M. Royhan Zaqi
Rama Prastowo
Program Studi :
TNHA
1
TOPIK PRESENTASI
~ PENGERTIAN SHALAT
Kata shalat berasal dari bahasa arab, secara bahasa dapat diartikan
sebagai “doa”. Sedangkan pengertian shalat dari segi bahasa, kita lihat dulu
pengertian yang telah diberikan oleh para ulama. Dalam kitab fathul muin,
shalat diartikan sebagai beberapa ucapan dan perbuatan tertentu, yang
diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam.
Pengertian seperti ini banyak diberikan oleh ulama-ulama ahli fikih salah
satunya adalah Abdul Aziz Salim Basyarahil Misalnya, mendefinisikan
SHALAT adalah suatu ibadah yang meliputi ucapan dan peragaan tubuh yang
khusus, dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam (taslim)
Artinya: “Dan dirikanlah sholat, tunaikanlah zakat dan rukuklah beserta orang-
orang yang rukuk.” (QS.al Baqarah(2) : 43)
2
Artinya: “Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan
(mengerjakan) sholat. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat,
kecuali bagi orang-orang yang khusyuk,” (QS.al Baqarah(2):45)
ك َو ْل َيْأ ُخ ُذوا َأسْ ل َِح َت ُه ْم َفِإ َذا َس َج ُدوا َف ْل َي ُكو ُنوا مِنْ َو َراِئ ُك ْم َ ِيه ْم َفَأ َق ْم
َ ت لَ ُه ُم الصَّال َة َف ْل َتقُ ْم َطاِئ َف ٌة ِم ْن ُه ْم َم َع ِ تفَ َوِإ َذا ُك ْن
ك َو ْل َيْأ ُخ ُذوا ح ِْذ َر ُه ْم َوَأسْ ل َِح َت ُه ْم
َ صلُّوا َم َعَ صلُّوا َف ْل ُيَ ت َطاِئ َف ٌة ُأ ْخ َرى لَ ْم ُي ِ َو ْل َتْأ
~ SHALAT FARDHU
Shalat Fardhu termasuk ibadah yang diwajibkan untuk seluruh umat muslim.
3
A. NIAT SHALAT FARDHU
NIAT SHALAT SUBUH
Artinya:
"Saya salat asar empat rakaat karena Allah ta'ala."
Waktu melaksanakan salat asar yaitu sejak bayangan benda sedikit melebihi
bendanya, sampai matahari terbenam yang terdiri dari empat rakaat.
4
Ushalli fardla maghribi tsalatsa raka'atin lillahi ta'ala
Artinya:
"Saya salat magrib tiga rakaat karena Allah ta'ala.
Salat magrib dilakukan sejak matahari terbenam sampai mega merah di langit
sudah tidak lagi terlihat sebanyak tiga rakaat.
Selain itu, seluruh rangkaian salat wajib diawali dengan berwudu, berdiri
tegap menghadap kiblat, membaca niat dan dilanjutkan dengan melafalkan
doa-doa sepanjang salat. Berikut caranya:
5
Allahu Akbar
11. Sujud kedua, ketiga dan keempat pada salat dikerjakannya masih sama
seperti sujud pertama, baik cara atau bacaannya
6
At-tahiyyatul mubaarakaatush shalawaatuth thayyibaatu lilaah. As-salaamu
alaika ayyuhan nabiyyu wa rahmatullaahi wa barakaatuh, as salaamu alainaa
wa alaa ibaadillaahishaalihiin. Asyhadu an laa ilaaha illallaah, wa asyhadu
anna Muhamadar Rasuulullaah. Allaahumma shalli'alaa sayyidinaa
Muhammad.
13. Tasyahud akhir bacaannya masih sama dengan tasyahud awal. Tapi
disunahkan untuk menambah bacaan salawat Ibrahimiyah seperti berikut:
Kamaa shallaita alaa sayyidinaa ibraahiim wa'alaa aali sayyidinaa Ibraahiim
wa baarik alaa sayyidina Muhammad wa'alaa aali sayyidinaa Muhamad.
Kamaa baarakta alaa sayyidinaa Ibraahiim wa'alaa aali sayyidinaa Ibrahiim fil
aalamiina innaka hamiidum majid.
14. Salam yaitu bagian setelah tasyahud akhir dengan membaca: Assalaamu
alaikum wa rahmatullaah
Saat membaca salam pertama, tengokkan kepala ke kanan dan salam kedua
dengan kepala menengok ke kiri.
Sampai tahap ini, tata cara sholat 5 waktu telah selesai dan bisa dilanjut
dengan membaca doa setelah salat serta memperbanyak zikir.
Ada 10 keutamaan shalat yang dilupakan oleh kebanyakan umat muslim yaitu :
1. Sholat berjamaah 27 derajat lebih baik. Dari Abdullah Ibnu Umar, Rasulullah ﷺ
bersabda:
7
َ صاَل ِة ْال َف ِّذ ِب َسب ٍْع َوعِ ْش ِر
ين دَ َر َج ًة َ صاَل ةُ ْال َج َما َع ِة َأ ْف
َ ْض ُل مِن َ
"Sholat berjamaah lebih utama dua puluh tujuh derajat daripada sholat sendirian.”
(HR Bukhari).
2. Pergi ke masjid untuk shalat wajib akan mendapatkan pahala yang besar. Pahala
akan dihitung berdasarkan jarak yang ditempuh. Demikian mereka yang menunggu
sholat lima waktu dari satu ke lainnya dengan ibadah akan diganjar pahala.
Dari Abu Musa RA, dia berkata, “Rasulullah SAW bersabda, 'Manusia paling besar
pahalanya dalam sholat adalah yang paling jauh perjalanannya, lalu yang
selanjutnya, dan seseorang yang menunggu sholat hingga melakukannya bersama
imam, lebih besar pahalanya daripada yang melakukannya kemudian tidur.'
Dan dalam suatu periwayatan Abu Kuraib disebutkan; 'Hingga dia tunaikan sholat
bersama imam secara berjamaah.'"
َ َأ ْو َر، ُكلَّ َما َغ َدا، َأ َع َّد هللاُ لَ ُه فِي ْال َج َّن ِة ُن ُزاًل، َأ ْو َرا َح،َِمنْ َغ َدا ِإلَى ْال َمسْ ِجد
اح
"Barang siapa pergi ke masjid pada awal dan akhir siang, maka Allah akan
menyiapkan baginya tempat dan hidangan di surga setiap kali dia pergi." (HR
Bukhari dan Muslim).
“Barang siapa bersuci di rumahnya lalu dia berjalan menuju salah satu dari rumah
Allah (yaitu masjid) untuk menunaikan kewajiban yang telah Allah wajibkan, maka
8
salah satu langkah kakinya akan menghapuskan dosa dan langkah kaki lainnya akan
meninggikan derajatnya.” (HR Bukhari dari Abu Hurairah RA).
5. Sholat pada awal waktu jadi amalan yang paling dicintai Allah SWT
َّ "ال: َأيُّ ال َع َم ِل َأ َحبُّ ِإلَى هَّللا ِ؟ َقا َل:ت ال َّن ِبيَّ صلى هللا عليه وسلم
صالَةُ َعلَى َو ْق ِت َها ُ َسَأ ْل: َقا َل،"عن َع ْب ِد هللا بن مسعود
Dari Abdullah bin Masud RA, dia berkata, “Aku bertanya kepada Nabi SAW, 'Amalan
apa yang paling dicintai Allah?' Beliau menjawab, 'Sholat awal waktu.'”
6. Masuk pintu surga. Banyak menegakkan sholat, maka dia akan dipanggil dari
pintu sholat
Dari Abu Hurairah RA, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa yang
berinfak untuk keluarganya di jalan Allah, dia akan dipanggil di surga ‘wahai hamba
Allah ini adalah kebaikan.’ Dan barang siapa dari ahli sholat, maka dia akan dipanggil
dari pintu sholat.”
7. Laki-laki yang terpaut dengan masjid dinaungi Allah SW hari kiamat kelak
َو َر ُج ٌل َق ْل ُب ُه... َي ْو َم الَ ظِ َّل ِإاَّل ظِ لُّ ُه،ِ " َس ْب َع ٌة يُظِ لُّ ُه ُم هَّللا ُ فِي ظِ لِّه: َع ِن ال َّن ِبيِّ صلى هللا عليه وسلم َقا َل،َعنْ َأ ِبي ه َُري َْر َة
ُم َعلَّ ٌق فِي ال َم َسا ِج ِد
Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, dari Nabi SAW bersabda, “Tujuh golongan yang
akan dinaungi Allah SWT dengan naungan-Nya, pada hari yang tak ada naungan
kecuali milik-Nya, yaitu di antaranya … Muslim yang hatinya selalu terpaut dengan
masjid.” (HR Bukhari Muslim)
9
”Kesucian itu separuh dari iman, (ucapan) Alhamdulillah (Segala puji hanya bagi
Allah) memenuhi timbangan, (ucapannya) Subhanallah (Maha Suci Allah), dan
Alhamdulillah (Segala Puji hanya bagi Allah) keduanya memenuhi apa yang ada di
antara langit dan bumi, shalat adalah cahaya.”(HR Bukhari dan Muslim dari Abu
Malik Al Asy’ari RA).
9. Didoakan malaikat
صلَّى َ صاَّل هُ الَّذِي َ صلِّي َعلَى َأ َح ِد ُك ْم َما َدا َم فِي ُم َ "ال َمالَِئ َك ُة ُت: َأنَّ َرسُو َل هَّللا ِ صلى هللا عليه وسلم َقا َل:َعنْ َأ ِبي ه َُري َْر َة
اللَّ ُه َّم ارْ َحمْ ُه،ُاغفِرْ لَه ْ َما لَ ْم يُحْ د،ِ" فِيه
ْ اللَّ ُه َّم: َتقُو ُل،ِث
صاَل ِة ْالوُ ضُو ُء َّ " ِم ْف َتا ُح ْال َج َّن ِة ال: َقا َل َرسُو ُل هَّللا ِ صلى هللا عليه وسلم:ْن َع ْب ِد هَّللا ِ َقا َل
َّ َو ِم ْف َتا ُح ال،ُصاَل ة ِ َعنْ َج ِاب ِر ب
Dari Jabir bin Abdullah RA, dia berkata, “Rasullah SAW bersabda, “Kunci surga
adalah sholat, dan kunci sholat adalah wudhu.” (HR Tirmidzi)
Shalat Rawatib
Ada banyak sekali sholat sunnah yang dapat dijalani di masing-masing waktu
tertentunya, seperti sholat tahajud yang dijalankan pada waktu sepertiga malam
hingga sholat dhuha yang dilaksanakan pada waktu dhuha atau pada saat sekitar
pukul tujuh hingga sembilan pagi.
Namun untuk sholat sunnah itu sendiri yang paling utama untuk dijalankan adalah
shalat sunnah rawatib, merupakan salah satu shalat sunnah yang menemani setiap
lima waktu pada sholat wajib kita, dari mulai isya’ hingga ke isya’ lagi. Karena
sesungguhnya di dalam hikmah serta rahmat Allah terhadap hambanya merupakan
10
sebuah disyariatkannya At Tathowwu‟ (ibadah tambahan), dan juga jadikan pada
sebuah ibadah wajib diiringi dengan adanya at tathowwu‟ jenis ibadah yang sama.
Kemudian rasul shalallahu alaihi wa sallam bersabda pada hadis lainnya bahwa:
“Pada di setiap antara dua adzan antara adzan dan iqamah ada shalat sunnah, pada
setiap adzan serta juga iqamah terdapat shalat sunnah, pada di setiap adzan dan
iqamah terdapat shalat sunnah setelah mengatakan sebanyak tiga kali, bagi siapa
yang ingin menjalankan”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Dari dua hadist tersebut memberikan pemahaman kepada kita tentang hal
perbuatan serta amalan-amalan yang kita lakukan selama di dunia, bahwa kita tidak
hanya akan dituntut untuk menjalankan sholat fardhu namun memperbaiki serta
menyempurnakan shalat fardhu yang kita lakukan. Karena amalan juga perbuatan
kita selama berada dunia senantiasa kemudian nantinya akan ada penghitungan
oleh malaikat dari amalan-amalan yang telah tercatat, mulai dari amalan baik serta
amalan buruk kita selama di dunia. Di antara itu semua amalan juga perbuatan yang
kita jalani di dunia, shalat merupakan ibadah pokok yang menjadi tolak ukur
terpenting atas baik atau buruknya amal seseorang di dunia, maka apabila
shalatnya baik tentunya baik pula seluruh amal lainnya.
Tentunya yang terjadi adalah sebaliknya, apabila sholatnya buruk, maka rusaklah
seluruh amalnya. Maka dari itu kita diperintahkan untuk mengerjakan, shalat
sunnah setelah disyariatkan shalat fardhu yang sebanyak lima waktu dalam satu
hari, shalat sunnah rawatib maksudnya berfungsi untuk menyempurnakan
kekurangan-kekurangan dari banyaknya shalat fardhu yang kita telah jalani hingga
menjadi sempurna seperti yang kita harapkan.
Bahkan didalam sebuah kisah yang sudah dikatakan, bahwa Nabi Muhammad
shallallahu ‘alaihi wasallam senantiasa menjalani shalat sunnah rawatib dan tidak
11
pernah sekalipun untuk meninggalkannya dalam keadaan tidak bepergian jauh atau
bermukim.
Artinya, “Shalat fardhu, zakat, dan kewajiban-kewajiban lain bila masih tidak
sempurna, maka dapat disempurnakan dengan yang sunnah.” Hal ini, juga serupa
dengan sebuah hadits qudsi berikut:
أنظروا هل لعبدي من تطوع فيكمل به ما انتقص من الفريضة؟: فإن انتقص من فريضته شيئا قال الرب سبحانه
Artinya, “Bila seorang hamba mengalami cacat atau kurang dalam amal ibadah,
maka Allah berfirman, ‘Wahai para malaikat, lihatlah dahulu apakah hambaku
punya amal sunnah, sehingga itu bisa menyempurnakan amalnya yang kurang?”
Membaca hadits Nabi serta hadits qudsi di atas, terlihat jelas begitu besar dan
luasnya kasih-sayang Allah subhanahu wa ta’ala kepada para hamba-Nya. Bahkan,
saat terakhir penentuan nasib sang hamba, masih dicari-cari kembali peluang agar
ia selamat dari nasib yang tak baik tersebut.
12
mendatangkan pahala yang besar dari Allah Subhana Huwa Taala apabila kita
menjalaninya.
Adapun pelaksanaan dari Shalat sunnah muakkad yaitu saat Qabliyah Dzuhur
sebanyak dua rakaat, ba’diyah dzuhur dalam dua rakaat, Ba’diyah Maghrib
sebanyak dua rakaat, Ba’diyah Isya’ sebanyak dua rakaat, serta Qabliyah subuh
sebanyak dua rakaat.
Adapun juga pelaksanaan dari sholat sunnah ghairu muakkad ini dijalankan pada
saat Qabliyah dzuhur sebanyak dua rakaat, ba’diyah Dzuhur dua rakaat,
qabliyah ashar dua atau empat rakaat, qabliyah maghrib sebanyak dua rakaat,
dan juga qabliyah isya sebanyak dua rakaat.
Dalam sebuah hadis Ummu Habibah, bahwa jumlah sholat rawatib adalah sebanyak
12 rakaat yang kemudian penjelasan lebih rincinya diriwayatkan oleh At-Tirmidzi
dan An-Nasa’i,
Dari Aisyah radhiyallahu anha, ia berkata:
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, “Barang siapa yang tidak meninggalkan dua
belas rakaat dalam saat shalat sunnah rawatib, maka Allah akan bangunkan rumah
di surga, yaitu sebanyak empat rakaat sebelum dzuhur, dua rakaat sesudahnya, dua
rakaat sesudah maghrib, dua rakaat sesudah isya, serta dua rakaat sebelum subuh“.
(HR. At-Tirmidzi dan An-Nasa’i).
12 Rakaat Salat Sunnah Rawatib Muakkad
13
Selain 12 salat sunnah rawatib muakkad tersebut, ajaran Islam juga mengenal salat
sunnah rawatib yang hukumnya ghairu muakkad. Artinya, pelaksanaan sunnah-nya
yang tidak begitu dikuatkan.
Seperti dalam hadis dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma yang berkata bahwa:
Kemudian dalam bahasan yg lain juga dijelaskan bahwa As-Syaikh Muhammad bin
Utsaimin rahimahullah berkata:
Sama halnya seperti pengerjaan shalat fardu, tata cara shalat rawatib juga tak jauh
berbeda. Berikut tata cara shalat rawatib:
14
1. Membaca Niat
2. Takbiratul Ihram
3. Membaca doa Iftitah
4. Membaca Surat al-Fatihah
5. Membaca Surat Pendek (Dianjurkan Surah Al-Kaafirun dan Al-Ikhlas)
6. Ruku dengan tumaninah (Allahu akbar)
7. Itidal dengan tumaninah,
8. Sujud dengan tumaninah
9. Duduk di antara dua sujud, dengan tumaninah
10. Sujud kedua dengan tumaninah (Allahu akbar)
11. Berdiri lagi untuk menunaikan rakaat kedua
12. Membaca surat Al-Fatihah
13. Membaca Surat Pendek yang dihapal
14. Ruku dengan tumaninah (Allahu akbar)
15. Itidal
16. Sujud pertama (rakaat kedua)
17. Duduk diantara dua sujud
18. Sujud kedua (rakaat kedua)
19. Tasyahud Akhir
20. Salam
Shalat rawatib tentu memiliki keutamaan dan ganjaran pahala bagi umat Muslim
yang mengerjakannya. Berikut beberapa keutamaan shalat rawatib;
15
bersabda, “Dua rakaat sebelum subuh lebih baik dari dunia dan seisinya.” Dalam
riwayat yang lain, “Dua raka’at sebelum shubuh lebih aku cintai daripada dunia
seisinya.” (HR. Muslim no. 725)
Shalat Tahajjud
Oleh
Shalat Tahajjud (Qiyaamul Lail) adalah shalat sunnah yang dilakukan seseorang
setelah ia bangun dari tidurnya di malam hari meskipun tidurnya hanya sebentar.
Sangat ditekankan apabila shalat ini dilakukan pada sepertiga malam yang terakhir
karena pada saat itulah waktu dikabulkannya do’a.
ً ك َم َقامًا َمحْ م
ُودا َ ك َع َس ٰى َأنْ َي ْب َع َث
َ ك َر ُّب َ ََوم َِن اللَّي ِْل َف َتهَجَّ ْد ِب ِه َنافِلَ ًة ل
16
“Dan pada sebahagian malam, lakukanlah shalat Tahajud (sebagai suatu ibadah)
tambahan bagimu; mudah-mudahan Rabb-mu mengangkat ke tempat yang terpuji”
[Al-Israa/17 :79]
َ ار ُه ْم َيسْ َت ْغفِر َكا ُنوا َقلِياًل م َِن اللَّي ِْل َما َيه َْجع َ َأْل
ُون ِ ُون َو ِبا سْ َح
“Mereka sedikit sekali tidur di waktu malam; dan di akhir-akhir malam mereka
memohon ampun (kepada Allah).” [Adz-Dzaariyaat/51 : 17-18]
ون َفاَل َتعْ لَ ُم َن ْفسٌ َما ُأ ْخف َِي لَ ُه ْم مِنْ قُرَّ ِة
َ ُُون َر َّب ُه ْم َخ ْو ًفا َو َط َم ًعا َو ِممَّا َر َز ْق َنا ُه ْم ُي ْنفِق َ َت َت َجا َف ٰى ُج ُنو ُب ُه ْم َع ِن ْال َم
َ ضا ِج ِع َي ْدع
َ ُعْ ي ٍُن َج َزا ًء ِب َما َكا ُنوا َيعْ َمل
ون َأ
“Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya, sedang mereka berdo’a kepada Rabb-
nya dengan rasa takut dan harap, dan mereka menafkahkan sebagian dari rizki yang
Kami berikan kepada mereka. Seorang pun tidak mengetahui apa yang
disembunyikan untuk mereka yaitu (bermacam-macam nikmat) yang menyedapkan
pandangan mata, sebagai balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.” [As-
Sajdah/32 : 16-17]
“(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang
beribadah di waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada
(adzab) akhirat dan mengharapkan rahmat Rabb-nya?…” [Az-Zumar/39 : 9]
17
“Shalat yang paling utama setelah shalat yang fardhu adalah shalat di waktu tengah
malam.”[1]
18
Penghapus Kesalahan.
Menjauhkan dosa.
Keempat keutamaan ini (poin 3-6) terangkum dalam sabda Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wa sallam.
ِ َعلَ ْي ُك ْم ِبقِ َي ِام اللَّي ِْل َفِإ َّن ُه دَ ْأبُ الصَّالِـ ِحي َْن َق ْبلَ ُك ْم َوه َُو قُرْ َب ٌة لَ ُك ْم ِإلَى َر ِّب ُك ْم َو َم ْك َف َرةٌ لِل َّس ِّيَئ ا.
ت َو َم ْن َهاةٌ َع ِن اِإْل ْث ِم
Shalat malam adalah wasiat yang pertama kali Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa
sallam sampaikan kepada penduduk Madinah ketika beliau memasukinya. Beliau
shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
“Memberi makan, ucapan yang santun, dan shalat di malam hari ketika orang lain
tidur.”[6]
19
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah meninggalkan shalat Tahajjud,
baik ketika beliau sedang mukim maupun sedang safar. ‘Aisyah radhiyaallahu ‘anha
pernah berkata, “Apabila Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam melakukan shalat
(malam), beliau berdiri hingga telapak kakinya merekah.” Lalu ‘Aisyah radhiyallaahu
‘anha berkata, “Kenapa engkau melakukan semua ini. Padahal Allah Ta’ala telah
mengampuni dosa-dosamu yang telah lalu dan yang akan datang?” Lalu beliau
menjawab.
“Wahai ‘Aisyah, apakah tidak layak aku menjadi hamba yang banyak bersyukur.”[7]
Diriwayatkan dari Zaid bin Aslam (wafat th. 136 H) rahimahullaah bahwa ‘Umar
radhiyallaahu ‘anhu melakukan shalat malam dalam waktu yang cukup lama hingga
di akhir malam beliau membangunkan keluarganya untuk melakukan shalat. Beliau
berkata, “Shalatlah kalian! Shalatlah kalian!” Kemudian beliau membaca ayat
berikut.
20
ك ۗ َو ْال َعاقِ َب ُة لِل َّت ْق َو ٰى َ ُصاَل ِة َواصْ َط ِبرْ َعلَ ْي َها ۖ اَل َنسْ َأل
َ ُك ِر ْز ًقا ۖ َنحْ نُ َنرْ ُزق َ ََوْأمُرْ َأهْ ل
َّ ك ِبال
Diriwayatkan bahwa Dhirar bin Dhamrah al-Kinani rahimahullaah menyifati ‘Ali bin
‘Abi Thalib radhiyallaahu ‘anhu ketika ia dipanggil oleh Amirul Mukminin Mu’awiyah
bin Abi Sufyan radhiyallaahu ‘anhuma, ia mengatakan, “Beliau (‘Ali) tidak merasa
gembira dengan dunia dan gemerlapnya dan beliau merasa gembira dengan malam
dan kegelapannya. Aku bersaksi kepada Allah, sesungguhnya aku pernah
melihatnya pada beberapa kesempatan ketika malam telah gelap dan bintang telah
tenggelam, beliau telah berdiri miring di tempat shalatnya sambil meraba
jenggotnya dan menangis seperti orang yang ditimpa kesedihan. Maka seakan-akan
aku mendengarnya mengatakan, ‘Wahai Rabb, wahai Rabb,’ dengan penuh
permohonan kepada-Nya.”[11]
Abu ‘Utsman an-Nahdi rahimahullaah mengatakan, “Aku pernah bertamu pada Abu
Hurairah radhiyallaahu ‘anhu selama tujuh hari. Ternyata dia, isterinya, dan
pembantunya membagi malam menjadi tiga. Apabila yang satu telah shalat, lalu
membangunkan yang lain.”[12]
21
menjelang sahur. Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam berkata kepada isteri beliau,
Hafshah, “Sesungguhnya saudaramu (Ibnu ‘Umar) seorang yang shalih.”[14]
Mengenai firman Allah Ta’ala, “Mereka sedikit sekali tidur di waktu malam.” Al-
Hasan al-Bashri rahimahullaah berkata, “Mereka hanya sebentar tidur di waktu
malam.” Dan mengenai firman-Nya, “Dan di akhir malam mereka memohon
ampun.” (Adz-Dzaariyaat: 17-18) Al-Hasan berkata, “Mereka memanjangkan shalat
hingga waktu sahur, kemudian mereka berdo’a dan merendahkan diri.”[16]
‘Ali bin al-Husain bin Syaqiq rahimahullaah mengatakan, “Tidak pernah kulihat
orang yang lebih pas bacaanya daripada Ibnul Mubarak. Tidak ada yang lebih baik
bacaannya dan lebih banyak shalatnya daripada dia. Dia shalat disepanjang malam,
baik dalam perjalanan (safar) maupun yang lainnya. Dia mentartilkan bacaan dan
memanjangkannya, dia sengaja meninggalkan tidur agar orang lain tidak
mengetahuinya saat ia shalat.”[17]
Yahya bin Ma’in rahimahullaah mengatakan, “Aku belum pernah melihat seorang
pun yang lebih utama daripada Waki’ bin al-Jarrah rahimahullaah, dia tekun
melakukan shalat, menghafalkan banyak hadits, sering shalat malam, dan banyak
berpuasa.” Puteranya, Ibrahim, berkata, “Ayahku shalat malam dan semua
penghuni rumah, sampai pembantu kami, juga ikut shalat.”[18]
Setelah melakukan ibadah sholat Isya, pasang alarm atau minta anggota keluarga
lain yang ingin tahajud untuk membangunkan mu. Usahakan untuk tidak tidur
terlalu nyenyak, karena nanti kamu akan malas untuk bangun sholat tahajud.
22
3. Usahakan untuk melakukan shalat tahajjud di tempat suci yang tenang
Pergi ke suatu tempat yang bersih, tenang, dan bermartabat untuk melaksanakan
ibadah tahajud. Hal ini dilakukan karena nama Allah itu suci, jadi, jika
memungkinkan, umat Islam didorong untuk beribadah kepada Allah di tempat yang
bersih dan suci sebagai bentuk penghormatan. Mengenakan pakaian sholat yang
bersih, duduk di atas sajadah dan menghadap ke arah kiblat, ke arah Ka’bah Suci di
Mekah seperti yang biasa dilakukan untuk sholat wajib.
Sebelum memulai sholat tahajud, niat dalam hati. Putuskan bahwa kamu akan
melaksanakan berapa rakaat untuk sholat tahajud. Mantapkan dalam hati mengapa
kamu ingin sholat tahajud, misalnya untuk memuliakan Allah, sebagai bentuk syukur
kepada Allah atau meminta ampunan-Nya.
Setelah memantapkan niat di hati, laksanakan sholat sebanyak dua rakaat. Sholat
tahajud memiliki rukun rukun yang sama dengan sholat wajib. Takbiratul ihram,
rukuk, i’tidal dan sujud. Biasanya, ketika sholat tahajud Nabi Muhammad membaca
surat Al-Kafirun setelah Al-Fatihah rakaat pertama dan membaca surat Al-Ikhlas
setelah Al-Fatihah rakaat kedua.
23
9. Mencegah melakukan dosa dan menyingkirkan kejahatan dalam diri
10. Mengurus setan yang menggoda diri
~ Pengertian isroq:
Salat sunah syuruq atau isyraq adalah salat sunah yang dilaksanakan ketika
matahari terbit setinggi tombak (10-15 menit setelah matahari terbit) yaitu pada
awal waktu dhuha. Waktu tersebut bisa disebut waktu syuruq.
Muhammad Shalih al-Munajid menjelaskan bahwa salat Isyrâq adalah salat dua
rakaat setelah matahari terbit dan meninggi, bagi yang salat Fajar (subuh) secara
berjemaah di masjid, kemudian duduk di tempat salatnya untuk berzikir kepada
Allah hingga salat dua rakaat. Dalil tentang salat sunah isyraq di dalam hadis hanya
ada satu yang diriwayatkan oleh Imam Tirmizi, Rasulullah SAW
bersabda :“Barangsiapa yang Śalat pagi hari (Śubuh ) secara berjemaah, kemudian
ia duduk berzikir kepada Allah SWT hingga terbitnya matahari, kemudian ia Śalat
dua rekaat, maka baginya pahala mengerjakan haji dan umrah. Rasulullah SAW
bersabda : “Sempurna, sempurna, sempurna”.
~ Niat
Niat diucapkan di dalam hati dan dilakukan bersamaan dengan takbiratul ihram
yaitu pada waktu mengangkat kedua tangan dengan telapak tangan menghadap ke
kiblat dan sejajar dengan telinga. Bila tidak memiliki udzur, maka harus berdiri
tegak. Adapun niat salat sunah syuruq sebagai berikut;
24
Artinya: Aku berniat melaksanakan salat Sunnah Isyraq sebanyak dua rakaat karena
Allah Ta’ala.
Allahu Akbar
Doa iftitah berarti doa pembuka yang dibaca sebelum membaca surat Al-Fatihah.
Adapun hukum membaca doa iftitah ini adalah sunah. Posisi tangan bersedekap di
atas antara pusar dan dada yang mana tangan kanan di atas tangan kiri. Berikut ini
doanya yang dibaca pelan (hanya terdengar oleh telinga kita),
Artinya: " Allah yang Maha Besar sebesar-besarnya, dan segala puji yang banyak
hanya kepada Allah, dan maha Suci Allah baik di waktu pagi maupun petang.
Sesungguhnya aku hadapkan diriku kepada yang menciptakan seluruh langit dan
25
bumi, dengan lurus mengikuti ajaran agama yang dibawa oleh Nabi Ibrahim As. dan
aku bukanlah termasuk kelompok orang-orang yang menyekutukan Allah.
Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, matiku, hanyalah untuk Allah, Tuhan
semesta alam. Tiada sekutu bagi-Nya, dan dengan keyakinan itulah aku
diperintahkan, dan saya termasuk ke dalam kelompok orang-orang yang berserah
diri."
~ Ruku’
~ I’tidal
I’tidal adalah gerakan kembali berdiri tegak setelah posisi ruku' dengan kondisi
tangan lurus di samping paha, sehingga tidak bersedekap. Bacaan dalam i'tidal yang
dibaca pelan (hanya terdengar oleh telinga kita) adalah sebagai berikut:
26
Artinya: "Allah senantiasa mendengar kepada siapa yang memuji-Nya. Tuhanku,
kepada Engkaulah segala pujian, segala kesyukuran, pujian yang banyak, baik, lagi
berkah di dalamnya. Pujian dan kesyukuran itu memenuhi seluruh langit, seluruh
bumi, diantara keduanya, dan memenuhi siapa saja yang Engkau kehendaki
setelahnya."
Setelah tahap ini, maka tahap selanjutnya adalah sujud yang mana perubahan posisi
dari i'tidal ke sujud dengan mengucapkan takbir.
~ Sujud
Posisi sujud sebagaimana pada umumnya kita bersujud, di mana kedua tangan kita
lurus di samping telinga kita. Dahi dan dengkul sejajar menyentuh lantai, sementara
ujung-ujung kaki menghadap ke kiblat. Bacaan dalam sujud yang dibaca pelan
(hanya terdengar oleh telinga kita) adalah sebagai berikut:
Posisi duduknya adalah tubuh tegak di mana jari kaki kiri lurus ke belakang (tidak
menghadap ke kiblat) dan jari kaki kanan menghadap ke kiblat, sementara pantat
bagian kiri bertumpu pada tumit kaki kiri. Posisi jari tangan memegangi dengkul.
Posisi duduk seperti ini disebut duduk iftirasy. Perubahan posisi dari sujud ke posisi
27
duduk di antara dua sujud diawali dengan mengucapkan takbir. Adapun bacaanya
yang dibaca pelan (hanya terdengar oleh telinga kita) adalah sebagai berikut:
~ Sujud
Posisi sujud dan bacaannya sama dengan sujud pada tahap ke-8. Perubahan posisi
dari duduk di antara dua sujud ke posisi sujud diawali dengan mengucapkan takbir.
Sebelum bangun berdiri tegak, disunnah untuk duduk sejenak sambil membaca
pelan " Subhanallah" . Posisi duduk istirahat seperti pada posisi duduk di tahap ke-9.
~ Duduk Tasyahud
Posisi duduknya seperti pada gambar di mana posisi pantat kiri bertumpu ke lantai,
sementara pergelangan kaki kiri berada di antara dengkul dan ujung jari kaki kanan.
Duduk semacam ini disebut dengan posisi duduk Tawaruk. Bacaan pada Tasyahud
ini adalah gabungan antara bacaan Tasyahud Awal dan Tasyahud Akhir berikut ini:
28
Artinya: “ Segala ucapan selamat, keberkahan, shalawat, dan kebaikan adalah bagi
Allah. Mudah-mudahan kesejahteraan dilimpahkan kepadamu wahai Nabi beserta
rahmat Allah dan barakah-Nya. Mudah-mudahan kesejahteraan dilimpahkan pula
kepada kami dan kepada seluruh hamba Allah yang shalih. Aku bersaksi bahwa tidak
ada sesembahan yang berhak disembah melainkan Allah, dan aku bersaksi bahwa
Muhammad itu adalah utusan Allah. Ya Allah aku sampai shalawat kepada
junjungan kita Nabi Muhammad, serta kepada keluarganya. Sebagaimana Engkau
sampaikan shalawat kepada Nabi Ibrahim As., serta kepada para keluarganya. Dan,
berikanlah keberkahan kepada junjungan kita Nabi Muhammad, serta kepada
keluarga. Sebagaimana, Engkau telah berkahi kepada junjungan kita Nabi Ibrahim,
serta keberkahan yang dilimpahkan kepada keluarga Nabi Ibrahim. Di seluruh alam
raya ini, Engkaulah Yang Maha Terpuji lagi Maha Kekal.
Pada waktu bacaan sampai pada " Asyhadu" , maka disunnahkan jari telunjuk kanan
kita terbuka tegak ke depan.
~ Mengucapkan salam
29
Pertama
" Barangsiapa yang mengerjakan salat subuh dengan berjemaah di masjid, lalu dia
tetap berdiam di masjid sampai melaksanakan salat sunnah dhuha (di awal waktu,
syuruq), maka ia seperti mendapat pahala orang yang berhaji atau berumrah secara
sempurna." (HR. Thabrani. Syaikh Al-Albani dalam Shahih Targhib (469) mengatakan
bahwa hadis ini shahih lighairihi (shahih dilihat dari jalur lainnya).
Kedua
30
َ صالَ َة فِى َغي ِْر َه ِذ ِه السَّا َع ِة َأ ْف
َّ ِإن.ض ُل َّ ون م َِن الض َُّحى َف َقا َل َأ َما لَ َق ْد َعلِمُوا َأنَّ ال َ َأنَّ َز ْي َد ب َْن َأرْ َق َم َرَأى َق ْومًا ُي
َ ُّصل
ِصا ُل َ ِين َترْ َمضُ ْالف َ ين ح َ صالَةُ اَأل َّو ِاب
َ َقا َل-صلى هللا عليه وسلم- ِ َرسُو َل هَّللا
Zaid bin Arqom melihat sekelompok orang melaksanakan shalat Dhuha, lantas ia
mengatakan, “Mereka mungkin tidak mengetahui bahwa selain waktu yang mereka
kerjakan saat ini, ada yang lebih utama. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “(Waktu terbaik) shalat awwabin (shalat Dhuha) yaitu ketika anak unta
merasakan terik matahari.” (HR. Muslim, No. 748)
Hukum shalat dhuha adalah sunnah, namun sangat dianjurkan untuk dilakukan
setiap hari. Kenapa ? Karena setiap persendian tubuh diwajibkan bersedekah. Shalat
dhuha 2 rakaat setiap hari bisa menggenapi kewajiban tersebut. Dalilnya adalah
hadits Rasulullah sebagai berikut:
ْون َو َثالَ ُث ِماَئ ِة َم ْفصِ ٍل َف َعلَ ْي ِه َأن ِ َيقُو ُل « فِى اِإل ْن َس-صلى هللا عليه وسلم- ِ ت َرسُو َل هَّللا
َ ان سِ ُّت ُ َْأ ِبى ب َُر ْي َد َة َيقُو ُل َسمِع
يق َذل َِك َيا َرسُو َل هَّللا ِ َقا َل « ال ُّن َخا َع ُة فِى ْال َمسْ ِج ِد َت ْدفِ ُن َها َأ ِو
ُ ِ َقالُوا َف َم ِن الَّذِى يُط.» ص َد َق ًة
َ صد ََّق َعنْ ُك ِّل َم ْفصِ ٍل ِم ْن َها َ َي َت
َ يق َفِإنْ لَ ْم َت ْقدِرْ َف َر ْك َع َتا الض َُّحى ُتجْ ِزُئ َع ْن
ك َّ ال َّشىْ ُء ُت َنحِّ ي ِه َع ِن
ِ الط ِر
“Manusia memiliki 360 persendian. Setiap persendian itu memiliki kewajiban untuk
bersedekah.” Para sahabat pun mengatakan, “Lalu siapa yang mampu bersedekah
dengan seluruh persendiannya, wahai Rasulullah?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
lantas mengatakan, “Menanam bekas ludah di masjid atau menyingkirkan gangguan
dari jalanan. Jika engkau tidak mampu melakukan seperti itu, maka cukup lakukan
shalat Dhuha 2 raka’at.” (HR. Ahmad, No. 354)
Shalat dhuha adalah salah satu shalat sunnah yang baik dilakukan setiap hari. Dalil
pentingnya shalat sunnah ini adalah berdasarkan perkataan salah satu sahabat Nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam yaitu Abu Hurairah:
Kekasihku yaitu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mewasiatkan tiga nasehat padaku:
Berpuasa tiga hari setiap bulannya, melaksanakan shalat Dhuha dua raka’at,
berwitir sebelum tidur. (HR. Bukhari, No. 1981)
Keutamaan sholat dhuha dijelaskan dalam sejumlah hadis. Berikut hadis yang
menjelaskan tentang keutamaan sholat dhuha:
31
HR Abu Daud
“Barangsiapa yang masih berdiam diri di masjid atau tempat sholatnya setelah
sholat shubuh karena melakukan iktikaf, berzikir, dan melakukan dua rakaat sholat
dhuha disertai tidak berkata sesuatu kecuali kebaikan, maka dosa-dosanya akan
diampuni meskipun banyaknya melebihi buih di lautan.” (HR Abu Daud).
HR. Muslim
“Pada pagi hari diharuskan bagi seluruh persendian di antara kalian untuk
bersedekah. Setiap bacaan tasbih (subhanallah) bisa sebagai sedekah, setiap bacaan
tahmid (alhamdulillah) bisa sebagai sedekah, setiap bacaan tahlil (laa ilaha illallah)
bisa sebagai sedekah, dan setiap bacaan takbir (Allahu akbar) juga bisa sebagai
sedekah. Begitu pula amar ma’ruf (mengajak kepada ketaatan) dan nahi mungkar
(melarang dari kemungkaran) adalah sedekah. Ini semua bisa dicukupi (diganti)
dengan melaksanakan shalat Dhuha sebanyak 2 raka’at” (HR. Muslim no. 720).
“Allah ‘Azza wa Jalla berfirman: “Wahai Anak Adam, jangan sekali-kali kamu malas
mengerjakan empat rakaat pada awal siang (sholat duha), nanti akan Aku cukupi
kebutuhanmu pada akhirnya (sore hari).” (HR Daud, Ahmad, Tirmidz).
HR. At-Thabrani
“Barangsiapa yang sholat duha dua rakaat, maka dia tidak ditulis sebagai orang yang
lalai. Barangsiapa yang mengerjakannya sebanyak empat rakaat, maka ditulis
sebagai orang yang ahli ibadah. Barangsiapa yang mengerjakannya enam rakaat,
maka diselamatkan di hari itu. Barangsiapa mengerjakannya delapan rakaat, maka
Allah tulis sebagai orang yang taat. Dan barangsiapa yang mengerjakannya dua
belas rakaat, maka Allah akan membangun sebuah rumah di surga untuknya.” (HR.
At-Thabrani).
Para ulama bersepakat bahwa hukum dari sholat dhuha adalah sunah. Nabi
Muhammad SAW sendiri telah mengingatkan pentingnya sholat dhuha. Sholat
dhuha termasuk ibadah yang dilakukan oleh Rasulullah.
Dari Ummu Hani’ binti Abi Thalib, "Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah
mengerjakan sholat dhuha sebanyak 8 rakaat. Pada setiap dua rakaat, beliau
mengucap salam." (HR. Abu Dawud).
32
~ Tatacara shalat dhuha
~ Niat
Niat diucapkan di dalam hati dan dilakukan bersamaan dengan takbiratul ihram
yaitu pada waktu mengangkat kedua tangan dengan telapak tangan menghadap ke
kiblat dan sejajar dengan telinga. Bila tidak memiliki udzur, maka harus berdiri
tegak. Adapun niat salat sunah dhuha sebagai berikut;
Artinya,
Allahu Akbar
Doa iftitah berarti doa pembuka yang dibaca sebelum membaca surat Al-Fatihah.
Adapun hukum membaca doa iftitah ini adalah sunah. Posisi tangan bersedekap di
atas antara pusar dan dada yang mana tangan kanan di atas tangan kiri. Berikut ini
doanya yang dibaca pelan (hanya terdengar oleh telinga kita),
33
ALLAHU AKBAR KABIIRA WALHAMDU LILLAHI KATSIRAN WA SUBHAANALLAHI
BUKRATAN WA ASHIILA. INNI WAJJAHTU WAJHIYA LILLADZI
FATHARASSAMAAWATI WAL ARDHA HANIIFAN WA MAA ANA MIN AL-
MUSYRIKIN. INNA SHALAATI WA NUSUKII WA MAHYAAYA WA MAMAATI LILLAHI
RABBI AL-‘AALAMIN. LAA SYARIIKA LAHU WA BIDZAALIKA UMIRTU WA ANAA
MIN AL-MUSLIMIIN.
Artinya: " Allah yang Maha Besar sebesar-besarnya, dan segala puji yang banyak
hanya kepada Allah, dan maha Suci Allah baik di waktu pagi maupun petang.
Sesungguhnya aku hadapkan diriku kepada yang menciptakan seluruh langit dan
bumi, dengan lurus mengikuti ajaran agama yang dibawa oleh Nabi Ibrahim As. dan
aku bukanlah termasuk kelompok orang-orang yang menyekutukan Allah.
Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, matiku, hanyalah untuk Allah, Tuhan
semesta alam. Tiada sekutu bagi-Nya, dan dengan keyakinan itulah aku
diperintahkan, dan saya termasuk ke dalam kelompok orang-orang yang berserah
diri."
~ Ruku’
34
~ I’tidal
I’tidal adalah gerakan kembali berdiri tegak setelah posisi ruku' dengan kondisi
tangan lurus di samping paha, sehingga tidak bersedekap. Bacaan dalam i'tidal yang
dibaca pelan (hanya terdengar oleh telinga kita) adalah sebagai berikut:
Setelah tahap ini, maka tahap selanjutnya adalah sujud yang mana perubahan posisi
dari i'tidal ke sujud dengan mengucapkan takbir.
~ Sujud
Posisi sujud sebagaimana pada umumnya kita bersujud, di mana kedua tangan kita
lurus di samping telinga kita. Dahi dan dengkul sejajar menyentuh lantai, sementara
ujung-ujung kaki menghadap ke kiblat. Bacaan dalam sujud yang dibaca pelan
(hanya terdengar oleh telinga kita) adalah sebagai berikut:
35
Tuhanku. Wajahku bersujud kepada yang menciptakannya, dan membentuknya,
dan memberikannya telinga dan mata. Maha Suci Allah, sebaik-baiknya Pencipta."
Posisi duduknya adalah tubuh tegak di mana jari kaki kiri lurus ke belakang (tidak
menghadap ke kiblat) dan jari kaki kanan menghadap ke kiblat, sementara pantat
bagian kiri bertumpu pada tumit kaki kiri. Posisi jari tangan memegangi dengkul.
Posisi duduk seperti ini disebut duduk iftirasy. Perubahan posisi dari sujud ke posisi
duduk di antara dua sujud diawali dengan mengucapkan takbir. Adapun bacaanya
yang dibaca pelan (hanya terdengar oleh telinga kita) adalah sebagai berikut:
~ Sujud
Posisi sujud dan bacaannya sama dengan sujud pada tahap ke-8. Perubahan posisi
dari duduk di antara dua sujud ke posisi sujud diawali dengan mengucapkan takbir.
Sebelum bangun berdiri tegak, disunnah untuk duduk sejenak sambil membaca
pelan " Subhanallah" . Posisi duduk istirahat seperti pada posisi duduk di tahap ke-9.
~ Duduk Tasyahud
Posisi duduknya seperti pada gambar di mana posisi pantat kiri bertumpu ke lantai,
sementara pergelangan kaki kiri berada di antara dengkul dan ujung jari kaki kanan.
Duduk semacam ini disebut dengan posisi duduk Tawaruk. Bacaan pada Tasyahud
ini adalah gabungan antara bacaan Tasyahud Awal dan Tasyahud Akhir berikut ini:
36
AT-TAHIYYAATU AL-MUBAARAKAATU AL-SHALAWAATU AL-THOYYIBAATU
LILLAHI. ASSALAAMU ‘ALAIKA AYYUHANNABIYYU WA RAHMATULLAHI WA
BARAKAATUHU. AS-SALAAMU ‘ALAINAA WA ‘ALAA ‘IBAADILLAHI AS-SHOOLIHIN.
ASYHADU AN LAA ILAAHA ILLA ALLAH WA ASYHADU ANNA
MUHAMMADARRASUULULLAH. ALLAHUMMA SHOLLI ‘ALA SAYYIDINAA
MUHAMMAD. WA ‘ALA AALI SAYYIDINA MUHAMMAD KAMAA SHOLLAYTA ‘ALA
SAYYIDINA IBRAHIM. WA BAARIK ‘ALA SAYYIDINA MUHAMMAD WA ‘ALA AALI
SAYYIDINA MUHAMMAD. KAMAA BAARAKTA ‘ALA SAYYIDINAA IBRAHIM, WA
‘ALA SAYYIDINA IBRAHIM, FIL ‘AALAMIINA INNAKA HAMIIDUN MAJIID.
Artinya: “ Segala ucapan selamat, keberkahan, shalawat, dan kebaikan adalah bagi
Allah. Mudah-mudahan kesejahteraan dilimpahkan kepadamu wahai Nabi beserta
rahmat Allah dan barakah-Nya. Mudah-mudahan kesejahteraan dilimpahkan pula
kepada kami dan kepada seluruh hamba Allah yang shalih. Aku bersaksi bahwa tidak
ada sesembahan yang berhak disembah melainkan Allah, dan aku bersaksi bahwa
Muhammad itu adalah utusan Allah. Ya Allah aku sampai shalawat kepada
junjungan kita Nabi Muhammad, serta kepada keluarganya. Sebagaimana Engkau
sampaikan shalawat kepada Nabi Ibrahim As., serta kepada para keluarganya. Dan,
berikanlah keberkahan kepada junjungan kita Nabi Muhammad, serta kepada
keluarga. Sebagaimana, Engkau telah berkahi kepada junjungan kita Nabi Ibrahim,
serta keberkahan yang dilimpahkan kepada keluarga Nabi Ibrahim. Di seluruh alam
raya ini, Engkaulah Yang Maha Terpuji lagi Maha Kekal.
Pada waktu bacaan sampai pada " Asyhadu" , maka disunnahkan jari telunjuk kanan
kita terbuka tegak ke depan.
~ Mengucapkan salam
37
ASSALAAMU ‘ALAIKUM WARAHMATULLAHI WA BARAKAATUHU
Berikut doa yang bisa dipanjatkan setelah selesai melakukan tata cara sholat dhuha:
Artinya: "Ya Allah, sesungguhnya waktu dhuha adalah waktu dhuha-Mu, keagungan
adalah keagungan-Mu, keindahan adalah keindahan-Mu, kekuatan adalah
kekuatan-Mu, penjagaan adalah penjagaan-Mu.
Ya Allah, apabila rezekiku berada di atas langit maka turunkanlah, apabila berada di
dalam bumi maka keluarkanlah, apabila sukar mudahkanlah, apabila haram
sucikanlah, apabila jauh dekatkanlah dengan kebenaran dhuha-Mu, kekuasaan-Mu
(wahai Tuhanku), datangkanlah padaku apa yang Engkau datangkan kepada hamba-
hamba-Mu yang sholeh."
Seperti yang dijelaskan di hadits riwayat Ahmad nomor 354 . Manfaat shalat dhuha
adalah untuk mengganti kewajiban bersedekah untuk 360 persendian pada tubuh
kita. Hanya dengan shalat 2 rakaat, semua kewajiban tersebut digenapi. Selain itu,
shalat ini juga punya banyak manfaat lainnya, yaitu:
Shalat 2 rakaat bisa menolong kita untuk memenuhi kebutuhan duniawi di siang
hari. Menurut sebagian ulama, shalat sunnah ini bisa menyelamatkan kita dari hal
yang membahayakan di siang hari atau menolong kita agar tidak terjerumus ke
dalam dosa. Selain itu, ada juga yang berpendapat bahwa shalat ini bisa
menghilangkan kesulitan pada pekerjaan, artinya Allah akan memudahkan semua
urusan duniawi kamu hingga siang menghilang.
ُار َأ ْكف َِك آخ َِره َقا َل هَّللا ُ َع َّز َو َج َّل َيا اب َْن آ َد َم الَ َتعْ ِج ْز َعنْ َأرْ َبع َر َك َعا ٍ َأ
ِ ت مِنْ َّو ِل ال َّن َه ِ
38
Allah Ta’ala berfirman: Wahai anak Adam, janganlah engkau tinggalkan empat
raka’at shalat di awal siang (di waktu Dhuha). Maka itu akan mencukupimu di akhir
siang. (HR. Abu Daud, No. 1289)
Bagi siapapun yang melaksanakan shalat subuh berjamaah lalu menunggu waktu
dhuha datang dan lalu melaksanakan shalat 2 rakaat maka ia akan mendapat pahala
yang sama besarnya seperti menjalankan ibadah haji dan umroh. Dalilnya adalah
sebagai berikut:
« .» ت لَ ُه َكَأجْ ِر َحجَّ ٍة َوعُمْ َر ٍة َ صلَّى ْال َغدَ ا َة فِى َج َما َع ٍة ُث َّم َق َع َد َي ْذ ُك ُر هَّللا َ َح َّتى َت ْطلُ َع ال َّشمْسُ ُث َّم
ِ صلَّى َر ْك َع َتي
ْ ْن َكا َن َ َْمن
« َتا َّم ٍة َتا َّم ٍة َتا َّم ٍة-صلى هللا عليه وسلم- ِ » َقا َل َقا َل َرسُو ُل هَّللا
Manfaat shalat 2 rakaat ini bagus untuk memperlancar rejeki dan melindungi kita
dari bahaya dan dosa di siang hari. Nasihat untuk para pekerja kantoran yang ingin
melaksanakan shalat dhuha lebih baik baik selesaikan dulu pekerjaan kantor, karena
tugas kantor hukumnya adalah wajib sedangkan shalat dhuha adalah sunnah.
Shalat Jenazah
sholat jenazah adalah sholat fardhu kifayah yang dilaksanakan saat ada umat
muslim meninggal dunia. Tujuannya untuk mendoakan mayit agar Allah
berkenan mengampuni dan merahmatinya. Saat melakukan sholat, jenazah
harus berada di hadapan kita. Lalu sholat dilaksanakan dengan empat kali takbir
serta diselingi doa dan shalawat.
Para ulama bersepakat bahwa hukum sholat jenazah termasuk fardhu kifayah.
Kewajiban yang dikenakan bagi seluruh umat Islam secara kolektif (bukan
kewajiban perseorangan). Jika kewajiban itu sudah dilaksanakan oleh
sekelompok atau sebagian orang, maka kewajiban itu gugur bagi lainnya.
39
Sebaliknya jika tidak ada umat muslim yang melakukan sholat jenazah, maka
seluruh umat muslim akan mendapat dosa. Jadi apabila tak seorang pun
melaksanakan kewajiban mengurus jenazah hingga melakukan sholat jenazah,
maka seluruh muslim akan mendapatkan dosa.
1. Menutup Aurat
Saat melakukan sholat jenazah, pastikan aurat tertutup dengan baik. Aurat wanita
adalah seluruh tubuh, kecuali wajah dan telapak tangan. Aurat laki-laki adalah
bagian yang berada di bawah pusar hingga lutut. Memperhatikan aurat saat sholat
jenazah sangat penting agar sholat yang dilakukan diterima Allah SWT.
2. Suci
3. Menghadap Kiblat
Sholat jenazah juga dilakukan menghadap kiblat, sama seperti sholat fardhu. Sholat
jenazah yang dilakukan dengan menghadap ke arah selain kiblat dianggap tidak
sah.
Selain memperhatikan kesucian tempat dan jamaah sholat jenazah, kita juga harus
memperhatikan kesucian jenazah. sholat jenazah bisa dilakukan jika jenazah sudah
dimandikan hingga suci, dan telah dikafankan. Setelah kedua hal tersebut dilakukan,
jenazah siap untuk disholatkan.
40
Berikut ini adalah jenis shalat jenazah yang harus kita ketahui :
Shalat jenazah perempuan memiliki tata cara khusus dan berbeda dari jenazah laki-
laki. Setiap kaum muslimin harus tahu bagaimana caranya melakukan sholat
jenazah perempuan. Hal itu dikarenakan kesalahan dalam melakukan sholat jenazah
bisa membuat amalan kurang sempurna. Oleh sebab itu umat muslim harus tahu
seperti apa ilmunya untuk menyalatkan jenazah perempuan.
Sama halnya dengan shalat jenazah perempuan. Shalat jenazah laki-laki memiliki
tata cara khusus. Doanya pun berbeda dengan doa jenazah perempuan. Setiap
muslim sebaiknya memiliki ilmu tentang shalat jenazah yang benar.
Untuk jenazah anak-anak, doa yang dibaca pun berbeda dengan jenazah laki-laki
dan jenazah perempuan. Hal itu dikarenakan anak-anak akan menjadi tabungan di
akhirat untuk kedua orangtuanya kelak. Anak yang belum baligh bisa menjadi
penolong bagi kedua orangtuanya.
Hadist yang membahas tentang shiolat jenazah banyak sekali, hal itu dikarenakan
pentingnya sholat jenazah tersbut terhadap orang muslim yang telah meninggal.
Berikut ini adalah beberapa hadist yang membahas tentang sholat jenazah :
HR. Ibnu Majah : Bunyi dari HR. Ibnu Majah adalah “Shalatkanlah mayat-
mayatmu!”.
HR. Tsauban : “Barang siapa menyalati jenazah, maka ia mendapatkan satu qirath.
Jika ia menghadiri penguburannya, maka ia mendapatkan dua qirath. Satu qirath
sama dengan gunung Uhud.”
41
HR. Abu Hurairah : Bunyi dari hadist ini adalah sebagai berikut ini :
Artinya:
Shlat jenazah terdiri dari 4 takbir, oleh sebab itu jika dia tidak paham tentang tata
cara sholat jenazah pada takbir kedua ada orang yang langsung ruku’, takbir ketiga
i’tidal dan takbir yang keempat melakukan sujud. Yang benar adalah 4 takbir
tersebut adalah takbiratul ikhram semua sehingga 4 takbir tetap dilakukan dalam
posisi berdiri dan membaca bacaan yang telah ditentukan.
Berikut ini adalah tata cara sholat jenazah yang harus diketahui :
1. Niat
Hal pertama yang dilakukan adalah niat. Niat sangatlah penting sebab dari niat lah
Allah tahu apa yang mau kita lakukan. Dari niat pulalah Allah tahu ketulusan dan
tekat hamba NYA dalam melakukan hal tersebut. Yang berbeda adalah niat untuk
sholat jenazah laki-laki dan shalat jenazah perempuan.
Niat juga merupakan syarat syahnya sholat sehingga setiap amalan yang akan
dilakukan harus diawali dengan niat. Berikut ini adalah niat sholat jenazah yang
harus diketahui :
42
Usholli ‘alaa haadzalmayyiti arba’a takbiraatin fardhol kifaayati ma’muuman lillaahi
ta’aala.
Artinya: saya niat shalat atas mayit ini empat kali takbir fardhu kifayah karena
menjadi makmum karena Allah Ta’ala.
Niat menjadi makmum jenazah perempuan
Untuk niat menjadi makmum shalat jenazah perempuan adalah seperti ini :
Bunyi dari ayat tersebut adalah” usholli ‘alaa haadzihil mayyitati arba’a takbiraatin
fardhol kifaayati ma’muuman lillaahi ta’aala.”
Artinya: Saya niat shalat di atas mayit perempuan ini empat kali takbir fardhu
kifayah karena menjadi makmum karena Allah ta’ala.
Niat menjadi imam sholat jenazah
Untuk menjadi imam, kita juga harus mengucapkan niat. Ketika menjadi imam,
lafadz pada bacaan ma’muuman diubah menjadi lafadz imaa’man. Berikut ini adalah
niat yang harus dibaca ketika menjadi imam bagi jenazah :
Bunyi dari ayat tersebut adalah “usholli ‘alaa haadzalmayyiti arba’a takbiraatin
fardhol kifaayati imaaman lillaahi ta’aala.”
Artinya: saya niat shalat atas mayit ini empat kali takbir fardhu kifayah menjadi
imam karena Allah ta’ala. Lafadz niat itu berlaku bagi jenazah perempuan maupun
jenazah laki-laki.
2. Takbir Pertama
Setelah membaca niat, kita akan melakukan takbir yang pertama. Takbir yang
pertama tersebut kita dianjurkan untuk membaca surat Al-fatihah.
3. Takbir Kedua
Takbir kedua masih dilakukan dalam posisi berdiri, jangan melakukan sujud sebab
dalam shalat jenazah tidak ada sujud. Pada saat takbir yang kedua ini kita
diwajibkan untuk membaca shalawat Nabi Muhammad SAW. Bunyi shalawat yang
lengkap adalah berikut ini:
43
َ ِإ َّن
ك َحمِي ٌد َم ِجي ٌد
Bunyi shalawat di atas adalah “Allahumma shalli ‘alaa muhammad, wa ‘alaa ali
muhammad. kamaa shallaita ‘alaa ibraahiim, wa ‘alaa ali ibraahiim. wabaarik ‘alaa
muhammad, wa ‘alaa ali muhammad. kamaa baarakta ‘alaa ibraahiim, wa ‘alaa ali
ibraahiim. Fil ‘alaamiina innaka hamiidummajiid”.
Artinya:
“Ya Allah limpahkanlah rahmat kepada Nabi Muhammad SAW, beserta dengan
keluarganya. Sebagaimana telah Engkau beri rahmat kepada Nabi Ibrahim AS dan
keluarganya. Dan limpahkanlah berkat atas Nabi Muhammad SAW beserta dengan
keluarganya. Sebagaimana Engkau memberi berkat atas Nabi Ibrahim AS dan
keluarganya. Di seluruh alam semesta, Engkaulah yang Maha Terpuji dan Maha
Mulia.
4. Takbir Ketiga
Takbir ketiga adalah membaca doa khusus jenazah. Pembacaan doa tersebut
berbeda tergantung dengan jenazahnya. Berikut ini adalah doa yang diucapkan
berdasarkan dengan jenazahnya :
Jenazah perempuan
Untuk jenazah perempuan bacaan doa yang harus dilafadzkan menggunakan lafadz
(haa). Berikut ini adalah bacaan doa lengkapnya :
Untuk jenazah laki-laki bacaan ( haa ) diganti dengan bacaan ( hu ). Berikut ini
adalah bacaan doa yang harus dibaca ketika jenazahnya laki-laki:
Untuk jenazah yang masih anak-anak, bacaan yang harus dibaca adalah sebagai
berikut ini:
44
اَللَّ ُه َّم اجْ َع ْل ُه َف َر ًَطا اِل َ َب َو ْي ِه َو َسلَ ًفا َو ُذ ْخرً ا
“Ya Allah, jadikanlah ia sebagai simpanan pendahuluan bagi ayah bundanya dan
sebagai titipan, kebajikan yang didahulukan, dan menjadi pengajaran ibarat serta
syafa’at bagi orangtuanya. Dan beratkanlah timbangan ibu-bapaknya karenanya,
serta berilah kesabaran dalam hati kedua ibu bapaknya. Dan janganlah menjadikan
fitnah bagi ayah bundanya sepeninggalnya, dan janganlah Tuhan menghalangi
pahala kepada dua orang tuanya.”
5. Takbir Keempat
Takbir keempat kita akan membaca doa khusus. Berikut ini adlaah bacaan yang
harus dibaca ketika takbir yang keempat :
ْ اَللَّ ُه َّم الَ َتحْ ِرمْنا َ َأجْ َرهُ َوالَ َت ْف ِت َنا َبعْ َدهُ َو
اغفِرْ لَنا َ َولَ ُه
“Ya Allah, janganlah kiranya pahalanya tidak sampai kepada kami ( janganlah
Engkau meluputkan kami akan pahalanya), dan janganlah Engkau memberi kami
fitnah sepeninggalnya, dan ampunilah kami dan dia.”
6. Salam
Arti dari bacaan salam adalah “keselamatan dan rahmat Allah semoga tetap pada
kamu sekalian.
45
Manfaat yang bisa dirasakan oleh umat muslim yang melaksanakan sholat jenazah
adalah bisa mendapatkan pahala yang besar yaitu sebanyak dua qirath. Dua qirath
jika diibaratkan seperti dua buah gunung yang besar. Seperti bunyi hadist yang
diriwayatkan oleh Abu Hurairah seperti ini,”
Shalat Istisqa
Umat Islam dianjurkan untuk sholat istisqa dan membaca doa sebanyak mungkin
saat musim paceklik. Musim paceklik dalam konteks masyarakat Indonesia yaitu,
musim kemarau berkepanjangan yang menyebabkan tanah, tanaman, dan makhluk
Ada baiknya jika sholat istisqa untuk meminta hujan diawali dengan doa saat
menghadapi kesusahan secara umum sebagaimana riwayat Bukhari dan Muslim
berikut ini.
"Laa ilaaha illallaahul 'azhiimul haliimu, laa ilaaha illallaahu rabbul 'arsyil 'azhiimi, laa
ilaaha illallaahu rabus samaawaati wa rabbul ardhi wa rabbul 'arsyil kariimi."
46
Artinya, "Tiada Tuhan selain Allah yang agung dan santun. Tiada Tuhan selain Allah,
Tuhan Arasy yang megah. Tiada Tuhan selain Allah, Tuhan langit, bumi, dan Arasy
yang mulia."
Dasar hukum syariat sholat istisqa telah termaktub dalam Al Quran dan hadis Nabi
SAW.
Al Quran
"Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pernah keluar untuk melaksanakan sholat istisqa,
beliau lalu berdoa dengan menghadap ke arah kiblat sambil membalikkan kain
selendangnya. Kemudian beliau melaksanakan sholat dua rakaat dengan
mengeraskan bacaannya pada kedua rakaat itu."
Jumhur Ulama dari mazhab Maliki, Syafii, Hambali dan dua ulama madzhab Hanafi
Abu Yusuf dan Muhammad berpendapat bahwa sholat istisqa hukumnya adalah
47
sunnah dan kebanyakan dari kalangan hambali mengatakan hukumnya sunnah
muakkadah (sangat dianjurkan).
Ulama bersepakat bahwa disyariatkan istisqa dengan doa pada khutbah Jumat,
sebagaimana diriwatkan oleh anas Radhiallahu 'anhu: 'Bahwa seseorang lelaki
masuk ke dalam masjid pada hari Jumat dan Rasulullah sedang berkhutbah, lalu dia
berkata: "Ya Rasulullah, telah habis harta, dan telah habis segala solusi oleh
karenanya berdoalah kepada Allah supaya Allah berikan kami hujan, maka
Rasulullah pun mengangkat kedua tangannya seraya berkata: 'Ya Allah berikanlah
kami hujan, ya Allah berikanlah kami hujan, ya Allah berikanlah kami hujan,' lalu
Allah pun menjawab doanya dan turunlah hujan yang deras." (HR. Baihaqi dalam
Sunan Kubra Jilid 3 / 359).
~ Niat
sebelum memulai sholat sunnah meminta hujan. Lafal ini dapat menjadi alternatif
untuk dibaca sebelum sholat istisqa dimulai.
Artinya, "Aku menyengaja sholat sunnah meminta hujan dua rakaat sebagai
makmum karena Allah SWT."
48
- Rakaat kedua takbir lima kali sebelum membaca surat Al-Fatihah.
2. Khutbah dua atau sekali sebelum (atau setelah) shalat. Khutbah setelah sholat
lebih utama.
Doa salat istisqa, berdasarkan Busyral Karim karya Sa‘id bin Muhammad Ba‘asyin
adalah sebagai berikut.
Artinya: Ya Allah, turunkan kepada kami air hujan yang menolong, mudah,
menyuburkan, yang lebat, banyak, merata, menyeluruh, dan bermanfaat abadi. Ya
Allah, turunkan kepada kami air hujan. Jangan jadikan kami orang yang putus
harapan. Ya Allah, sungguh banyak hamba, negeri, dan jenis hewan, dan segenap
makhluk lainnya mengalami bencana, paceklik, dan kesempitan, kami tidak
mengadu selain kepada-Mu. Ya Allah, tumbuhkan tanaman kami, deraskan air susu
ternak kami, turunkan pada kami air hujan karena berkah langit-Mu, dan
49
tumbuhkan tanaman kami dari berkah bumi-Mu. Ya Allah, angkatlah kesusahan
paceklik, kelaparan, ketandusan dari bahu kami. Hilangkan dari kami bencana yang
hanya dapat diatasi oleh-Mu. Ya Allah, sungguh kami memohon ampun kepada-Mu,
karena Kau MahaPengampun. Maka turunkan pada kami hujan deras dari langit-
Mu.
Pengertian:
Niat shalat gerhana sangat penting untuk dipahami oleh setiap umat Islam, karena
kesepakatan para ulama atau Ijma seperti yang dilansir dari NU Online menyatakan
hukum shalat gerhana bulan dan matahari merupakan sunnah muakkad. Adanya
pendapat itu berdasarkan firman yang diturunkan oleh Allah sebagai berikut:
َْس َواَل ل ِْل َق َم ِر َواسْ ُج ُدوا هَّلِل ِ الَّذِي َخلَ َقهُنَّ ِإنْ ُك ْن ُت ْم ِإيَّاهُ َتعْ ُب ُدون
ِ َومِنْ آ َيا ِت ِه اللَّ ْي ُل َوال َّن َها ُر َوال َّش ْمسُ َو ْال َق َم ُر اَل َتسْ ُج ُدوا لِل َّشم
Adapun shalat gerhana bulan dan matahari yang harus dilafalkan ketika hendak
menjalankan ibadah sunnah muakkad satu ini. Berikut adalah doa dan niat shalat
gerhana bulan dan matahari yang harus dibacakan:
َ ُأ
ِ صلِّي ُس َّن َة ال ُخسُوفِ َر ْك َع َتي
َمأمُومًا هلل َت َعالَى/ْن ِإ َما ًم
50
Artinya: "Saya niat salat sunah gerhana bulan dua rakaat sebagai imam/makmum
karena Allah SWT".
Sebelum Anda memulai untuk menjalankan shalat, bagi jamaah harus mengucapkan
"As-Shalatu jami'ah". Kemudian bisa melanjutkan untuk menjalankan ibadah sholat
gerhana bulan dan matahari sesuai dengan tata cara yang benar dalam ajaran Islam,
sebagai berikut:
1. Membaca Niat
"Ushalli sunnatal khusuf rak'ataini imaman/makmuman lillahi ta'ala"
3. Setelah itu baca urat panjang misal Al-Baqarah dibaca dengan lantang
8. Sujud dengan membaca tasbih 100 kali seperti waktu ruku' pertama
9. Duduk di antara dua sujud
10. Sujud kedua dengan membaca tasbih 80 kali selama ruku' kedua
11. Duduk istirahat atau duduk sejenak sebelum bangkit untuk mengerjakan rakaat
kedua
51
12. Bangkit dari duduk, lalu mengerjakan rakaat kedua dengan gerakan yang sama
dengan rakaat pertama
13. Namun setelah membaca Al-Fatihah dianjurkan membaca surat An-Nisa pada
rakaat pertama. Untuk rakaat kedua dianjurkan membaca Surat Al-Maidah.
14. Mengucapkan salam
Sangat disaranka usai melakukan shalat ada baiknya bagi Anda terus berdoa serta
beristighfar pada Allah.
Bagi umat Islam yang akan melaksankan sholat gerhana penting untuk memastikan
kapan tepatnya gerhana bulan atau matahari ini akan terjadi. Sebab, sholat ini
dilakukan tepat ketika gerhana matahari terjadi.
Bagi pria muslim dan juga perempuan bisa mengikuti ibadah yang satu ini. Bacaan
shalat disunahkan terdengar keras ketika sholat berlangsung, siang atau pun malam
hari. Di samping hal ini, rakaat pertama bacaan ada baiknya dipanjangkan.
Shalat gerhana dapat dilakukan sendiri atau berjamaah, meski begitu sangat
disarankan untuk melakukannya secara berjamaah. Bisa di masjid atau pun di tanah
lapang.
52
Aisyah RA menceritakan tata cara salat gerhana yang dilakukan Nabi Muhammad
SAW, Aisyah berkata:
.... ِ ت هَّللا
ِ ان مِنْ آ َيا َ اس َف َح ِم َد هَّللا َ َوَأ ْث َنى َعلَ ْي ِه ُث َّم َقا َل ِإنَّ ال َّش
ِ مْس َو ْال َق َم َر آ َي َت َ ت ال َّشمْ سُ َف َخ َط
َ ب ال َّن ْ َف َو َق ْد ا ْن َجل َ ُث َّم ا ْن
َ ص َر
ِ ان لِ َم ْو
ت ِ اَل َي ْخسِ َف
َ َأ َح ٍد َواَل ل َِح َيا ِت ِه َفِإ َذا َرَأ ْي ُت ْم َذل َِك َف ْادعُوا هَّللا َ َو َك ِّبرُوا َو
َ صلُّوا َو َت
ص َّدقُوا
Artinya:
"...kemudian Beliau berbalik badan dan matahari mulai terang, lalu dia berkhutbah
di hadapan manusia, beliau memuji Allah dengan berbagai pujian, kemudian
bersabda: Sesungguhnya (gerhana) matahari dan bulan adalah dua tanda di antara
tanda-tanda kebesaran Allah, keduanya terjadi bukan karena wafatnya seseorang
dan bukan pula lahirnya seseorang. Jika kalian menyaksikannya, maka berdoalah
kepada Allah, bertakbirlah, salat, dan bersedekahlah." (HR. Bukhari No.1044).
Usholli sunnatan likusuufis syamsi rok'taini lillahi taa'ala Artinya : "Aku niat shalat
sunnah gerhana matahari dua rakaat karena Allah ta'ala "
Sholat gerhana matahari dalam Bahasa Arab sering disebut dengan istilah khusuf.
Sebenarnya tata cara sholat gerhana matahari sama dengan bulan Dalilnya adalah
sabda Nabi SAW:
53
”Shalat gerhana bulan dilakukan sama sebagaimana shalat gerhana matahari.” (Ibnu
Mundzir, Al-Iqna’, 1/124-125)
Yang membedakan dari tata cara sholat gerhana bulan dan matahari adalah
niatnya. Niat untuk sholat gerhana matahari, adalah sebagai berikut:
Usholli sunnatan likusuufis syamsi rok'taini lillahi taa'ala Artinya : "Aku niat shalat
sunnah gerhana matahari dua rakaat karena Allah ta'ala "
Setelah itu gerakan dan bacaan sholat sama dengan saat melaksanaan sholat
gerhana bulan.
Mengingat peristiwa gerhana bukan peristiwa yang terjadual dengan pasti, tentu
pelaksanaan sholat gerhana jarang dilakukan. Maka dari itu perlu adanya koordinasi
jika ingin dilakukan dengan berjamaah agar tidak menimbulkan kebingungan dan
kegaduhan saat berjamaah.
Gerhana adalah fenomena alam yang patut kita syukuri. Salah satu bentuk syukur
dari umat Islam adalah dengan melaksanakan sholat gerhana dan memanjatkan
doa.
Pengertian :
54
Pendapat ini juga dipilih oleh Syeikh Muhammad bin Utsaimin (Syarah Mumthi’ ”
(4/179)) dan juga Syeikh Ibnu Baz dalam kitab fatawa.
Masalahan Kedua
Waktu/pelaksanaan shalat Tahiyatul Masjid adalah ketika masuk ke masjid dan
sebelum duduk. Adapun jika ia sengaja duduk, maka tidak di syari’atkan untuk
mengerjakan shalat tahiyatul masjid. Hal itu dikarenakan telah kehilangan
kesempatan (yaitu ketika masuk masjid dan sebelum duduk). (Ahkam Tahiyatul
Masjid, 5)
Masalah Ketiga
Adapun jikalau ia masuk masjid dan langsung duduk karena tidak tahu atau lupa dan
belum mengerjakan shalat Tahiyatul Masjid, maka ia tetap disyari’atkan untuk
mengerjakan shalat tahiyatul masjid, karena orang yang diberi uzur (karena lupa
atau tidak tahu) tidak hilang kesempatan untuk megerjakan shalat tahiyatul masjid,
dengan syarat jarak antara duduk dengan waktunya tidak terlalu lama. (Fathul
Bari, 2/408)
Masalah Keempat
Apabila ada orang yang masuk ke Masjid sedangkan azan dikumandangkan, maka
yang sesuai syari’at adalah menjawab adzan dan menunda sebentar untuk shalat
Tahiyatul Masjid, karena saat itu menjawab adzan lebih penting. Kecuali kalau ia
masuk ke masjid pada hari jum’at, sedangkan adzan untuk khutbah tengah
dikumandangkan, maka dalam kondisi seperti ini mendahulukan shalat tahiyatul
masjid daripada menjawab azan (agar bisa mendengarkan khutbah). Karena
mendengarkan khutbah lebih penting.” (Al-Inshaf, 1/427)
Masalah Kelima
Apabila ada orang yang masuk ke masjid sedangkan imam saat itu sedang
berkhutbah, maka tetap disunnahkan untuk mengerjakan shalat Tahiyatul Masjid,
dan hendaknya meringankannya/mempercepatnya (Al-Fatawa li Ibni
Taimiyyah, 23/219). Hal ini sebagaimana dalam hadits Nabi, “Maka janganlah ia
duduk kecuali telah mengerjakan dua raka’at” (HR Bukhari (1163) dan Muslim
(714)). Begitu pula dalam hadits yang lain,´“Hendaklah ia kerjakan dua raka’at, dan
hendaklah meringankanya.” (HR Bukhari (931), Muslim (875)). Jika seorang khatib
hampir selesai khutbah, dan menurut dugaan kuat jika ia mengerjakan shalat
Tahiyatul Masjid akan ketinggalan shalat wajib (shalat jum’at), maka hendaknya ia
berdiri untuk mengerjakan shalat jum’at, dan setelah selesai shalat Jumat
hendaknya ia jangan sampai langsung duduk tanpa mengerjakan shalat tahiyatul
masjid.
Masalah Keenam
Penghormatan di Masjidil Haram adalah Thawaf, hal ini sebagaimana dikemukakan
Jumhur Fuqaha’. Imam Nawawi berkata, “Shalat Tahiyyatul Masjidil untuk Masjidil
Haram adalah Thawaf, yang dikhususkan bagi pendatang. Adapun orang yang
Muqim/menetap disitu maka hukumnya sama seperti masjid-masjid yang lain (yaitu
disunnahkan shalat Tahiyatul Masjid)” (Fathul Bari: 2/412)
55
Namun sebagai catatan, hadits yang dijadikan rujukan dalam masalah ini adalah
hadits yang tidak shahih/benar. Bahkan tidak ada asalnya dari Nabi. Lafaz hadits
tersebut adalah:
Masalah Ketujuh
Shalat qabliyah dapat menggantikan tahiyatul masjid, karena maksud dari shalat
tahiyatul masjid adalah agar orang yang masuk masjid memulai dengan shalat,
sedangkan ia telah melaksanakan shalat sunnah rawatib. Jika ia berniat shalat
sunnah rawatib sekaligus shalat tahiyatul masjid atau berniat shalat fardhu maka ia
telah mendapat pahala secara bersamaan. (Kasyful Qana’: 1/423)
Masalah Kedelapan
Adapun seorang imam, maka cukup baginya untuk mendirikan shalat fardhu tanpa
shalat Tahiyatul Masjid. Hal itu dikarenakan imam datang di akhir dan
kedatangannya dijadikan sebagai tanda untuk mengumandangkan iqamat. (Subulus
Salam: 1329)
Adapun jikalau imam telah datang sejak awal waktu, maka tetap disyari’atkan bagi
imam untuk mengerjakan shalat Tahiyatul Masjid, sebagaimana makmum. Hal itu
sebagaimana keumuman dalil, “Jika salah seorang dari kalian masuk ke Masjid,
maka janganlah duduk sehingga ia shalat dua raka’at terlebih dahulu.” (HR Bukhari
(444), Muslim (764))
Mengenai shalat di tanah lapang (seperti shalat ied, istisqa’), maka tidak
disyari’atkan untuk mengerjakan shalat Tahiyatul Masjid, (Al-Fawakihul Adidah :
1/99)
Namun sebagian ulama’ ada yang membolehkan shalat tahiyatul Masjid di tanah
lapang karena di tinjau dari segi hukumnya sama seperti shalat berjama’ah di dalam
masjid. (Al-inshaf: 1/246). Namun yang lebih rajih insya Allah pendapat yang
pertama, karena berbeda dari sisi tempatnya dan juga dzahirnya hadits : “Jika salah
seorang dari kalian masuk ke Masjid…. (HR Bukhari dan Muslim)
Masalah Kesembilan
Tidak dipungkiri bahwa shalat tahiyatul masjid berlaku utk siapa saja, laki-laki &
perempuan yang hendak melakukan shalat berjama’ah di masjid. Hanya saja para
ulama mengecualikan darinya khatib Jum’at, dimana tak ada satupun dalil yang
menunjukkan bahwa Nabi –shallallahu Alaihi wassalam- shalat tahiyatul masjid
sebelum beliau khutbah. Akan tetapi beliau datang & langsung naik ke mimbar (Al-
Majmu’: 4/448).
56
Hikmah Shalat Tahiyatul Masjid
Hikmah dari mengerjakan Shalat Tahiyatul Masjid adalah sebagai penghormatan
terhadap Masjid, sebagaimana seseorang masuk ke rumahnya dengan mengawali
ucapan salam, dan juga sebagaimana seseorang yang mengucapkan salam kepada
sahabatnya disaat keduanya bertemu.
Semoga Allah memberi pertolongan kepada kita agar kita senantiasa dimudahkan
dalam memahami agama Islam yang benar, dan dimudahkan dalam
mengamalkannya dan mendakwahkannya.
57
Juga perlu diketahui, shalat Tahiyatul Masjid harus dilakukan sebelum duduk.
Artinya, ketika seseorang memasuki masjid dan langsung duduk tanpa mengerjakan
shalat sunnah tersebut, maka hilanglah kesunnahan Tahiyatul Masjid baginya,
kecuali jika ia duduk disebabkan tidak tahu kesunnahan shalat tersebut, atau lupa
dan waktu duduknya tidak dianggap lama, maka ia masih mempunyai kesempatan
untuk melakukan shalat sunnah Tahiyatul Masjid.
Berikuti ini adalah beberapa keutamaan melaksanakan shalat tahiyatul masjid bagi
mereka yang melaksanakannya. Diantaranya:
Melaksanakan shalat tahiyatul masjid ini merupakan salah satu bentuk pemuliaan
terhadap masjid dimana merupakan rumah Allah atau baitullah. Menurut jumhur
ulama, kedudukan dari shalat sunnah ini adalah seperti pada saat mengucapkan
salam di saat masuk rumah atau mengucapkan salam saat bertemu dengan saudara
seiman.
Ini juga kembali ditekankan oleh Imam Nawawi rahimahullaah yang mengatakan,
“Sebagian mereka (ulama) mengungkapkannya dengan Tahiyyah Rabbil Masjid
(menghormati Rabb -Tuhan yang disembah dalam- masjid), karena maksud dari
shalat tersebut sebagai kegiatan taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah, bukan
kepada masjidnya, karena orang yang memasuki rumah raja, ia akan menghormat
kepada raja bukan kepada rumahnya.” (Hasyiyah Ibnu Qasim: 2/252)
Shalat tahiyatul masjid juga digunakan untuk menutupi kekurangan shalat wajib.
Hal ini tercermin dari sebuah hadits Rasulullah Saw yang berarti, “Sesungguhnya
amalan yang pertama kali dihisab pada manusia di hari kiamat nanti adalah shalat.
Allah ‘azza wa jalla berkata kepada malaikat-Nya dan Dia-lah yang lebih tahu,
“Lihatlah pada shalat hamba-Ku. Apakah shalatnya sempurna ataukah tidak? Jika
shalatnya sempurna, maka akan dicatat baginya pahala yang sempurna. Namun jika
dalam shalatnya ada sedikit kekurangan, maka Allah berfirman: Lihatlah, apakah
hamba-Ku memiliki amalan sunnah. Jika hamba-Ku memiliki amalan sunnah, Allah
berfirman: sempurnakanlah kekurangan yang ada pada amalan wajib dengan
amalan sunnahnya.” Kemudian amalan lainnya akan diperlakukan seperti ini.” (HR.
Abu Daud, Ibnu Majah, Ahmad)
58
Shalat tahiyatul masjid yang menjadi salah satu shalat sunnah ini juga akan
menghapus dosa dan meninggikan derajat, karena dengan memperbanyak sujud
bisa dilakukan dengan cara menjalankan beberapa shalat sunnah seperti shalat
tahiyatul masjid.
“Aku berkata pada Tsauban, ‘Beritahukan padaku suatu amalan yang dicintai
Allah’.” Ketika ditanya, Tsauban malah diam. Kemudian ditanya kedua kalinya, ia
pun masih diam. Sampai ketiga kalinya, Tsauban berkata, ‘Aku pernah menanyakan
hal yang ditanyakan tadi pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Melaksanakan shalat tahiyatul masjid juga merupakan salah satu cerminan dari
tingkat ketakwaan dan juga rasa tawakkal atau berserah diri dari seorang hamba
Allah pada Allah SWT. Salah satu shalat sunnah ini adalah salah satu wujud dari
kesungguhan serta tekad yang berasal dari seorang hamba yang dilakukan hingga
rela menghabiskan waktu, tenaga bahkan mungkin hartanya hanya untuk
mengerjakan shalat sehingga lebih mendekatkan diri pada Allah. Oleh karena itu,
akan sangat wajar jika seorang hamba yang melakukan shalat tahiyatul masjid
merupakan cerminan dari ketaatan serta ketakwaan pada Allah. Allah juga sudah
menjanjikan berbagai pahala serta kemuliaan sebagai pahala dari menjalankan
shalat tahiyatul masjid ini.
Keutamaan lain dari shalat tahiyatul masjid adalah sebagai sarana dalam
menyelesaikan segala macam permasalahan yang terjadi di dalam hidup. Dalam
kehidupan Rasulullah saw yang paling mulia, beliau pernah mendapatkan masalah
atau urusan sehingga membuat beliau menjadi prihatin dan resah sehingga
Rasulullah saw lebih memperbanyak shalat-shalat sunnahnya.
Dalam hadits Qudsi, Allah SWT telah memerintahkan kepada manusia agar
mengerjakan sholat-sholat sunnah dengan niat hanya karena Allah swt. semata,
yang dimulai dari sejak awalk hari paling sedikit empat rakaat, maka Allah akan
memberikan kecukupan kepadanya. (Sunan Ad-Darimi; Musnad Ahmad).
59
Keutamaan dan juga manfaat dari menjalankan shalat sunnah seperti shalat
tahiyatuol masjid ini adalah untuk menyempurnakan shalat fardhu. Dengan ini, jika
ada kelalaian pada shalat fardhu, lupa, kesalahan atau kekurangan maka bisa
disempurnakan dengan shalat sunnah tersebut.
Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itulah yang
lebih baik baginya. (QS. Al-Baqarah [2]: 184).
Sholat-sholat sunnah atau yang juga disebut dengan sholat tathawwu’ termasuk
dalam wilayah kebajikan dari sisi ayat yang disebutkan di atas. Yang dimaksud
dengan kata “itulah yang lebih baik baginya” adalah lebih memperbaiki dan
menyempurnakan adanya kekurangan-kekurangan kebaikan pada yang wajib.
Shalat tahiyatul masjid juga merupakan salah satu bentuk rasa syukur dari seorang
hamba kepada Allah SWT atas segala nikmat yang sudah diperoleh seperti nikmat
rezeki, nikmat kesehatan, nikmat mendengar, nikmat bernafas, nikmat berjalan dan
berbagai nikmat lain yang sudah Allah SWT berikan.
Semasa hidup Rasulullah saw. pada setiap malamnya selalu mengerjakan sholat
sunnah hingga kaki beliau bengkak. Dalam sebuah hadits diriwayatkan, ketika istri
beliau Aisyah melihatnya, Aisyah bertanya: bukankah Allah swt. telah mengampuni
semua dosamu yang telah terjadi dan juga yang akan datang? Kemudian Nabi
menjawab dan berkata: Tidak bolehkah aku menjadi hamba yang banyak bersyukur
(kepada Allah)?” (HR. Bukhari, Muslim).
Shalat tahiyatul masjid merupakan amalan yang paling utama. Tsauban berkata jika
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ““Beristiqamahlah kalian dan
sekali-kali kalian tidak dapat istiqomah dengan sempurna. Ketahuilah,
sesungguhnya amalan kalian yang paling utama adalah shalat. Tidak ada yang
menjaga wudhu melainkan ia adalah seorang mukmin.” (HR. Ibnu Majah no. 277
dan Ahmad 5: 276. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Dengan rajin menunaikan shalat sunah seperti tahiyatul masjid ini, maka seseorang
akan dijadikan wali Allah yang sangat istimewa. Wali Allah yang dimaksud disini
bukanlah seseorang dengan ilmu sakti seperti dapat terbang serta memakai tasbih
dan surban, namun orang yang beriman dan beratkwa.
60
“Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap
mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman
dan mereka selalu bertakwa.” (QS. Yunus: 62-63)
Shalat tahiyatul masjid merupakan shalat yang sangat dianjurkan dan tidak dapat
dianggap remeh dan dengan melaksanakan shalat ini maka akan dimuliakan di surga
karena sudah memuliakan masjid. Rasulullah SAW. bersabda: “Sesungguhnya di
antara tanda-tanda dekatnya kiamat adalah seseorang melalui (masuk) masjid,
namun tidak melakukan shalat dua rakaat di dalamnya.” (HR. Ibnu Khuzaimah
dalam Shahihnya.
Shalat Istikharah
Artinya: "Rabb kita turun ke langit dunia pada sepertiga malam yang akhir pada
setiap malamnya. Kemudian berfirman, 'Orang yang berdoa kepadaKu akan
Kukabulkan, orang yang meminta sesuatu kepadaKu akan kuberikan, orang yang
meminta ampunan dariKu akan Kuampuni," (HR Bukhari dan Muslim).
61
Selain waktu sepertiga malam, buku tersebut juga menyebutkan, waktu-waktu
lain pengerjaaan sholat istikharah. Beberapa di antaranya seperti, sebelum
subuh, antara azan dan iqomah, di akhir shalat wajib, ketika turun hujan, dan
saat malam lailatul qadar.
Pembeda dengan sholat lainnya yaitu di niat dan ada beberapa tambahan doa
dalam shalat istikharah. DIkutip dari buku Penuntun Mengerjakan Sholat
Istikharah yang disusun oleh Tim Redaksi Qultummedia, berikut tata cara sholat
istikharah.
Artinya: "Saya niat sholat istikharah dua rakaat menghadap kiblat karena Allah
ta'ala."
2. Takbiratul ihram
3. Membaca surat-surat yang dibaca dalam surat istikharah
Para ulama menganjurkan saat melakukan sholat istikharah, hendaknya kita
membaca surat Al-Fatihah, Al-kafirun dan Al-Ikhlas dengan beberapa ketentuan.
Pada rakaat pertama membaca Al-Fatihah dan Al-Kafirun.
Lalu, di rakaat kedua membaca surat Al-Fatihah dan Al-Ikhlas. Bacaan setelah
surat Al-Fatihah sebetulnya tidak harus, yang wajib yaitu membaca surat Al-
Fatihahnya.
4. Rukuk
5. I'tidal
6. Sujud pertama
7. Duduk di antara dua sujud
8. Sujud kedua
9. Berdiri lagi untuk rakaat kedua yang dikerjakan sama seperti rakaat pertama
10. Tahiyat akhir
11. Salam
62
D. Doa Setelah Sholat Istikharah
Artinya: "Ya Allah, sesungguhnya aku meminta pilihan yang tepat kepada-Mu
dengan ilmu pengetahuan-Mu dan aku mohon kekuasaan-Mu (untuk mengatasi
persoalanku) dengan kemahakuasaan-Mu. Aku mohon kepada-Mu sesuatu dari
anugerah-Mu Yang Maha Agung, sesungguhnya Engkau Mahakuasa, sedang aku
tidak kuasa, Engkau mengetahui, sedang aku tidak mengetahuinya dan Engkau
adalah Maha Mengetahui hal yang ghaib. Ya Allah, apabila Engkau mengetahui
bahwa urusan ini (orang yang mempunyai hajat hendaknya menyebut
persoalannya) lebih baik dalam agamaku, dan akibatnya terhadap diriku
sukseskanlah untuk ku, mudahkan jalannya, kemudian berilah berkah. Akan
tetapi apabila Engkau mengetahui bahwa persoalan ini lebih berbahaya bagiku
dalam agama, perekonomian dan akibatnya kepada diriku, maka singkirkan
persoalan tersebut, dan jauhkan aku daripadanya, takdirkan kebaikan untuk ku
di mana saja kebaikan itu berada, kemudian berilah kerelaan-Mu kepadaku.
1. HR. Bukhari
Hadist tersebut berbunyi “jika ada salah seorang di antara kalian memiliki niat
dalam suatu urusan maka lakukanlah sholat sunnah sebanyak dua rakaat yang
bukan termasuk dalam sholat wajib kemudian berdoalah kepada Allah SWT.”
63
Bunyi hadist HR. Bukhari yang kedua adalah sebagai berikut ini:
ْ َوَأ ْسَألُ َك مِنْ َف, َوَأ ْس َت ْق ِد ُر َك بِقُدْ َرتِ َك, اللَّ ُه َّم إ ِّني َأ ْس َتخِي ُر َك بِ ِع ْل ِم َك
ِ ِضلِ َك ا ْل َعظ
يم
Arti dari hadist di atas adalah “Ya Allah aku beristikharah atau memohon petunjuk
dengan ilmu-Mu, aku memohon kekuatan dengan kekuasaan-Mu, dan aku
memohon keutamaan-Mu.”
ار َة فِى ْ سول ُ هَّللا ِ – صلى هللا عليه وسلم – ُي َعلِّ ُم َأ
َ ص َحا َب ُه االِ ْست َِخ ُ َكانَ َر
، ضلِ َكْ َوَأ ْسَألُ َك مِنْ َف، َوَأ ْس َت ْق ِد ُر َك ِبقُدْ َرتِ َك، ض ِة ُث َّم لِ َيقُ ِل اللَّ ُه َّم ِإ ِّنى َأ ْس َتخِي ُر َك ِب ِع ْل ِم َكَ َف ْل َي ْر َك ْع َر ْك َع َت ْي ِن مِنْ َغ ْي ِر ا ْل َف ِري
ُ ُ َأل َ َ َ ْ ُ َ
َ الل ُه َّم فِإنْ كنتَ ت ْعل ُم َهذا ا ْم َر – ث َّم ت، ب
– س ِّمي ِه بِ َع ْينِ ِه َّ ِ َو نتَ َعال ُم الغ ُيو، َو َت ْعلَ ُم َوالَ ْعل ُم، َفِإ َّن َك َت ْق ِد ُر َوالَ َأ ْق ِد ُر
ُ ْ َّ ْ َأ َ َأ
ِ ُث َّم َب، س ْرهُ لِى
ْارك ِّ َو َي، َخ ْي ًرا لِى فِى َعا ِج ِل َأ ْم ِرى َوآ ِجلِ ِه – َقال َ َأ ْو فِى دِينِى َو َم َعاشِ ى َو َعاقِ َب ِة َأ ْم ِرى – َفا ْقد ُْرهُ لِى
– ش ٌّر لِى فِى دِينِى َو َم َعاشِ ى َو َعاقِ َب ِة َأ ْم ِرى – َأ ْو َقال َ فِى َعا ِج ِل ْم ِرى َوآ ِجلِ ِه
َأ َ اللَّ ُه َّم َوِإنْ ُك ْنتَ َت ْعلَ ُم َأ َّن ُه، لِى فِي ِه
ضنِى بِ ِه ِّ ُث َّم َر، َث َكان ُ َوا ْقد ُْر ل َِى ا ْل َخ ْي َر َح ْي، اص ِر ْفنِى َع ْن ُه ْ َف
Lafadz dari hadist itu adalah “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajari para
mengajari surat dari Alquran. Beliau bersabda, “Jika kalian ingin melakukan suatu
hendaklah ia berdoa:
min fadhlika, fa innaka taqdiru wa laa aqdiru, wa ta’lamu wa laa a’lamu, wa anta
‘allaamul ghuyub. Allahumma fa-in kunta ta’lamu hadzal amro khoiron lii fii ‘aajili
amrii wa aajilih (aw fii diinii wa ma’aasyi wa ‘aqibati amrii) faqdur lii, wa yassirhu lii,
tsumma baarik lii fiihi. Allahumma in kunta ta’lamu annahu syarrun lii fii diini wa
64
ma’aasyi wa ‘aqibati amrii (fii ‘aajili amri wa aajilih) fash-rifnii ‘anhu, waqdur liil
Artinya:
mampu melakukannya. Engkau yang Maha Tahu, sedangkan aku tidak tahu.
Engkaulah yang mengetahui perkara yang gaib. Ya Allah, jika Engkau mengetahui
bahwa perkara ini baik bagiku dalam urusanku di dunia dan di akhirat, (atau baik
bagi agama, kehidupan, dan akhir urusanku), maka takdirkanlah hal tersebut
mengetahui bahwa perkara tersebut jelek bagi agama, kehidupan, dan akhir
urusanku (atau baik bagiku dalam urusanku di dunia dan akhirat), maka
palingkanlah ia dariku, dan palingkanlah aku darinya, dan takdirkanlah yang terbaik
untukku apapun keadaannya dan jadikanlah aku ridha dengannya. Kemudian dia
menyebut keinginannya”
Hikmah Shalat Istikharah Di antara hikmah yang bisa dipetik dari adanya syariat
tentang istikharah ini adalah sebagai bentuk atas berserahnya diri manusia pada
Allah swt pada segala perkara. Hikmah yang lain adalah agar manusia tetap
65
menjalin hubungan dengan Allah swt saat akan menentukan pilihan, meminta
Shalat tarawih merupakan shalat sunnah yang sangat dianjurkan yang dilakukan
pada bulan yang sangat mulia dan penuh keberkahan, yaitu bulan suci
Ramadhan. Shalat Tarawih menjadi salah satu amaliah yang tidak pernah
ditinggalkan oleh Rasulullah saw selama hidupnya dan diteruskan oleh para
sahabat dan umat Islam setelah kepergiannya. Al-Hafidh Ibnu Hajar al-‘Asqalani
mendefinisikan shalat Tarawih dengan shalat sunnah yang khusus dilakukan
pada malam-malam Ramadhan. Dinamakan Tarawih karena orang yang
melakukannya beristirahat sejenak di antara dua kali salam atau istirahat setiap
empat rakaat. (Ibnu Hajar al-‘Asqalani, Fathul Bâri Syaru Shahîhil Bukhâri,
[Bairut, Dârul Ma’rifah, 1998], juz IV, halaman 250).
Shalat tarawih tidak hanya sebatas amaliah sunnah yang hanya dikhususkan
untuk Rasulullah saw, namun juga untuk umatnya. Rasulullah saw juga
menginginkan pahala luar biasa dari shalat Tarawih bagi umatnya. Rasulullah
saw bersabda: )(متفق عليه ان ِإي َما ًنا َواحْ ت َِسابًا ُغف َِر لَ ُه َما َت َق َّد َم مِنْ َذ ْن ِب ِه
َ ضَ َمنْ َقا َم َر َمArtinya,
“Barang siapa melakukan shalat (Tarawih) pada Ramadhan dengan iman dan
ikhlas (karena Allah ta’âlâ) maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.”
(Muttafaq ‘Alaih). Imam an-Nawawi dalam Syarhu Muslim menyatakan, yang
dimaksud hadits di atas adalah shalat Tarawih. Dengan hadits ini mayoritas
ulama sepakat bahwa hukumnya adalah sunnah. (An-Nawawi, Syarhun Nawawi
alâ Muslim, [Bairut: Dârul Fikr, 1998], juz VI, halaman 39).
Shalat Tarawih memiliki waktu secara khusus, yaitu dilakukan secara berjamaah
pada malam hari Ramadhan setelah melaksanakan shalat Isya’ dan sebelum
melakukan shalat Witir. Menurut pendapat yang lebih sahih sebagaimana
dikutip Syekh Wahbah Zuhaili, hukum berjamaah shalat Tarawih adalah sunnah
kifâyah. Artinya, jika semua jamaah masjid meningglkan jamaah Tarawih maka
semuanya mendapatkan dosa, namun jika ada yang melakukannya maka gugur
dosa-dosa yang lain. (Syekh Wahbah Zuhaili, al-Fiqhul Islâmi wa Adillatuh,
[Bairut-Damaskus, Dârul Fikr, 2010], juz II, halaman 1059).
66
Shalat Tarawih sebenarnya tidak punya perbedaan mencolok dengan shalat pada
umumnya. Perbedaannya hanya terletak pada lafal niat yang akan diucapkan.
Berikut niat shalat tarawih bagi Imam:
Ushallî sunnatat tarâwîhi rak’ataini mustaqbilal qiblati imâman lillâhi ta’âlâ. Artinya,
“Saya niat shalat Tarawih dua rakaat menghadap kiblat, menjadi imam karena Allah
ta’âlâ.” Berikut niat shalat Tarawih bagi makmum:
َْعلَ ْي ُك ْم ِب ُس َّنتِيْ َو ُس َّن ِة ْال ُخلَ َفا ِء الرَّ اشِ ِدي َْن مِنْ َبعْ دِي
Artinya, “Berpegang teguhlah kalian semua dengan sunnahku dan sunnah al-
Khulâfâ’ur Râsyidîn sesudahku.” (az-Zuhaili, al-Fiqhul Islâmi, juz II, halaman 226).
Melalui dalil di atas, ulama mazhab Syafi’i menyepakati bahwa jumlah rakaat shalat
Tarawih yang lebih utama adalah 20 rakaat. Mengenai teknisnya, ulama sepakat
shalat Tarawih dilakukan dengan 10 kali salam. Artinya, setiap dua rakaat shalat
Tarawih ditutup dengan salam, kemudian kembali melakukan dua rakaat dan salam,
begitupun seterusnya sampai 20 rakaat.
67
Bacaan-bacaannya
َو ْل َيحْ َذرْ م َِن ال َّت ْط ِوي ِْل َعلَي ِْه ْم، َويُسْ َت َحبُّ َأنْ ي َُر ِّت َل ْالق َِرا َء َة َو ُي َب ِّي َن َها،َف َي ْق َرُأ فِيْ ُك ِّل لَ ْيلَ ٍة َنحْ َو ج ُْز ٍء مِنْ َثاَل ِثي َْن ج ُْزءًا
ْ ِْبق َِرا َء ٍة َأ ْك َث َر مِن
جُز ٍء
Artinya, “Maka imam shalat Tarawih membaca satu juz dari 30 juz dalam setiap
malam, dan dianjurkan untuk membacanya dengan indah dan jelas, serta hendaklah
ia tidak memperpanjang bacaan lebih dari satu juz yang merepotkan para
makmum.” (Imam an-Nawawi, al-Adzkâr lin Nawawi, [Bairut, Dârul Kutub
al-‘Ilmiyyah: 2002], halaman 183). Ada tiga poin penting yang dapat diambil dari
penjelasan Imam an-Nawawi di atas.
Pertama, disunnahkan membaca satu juz dari 30 juz Al-Qur’an setelah surat Al-
Fatihah bagi orang-orang yang melakukan shalat tarawih.
Kedua, meskipun shalat Tarawih dilakukan dengan 20 rakaat dan dikemas dengan
10 salam, tetap dianjurkan bagi orang yang melakukannya untuk memperindah
bacaan-bacaannya. Artinya, membaca satu juz Al-Qur’an bukan berarti
mengharuskan pembacanya segera menyelesaikan bacaannya. Ia tetap dianjurkan
untuk membaca dengan tartil dan memperindah bacaannya.
Ketiga, menghindari bacaan surat yang melebihi satu juz. Poin terakhir ini
memberikan warning bahwa bacaan yang banyak (melebihi satu juz) dalam shalat
Tarawih sangatlah tidak dianjurkan. Betapa pun membaca Al-Qur’an sangat baik,
namun jika dibaca terlalu panjang saat shalat Tarawih maka sangat tidak dianjurkan.
Keutamaan
Keutamaan shalat Tarawih tidak bisa diragukan. Banyak hadits yang sangat
menganjurkan umat Islam untuk melakukannya. Di antara keutamaannya adalah:
Pertama, diampuni semua dosa yang telah lalu. Keutamaan pertama ini sesuai
dengan teks hadits yang telah disebutkan di atas, yang artinya, “Barang siapa
melakukan shalat (Tarawih) pada bulan Ramadhan dengan iman dan ikhlas (karena
68
Allah ta’âlâ) maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (Muttafaqun ‘Alaih).
Kedua, mendapatkan pahala beribadah satu malam penuh. Keutamaan kedua ini
berdasarkan hadits Rasulullah saw riwayat at-Tirmdzi, Ibnu Majah dan an-Nasa’i:
َ ُكت،ف
ِب لَ ُه قِ َيا ُم لَ ْيلَ ٍة َ َمنْ َقا َم َم َع اِإل َم ِام َح َّتى َي ْن
َ ص ِر
Artinya, “Barang siapa shalat Tarawih bersama imam sampai selesai, maka
untuknya dicatat seperti beribadah semalam.” Dua hadits di atas merupakan dalil
yang sangat memotivasi umat Islam agar berusaha selalu tekun dan istiqamah
melakukan shalat Tarawih. Di dalamnya terdapat banyak manfaat dan keistimewaan
luar biasa. Sudah cukup menjadi bukti keistimewaannya adalah dibiasakan oleh
Rasulullah saw, diampuninya semua dosa yang telah lalu dan terhitung beribadah
selama satu malam penuh. Semua itu bisa didapatkan dengan melakukan ibadah
shalat Tarawih. Wallâhu a’lam.
Seperti yang telah dijelaskan di atas, ada 2 pendapat mengenai rakaat dalam
melakukan shalat tarawih, yaitu 8 rakaat dan 20 rakaat, berikut adalah runtutan
dalam menjalankan shalat tarawih:
Setelah itu, biasanya pada pelaksanaan shalat tarawih selalu diakhiri dengan shalat
witir sebanyak 3 rakaat satu kali salam. Berikut tata cara dan niat shalat witir.
Artinya: “Aku niat shalat witir tiga rakaat menghadap kiblat karena Allah Ta’ala.”
69
Shalat witir adalah salah satu shalat sunnah yang dianjurkan untuk dilakukan umat
muslim, sebab pahala yang didapatkan akan lebih besar. Witir secara bahasa artinya
ganjil, sehingga shalat ini harus dikerjakan dalam jumlah ganjil.
Witir dapat dikerjakan dengan jumlah berapapun selama itu ganjil, dengan batas
maksimum sebelas rakaat. Dan tidak boleh dilakukan lebih dari batasan
tersebut. Witir boleh dilakukan hanya dengan satu rakaat, yakni jumlah minimal
untuk shalat witir. Boleh juga 3 rakaat atau 5 rakaat, tergantung kemampuan
masing-masing individunya.
Menurut mayoritas ulama, sebagaimana yang dikutip oleh Syekh Wahbah Zuhaili
dalam kitab al-Fiqhul Islami wa Adillatuh, yaitu dimulai setelah melaksanakan shalat
Isya’ sampai terbitnya fajar shadiq, dan bukan setelah masuknya shalat Isya’.
Artinya, jika waktu shalat Isya’ sudah masuk tapi seseorang belum
melaksanakannya, maka ia tidak dianjurkan melakukan shalat sunnah witir sebab
kesunnahan shalat witir dimulai setelah melaksanakan shalat Isya’.
Ketentuan waktu ini sudah final, tanpa diperdebatkan oleh para ulama. Mereka
sepakat bahwa shalat sunnah witir tidak bisa dilakukan dan tidak sah sebelum
melaksanakan shalat Isya’, atau setelah terbitnya fajar shadiq (masuk waktu shalat
Subuh). Sedangkan waktu yang lebih baik untuk melakukannya adalah pada akhir
malam, tepatnya sebagai penutup dari segala ibadah-ibadah shalat yang dilakukan
pada malam hari. Hal ini berlandaskan pada sebuah hadits Rasulullah:
Artinya, “Jadikanlah akhir shalat kalian semua di malam hari dengan dengan shalat
witir” (Syekh Wahbah Zuhaili, al-Fiqhul Islami wa Adillatuh, [Bairut: Darul Fikr,
Damaskus, 2010], juz II, h. 185)
Shalat Witir Secara umum, shalat sunnah witir tidak mempunyai hitungan jumlah
rakaat secara khusus. Artinya, orang yang hendak melaksanakannya tidak dituntut
melakukannya dalam rakaat tertentu. Ia boleh melakukan sesuai keinginannya
asalkan berjumlah ganjil, sebagaimana namanya, witr (ganjil). Ia boleh melakukan
satu rakaat, tiga rakaat, atau lima rakaat dan seterusnya. Hal itu sebagaimana
disampaikan oleh Rasulullah ﷺdalam sebuah hadits, yaitu:
70
Artinya, “(Shalat) witir adalah hak bagi semua umat Islam, maka barang siapa yang
suka untuk melakukan witir dengan lima rakaat, maka lakukanlah. Barang siapa
yang suka melakukan witir dengan tiga rakaat, maka lakukanlah. Dan, barang siapa
yang yang suka melakukan shalat witir dengan satu rakaat, maka lakukanlah.” (HR
Abu Dawud, An-Nasa’i, dan Ibnu Majah).
Hanya saja, para ulama berbeda dalam menyikapi jumlah rakaat tersebut. Sebab,
dari berbagai jumlah yang biasa dilakukan umat Islam ketika melakukan shalat witir
sangat bervariasi dan berbeda. Oleh karenanya, ada jumlah rakaat yang lebih baik
dari yang lainnya, ada juga jumlah rakaat yang sangat baik.
Habib Zain bin Ibrahim bin Sumaith dalam kitab Taqrirat as-Sadidah menjelaskan
bahwa jumlah rakaat paling sedikit dalam shalat witir adalah satu rakaat. Hanya
saja, makruh hukumnya jika hal ini dilakukan secara terus-menerus tanpa disertai
dengan adanya udzur. Melakukan shalat witir dengan jumlah tiga rakaat lebih baik
dari satu rakaat, sedangkan paling sempurna adalah dilakukan sampai sebelas
rakaat. (Habib Zain Ibrahim bin Sumaith, Taqriratus Sadidah, [Darul Ilmi wad
Dakwah, Tarim, 2003], halaman 281-282).
Adapun bacaan-bacaan surat ketika melakukan shalat witir adalah sebagai berikut:
Jika shalatnya satu rakaat maka bacaan surat yang dianjurkan adalah membaca
surat al-Ikhlas, al-Falaq dan an-Nas setelah membaca surat al-Fatihah.
Jika shalatnya tiga rakaat maka bacaan surat yang dianjurkan adalah membaca
surat al-A’la pada rakaat pertama, membaca surat Al-Kafirun pada rakaat kedua,
dan membaca surat al-Ikhlas, al-Falaq dan an-Nas pada rakaat yang ketiga.
Jika shalatnya melebihi tiga rakaat maka disunnahkan membaca surat Al-Qadr di
setiap awal rakaat, dan membaca surat al-Kafirun pada rakaat yang kedua.
Kesunnahan ini terus berlanjut mulai dari rakaat pertama sampai pada rakaat
kedelapan. Sedangkan bacaan surat pada rakaat kesembilan mengikuti bacaan yang
telah dijelaskan pada poin 2, yaitu membaca surat al-A’la pada rakaat kesembilan,
membaca surat al-Kafirun pada rakaat kesepuluh, dan membaca surat al-Ikhlas, al-
Falaq, dan an-Nas pada rakaat kesebelas (Sayyid Muhammad Abdullah al-Jurdani,
Fathul Allam bi Syarhi Mursyidil Anam, [Bairut: Dar Ibnu Hazm, Lebanon, 1997], juz
II, h. 73).
Sebagaimana ketentuan shalat sunnah pada umumnya, shalat witir juga mempunyai
syarat dan rukun yang harus dipenuhi, yaitu dimulai dengan takbiratul ihram dan
diakhiri dengan salam, membaca al-Fatihah, ruku’, i’tidal, sujud, dan lainnya.
71
Hanya saja, dalam praktik pelaksanaannya, shalat witir bisa dilakukan dengan dua
cara apabila jumlah rakaat yang dilakukan melebihi dari satu rakaat.
Ushallî sunnatan minal witri rak’atan lillahi ta’âlâ Artinya, “Aku niat shalat sunnah
witir satu rakaat karena Allah ta’ala.”
Artinya, “Aku niat shalat sunnah witir dua rakaat karena Allah ta’ala.”
Lafal niat yang pertama diucapkan ketika hendak melakukan shalat witir satu
rakaat, sedangkan lafal niat yang kedua diucapkan ketika hendak melakukan dua
rakaat. Dalam praktiknya, shalat witir bisa berbeda jika dilakukan di waktu yang
berbeda. Contohnya, shalat witir yang dilakukan di selain tanggal lima belas hari
terakhir pada bulan Ramadhan, tidak dianjurkan untuk membaca doa qunut pada
rakaat yang paling akhir. Namun, jika dilakukan pada tanggal lima belas hari terakhir
di bulan Ramadhan, para ulama sepakat perihal kesunnahan membaca doa qunut
saat itu (Syekh asy-Syatiri, Syarah Yaqutun Nafis, [Bairut: Darul Minhaj, 2010], juz 1,
h. 285).
72
menjadikannya berada di antara shalat Isya’ hingga terbitnya fajar (shadiq)” (HR
Abu Daud).
Pada hadits di atas, dengan sangat jelas Allah memberikan waktu secara khusus dan
ibadah secara khusus pula, agar umat Islam bisa mendapatkan pahala yang lebih
besar dan lebih banyak dari Tuhan-Nya. Ibaratnya, shalat witir sebagai pelengkap
dan penyempurna bagi ibadah wajib lainnya yang masih belum sempurna. Wallahu
A’lam.
DAFTAR PUSTAKA
https://islam.nu.or.id/shalat/panduan-shalat-syarat-wajib-syarat-sah-dan-rukunnya-
zRWzc
https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20211105141344-289-717121/tata-cara-
salat-5-waktu
https://republika.co.id/berita/quu94r320/10-keutamaan-sholat-lima-waktu-yang-
banyak-disepelekan
https://m.merdeka.com/jatim/bacaan-shalat-rawatib-beserta-tata-caranya-yang-
wajib-diketahui-ini-lengkapnya-kln.html?page=2&page=3&page=5
https://www-gramedia-com.cdn.ampproject.org/v/s/www.gramedia.com/literasi/
shalat-sunnah-rawatib/amp/?
amp_js_v=a6&_gsa=1&usqp=mq331AQKKAFQArABIIACAw%3D
%3D#aoh=16626085495237&referrer=https%3A%2F
%2Fwww.google.com&_tf=Dari%20%251%24s&share=https%3A%2F
%2Fwww.gramedia.com%2Fliterasi%2Fshalat-sunnah-rawatib%2F
https://www-detik-com.cdn.ampproject.org/v/s/www.detik.com/edu/detikpedia/d-
5869242/12-rakaat-salat-sunnah-rawatib-dan-keutamaannya-apa-saja/amp?
amp_js_v=a6&_gsa=1&usqp=mq331AQKKAFQArABIIACAw%3D
%3D#aoh=16626080435464&referrer=https%3A%2F
%2Fwww.google.com&_tf=Dari%20%251%24s&share=https%3A%2F
%2Fwww.detik.com%2Fedu%2Fdetikpedia%2Fd-5869242%2F12-rakaat-salat-
sunnah-rawatib-dan-keutamaannya-apa-saja
https://www.gramedia.com/best-seller/cara-sholat-tahajud/
https://almanhaj.or.id/2358-pengertian-dan-hukum-shalat-tahajjud.html
https://www.merdeka.com/sumut/pengertian-waktu-syuruq-niat-sholat-dan-
keutamaannya-kln.html
https://islamkita.co/shalat-dhuha/
https://hot.liputan6.com/read/4920179/tata-cara-sholat-dhuha-dalil-hukum-waktu-
dan-doanya
73
https://dalamislam.com/shalat/sholat-jenazah
https://umroh.com/blog/sholat-jenazah-adalah/
https://tirto.id/salat-istisqa-minta-hujan-bacaan-niat-doa-hukum-tata-caranya-eg7W
https://plus.kapanlagi.com/sholat-istisqa-hukum-tata-cara-dan-doa-meminta-hujan-
kepada-yang-kuasa-3e47d5.html
https://www.merdeka.com/trending/niat-shalat-gerhana-bulan-dan-matahari-
lengkap-dengan-tata-caranya-yang-benar-kln.html
https://www.liputan6.com/citizen6/read/3875766/tata-cara-sholat-gerhana-matahari-
dan-bulan-lengkap-dengan-dasar-hukumnya
https://muslim.or.id/18829-shalat-tahiyatul-masjid.html
https://islam.nu.or.id/shalat/tata-cara-shalat-tahiyatul-masjid-niat-waktu-dan-
ketentuannya-KLZHr
https://dalamislam.com/akhlaq/keutamaan-shalat-tahiyatul-masjid
https://www.inews.id/lifestyle/muslim/shalat-istikharah/4
https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6118616/sholat-istikharah-pengertian-tata-
cara-dan-waktu-terbaiknya
https://dalamislam.com/shalat/shalat-istikharah
https://alamisharia.co.id/blogs/inspirasi/shalat-tarawih/?amp
https://islam.nu.or.id/shalat/tata-cara-shalat-tarawih-hukum-keutamaan-dan-
teknisnya-GjR3v
https://islam.nu.or.id/shalat/tata-cara-shalat-witir-niat-waktu-bacaan-dan-
keutamaannya-elGSZ
https://portaljember.pikiran-rakyat.com/khazanah/pr-161844110/pengertian-shalat-
witir-waktu-pengerjaannya-dan-bacaan-surah-yang-dianjurkan-amalan-sunnah-saat-
ramadhan
74
75
76