan sunnah hai’at.
a. Sunnah  Ab’adl
Sunnah Ab’adl ialah sunnah dalam shalat yang apabila ditinggalkan karena lupa maka orang
tersebut disunnahkan untuk melaksanakan sujud sahwi. Adapun pelaksanaanya, sujud sahwi
dilaksanakan sebelum salam.
Sunnah-sunnah yang termasuk sunnah ab’adl secara ijmal atau global ada tujuh, namun secara
rinci ada dua puluh. Berikut akan kami sebutkan sunnah-sunnah yang termasuk sunnah ab’adl
secara global. Dalam Syarh Kāsyifatu as-Sajā ‘alā Safinatu an-Naja disebutkan :
‫ير‬ÂÂ‫هد األخ‬ÂÂ‫الة على األل في التش‬ÂÂ‫ه و الص‬ÂÂ‫أبعاض الصالة سبعة التشهد األول وقعوده والصالة على النبي صلى هللا عليه وسلم في‬
‫والقنوت وقيامه والصالة والسالم على النبي صلى هللا عليه وسلم وأله و صحبه فيه‬ 
Terjemahan:
(Sunnah) Ab’adl dalam shalat ada tujuh, yaitu tasyahhud awal, duduk tasyahhud awal, membaca
shalawat Nabi pada tasyahhud awal, membaca Sshalawat Ali pada tasyahhu akhir, membaca doa
qunut, berdiri pada waktu membaca doa qunut, membaca shalawat atas Nabi, para keluarga, dan
sahabat-sahabatnya.
Adapun perinciannya adalah sebagai berikut :
(1) Membaca tasyahhud awal
Para fuqaha sepakat bahwa duduk dan membaca tasyahhud awal itu hukumnya sunnah. Adapun
redaksi tasyahhud menurut Syafai’iiyah sebagai berikut,
.‫الحين‬Â‫اد هللا الص‬ÂÂ‫ا و على عب‬ÂÂ‫الم علين‬ÂÂ‫ الس‬.‫ه‬ÂÂ‫ة هللا وبركات‬ÂÂ‫بي ورحم‬ÂÂ‫ السالم عليك أيها الن‬.‫التحيات المباكاتا الصلوات الطيبات هلل‬
‫أشهد أن ال إله إال هللا و أشهد أن محمدا رسول هللا‬. 
(2) Duduk pada saat membaca tasyahhud awal
Seperti yang telah disebutkan di atas bahwa hukumnya adalah sunnah.
(3) Shalawat atas Nabi Muhammad SAW dalam tasyahhud awal
Kalau ia meninggalkan tasyahhud awal dan shalawat kepada Nabi saw pada tasyahhud awal
karena lupa niscaya tiada ia harus mengulanginya, tetapi dia harus mengerjakan dua sujud sahwi
karena meninggalkannnya. 
(4) Shalawat ali (Shalawat atas keluarga Nabi) pada tasyahhud akhir
(5) Membaca doa Qunut dalam Shalat Subuh
Rasulullah saw pernah berdiam diri di rumah selama sebulan untuk mendoakan celaka bagi
orang-orang kafir, dan mendoakan bagi keselamatan kaum muslimin yang tertindas. Dan bahwa
ruku’ itu dibaca sesudah ruku’ pada raat yang terakhir. Demikian pendapat para Khulafaur
rasyidin, Imam Asy-Syafi’i, dan Ibnu Habib dari Madzhab Maliki. 
( 6) Berdiri ketika membaca Qunut
(7) Membaca shalawat dan salam atas Nabi dalam doa Qunut

b. Sunnah Hai’at

Madzhab Syafi’iyyah mendifinisikan sunnah hai’at sebagai segala sesuatu (perbuatan) yang
bukan termasuk kedalam rukun shalat dan bukan pula termasuk dalam Sunnah Ab’ad-lnya
shalat. 
Adapun yang termasuk Sunnah Hai’at dalam shalat adalah sebagai berikut  :
(1) Mengangkat kedua tangan ketika takbiratul ikhram, ketika hendak   ruku’, dan ketika bangun
dari ruku’
Menurut Syafi’iyyah disunnahkan untuk mengankat kedua tangan dalam empat tempat, yaitu :
‫ يسن رفع اليدين في أربعة مواضع عند تكبيرة اإلحرام و عند الركوع و عند اإلعتدال و عند القيام من التشهد األول‬ 
Terjemahan :
Disunnahkan untuk mengangkat kedua tangan dalam empat tempat, yaitu pada waktu takbiratul
ikhram, ketika hendak ruku’, ketika i’tidal (bangun dari ruku’) dan ketika bangkit dari tasyahhud
awal.
(2) Meletakkan telapak tangan kanan diatas telapak tangan kiri ketika berdiri
Mengenai tata cara pelaksanaanya, Syafi’iyyah berpendapat bahwa sunnah bagi laki-laki dan
perempuan untuk meletakkan bathin telapak tangan kanan diatas punggung telapak tangan kiri
dibawah dadanya diatas pusarnya sekira condong ke arah kiri. 
(3) Tawajjuh (membaca doa iftitah)
Doa iftitah atau tawajjuh menurut Syafi’iyyah adalah  doa yang dibaca oleh orang yang shalat
setelah melakukah takbiratul ikhram, yang mana bacaannya adalah :
‫اتي هلل رب‬ÂÂ‫اي و مم‬ÂÂ‫كي ومحي‬ÂÂ‫التي و نس‬ÂÂ‫ إن ص‬.‫وجهت وجهي للذي فطر السموت و االرض حنيفا مسلما وما انا من المشركين‬
‫ ال شريك له و بذلك أمرت وأنا من المسلمين‬.‫العالمين‬. 
(4) Membaca ta’awudz
Membaca ta’awudz disunnahkan dalam setiap rakaat dari beberapa rakaat, dan bentuk bacaan
yang paling afdlal adalah 
‫أعو ذ باهلل من الشيطان الرجيم‬ 
(5) Men-jahr-kan bacaan pada tempatnya dan men-sirr-kan bacaan   pada tempatnya
Ulama Syafi’iyyah berkata, disunnahkan membaca denagn suara keras pada shalat Idul Fitri dan
Idul Adha, shalat gerhana bulan, shalat  istisqa’, shalat Tarawih, Witir Ramadhan, dan dua rakaat
setelah thawaf baik malam maupun waktu subuh.  
(6) Membaca amin setelah Surah Al-Fatihah
Pengucapan amin dilakukan dengan suara keras dalam shalat-shalat jahriyyah, dan dilakukan
dengan suara rendah atau pelan dalam shalat-shalat sirriyyah.  
(7) Membaca suratan setelah membaca Al-Fatihah pada dua rakaat pertama
Jumhur ulama berpendapat bahwa hal ini merupakan sunnah shalat. Adapun mengenai
bacaannya, sesuai dengan bacaan surah Al-Fatihah. Artinya jika pada shalat jahriyyah, maka
suraj atau ayat juga dibaca dengan suara keras.  Selain itu juga diutamakan memanjangkan surah
pada rakaat yang pertama dibanding rakaat yang kedua.
Ulama Syafi’iyyah berkata, disunnahkan membaca denagn suara keras pada shalat Idul Fitri dan
Idul Adha, shalat gerhana bulan, shalat  istisqa’, shalat Tarawih, Witir Ramadhan, dan dua rakaat
setelah thawaf baik malam maupun waktu subuh. 
(8) Membaca takbir ketika ketika naik dan turun
Membaca takbir tiap kali hendak ruku’ dan bangkit dari selain ruku’,  kecuali takbiratul ikhram
karena hukumnya fardlu.
(9) Membaca doa i’tidal (tasmi’ dan tahmid)
Syafi’iyyah mensunnhakan untuk menggabungkan pembacaan tasmi’ dan tahmid ketika bangun
dari ruku’ baik bagi imam makmum, maupun orang yang shalat sendirian. Adapun bacaan tasmi’
dan tahmid adalah :
‫ ربنا لك الحمد‬, ‫سمع هللا لمن حمده‬
Bagi imam disunnahkan jahr sedangkan bagi makmum disunnahkan sirr. 
(10) Membaca tasbih ketika ruku’ 
Membaca tasbih sebanyak tiga kali dalam ruku’ ….  dengan tambahan  wabihamdihi sebagai
penyempurna.
(11) Membaca tasbih ketika sujud
Membaca tasbih dalam sujud sebanyak tiga kali, Subhaana Rabbiyal A’laa”  dengan tambahan
wabihamdih sebagai penyempurna.
(12) Meletakkan kedua tangan diatas kedua paha ketika duduk 
Meletakkan kedua tangan pada kedua paha dengan mengegnggam jari-jari tangan kanan, kecuali
jari telunjuk yang akan digunakan sebagai isyarat ketika akan mengucapkan illallah, namun
tanpa mengerak-gerakkannya.  Adapun jari-jari tnagn kiri, posisinya lurus merapat. 
(13) Duduk iftirasy pada semua duduk kecuali duduk tasyahhud akhir
Duduk iftirasy dalam duduk antara dua sujud dan duduk tasyahhud awal, yaitu dengan
menduduki kaki kiri dan menegakkan kaki kanan.  Hikmah duduk iftirasy adalah untuk lebih
memudahkan dalam bergerak. 
(14) Duduk tawarruk pada waktu tasyahhud akhir
Duduk tawarruk pada tasyahhud akhir, yaitu dengan menempelkan pinggul sebelah kiri pada
lantai dan menegakkan kaki kanan, 
(15) Membaca salam yang kedua disertai niat keluar dari shalat. Apabila niat keluar dari shalat
pada saat salam yang pertama maka tidak mendapat sunnah. 
.
2. Hal-hal yang dimakruhkan dalam shalat

Adapun hal-hal yang dimakruhkan dalam shalat sangat banyak. Karena keterbatasan
kemampuan kami, maka disini kami hanya akan memaparkan beberapa hal yang dimakruhkan
sesuai Madzhab Syafi’iyyah. secara umum, makruh hukumnya bagi yang shalat meninggalkan
sunnah-sunnah yang telah disebutkan.  Adapun diantara hal-hal lain yang dimakruhkan dalam
shalat adalah  :
1. Mempermainkan baju atau badan, kecuali jika memang kondisinya mendesak maka tidak
makruh
2. Menoleh ke kanan dan ke kiri tanpa ada sesuatu yang penting
3. Terlalu cepat melaksanakan shalat
4. Mempermainkan jari ketika shalat
5. Mengarahkan pandangan ke atas langit
6. Memfokuskan pandangan pada sesuatu yang menarik yang melalaikan diri
7. Menutup rapat mulut dan menggantungkan surban (sadl )
8. Shalat ketika hidangan telah tersedia
9. Shalat dalam keadaan menahan dua hadats (kencing dan berak) yang akan
menghilangkan kekhusyu’an
10. Shalat dalam kondisi sangat mengantuk
11. Shalat di tempat pembuangan sampah, tempat penyembelihan hewan, di tengah jalan,
kandang onta, dan kuburan

9.hukum mengqodho shalat

Hukum mengqodho sholat fardhu yang terlewat adalah wajib, hal ini seperti dijelaskan pada
hadis berikut ini. " Sesungguhnya ketiduran bukan termasuk menyia-nyiakan sholat. Yang
disebut menyia-nyiakan sholat adalah mereka yang menunda sholat, hingga masuk waktu sholat
berikutnya.

10.hikmah shalat

Mengutip buku Fiqh Ibadah oleh Zaenal Abidin dan Kitab Lengkap Panduan Sholat oleh
Khalilurrahman Al-Mahfani dan Abdurrahim Hamdi, berikut hikmah sholat untuk kehidupan di
dunia dan akhirat,

*Meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah SWT.


*Memberikan ketenangan dalam diri baik lahir maupun batin.
*Mendapatkan kecintaan kepada Allah SWT.
*Mencegah perbuatan keji dan mungkar.
*Sholat akan menyucikan dan membersihkan jiwa.
*Sholat merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang melebihi segala-galanya, sebab
tabiat manusia adalah lemah dan membutuhkan Allah SWT.
*Memberikan ketentraman dan mendamaikan serta menjadikan seseorang merasakan
kenikmatan hakiki yang tidak akan ia dapati selain dari padanya.
*Dapat meringankan seseorang untuk melakukan berbagai kebajikan dan meninggalkan
menungkaran.
*Dapat menghibur seseorang ketika dilanda musibah dan meringankan beban penderitaan saat
sudah dan mengalami rasa sakit.
*Seorang hamba dengan ibadahnya kepada Rabbnya dapat membebaskan dirinya dari belenggu
penghambaan kepada makhluk, ketergantungan, harap, dan rasa cemas kepada mereka.
*Hikmah atau keutamaan terbesar dari ibadah sholat adalah merupakan sebab utama untuk
meraih ridha Allah SWT.

11.praktik shalat
diawali niat dan diakhiri dengan salam

1. Niat sholat wajib

Sebelum melakukan sholat wajib, berikut ini adalah niat sholat yang harus dibaca: 

Sholat Subuh

“Ushalli fardhas subhi rak’ataini mustqbilal qiblati adaa-an (ma’mumam/imaaman) lillaahi


ta’aalaa. Allaahu akbar.”

Sholat Dzuhur

“Ushalli fardhadz dzuhri arba’a raka’aatin mustqbilal qiblati adaa-an (ma’mumam/imaaman)


lillaahi ta’aalaa. Allaahu akbar.”

Sholat Ashar

“Ushalli fardhal ashri arba’a raka’aatin mustqbilal qiblati adaa-an (ma’mumam/imaaman) lillaahi
ta’aalaa. Allaahu akbar.”

Sholat Maghrib

“Ushalli fardhal maghribi salasa’ raka’aatin mustqbilal qiblati adaa-an (ma’mumam/imaaman)


lillaahi ta’aalaa. Allaahu akbar.”

Sholat Isya

“Ushalli fardhal ‘Isyaa-i raka’aatin mustqbilal qiblati adaa-an (ma’mumam/imaaman) lillaahi


ta’aalaa. Allaahu akbar.”

2. Takbiratul Ihram

Takbiratul Ihram dilakukan setelah membaca niat yaitu dengan mengangkat kedua tangan sejajar
dengan telinga untuk laki-laki, dan sejajar dengan dada untuk perempuan, sambil membaca:

“Allaahu akbar”

Kemudian kedua tangan disedekapkan pada dada dan membaca do’a iftitah:
“Kabiiraa wal hamdu lillaahi katsiiraa wasubhaanallaahi bukrataw waashiilaa. Innii wajjahtu
wajhiya lilladzii fatharas samaawaati wal ardha haniifam muslimaw wamaa ana minal
musyrikiin. Inna shalaatii wanusukii wamahyaaya wamamaatii lillaahirabbil ‘aalamiin. Laa
syariika lahuu wa bidzaalika umirtu wa ana minal muslimiin.”

Dilanjutkan dengan membaca surat Al-Fatihah:

“Bismillaahir rahmaanir rahiim. Alhamdu lillaahi rabbil ‘aalamiin. Arrahmaanir rahiim.


Maalikiyaumiddiin. Iyyaaka na’budu waiyyaaka nasta’iinu. Ihdinash shiraathal mustaqiim.
Shiraathal ladziina an’amta ‘alaihim ghairil maghdhuubi ‘alaihim waladhdhaalliin. Aamiin.”

Dilanjutkan dengan membaca salah satu surah pendek atau ayat-ayat dalam Al-Qur’an.

3. Ruku’

Setelah selesai membaca surat Al-Fatihah dan surat pendek, tata cara sholat wajib selanjutnya
adalah ruku’. Kedua tangan diangkat setinggi telinga dan membaca Allaahu akbar, kemudian
badan dibungkukkan, kedua tangan memegang lutut dan  ditekankan. Usahakan antara punggung
dan kepala supaya rata. Setelah sempurna, kemudian membaca do’a berikut sebanyak tiga kali:

“Subhaana rabbiyal ‘adziimi wa bihamdih”. (3x)

4. I'tidal

Setelah ruku’, kemudian bangkit tegak dengan mengangkat kedua tangan setinggi telinga sambil
membaca:

“Sami’allaahu liman hamidah.”

“Rabbanaa lakal hamdu mil’us samaawati wa mil ‘ulardhi wa mil ‘umaasyi’ta min syai’in
ba’du.”

5. Sujud

Selesai I’tidal lalu sujud dengan meletakkan dahi di alas shalat. Ketika turun, yaitu dari berdiri
i’tidal ke sujud sambil membaca “Allahuu akbar”. Dan saat sujud membaca tasbih sebanyak tiga
kali:

“Subhaana rabbiyal a‘laa wa bihamdih.” (3x)


Setelah sujud, lakukan duduk di antara dua Sujud dan membaca:

“Rabbighfirlii warhamnii wajburnii warfa’nii warzuqnii wahdinii wa’aafinii wa’fu ‘annii.”

6. Sujud Kedua

Sujud kedua, ketiga, dan keempat dikerjakan seperti sujud pertama baik cara maupun bacaannya.
Setelah sujud kedua, berdiri dan melakukan raka’at kedua dengan tata cara sama seperti raka’at
pertama namun tanpa membaca do’a Iftitah. Sesudahnya, membaca surat Al-Fatihah, surat
pendek, melakukan ruku’, I’tidal dan kemudian sujud untuk raka’at kedua.

7. Tasyahud Awal

Tasyahud Awal dilakukan pada raka’at kedua (kecuali shalat Subuh) setelah sujud yang kedua
yaitu dengan duduk membentuk tasyahud awal dengan sikap kaki kanan tegak dan kaki kiri
diduduki sambil membaca tasyahud awal:

“Attahiyyaatul mubaarakaatush shalawatuth thayyibaatu lillaah. Assalaamu ‘alaika ayyuhan


nabiyyu warahmatullaahi wabarakaatuh. Assalaamu ‘alainaa wa ‘alaa ‘ibadadillaahish shaalihiin.
Asyhadu allaa ilaaha illallaah. Wa asyhadu anna muhammadar rasuulullaah. Allaahumma shalli
‘alaa sayyidinaa muhammad.”

8. Tahiyatul Akhir

Selesai tasyahud Awal, berdiri kembali dengan mengangkat kedua tangan setinggi telinga sambil
membaca Allaahu akbar untuk mengerjakan raka’at ketiga. Tata cara sama seperti raka’at kedua
namun tanpa membaca surat pendek. 

Selesai raka’at ketiga, langsung mengerjakan raka’at keempat. Tata cara raka’at keempat sama
seperti raka’at kedua namun tanpa membaca surat pendek. Kemudian setelah sujud terakhir,
dilakukan tahiyatul akhir dengan duduk kaki bersilang (tawarruk) serta membaca:

“attahiyaatul mubaarakaatush shalawaa-tuth thayy1baatu lillaah. assalaamu alaika ayyuhan


nabiyyu warahmatullaahi wabarakaatuh. assalaamualainaa wa’alaa `ibaadillaahish shaalihhn.
asy-hadu al laa ilaaha illallaah, wa asyhaduanna muhammadar rasuulullaah. allaahumma shalli
alaa sayyidinaa muhammad. wa alaa aali sayyidinaa muhammad. kama shallaita ‘alaa
sayyidinaaibraahiim. wa’alaa aali sayyidinaa ibraahiim wabaarik-‘alaa sayyidinaa muhammad
wa-‘alaa aali sayyidinaa muhammad. kamaa baarakta alaa sayyidinaa ibraahiim. wa ‘alaa aali
sayyidinaa ibraahiim fil’aala miina innaka hamiidum majiid.”
9. Salam

Selesai Tahiyatul Akhir, lakukan salam dengan menengok ke kanan dan ke kiri bergantian
sambil membaca:

“Assalaamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh.”

Demikian rangkuman tata cara sholat wajib yang dapat Anda bagikan ke kerabat maupun teman.
Usahakan untuk mengerjakan sholat di awal waktu, ya

B.Sholat sunnah

A pengertian shalat sunnah

Sholat sunnah adalah semua jenis sholat yang dikerjakan diluar sholat fardhu (Isya, Shubuh,
Dzuhur, Ashar, Maghrib). Sholat sunnah disebut dengan sholat nawaafli atau sholat naafilah.

Sholat sunnah menjadi pelengkap dari sholat fardhu, yang artinya pahala sholat sunnah dihitung
sebagai pelengkapsholat fardhu. Jika dicontohkan dalam sebuah bangunan, sholat fardhu
diibaratkan sebagai rumahnya, sedangkan sholat sunnah sebagai pelengkap rumah seperti meja,
kursi, kasur, dan sebagainya. Dengan begitu sholat sunnah baik dan penting dikerjakan oleh
semua umat Islam.

B.makna sholat sunnah

1. Disediakan jalan keluar dari segala permasalahan

Hikmah pertama dari melaksanakan shalat sunnah adalah disediakan jalan keluar dari segala
permasalahan dan persoalan, serta memudahkan segala urusan di dunia. Beberapa shalat sunnah
bisa membuka jalan keluar dari segala permasalahan yang sedang dihadapi oleh orang muslim.

2. Menambah kesempurnaan shalat fardhu

Melaksanakan shalat sunnah memberikan manfaat untuk menyempurnakan shalat fardhu, baik
dari segi kekurangan dan kesalahan melaksanakan shalat fardhu.

3. Menghapus dosa

Dengan melaksanakan shalat sunnah, selain menghapus dosa juga akan meningkatkan derajat
keridhaan Allah Swt. serta menumbuhkan kecintaan Allah Swt. Karena sesungguhnya, Allah
Swt. akan menaikkan derajjat jura di sisi-Nya, setahap demi setahap. Setiap satu kali
melaksanakan shalat sunnah, maka Allah Swt. akan menghapus satu dari dosa-dosa dan
kesalahan kita.
Ini merupakan bentuk ridha dan cinta Allah Swt. kepada hamba-Nya yang selalu mengupayakan
untuk dapat melaksanakan shalat-shalat sunnah.

4. Menambah kecintaan Allah SWT terhadap kita

Dengan melaksanakan shalat sunnah, akan menambah kecintaan Allah Swt. kepada kita.
Rasulullah saw. mengibaratkan kalau kecintaan dan kasing sayang Allah itu berjumlah seratus,
maka yang sembilan puluh sembilan disimpan dan satu bagian lagi dibagi-bagi. Yang satu bagian
bisa mencukupi seluruh kebutuhan makhluk.

5. Sebagai ungkapan rasa syukur kita kepada Allah Swt.

Shalat sunnah juga menjadi ungkapan rasa syukur kepada Allah Swt. atas berbagai karunia besar
yang sering kurang kita sadari. Allah Swt. akan mengaruniakan kebaikan dalam rumah kita.

Setiap saat kita bisa bernafas, bisa melihat, bisa mendengar, dan masih dapat merasakan
kesemuanya itu adalah anugerah besar yang kita harus syukuri dengan shalat sunnah.

6. Mendatangkan Keberkahan

Melaksanakan shalat sunnah akan mendatangkan keberkahan pada rumah yang sering digunakan
untuk shalat sunnah. Shalat sunnah yang dianjurkan dilaksanakan berjamaah diutamakan
dilaksanakan di masjid.

Sedangkan shalat sunnah yang pelaksanaannya secara mufarid (sendiri) sebaiknya dilaksanakan
di rumah walaupun apabila dilaksanakan di masjid juga diperbolehkan.

7. Hidup menjadi terasa nyaman dan tenteram

Bekal terbaik di dalam menempuh perjalanan ke akhirat adalah dengan ketakwaan. Sedangkan
aspek terpenting dalam mewujudkan taqwa adalah dengan shalat, terutaama shalat sunnah
sebagai ibadah tambahan.

Nah, sekarang kalian yang telah membaca sudah semakin tahu bukan? Bahwa shalat sunnah
yang sering dilakukan itu mempunyai tujuan untuk menyempurnakan ibadah shalat fardhu kita.

C.shalat sunnah rowatib dan bukan rowatib

A.pengertian shlat rowatib

Islam merupakan sebuah agama keselamatan yang memberi banyak pahala terhadap setiap hal
yang kita lakukan dalam sehari-harinya. Bermula ibadah wajib hingga ibadah sunah yang
memiliki nilai pahala serta manfaat-manfaat yang dapat dirasakan dengan menjalankan ibadah
tersebut.
Seperti sholat lima waktu yang hukumnya wajib, puasa di bulan ramadhan hukumnya juga wajib,
begitupun sholat-sholat lain yang hukumnya sunnah, tetapi memiliki keutamaan serta manfaat
yang juga sangat besar apabila kita lakukan, seperti shalat sunnah rawatib, shalat sunnah tahajud,
shalat sunnah dhuha dan shalat sunnah lainnya.

Anda mungkin juga menyukai