Anda di halaman 1dari 14

SHOLAT

Makalah
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Fiqih Mts/Ma
Dosen pengampu:Darul Muntaha, S.Sos, MPd.I
Disusun oleh :
Nazilaturrohmah(2020010280)
)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH UNIVERSITAS SAINS AL-QUR'AN
WONOSOBO
2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, penulis
panjatkan Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayah-
Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini sesuai waktu yang telah
ditentukan. Shalawat serta salam kita haturkan kepada junjungan kita, nabi agung Nabi
Muhammad SAW. Yang telah berpengaruh dalam kehidupan dunia dalam merubah dunia yang
penuh kebodohan menjadi dunia yang penuh ilmu pengetahuan.

Makalah ini telah penulis susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak yang memperlancar pembuatan makalah ini. Oleh karena itu, penulis menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan
dalam penyusunan makalah ini. Maka dari itu, penulis menerima segala kritik dan saran yang
membangaun dari pembaca guna menyempurnakan makalah ini. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.

Wonosobo, 12 Maret 2021

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sholat merupakan salah satu tiang bangunan islam. Begitu pentingnya arti sebuah tiang dalam suatu
bangunan yang bernama islam, sehingga takkan mungkin untuk ditinggalkan.

Makna bathin juga dapat ditemukan dalam sholat yaitu: kehadiran hati, tafahhum (Kefahaman terhadap
ma’na pembicaraan), ta’dzim (Rasa hormat), mahabbah, raja’ (harap) dan haya (rasa malu), yang
keseluruhannya itu ditujukan kepada Allah sebagai Ilaah.

Sesungguhnya shalat merupakan sistem hidup, manhaj tarbiyah dan ta’lim yang sempurna, yang
meliputi (kebutuhan) fisik, akal dan hati. Tubuh menjadi bersih dan bersemangat, akal bisa terarah untuk
mencerna ilmu, dan hati menjadi bersih dan suci. Shalat merupakan tathbiq ‘amali (aspek aplikatif) dari
prinsip-prinsip Islam baik dalam aspek politik maupun sosial kemasyarakatan yang ideal yang membuka
atap masjid menjadi terus terbuka sehingga nilai persaudaraan, persamaan dan kebebasan itu terwujud
nyata. Terlihat pula dalam shalat makna keprajuritan orang-orang yang beriman, ketaatan yang
paripurna dan keteraturan yang indah.

Sholat sebagai salah satu penjagaan bagi orang-orang yang beriman yang benar-benar
melaksanakannya.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, masalah-masalah yang akan dibahas dapat dirumuskan
sebagai berikut :

1. Apakah pengertian sholat & Dasar hukum sholat?

2. Mengetahui waktu, syarat, rukun, dan sunah sholat?

3. Mengetahui makhruh dan batalnya sholat menurut berbagai mazhab fiqih?

C. Tujuan Pembahasan
1. Mengetahui Pengertian Sholat Dan dasar hukumnya

2. Mengetahui waktu, syarat, rukun, dan sunah sholat

3. Megetahui makhruh dan batalnya sholat menurut berbagai mazhab fiqih


BAB II

SHALAT

A. Pengertian dan Dasar Hukum Sholat

Sholat menurut bahasa adalah do’a, sedangkan menurut istilah adalah pekerjaan dan ucapan yang
diawali oleh takbiratul ihram dan diakhiri oleh salam. Secara dimensi Fiqh shalat adalah beberapa
ucapan atau rangkaian ucapan dan perbuatan (gerakan) yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan
salam yang dengannya kita beribadah kepada Allah, dan menurut syarat-syarat yang telah di tentukan
oleh Agama.[i]

Permulaan shalat, shalat didirikan dengan membaca kalimah kebesaran Allah. Yaitu musholi bertakbir
dengan mengucapkan Allahu Akbar, maka serempak jiwanya bergerak menghadap ke Hadirat Allah Yang
Mahatinggi-Mahamulia. Sementara musholi meninggalakan seluruh urusan dunianya dan memusatkan
pikirannya untuk menghadap Allah SWT. Sehingga, sudah barang tentu ia putus hubungan dengan
(makhluk) di bumi, meskipun jasadiahnya ada di atas hamparan bumi.

Sesungguhnya shalat dengan adzan dan iqamatnya, berjamaah dengan keteraturannya, dengan
dilakukan di rumah-rumah Allah, dengan kebersihan dan kesucian, dengan penampilan yang rapi,
menghadap ke kiblat, ketentuan waktunya dan kewajiban-kewajiban lainnya seperti gerakan, tilawah,
bacaan-bacaan dan perbuatan-perbuatan, yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam,
dengan ini semuanya maka shalat mempunyai nilai lebih dari sekedar ibadah bumi, seraya berdoa
selamat (mengucap salam) kepada makhluk bumi, keselamatan dan kesejahteraan yang diperuntukkan
bagi sesama makhluk-Nya. Sebab itulah shalat berawal dengan takbir ihram, Allahu Akbar dan berakhir
dengan salam, ‘Assalamu’alaikum’.

Adapun dasar hukum shalat yaitu:

Firman Allah dalam surah Al-Bayyinah ayat 5:


“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-
Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus[1595], dan supaya mereka mendirikan shalat dan
menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus.”

Firman-Nya yang lain dalam surah An-Nisa ayat 103:

“Maka apabila kamu Telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk
dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu Telah merasa aman, Maka Dirikanlah shalat itu
(sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-
orang yang beriman.”

Firman-Nya yang lain dalam Surah Al-Hajj ayat 78:

“Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. dia Telah memilih kamu
dan dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. (Ikutilah) agama orang
tuamu Ibrahim. dia (Allah) Telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu[993], dan
(begitu pula) dalam (Al Quran) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua
menjadi saksi atas segenap manusia, Maka Dirikanlah solat, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu
pada tali Allah. dia adalah Pelindungmu, Maka dialah sebaik-baik pelindung dan sebaik- baik penolong”.

Firmannya dalam Surah al-Ankabut ayat 45:

“Bacalah apa yang Telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan Dirikanlah shalat.
Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya
mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah
mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

Sedangkan hadits-hadits yang menjelakan tentang kewajiban solat antara lain adalah:

َّ ‫ َو اِقَ ِام ال‬،ِ‫ َشهَا َد ِة اَ ْن الَ اِلهَ اِالَّ هللاُ َو اَ َّن ُم َح َّمدًا َرسُوْ ُل هللا‬:‫س‬
‫ َو‬،‫صالَ ِة‬ ٍ ‫ بُنِ َي ْا ِال ْسالَ ُم َعلَى خَ ْم‬:‫ قَا َل َرسُوْ ُل هللاِ ص‬:‫ع َْن َع ْب ِد هللاِ ْب ِن ُع َم َر قَا َل‬
1 ‫ فى نيل االوطار‬،‫ احمد و البخارى و مسلم‬. َ‫صوْ ِم َر َمضَان‬ َ ‫ت َو‬ ِ ‫ َو َح ّج ْالبَ ْي‬،‫اِ ْيتَا ِء ال َّزكَا ِة‬:

333

Dari ‘Abdullah bin ‘Umar, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Islam itu terdiri atas lima rukun.
Mengakui bahwa tidak ada Tuhan melainkan Allah, dan sesungguhnya Muhammat itu adalah utusan
Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, hajji ke Baitullah dan puasa Ramadlan. [HR. Ahmad, Bukhari
dan Muslim, dalam Nailul Authar juz 1, hal. 333]
340 :1 ‫ فى نيل االوطار‬،‫ الجماعة اال البخارى و النسائى‬.‫صالَ ِة‬ ُ ْ‫ بَ ْينَ ال َّرج ُِل َو بَ ْينَ ْال ُك ْف ِر تَر‬:‫ قَا َل َرسُوْ ُل هللاِ ص‬:‫ع َْن َجابِ ٍر قَا َل‬
َّ ‫ك ال‬

Dari Jabir, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “(Yang membedakan) antara seseorang dan kekufuran
adalah meninggalkan shalat”. [HR. Jama’ah, kecuali Bukhari dan Nasai, dalam Nailul Authar juz 1, hal.
340]

َّ ‫ اَ ْل َع ْه ُد الَّ ِذى بَ ْينَنَا َو بَ ْينَهُ ُم ال‬:ُ‫ْت َرسُوْ َل هللاِ ص يَقُوْ ل‬


343 :1 ‫| فى نيل االوطار‬،‫ الخمسة‬.‫ فَ َم ْن ت ََر َكهَا فَقَ ْد َكفَ َر‬.ُ‫صالَة‬ ُ ‫ َس ِمع‬:‫ال‬
َ َ‫ع َْن ب َُر ْي َدةَ رض ق‬

Dari Buraidah RA, ia berkata : Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Perjanjian antara kami dan
mereka adalah shalat, maka barangsiapa meninggalkannya, maka sungguh ia telah kufur”. [HR.
Khamsah, dalam Nailul Authar juz 1, hal. 343]

ْ
:‫ال‬َ َ‫صالَ ِة ! ق‬َّ ‫ي ِمنَ ال‬ َّ َ‫ض هللاُ َعل‬َ ‫ اَ ْخبِرْ نِى َما فَ َر‬،ِ‫ يَا َرسُوْ َل هللا‬:‫ال‬ َ َ‫ فَق‬،‫س‬ ِ ‫ع َْن طَ ْل َحةَ ْب ِن ُعبَ ْي ِد هللاِ اَ َّن اَ ْع َرابًِيّ|ًّا َجا َء اِلَى َرسُوْ ِل هللاِ ص ثَائِ َر الرَّأ‬
َ َ‫ ق‬.‫ َش ْه ُر َر َمضَانَ اِالَّ اَ ْن تَطَ َّو َع َش ْيئًا‬:‫صيَ ِام ! قَا َل‬
‫ اَ ْخبِرْ نِى َما‬:‫ال‬ ّ ‫ي ِمنَ ال‬ َّ َ‫ض هللاُ َعل‬ َ ‫ اَ ْخبِرْ نِى َما فَ َر‬:‫ قَا َل‬.‫ اِالَّ اَ ْن تَطَ َّو َع َش ْيئًا‬، ُ‫ات ْال َخ ْمس‬ ُ ‫صلَ َو‬َّ ‫ال‬
ُ‫ض هللا‬ ُ ْ
َ ‫ع َش ْيئًا َو الَ اَنقصُ ِم َّما فَ َر‬ َّ
ُ ‫ الَ اَط َّو‬،‫ك‬ ْ َّ ّ ْ
َ ‫ َو ال ِذى اَك َر َم‬:‫ فَقَا َل‬.‫ فَاَخبَ َرهُ َرسُوْ ُل هللاِ ص بِش ََرائِ ِع ا ِال ْسالَ ِم ُكلهَا‬:‫ال‬ ْ َ َ‫ي ِمنَ ال َّزكَا ِة ! ق‬ َّ َ‫ض هللاُ َعل‬َ ‫فَ َر‬
335 :1 ‫ فى نيل االوطار‬،‫ احمد و البخارى و مسلم‬.َ‫ص َدق‬ َ ‫ن‬ ْ ‫ا‬ َ ‫ة‬َّ ‫ن‬ ‫ج‬ ‫ل‬ ْ
‫ا‬
ِ َ َ َ ْ‫َ َ َ و‬ ‫ل‬ َ‫خ‬ ‫د‬ َ ‫ا‬ ‫ق‬ ‫د‬‫ص‬ ْ
‫ن‬ ‫ا‬
ِ َ‫ح‬َ ‫ل‬ ْ
‫ف‬ َ ‫ا‬ .‫ص‬ ِ ‫هللا‬ ‫ل‬
ُ ‫س‬
ْ‫َ َ ُو‬‫ر‬ ‫ال‬ َ ‫ق‬َ ‫ف‬ .‫ا‬ً ‫ئ‬ ْ
‫ي‬ َ
‫ش‬ ‫ي‬ َ
َّ َ ‫ل‬‫ع‬

Dari Thalhah bin ‘Ubaidillah, bahwa seorang Arab gunung datang kepada Rasulullah SAW dalam keadaan
rambutnya kusut, lalu ia bertanya, “Ya Rasulullah, beritahukanlah kepadaku, apa yang Allah wajibkan
kepadaku dari shalat ?”. Beliau bersabda, “Shalat-shalat yang lima, kecuali kamu mau melakukan yang
sunnah”. Ia bertanya, “Beritahukanlah kepadaku, apa yang Allah wajibkan kepadaku dari puasa ?”.
Beliau SAW bersabda, “Puasalah bulan Ramadlan, kecuali kamu mau melakukan yang sunnah”. Ia
bertanya lagi, “Beritahukanlah kepadaku, apa yang Allah wajibkan kepadaku dari zakat ?’. Thalhah
berkata : Lalu Rasulullah SAW memberitahukan kepadanya tentang syariat-syariat Islam seluruhnya. Lalu
orang Arab gunung itu berkata, “Demi Allah yang telah memuliakan engkau, saya tidak akan menambah
sesuatu dan tidak akan mengurangi sedikitpun dari apa-apa yang telah diwajibkan oleh Allah kepada
saya”. Lalu Rasulullah SAW bersabda, “Pasti ia akan bahagia, jika benar. Atau pasti ia akan masuk surga
jika benar (ucapannya)”. [HR. Ahmad, Bukhari dan Muslim, dalam Nailul Authar juz 1, hal. 335]

َ ‫ ثُ َّم نُوْ ِد‬.‫ت َخ ْمسًا‬


َ‫ يَا ُم َح َّم ُد اِنَّهُ ال‬:‫ي‬ ْ َ‫ت َحتَّى ُج ِعل‬ َ ِ‫ ثُ َّم نُق‬، َ‫ي بِ ِه خَ ْم ِس ْين‬
ْ ‫ص‬ ِ ‫ات لَ ْيلَةَ اُس‬
َ ‫ْر‬ َّ ‫ت َعلَى النَّبِ ّي ص ال‬
ُ ‫صلَ َو‬ ْ ‫ض‬ َ ‫ فُ ِر‬:‫ال‬
َ َ‫ك رض ق‬ ِ ‫ع َْن اَن‬
ٍ ِ‫َس ْبنَ َمال‬
334 :1 ‫ فى نيل االوطار‬،‫ احمد و النسائى و الترمذى و صححه‬. َ‫س ْم ِس ْين‬ َ‫خ‬ َ ْ
ِ ‫ك بِه ِذ ِه الخ ْم‬ َ َّ َ َ ْ َّ
َّ ‫يُبَد ُل القوْ ُل ل َد‬
َ ‫ي َو اِن ل‬

Dari Anas bin Malik RA, ia berkata : Diwajibkan shalat itu pada Nabi SAW pada malam Isra’, lima puluh
kali. Kemudian dikurangi sehingga menjadi lima kali, kemudian Nabi dipanggil, “Ya Muhammad,
sesungguhnya tidak diganti (diubah) ketetapan itu di sisi-Ku. Dan sesungguhnya lima kali itu sama
dengan lima puluh kali”. [HR. Ahmad, Nasai dan Tirmidzi. Dan Tirmidzi menshahihkannya, dalam Nailul
Authar juz 1, hal. 334]
َّ‫ اِال‬،‫ فَلَ َّما قَ ِد َم َرسُوْ ُل هللاِ ص ْال َم ِد ْينَةَ َزا َد َم َع ُك ّل َر ْك َعتَ ْي ِن َر ْك َعتَي ِْن‬.َ‫صالَةُ َر ْك َعتَي ِْن َر ْك َعتَ ْي ِن بِ َم َّكة‬َّ ‫ت ال‬ِ ‫ض‬ َ ‫ قَ ْد فُ ِر‬:‫ت‬
ْ َ‫ع َِن ال َّش ْعبِ ّي اَ َّن عَائِ َشةَ قَال‬
‫ احمد‬.‫صالَةَ االُوْ لَى‬ ْ َّ ‫صلَّى ال‬ َ ‫ َو َكانَ اِ َذا َسافَ َر‬:‫ قَا َل‬.‫صالَةُ الفَجْ ِر لِطُوْ ِل قِ َرا َءتِ ِه َما‬ْ َ ‫ار َو‬ ِ َ‫ب فَاِنَّها ِو ْت ُر النَّه‬ ْ
َ ‫ال َم ْغ ِر‬

Dari ‘Asy-Sya’bi bahwa ‘Aisyah RA pernah berkata : Sungguh telah difardlukan shalat itu dua rekaat dua
rekaat ketika di Makkah. Maka tatkala Rasulullah SAW tiba di Madinah (Allah) menambah pada masing-
masing dua rekaat itu dengan dua rekaat (lagi), kecuali shalat Maghrib, karena sesungguhnya shalat
Maghrib itu witirnya siang, dan pada shalat Fajar (Shubuh), karena panjangnya bacaannya”. Asy-Sya’bi
berkata, “Dan adalah Rasulullah SAW apabila bepergian (safar), beliau shalat sebagaimana pada awalnya
(dua rekaat)”. [HR. Ahmad 6 : 241]

ِ ‫ع َْن َع ْب ِد هللاِ ْب ِن َع ْم ِرو ب ِْن ْال َع‬


َّ ‫اص ع َِن النَّبِ ّي ص اَنَّهُ َذ َك َر ال‬
َ‫صالَة‬

ْ ِ‫ َو َم ْن لَ ْم ي َُحاف‬.‫َت لَهُ نُوْ رًا َو بُرْ هَانًا َو ن ََجاةً يَوْ َم ْالقِيَا َم ِة‬
َ‫ َو َكان‬.ً‫ظ َعلَ ْيهَا لَ ْم تَ ُك ْن لَهُ نُوْ رًا َو الَ بُرْ هَانًا َو الَ نَ َجاة‬ ْ ‫ َم ْن َحافَظَ َعلَ ْيهَا كَان‬:‫ال‬
َ َ‫يَوْ ًما فَق‬
343 :1 ‫ فى نيل االوطار‬،‫ احمد‬.‫ف‬ ُ
ٍ َ‫يَوْ َم القِيَا َم ِة َم َع قَارُوْ نَ َو فِرْ عَوْ نَ َو هَا َمانَ َو ابَ ّي ْب ِن َخل‬ ْ

Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al-’Ash, dari Nabi SAW bahwa beliau pada suatu hari menerangkan tentang
shalat, lalu beliau bersabda, “Barangsiapa memeliharanya, maka shalat itu baginya sebagai cahaya, bukti
dan penyelamat pada hari qiyamat. Dan barangsiapa tidak memeliharanya, maka shalat itu baginya tidak
merupakan cahaya, tidak sebagai bukti, dan tidak (pula) sebagai penyelamat. Dan adalah dia pada hari
qiyamat bersama-sama Qarun, Fir’aun, Haaman, dan Ubay bin Khalaf”. [HR. Ahmad, dalam Nailul Authar
juz 1, hal. 343].[ii]

B. Waktu, Syarat, Rukun, dan Sunah-sunah dalam Sholat

1. Pembagian Waktu Shalat.

Waktu setiap sholat terbagi menjadi enam bagian, yaitu ;

· Waktu Fadlilah

Ketika seseorang sholat pada waktu ini maka dia mendapatkan fadlilahnya awal waktu.
Mendapatkannya fadlilah awal waktu ini dengan sebab menyibukkan diri dengan sebab-sebab sholat,
mulai dari masuknya waktu sholat, kemudian segera mengerjakan sholat.

Sebab-sebab sholat seperti menjawab adzan, bersuci, menutup aurat, menunggu jama'ah dan
sebagainya.
· Waktu ikhtiyar

Syari' memilih sholat dikerjakan pada waktu ini jika sholat tidak dikerjakan pada waktu fadlilah.

· Waktu jawaz

Sholat boleh diakhirkan sampai pada waktu ini, dan terkadang dengan kemakruhan dan terkadang tidak
makruh.

· Waktu hurmah

· Sholat haram diakhirkan sampai pada waktu ini, karena akan menjatuhkan sebagian dari sholat
diluar waktu.

· Waktu udzur

Sholat boleh dikerjakan pada waktu ini karena ada udzur, seperti saat bepergian atau sakit.

· Waktu dloruroh

Yaitu akhir waktu ketika hilangnya penghalang sholat -seperti haidl dan lainnya- dan waktu hanya tersisa
sekadar takbiratul ihram saja atau lebih.

Waktu sholat Fardhu

· Sholat Dzuhur

Dinamakan Dhuhur karena sholat ini dikerjakan pada waktu tengah hari. Ada yang mengatakan
dinamakan Dhuhur karena sholat Dhuhur adalah sholat yang pertama kali muncul dalam islam.

· Sholat Asar

Waktu sholat 'Ashr masuk ketika bayangan sesuatu sudah menyamai panjangnya selain bayangan istiwa'
dan lebih sedikit. Dan waktunya keluar ketika matahari terbenam.

· Sholat Maghrib

Waktu sholat Maghrib masuk dari terbenamnya matahari, dan keluar dengan terbenamnya / hilangnya
mega merah di ufuk.

· Sholat I’sya

Waktu sholat 'isya masuk dengan hilangnya mega yang berwarna merah. Dan waktunya keluar dengan
terbitnya fajar shodiq.

· Sholat Shubuh

Waktu sholat shubuh masuk dengan terbitnya fajar shodiq, dan keluar dengan terbitnya sebagian dari
sinar matahari.[iii]
2. Syarat-syarat shalat

a. Suci dari hadas besar dan hadas kecil

b. Suci badan, pakaian, dan tempat dari najis

c. Menutup aurat

d. Mengetahui masuknya waktu shalat

e. Menghadap kiblat

f. Mengerti kefadhuan shalat

g. Tidak mengiktidalkan salah satu fardhu dari beberapa fardhu salat sebagai suatu yang sunat.[iv]

3. Rukun shalat

a. Niat, artinya menyengaja di dalam hati untuk melakukan shalat

b. Berdiri, bagi orang yang kuasa

c. Takbiratul ihram

d. Membaca surat Al-Fatihah

e. Ruku’ dan thuma’ninah

f. I’tidal dengan thuma’ninah

g. Sujud dua kali dengan thuma’ninah

h. Duduk antara dua sujud dengan thuma’ninah

i. Duduk untuk tasyahhud pertama

j. Membaca tasyahhud akhir

k. Membaca shalawat atas Nabi

l. Mengucap salam yang pertama

m. Tertib

4. Sunnah-Sunnah Shalat

Bagian ketiga dari amalan (baca:perbuatan) dan bacaan dalam shalat adalah sunnah-sunnah shalat,
yaitu selain apa-apa yang telah disebutkan dalam rukun maupun wajib shalat. Sunnah shalat ada dua
jenis, ucapan maupun perbuatan.
Pertama, sunnah berupa perkataan, bentuknya banyak sekali. Diantaranya: membaca do’a iftiftah,
ta’awudz, membaca basmalah, membaca surat setelah al Fatihah, membaca bacaan rukuk, sujud, do’a
antara dua sujud lebih dari sekali, do’a setelah tasyahud akhir dan lainnya.

Kedua, sunnah berupa perbuatan, bentuknya juga baca. Diantaranya: mengangkat tangan saat takbiratul
ihram serta ketika akan dan setelah rukuk, meletakkan tangan kanan diatas tangan kiri dan
meletakkannya di atas dada saat berdiri, melihat tempat sujud, meletakkan tangan diatas lutut saat
rukuk, menjauhkan antara perut dan paha, paha dan betis saat sujud, dan lainnya.

C. Hal-Hal Yang Membatalkan Shalat

1. Bercakap-cakap, sekurang-kurangnya terdiri dari dari dua huruf, walaupun tidak mempunyai arti.
Madzhab Hanafi dan Hambali: tidak membedakan menganai batalnya shalat karena berbicara ini baik di
sengaja maupun tidak di sengaja keduanya tetap membatalkan shalat.Sedangkan Madzhab Imamiyah,
Syafi'I dan Maliki mengatakan: Shalat tidak batal di karenakan lupa, kalau hanya sedikit. Dan shalat
seseorang tetap terpelihara. Ketika seseorang berdehem di dalam shalat, menurut Madzhab Iamamiyah
dan Maliki hal tersebut tidak membatalkan shalat meskipun tanpa makksud. Tetapi ualama mazhab yang
lainya menyatakan batal kalau tidak ada maksud, kalau ada maksud seperti membaguskan makhrajul
huruf maka di perbolehkan.

2. Setiap perbuatan yang menghapuskan bentuk shalat, maka hal ini hukumnya membatalkan shalat,
sekiranya bila di lihat oleh orang lain seperti orang yang tidak shalat. Para ulama mazhab
menyepakatinya.

3. Makan dan Minum Ini telah di sepakati para ulama, akan tetapi ulama madzhab berbeda pendapat
menganai kadarnya.Mazhab Imamiyah mengatakan : makan dan minum bisa membatalakan shalat
apabila hal tersebut menghilangkan bentuk shalat itu atau menghilankan syarat atau rukun dalam shalat
seperti berkesinambungan. Mazhab Hanafi mengtakan: makan dan minum di dalam shalat membatalkan
shalat walaupun makanan tersebut hanya sebiji kismis dan yang diminum tersebut seteguk air. Menurut
Mazhab syafi'i mengatakan: semua makanan dan minuman yang masuk kedalam rongga perut itu
membatalkan shalat jiaka seseoarng tersebut melakukanya dengan sengaja dan tau keharamanya akan
tetapi kalau tidak tahu atau lupa maka hal tersebut tidak membatalkan shalat. Sedangkan menurut
Mazhab Hambali mengatakan : kalau makanan dan minumannya banyak maka membatalkan shalat baik
di sengaja maupun tidak akan tetapi kalau sedikit dan tidak di sengaja tidak membatalkan shalat.

4. Sesuatu yang membatalkan wudhu dan menyebabkan mandi Seluruh ulama mazhab sepakat
bahwa hal tersebut membatalakan shalat, kecuali Mazhab Hanafi mereka mengatakan: shalat batal jika
jika perkara tersebut datang sebelum selesai membaca tasahud akhir tetapi kalau perkara tersebut
datang sebelum salam (selesai membaca tasahud akhir) maka hal tersebut tidak membatalkan shalat.
5. Tertawa terbahak-bahak Seluruh ulama mazhab kecuali Mazhab Hanafi menyatakan batal. Masing-
masing ulama memilki pandangannya masing-masing menganai batalnya shalat salah satu contoh yakni
pendapat Mazhab Mazhab Syafi'i dan Mazhab Maliki adalah sebagai berikut.

hal-hal yang membatalkan shalat adalah sbb:

1. karena hadas yang mewajibkan wudhu atau mandi

2. sengaja berbicara

3. menangis

4. merintih

5. banyak bergerak

6. ragu-ragu dalam niat

7. Bimbang dalam memutuskan shalat tapi terus melakukanya

8. menukar niat dalam shalat fardhu dengan fardhu yang lainnya

9. terbuak auratnya, sedangkan ia mampu menutupinya

10. telanjang, sedangkan ia memiliki pakaian untuk menutupinya

11. terkena najis

12. mengulang-ulang takbiratul ihram

13. meninggalkan rukun dengan di sengaja

14. mengikuti imam yang tidak patut diikuti karena kekufurannya atau sebab yang lainnya.

15. menambah rukun dengan di sengaja

16. masuknya makanan ataupun minuman kedalam rongga mulut

17. berpaling dari kiblat dengan dadanya

18. mendahulukan rukun fili dari yang lainnya.


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Secara lahiriah shalat berarti beberapa ucapan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri
dengan salam, yang dengannya kita beribadah kepada Allah menurut syarat – syarat yang telah
ditentukan. Sedangkan secara hakikinya ialah berhadapan hati (jiwa) kepada Allah, secara yang
mendatangkan takut kepada-Nya serta menumbuhkan di dalam jiwa rasa kebesarannya dan
kesempurnaan kekuasaan-Nya atau melahirkan hajat dan keperluan kita kepada Allah yang kita sembah
dengan perkataan dan pekerjaan atau dengan kedua – duanya. Orang beriman melaksanakan shalat
sesuai dengan apa yang telah diperintahkan oleh Allah SWT, serta sesuai dengan yang dicontohkan oleh
Rasulullah Saw. Selain itu sholat juga mempunyai banyak manfaat bagi kehidupan manusia, untuk
kesehatan manusia itu sendiri, ketenangan hati dan pikiran, dan keselamatan di akhirat karena amal
yang pertama dihisab adalah sholat.
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, S.A. Zainal, Kunci Ibadah, (Semarang: PT.Karya Toha Putra Semarang, 2001).

Al-Hadrami, Salim bin Smeer, Terjemah Safinatun Najah, Pustaka Amani.

Haryono, Sentot, Psikologi Salat, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2003).

http://salampathokan.blogspot.com/2012/12/hadits-tentang-shalat-kewajiban-shalat.html.

[i] Drs. Sentot Haryono, M.Si, Psikologi Salat, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2003), hlm. 59.

[ii] http://salampathokan.blogspot.com/2012/12/hadits-tentang-shalat-kewajiban-shalat.html.

[iii] S.A. Zainal Abidin, Kunci Ibadah, (Semarang: PT.Karya Toha Putra Semarang, 2001), hlm.47-48.

[iv] Salim bin Smeer Al-Hadrami, Terjemah Safinatun Najah, Pustaka Amani, hal 13-14.

Anda mungkin juga menyukai