Anda di halaman 1dari 8

Sholat.

San Susilo Collection 1

Bab.2
Menguraikan tentang Shalat

. Latar Belakang Masalah


Sholat merupakan salah satu tiang bangunan islam. Begitu pentingnya arti sebuah
tiang dalam suatu bangunan yang bernama islam, sehingga takkan mungkin untuk
ditinggalkan.
Makna bathin juga dapat ditemukan dalam sholat yaitu: kehadiran
hati, tafahhum (Kefahaman terhadap ma’na pembicaraan), ta’dzim (Rasa
hormat), mahabbah, raja’ (harap) dan haya (rasa malu), yang keseluruhannya itu ditujukan
kepada Allah sebagai Ilaah.
Sesungguhnya shalat merupakan sistem hidup, manhaj tarbiyah dan ta’lim yang
sempurna, yang meliputi (kebutuhan) fisik, akal dan hati. Tubuh menjadi bersih dan
bersemangat, akal bisa terarah untuk mencerna ilmu, dan hati menjadi bersih dan suci.
Shalat merupakan tathbiq ‘amali (aspek aplikatif) dari prinsip-prinsip Islam baik dalam
aspek politik maupun sosial kemasyarakatan yang ideal yang membuka atap masjid menjadi
terus terbuka sehingga nilai persaudaraan, persamaan dan kebebasan itu terwujud nyata.
Terlihat pula dalam shalat makna keprajuritan orang-orang yang beriman, ketaatan yang
paripurna dan keteraturan yang indah.
Sholat sebagai salah satu penjagaan bagi orang-orang yang beriman yang benar-benar
melaksanakannya.

. Pengertian dan Dasar Hukum Sholat


Sholat menurut bahasa adalah do’a, sedangkan menurut istilah adalah pekerjaan
dan ucapan yang diawali oleh takbiratul ihram dan diakhiri oleh salam. Secara dimensi
Fiqh shalat adalah beberapa ucapan atau rangkaian ucapan dan perbuatan (gerakan) yang
dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam yang dengannya kita beribadah kepada
Allah, dan menurut syarat-syarat yang telah di tentukan oleh Agama.[i]
Permulaan shalat, shalat didirikan dengan membaca kalimah kebesaran Allah.
Yaitu musholi bertakbir dengan mengucapkan Allahu Akbar, maka serempak jiwanya
bergerak menghadap ke Hadirat Allah Yang Mahatinggi-Mahamulia. Sementara musholi
meninggalakan seluruh urusan dunianya dan memusatkan pikirannya untuk menghadap
Allah SWT. Sehingga, sudah barang tentu ia putus hubungan dengan (makhluk) di bumi,
meskipun jasadiahnya ada di atas hamparan bumi.
Sesungguhnya shalat dengan adzan dan iqamatnya, berjamaah dengan
keteraturannya, dengan dilakukan di rumah-rumah Allah, dengan kebersihan dan
kesucian, dengan penampilan yang rapi, menghadap ke kiblat, ketentuan waktunya dan
kewajiban-kewajiban lainnya seperti gerakan, tilawah, bacaan-bacaan dan perbuatan-
Sholat. San Susilo Collection 2

perbuatan, yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam, dengan ini semuanya
maka shalat mempunyai nilai lebih dari sekedar ibadah bumi, seraya berdoa selamat
(mengucap salam) kepada makhluk bumi, keselamatan dan kesejahteraan yang
diperuntukkan bagi sesama makhluk-Nya. Sebab itulah shalat berawal dengan takbir
ihram, Allahu Akbar dan berakhir dengan salam, ‘Assalamu’alaikum’.
Adapun dasar hukum shalat yaitu:
Firman Allah dalam surah Al-Bayyinah ayat 5:
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan
ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus[1595], dan supaya mereka
mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus.”
Firman-Nya yang lain dalam surah An-Nisa ayat 103:
“Maka apabila kamu Telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri,
di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu Telah merasa aman,
Maka Dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu
yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.”
Firman-Nya yang lain dalam Surah Al-Hajj ayat 78:
“Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. dia
Telah memilih kamu dan dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama
suatu kesempitan. (Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. dia (Allah) Telah menamai
kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu[993], dan (begitu pula) dalam (Al
Quran) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi
saksi atas segenap manusia, Maka Dirikanlah solat, tunaikanlah zakat dan berpeganglah
kamu pada tali Allah. dia adalah Pelindungmu, Maka dialah sebaik-baik pelindung dan
sebaik- baik penolong”.
Firmannya dalam Surah al-Ankabut ayat 45:
“Bacalah apa yang Telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan
Dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji
dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar
(keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu
kerjakan.”
Sedangkan hadits-hadits yang menjelakan tentang kewajiban solat antara lain adalah:

‫َه ِاَّال ُهللا َو َاَّن ُم َح َّم ًدا َر ُس ْو ُل‬,‫ َش َهاَد ِة َاْن َال ِال‬:‫ ُبِنَي ْاِال ْس َالُم َع َلى َخ ْمٍس‬:‫ َقاَل َر ُسْو ُل ِهللا ص‬: ‫َعْن َع ْبِد ِهللا ْبِن ُع َم َر َقاَل‬
1 ‫ فى نيل االوطار‬،‫ احمد و البخارى و مسلم‬. ‫ َو َح ّج ْالَبْيِت َو َصْو ِم َر َم َض اَن‬،‫ َو ِاْيَتاِء الَّزَك اِة‬،‫ َو ِاَقاِم الَّص َالِة‬،‫ِهللا‬:
333
Dari ‘Abdullah bin ‘Umar, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Islam itu terdiri atas
lima rukun. Mengakui bahwa tidak ada Tuhan melainkan Allah, dan sesungguhnya
Muhammat itu adalah utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, hajji ke
Baitullah dan puasa Ramadlan. [HR. Ahmad, Bukhari dan Muslim, dalam Nailul Authar
juz 1, hal. 333]
Sholat. San Susilo Collection 3

‫ل‬,‫ فى ني‬،‫ائى‬,‫ارى و النس‬,‫ الجماعة اال البخ‬.‫ َبْيَن الَّرُج ِل َو َبْيَن ْالُك ْف ِر َت ْر ُك الَّص َالِة‬:‫ َقاَل َر ُسْو ُل ِهللا ص‬: ‫َعْن َج اِبٍر َقاَل‬
340 :1 ‫االوطار‬
Dari Jabir, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “(Yang membedakan) antara
seseorang dan kekufuran adalah meninggalkan shalat”. [HR. Jama’ah, kecuali Bukhari
dan Nasai, dalam Nailul Authar juz 1, hal. 340]

،‫ة‬,,‫ الخمس‬. ‫ َفَم ْن َتَر َك َه ا َفَق ْد َك َف َر‬.‫ َاْلَعْهُد اَّلِذ ى َبْيَنَنا َو َبْيَنُهُم الَّص َالُة‬: ‫ َسِم ْعُت َر ُسْو َل ِهللا ص َيُقْو ُل‬: ‫َعْن ُبَر ْيَد َة رض َقاَل‬
343 :1 ‫فى نيل االوطار‬
Dari Buraidah RA, ia berkata : Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Perjanjian
antara kami dan mereka adalah shalat, maka barangsiapa meninggalkannya, maka
sungguh ia telah kufur”. [HR. Khamsah, dalam Nailul Authar juz 1, hal. 343]

‫ َاْخ ِب ْر ِنى َم ا َف َر َض ُهللا‬،‫ َي ا َر ُس ْو َل ِهللا‬: ‫ َفَق اَل‬،‫َّر ْأِس‬,‫َعْن َطْلَح َة ْبِن ُع َبْيِد ِهللا َاَّن َاْع َر اِبًّيا َج اَء ِاَلى َر ُسْو ِل ِهللا ص َثاِئَر ال‬
: ‫ َاْخ ِب ْر ِنى َم ا َف َر َض ُهللا َع َلَّي ِم َن الّص َياِم ! َق اَل‬: ‫ َق اَل‬.‫ ِاَّال َاْن َتَط َّو َع َش ْيًئا‬، ‫ الَّص َلَو اُت ْالَخ ْم ُس‬: ‫َع َلَّي ِم َن الَّص َالِة ! َقاَل‬
‫ َف َاْخ َبَرُه َر ُس ْو ُل ِهللا ص ِبَش َر اِئِع‬: ‫ َاْخ ِبْر ِنى َم ا َف َر َض ُهللا َع َلَّي ِم َن الَّزَك اِة ! َق اَل‬: ‫ َقاَل‬.‫َش ْهُر َر َم َض اَن ِاَّال َاْن َتَطَّو َع َشْيًئا‬
‫ َاْفَلَح ِاْن‬.‫ َفَقاَل َر ُس ْو ُل ِهللا ص‬.‫ َال َاَّطَّو ُع َشْيًئا َو َال َاْنُقُص ِم َّم ا َفَر َض ُهللا َع َلَّي َشْيًئا‬،‫ َو اَّلِذ ى َاْك َر َم َك‬: ‫ َفَقاَل‬.‫ْاِال ْس َالِم ُك ّلَها‬
335 :1 ‫ فى نيل االوطار‬،‫ احمد و البخارى و مسلم‬.‫َص َدَق َاْو َد َخ َل ْالَج َّنَة ِاْن َص َدَق‬
Dari Thalhah bin ‘Ubaidillah, bahwa seorang Arab gunung datang kepada Rasulullah
SAW dalam keadaan rambutnya kusut, lalu ia bertanya, “Ya Rasulullah, beritahukanlah
kepadaku, apa yang Allah wajibkan kepadaku dari shalat ?”. Beliau bersabda, “Shalat-
shalat yang lima, kecuali kamu mau melakukan yang sunnah”. Ia bertanya,
“Beritahukanlah kepadaku, apa yang Allah wajibkan kepadaku dari puasa ?”. Beliau
SAW bersabda, “Puasalah bulan Ramadlan, kecuali kamu mau melakukan yang
sunnah”. Ia bertanya lagi, “Beritahukanlah kepadaku, apa yang Allah wajibkan
kepadaku dari zakat ?’. Thalhah berkata : Lalu Rasulullah SAW memberitahukan
kepadanya tentang syariat-syariat Islam seluruhnya. Lalu orang Arab gunung itu
berkata, “Demi Allah yang telah memuliakan engkau, saya tidak akan menambah
sesuatu dan tidak akan mengurangi sedikitpun dari apa-apa yang telah diwajibkan oleh
Allah kepada saya”. Lalu Rasulullah SAW bersabda, “Pasti ia akan bahagia, jika benar.
Atau pasti ia akan masuk surga jika benar (ucapannya)”. [HR. Ahmad, Bukhari dan
Muslim, dalam Nailul Authar juz 1, hal. 335]

.‫ ُثَّم ُنِقَص ْت َح َّتى ُج ِع َلْت َخ ْم ًس ا‬، ‫ ُفِر َض ْت َع َلى الَّنِبّي ص الَّص َلَو اُت َلْيَلَة ُاْس ِر َي ِبِه َخ ْم ِس ْيَن‬: ‫َعْن َاَنِس ْبَن َم اِلٍك رض َقاَل‬
‫ فى‬،‫ احمد و النسائى و الترمذى و صححه‬. ‫ َيا ُم َح َّم ُد ِاَّنُه َال ُيَبَّد ُل ْالَقْو ُل َلَدَّي َو ِاَّن َلَك ِبهِذِه ْالَخ ْمِس َخ ْم ِس ْيَن‬: ‫ُثَّم ُنْو ِدَي‬
334 :1 ‫نيل االوطار‬
Dari Anas bin Malik RA, ia berkata : Diwajibkan shalat itu pada Nabi SAW pada malam
Isra’, lima puluh kali. Kemudian dikurangi sehingga menjadi lima kali, kemudian Nabi
dipanggil, “Ya Muhammad, sesungguhnya tidak diganti (diubah) ketetapan itu di sisi-Ku.
Dan sesungguhnya lima kali itu sama dengan lima puluh kali”. [HR. Ahmad, Nasai dan
Tirmidzi. Dan Tirmidzi menshahihkannya, dalam Nailul Authar juz 1, hal. 334]
Sholat. San Susilo Collection 4

‫ َفَلَّم ا َق ِد َم َرُس ْو ُل ِهللا ص ْالَم ِدْيَن َة َز اَد َم َع ُك ّل‬.‫ َقْد ُفِر َضِت الَّص َالُة َر ْك َعَتْيِن َر ْك َعَتْيِن ِبَم َّك َة‬: ‫َع ِن الَّش ْع ِبّي َاَّن َعاِئَش َة َقاَلْت‬
‫ َو َك اَن ِاَذ ا َس اَفَر َص َّلى الَّص َالَة‬: ‫ َق اَل‬.‫ ِاَّال ْالَم ْغ ِر َب َفِاَّنها ِو ْتُر الَّنَهاِر َو َص َالُة ْالَفْج ِر ِلُط ْو ِل ِقَر اَءِتِهَم ا‬، ‫َر ْك َعَتْيِن َر ْك َعَتْيِن‬
‫ احمد‬.‫ْاُالْو َلى‬
Dari ‘Asy-Sya’bi bahwa ‘Aisyah RA pernah berkata : Sungguh telah difardlukan shalat
itu dua rekaat dua rekaat ketika di Makkah. Maka tatkala Rasulullah SAW tiba di
Madinah (Allah) menambah pada masing-masing dua rekaat itu dengan dua rekaat
(lagi), kecuali shalat Maghrib, karena sesungguhnya shalat Maghrib itu witirnya siang,
dan pada shalat Fajar (Shubuh), karena panjangnya bacaannya”. Asy-Sya’bi berkata,
“Dan adalah Rasulullah SAW apabila bepergian (safar), beliau shalat sebagaimana
pada awalnya (dua rekaat)”. [HR. Ahmad 6 : 241]

‫َعْن َع ْبِد ِهللا ْبِن َع ْمِر و ْبِن ْالَعاِص َع ِن الَّنِبّي ص َاَّنُه َذ َك َر الَّص َالَة‬
‫ َو َم ْن َلْم ُيَح اِف ْظ َع َلْيَه ا َلْم َتُك ْن َل ُه ُن ْو ًر ا َو َال‬.‫ َم ْن َح اَفَظ َع َلْيَها َك اَنْت َلُه ُنْو ًر ا َو ُبْر َهاًنا َو َنَج اًة َي ْو َم ْالِقَياَم ِة‬: ‫َيْو ًم ا َفَقاَل‬
343 :1 ‫ فى نيل االوطار‬،‫ احمد‬. ‫ َو َك اَن َيْو َم ْالِقَياَم ِة َم َع َقاُرْو َن َو ِفْر َع ْو َن َو َهاَم اَن َو ُاَبّي ْبِن َخ َلٍف‬.‫ُبْر َهاًنا َو َال َنَج اًة‬
Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al-’Ash, dari Nabi SAW bahwa beliau pada suatu hari
menerangkan tentang shalat, lalu beliau bersabda, “Barangsiapa memeliharanya, maka
shalat itu baginya sebagai cahaya, bukti dan penyelamat pada hari qiyamat. Dan
barangsiapa tidak memeliharanya, maka shalat itu baginya tidak merupakan cahaya,
tidak sebagai bukti, dan tidak (pula) sebagai penyelamat. Dan adalah dia pada hari
qiyamat bersama-sama Qarun, Fir’aun, Haaman, dan Ubay bin Khalaf”. [HR. Ahmad,
dalam Nailul Authar juz 1, hal. 343].[ii]

B. Waktu, Syarat, Rukun, dan Sunah-sunah dalam Sholat


1. Pembagian Waktu Shalat.

Waktu setiap sholat terbagi menjadi enam bagian, yaitu ;


1. Waktu Fadlilah
Ketika seseorang sholat pada waktu ini maka dia mendapatkan fadlilahnya
awal waktu. Mendapatkannya fadlilah awal waktu ini dengan sebab menyibukkan
diri dengan sebab-sebab sholat, mulai dari masuknya waktu sholat, kemudian
segera mengerjakan sholat.
Sebab-sebab sholat seperti menjawab adzan, bersuci, menutup aurat, menunggu
jama'ah dan sebagainya.
2. Waktu ikhtiyar
Syari' memilih sholat dikerjakan pada waktu ini jika sholat tidak dikerjakan pada
waktu fadlilah.
3. Waktu jawaz
Sholat. San Susilo Collection 5

Sholat boleh diakhirkan sampai pada waktu ini, dan terkadang dengan
kemakruhan dan terkadang tidak makruh.
4. Waktu hurmah
Sholat haram diakhirkan sampai pada waktu ini, karena akan menjatuhkan
sebagian dari sholat diluar waktu.
5. Waktu udzur
Sholat boleh dikerjakan pada waktu ini karena ada udzur, seperti saat bepergian
atau sakit.
6. Waktu dloruroh
Yaitu akhir waktu ketika hilangnya penghalang sholat -seperti haidl dan lainnya-
dan waktu hanya tersisa sekadar takbiratul ihram saja atau lebih.
Waktu sholat Fardhu
a. Sholat Dzuhur
Dinamakan Dhuhur karena sholat ini dikerjakan pada waktu tengah
hari. Ada yang mengatakan dinamakan Dhuhur karena sholat Dhuhur adalah
sholat yang pertama kali muncul dalam islam.
b. Sholat Asar
Waktu sholat 'Ashr masuk ketika bayangan sesuatu sudah menyamai
panjangnya selain bayangan istiwa' dan lebih sedikit. Dan waktunya keluar
ketika matahari terbenam.
c. Sholat Maghrib
Waktu sholat Maghrib masuk dari terbenamnya matahari, dan keluar
dengan terbenamnya / hilangnya mega merah di ufuk.
d. Sholat I’sya
Waktu sholat 'isya masuk dengan hilangnya mega yang berwarna
merah. Dan waktunya keluar dengan terbitnya fajar shodiq.
e. Sholat Shubuh
Waktu sholat shubuh masuk dengan terbitnya fajar shodiq, dan keluar
dengan terbitnya sebagian dari sinar matahari.

2. Syarat-syarat shalat
a. Suci dari hadas besar dan hadas kecil
b. Suci badan, pakaian, dan tempat dari najis
c. Menutup aurat
d. Mengetahui masuknya waktu shalat
e. Menghadap kiblat
f. Mengerti kefardhuan shalat
g. Tidak mengiktidalkan salah satu fardhu dari beberapa fardhu salat sebagai suatu
yang sunat.

3. Rukun shalat
Sholat. San Susilo Collection 6

a. Niat, artinya menyengaja di dalam hati untuk melakukan shalat


b. Berdiri, bagi orang yang kuasa
c. Takbiratul ihram
d. Membaca surat Al-Fatihah
e. Ruku’ dan thuma’ninah
f. I’tidal dengan thuma’ninah
g. Sujud dua kali dengan thuma’ninah
h. Duduk antara dua sujud dengan thuma’ninah
i. Duduk untuk tasyahhud pertama
j. Membaca tasyahhud akhir
k. Membaca shalawat atas Nabi
l. Mengucap salam yang pertama
m. Tertib

4. Sunnah-Sunnah Shalat
Bagian ketiga dari amalan (baca:perbuatan) dan bacaan dalam shalat adalah
sunnah-sunnah shalat, yaitu selain apa-apa yang telah disebutkan dalam rukun maupun
wajib shalat. Sunnah shalat ada dua jenis, ucapan maupun perbuatan.
 Pertama, sunnah berupa perkataan, bentuknya banyak sekali. Diantaranya:
membaca do’a iftiftah, ta’awudz, membaca basmalah, membaca surat setelah al
Fatihah, membaca bacaan rukuk, sujud, do’a antara dua sujud lebih dari sekali,
do’a setelah tasyahud akhir dan lainnya.
 Kedua, sunnah berupa perbuatan, bentuknya juga baca. Diantaranya: mengangkat
tangan saat takbiratul ihram serta ketika akan dan setelah rukuk, meletakkan
tangan kanan diatas tangan kiri dan meletakkannya di atas dada saat berdiri,
melihat tempat sujud, meletakkan tangan diatas lutut saat rukuk, menjauhkan
antara perut dan paha, paha dan betis saat sujud, dan lainnya.

C. Hal-Hal Yang Membatalkan Shalat


1. Bercakap-cakap, sekurang-kurangnya terdiri dari dari dua huruf, walaupun tidak
mempunyai arti. Madzhab Hanafi dan Hambali: tidak membedakan menganai batalnya
shalat karena berbicara ini baik di sengaja maupun tidak di sengaja keduanya tetap
membatalkan shalat. Sedangkan Madzhab Imamiyah, Syafi'I dan Maliki mengatakan:
Shalat tidak batal di karenakan lupa, kalau hanya sedikit. Dan shalat seseorang tetap
terpelihara. Ketika seseorang berdehem di dalam shalat,
menurut Madzhab Iamamiyah dan Maliki hal tersebut tidak membatalkan shalat
meskipun tanpa makksud. Tetapi ualama mazhab yang lainya menyatakan batal kalau
Sholat. San Susilo Collection 7

tidak ada maksud, kalau ada maksud seperti membaguskan makhrajul huruf maka di
perbolehkan.
2. Setiap perbuatan yang menghapuskan bentuk shalat, maka hal ini hukumnya
membatalkan shalat, sekiranya bila di lihat oleh orang lain seperti orang yang tidak
shalat. Para ulama mazhab menyepakatinya.
3. Makan dan Minum Ini telah di sepakati para ulama, akan tetapi ulama madzhab berbeda
pendapat menganai kadarnya.Mazhab Imamiyah mengatakan : makan dan minum bisa
membatalakan shalat apabila hal tersebut menghilangkan bentuk shalat itu atau
menghilankan syarat atau rukun dalam shalat seperti berkesinambungan. Mazhab
Hanafi mengtakan: makan dan minum di dalam shalat membatalkan shalat walaupun
makanan tersebut hanya sebiji kismis dan yang diminum tersebut seteguk air. Menurut
Mazhab syafi'i mengatakan: semua makanan dan minuman yang masuk kedalam rongga
perut itu membatalkan shalat jiaka seseoarng tersebut melakukanya dengan sengaja dan
tau keharamanya akan tetapi kalau tidak tahu atau lupa maka hal tersebut tidak
membatalkan shalat. Sedangkan menurut Mazhab Hambali mengatakan : kalau makanan
dan minumannya banyak maka membatalkan shalat baik di sengaja maupun tidak akan
tetapi kalau sedikit dan tidak di sengaja tidak membatalkan shalat.
4. Sesuatu yang membatalkan wudhu dan menyebabkan mandi Seluruh ulama
mazhab sepakat bahwa hal tersebut membatalakan shalat, kecuali Mazhab
Hanafi mereka mengatakan: shalat batal jika jika perkara tersebut datang sebelum selesai
membaca tasahud akhir tetapi kalau perkara tersebut datang sebelum salam (selesai
membaca tasahud akhir) maka hal tersebut tidak membatalkan shalat.
5. Tertawa terbahak-bahak Seluruh ulama mazhab kecuali Mazhab Hanafi menyatakan
batal. Masing-masing ulama memilki pandangannya masing-masing menganai batalnya
shalat salah satu contoh yakni pendapat Mazhab Mazhab Syafi'i dan Mazhab
Maliki adalah sebagai berikut.
hal-hal yang membatalkan shalat adalah sbb:
1. karena hadas yang mewajibkan wudhu atau mandi
2. sengaja berbicara
3. menangis
4. merintih
5. banyak bergerak
6. ragu-ragu dalam niat
7. Bimbang dalam memutuskan shalat tapi terus melakukanya
8. menukar niat dalam shalat fardhu dengan fardhu yang lainnya
9. terbuak auratnya, sedangkan ia mampu menutupinya
10. telanjang, sedangkan ia memiliki pakaian untuk menutupinya
11. terkena najis
12. mengulang-ulang takbiratul ihram
13. meninggalkan rukun dengan di sengaja
Sholat. San Susilo Collection 8

14. mengikuti imam yang tidak patut diikuti karena kekufurannya atau sebab yang
lainnya.
15. menambah rukun dengan di sengaja
16. masuknya makanan ataupun minuman kedalam rongga mulut
17. berpaling dari kiblat dengan dadanya
18. mendahulukan rukun fili dari yang lainnya.

Anda mungkin juga menyukai