Anda di halaman 1dari 76

KELOMPOK : 1

Baginda Muhammad Umar

Gusti Alif Akbar

M. Royhan Zaqi

Rama Prastowo

Taufiq Kamil Dinata

Program Studi :

Ilmu Tanah (A)

TNHA

1
TOPIK PRESENTASI

 Shalat Fardhu ( 5 waktu )

~ PENGERTIAN SHALAT

Kata shalat berasal dari bahasa arab, secara bahasa dapat diartikan
sebagai “doa”. Sedangkan pengertian shalat dari segi bahasa, kita lihat dulu
pengertian yang telah diberikan oleh para ulama. Dalam kitab fathul muin,
shalat diartikan sebagai beberapa ucapan dan perbuatan tertentu, yang
diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam.

Pengertian seperti ini banyak diberikan oleh ulama-ulama ahli fikih salah
satunya adalah Abdul Aziz Salim Basyarahil Misalnya, mendefinisikan
SHALAT adalah suatu ibadah yang meliputi ucapan dan peragaan tubuh yang
khusus, dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam (taslim)

~ DASAR HUKUM DIWAJIBKAN SHALAT

Dasar hukum tentang shalat dalam Al-quran sangat banyak, diantaranya :

َّ ‫َوَأقِيمُوا الصَّال َة َوآ ُتوا‬


َ ‫الز َكا َة َوارْ َكعُوا َم َع الرَّ ا ِكع‬
‫ِين‬

Artinya: “Dan dirikanlah sholat, tunaikanlah zakat dan rukuklah beserta orang-
orang yang rukuk.” (QS.al Baqarah(2) : 43)

َ ‫يرةٌ ِإال َعلَى ْال َخاشِ ع‬


‫ِين‬ َّ ‫َواسْ َتعِي ُنوا ِبال‬
َ ‫صب ِْر َوالصَّال ِة َوِإ َّن َها لَ َك ِب‬

2
Artinya: “Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan
(mengerjakan) sholat. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat,
kecuali bagi orang-orang yang khusyuk,” (QS.al Baqarah(2):45)

‫ك َو ْل َيْأ ُخ ُذوا َأسْ ل َِح َت ُه ْم َفِإ َذا َس َج ُدوا َف ْل َي ُكو ُنوا مِنْ َو َراِئ ُك ْم‬ َ ‫ِيه ْم َفَأ َق ْم‬
َ ‫ت لَ ُه ُم الصَّال َة َف ْل َتقُ ْم َطاِئ َف ٌة ِم ْن ُه ْم َم َع‬ ِ ‫تف‬َ ‫َوِإ َذا ُك ْن‬
‫ك َو ْل َيْأ ُخ ُذوا ح ِْذ َر ُه ْم َوَأسْ ل َِح َت ُه ْم‬
َ ‫صلُّوا َم َع‬َ ‫صلُّوا َف ْل ُي‬َ ‫ت َطاِئ َف ٌة ُأ ْخ َرى لَ ْم ُي‬ ِ ‫َو ْل َتْأ‬

Artinya: “Dan apabila kamu berada di tengah-tengah mereka (sahabatmu) lalu


kamu hendak mendirikan sholat bersama-sama mereka, maka hendaklah
segolongan dari mereka berdiri (sholat) besertamu dan menyandang senjata,
kemudian apabila mereka (yang sholat besertamu) telah sujud (telah selesai
sholat), maka hendaklah datang golongan yang kedua yang belum sholat, lalu
sholatlah mereka denganmu, dan hendaklah mereka bersiap siaga dan
menyandang senjata…”. (QS.an-Nisa’(4):102)

َّ ‫َفِإنْ َتابُوا َوَأ َقامُوا الصَّال َة َوآ َتوُ ا‬


ِ ‫الز َكا َة َفِإ ْخ َوا ُن ُك ْم فِي ال ِّد‬
‫ين‬

Artinya: “Jika mereka bertaubat, mendirikan sholat dan menunaikan zakat,


maka (mereka itu) adalah saudara-saudaramu seagama.” (QS. at-Taubah(9): 11)

~ SHALAT FARDHU

 Shalat fardhu terdiri dari 5 yaitu :


 Shalat Subuh
 Shalat Dzuhur
 Shalat Ashar
 Shalat Magrib
 Shalat Isya

Shalat Fardhu termasuk ibadah yang diwajibkan untuk seluruh umat muslim.

3
A. NIAT SHALAT FARDHU
 NIAT SHALAT SUBUH

Ushalli fardlal shubhi rak'ataini lillahi ta'ala


Artinya:
"Saya salat subuh dua rakaat karena Allah ta'ala."
Salat subuh dikerjakan di pagi hari sebelum matahari terbit yang terdiri dari dua
rakaat.

 NIAT SHALAT DZUHUR

Ushalli fardla dhuhri arba'a raka'atin lillahi ta'ala


Artinya:
"Saya salat zuhur empat rakaat karena Allah ta'ala."
Saat zuhur dikerjakan di tengah siang atau di waktu terang yang terdiri dari
empat rakaat. Sesuai dengan artinya, zuhur yaitu terang dan jelas.

 NIAT SHALAT ASHAR

Ushalli fardla ashri arba'a rak'atin lillahi ta'ala

Artinya:
"Saya salat asar empat rakaat karena Allah ta'ala."
Waktu melaksanakan salat asar yaitu sejak bayangan benda sedikit melebihi
bendanya, sampai matahari terbenam yang terdiri dari empat rakaat.

 NIAT SHALAT MAGRIB

4
Ushalli fardla maghribi tsalatsa raka'atin lillahi ta'ala
Artinya:
"Saya salat magrib tiga rakaat karena Allah ta'ala.
Salat magrib dilakukan sejak matahari terbenam sampai mega merah di langit
sudah tidak lagi terlihat sebanyak tiga rakaat.

 NIAT SHALAT ISYA

Ushalli fardlal isya'I arba'a raka'atin lilahi ta'ala


Artinya:
"Saya salat isya empat rakaat karena Allah ta'ala."
Waktu pelaksanaan salat isya sejak hilangnya mega merah, sampai terbit fajar
shadiq (fajar yang pancaran cahayanya membentang atau secara horizontal)
sebanyak empat rakaat.

B. TATACARA PELAKSANAAN SHALAT FARDHU

Penjelasannya, shalat fardhu ini umumnya sama dalam bacaannya yang


membedakannya adalah dari harakat nya saja.

Selain itu, seluruh rangkaian salat wajib diawali dengan berwudu, berdiri
tegap menghadap kiblat, membaca niat dan dilanjutkan dengan melafalkan
doa-doa sepanjang salat. Berikut caranya:

1. Berdiri tegap menghadap kiblat bagi yang mampu.

2. Membaca niat salat yang dikerjakan.

3. Takbiratul ihram yaitu mengangkat kedua belah tangan sambil membaca:

5
Allahu Akbar

4. Membaca doa iftitah

5. Membaca surat Al-fatihah

6. Membaca surat-surat pendek Al-Qur'an

7. Rukuk sambil membaca:

Subhaana rabbiyal adhiimii wa bi hamdih (3 kali)

I'tidal yaitu bangkit dari rukuk seraya membaca:

Sami'allaahu li man hamidah. Rabbanaa lakal-hamdu mil'us samaawaati wa


mil ul ardhi wa mil'u maa syi'ta min syai'in ba'du

9. Sujud dan membaca:

Subhaana rabbiyal al'laa wa bi hamdih (3 kali)

10. Duduk di antara dua sujud dan membaca:

Rabbighfirlii warhamnii wajburnii warfa'nii warzuqnii wahdinii wa'aafinii


wa'fu'annii

11. Sujud kedua, ketiga dan keempat pada salat dikerjakannya masih sama
seperti sujud pertama, baik cara atau bacaannya

12. Duduk tasyahud atau tahiyat awal sambil membaca:

6
At-tahiyyatul mubaarakaatush shalawaatuth thayyibaatu lilaah. As-salaamu
alaika ayyuhan nabiyyu wa rahmatullaahi wa barakaatuh, as salaamu alainaa
wa alaa ibaadillaahishaalihiin. Asyhadu an laa ilaaha illallaah, wa asyhadu
anna Muhamadar Rasuulullaah. Allaahumma shalli'alaa sayyidinaa
Muhammad.

13. Tasyahud akhir bacaannya masih sama dengan tasyahud awal. Tapi
disunahkan untuk menambah bacaan salawat Ibrahimiyah seperti berikut:
Kamaa shallaita alaa sayyidinaa ibraahiim wa'alaa aali sayyidinaa Ibraahiim
wa baarik alaa sayyidina Muhammad wa'alaa aali sayyidinaa Muhamad.
Kamaa baarakta alaa sayyidinaa Ibraahiim wa'alaa aali sayyidinaa Ibrahiim fil
aalamiina innaka hamiidum majid.

14. Salam yaitu bagian setelah tasyahud akhir dengan membaca: Assalaamu
alaikum wa rahmatullaah

Saat membaca salam pertama, tengokkan kepala ke kanan dan salam kedua
dengan kepala menengok ke kiri.

Sampai tahap ini, tata cara sholat 5 waktu telah selesai dan bisa dilanjut
dengan membaca doa setelah salat serta memperbanyak zikir.

C. KEUTAMAAN YANG DIDAPATKAN DALAM SHALAT FARDHU

Ada 10 keutamaan shalat yang dilupakan oleh kebanyakan umat muslim yaitu :

1. Sholat berjamaah 27 derajat lebih baik. Dari Abdullah Ibnu Umar, Rasulullah ‫ﷺ‬
bersabda: 

7
َ ‫صاَل ِة ْال َف ِّذ ِب َسب ٍْع َوعِ ْش ِر‬
‫ين دَ َر َج ًة‬ َ ‫صاَل ةُ ْال َج َما َع ِة َأ ْف‬
َ ْ‫ض ُل مِن‬ َ

"Sholat berjamaah lebih utama dua puluh tujuh derajat daripada sholat sendirian.”
(HR Bukhari).

2. Pergi ke masjid untuk shalat wajib akan mendapatkan pahala yang besar. Pahala
akan dihitung berdasarkan jarak yang ditempuh. Demikian mereka yang menunggu
sholat lima waktu dari satu ke lainnya dengan ibadah akan diganjar pahala.

،‫صاَل ِة َأب َْع ُد ُه ْم ِإلَ ْي َها َممْ ًشى‬


َّ ‫اس َأجْ رً ا فِي ال‬ِ ‫ "ِإنَّ َأعْ َظ َم ال َّن‬:‫هللا صلى هللا عليه وسلم‬ ِ ‫ َقا َل َرسُو ُل‬:‫ َقا َل‬،‫ُوسى‬ َ ‫َعنْ َأ ِبي م‬
‫صلِّ َي َها ُث َّم َي َنا ُم" َوفِي ِر َوا َي ِة َأ ِبي‬
َ ‫ُصلِّ َي َها َم َع اِإْل َم ِام َأعْ َظ َم َأجْ رً ا م َِن الَّذِي ُي‬ َّ ‫ َوالَّذِي َي ْن َتظِ ُر ال‬،‫َفَأب َْع ُد ُه ْم‬
َ ‫صاَل َة َح َّتى ي‬
‫صلِّ َي َها َم َع اِإْل َم ِام فِي َج َما َع ٍة‬ َ ‫ " َح َّتى ُي‬:‫ب‬ ٍ ‫" ُك َر ْي‬

Dari Abu Musa RA, dia berkata, “Rasulullah SAW bersabda, 'Manusia paling besar
pahalanya dalam sholat adalah yang paling jauh perjalanannya, lalu yang
selanjutnya, dan seseorang yang menunggu sholat hingga melakukannya bersama
imam, lebih besar pahalanya daripada yang melakukannya kemudian tidur.'

Dan dalam suatu periwayatan Abu Kuraib disebutkan; 'Hingga dia tunaikan sholat
bersama imam secara berjamaah.'"

3. Disiapkan tempat di surga

َ ‫ َأ ْو َر‬،‫ ُكلَّ َما َغ َدا‬، ‫ َأ َع َّد هللاُ لَ ُه فِي ْال َج َّن ِة ُن ُزاًل‬،‫ َأ ْو َرا َح‬،ِ‫َمنْ َغ َدا ِإلَى ْال َمسْ ِجد‬
‫اح‬

"Barang siapa pergi ke masjid pada awal dan akhir siang, maka Allah akan
menyiapkan baginya tempat dan hidangan di surga setiap kali dia pergi." (HR
Bukhari dan Muslim).

4. Sholat berjamaah mengangkat derajat seorang hamba dan menghapus dosa 

ُّ ‫ت َخ ْط َو َتاهُ ِإحْ دَ ا ُه َما َتح‬


‫ُط‬ ْ ‫اِئض هَّللا ِ َكا َن‬ َ ‫ت هَّللا ِ لِ َي ْقضِ َى َف ِر‬
ِ ‫يض ًة مِنْ َف َر‬ ٍ ‫َمنْ َت َطه ََّر فِى َب ْي ِت ِه ُث َّم َم َشى ِإلَى َب ْي‬
ِ ‫ت مِنْ ُبيُو‬
‫َخطِ يَئ ًة َواُأل ْخ َرى َترْ َف ُع دَ َر َج ًة‬

“Barang siapa bersuci di rumahnya lalu dia berjalan menuju salah satu dari rumah
Allah (yaitu masjid) untuk menunaikan kewajiban yang telah Allah wajibkan, maka

8
salah satu langkah kakinya akan menghapuskan dosa dan langkah kaki lainnya akan
meninggikan derajatnya.” (HR Bukhari dari Abu Hurairah RA). 

5. Sholat pada awal waktu jadi amalan yang paling dicintai Allah SWT 

َّ ‫ "ال‬:‫ َأيُّ ال َع َم ِل َأ َحبُّ ِإلَى هَّللا ِ؟ َقا َل‬:‫ت ال َّن ِبيَّ صلى هللا عليه وسلم‬
‫صالَةُ َعلَى َو ْق ِت َها‬ ُ ‫ َسَأ ْل‬:‫ َقا َل‬،‫"عن َع ْب ِد هللا بن مسعود‬ 

Dari Abdullah bin Masud RA, dia berkata, “Aku bertanya kepada Nabi SAW, 'Amalan
apa yang paling dicintai Allah?' Beliau menjawab, 'Sholat awal waktu.'”

6. Masuk pintu surga. Banyak menegakkan sholat, maka dia akan dipanggil dari
pintu sholat

َ‫ َيا َعبْد‬:‫ِي فِي ْال َج َّن ِة‬


َ ‫هللا ُنود‬
ِ ‫يل‬ ِ ‫ " َمنْ َأ ْن َف َق َز ْو َجي‬:‫هللا صلى هللا عليه وسلم َقا َل‬
ِ ‫ْن فِي َس ِب‬ ِ ‫ َأنَّ َرسُو َل‬،‫َعنْ َأ ِبي ه َُري َْر َة‬
‫صاَل ِة‬ ِ ‫ ُدعِ َي مِنْ َبا‬،ِ‫صاَل ة‬
َّ ‫ب ال‬ َّ ‫ان مِنْ َأهْ ِل ال‬
َ ‫ َف َمنْ َك‬،ٌ‫ َه َذا َخ ْير‬،‫هللا‬ ِ

Dari Abu Hurairah RA, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa yang
berinfak untuk keluarganya di jalan Allah, dia akan dipanggil di surga ‘wahai hamba
Allah ini adalah kebaikan.’ Dan barang siapa dari ahli sholat, maka dia akan dipanggil
dari pintu sholat.”

7. Laki-laki yang terpaut dengan masjid dinaungi Allah SW hari kiamat kelak

‫ َو َر ُج ٌل َق ْل ُب ُه‬... ‫ َي ْو َم الَ ظِ َّل ِإاَّل ظِ لُّ ُه‬،ِ‫ " َس ْب َع ٌة يُظِ لُّ ُه ُم هَّللا ُ فِي ظِ لِّه‬:‫ َع ِن ال َّن ِبيِّ صلى هللا عليه وسلم َقا َل‬،‫َعنْ َأ ِبي ه َُري َْر َة‬
‫ُم َعلَّ ٌق فِي ال َم َسا ِج ِد‬

Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, dari Nabi SAW bersabda, “Tujuh golongan yang
akan dinaungi Allah SWT dengan naungan-Nya, pada hari yang tak ada naungan
kecuali milik-Nya, yaitu di antaranya … Muslim yang hatinya selalu terpaut dengan
masjid.” (HR Bukhari Muslim) 

8. Sholat menjadi cahaya di dunia dan akhirat

‫الطه ُْو ُر َش ْط ُر‬


ُّ :‫هللا صلى هللا عليه وسلم‬ ِ ‫ َقا َل َرس ُْو ُل‬:‫ْن َعاصِ ٍم اَأل ْش َع ِريِّ رضي هللا عنه َقا َل‬ ِ ‫ثب‬ ِ ‫ار‬ ‫َأ‬
ِ ‫َعنْ ِبي َمالِكٍ ْال َح‬
‫صالَةُ ُن ْو ٌر‬ ِ ْ‫ َما َبي َْن ال َّس َما ِء َواَألر‬-‫هلل َت ْمَأل ِن –َأ ْو َت ْمُأل‬
َّ ‫ َوال‬،‫ض‬ ِ ‫هللا َو ْال َح ْم ُد‬
ِ ‫ان‬ َ ‫هلل َت ْمُأل ْال ِمي َْز‬
َ ‫ َو ُسب َْح‬،‫ان‬ ِ ‫ َو ْال َح ْم ُد‬،‫ان‬
ِ ‫اِإل ْي َم‬

9
 ”Kesucian itu separuh dari iman, (ucapan) Alhamdulillah (Segala puji hanya bagi
Allah) memenuhi timbangan, (ucapannya) Subhanallah (Maha Suci Allah), dan
Alhamdulillah (Segala Puji hanya bagi Allah) keduanya memenuhi apa yang ada di
antara langit dan bumi, shalat adalah cahaya.”(HR Bukhari dan Muslim dari Abu
Malik Al Asy’ari RA).

9. Didoakan malaikat

‫صلَّى‬ َ ‫صاَّل هُ الَّذِي‬ َ ‫صلِّي َعلَى َأ َح ِد ُك ْم َما َدا َم فِي ُم‬ َ ‫ "ال َمالَِئ َك ُة ُت‬:‫ َأنَّ َرسُو َل هَّللا ِ صلى هللا عليه وسلم َقا َل‬:‫َعنْ َأ ِبي ه َُري َْر َة‬
‫ اللَّ ُه َّم ارْ َحمْ ُه‬،ُ‫اغفِرْ لَه‬ ْ ‫ َما لَ ْم يُحْ د‬،ِ‫" فِيه‬
ْ ‫ اللَّ ُه َّم‬:‫ َتقُو ُل‬،‫ِث‬

“Malaikat akan mendoakan seseorang dari kalian selama berada di tempat


sholatnya dan belum berhadas. Malaikat berkata, “Ya Allah ampunilah dia, ya Allah
rahmatilah dia.”

10. Pintu surga adalah sholat 

‫صاَل ِة ْالوُ ضُو ُء‬ َّ ‫ " ِم ْف َتا ُح ْال َج َّن ِة ال‬:‫ َقا َل َرسُو ُل هَّللا ِ صلى هللا عليه وسلم‬:‫ْن َع ْب ِد هَّللا ِ َقا َل‬
َّ ‫ َو ِم ْف َتا ُح ال‬،ُ‫صاَل ة‬ ِ ‫ َعنْ َج ِاب ِر ب‬ 

 Dari Jabir bin Abdullah RA, dia berkata, “Rasullah SAW bersabda, “Kunci surga
adalah sholat, dan kunci sholat adalah wudhu.” (HR Tirmidzi)

 Shalat Rawatib

~ Pengertian Shalat Rawatib

Ada banyak sekali sholat sunnah yang dapat dijalani di masing-masing waktu
tertentunya, seperti sholat tahajud yang dijalankan pada waktu sepertiga malam
hingga sholat dhuha yang dilaksanakan pada waktu dhuha atau pada saat sekitar
pukul tujuh hingga sembilan pagi.

Namun untuk sholat sunnah itu sendiri yang paling utama untuk dijalankan adalah
shalat sunnah rawatib, merupakan salah satu shalat sunnah yang menemani setiap
lima waktu pada sholat wajib kita, dari mulai isya’ hingga ke isya’ lagi. Karena
sesungguhnya di dalam hikmah serta rahmat Allah terhadap hambanya merupakan

10
sebuah disyariatkannya At Tathowwu‟ (ibadah tambahan), dan juga jadikan pada
sebuah ibadah wajib diiringi dengan adanya at tathowwu‟ jenis ibadah yang sama.

Hal tersebut disebabkan untuk menyempurnakan serta melengkapi kekurangan


yang ada pada ibadah wajib yang telah kita lakukan.Dalam sebuah hadis telah
dijelaskan tentang perkara dari shalat sunnah rawatib ini bahwa:

Rasulullah Shalallahu Alaihi Wa sallam bersabda: “Pertama kali ketika amal


perbuatan yang dihisab atas seorang hamba pada hari kiamat kelak adalah ibadah
pada shalatnya, maka jika ternyata ibadah shalatnya itu baik, maka baik juga
seluruh amalnya, dan jika ternyata ibadah shalatnya rusak atau tidak bagus, maka
rusaklah seluruh amalnya”.

Kemudian rasul shalallahu alaihi wa sallam bersabda pada hadis lainnya bahwa:

“Pada di setiap antara dua adzan antara adzan dan iqamah ada shalat sunnah, pada
setiap adzan serta juga iqamah terdapat shalat sunnah, pada di setiap adzan dan
iqamah terdapat shalat sunnah setelah mengatakan sebanyak tiga kali, bagi siapa
yang ingin menjalankan”. (HR. Bukhari dan Muslim).

Dari dua hadist tersebut memberikan pemahaman kepada kita tentang hal
perbuatan serta amalan-amalan yang kita lakukan selama di dunia, bahwa kita tidak
hanya akan dituntut untuk menjalankan sholat fardhu namun memperbaiki serta
menyempurnakan shalat fardhu yang kita lakukan. Karena amalan juga perbuatan
kita selama berada dunia senantiasa kemudian nantinya akan ada penghitungan
oleh malaikat dari amalan-amalan yang telah tercatat, mulai dari amalan baik serta
amalan buruk kita selama di dunia. Di antara itu semua amalan juga perbuatan yang
kita jalani di dunia, shalat merupakan ibadah pokok yang menjadi tolak ukur
terpenting atas baik atau buruknya amal seseorang di dunia, maka apabila
shalatnya baik tentunya baik pula seluruh amal lainnya.

Tentunya yang terjadi adalah sebaliknya, apabila sholatnya buruk, maka rusaklah
seluruh amalnya. Maka dari itu kita diperintahkan untuk mengerjakan, shalat
sunnah setelah disyariatkan shalat fardhu yang sebanyak lima waktu dalam satu
hari, shalat sunnah rawatib maksudnya berfungsi untuk menyempurnakan
kekurangan-kekurangan dari banyaknya shalat fardhu yang kita telah jalani hingga
menjadi sempurna seperti yang kita harapkan.

Bahkan didalam sebuah kisah yang sudah dikatakan, bahwa Nabi Muhammad
shallallahu ‘alaihi wasallam senantiasa menjalani shalat sunnah rawatib dan tidak

11
pernah sekalipun untuk meninggalkannya dalam keadaan tidak bepergian jauh atau
bermukim.

~ Fungsi Shalat Sunnah Rawatib.


Dalam fungsinya, shalat sunnah Rawatib berpengaruh sangat besar terhadap nasib
seseorang, antara sejahtera ataupun sengsara. Bisa dipahami bersama bahwa Allah
subhanahu wa ta’ala menilai hamba-Nya kelak di akhirat nanti adalah dengan
shalatnya. Apabila shalatnya baik, maka akan dilanjutkan berdasar amal ibadah
lainnya. Namun, bila tidak, Allah tak perlu melihat amal lain untuk memutuskan
nasib hambanya. Kira-kira keterangan para ulama dalam menunjukkan
sebagaimana pentingnya ibadah shalat.Lalu apa peran shalat sunnah Rawatib
terhadap nasib seseorang? Jawabannya karena bisa menjadi penyempurna shalat
fardhu. Sesuai Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda:

‫إن فريضة الصالة والزكاة وغيرهما إذا لم تتم تكمل بالتطوع‬

Artinya, “Shalat fardhu, zakat, dan kewajiban-kewajiban lain bila masih tidak
sempurna, maka dapat disempurnakan dengan yang sunnah.”   Hal ini, juga serupa
dengan sebuah hadits qudsi berikut:

 ‫ أنظروا هل لعبدي من تطوع فيكمل به ما انتقص من الفريضة؟‬: ‫فإن انتقص من فريضته شيئا قال الرب سبحانه‬

Artinya, “Bila seorang hamba mengalami cacat atau kurang dalam amal ibadah,
maka Allah berfirman, ‘Wahai para malaikat, lihatlah dahulu apakah hambaku
punya amal sunnah, sehingga itu bisa menyempurnakan amalnya yang kurang?”

Membaca hadits Nabi serta hadits qudsi di atas, terlihat jelas begitu besar dan
luasnya kasih-sayang Allah subhanahu wa ta’ala kepada para hamba-Nya. Bahkan,
saat terakhir penentuan nasib sang hamba, masih dicari-cari kembali peluang agar
ia selamat dari nasib yang tak baik tersebut.

~ Jenis-Jenis Shalat Sunnah Rawatib


ada dua jenis shalat rawatib yang bisa dilaksanakan sehari-hari untuk mengiringi
sholat fardhu, yaitu shalat :

1. Shalat Sunnah Rawatib Muakad

Sholat sunnah rawatib “muakkad” adalah sebuah ibadah tambahan dengan


kemuliaan yang sangat besar bagi Allah Subhana Huwa Taala dan akan

12
mendatangkan pahala yang besar dari Allah Subhana Huwa Taala apabila kita
menjalaninya.

Adapun pelaksanaan dari Shalat sunnah muakkad yaitu saat Qabliyah Dzuhur
sebanyak dua rakaat, ba’diyah dzuhur dalam dua rakaat, Ba’diyah Maghrib
sebanyak dua rakaat,  Ba’diyah Isya’ sebanyak dua rakaat, serta Qabliyah subuh
sebanyak dua rakaat.

2. Shalat Sunnah Rawatib Ghairu Muakad

Sedangkan untuk Shalat sunnah rawatib “ghairu muakkad” adalah ibadah


tambahan yang memiliki kemuliaan tersendiri juga, namun tidak sebesar dari
shalat sunnah muakkad.

Adapun juga pelaksanaan dari sholat sunnah ghairu muakkad ini dijalankan pada
saat Qabliyah dzuhur sebanyak dua rakaat, ba’diyah Dzuhur dua rakaat,
qabliyah ashar dua atau empat rakaat, qabliyah maghrib sebanyak dua rakaat,
dan juga qabliyah isya sebanyak dua rakaat.

~ Jumlah Rakaat Dalam Shalat Sunnah Rawatib

Dalam sebuah hadis Ummu Habibah, bahwa jumlah sholat rawatib adalah sebanyak
12 rakaat yang kemudian penjelasan lebih rincinya diriwayatkan oleh At-Tirmidzi
dan An-Nasa’i,
Dari Aisyah radhiyallahu anha, ia berkata:

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, “Barang siapa yang tidak meninggalkan dua
belas rakaat dalam saat shalat sunnah rawatib, maka Allah akan bangunkan rumah
di surga, yaitu sebanyak empat rakaat sebelum dzuhur, dua rakaat sesudahnya, dua
rakaat sesudah maghrib, dua rakaat sesudah isya, serta dua rakaat sebelum subuh“.
(HR. At-Tirmidzi dan An-Nasa’i).
12 Rakaat Salat Sunnah Rawatib Muakkad

 Dua rakaat sebelum salat subuh


 Dua rakaat sebelum salat dzuhur
 Dua rakaat sesudah salat dzuhur
 Dua rakaat sesudah salat maghrib
 Dua rakaat sesudah salat isya

13
Selain 12 salat sunnah rawatib muakkad tersebut, ajaran Islam juga mengenal salat
sunnah rawatib yang hukumnya ghairu muakkad. Artinya, pelaksanaan sunnah-nya
yang tidak begitu dikuatkan.

12 Rakaat Salat Sunnah Rawatib Ghairu Muakkad

 Dua rakaat sebelum salat dzuhur. Bagi yang mengerjakannya sebanyak


empat rakaat, dua rakaat pertama menjadi sunnah muakkad dan dua rakaat
setelahnya adalah ghairu muakkad.
 Dua rakaat sesudah salat dzuhur. Bagi yang mengerjakannya sebanyak
empat rakaat, dua rakaat pertama hukumnya menjadi sunnah muakkad.
Kemudian dua rakaat berikutnya berhukum ghairu muakkad.
 Empat rakaat sebelum salat ashar
 Dua rakaat sebelum salat maghrib
 Dua rakaat sebelum salat isya

~ Tempat Mengerjakan Sholat Rawatib


Shalat sunnah rawatib bisa dilakukan dimana saja selama tempatnya bersih serta
memungkinkan untuk sholat, namun ada anjuran khusus untuk mengenai tempat
sholat rawatib ini yang didasarkan pada hadis-hadis.

Seperti dalam hadis dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma yang berkata bahwa:

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Laksanakanlah di rumah-rumah


kalian dari sholat-sholat dan jangan jadikan rumah kalian seperti kuburan“. (HR.
Bukhori no. 1187, Muslim no. 777)

Kemudian dalam bahasan yg lain juga dijelaskan bahwa As-Syaikh Muhammad bin
Utsaimin rahimahullah berkata:

“Sudah seharusnya bagi seseorang untuk menjalankan sholat rawatib di rumahnya


meski di Mekkah serta Madinah sekalipun maka menjadi lebih utama dikerjakan
dirumah dari pada masjid Al-Haram maupun di masjid An-Nabawi. Karena saat Nabi
shallallahu alaihi wasallam bersabda sementara beliau berada di Madinah.” (Syarah
Riyadhus Shalihin)

~ Tata Cara Shalat Rawatib

Sama halnya seperti pengerjaan shalat fardu, tata cara shalat rawatib juga tak jauh
berbeda. Berikut tata cara shalat rawatib:

14
1. Membaca Niat
2. Takbiratul Ihram
3. Membaca doa Iftitah
4. Membaca Surat al-Fatihah
5. Membaca Surat Pendek (Dianjurkan Surah Al-Kaafirun dan Al-Ikhlas)
6. Ruku dengan tumaninah (Allahu akbar)
7. Itidal dengan tumaninah,
8. Sujud dengan tumaninah
9. Duduk di antara dua sujud, dengan tumaninah
10. Sujud kedua dengan tumaninah (Allahu akbar)
11. Berdiri lagi untuk menunaikan rakaat kedua
12. Membaca surat Al-Fatihah
13. Membaca Surat Pendek yang dihapal
14. Ruku dengan tumaninah (Allahu akbar)
15. Itidal
16. Sujud pertama (rakaat kedua)
17. Duduk diantara dua sujud
18. Sujud kedua (rakaat kedua)
19. Tasyahud Akhir
20. Salam

Keutamaan Shalat Rawatib

Shalat rawatib tentu memiliki keutamaan dan ganjaran pahala bagi umat Muslim
yang mengerjakannya. Berikut beberapa keutamaan shalat rawatib;

 Dibangunkan Rumah di Surga


At-Tarmidzi dan An-Nasa’i meriwayatkan hadis yang mengatakan bahwa, dari
‘Aisyah radiyallahu ‘anha, ia berkata: Rasulullah shallallahu‘alaihi wa sallam
bersabda, “Barangsiapa tidak meninggalkan dua belas (12) rakaat pada salat
sunah rawatib, maka Allah akan bangunkan baginya rumah di surga..." (HR. At-
Tarmidzi no. 414, An-Nasa’i no. 1794)

 Lebih Baik dari Dunia dan Seisinya


Aisyah radhiyallahu ‘anha telah meriwayatkan sebuah hadis tentang salat sunah
rawatib sebelum (qobliyah) shubuh, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau

15
bersabda, “Dua rakaat sebelum subuh lebih baik dari dunia dan seisinya.” Dalam
riwayat yang lain, “Dua raka’at sebelum shubuh lebih aku cintai daripada dunia
seisinya.” (HR. Muslim no. 725)

 Diharamkan dari Api Neraka


Ummu Habibah radhiyallahu ‘anha telah meriwayatkan tentang keutamaan
rawatib dzuhur. Dia berkata, saya mendengar Rasulullah shallallahu‘alaihi wa
sallam bersabda: “Barangsiapa yang menjaga (salat) empat rakaat sebelum zuhur
dan empat rakaat sesudahnya, Allah haramkan baginya api neraka." (HR. Ahmad
6/325, Abu Dawud no. 1269, At-Tarmidzi no. 428, An-Nasa’i no. 1814, Ibnu Majah
no. 1160)

 Shalat Tahajjud

A. Pengertian dan hukum shalat tahajud sebagai berikut :

Oleh

Al-Ustadz Yazid bin ‘Abdul Qadir Jawas ‫حفظه هللا‬

Shalat Tahajjud (Qiyaamul Lail) adalah shalat sunnah yang dilakukan seseorang
setelah ia bangun dari tidurnya di malam hari meskipun tidurnya hanya sebentar.
Sangat ditekankan apabila shalat ini dilakukan pada sepertiga malam yang terakhir
karena pada saat itulah waktu dikabulkannya do’a.

Hukum shalat Tahajjud adalah sunnah muakkadah (sunnah yang sangat


ditekankan). Shalat sunnah ini telah tetap berdasarkan dalil dari Al-Qur-an, Sunnah
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, dan ijma’ kaum Muslimin.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.

ً ‫ك َم َقامًا َمحْ م‬
‫ُودا‬ َ ‫ك َع َس ٰى َأنْ َي ْب َع َث‬
َ ‫ك َر ُّب‬ َ َ‫َوم َِن اللَّي ِْل َف َتهَجَّ ْد ِب ِه َنافِلَ ًة ل‬

16
“Dan pada sebahagian malam, lakukanlah shalat Tahajud (sebagai suatu ibadah)
tambahan bagimu; mudah-mudahan Rabb-mu mengangkat ke tempat yang terpuji”
[Al-Israa/17 :79]

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.

َ ‫ار ُه ْم َيسْ َت ْغفِر‬ ‫َكا ُنوا َقلِياًل م َِن اللَّي ِْل َما َيه َْجع َ َأْل‬
‫ُون‬ ِ ‫ُون َو ِبا سْ َح‬

“Mereka sedikit sekali tidur di waktu malam; dan di akhir-akhir malam mereka
memohon ampun (kepada Allah).” [Adz-Dzaariyaat/51 : 17-18]

Allah Ta’ala berfirman.

‫ون َفاَل َتعْ لَ ُم َن ْفسٌ َما ُأ ْخف َِي لَ ُه ْم مِنْ قُرَّ ِة‬
َ ُ‫ُون َر َّب ُه ْم َخ ْو ًفا َو َط َم ًعا َو ِممَّا َر َز ْق َنا ُه ْم ُي ْنفِق‬ َ ‫َت َت َجا َف ٰى ُج ُنو ُب ُه ْم َع ِن ْال َم‬
َ ‫ضا ِج ِع َي ْدع‬
َ ُ‫عْ ي ٍُن َج َزا ًء ِب َما َكا ُنوا َيعْ َمل‬
‫ون‬ ‫َأ‬

“Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya, sedang mereka berdo’a kepada Rabb-
nya dengan rasa takut dan harap, dan mereka menafkahkan sebagian dari rizki yang
Kami berikan kepada mereka. Seorang pun tidak mengetahui apa yang
disembunyikan untuk mereka yaitu (bermacam-macam nikmat) yang menyedapkan
pandangan mata, sebagai balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.” [As-
Sajdah/32 : 16-17]

Allah ‘Azza wa Jalla berfirman.

ٌ ‫َأمَّنْ ه َُو َقان‬


‫ِت آ َنا َء اللَّي ِْل َسا ِج ًدا َو َقاِئمًا َيحْ َذ ُر اآْل خ َِر َة َو َيرْ جُو َرحْ َم َة َر ِّب ِه‬

“(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang
beribadah di waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada
(adzab) akhirat dan mengharapkan rahmat Rabb-nya?…” [Az-Zumar/39 : 9]

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

َّ ‫صالَ ِة ْال َم ْك ُت ْو َب ِة ال‬


‫صالَةُ فِيْ َج ْوفِ اللَّي ِْل‬ َّ ‫صالَ ِة َبعْ َد ال‬ َ ‫َأ ْف‬.
َّ ‫ض ُل ال‬

17
“Shalat yang paling utama setelah shalat yang fardhu adalah shalat di waktu tengah
malam.”[1]

KEISTIMEWAAN SHALAT TAHAJUD

Shalat Tahajjud memiliki sekian banyak keutamaan dan keistimewaan sehingga


seorang penuntut ilmu sangat ditekankan untuk mengerjakannya. Di antara
keistimewaannya adalah.

Shalat Tahajjud adalah sebaik-baik shalat setelah shalat fardhu.

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

‫صالَةُ اللَّي ِْل‬ َ ‫صالَ ِة َبعْ َد ْال َف ِري‬


َ ‫ْض ِة‬ َ ‫ َوَأ ْف‬،‫هللا ْالـم َُحرَّ ُم‬
َّ ‫ض ُل ال‬ ِ ‫ان َش ْه ُر‬
َ ‫ض‬َ ‫ص َي ِام َبعْ َد َر َم‬ َ ‫َأ ْف‬
ِّ ‫ض ُل ال‬

“Sebaik-baik puasa setelah (puasa) Ramadhan adalah puasa di bulan Allah,


Muharram, dan sebaik-baik shalat setelah shalat yang fardhu adalah shalat
malam.”[2]

Shalat Tahajjud merupakan kemuliaan bagi seorang Mukmin.

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

‫ك‬ َ ‫ َواعْ َم ْل َما شِ ْئ‬،ُ‫ارقُه‬


َ ‫ت َفِإ َّن‬ ِ ‫ك ُم َف‬ َ ‫ َوَأحْ ِببْ َما شِ ْئ‬،‫ِّت‬
َ ‫ت َفِإ َّن‬ ٌ ‫ك َمي‬ َ ‫ عِ شْ َما شِ ْئ‬،‫ُـح َّم ُد‬
َ ‫ت َفِإ َّن‬ َ ‫ َيا م‬:‫ْـر ْي ُل َف َقا َل‬
ِ ‫َتانِـيْ ِجب‬
‫َأ‬
ِ ‫ َوعِ ُّزهُ اسْ ت ِْغ َناُؤ هُ َع ِن ال َّن‬،‫ِن قِ َيا ُم ُه ِباللَّي ِْل‬
‫اس‬ َ ‫ َواعْ لَ ْم َأنَّ َش َر‬،ِ‫ َمجْ ِزيٌّ ِبه‬.
ِ ‫ف ْالـمُْؤ م‬

“Malaikat Jibril mendatangiku, lalu berkata, ‘Wahai Muhammad, hiduplah


sekehendakmu karena kamu akan mati, cintailah seseorang sekehendakmu karena
kamu akan berpisah dengannya, dan beramallah sekehendakmu karena kamu akan
diberi balasan, dan ketahuilah bahwa kemuliaan seorang Mukmin itu ada pada
shalat malamnya dan tidak merasa butuh terhadap manusia.”[3]

Kebiasaan orang yang shalih.

Pendekatan diri kepada Allah Ta’ala.

18
Penghapus Kesalahan.

Menjauhkan dosa.

Keempat keutamaan ini (poin 3-6) terangkum dalam sabda Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wa sallam.

ِ ‫ َعلَ ْي ُك ْم ِبقِ َي ِام اللَّي ِْل َفِإ َّن ُه دَ ْأبُ الصَّالِـ ِحي َْن َق ْبلَ ُك ْم َوه َُو قُرْ َب ٌة لَ ُك ْم ِإلَى َر ِّب ُك ْم َو َم ْك َف َرةٌ لِل َّس ِّيَئ ا‬.
‫ت َو َم ْن َهاةٌ َع ِن اِإْل ْث ِم‬

“Hendaklah kalian melakukan shalat malam karena ia adalah kebiasaan orang-orang


shalih sebelum kalian, ia sebagai amal taqarrub bagi kalian kepada Allah,
menjauhkan dosa, dan penghapus kesalahan.”[4]

Shalat malam adalah wasiat yang pertama kali Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa
sallam sampaikan kepada penduduk Madinah ketika beliau memasukinya. Beliau
shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

َ ‫ َو‬،‫َ َوصِ لُوا ْاَألرْ َحا َم‬،‫الط َعام‬


َ ‫صلُّوا باِللَّي ِْل َوال َّناسُ ِن َيا ٌم َت ْد ُخلُوا ْال‬
‫ـج َّن َة‬ َّ ‫ َوَأ ْط ِعمُوا‬،‫شوا ال َّسالَ َم‬
ُ ‫ َأ ْف‬، ُ‫َيا َأ ُّي َها ال َّناس‬
‫ِب َسالَ ٍم‬

“Wahai manusia! Sebarkanlah salam, berilah makan, sambunglah silaturahmi, dan


shalatlah di malam hari ketika orang lain sedang tidur, niscaya kalian akan masuk
Surga dengan selamat.”[5]

Shalat malam sebagai sebab diangkatnya derajat seseorang. Rasulullah shallallaahu


‘alaihi wa sallam bersabda, ketika ditanya tentang tingkatan dalam derajat.

َّ ‫ِإ ْط َعا ُم‬.


َّ ‫الط َع ِام َولِيْنُ ْال َكالَ ِم َوال‬
‫صالَةُ باِللَّي ِْل َوال َّناسُ ِن َيا ٌم‬

“Memberi makan, ucapan yang santun, dan shalat di malam hari ketika orang lain
tidur.”[6]

Dapat menguatkan hafalan Al-Qur-an, membantu bangun untuk shalat Shubuh,


mencontoh generasi terdahulu, dan lainnya.

SHALAT TAHAJJUD RASULULLAH

19
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah meninggalkan shalat Tahajjud,
baik ketika beliau sedang mukim maupun sedang safar. ‘Aisyah radhiyaallahu ‘anha
pernah berkata, “Apabila Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam melakukan shalat
(malam), beliau berdiri hingga telapak kakinya merekah.” Lalu ‘Aisyah radhiyallaahu
‘anha berkata, “Kenapa engkau melakukan semua ini. Padahal Allah Ta’ala telah
mengampuni dosa-dosamu yang telah lalu dan yang akan datang?” Lalu beliau
menjawab.

‫ َأ َفالَ َأ ُك ْونُ َع ْب ًدا َش ُك ْورً ا‬،‫ َيا َعاِئ َش ُة‬.

“Wahai ‘Aisyah, apakah tidak layak aku menjadi hamba yang banyak bersyukur.”[7]

SHALAT TAHAJJUD PARA SALAFUSH SHALIH

Diriwayatkan dari Abu Qatadah (wafat th. 54 H) radhiyallaahu ‘anhu, ia berkata,


“Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam pernah keluar pada suatu malam, tiba-tiba
beliau bertemu dengan Abu Bakar radhiyallaahu ‘anhu yang sedang mengerjakan
shalat dengan melirihkan suaranya.” Abu Qatadah berkata, “Kemudian beliau
bertemu dengan ‘Umar yang sedang mengerjakan shalat dengan mengeraskan
suaranya. “ Abu Qatadah berkata, “Tatkala keduanya berkumpul di sisi Nabi
shallallaahu ‘alaihi wa sallam, beliau berkata kepada keduanya, ‘Wahai Abu Bakar,
aku telah melewatimu ketika engkau sedang shalat dan engkau melirihkan
suaramu.’ Abu Bakar berkata, ‘Sesungguhnya aku telah memperdengarkan kepada
Rabb yang aku bermunajat kepada-Nya, wahai Rasulullah.’” Abu Qatadah berkata,
“Kemudian beliau bertanya kepada ‘Umar, ‘Aku telah melewatimu, ketika itu
engkau sedang mengerjakan shalat dengan mengeraskan suaramu.’” Abu Qatadah
berkata, “Lalu ‘Umar menjawab, ‘Wahai Rasulullah, aku telah membangunkan
orang-orang yang sedang tidur terlelap dan mengusir syaitan.’ Lalu Nabi bersabda,
‘Wahai Abu Bakar, keraskan suaramu sedikit.’ Dan berkata kepada ‘Umar, ‘Wahai
‘Umar, lirihkan suaramu sedikit.”[8]

Diriwayatkan dari Zaid bin Aslam (wafat th. 136 H) rahimahullaah bahwa ‘Umar
radhiyallaahu ‘anhu melakukan shalat malam dalam waktu yang cukup lama hingga
di akhir malam beliau membangunkan keluarganya untuk melakukan shalat. Beliau
berkata, “Shalatlah kalian! Shalatlah kalian!” Kemudian beliau membaca ayat
berikut.

20
‫ك ۗ َو ْال َعاقِ َب ُة لِل َّت ْق َو ٰى‬ َ ُ‫صاَل ِة َواصْ َط ِبرْ َعلَ ْي َها ۖ اَل َنسْ َأل‬
َ ُ‫ك ِر ْز ًقا ۖ َنحْ نُ َنرْ ُزق‬ َ َ‫َوْأمُرْ َأهْ ل‬
َّ ‫ك ِبال‬

“Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu


dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rizki kepadamu, Kamilah yang
memberi rizki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang
bertakwa.‘ [Thaha/20 : 132]”[9]

Diriwayatkan dari Ibnu Sirin rahimahullaah, ia berkata, “Isteri ‘Utsman berkata


ketika beliau terbunuh, ‘Sungguh kalian telah membunuhnya. Sesungguhnya ia itu
(‘Utsman bin ‘Affan, wafat th. 35 H) selalu menghidupkan malamnya dengan Al-Qur-
an (dalam shalat malam).’”[10]

Diriwayatkan bahwa Dhirar bin Dhamrah al-Kinani rahimahullaah menyifati ‘Ali bin
‘Abi Thalib radhiyallaahu ‘anhu ketika ia dipanggil oleh Amirul Mukminin Mu’awiyah
bin Abi Sufyan radhiyallaahu ‘anhuma, ia mengatakan, “Beliau (‘Ali) tidak merasa
gembira dengan dunia dan gemerlapnya dan beliau merasa gembira dengan malam
dan kegelapannya. Aku bersaksi kepada Allah, sesungguhnya aku pernah
melihatnya pada beberapa kesempatan ketika malam telah gelap dan bintang telah
tenggelam, beliau telah berdiri miring di tempat shalatnya sambil meraba
jenggotnya dan menangis seperti orang yang ditimpa kesedihan. Maka seakan-akan
aku mendengarnya mengatakan, ‘Wahai Rabb, wahai Rabb,’ dengan penuh
permohonan kepada-Nya.”[11]

Abu ‘Utsman an-Nahdi rahimahullaah mengatakan, “Aku pernah bertamu pada Abu
Hurairah radhiyallaahu ‘anhu selama tujuh hari. Ternyata dia, isterinya, dan
pembantunya membagi malam menjadi tiga. Apabila yang satu telah shalat, lalu
membangunkan yang lain.”[12]

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda mengenai diri ‘Abdullah


bin ‘Umar radhiyallaahu ‘anhuma.

‫صلِّيْ م َِن اللَّي ِْل‬ َ ‫هللا لَ ْو َك‬


َ ‫ان ُي‬ ِ ‫نِعْ َم الرَّ ُج ُل َع ْب ُد‬.

“Sebaik-baik orang adalah ‘Abdullah, seandainya ia mau shalat malam.”[13]

Sesudah Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda demikian, ia tidak


banyak tidur di waktu malam. Sebagian besar malamnya ia pergunakan untuk shalat
dan memohon ampun kepada Allah Ta’ala. Terkadang ia melakukannya hingga

21
menjelang sahur. Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam berkata kepada isteri beliau,
Hafshah, “Sesungguhnya saudaramu (Ibnu ‘Umar) seorang yang shalih.”[14]

Ibnu ‘Abbas radhiyallaahu ‘anhuma mengatakan, “Aku pernah shalat (malam) di


belakang Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam di akhir malam, lalu beliau
mengarahkan diriku sejajar dengannya. Tatkala selesai aku berkata, “Apakah pantas
bagi seseorang jika ia melakukan shalat sejajar denganmu, padahal engkau adalah
utusan Allah.’ Lalu beliau berdo’a kepada Allah agar Dia memberikan kepadaku
tambahan pemahaman dan ilmu.”[15]

Mengenai firman Allah Ta’ala, “Mereka sedikit sekali tidur di waktu malam.” Al-
Hasan al-Bashri rahimahullaah berkata, “Mereka hanya sebentar tidur di waktu
malam.” Dan mengenai firman-Nya, “Dan di akhir malam mereka memohon
ampun.” (Adz-Dzaariyaat: 17-18) Al-Hasan berkata, “Mereka memanjangkan shalat
hingga waktu sahur, kemudian mereka berdo’a dan merendahkan diri.”[16]

‘Ali bin al-Husain bin Syaqiq rahimahullaah mengatakan, “Tidak pernah kulihat
orang yang lebih pas bacaanya daripada Ibnul Mubarak. Tidak ada yang lebih baik
bacaannya dan lebih banyak shalatnya daripada dia. Dia shalat disepanjang malam,
baik dalam perjalanan (safar) maupun yang lainnya. Dia mentartilkan bacaan dan
memanjangkannya, dia sengaja meninggalkan tidur agar orang lain tidak
mengetahuinya saat ia shalat.”[17]

Yahya bin Ma’in rahimahullaah mengatakan, “Aku belum pernah melihat seorang
pun yang lebih utama daripada Waki’ bin al-Jarrah rahimahullaah, dia tekun
melakukan shalat, menghafalkan banyak hadits, sering shalat malam, dan banyak
berpuasa.” Puteranya, Ibrahim, berkata, “Ayahku shalat malam dan semua
penghuni rumah, sampai pembantu kami, juga ikut shalat.”[18]

B. TATA CARA SHALAT TAHAJJUD

Berikut adalah persiapan untuk sholat tahajud dan tata caranya :

1. Atur untuk bangun pada dini hari saat shalat tahajjud

Setelah melakukan ibadah sholat Isya, pasang alarm atau minta anggota keluarga
lain yang ingin tahajud untuk membangunkan mu. Usahakan untuk tidak tidur
terlalu nyenyak, karena nanti kamu akan malas untuk bangun sholat tahajud.

2. Bangun tidur dan melaksanakan wudhu sebelum shalat tahajjud

22
3. Usahakan untuk melakukan shalat tahajjud di tempat suci yang tenang

Pergi ke suatu tempat yang bersih, tenang, dan bermartabat untuk melaksanakan
ibadah tahajud. Hal ini dilakukan karena nama Allah itu suci, jadi, jika
memungkinkan, umat Islam didorong untuk beribadah kepada Allah di tempat yang
bersih dan suci sebagai bentuk penghormatan. Mengenakan pakaian sholat yang
bersih, duduk di atas sajadah dan menghadap ke arah kiblat, ke arah Ka’bah Suci di
Mekah seperti yang biasa dilakukan untuk sholat wajib.

4. Niat untuk sholat tahajjud

Sebelum memulai sholat tahajud, niat dalam hati. Putuskan bahwa kamu akan
melaksanakan berapa rakaat untuk sholat tahajud. Mantapkan dalam hati mengapa
kamu ingin sholat tahajud, misalnya untuk memuliakan Allah, sebagai bentuk syukur
kepada Allah atau meminta ampunan-Nya.

5. Melaksanakan dua rakaat

Setelah memantapkan niat di hati, laksanakan sholat sebanyak dua rakaat. Sholat
tahajud memiliki rukun rukun yang sama dengan sholat wajib. Takbiratul ihram,
rukuk, i’tidal dan sujud. Biasanya, ketika sholat tahajud Nabi Muhammad membaca
surat Al-Kafirun setelah Al-Fatihah rakaat pertama dan membaca surat Al-Ikhlas
setelah Al-Fatihah rakaat kedua.

6. Melaksanakan rakaat tambahan

Umumnya, ketika melaksanakan tahajud paling minimal sebanyak dua rakaat.


Namun dibolehkan untuk mengulang rakaat sebanyak yang kamu inginkan.
Menurut hadits, nabi Muhamad sering melakukan tahajud sebanyak 13 rakaat.

C. MANFAAT DAN FADHILAH SHALAT TAHAJUD

1. Membawa kita ke tempat yang terpuji


2. Menjadi lebih dekat dengan Allah
3. Menjadi rendah hati
4. Mempercepat dalam mencapai tujuan dan rasa aman
5. Menjaga ketampanan dan kecantikan diri
6. Dapat menjaga kesehatan
7. Menghilangkan rasa malas dan nafsu
8. Dikenal sebagai orang yang spesial di mata Allah

23
9. Mencegah melakukan dosa dan menyingkirkan kejahatan dalam diri
10. Mengurus setan yang menggoda diri

 Shalat Isroq dan Dhuha

~ Pengertian isroq:

Majelis Tarjih Muhammadiyah menjelaskan bahwa isyrâq/syurûq, berasal dari kata


syarq yang maknanya: “timur, terbit, atau menerangi”.

Salat sunah syuruq atau isyraq adalah salat sunah yang dilaksanakan ketika
matahari terbit setinggi tombak (10-15 menit setelah matahari terbit) yaitu pada
awal waktu dhuha. Waktu tersebut bisa disebut waktu syuruq.

Muhammad Shalih al-Munajid menjelaskan bahwa salat Isyrâq adalah salat dua
rakaat setelah matahari terbit dan meninggi, bagi yang salat Fajar (subuh) secara
berjemaah di masjid, kemudian duduk di tempat salatnya untuk berzikir kepada
Allah hingga salat dua rakaat. Dalil tentang salat sunah isyraq di dalam hadis hanya
ada satu yang diriwayatkan oleh Imam Tirmizi, Rasulullah SAW
bersabda :“Barangsiapa yang Śalat pagi hari (Śubuh ) secara berjemaah, kemudian
ia duduk berzikir kepada Allah SWT hingga terbitnya matahari, kemudian ia Śalat
dua rekaat, maka baginya pahala mengerjakan haji dan umrah. Rasulullah SAW
bersabda : “Sempurna, sempurna, sempurna”.

~ Tatacara shalat isroq:

~ Niat

 Niat diucapkan di dalam hati dan dilakukan bersamaan dengan takbiratul ihram
yaitu pada waktu mengangkat kedua tangan dengan telapak tangan menghadap ke
kiblat dan sejajar dengan telinga. Bila tidak memiliki udzur, maka harus berdiri
tegak. Adapun niat salat sunah syuruq sebagai berikut;

USHALLI SUNNATAL ISYRAQI RAK’ATAINI LILLAHI TA’ALA

24
Artinya: Aku berniat melaksanakan salat Sunnah Isyraq sebanyak dua rakaat karena
Allah Ta’ala.

~ Membaca takbiratul ihram

Takbiratul Ihram memiliki arti pernyataan takbir yang menjadi penanda


pengharaman kita untuk berbuat apapun di luar gerakan dan bacaan salat.
Membaca takbir tidak terlalu keras dan cukup didengar oleh telinga kita sendiri,
kecuali Imam yang mengucapkan takbir terdengar makmum di belakangnya.

Allahu Akbar

Artinya: "Allah Maha Besar"

~ Membaca doa iftitah

Doa iftitah berarti doa pembuka yang dibaca sebelum membaca surat Al-Fatihah.
Adapun hukum membaca doa iftitah ini adalah sunah. Posisi tangan bersedekap di
atas antara pusar dan dada yang mana tangan kanan di atas tangan kiri. Berikut ini
doanya yang dibaca pelan (hanya terdengar oleh telinga kita),

ALLAHU AKBAR KABIIRA WALHAMDU LILLAHI KATSIRAN WA SUBHAANALLAHI


BUKRATAN WA ASHIILA. INNI WAJJAHTU WAJHIYA LILLADZI
FATHARASSAMAAWATI WAL ARDHA HANIIFAN WA MAA ANA MIN AL-
MUSYRIKIN. INNA SHALAATI WA NUSUKII WA MAHYAAYA WA MAMAATI LILLAHI
RABBI AL-‘AALAMIN. LAA SYARIIKA LAHU WA BIDZAALIKA UMIRTU WA ANAA
MIN AL-MUSLIMIIN.

Artinya: " Allah yang Maha Besar sebesar-besarnya, dan segala puji yang banyak
hanya kepada Allah, dan maha Suci Allah baik di waktu pagi maupun petang.
Sesungguhnya aku hadapkan diriku  kepada yang menciptakan seluruh langit dan

25
bumi, dengan lurus mengikuti ajaran agama yang dibawa oleh Nabi Ibrahim As. dan
aku bukanlah termasuk kelompok orang-orang yang menyekutukan Allah.
Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, matiku, hanyalah untuk Allah, Tuhan
semesta alam. Tiada sekutu bagi-Nya, dan dengan keyakinan itulah aku
diperintahkan, dan saya termasuk ke dalam kelompok orang-orang yang berserah
diri."

~ Membaca Al- Fatihah

~ Membaca surat pendek dalam Al-Quran

~ Ruku’

Ruku' adalah posisi tubuh membentuk sudut siku 90 derajat dengan tangan


bertumpu pada dengkul. Adapun bacaan ruku' yang dibaca pelan (hanya terdengar
oleh telinga kita) adalah sebagai berikut:

SUBHAANA RABBIYA AL-‘AZHIIMI WA BI HAMDIHI (dibaca tiga kali)


Artinya: "Maha Suci Tuhanku Yang Maha Agung dan Maha Suci dengan segala puji
kepada-Nya."

~ I’tidal

I’tidal adalah gerakan kembali berdiri tegak setelah posisi ruku' dengan kondisi
tangan lurus di samping paha, sehingga tidak bersedekap. Bacaan dalam i'tidal yang
dibaca pelan (hanya terdengar oleh telinga kita) adalah sebagai berikut:

SAMI’A ALLAHU LIMAN HAMIDAHU. RABBANA WA LAKA AL-HAMDU WA AL-


SYUKRU HAMDAN KATSIIRAN THOYYIBAN MUBAARAKAN FIIHI, MIL’U
SSAMAAWAATI WA MIL’U L-ARDHI, WA MIL’U MAA BAINAHUMAA WA MIL’U
MAA SYI’TA MIN SYAI’IN BA’DU.  

26
Artinya: "Allah senantiasa mendengar kepada siapa yang memuji-Nya. Tuhanku,
kepada Engkaulah segala pujian, segala kesyukuran, pujian yang banyak, baik, lagi
berkah di dalamnya. Pujian dan kesyukuran itu memenuhi seluruh langit, seluruh
bumi, diantara keduanya, dan memenuhi siapa saja yang Engkau kehendaki
setelahnya."

Setelah tahap ini, maka tahap selanjutnya adalah sujud yang mana perubahan posisi
dari i'tidal ke sujud dengan mengucapkan takbir.

~ Sujud

Posisi sujud sebagaimana pada umumnya kita bersujud, di mana kedua tangan kita
lurus di samping telinga kita. Dahi dan dengkul sejajar menyentuh lantai, sementara
ujung-ujung kaki menghadap ke kiblat. Bacaan dalam sujud yang dibaca pelan
(hanya terdengar oleh telinga kita) adalah sebagai berikut:

SUBHAANA RABBIYA AL-A’LAA WA BI HAMDIHI (DIBACA TIGA KALI) …


ALLAHUMMA LAKA SAJADTU, WA LAKA ASLAMTU, WA BIKA AAMANTU. ANTA
RABBI SAJADA WAJHII LILLADZII KHALAQAHU WA SHOWWARAHU WA SYAQQA
SAM’AHU WA BASHOROHU TABAARAKA ALLAHU AHSANU AL-KHAALIQIN.  
Artinya:" Maha Suci Tuhanku Yang Maha Tinggi dan Maha Suci … Ya Allah kepada-
Mu aku sujud, kepada-Mu aku berislam, kepada-Mu aku beriman. Engkaulah
Tuhanku. Wajahku bersujud kepada yang menciptakannya, dan membentuknya,
dan memberikannya telinga dan mata. Maha Suci Allah, sebaik-baiknya Pencipta."

~ Duduk di antara dua sujud

Posisi duduknya adalah tubuh tegak di mana jari kaki kiri lurus ke belakang (tidak
menghadap ke kiblat) dan jari kaki kanan menghadap ke kiblat, sementara pantat
bagian kiri bertumpu pada tumit kaki kiri. Posisi jari tangan memegangi dengkul.
Posisi duduk seperti ini disebut duduk iftirasy. Perubahan posisi dari sujud ke posisi

27
duduk di antara dua sujud diawali dengan mengucapkan takbir. Adapun bacaanya
yang dibaca pelan (hanya terdengar oleh telinga kita) adalah sebagai berikut:

RABBIGHFIRLII WARHAMNII WAJBURNII WARFA’NII WARZUQNII WAHDINII WA


‘AAFINII WA’FU ‘ANNII
Artinya: " Ya Tuhanku, ampunilah aku, kasihanilah aku, benarkanlah aku, angkatlah
derajatku, karuniakanlah aku rezeki, sehatkanlah aku, dan maafkanlah aku."

~ Sujud

Posisi sujud dan bacaannya sama dengan sujud pada tahap ke-8. Perubahan posisi
dari duduk di antara dua sujud ke posisi sujud diawali dengan mengucapkan takbir.
Sebelum bangun berdiri tegak, disunnah untuk duduk sejenak sambil membaca
pelan " Subhanallah" . Posisi duduk istirahat seperti pada posisi duduk di tahap ke-9.

~ Duduk Tasyahud

Posisi duduknya seperti pada gambar di mana posisi pantat kiri bertumpu ke lantai,
sementara pergelangan kaki kiri berada di antara dengkul dan ujung jari kaki kanan.
Duduk semacam ini disebut dengan posisi duduk Tawaruk. Bacaan pada Tasyahud
ini adalah gabungan antara bacaan Tasyahud Awal dan Tasyahud Akhir berikut ini:

AT-TAHIYYAATU AL-MUBAARAKAATU AL-SHALAWAATU AL-THOYYIBAATU


LILLAHI. ASSALAAMU ‘ALAIKA AYYUHANNABIYYU WA RAHMATULLAHI WA
BARAKAATUHU. AS-SALAAMU ‘ALAINAA WA ‘ALAA ‘IBAADILLAHI AS-SHOOLIHIN.
ASYHADU AN LAA ILAAHA ILLA ALLAH WA ASYHADU ANNA
MUHAMMADARRASUULULLAH. ALLAHUMMA SHOLLI ‘ALA SAYYIDINAA
MUHAMMAD. WA ‘ALA AALI SAYYIDINA MUHAMMAD KAMAA SHOLLAYTA ‘ALA
SAYYIDINA IBRAHIM. WA BAARIK ‘ALA SAYYIDINA MUHAMMAD WA ‘ALA AALI
SAYYIDINA MUHAMMAD. KAMAA BAARAKTA ‘ALA SAYYIDINAA IBRAHIM, WA
‘ALA SAYYIDINA IBRAHIM, FIL ‘AALAMIINA INNAKA HAMIIDUN MAJIID. 

28
Artinya: “ Segala ucapan selamat, keberkahan, shalawat, dan kebaikan adalah bagi
Allah. Mudah-mudahan kesejahteraan dilimpahkan kepadamu wahai Nabi beserta
rahmat Allah dan barakah-Nya. Mudah-mudahan kesejahteraan dilimpahkan pula
kepada kami dan kepada seluruh hamba Allah yang shalih. Aku bersaksi bahwa tidak
ada sesembahan yang berhak disembah melainkan Allah, dan aku bersaksi bahwa
Muhammad itu adalah utusan Allah. Ya Allah aku sampai shalawat kepada
junjungan kita Nabi Muhammad, serta kepada keluarganya. Sebagaimana Engkau
sampaikan shalawat kepada Nabi Ibrahim As., serta kepada para keluarganya. Dan,
berikanlah keberkahan kepada junjungan kita Nabi Muhammad, serta kepada
keluarga. Sebagaimana, Engkau telah berkahi kepada junjungan kita Nabi Ibrahim,
serta keberkahan yang dilimpahkan kepada keluarga Nabi Ibrahim. Di seluruh alam
raya ini, Engkaulah Yang Maha Terpuji lagi Maha Kekal.

Pada waktu bacaan sampai pada " Asyhadu" , maka disunnahkan jari telunjuk kanan
kita terbuka tegak ke depan.

~ Mengucapkan salam

Selanjutnya kepala menoleh ke arah kanan sambil mengucapkan salam, dilanjutkan


dengan kepala menoleh ke kiri sambil mengucapkan salam. Adapun bacaannya
adalah sebagai berikut:

ASSALAAMU ‘ALAIKUM WARAHMATULLAHI WA BARAKAATUHU

~ Keutamaan Salat Syuruq/ Isyraq

Terdapat beberapa keutamaan melaksanakan salat syuruq atau salat isyraq.


Keutamaan-keutamaan ini sebagaimana telah dijelaskan di dalam hadis-hadis di
bawah ini.

29
Pertama

Sebuah hadistdari Abu Umamah radhiyallahu'anhu, Rasulullah SAW bersabda:

" Barangsiapa yang mengerjakan salat subuh dengan berjemaah di masjid, lalu dia
tetap berdiam di masjid sampai melaksanakan salat sunnah dhuha (di awal waktu,
syuruq), maka ia seperti mendapat pahala orang yang berhaji atau berumrah secara
sempurna." (HR. Thabrani. Syaikh Al-Albani dalam Shahih Targhib (469) mengatakan
bahwa hadis ini shahih lighairihi (shahih dilihat dari jalur lainnya).

Kedua

Hadis dari Anas bin Malik radhiyallahu, Rasulullah SAW bersabda:

"Barangsiapa yang melaksanakan salat subuh secara berjemaah lalu ia duduk sambil


berzikir pada Allah hingga matahari terbit, kemudian ia melaksanakan salat dua
raka'at, maka ia seperti memperoleh pahala haji dan umrah." Beliau pun bersabda,
" Pahala yang sempurna, sempurna dan sempurna." (HR. Tirmidzi no. 586, Syaikh Al-
Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan).

Adapun waktu syuruq atau thulu'ul syamsi ialah ketika terbitnya matahari sampai


kira-kira naik seukuran tombak. Hal ini setidaknya berlangsung sekitar 15 menit dari
waktu terbit matahari atau waktu dhuha.

~ Pengertian Shalat Dhuha

Shalat dhuha adalah shalat shunnah yang dilaksanakan setelah matahari terbit


sampai meninggi hingga setinggi tombak. Kira-kira jika dihitung berdasarkan
perhitungan jam saat ini, shalat sunnah ini dimulai dari jam 7 pagi hingga 15 menit
sebelum adzan Dzuhur. Waktu terbaik untuk melaksanakan shalat dhuha adalah
sekitar pukul 9 hingga 10 pagi. Ini berdasarkan hadits Rasul:

30
َ ‫صالَ َة فِى َغي ِْر َه ِذ ِه السَّا َع ِة َأ ْف‬
َّ‫ ِإن‬.‫ض ُل‬ َّ ‫ون م َِن الض َُّحى َف َقا َل َأ َما لَ َق ْد َعلِمُوا َأنَّ ال‬ َ ‫َأنَّ َز ْي َد ب َْن َأرْ َق َم َرَأى َق ْومًا ُي‬
َ ُّ‫صل‬
‫ِصا ُل‬ َ ‫ِين َترْ َمضُ ْالف‬ َ ‫ين ح‬ َ ‫صالَةُ اَأل َّو ِاب‬
َ ‫ َقا َل‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ِ ‫َرسُو َل هَّللا‬

Zaid bin Arqom melihat sekelompok orang melaksanakan shalat Dhuha, lantas ia
mengatakan, “Mereka mungkin tidak mengetahui bahwa selain waktu yang mereka
kerjakan saat ini, ada yang lebih utama. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “(Waktu terbaik) shalat awwabin (shalat Dhuha) yaitu ketika anak unta
merasakan terik matahari.” (HR. Muslim, No. 748)

Hukum shalat dhuha adalah sunnah, namun sangat dianjurkan untuk dilakukan
setiap hari. Kenapa ? Karena setiap persendian tubuh diwajibkan bersedekah. Shalat
dhuha 2 rakaat setiap hari bisa menggenapi kewajiban tersebut. Dalilnya adalah
hadits Rasulullah sebagai berikut:

ْ‫ون َو َثالَ ُث ِماَئ ِة َم ْفصِ ٍل َف َعلَ ْي ِه َأن‬ ِ ‫ َيقُو ُل « فِى اِإل ْن َس‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ِ ‫ت َرسُو َل هَّللا‬
َ ‫ان سِ ُّت‬ ُ ْ‫َأ ِبى ب َُر ْي َد َة َيقُو ُل َسمِع‬
‫يق َذل َِك َيا َرسُو َل هَّللا ِ َقا َل « ال ُّن َخا َع ُة فِى ْال َمسْ ِج ِد َت ْدفِ ُن َها َأ ِو‬
ُ ِ‫ َقالُوا َف َم ِن الَّذِى يُط‬.» ‫ص َد َق ًة‬
َ ‫صد ََّق َعنْ ُك ِّل َم ْفصِ ٍل ِم ْن َها‬ َ ‫َي َت‬
َ ‫يق َفِإنْ لَ ْم َت ْقدِرْ َف َر ْك َع َتا الض َُّحى ُتجْ ِزُئ َع ْن‬
‫ك‬ َّ ‫ال َّشىْ ُء ُت َنحِّ ي ِه َع ِن‬
ِ ‫الط ِر‬

“Manusia memiliki 360 persendian. Setiap persendian itu memiliki kewajiban untuk
bersedekah.” Para sahabat pun mengatakan, “Lalu siapa yang mampu bersedekah
dengan seluruh persendiannya, wahai Rasulullah?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
lantas mengatakan, “Menanam bekas ludah di masjid atau menyingkirkan gangguan
dari jalanan. Jika engkau tidak mampu melakukan seperti itu, maka cukup lakukan
shalat Dhuha 2 raka’at.” (HR. Ahmad, No. 354)

Shalat dhuha adalah salah satu shalat sunnah yang baik dilakukan setiap hari. Dalil
pentingnya shalat sunnah ini adalah berdasarkan perkataan salah satu sahabat Nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam yaitu Abu Hurairah:

‫ َوَأنْ ُأوت َِر َق ْب َل‬، ‫ى الض َُّحى‬ ‫َأ‬


ٍ ‫ث صِ َي ِام َثالَ َث ِة ي‬
ِ ‫ َو َر ْك َع َت‬، ‫َّام مِنْ ُك ِّل َشه ٍْر‬ َ ‫َأ ْو‬
ٍ َ‫صانِى َخلِيلِى – صلى هللا عليه وسلم – ِب َثال‬
‫َأ‬
‫نْ َنا َم‬ ‫َأ‬

Kekasihku yaitu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mewasiatkan tiga nasehat padaku:
Berpuasa tiga hari setiap bulannya, melaksanakan shalat Dhuha dua raka’at,
berwitir sebelum tidur. (HR. Bukhari, No. 1981)

~ Hadis tentang shalat dhuha

Keutamaan sholat dhuha dijelaskan dalam sejumlah hadis. Berikut hadis yang
menjelaskan tentang keutamaan sholat dhuha:

HR At-Tirmidzi dan Ibnu Majah

"Siapa yang membiasakan sholat dhuha, dosanya akan diampuni meskipun


sebanyak buih di lautan." (HR At-Tirmidzi dan Ibnu Majah).

31
HR Abu Daud

“Barangsiapa yang masih berdiam diri di masjid atau tempat sholatnya setelah
sholat shubuh karena melakukan iktikaf, berzikir, dan melakukan dua rakaat sholat
dhuha disertai tidak berkata sesuatu kecuali kebaikan, maka dosa-dosanya akan
diampuni meskipun banyaknya melebihi buih di lautan.” (HR Abu Daud).

HR. Muslim

“Pada pagi hari diharuskan bagi seluruh persendian di antara kalian untuk
bersedekah. Setiap bacaan tasbih (subhanallah) bisa sebagai sedekah, setiap bacaan
tahmid (alhamdulillah) bisa sebagai sedekah, setiap bacaan tahlil (laa ilaha illallah)
bisa sebagai sedekah, dan setiap bacaan takbir (Allahu akbar) juga bisa sebagai
sedekah. Begitu pula amar ma’ruf (mengajak kepada ketaatan) dan nahi mungkar
(melarang dari kemungkaran) adalah sedekah. Ini semua bisa dicukupi (diganti)
dengan melaksanakan shalat Dhuha sebanyak 2 raka’at” (HR. Muslim no. 720).

HR Daud, Ahmad, Tirmidz

“Allah ‘Azza wa Jalla berfirman: “Wahai Anak Adam, jangan sekali-kali kamu malas
mengerjakan empat rakaat pada awal siang (sholat duha), nanti akan Aku cukupi
kebutuhanmu pada akhirnya (sore hari).” (HR Daud, Ahmad, Tirmidz).

HR. At-Thabrani

“Barangsiapa yang sholat duha dua rakaat, maka dia tidak ditulis sebagai orang yang
lalai. Barangsiapa yang mengerjakannya sebanyak empat rakaat, maka ditulis
sebagai orang yang ahli ibadah. Barangsiapa yang mengerjakannya enam rakaat,
maka diselamatkan di hari itu. Barangsiapa mengerjakannya delapan rakaat, maka
Allah tulis sebagai orang yang taat. Dan barangsiapa yang mengerjakannya dua
belas rakaat, maka Allah akan membangun sebuah rumah di surga untuknya.” (HR.
At-Thabrani).

~ Hukum dan rakaat shalat dhuha

Para ulama bersepakat bahwa hukum dari sholat dhuha adalah sunah. Nabi
Muhammad SAW sendiri telah mengingatkan pentingnya sholat dhuha. Sholat
dhuha termasuk ibadah yang dilakukan oleh Rasulullah.

Sementara untuk jumlah rakaat, sholat dhuha umumnya dilakukan sebanyak 2


sampai 12 rakaat dengan salam tiap dua rakaatnya. Ini sesuai dengan hadis:

Dari Ummu Hani’ binti Abi Thalib, "Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah
mengerjakan sholat dhuha sebanyak 8 rakaat. Pada setiap dua rakaat, beliau
mengucap salam." (HR. Abu Dawud).

32
~ Tatacara shalat dhuha

~ Niat

 Niat diucapkan di dalam hati dan dilakukan bersamaan dengan takbiratul ihram
yaitu pada waktu mengangkat kedua tangan dengan telapak tangan menghadap ke
kiblat dan sejajar dengan telinga. Bila tidak memiliki udzur, maka harus berdiri
tegak. Adapun niat salat sunah dhuha sebagai berikut;

ِ ِ ‫ْن مُسْ َت ْق ِب َل ْالقِ ْبلَ ِة اَدَ ا ًء‬


‫هلل َت َعالَى‬ ِ ‫صلِّى ُس َّن َة الض َّٰحى َر ْك َع َتي‬
َ ُ‫ا‬

Ushalli Sunntadh-dhuha rak'ataini lillahi ta'ala

Artinya,

"Aku niat sholat dhuha dua rakaat, karena Allah ta'ala."

~ Membaca takbiratul ihram

Takbiratul Ihram memiliki arti pernyataan takbir yang menjadi penanda


pengharaman kita untuk berbuat apapun di luar gerakan dan bacaan salat.
Membaca takbir tidak terlalu keras dan cukup didengar oleh telinga kita sendiri,
kecuali Imam yang mengucapkan takbir terdengar makmum di belakangnya.

Allahu Akbar

Artinya: "Allah Maha Besar"

~ Membaca doa iftitah

Doa iftitah berarti doa pembuka yang dibaca sebelum membaca surat Al-Fatihah.
Adapun hukum membaca doa iftitah ini adalah sunah. Posisi tangan bersedekap di
atas antara pusar dan dada yang mana tangan kanan di atas tangan kiri. Berikut ini
doanya yang dibaca pelan (hanya terdengar oleh telinga kita),

33
ALLAHU AKBAR KABIIRA WALHAMDU LILLAHI KATSIRAN WA SUBHAANALLAHI
BUKRATAN WA ASHIILA. INNI WAJJAHTU WAJHIYA LILLADZI
FATHARASSAMAAWATI WAL ARDHA HANIIFAN WA MAA ANA MIN AL-
MUSYRIKIN. INNA SHALAATI WA NUSUKII WA MAHYAAYA WA MAMAATI LILLAHI
RABBI AL-‘AALAMIN. LAA SYARIIKA LAHU WA BIDZAALIKA UMIRTU WA ANAA
MIN AL-MUSLIMIIN.

Artinya: " Allah yang Maha Besar sebesar-besarnya, dan segala puji yang banyak
hanya kepada Allah, dan maha Suci Allah baik di waktu pagi maupun petang.
Sesungguhnya aku hadapkan diriku  kepada yang menciptakan seluruh langit dan
bumi, dengan lurus mengikuti ajaran agama yang dibawa oleh Nabi Ibrahim As. dan
aku bukanlah termasuk kelompok orang-orang yang menyekutukan Allah.
Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, matiku, hanyalah untuk Allah, Tuhan
semesta alam. Tiada sekutu bagi-Nya, dan dengan keyakinan itulah aku
diperintahkan, dan saya termasuk ke dalam kelompok orang-orang yang berserah
diri."

~ Membaca Al- Fatihah

~ Membaca surat pendek dalam Al-Quran

~ Ruku’

Ruku' adalah posisi tubuh membentuk sudut siku 90 derajat dengan tangan


bertumpu pada dengkul. Adapun bacaan ruku' yang dibaca pelan (hanya terdengar
oleh telinga kita) adalah sebagai berikut:

SUBHAANA RABBIYA AL-‘AZHIIMI WA BI HAMDIHI (dibaca tiga kali)


Artinya: "Maha Suci Tuhanku Yang Maha Agung dan Maha Suci dengan segala puji
kepada-Nya."

34
~ I’tidal

I’tidal adalah gerakan kembali berdiri tegak setelah posisi ruku' dengan kondisi
tangan lurus di samping paha, sehingga tidak bersedekap. Bacaan dalam i'tidal yang
dibaca pelan (hanya terdengar oleh telinga kita) adalah sebagai berikut:

SAMI’A ALLAHU LIMAN HAMIDAHU. RABBANA WA LAKA AL-HAMDU WA AL-


SYUKRU HAMDAN KATSIIRAN THOYYIBAN MUBAARAKAN FIIHI, MIL’U
SSAMAAWAATI WA MIL’U L-ARDHI, WA MIL’U MAA BAINAHUMAA WA MIL’U
MAA SYI’TA MIN SYAI’IN BA’DU.  
Artinya: "Allah senantiasa mendengar kepada siapa yang memuji-Nya. Tuhanku,
kepada Engkaulah segala pujian, segala kesyukuran, pujian yang banyak, baik, lagi
berkah di dalamnya. Pujian dan kesyukuran itu memenuhi seluruh langit, seluruh
bumi, diantara keduanya, dan memenuhi siapa saja yang Engkau kehendaki
setelahnya."

Setelah tahap ini, maka tahap selanjutnya adalah sujud yang mana perubahan posisi
dari i'tidal ke sujud dengan mengucapkan takbir.

~ Sujud

Posisi sujud sebagaimana pada umumnya kita bersujud, di mana kedua tangan kita
lurus di samping telinga kita. Dahi dan dengkul sejajar menyentuh lantai, sementara
ujung-ujung kaki menghadap ke kiblat. Bacaan dalam sujud yang dibaca pelan
(hanya terdengar oleh telinga kita) adalah sebagai berikut:

SUBHAANA RABBIYA AL-A’LAA WA BI HAMDIHI (DIBACA TIGA KALI) …


ALLAHUMMA LAKA SAJADTU, WA LAKA ASLAMTU, WA BIKA AAMANTU. ANTA
RABBI SAJADA WAJHII LILLADZII KHALAQAHU WA SHOWWARAHU WA SYAQQA
SAM’AHU WA BASHOROHU TABAARAKA ALLAHU AHSANU AL-KHAALIQIN.  
Artinya:" Maha Suci Tuhanku Yang Maha Tinggi dan Maha Suci … Ya Allah kepada-
Mu aku sujud, kepada-Mu aku berislam, kepada-Mu aku beriman. Engkaulah

35
Tuhanku. Wajahku bersujud kepada yang menciptakannya, dan membentuknya,
dan memberikannya telinga dan mata. Maha Suci Allah, sebaik-baiknya Pencipta."

~ Duduk di antara dua sujud

Posisi duduknya adalah tubuh tegak di mana jari kaki kiri lurus ke belakang (tidak
menghadap ke kiblat) dan jari kaki kanan menghadap ke kiblat, sementara pantat
bagian kiri bertumpu pada tumit kaki kiri. Posisi jari tangan memegangi dengkul.
Posisi duduk seperti ini disebut duduk iftirasy. Perubahan posisi dari sujud ke posisi
duduk di antara dua sujud diawali dengan mengucapkan takbir. Adapun bacaanya
yang dibaca pelan (hanya terdengar oleh telinga kita) adalah sebagai berikut:

RABBIGHFIRLII WARHAMNII WAJBURNII WARFA’NII WARZUQNII WAHDINII WA


‘AAFINII WA’FU ‘ANNII
Artinya: " Ya Tuhanku, ampunilah aku, kasihanilah aku, benarkanlah aku, angkatlah
derajatku, karuniakanlah aku rezeki, sehatkanlah aku, dan maafkanlah aku."

~ Sujud

Posisi sujud dan bacaannya sama dengan sujud pada tahap ke-8. Perubahan posisi
dari duduk di antara dua sujud ke posisi sujud diawali dengan mengucapkan takbir.
Sebelum bangun berdiri tegak, disunnah untuk duduk sejenak sambil membaca
pelan " Subhanallah" . Posisi duduk istirahat seperti pada posisi duduk di tahap ke-9.

~ Duduk Tasyahud

Posisi duduknya seperti pada gambar di mana posisi pantat kiri bertumpu ke lantai,
sementara pergelangan kaki kiri berada di antara dengkul dan ujung jari kaki kanan.
Duduk semacam ini disebut dengan posisi duduk Tawaruk. Bacaan pada Tasyahud
ini adalah gabungan antara bacaan Tasyahud Awal dan Tasyahud Akhir berikut ini:

36
AT-TAHIYYAATU AL-MUBAARAKAATU AL-SHALAWAATU AL-THOYYIBAATU
LILLAHI. ASSALAAMU ‘ALAIKA AYYUHANNABIYYU WA RAHMATULLAHI WA
BARAKAATUHU. AS-SALAAMU ‘ALAINAA WA ‘ALAA ‘IBAADILLAHI AS-SHOOLIHIN.
ASYHADU AN LAA ILAAHA ILLA ALLAH WA ASYHADU ANNA
MUHAMMADARRASUULULLAH. ALLAHUMMA SHOLLI ‘ALA SAYYIDINAA
MUHAMMAD. WA ‘ALA AALI SAYYIDINA MUHAMMAD KAMAA SHOLLAYTA ‘ALA
SAYYIDINA IBRAHIM. WA BAARIK ‘ALA SAYYIDINA MUHAMMAD WA ‘ALA AALI
SAYYIDINA MUHAMMAD. KAMAA BAARAKTA ‘ALA SAYYIDINAA IBRAHIM, WA
‘ALA SAYYIDINA IBRAHIM, FIL ‘AALAMIINA INNAKA HAMIIDUN MAJIID. 
Artinya: “ Segala ucapan selamat, keberkahan, shalawat, dan kebaikan adalah bagi
Allah. Mudah-mudahan kesejahteraan dilimpahkan kepadamu wahai Nabi beserta
rahmat Allah dan barakah-Nya. Mudah-mudahan kesejahteraan dilimpahkan pula
kepada kami dan kepada seluruh hamba Allah yang shalih. Aku bersaksi bahwa tidak
ada sesembahan yang berhak disembah melainkan Allah, dan aku bersaksi bahwa
Muhammad itu adalah utusan Allah. Ya Allah aku sampai shalawat kepada
junjungan kita Nabi Muhammad, serta kepada keluarganya. Sebagaimana Engkau
sampaikan shalawat kepada Nabi Ibrahim As., serta kepada para keluarganya. Dan,
berikanlah keberkahan kepada junjungan kita Nabi Muhammad, serta kepada
keluarga. Sebagaimana, Engkau telah berkahi kepada junjungan kita Nabi Ibrahim,
serta keberkahan yang dilimpahkan kepada keluarga Nabi Ibrahim. Di seluruh alam
raya ini, Engkaulah Yang Maha Terpuji lagi Maha Kekal.

Pada waktu bacaan sampai pada " Asyhadu" , maka disunnahkan jari telunjuk kanan
kita terbuka tegak ke depan.

~ Mengucapkan salam

Selanjutnya kepala menoleh ke arah kanan sambil mengucapkan salam, dilanjutkan


dengan kepala menoleh ke kiri sambil mengucapkan salam. Adapun bacaannya
adalah sebagai berikut:

37
ASSALAAMU ‘ALAIKUM WARAHMATULLAHI WA BARAKAATUHU

~ Membaca doa shalat dhuha

Berikut doa yang bisa dipanjatkan setelah selesai melakukan tata cara sholat dhuha:

“Allahumma innad-duhaa'a duhaa'uka wal bahaa'a bahaa'uka wal jamaala


jamaaluka wal quwwata quwwatuka wal-qudrota qudratuka wal 'ismata 'ismatuka.

Allahumma in kaana rizqii fis-samaa'i fa anzilhu, wa in kaana fil ardi fa akhrijhu, wa


in kaana mu'assiran fa yassirhu, wa in kaana haraaman fa tahrirhu wa in kaana
ba'iidan fa qarribhu bi haqqi duhaa'ika wa bahaa'ika wa jamaalika wa quwwatika wa
qudratika, aatinii maa ataita 'ibaadakash-shalihiin.”

Artinya: "Ya Allah, sesungguhnya waktu dhuha adalah waktu dhuha-Mu, keagungan
adalah keagungan-Mu, keindahan adalah keindahan-Mu, kekuatan adalah
kekuatan-Mu, penjagaan adalah penjagaan-Mu.

Ya Allah, apabila rezekiku berada di atas langit maka turunkanlah, apabila berada di
dalam bumi maka keluarkanlah, apabila sukar mudahkanlah, apabila haram
sucikanlah, apabila jauh dekatkanlah dengan kebenaran dhuha-Mu, kekuasaan-Mu
(wahai Tuhanku), datangkanlah padaku apa yang Engkau datangkan kepada hamba-
hamba-Mu yang sholeh."

~ Manfaat Shalat Dhuha

Seperti yang dijelaskan di hadits riwayat Ahmad nomor 354 . Manfaat shalat dhuha
adalah untuk mengganti kewajiban bersedekah untuk 360 persendian pada tubuh
kita. Hanya dengan shalat 2 rakaat, semua kewajiban tersebut digenapi. Selain itu,
shalat ini juga punya banyak manfaat lainnya, yaitu:

1. Mencukupi Kebutuhan di Siang Hari

Shalat 2 rakaat bisa menolong kita untuk memenuhi kebutuhan duniawi di siang
hari. Menurut sebagian ulama, shalat sunnah ini bisa menyelamatkan kita dari hal
yang membahayakan di siang hari atau menolong kita agar tidak terjerumus ke
dalam dosa. Selain itu, ada juga yang berpendapat bahwa shalat ini bisa
menghilangkan kesulitan pada pekerjaan, artinya Allah akan memudahkan semua
urusan duniawi kamu hingga siang menghilang.

ُ‫ار َأ ْكف َِك آخ َِره‬ ‫َقا َل هَّللا ُ َع َّز َو َج َّل َيا اب َْن آ َد َم الَ َتعْ ِج ْز َعنْ َأرْ َبع َر َك َعا ٍ َأ‬
ِ ‫ت مِنْ َّو ِل ال َّن َه‬ ِ

38
Allah Ta’ala berfirman: Wahai anak Adam, janganlah engkau tinggalkan empat
raka’at shalat di awal siang (di waktu Dhuha). Maka itu akan mencukupimu di akhir
siang. (HR. Abu Daud, No. 1289)

2. Mendapat Pahala Haji dan Umrah Sempurna

Bagi siapapun yang melaksanakan shalat subuh berjamaah lalu menunggu waktu
dhuha datang dan lalu melaksanakan shalat 2 rakaat maka ia akan mendapat pahala
yang sama besarnya seperti menjalankan ibadah haji dan umroh. Dalilnya adalah
sebagai berikut:

« .» ‫ت لَ ُه َكَأجْ ِر َحجَّ ٍة َوعُمْ َر ٍة‬ َ ‫صلَّى ْال َغدَ ا َة فِى َج َما َع ٍة ُث َّم َق َع َد َي ْذ ُك ُر هَّللا َ َح َّتى َت ْطلُ َع ال َّشمْسُ ُث َّم‬
ِ ‫صلَّى َر ْك َع َتي‬
ْ ‫ْن َكا َن‬ َ ْ‫َمن‬
‫ « َتا َّم ٍة َتا َّم ٍة َتا َّم ٍة‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ِ ‫» َقا َل َقا َل َرسُو ُل هَّللا‬

Barangsiapa yang melaksanakan shalat shubuh secara berjama’ah lalu ia duduk


sambil berdzikir pada Allah hingga matahari terbit, kemudian ia melaksanakan
shalat dua raka’at, maka ia seperti memperoleh pahala haji dan umroh.” Beliau pun
bersabda, “Pahala yang sempurna, sempurna dan sempurna. (HR. Tirmidzi, No. 586)

Manfaat shalat 2 rakaat ini bagus untuk memperlancar rejeki dan melindungi kita
dari bahaya dan dosa di siang hari. Nasihat untuk para pekerja kantoran yang ingin
melaksanakan shalat dhuha lebih baik baik selesaikan dulu pekerjaan kantor, karena
tugas kantor hukumnya adalah wajib sedangkan shalat dhuha adalah sunnah.

 Shalat Jenazah

~ Pengertian Shalat Jenazah

sholat jenazah adalah sholat fardhu kifayah yang dilaksanakan saat ada umat
muslim meninggal dunia. Tujuannya untuk mendoakan mayit agar Allah
berkenan mengampuni dan merahmatinya. Saat melakukan sholat, jenazah
harus berada di hadapan kita. Lalu sholat dilaksanakan dengan empat kali takbir
serta diselingi doa dan shalawat.  

~ Hukum Shalat Jenazah

Para ulama bersepakat bahwa hukum sholat jenazah termasuk fardhu kifayah.
Kewajiban yang dikenakan bagi seluruh umat Islam secara kolektif (bukan
kewajiban perseorangan). Jika kewajiban itu sudah dilaksanakan oleh
sekelompok atau sebagian orang, maka kewajiban itu gugur bagi lainnya.

39
Sebaliknya jika tidak ada umat muslim yang melakukan sholat jenazah, maka
seluruh umat muslim akan mendapat dosa. Jadi apabila tak seorang pun
melaksanakan kewajiban mengurus jenazah hingga melakukan sholat jenazah,
maka seluruh muslim akan mendapatkan dosa. 

~ Syarat Sah Shalat Jenazah

1. Menutup Aurat  

Saat melakukan sholat jenazah, pastikan aurat tertutup dengan baik. Aurat wanita
adalah seluruh tubuh, kecuali wajah dan telapak tangan. Aurat laki-laki adalah
bagian yang berada di bawah pusar hingga lutut. Memperhatikan aurat saat sholat
jenazah sangat penting agar sholat yang dilakukan diterima Allah SWT. 

2. Suci 

Perhatikan kesucian saat melakukan sholat jenazah. Baik tempat untuk


melaksanakan sholat, maupun badan atau pakaian yang dikenakan saat sholat
jenazah. Pastikan semuanya suci dari hadast kecil, hadast besar, dan najis. 

3. Menghadap Kiblat 

Sholat jenazah juga dilakukan menghadap kiblat, sama seperti sholat fardhu. Sholat
jenazah yang dilakukan dengan menghadap ke arah selain kiblat dianggap tidak
sah. 

4. Jenazah dalam Keadaan Suci dan Sudah Dikafankan 

Selain memperhatikan kesucian tempat dan jamaah sholat jenazah, kita juga harus
memperhatikan kesucian jenazah. sholat jenazah bisa dilakukan jika jenazah sudah
dimandikan hingga suci, dan telah dikafankan. Setelah kedua hal tersebut dilakukan,
jenazah siap untuk disholatkan. 

5. Diletakkan di Depan Orang yang Menyolatkan 

Saat melakukan sholat jenazah, jenazah diletakkan di depan jamaah yang


mensholati. Jika jenazah yang disholatkan adalah perempuan, posisi pinggang
jenazah berada di depan imam. Sedangkan untuk jenazah laki-laki, kepala jenazah
berada di depan imam. 

~ Jenis-jenis Shalat jenazah

40
Berikut ini adalah jenis shalat jenazah yang harus kita ketahui :

1. Shalat Jenazah Perempuan

Shalat jenazah perempuan memiliki tata cara khusus dan berbeda dari jenazah laki-
laki. Setiap kaum muslimin harus tahu bagaimana caranya melakukan sholat
jenazah perempuan. Hal itu dikarenakan kesalahan dalam melakukan sholat jenazah
bisa membuat amalan kurang sempurna. Oleh sebab itu umat muslim harus tahu
seperti apa ilmunya untuk menyalatkan jenazah perempuan.

2. Shalat Jenazah Laki-Laki

Sama halnya dengan shalat jenazah perempuan. Shalat jenazah laki-laki memiliki
tata cara khusus. Doanya pun berbeda dengan doa jenazah perempuan. Setiap
muslim sebaiknya memiliki ilmu tentang shalat jenazah yang benar.

3. Shalat Jenazah Anak-Anak

Untuk jenazah anak-anak, doa yang dibaca pun berbeda dengan jenazah laki-laki
dan jenazah perempuan. Hal itu dikarenakan anak-anak akan menjadi tabungan di
akhirat untuk kedua orangtuanya kelak. Anak yang belum baligh bisa menjadi
penolong bagi kedua orangtuanya.

~ Hadist tentang shalat Jenazah

Hadist yang membahas tentang shiolat jenazah banyak sekali, hal itu dikarenakan
pentingnya sholat jenazah tersbut terhadap orang muslim yang telah meninggal.
Berikut ini adalah beberapa hadist yang membahas tentang sholat jenazah :

 HR. Ibnu Majah : Bunyi dari HR. Ibnu Majah adalah “Shalatkanlah mayat-
mayatmu!”.

 HR. Ad-Daruruquthni : “shalatkanlah olehmu orang-orang yang sudah meninggal


yang sebelumnya telah mengucapkan kalimat Laa illaaha illallaah.”

 HR. Tsauban : “Barang siapa menyalati jenazah, maka ia mendapatkan satu qirath.
Jika ia menghadiri penguburannya, maka ia mendapatkan dua qirath. Satu qirath
sama dengan gunung Uhud.”

41
 HR. Abu Hurairah : Bunyi dari hadist ini adalah sebagai berikut ini :

‫ م ِْث ُل‬:‫ان؟ َقا َل‬ ٌ


ِ ‫ َو َمنْ َش ِه َد َح َّتى ُت ْد َف َن َفلَ ُه قِي َْرا َط‬،‫ َفلَ ُه قِي َْراط‬، ‫صلِّ َي َعلَ ْي َها‬
ِ ‫ َو َما القِي َْرا َط‬:‫ قِ ْي َل‬،‫ان‬ َ ‫از َة َح َّتى ُي‬
َ ‫الج َن‬َ ‫َمنْ َش ِه َد‬
‫ْن‬ ِ ‫الج َبلَي‬
ِ ‫ْن ال َعظِ ْي َمي‬ َ

Artinya:

“Barangsiapa menghadiri jenzah sampai manyalatkannya maka diamendapatkan


pahala sebanyak satu qirath. Barangsiapa menghadirinya hingga memakamkannya
maka dia mendapatkan pahala dua qirath.”Rasulullah SAW pernah ditanya :”
Wahai Rasullullah apa yang dimaksud dengan pahala dua qirath?” Rasulullah
menjawab,” Seperti dua gunung besar.”

~ Tatacara Shalat Jenazah


Tata cara holat jenazah dibedakan antara jenazah laki-laki dan jenazah perempuan.
Yang harus diperhatikan di sini adalah sholat jenazah berbeda dengan sholat fardhu.
Perbedaan itu diantaranya adalah sholat jenazah tidak menggunakan adzan
maupun iqamah, tidak menggunakan ruku, tidak menggunakan sujud, tidak
menggunakan I’tidal dan tidak menggunakan tahiyat.

Shlat jenazah terdiri dari 4 takbir, oleh sebab itu jika dia tidak paham tentang tata
cara sholat jenazah pada takbir kedua ada orang yang langsung ruku’, takbir ketiga
i’tidal dan takbir yang keempat melakukan sujud. Yang benar adalah 4 takbir
tersebut adalah takbiratul ikhram semua sehingga 4 takbir tetap dilakukan dalam
posisi berdiri dan membaca bacaan yang telah ditentukan.

Berikut ini adalah tata cara sholat jenazah yang harus diketahui :

1. Niat

Hal pertama yang dilakukan adalah niat. Niat sangatlah penting sebab dari niat lah
Allah tahu apa yang mau kita lakukan. Dari niat pulalah Allah tahu ketulusan dan
tekat hamba NYA dalam melakukan hal tersebut. Yang berbeda adalah niat untuk
sholat jenazah laki-laki dan shalat jenazah perempuan.

Niat juga merupakan syarat syahnya sholat sehingga setiap amalan yang akan
dilakukan harus diawali dengan niat. Berikut ini adalah niat sholat jenazah yang
harus diketahui :

Niat menjadi makmum jenazah laki-laki

Bunyi niat menjadi makmum dari jenazah laki-laki adalah :

ِ ِ ‫ض ْال ِك َفا َي ِة َمْأم ُْومًا‬


‫هلل َت َعالَى‬ ٍ ‫ت اَرْ َب َع َت ْك ِب َرا‬
َ ْ‫ت َفر‬ ْ ‫صلِّى َعلَى َه َذ‬
ِ ‫اال َم ِّي‬ َ ُ‫ا‬

42
Usholli ‘alaa haadzalmayyiti arba’a takbiraatin fardhol kifaayati ma’muuman lillaahi
ta’aala.
Artinya: saya niat shalat atas mayit ini empat kali takbir fardhu kifayah karena
menjadi makmum karena Allah Ta’ala.
Niat menjadi makmum jenazah perempuan

Untuk niat menjadi makmum shalat jenazah perempuan adalah seperti ini :

ِ ِ ‫ض ْال ِك َفا َي ِة َمْأم ُْومًا‬


‫هلل َت َعالَى‬ ٍ ‫صلِّى َعلَى َه ِذ ِه ْال َم ِّي َت ِة اَرْ َب َع َت ْك ِب َرا‬
َ ْ‫ت َفر‬ َ ُ‫ا‬

Bunyi dari ayat tersebut adalah” usholli ‘alaa haadzihil mayyitati arba’a takbiraatin
fardhol kifaayati ma’muuman lillaahi ta’aala.”
Artinya: Saya niat shalat di atas mayit perempuan ini empat kali takbir fardhu
kifayah karena menjadi makmum karena Allah ta’ala.
Niat menjadi imam sholat jenazah 

Untuk menjadi imam, kita juga harus mengucapkan niat. Ketika menjadi imam,
lafadz pada bacaan ma’muuman diubah menjadi lafadz imaa’man. Berikut ini adalah
niat yang harus dibaca ketika menjadi imam bagi jenazah :

ِ ِ ‫ض ْال ِك َفا َي ِة ِإ َمامًا‬


‫هلل َت َعالَى‬ ٍ ‫ت اَرْ َب َع َت ْك ِب َرا‬
َ ْ‫ت َفر‬ ْ ‫صلِّى َعلَى َه َذ‬
ِ ‫اال َم ِّي‬ َ ُ‫ا‬

Bunyi dari ayat tersebut adalah “usholli ‘alaa haadzalmayyiti arba’a takbiraatin
fardhol kifaayati imaaman lillaahi ta’aala.”
Artinya: saya niat shalat atas mayit ini empat kali takbir fardhu kifayah menjadi
imam karena Allah ta’ala. Lafadz niat itu berlaku bagi jenazah perempuan maupun
jenazah laki-laki.
2. Takbir Pertama

Setelah membaca niat, kita akan melakukan takbir yang pertama. Takbir yang
pertama tersebut kita dianjurkan untuk membaca surat Al-fatihah.

3. Takbir Kedua

Takbir kedua masih dilakukan dalam posisi berdiri, jangan melakukan sujud sebab
dalam shalat jenazah tidak ada sujud. Pada saat takbir yang kedua ini kita
diwajibkan untuk membaca shalawat Nabi Muhammad SAW. Bunyi shalawat yang
lengkap adalah berikut ini:

ِ ‫ َو َعلَى‬،ٍ‫اركْ َعلَى م َُح َّمد‬


‫ َك َما‬،ٍ‫آل م َُح َّمد‬ ِ ‫ َو َب‬،‫آل ِإب َْراهِي َم‬ َ ‫صلَّي‬
ِ ‫ْت َعلَى‬ َ ‫اللَّ ُه َّم‬
ِ ‫ َو َعلَى‬،ٍ‫ص ِّل َعلَى م َُح َّمد‬
َ ‫ َك َما‬،ٍ‫آل م َُح َّمد‬
‫ت َعلَى‬َ ‫ار ْك‬َ ‫َب‬

َ ‫آل ِإب َْراهِي َم فِي ْال َعالَم‬


‫ِين‬ ِ

43
َ ‫ِإ َّن‬
‫ك َحمِي ٌد َم ِجي ٌد‬

Bunyi shalawat di atas adalah “Allahumma shalli ‘alaa muhammad, wa ‘alaa ali
muhammad. kamaa shallaita ‘alaa ibraahiim, wa ‘alaa ali ibraahiim. wabaarik ‘alaa
muhammad, wa ‘alaa ali muhammad. kamaa baarakta ‘alaa ibraahiim, wa ‘alaa ali
ibraahiim. Fil ‘alaamiina innaka hamiidummajiid”.
Artinya:

“Ya Allah limpahkanlah rahmat kepada Nabi Muhammad SAW, beserta dengan
keluarganya. Sebagaimana telah Engkau beri rahmat kepada Nabi Ibrahim AS dan
keluarganya. Dan limpahkanlah berkat atas Nabi Muhammad SAW beserta dengan
keluarganya. Sebagaimana Engkau memberi berkat atas Nabi Ibrahim AS dan
keluarganya. Di seluruh alam semesta, Engkaulah yang Maha Terpuji dan Maha
Mulia.
4. Takbir Ketiga

Takbir ketiga adalah membaca doa khusus jenazah. Pembacaan doa tersebut
berbeda tergantung dengan jenazahnya. Berikut ini adalah doa yang diucapkan
berdasarkan dengan jenazahnya :

Jenazah perempuan

Untuk jenazah perempuan bacaan doa yang harus dilafadzkan menggunakan lafadz
(haa). Berikut ini adalah bacaan doa lengkapnya :

‫اللهم اغفر لها وارحمها وعافيها واعف عنها‬

Bunyi bacaan tersebut adalah “Allaahummaghfir lahaa warhamhaa wa’aafihaa


wa’fu ‘anhaa.
Artinya: “Ya Allah, ampunilah dia, berilah rahmat dan sejahtera dan maafkanlah dia
.”
Jenazah laki-laki

Untuk jenazah laki-laki bacaan ( haa ) diganti dengan bacaan ( hu ). Berikut ini
adalah bacaan doa yang harus dibaca ketika jenazahnya laki-laki:

‫اللهم اغفر له وارحمه وعافيه واعف عنه‬

Bunyi bacaan tersebut adalah “Allaahummaghfir lahu warhamhu wa’aafihu wa’fu


‘anhu.
Jenazah anak-anak

Untuk jenazah yang masih anak-anak, bacaan yang harus dibaca adalah sebagai
berikut ini:

44
‫اَللَّ ُه َّم اجْ َع ْل ُه َف َر ًَطا اِل َ َب َو ْي ِه َو َسلَ ًفا َو ُذ ْخرً ا‬

ِ ‫َوعِ َظ ًة َواعْ ِت َبارً ا َو َشفِيْعً ا َو َث ِّق ْل ِب ِه َم َو‬


‫از ْي َن ُه َما‬

ُ‫لى قُلُ ْو ِب ِه َما َوالَ َت ْف ِت ْن ُه َما َبعْ دَ ه‬ َّ ‫َواَ ْف ِر ِغ ال‬


ٰ ‫صب َْر َع‬

ُ‫َوالَ َتحْ ِر ْم ُه َما اَجْ َره‬

Bunyi dari ayat tersebut adalah : Allahummaj’alhu faratan li abawaihi wa salafan


wa dzukhro wa’idhotaw wa’tibaaraw wa syafii’an wa tsaqqil bihii mawaa
ziinahumawa-afri-ghish-shabra ‘alaa quluu bihimaa wa laa taf-tin-humaa ba’dahu
wa laa tahrim humaa ajrahu.”
Artinya:

“Ya Allah, jadikanlah ia sebagai simpanan pendahuluan bagi ayah bundanya dan
sebagai titipan, kebajikan yang didahulukan, dan menjadi pengajaran ibarat serta
syafa’at bagi orangtuanya. Dan beratkanlah timbangan ibu-bapaknya karenanya,
serta berilah kesabaran dalam hati kedua ibu bapaknya. Dan janganlah menjadikan
fitnah bagi ayah bundanya sepeninggalnya, dan janganlah Tuhan menghalangi
pahala kepada dua orang tuanya.”
5. Takbir Keempat

Takbir keempat kita akan membaca doa khusus. Berikut ini adlaah bacaan yang
harus dibaca ketika takbir yang keempat :

ْ ‫اَللَّ ُه َّم الَ َتحْ ِرمْنا َ َأجْ َرهُ َوالَ َت ْف ِت َنا َبعْ َدهُ َو‬
‫اغفِرْ لَنا َ َولَ ُه‬

Bunyi dari bacaan tersebut adalah “Allahumma laa tahrimnaa ajrahu wa laa


taftinnaa ba’dahu waghfir lanaa wa lahu.”
Artinya:

“Ya Allah, janganlah kiranya pahalanya tidak sampai kepada kami ( janganlah
Engkau meluputkan kami akan pahalanya), dan janganlah Engkau memberi kami
fitnah sepeninggalnya, dan ampunilah kami dan dia.”
6. Salam

Tata cara yang terakhir adalah salam. Bacaan salam adalah :

ِ ‫ال َّسالَ ُم َعلَ ْي ُك ْم َو َرحْ َم ُة‬


‫هللا َو َب َر َكا ُت ُه‬

Arti dari bacaan salam adalah “keselamatan dan rahmat Allah semoga tetap pada
kamu sekalian.

~ Manfaat Melakukan Shalat Jenazah

45
Manfaat yang bisa dirasakan oleh umat muslim yang melaksanakan sholat jenazah
adalah bisa mendapatkan pahala yang besar yaitu sebanyak dua qirath. Dua qirath
jika diibaratkan seperti dua buah gunung yang besar. Seperti bunyi hadist yang
diriwayatkan oleh Abu Hurairah seperti ini,”

”Barangsiapa yang menghadiri jenazah sampai jenazah itu disalati, maka ia


mendapatkan satu qirath. Dan barangsiapa menghadirinya sampai jenazah itu
dikuburkan, maka ia mendapatkan dua qirath. Lalu ada yang bertanya : Apakah dua
qirath itu?, Rasulullah pun menjawab : sama dengan dua gunung yang besar.”
Hadist yang diriwayatkan oleh Tsauban juga menyebutkan seperti ini,

”Barangsiapa menyalati jenazah, maka ia mendapatkan satu qirath. Jika ia


menghadiri penguburannya, maka ia mendapatkan dua qirath. Satu qirath sama
dengan gunung uhud.”

 Shalat Istisqa

sholat istisqa ketika terjadi panas di musim kemarau berkepanjangan. Tujuan


diadakannya sholat istisqa yaitu, untuk meminta hujan sebagai berkah kepada
Sang Kuasa Allah SWT.

Umat Islam dianjurkan untuk sholat istisqa dan membaca doa sebanyak mungkin
saat musim paceklik. Musim paceklik dalam konteks masyarakat Indonesia yaitu,
musim kemarau berkepanjangan yang menyebabkan tanah, tanaman, dan makhluk

lainnya kekurangan air.

Ada baiknya jika sholat istisqa untuk meminta hujan diawali dengan doa saat
menghadapi kesusahan secara umum sebagaimana riwayat Bukhari dan Muslim
berikut ini.

"Laa ilaaha illallaahul 'azhiimul haliimu, laa ilaaha illallaahu rabbul 'arsyil 'azhiimi, laa
ilaaha illallaahu rabus samaawaati wa rabbul ardhi wa rabbul 'arsyil kariimi."

46
Artinya, "Tiada Tuhan selain Allah yang agung dan santun. Tiada Tuhan selain Allah,
Tuhan Arasy yang megah. Tiada Tuhan selain Allah, Tuhan langit, bumi, dan Arasy
yang mulia."

~ Hukum Shalat Istisqa

Dasar hukum syariat sholat istisqa telah termaktub dalam Al Quran dan hadis Nabi
SAW.

Al Quran

Firman Allah Swt:

"Maka aku berkata (kepada mereka), "Mohonlah ampunan kepada Tuhanmu,


Sungguh, Dia Maha Pengampun (10) niscaya Dia akan menurunkan hujan yang lebat
dari langit kepadamu (11) dan Dia memperbanyak harta dan anak-anakmu, dan
mengadakan kebun-kebun untukmu dan mengadakan sungai-sungai untukmu." (12)
[Q.S: Nuh 10-12].

Sunnah (Hadis Rasulullah SAW)

Hadist Abdullah Bin Zaid Radhiallahu Anhu berkata:

"Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pernah keluar untuk melaksanakan sholat istisqa,
beliau lalu berdoa dengan menghadap ke arah kiblat sambil membalikkan kain
selendangnya. Kemudian beliau melaksanakan sholat dua rakaat dengan
mengeraskan bacaannya pada kedua rakaat itu."

Hukum Sholat Istiqa Menurut Para Ulama

Jumhur Ulama dari mazhab Maliki, Syafii, Hambali dan dua ulama madzhab Hanafi
Abu Yusuf dan Muhammad berpendapat bahwa sholat istisqa hukumnya adalah

47
sunnah dan kebanyakan dari kalangan hambali mengatakan hukumnya sunnah
muakkadah (sangat dianjurkan).

Imam Abu Hanifah berpendapat bahwa bahwasanya sholat istisqa tidak


disunnahkan untuk sholat secara berjamaah dan hanya imam yang keluar dan
berdoa walaupun sholatnya mereka secara sendiri sendiri.

Ulama bersepakat bahwa disyariatkan istisqa dengan doa pada khutbah Jumat,
sebagaimana diriwatkan oleh anas Radhiallahu 'anhu: 'Bahwa seseorang lelaki
masuk ke dalam masjid pada hari Jumat dan Rasulullah sedang berkhutbah, lalu dia
berkata: "Ya Rasulullah, telah habis harta, dan telah habis segala solusi oleh
karenanya berdoalah kepada Allah supaya Allah berikan kami hujan, maka
Rasulullah pun mengangkat kedua tangannya seraya berkata: 'Ya Allah berikanlah
kami hujan, ya Allah berikanlah kami hujan, ya Allah berikanlah kami hujan,' lalu
Allah pun menjawab doanya dan turunlah hujan yang deras." (HR. Baihaqi dalam
Sunan Kubra Jilid 3 / 359).

~ Tatacara Shalat Istisqa

~ Niat

sebelum memulai sholat sunnah meminta hujan. Lafal ini dapat menjadi alternatif
untuk dibaca sebelum sholat istisqa dimulai.

"Ushallii sunnatal istisqaa'i rak'ataini ma'muuman lillaahi ta'aalaa."

Artinya, "Aku menyengaja sholat sunnah meminta hujan dua rakaat sebagai
makmum karena Allah SWT."

Berikut ini ringkasan tata cara sholat istisqa:

1. Sholat dua rakaat.

- Rakaat pertama takbir tujuh kali sebelum membaca surat Al-Fatihah.

48
- Rakaat kedua takbir lima kali sebelum membaca surat Al-Fatihah.

2. Khutbah dua atau sekali sebelum (atau setelah) shalat. Khutbah setelah sholat
lebih utama.

- Sebelum masuk khutbah pertama khatib membaca istighfar sembilan kali.

- Sebelum masuk khutbah kedua khatib membaca istighfar tujuh kali.

- Perbanyak doa dalam khutbah kedua. Wallahu a'lam.

~ Doa Shalat Istisqa

Doa salat istisqa, berdasarkan Busyral Karim karya Sa‘id bin Muhammad Ba‘asyin
adalah sebagai berikut.

Allāhummasqinā ghaitsan mughītsan hanī’an marī‘an (lan riwayat murī‘an)


ghadaqan mujallalan thabaqan sahhan dā’iman. Allāhummasqināl ghaitsa, wa lā
taj‘alnā minal qānithīn. Allāhumma inna bil ‘ibādi wal bilādi wal bahā’imi wal khalqi
minal balā’i wal juhdi wad dhanki mā lā nasykū illā ilaika. Allāhumma anbit lanaz
zar‘a, wa adirra lanad dhar‘a, wasqinā min barakātis samā’i, wa anbit lanā min
barakātil ardhi. Allāhummarfa‘ ‘annal jahda wal jū‘a wal ‘urā, waksyif ‘annal balā’a
mā lā yaksyifuhū ghairuka. Allāhumma innā nastaghfiruka, innaka kunta ghaffārā, fa
arsilis samā’a ‘alainā midrārā.

Artinya: Ya Allah, turunkan kepada kami air hujan yang menolong, mudah,
menyuburkan, yang lebat, banyak, merata, menyeluruh, dan bermanfaat abadi. Ya
Allah, turunkan kepada kami air hujan. Jangan jadikan kami orang yang putus
harapan. Ya Allah, sungguh banyak hamba, negeri, dan jenis hewan, dan segenap
makhluk lainnya mengalami bencana, paceklik, dan kesempitan, kami tidak
mengadu selain kepada-Mu. Ya Allah, tumbuhkan tanaman kami, deraskan air susu
ternak kami, turunkan pada kami air hujan karena berkah langit-Mu, dan

49
tumbuhkan tanaman kami dari berkah bumi-Mu. Ya Allah, angkatlah kesusahan
paceklik, kelaparan, ketandusan dari bahu kami. Hilangkan dari kami bencana yang
hanya dapat diatasi oleh-Mu. Ya Allah, sungguh kami memohon ampun kepada-Mu,
karena Kau MahaPengampun. Maka turunkan pada kami hujan deras dari langit-
Mu.

 Shalat Gerhana (Matahari/Bulan)

Pengertian:

Niat shalat gerhana sangat penting untuk dipahami oleh setiap umat Islam, karena
kesepakatan para ulama atau Ijma seperti yang dilansir dari NU Online menyatakan
hukum shalat gerhana bulan dan matahari merupakan sunnah muakkad. Adanya
pendapat itu berdasarkan firman yang diturunkan oleh Allah sebagai berikut:
َ‫ْس َواَل ل ِْل َق َم ِر َواسْ ُج ُدوا هَّلِل ِ الَّذِي َخلَ َقهُنَّ ِإنْ ُك ْن ُت ْم ِإيَّاهُ َتعْ ُب ُدون‬
ِ ‫َومِنْ آ َيا ِت ِه اللَّ ْي ُل َوال َّن َها ُر َوال َّش ْمسُ َو ْال َق َم ُر اَل َتسْ ُج ُدوا لِل َّشم‬

Artinya: "Sebagian tanda-tanda kebesaran-Nya ialah malam, siang, matahari,


dan bulan. Jangan kalian bersujud pada matahari dan jangan (pula) pada bulan,
tetapi bersujudlah kalian kepada Allah yang menciptakan semua itu, jika kamu
hanya menyembah-Nya," (QS Fushilat: 37).

~ Niat Shalat Gerhana Bulan

Adapun shalat gerhana bulan dan matahari yang harus dilafalkan ketika hendak
menjalankan ibadah sunnah muakkad satu ini. Berikut adalah doa dan niat shalat
gerhana bulan dan matahari yang harus dibacakan:

َ ‫ُأ‬
ِ ‫صلِّي ُس َّن َة ال ُخسُوفِ َر ْك َع َتي‬
‫ َمأمُومًا هلل َت َعالَى‬/‫ْن ِإ َما ًم‬

Latin: Ushalli sunnatal khusuf rak'ataini imaman/makmuman lillahi ta'ala

50
Artinya: "Saya niat salat sunah gerhana bulan dua rakaat sebagai imam/makmum
karena Allah SWT".

~ Tatacara Shalat Gerhana Bulan

Sebelum Anda memulai untuk menjalankan shalat, bagi jamaah harus mengucapkan
"As-Shalatu jami'ah". Kemudian bisa melanjutkan untuk menjalankan ibadah sholat
gerhana bulan dan matahari sesuai dengan tata cara yang benar dalam ajaran Islam,
sebagai berikut:

1. Membaca Niat
"Ushalli sunnatal khusuf rak'ataini imaman/makmuman lillahi ta'ala"

2. Takbiratul Ihram dilanjut membaca taawudz dan surat Al-Fatihah

3. Setelah itu baca urat panjang misal Al-Baqarah dibaca dengan lantang

4. Rukuk dengan membaca tasbih


Karena dianjurkan memanjangkan ruku maka bisa dengan membaca tasbih 100 kali
saat ruku
5. Kemudian bangkit tapi tidak membaca doa I'tidal, melainkan baca Surat Al-
Fatihah. Setelah itu membaca surat yang lebih pendek
6. Ruku' lagi dengan membaca tasbih selama 80 kali

7. Kemudian bangkit dan membaca doa Itidal

8. Sujud dengan membaca tasbih 100 kali seperti waktu ruku' pertama
9. Duduk di antara dua sujud
10. Sujud kedua dengan membaca tasbih 80 kali selama ruku' kedua
11. Duduk istirahat atau duduk sejenak sebelum bangkit untuk mengerjakan rakaat
kedua

51
12. Bangkit dari duduk, lalu mengerjakan rakaat kedua dengan gerakan yang sama
dengan rakaat pertama
13. Namun setelah membaca Al-Fatihah dianjurkan membaca surat An-Nisa pada
rakaat pertama. Untuk rakaat kedua dianjurkan membaca Surat Al-Maidah.
14. Mengucapkan salam
Sangat disaranka usai melakukan shalat ada baiknya bagi Anda terus berdoa serta
beristighfar pada Allah.

~ Hal yang diperlukan sebelum Shalat Gerhana Bulan

1. Memastikan Waktu Gerhana

Bagi umat Islam yang akan melaksankan sholat gerhana penting untuk memastikan
kapan tepatnya gerhana bulan atau matahari ini akan terjadi. Sebab, sholat ini
dilakukan tepat ketika gerhana matahari terjadi.

2. Bacaan Diucap Secara Lantang

Bagi pria muslim dan juga perempuan bisa mengikuti ibadah yang satu ini. Bacaan
shalat disunahkan terdengar keras ketika sholat berlangsung, siang atau pun malam
hari. Di samping hal ini, rakaat pertama bacaan ada baiknya dipanjangkan.

3. Bisa Dilakukan Sendiri dan Berjamaah

Shalat gerhana dapat dilakukan sendiri atau berjamaah, meski begitu sangat
disarankan untuk melakukannya secara berjamaah. Bisa di masjid atau pun di tanah
lapang.

4. Selesai Sholat Disunahkan untuk Khotbah

52
Aisyah RA menceritakan tata cara salat gerhana yang dilakukan Nabi Muhammad
SAW, Aisyah berkata:

.... ِ ‫ت هَّللا‬
ِ ‫ان مِنْ آ َيا‬ َ ‫اس َف َح ِم َد هَّللا َ َوَأ ْث َنى َعلَ ْي ِه ُث َّم َقا َل ِإنَّ ال َّش‬
ِ ‫مْس َو ْال َق َم َر آ َي َت‬ َ ‫ت ال َّشمْ سُ َف َخ َط‬
َ ‫ب ال َّن‬ ْ َ‫ف َو َق ْد ا ْن َجل‬ َ ‫ُث َّم ا ْن‬
َ ‫ص َر‬
ِ ‫ان لِ َم ْو‬
‫ت‬ ِ ‫اَل َي ْخسِ َف‬
َ ‫َأ َح ٍد َواَل ل َِح َيا ِت ِه َفِإ َذا َرَأ ْي ُت ْم َذل َِك َف ْادعُوا هَّللا َ َو َك ِّبرُوا َو‬
َ ‫صلُّوا َو َت‬
‫ص َّدقُوا‬

Artinya:

"...kemudian Beliau berbalik badan dan matahari mulai terang, lalu dia berkhutbah
di hadapan manusia, beliau memuji Allah dengan berbagai pujian, kemudian
bersabda: Sesungguhnya (gerhana) matahari dan bulan adalah dua tanda di antara
tanda-tanda kebesaran Allah, keduanya terjadi bukan karena wafatnya seseorang
dan bukan pula lahirnya seseorang. Jika kalian menyaksikannya, maka berdoalah
kepada Allah, bertakbirlah, salat, dan bersedekahlah." (HR. Bukhari No.1044).

~ Niat Shalat Gerhana Matahari

‫ْن هَّلِل ِ َت َعالَى‬ َ ‫ُأ‬


ِ ‫صلِّيْ ُس َّن َة لِ ُكس ُْوفِ ال َّش‬
ِ ‫مس َر ْك َع َتي‬

Usholli sunnatan likusuufis syamsi rok'taini lillahi taa'ala Artinya : "Aku niat shalat
sunnah gerhana matahari dua rakaat karena Allah ta'ala "

~ Tatacara Shalat Gerhana Matahari

Sholat gerhana matahari dalam Bahasa Arab sering disebut dengan istilah khusuf.
Sebenarnya tata cara sholat gerhana matahari sama dengan bulan Dalilnya adalah
sabda Nabi SAW:

“Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda


kekuasaan Allah. Kedua gerhana tersebut tidak terjadi karena kematian atau
lahirnya seseorang. Jika kalian melihat keduanya, berdo’alah pada Allah, lalu
shalatlah hingga gerhana tersebut hilang (berakhir).” (HR. Bukhari Muslim)

Ibnu Mundzir berkata,

53
”Shalat gerhana bulan dilakukan sama sebagaimana shalat gerhana matahari.” (Ibnu
Mundzir, Al-Iqna’, 1/124-125)

Yang membedakan dari tata cara sholat gerhana bulan dan matahari adalah
niatnya. Niat untuk sholat gerhana matahari, adalah sebagai berikut:

• Niat Shalat Gerhana Matahari (Kusuf)

‫ْن هَّلِل ِ َت َعالَى‬ َ ‫ُأ‬


ِ ‫صلِّيْ ُس َّن َة لِ ُكس ُْوفِ ال َّش‬
ِ ‫مس َر ْك َع َتي‬

Usholli sunnatan likusuufis syamsi rok'taini lillahi taa'ala Artinya : "Aku niat shalat
sunnah gerhana matahari dua rakaat karena Allah ta'ala "

Setelah itu gerakan dan bacaan sholat sama dengan saat melaksanaan sholat
gerhana bulan.

Mengingat peristiwa gerhana bukan peristiwa yang terjadual dengan pasti, tentu
pelaksanaan sholat gerhana jarang dilakukan. Maka dari itu perlu adanya koordinasi
jika ingin dilakukan dengan berjamaah agar tidak menimbulkan kebingungan dan
kegaduhan saat berjamaah.

Gerhana adalah fenomena alam yang patut kita syukuri. Salah satu bentuk syukur
dari umat Islam adalah dengan melaksanakan sholat gerhana dan memanjatkan
doa.

 Shalat Tahiyatul Masjid

Pengertian :

Ibnu Hajar rahimahullah berkata, “Tahiyyatul Masjid adalah shalat yang dilakukan


sebanyak dua Roka’at, dan dikerjakan oleh seseorang ketika masuk ke masjid.
Adapun hukumnya termasuk sunnah berdasarkan konsensus karena hal itu
merupakan hak setiap orang yang akan masuk ke masjid, sebagaimana dalil-dalil
yang telah disebutkan.” (Fathul Bari: 2/407)

Beberapa Masalah/Hukum Yang Berkaitan Dengan Shalat Tahiyatul Masjid


Masalah Pertama
Disyari’atkannya untuk shalat Tahiyatul Masjid di setiap waktu (tidak ada waktu
yang terlarang), karena ia termasuk shalat yang berkaitan dengan sebab (yaitu
karena masuk ke masjid). Inilah pendapat yang dipilih oleh Syeikhul islam ibnu
Thaimiyyah, majduddin Abul Barakat, Ibnul Jauzi, dan yang lain. (Al-inshof : 2/802,
Al-Muharrar : 1/86, Nailul Authar : 3/62, Fatawa li ibni Thaimiyyah : 23/219)

54
Pendapat ini juga dipilih oleh Syeikh Muhammad bin Utsaimin (Syarah Mumthi’ ”
(4/179)) dan juga Syeikh Ibnu Baz dalam kitab fatawa.

Masalahan Kedua
Waktu/pelaksanaan shalat Tahiyatul Masjid adalah ketika masuk ke masjid dan
sebelum duduk. Adapun jika ia sengaja duduk, maka tidak di syari’atkan untuk
mengerjakan shalat tahiyatul masjid. Hal itu dikarenakan telah kehilangan
kesempatan (yaitu ketika masuk masjid dan sebelum duduk). (Ahkam Tahiyatul
Masjid, 5)
Masalah Ketiga
Adapun jikalau ia masuk masjid dan langsung duduk karena tidak tahu atau lupa dan
belum mengerjakan shalat Tahiyatul Masjid, maka ia tetap disyari’atkan untuk
mengerjakan shalat tahiyatul masjid, karena orang yang diberi uzur (karena lupa
atau tidak tahu) tidak hilang kesempatan untuk megerjakan shalat tahiyatul masjid,
dengan syarat jarak antara duduk dengan waktunya tidak terlalu lama. (Fathul
Bari, 2/408)
Masalah Keempat
Apabila ada orang yang masuk ke Masjid sedangkan azan dikumandangkan, maka
yang sesuai syari’at adalah menjawab adzan dan menunda sebentar untuk shalat
Tahiyatul Masjid, karena saat itu menjawab adzan lebih penting. Kecuali kalau ia
masuk ke masjid pada hari jum’at, sedangkan adzan untuk khutbah tengah
dikumandangkan, maka dalam kondisi seperti ini mendahulukan shalat tahiyatul
masjid daripada menjawab azan (agar bisa mendengarkan khutbah). Karena
mendengarkan khutbah lebih penting.” (Al-Inshaf, 1/427)
Masalah Kelima
Apabila ada orang yang masuk ke masjid sedangkan imam saat itu sedang
berkhutbah, maka tetap disunnahkan untuk mengerjakan shalat Tahiyatul Masjid,
dan hendaknya meringankannya/mempercepatnya (Al-Fatawa li Ibni
Taimiyyah, 23/219). Hal ini sebagaimana dalam hadits Nabi, “Maka janganlah ia
duduk kecuali telah mengerjakan dua raka’at” (HR Bukhari (1163) dan Muslim
(714)). Begitu pula dalam hadits yang lain,´“Hendaklah ia kerjakan dua raka’at, dan
hendaklah meringankanya.” (HR Bukhari (931), Muslim (875)). Jika seorang khatib
hampir selesai khutbah, dan menurut dugaan kuat jika ia mengerjakan shalat
Tahiyatul Masjid akan ketinggalan shalat wajib (shalat jum’at), maka hendaknya ia
berdiri untuk mengerjakan shalat jum’at, dan setelah selesai shalat Jumat
hendaknya ia jangan sampai langsung duduk tanpa mengerjakan shalat tahiyatul
masjid.
Masalah Keenam
Penghormatan di Masjidil Haram adalah Thawaf, hal ini sebagaimana dikemukakan
Jumhur Fuqaha’. Imam Nawawi berkata, “Shalat Tahiyyatul Masjidil untuk Masjidil
Haram adalah Thawaf, yang dikhususkan bagi pendatang. Adapun orang yang
Muqim/menetap disitu maka hukumnya sama seperti masjid-masjid yang lain (yaitu
disunnahkan shalat Tahiyatul Masjid)” (Fathul Bari: 2/412)

55
Namun sebagai catatan, hadits yang dijadikan rujukan dalam masalah ini adalah
hadits yang tidak shahih/benar. Bahkan tidak ada asalnya dari Nabi. Lafaz hadits
tersebut adalah:

‫تحية البيت الطواف‬


“Tahiyat bagi Al-Bait (Ka’bah) adalah thawaf,” (Lihat Adh-Dhaifah no. 1012 karya
Al-Albani –rahimahullah-),
Jadi kesimpulannya shalat Tahiyatul Masjid berlaku untuk semua masjid, termasuk
masjidil haram. Sehingga orang yang masuk masjidil haram tetap dianjurkan
baginya untuk melakukan tahiyatul masjid jika dia ingin duduk.

Masalah Ketujuh
Shalat qabliyah dapat menggantikan tahiyatul masjid, karena maksud dari shalat
tahiyatul masjid adalah agar orang yang masuk masjid memulai dengan shalat,
sedangkan ia telah melaksanakan shalat sunnah rawatib. Jika ia berniat shalat
sunnah rawatib sekaligus shalat tahiyatul masjid atau berniat shalat fardhu maka ia
telah mendapat pahala secara bersamaan. (Kasyful Qana’: 1/423)
Masalah Kedelapan
Adapun seorang imam, maka cukup baginya untuk mendirikan shalat fardhu tanpa
shalat Tahiyatul Masjid. Hal itu dikarenakan imam datang di akhir dan
kedatangannya dijadikan sebagai tanda untuk mengumandangkan iqamat. (Subulus
Salam: 1329)
Adapun jikalau imam telah datang sejak awal waktu, maka tetap disyari’atkan bagi
imam untuk mengerjakan shalat Tahiyatul Masjid, sebagaimana makmum. Hal itu
sebagaimana keumuman dalil, “Jika salah seorang dari kalian masuk ke Masjid,
maka janganlah duduk sehingga ia shalat dua raka’at terlebih dahulu.” (HR Bukhari
(444), Muslim (764))
Mengenai shalat di tanah lapang (seperti shalat ied, istisqa’), maka tidak
disyari’atkan untuk mengerjakan shalat Tahiyatul Masjid, (Al-Fawakihul Adidah :
1/99)
Namun sebagian ulama’ ada yang membolehkan shalat tahiyatul Masjid di tanah
lapang karena di tinjau dari segi hukumnya sama seperti shalat berjama’ah di dalam
masjid. (Al-inshaf: 1/246). Namun yang lebih rajih insya Allah pendapat yang
pertama, karena berbeda dari sisi tempatnya dan juga dzahirnya hadits : “Jika salah
seorang dari kalian masuk ke Masjid…. (HR Bukhari dan Muslim)
Masalah Kesembilan
Tidak dipungkiri bahwa shalat tahiyatul masjid berlaku utk siapa saja, laki-laki &
perempuan yang hendak melakukan shalat berjama’ah di masjid. Hanya saja para
ulama mengecualikan darinya khatib Jum’at, dimana tak ada satupun dalil yang
menunjukkan bahwa Nabi –shallallahu Alaihi wassalam- shalat tahiyatul masjid
sebelum beliau khutbah. Akan tetapi beliau datang & langsung naik ke mimbar (Al-
Majmu’: 4/448).

56
Hikmah Shalat Tahiyatul Masjid
Hikmah dari mengerjakan Shalat Tahiyatul Masjid adalah sebagai penghormatan
terhadap Masjid, sebagaimana seseorang masuk ke rumahnya dengan mengawali
ucapan salam, dan juga sebagaimana seseorang yang mengucapkan salam kepada
sahabatnya disaat keduanya bertemu.

Semoga Allah memberi pertolongan kepada kita agar kita senantiasa dimudahkan
dalam memahami agama Islam yang benar, dan dimudahkan dalam
mengamalkannya dan mendakwahkannya.

‫والصالة والسالم على نبينا محمد وآله وصحبه أجمعين‬

Tatacara Shalat Tahiyatul Masjid


Tata cara melakukan shalat Tahiyatul Masjid sebagaimana yang dijelaskan oleh
Imam Nawawi dalam al-Adzkar lin Nawawi (Bairut: Darul Fikr, 1994: 120), tidak jauh
berbeda dengan tata cara shalat sunnah lainnya.
Berikut langkah-langkahnya:  

Dimulai dengan takbiratul ihram. Bersamaan dengan mengangkat tangan,


seseorang hendaknya berniat melaksanakan shalat sunnah Tahiyyatul Masjid.
Sebelumnya, untuk memantapkan, silakan lafalkan niat: 
‫ْن ُس َّن ًة هّٰلِل ِ َت َعالَى‬ َ ‫ُأ‬
ِ ‫صلِّي َت ِح َّي َة ْال َمسْ ِج ِد َر ْك َع َتي‬
Ushallî tahiyatal masjidi rak’ataini sunnatan lillîhi ta’âla
Artinya, “Saya shalat Tahiyatul Masjid dua rakaat sunnah karena Allah ta’ala.”  
Dilaksanakan dengan dua rakaat dengan satu kali salam; membaca surat al-Fatihah
(wajib) dan surat al-Kafirun (sunnah) pada rakaat yang pertama, dan membaca
surat al-Fatihah (wajib) dan surat al-Ikhlas (sunnah) pada rakaat yang kedua.   Tutup
shalat dengan salam. Hanya saja, shalat Tahiyatul Masjid mempunyai aturan secara
khusus yang tidak dimiliki shalat sunnah lainnya, yaitu harus dilakukan di dalam
masjid.
Oleh karenanya, shalat sunnah yang satu ini hanya dianjurkan bagi orang-orang
yang memasuki masjid, bukan yang lainnya. Selebihnya ia tidak memiliki aturan dan
bacaan khusus. Shalat sunnah yang satu ini juga boleh diniati dengan shalat sunnah
lainnya, seperti dengan niat shalat sunnah mutlak, atau sunnah rawatib, atau
bahkan dengan niat shalat fardhu juga tidak masalah, sebagaimana penjelasan
Imam Nawawi dalam kitab Majmu’ Syarhil Muhadzdzab, yaitu:

‫ِلة َرا ِت َب ًة َأ ْو َغي َْر َرا ِت َب ٍة َأ ْو‬ ْ ‫صاَل ِة م‬


ً ‫ُطلَ ًقا َأ ْو َناف‬ َ ‫ط َأنْ َي ْن ِو‬
ُ ‫َواَل ُي ْش َت َر‬
ِ ‫صلَّى َر ْك َع َتي‬
َّ ‫ْن ِب ِن َي ِة ال‬ َ ‫ْن ال َّت ِح َّي َة َب ْل ِإ َذا‬
ِ ‫ي ِبالرَّ ْك َع َتي‬
‫ض ًة َأجْ َزَأهُ َذل َِك‬ َ ‫صاَل ًة َف ِر ْي‬ َ
Artinya, “Tidak disyaratkan untuk berniat (shalat) Tahiyatul Masjid dua rakaat, akan
tetapi bila mengerjakan shalat dua rakaat dengan niat shalat sunnah mutlak,
sunnah rawatib, selain rawatib, atau niat shalat fardhu, maka sudah dianggap cukup
(mendapat pahala shalat Tahiyatul Masjid).” (An-Nawawi, Majmu’ Syarhil
Muhadzdzab, 1995, juz IV, h. 52).

57
Juga perlu diketahui, shalat Tahiyatul Masjid harus dilakukan sebelum duduk.
Artinya, ketika seseorang memasuki masjid dan langsung duduk tanpa mengerjakan
shalat sunnah tersebut, maka hilanglah kesunnahan Tahiyatul Masjid baginya,
kecuali jika ia duduk disebabkan tidak tahu kesunnahan shalat tersebut, atau lupa
dan waktu duduknya tidak dianggap lama, maka ia masih mempunyai kesempatan
untuk melakukan shalat sunnah Tahiyatul Masjid.

Keutamaan Shalat Tahiyatul Masjid

Berikuti ini adalah  beberapa keutamaan melaksanakan shalat tahiyatul masjid bagi
mereka yang melaksanakannya. Diantaranya:

1. Bentuk Pemuliaan Pada Masjid

Melaksanakan shalat tahiyatul masjid ini merupakan salah satu bentuk pemuliaan
terhadap masjid dimana merupakan rumah Allah atau baitullah. Menurut jumhur
ulama, kedudukan dari shalat sunnah ini adalah seperti pada saat mengucapkan
salam di saat masuk rumah atau mengucapkan salam saat bertemu dengan saudara
seiman.

Ini juga kembali ditekankan oleh Imam Nawawi rahimahullaah yang mengatakan,
“Sebagian mereka (ulama) mengungkapkannya dengan Tahiyyah Rabbil Masjid
(menghormati Rabb -Tuhan yang disembah dalam- masjid), karena maksud dari
shalat tersebut sebagai kegiatan taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah, bukan
kepada masjidnya, karena orang yang memasuki rumah raja, ia akan menghormat
kepada raja bukan kepada rumahnya.” (Hasyiyah Ibnu Qasim: 2/252)

2. Menutupi Kekurangan Shalat Wajib

Shalat tahiyatul masjid juga digunakan untuk menutupi kekurangan shalat wajib.
Hal ini tercermin dari sebuah hadits Rasulullah Saw yang berarti, “Sesungguhnya
amalan yang pertama kali dihisab pada manusia di hari kiamat nanti adalah shalat.
Allah ‘azza wa jalla berkata kepada malaikat-Nya dan Dia-lah yang lebih tahu,
“Lihatlah pada shalat hamba-Ku. Apakah shalatnya sempurna ataukah tidak? Jika
shalatnya sempurna, maka akan dicatat baginya pahala yang sempurna. Namun jika
dalam shalatnya ada sedikit kekurangan, maka Allah berfirman: Lihatlah, apakah
hamba-Ku memiliki amalan sunnah. Jika hamba-Ku memiliki amalan sunnah, Allah
berfirman: sempurnakanlah kekurangan yang ada pada amalan wajib dengan
amalan sunnahnya.” Kemudian amalan lainnya akan diperlakukan seperti ini.” (HR.
Abu Daud, Ibnu Majah, Ahmad)

3. Menghapus Dosa dan Ditinggikan Derajat

58
Shalat tahiyatul masjid yang menjadi salah satu shalat sunnah ini juga akan
menghapus dosa dan meninggikan derajat, karena dengan memperbanyak sujud
bisa dilakukan dengan cara menjalankan beberapa shalat sunnah seperti shalat
tahiyatul masjid.

“Aku berkata pada Tsauban, ‘Beritahukan padaku suatu amalan yang dicintai
Allah’.” Ketika ditanya, Tsauban malah diam. Kemudian ditanya kedua kalinya, ia
pun masih diam. Sampai ketiga kalinya, Tsauban berkata, ‘Aku pernah menanyakan
hal yang ditanyakan tadi pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Beliau bersabda :”Hendaklah engkau memperbanyak sujud (perbanyak shalat)


kepada Allah. Karena tidaklah engkau memperbanyak sujud karena Allah melainkan
Allah akan meninggikan derajatmu dan menghapuskan dosamu’.” Lalu Ma’dan
berkata, “Aku pun pernah bertemu Abu Darda’ dan bertanya hal yang sama. Lalu
sahabat Abu Darda’ menjawab sebagaimana yang dijawab oleh Tsauban padaku.”
(HR. Muslim).

4. Cermin Ketakwaan dan Tawakkal

Melaksanakan shalat tahiyatul masjid juga merupakan salah satu cerminan dari
tingkat ketakwaan dan juga rasa tawakkal atau berserah diri dari seorang hamba
Allah pada Allah SWT. Salah satu shalat sunnah ini adalah salah satu wujud dari
kesungguhan serta tekad yang berasal dari seorang hamba yang dilakukan hingga
rela menghabiskan waktu, tenaga bahkan mungkin hartanya hanya untuk
mengerjakan shalat sehingga lebih mendekatkan diri pada Allah. Oleh karena itu,
akan sangat wajar jika seorang hamba yang melakukan shalat tahiyatul masjid
merupakan cerminan dari ketaatan serta ketakwaan pada Allah. Allah juga sudah
menjanjikan berbagai pahala serta kemuliaan sebagai pahala dari menjalankan
shalat tahiyatul masjid ini.

5. Menyelesaikan Masalah Dalam Hidup

Keutamaan lain dari shalat tahiyatul masjid adalah sebagai sarana dalam
menyelesaikan segala macam permasalahan yang terjadi di dalam hidup. Dalam
kehidupan Rasulullah saw yang paling mulia, beliau pernah mendapatkan masalah
atau urusan sehingga membuat beliau menjadi prihatin dan resah  sehingga
Rasulullah saw lebih memperbanyak shalat-shalat sunnahnya.

Dalam hadits Qudsi, Allah SWT telah memerintahkan kepada manusia agar
mengerjakan sholat-sholat sunnah dengan niat hanya karena Allah swt. semata,
yang dimulai dari sejak awalk hari paling sedikit empat rakaat, maka Allah  akan
memberikan kecukupan kepadanya. (Sunan Ad-Darimi; Musnad Ahmad).

6. Menambahkan Kesempurnaan Shalat Fardu

59
Keutamaan dan juga manfaat dari menjalankan shalat sunnah seperti shalat
tahiyatuol masjid ini adalah untuk menyempurnakan shalat fardhu. Dengan ini, jika
ada kelalaian pada shalat fardhu, lupa, kesalahan atau kekurangan maka bisa
disempurnakan dengan shalat sunnah tersebut.

Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itulah yang
lebih baik baginya. (QS. Al-Baqarah [2]: 184).

Sholat-sholat sunnah atau yang juga disebut dengan sholat tathawwu’ termasuk
dalam wilayah kebajikan dari sisi ayat yang disebutkan di atas. Yang dimaksud
dengan kata “itulah yang lebih baik baginya” adalah lebih memperbaiki dan
menyempurnakan adanya kekurangan-kekurangan kebaikan pada yang wajib.

7. Sebagai Bentuk Rasa Syukur

Shalat tahiyatul masjid juga merupakan salah satu bentuk rasa syukur dari seorang
hamba kepada Allah SWT atas segala nikmat yang sudah diperoleh seperti nikmat
rezeki, nikmat kesehatan, nikmat mendengar, nikmat bernafas, nikmat berjalan dan
berbagai nikmat lain yang sudah Allah SWT berikan.

Semasa hidup Rasulullah saw. pada setiap malamnya selalu mengerjakan sholat
sunnah hingga kaki beliau bengkak. Dalam sebuah hadits diriwayatkan, ketika istri
beliau Aisyah melihatnya, Aisyah bertanya: bukankah Allah swt. telah mengampuni
semua dosamu yang telah terjadi dan juga yang akan datang? Kemudian Nabi
menjawab dan berkata:  Tidak bolehkah aku menjadi hamba yang banyak bersyukur
(kepada Allah)?” (HR. Bukhari, Muslim).

8. Shalat Tahiyatul Masjid Merupakan Sebaik-Baik Amalan

Shalat tahiyatul masjid merupakan amalan yang paling utama. Tsauban berkata jika
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ““Beristiqamahlah kalian dan
sekali-kali kalian tidak dapat istiqomah dengan sempurna. Ketahuilah,
sesungguhnya amalan kalian yang paling utama adalah shalat. Tidak ada yang
menjaga wudhu melainkan ia adalah seorang mukmin.” (HR. Ibnu Majah no. 277
dan Ahmad 5: 276. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)

9. Meraih Wali Allah Yang Terdepan

Dengan rajin menunaikan shalat sunah seperti tahiyatul masjid ini, maka seseorang
akan dijadikan wali Allah yang sangat istimewa. Wali Allah yang dimaksud disini
bukanlah seseorang dengan ilmu sakti seperti dapat terbang serta memakai tasbih
dan surban, namun orang yang beriman dan beratkwa.

60
“Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap
mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman
dan mereka selalu bertakwa.” (QS. Yunus: 62-63)

10. Shalat Yang Dianjurkan dan Tidak Bisa Diremehkan

Shalat tahiyatul masjid merupakan shalat yang sangat dianjurkan dan tidak dapat
dianggap remeh dan dengan melaksanakan shalat ini maka akan dimuliakan di surga
karena sudah memuliakan masjid. Rasulullah SAW. bersabda: “Sesungguhnya di
antara tanda-tanda dekatnya kiamat adalah seseorang melalui (masuk) masjid,
namun tidak melakukan shalat dua rakaat di dalamnya.” (HR. Ibnu Khuzaimah
dalam Shahihnya.

 Shalat Istikharah

A. Pengertian Sholat Istikharah


Mengutip dari buku Serba Seri Shalat Istikharah karya Aini Aryani, Lc. istikharah
berasal dari bahasa Arab yang berarti meminta kebaikan pada sesuatu. Dalam
artian, shalat istikharah adalah sholat untuk meminta kepada Allah agar
dipilihkan sesuatu yang terbaik menurutnya.

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, hukum melakukan sholat istikharah


yaitu sunnah. Hal ini didasarkan dari para ulama yang telah sepakat terkait
hukum istikharah.

B. Waktu Terbaik Sholat Istikharah


Shalat istikharah dapat dilakukan kapan saja selama dikerjakan di luar waktu-
waktu terlarang untuk sholat. Meski demikian, mengutip buku Rahasia Shalat
Istikharah karya M. Shodiq Mustika, ada beberapa waktu-waktu yang terbaik
untuk melakukan sholat istikharah.

Waktu terbaik mengamalkan sholat istikharah biasanya dilakukan pada


sepertiga malam, sama seperti sholat tahajud. Sebagaimana disebut dalam
hadits Rasulullah SAW, pada waktu tersebut termasuk dalam waktu-waktu
mustajab terkabulnya doa.

َ ‫ َفَأسْ َت ِج‬،‫ َمنْ َي ْدعُونِي‬:‫ث اللَّي ِْل اآل ِخ ُر َي ُقو ُل‬


‫يب لَ ُه‬ ُ ُ‫ِين َي ْب َقى ُثل‬
َ ‫ك َو َت َعالَى ُك َّل لَ ْيلَ ٍة ِإلَى ال َّس َما ِء ال ُّد ْن َيا ح‬ َ ‫َي ْن ِز ُل َر ُّب َنا َت َب‬
َ ‫ار‬
‫َأ‬ ‫ُأ‬ ُ ‫َأ‬
‫ َمنْ َيسْ َت ْغفِ ُرنِي َف ْغف َِر لَ ُه‬،ُ‫َمنْ َيسْ لنِي َف عْ طِ َيه‬

Artinya: "Rabb kita turun ke langit dunia pada sepertiga malam yang akhir pada
setiap malamnya. Kemudian berfirman, 'Orang yang berdoa kepadaKu akan
Kukabulkan, orang yang meminta sesuatu kepadaKu akan kuberikan, orang yang
meminta ampunan dariKu akan Kuampuni," (HR Bukhari dan Muslim).

61
Selain waktu sepertiga malam, buku tersebut juga menyebutkan, waktu-waktu
lain pengerjaaan sholat istikharah. Beberapa di antaranya seperti, sebelum
subuh, antara azan dan iqomah, di akhir shalat wajib, ketika turun hujan, dan
saat malam lailatul qadar.

C. Tata Cara Sholat Istikharah


Cara melaksanakan shalat istikharah yaitu sama dengan sholat-sholat lainnya.
Hanya saja, shalat istikharah terdiri dari dua rakaat dan satu salam.

Pembeda dengan sholat lainnya yaitu di niat dan ada beberapa tambahan doa
dalam shalat istikharah. DIkutip dari buku Penuntun Mengerjakan Sholat
Istikharah yang disusun oleh Tim Redaksi Qultummedia, berikut tata cara sholat
istikharah.

1. Membaca niat sholat istikharah


Niat shalat istikharah dibaca sebelum takbir secara lisan serta dilafalkan dalam
hati saat mengucapkan takbiratul ihram. Bacaan niatnya yaitu sebagai berikut.

‫أصلى سنة اإلستخارة ركعتين هلل تعالى‬

Bacaan atin: Ushollii sunnatal istikharati rak'ataini mustaqbilal qiblati adaa-an


lillaahi ta'aala.

Artinya: "Saya niat sholat istikharah dua rakaat menghadap kiblat karena Allah
ta'ala."

2. Takbiratul ihram
3. Membaca surat-surat yang dibaca dalam surat istikharah
Para ulama menganjurkan saat melakukan sholat istikharah, hendaknya kita
membaca surat Al-Fatihah, Al-kafirun dan Al-Ikhlas dengan beberapa ketentuan.
Pada rakaat pertama membaca Al-Fatihah dan Al-Kafirun.
Lalu, di rakaat kedua membaca surat Al-Fatihah dan Al-Ikhlas. Bacaan setelah
surat Al-Fatihah sebetulnya tidak harus, yang wajib yaitu membaca surat Al-
Fatihahnya.

4. Rukuk
5. I'tidal
6. Sujud pertama
7. Duduk di antara dua sujud
8. Sujud kedua
9. Berdiri lagi untuk rakaat kedua yang dikerjakan sama seperti rakaat pertama
10. Tahiyat akhir
11. Salam

62
D. Doa Setelah Sholat Istikharah

‫ َو َتعْ لَ ُم َواَل‬،ُ‫ك َت ْق ِد ُر َواَل َأ ْق ِدر‬


َ ‫ َفِإ َّن‬،‫ك ْال َعظِ ي ِْم‬ َ ُ‫ َوَأسْ َأل‬،‫ك‬
َ ِ‫ك مِنْ َفضْ ل‬ َ ‫ َوَأسْ َت ْق ِدر‬،‫ك‬
َ ‫ُك ِبقُ ْد َر ِت‬ َ ‫ك ِبع ِْل ِم‬َ ‫اَل ٰلّ ُه َّم ِإ ِّنيْ َأسْ َت ِخ ْي ُر‬
ْ‫ َخ ْي ٌر لِيْ فِيْ ِد ْينِيْ َو َم َعاشِ يْ َو َعاقِ َب ِة َأمْ ِري‬.... ‫ت َتعْ لَ ُم َأنَّ ٰه َذا ْاَأل ْم َر‬ َ ‫ اَل ٰلّ ُه َّم ِإنْ ُك ْن‬.‫ب‬
ِ ‫ت َعاَّل ُم ْال ُغي ُْو‬ َ ‫ َوَأ ْن‬،‫َأعْ لَ ُم‬
ْ‫ت َتعْ لَ ُم َأنَّ ٰه َذا ْاَأل ْم َر َشرٌّ لِيْ فِيْ ِد ْينِيْ َو َم َعاشِ يْ َو َعاقِ َب ِة َأمْ ِري‬ َ ‫ َوِإنْ ُك ْن‬،ِ‫اركْ لِيْ فِ ْيه‬ ُ
ِ ‫َفا ْقدُرْ هُ لِيْ َو َيسِّرْ هُ لِيْ ث َّم َب‬
‫ان ُث َّم َأرْ ضِ نِيْ ِب ِه‬ َ ‫ْث َك‬ ُ ‫َفاصْ ِر ْف ُه َع ِّنيْ َواصْ ِر ْفنِيْ َع ْن ُه َوا ْقدُرْ ل َِي ْال َخي َْر َحي‬

Bacaan latin: Allahumma inni astakhiruka bi 'ilmika, wa astaqdiruka bi qudratika,


wa as-aluka min fadhlika, fa innaka taqdiru wa laa aqdiru, wa ta'lamu wa laa
a'lamu, wa anta 'allaamul ghuyub. Allahumma fa-in kunta ta'lamu hadzal amro
(menyebutkan persoalannya) khoiron lii fii 'aajili amrii wa aajilih (aw fii diinii wa
ma'aasyi wa 'aqibati amrii) faqdur lii, wa yassirhu lii, tsumma baarik lii fiihi.
Allahumma in kunta ta'lamu annahu syarrun lii fii diini wa ma'aasyi wa 'aqibati
amrii (fii 'aajili amri wa aajilih) fash-rifnii 'anhu, waqdur liil khoiro haitsu kaana
tsumma rodh-dhinii bih.

Artinya: "Ya Allah, sesungguhnya aku meminta pilihan yang tepat kepada-Mu
dengan ilmu pengetahuan-Mu dan aku mohon kekuasaan-Mu (untuk mengatasi
persoalanku) dengan kemahakuasaan-Mu. Aku mohon kepada-Mu sesuatu dari
anugerah-Mu Yang Maha Agung, sesungguhnya Engkau Mahakuasa, sedang aku
tidak kuasa, Engkau mengetahui, sedang aku tidak mengetahuinya dan Engkau
adalah Maha Mengetahui hal yang ghaib. Ya Allah, apabila Engkau mengetahui
bahwa urusan ini (orang yang mempunyai hajat hendaknya menyebut
persoalannya) lebih baik dalam agamaku, dan akibatnya terhadap diriku
sukseskanlah untuk ku, mudahkan jalannya, kemudian berilah berkah. Akan
tetapi apabila Engkau mengetahui bahwa persoalan ini lebih berbahaya bagiku
dalam agama, perekonomian dan akibatnya kepada diriku, maka singkirkan
persoalan tersebut, dan jauhkan aku daripadanya, takdirkan kebaikan untuk ku
di mana saja kebaikan itu berada, kemudian berilah kerelaan-Mu kepadaku.

Hadist Yang Membahas Tentang Sholat Istikharah


Ada beberapa hadist yang membahas atau meriwayatkan tentang sholat istikharah.
Hal itu dikarenakan shalat istikharah merupakan sholat sunnah yang penting untuk
umat muslim. Sholat istikharah diharapkan mampu menghindarkan manusia dari
perbuatan syirik dengan meminta petunjuk kepada selain Allah SWT. Berikut ini
adalah beberapa hadist yang meriwayatkan tentang sholat istikharah :

1. HR. Bukhari

Hadist tersebut berbunyi “jika ada salah seorang di antara kalian memiliki niat
dalam suatu urusan maka lakukanlah sholat sunnah sebanyak dua rakaat yang
bukan termasuk dalam sholat wajib kemudian berdoalah kepada Allah SWT.”

63
Bunyi hadist HR. Bukhari yang kedua adalah sebagai berikut ini:

ْ ‫ َوَأ ْسَألُ َك مِنْ َف‬, ‫ َوَأ ْس َت ْق ِد ُر َك بِقُدْ َرتِ َك‬, ‫اللَّ ُه َّم إ ِّني َأ ْس َتخِي ُر َك بِ ِع ْل ِم َك‬
ِ ِ‫ضلِ َك ا ْل َعظ‬
‫يم‬

Arti dari hadist di atas adalah “Ya Allah aku beristikharah atau memohon petunjuk
dengan ilmu-Mu, aku memohon kekuatan dengan kekuasaan-Mu, dan aku
memohon keutamaan-Mu.”

2. HR. Jabir Bin Abdillah

Bunyi hadist ini adalah sebagai berikut ini :

‫ار َة فِى‬ ْ ‫سول ُ هَّللا ِ – صلى هللا عليه وسلم – ُي َعلِّ ُم َأ‬
َ ‫ص َحا َب ُه االِ ْست َِخ‬ ُ ‫َكانَ َر‬

‫آن َيقُول ُ « ِإ َذا َه َّم َأ َح ُد ُك ْم بِاَأل ْم ِر‬


ِ ‫ور َة مِنَ ا ْلقُ ْر‬
َ ‫س‬ ِ ‫اُأل ُم‬
ُّ ‫ َك َما ُي َعلِّ ُم ال‬، ‫ور ُكلِّ َها‬

، ‫ضلِ َك‬ْ ‫ َوَأ ْسَألُ َك مِنْ َف‬، ‫ َوَأ ْس َت ْق ِد ُر َك ِبقُدْ َرتِ َك‬، ‫ض ِة ُث َّم لِ َيقُ ِل اللَّ ُه َّم ِإ ِّنى َأ ْس َتخِي ُر َك ِب ِع ْل ِم َك‬َ ‫َف ْل َي ْر َك ْع َر ْك َع َت ْي ِن مِنْ َغ ْي ِر ا ْل َف ِري‬
ُ ُ ‫َأل‬ َ َ َ ْ ُ َ
َ ‫ الل ُه َّم فِإنْ كنتَ ت ْعل ُم َهذا ا ْم َر – ث َّم ت‬، ‫ب‬
– ‫س ِّمي ِه بِ َع ْينِ ِه‬ َّ ِ ‫ َو نتَ َعال ُم الغ ُيو‬، ‫ َو َت ْعلَ ُم َوالَ ْعل ُم‬، ‫َفِإ َّن َك َت ْق ِد ُر َوالَ َأ ْق ِد ُر‬
ُ ْ َّ ْ ‫َأ‬ َ ‫َأ‬
ِ ‫ ُث َّم َب‬، ‫س ْرهُ لِى‬
ْ‫ارك‬ ِّ ‫ َو َي‬، ‫َخ ْي ًرا لِى فِى َعا ِج ِل َأ ْم ِرى َوآ ِجلِ ِه – َقال َ َأ ْو فِى دِينِى َو َم َعاشِ ى َو َعاقِ َب ِة َأ ْم ِرى – َفا ْقد ُْرهُ لِى‬
– ‫ش ٌّر لِى فِى دِينِى َو َم َعاشِ ى َو َعاقِ َب ِة َأ ْم ِرى – َأ ْو َقال َ فِى َعا ِج ِل ْم ِرى َوآ ِجلِ ِه‬
‫َأ‬ َ ‫ اللَّ ُه َّم َوِإنْ ُك ْنتَ َت ْعلَ ُم َأ َّن ُه‬، ‫لِى فِي ِه‬
‫ضنِى بِ ِه‬ ِّ ‫ ُث َّم َر‬، َ‫ث َكان‬ ُ ‫ َوا ْقد ُْر ل َِى ا ْل َخ ْي َر َح ْي‬، ‫اص ِر ْفنِى َع ْن ُه‬ ْ ‫َف‬

Lafadz dari hadist itu adalah “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajari para

sahabatnya untuk shalat istikharah dalam setiap urusan, sebagaimana beliau

mengajari surat dari Alquran. Beliau bersabda, “Jika kalian ingin melakukan suatu

urusan, maka kerjakanlah shalat dua rakaat selain shalat fardhu, kemudian

hendaklah ia berdoa:

“Allahumma inni astakhiruka bi ‘ilmika, wa astaqdiruka bi qudratika, wa as-aluka

min fadhlika, fa innaka taqdiru wa laa aqdiru, wa ta’lamu wa laa a’lamu, wa anta

‘allaamul ghuyub. Allahumma fa-in kunta ta’lamu hadzal amro khoiron lii fii ‘aajili

amrii wa aajilih (aw fii diinii wa ma’aasyi wa ‘aqibati amrii) faqdur lii, wa yassirhu lii,

tsumma baarik lii fiihi. Allahumma in kunta ta’lamu annahu syarrun lii fii diini wa

64
ma’aasyi wa ‘aqibati amrii (fii ‘aajili amri wa aajilih) fash-rifnii ‘anhu, waqdur liil

khoiro haitsu kaana tsumma rodh-dhinii bih.”

Artinya:

“Ya Allah, sesungguhnya aku beristikharah pada-Mu, dengan ilmu-Mu, aku

memohon kepada-Mu kekuatan, dengan kekuatan-Mu, aku meminta kepada-Mu,

dengan kemuliaan-Mu. Sesungguhnya Engkau yang menakdirkan dan aku tidaklah

mampu melakukannya. Engkau yang Maha Tahu, sedangkan aku tidak tahu.

Engkaulah yang mengetahui perkara yang gaib. Ya Allah, jika Engkau mengetahui

bahwa perkara ini baik bagiku dalam urusanku di dunia dan di akhirat, (atau baik

bagi agama, kehidupan, dan akhir urusanku), maka takdirkanlah hal tersebut

untukku, mudahkanlah untukku dan berkahilah ia untukku. Ya Allah, jika Engkau

mengetahui bahwa perkara tersebut jelek bagi agama, kehidupan, dan akhir

urusanku (atau baik bagiku dalam urusanku di dunia dan akhirat), maka

palingkanlah ia dariku, dan palingkanlah aku darinya, dan takdirkanlah yang terbaik

untukku apapun keadaannya dan jadikanlah aku ridha dengannya. Kemudian dia

menyebut keinginannya” 

Hikmah Shalat Istikharah

Hikmah Shalat Istikharah Di antara hikmah yang bisa dipetik dari adanya syariat

tentang istikharah ini adalah sebagai bentuk atas berserahnya diri manusia pada

Allah swt pada segala perkara. Hikmah yang lain adalah agar manusia tetap

65
menjalin hubungan dengan Allah swt saat akan menentukan pilihan, meminta

pertolonganNya agar ia bisa memilih dengan baik dan tepat

 Shalat Terawih dan Witir

Pengertian Shalat Terawih:

Shalat tarawih merupakan shalat sunnah yang sangat dianjurkan yang dilakukan
pada bulan yang sangat mulia dan penuh keberkahan, yaitu bulan suci
Ramadhan. Shalat Tarawih menjadi salah satu amaliah yang tidak pernah
ditinggalkan oleh Rasulullah saw selama hidupnya dan diteruskan oleh para
sahabat dan umat Islam setelah kepergiannya.   Al-Hafidh Ibnu Hajar al-‘Asqalani
mendefinisikan shalat Tarawih dengan shalat sunnah yang khusus dilakukan
pada malam-malam Ramadhan. Dinamakan Tarawih karena orang yang
melakukannya beristirahat sejenak di antara dua kali salam atau istirahat setiap
empat rakaat. (Ibnu Hajar al-‘Asqalani, Fathul Bâri Syaru Shahîhil Bukhâri,
[Bairut, Dârul Ma’rifah, 1998], juz IV, halaman 250).

  Hukum dan Waktunya

Shalat tarawih tidak hanya sebatas amaliah sunnah yang hanya dikhususkan
untuk Rasulullah saw, namun juga untuk umatnya. Rasulullah saw juga
menginginkan pahala luar biasa dari shalat Tarawih bagi umatnya. Rasulullah
saw bersabda: )‫(متفق عليه‬  ‫ان ِإي َما ًنا َواحْ ت َِسابًا ُغف َِر لَ ُه َما َت َق َّد َم مِنْ َذ ْن ِب ِه‬
َ ‫ض‬َ ‫ َمنْ َقا َم َر َم‬Artinya,
“Barang siapa melakukan shalat (Tarawih) pada Ramadhan dengan iman dan
ikhlas (karena Allah ta’âlâ) maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.”
(Muttafaq ‘Alaih).   Imam an-Nawawi dalam Syarhu Muslim menyatakan, yang
dimaksud hadits di atas adalah shalat Tarawih. Dengan hadits ini mayoritas
ulama sepakat bahwa hukumnya adalah sunnah. (An-Nawawi, Syarhun Nawawi
alâ Muslim, [Bairut: Dârul Fikr, 1998], juz VI, halaman 39).

Shalat Tarawih memiliki waktu secara khusus, yaitu dilakukan secara berjamaah
pada malam hari Ramadhan setelah melaksanakan shalat Isya’ dan sebelum
melakukan shalat Witir. Menurut pendapat yang lebih sahih sebagaimana
dikutip Syekh Wahbah Zuhaili, hukum berjamaah shalat Tarawih adalah sunnah
kifâyah. Artinya, jika semua jamaah masjid meningglkan jamaah Tarawih maka
semuanya mendapatkan dosa, namun jika ada yang melakukannya maka gugur
dosa-dosa yang lain. (Syekh Wahbah Zuhaili, al-Fiqhul Islâmi wa Adillatuh,
[Bairut-Damaskus, Dârul Fikr, 2010], juz II, halaman 1059).

Niat dan Teknisnya

66
Shalat Tarawih sebenarnya tidak punya perbedaan mencolok dengan shalat pada
umumnya. Perbedaannya hanya terletak pada lafal niat yang akan diucapkan.
Berikut niat shalat tarawih bagi Imam:  

‫ْن مُسْ َت ْق ِب َل ْالقِ ْبلَ ِة ِا َمامًا هلِل ِ َت َعالَى‬ َ ‫ُأ‬


ِ ‫صلِّي ُس َّن َة ال َّت َر‬
ِ ‫او ْي َح َر ْك َع َتي‬

Ushallî sunnatat tarâwîhi rak’ataini mustaqbilal qiblati imâman lillâhi ta’âlâ. Artinya,
“Saya niat shalat Tarawih dua rakaat menghadap kiblat, menjadi imam karena Allah
ta’âlâ.” Berikut niat shalat Tarawih bagi makmum:

‫ْن مُسْ َت ْق ِب َل ْالقِ ْبلَ ِة َمْأم ُْومًا هلِل ِ َت َعالَى‬


ِ ‫ْح َر ْك َع َتي‬ َ ‫ُأ‬
ِ ‫صلِّي ُس َّن َة ال َّت َر‬
ِ ‫اوي‬

Ushallî sunnatat tarâwîhi rak’ataini mustaqbilal qiblati ma’mûman lillâhi ta’âlâ.


Artinya, “Saya niat shalat Tarawih dua rakaat menghadap kiblat, menjadi makmum
karena Allah ta’âlâ.” Setelah niat, dilanjut dengan rukuk-rukun setelahnya, yaitu
takbiratul ihram, membaca doa iftitah, membaca ta’awudz, surat Al-Fatihah,
mambaca surat-surat pendek, ruku’, i’tidal, berdiri untuk melakukan sujud, sujud,
tahiyat, membaca dua kalimat sahadat, membaca shalawat Ibrahimi, dan diakhiri
salam. Jumalah rakaat shalat Tarawih sebagaimana pendapat mayoritas mazhab
Syafi’i adalah sebanyak 20 rakaat dengan sepuluh salam. Hal itu berdasarkan hadits
Rasulullah saw riwayat al-Baihaqi melalui jalur Ibnu Abbas, yaitu:

‫ين َر ْك َع ًة َو ْال ِو ْت َر‬


َ ‫اع ٍة عِ ْش ِر‬
َ ‫ان فِي َغي ِْر َج َم‬
َ ‫ض‬َ ‫صلِّي فِي َشه ِْر َر َم‬
َ ‫ان ُي‬ َ َّ‫َأنَّ ال َّن ِبي‬
َ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َك‬

Artinya, “Sungguh Nabi Muhammad saw melakukan shalat di bulan Ramadhan


tanpa berjamaah sebanyak dua puluh rakaat dan (ditambah) shalat witir.” Tidak
hanya hadits di atas, dalil yang dijadikan pijakan oleh mayoritas ulama mazhab
Syafi’i adalah tindakan sahabat Umar bin Khattab ra yang mengumpulkan umat
Islam untuk melakukan shalat Tarawih sebanyak 20 rakaat secara berjamaah di
masjid. Tindakan ini kemudian diikuti oleh para sahabat. Sementara Rasulullah saw
memerintahkan umat Islam untuk selalu berpedoman pada sunnahnya dan sunnah
al-Khulâfâ’ur Râsyidîn setelahnya (Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali ra). Rasulullah
saw bersabda:

ْ‫َعلَ ْي ُك ْم ِب ُس َّنتِيْ َو ُس َّن ِة ْال ُخلَ َفا ِء الرَّ اشِ ِدي َْن مِنْ َبعْ دِي‬

Artinya, “Berpegang teguhlah kalian semua dengan sunnahku dan sunnah al-
Khulâfâ’ur Râsyidîn sesudahku.” (az-Zuhaili, al-Fiqhul Islâmi, juz II, halaman 226).
Melalui dalil di atas, ulama mazhab Syafi’i menyepakati bahwa jumlah rakaat shalat
Tarawih yang lebih utama adalah 20 rakaat. Mengenai teknisnya, ulama sepakat
shalat Tarawih dilakukan dengan 10 kali salam. Artinya, setiap dua rakaat shalat
Tarawih ditutup dengan salam, kemudian kembali melakukan dua rakaat dan salam,
begitupun seterusnya sampai 20 rakaat.

67
Bacaan-bacaannya

Sebagaimana diketahui, shalat Tarawih merupakan shalat sunnah yang dilakukan


pada malam hari Ramadhan dan tentu tidak boleh dilakukan di siang hari.
Karenanya, ulama menjadikan shalat sunnah yang satu ini sebagai shalat sunnah
yang dianjurkan untuk dikeraskan bacaan al-Fatihah dan surat setelahnya. Bacaan-
bacaan shalat Tarawih juga tidak jauh berbeda dengan bacaan shalat pada
umumnya. Dalam shalat Tarawih disunnahkan membaca doa iftitâh, surat pendek,
tasyahhud dan lainnya. Begitupun dalam shalat lain. Hanya saja Imam an-Nawawi
dalam kitab al-Adzkâr mengatakan, yang dianjurkan bagi orang yang shalat Tarawih
adalah mengkhatamkan bacaan Al-Qur’an selama Ramadhan. Caranya sebagaimana
dijelaskan Imam an-Nawawi, yaitu:

‫ َو ْل َيحْ َذرْ م َِن ال َّت ْط ِوي ِْل َعلَي ِْه ْم‬،‫ َويُسْ َت َحبُّ َأنْ ي َُر ِّت َل ْالق َِرا َء َة َو ُي َب ِّي َن َها‬،‫َف َي ْق َرُأ فِيْ ُك ِّل لَ ْيلَ ٍة َنحْ َو ج ُْز ٍء مِنْ َثاَل ِثي َْن ج ُْزءًا‬
ْ ْ‫ِبق َِرا َء ٍة َأ ْك َث َر مِن‬
‫جُز ٍء‬

Artinya, “Maka imam shalat Tarawih membaca satu juz dari 30 juz dalam setiap
malam, dan dianjurkan untuk membacanya dengan indah dan jelas, serta hendaklah
ia tidak memperpanjang bacaan lebih dari satu juz yang merepotkan para
makmum.” (Imam an-Nawawi, al-Adzkâr lin Nawawi, [Bairut, Dârul Kutub
al-‘Ilmiyyah: 2002], halaman 183). Ada tiga poin penting yang dapat diambil dari
penjelasan Imam an-Nawawi di atas.

Pertama, disunnahkan membaca satu juz dari 30 juz Al-Qur’an setelah surat Al-
Fatihah bagi orang-orang yang melakukan shalat tarawih. 

Kedua, meskipun shalat Tarawih dilakukan dengan 20 rakaat dan dikemas dengan
10 salam, tetap dianjurkan bagi orang yang melakukannya untuk memperindah
bacaan-bacaannya. Artinya, membaca satu juz Al-Qur’an bukan berarti
mengharuskan pembacanya segera menyelesaikan bacaannya. Ia tetap dianjurkan
untuk membaca dengan tartil dan memperindah bacaannya.

Ketiga, menghindari bacaan surat yang melebihi satu juz. Poin terakhir ini
memberikan warning bahwa bacaan yang banyak (melebihi satu juz) dalam shalat
Tarawih sangatlah tidak dianjurkan. Betapa pun membaca Al-Qur’an sangat baik,
namun jika dibaca terlalu panjang saat shalat Tarawih maka sangat tidak dianjurkan.

Keutamaan

Keutamaan shalat Tarawih tidak bisa diragukan. Banyak hadits yang sangat
menganjurkan umat Islam untuk melakukannya. Di antara keutamaannya adalah:
Pertama, diampuni semua dosa yang telah lalu. Keutamaan pertama ini sesuai
dengan teks hadits yang telah disebutkan di atas, yang artinya, “Barang siapa
melakukan shalat (Tarawih) pada bulan Ramadhan dengan iman dan ikhlas (karena

68
Allah ta’âlâ) maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (Muttafaqun ‘Alaih).
Kedua, mendapatkan pahala beribadah satu malam penuh. Keutamaan kedua ini
berdasarkan hadits Rasulullah saw riwayat at-Tirmdzi, Ibnu Majah dan an-Nasa’i:

َ ‫ ُكت‬،‫ف‬
‫ِب لَ ُه قِ َيا ُم لَ ْيلَ ٍة‬ َ ‫َمنْ َقا َم َم َع اِإل َم ِام َح َّتى َي ْن‬
َ ‫ص ِر‬

Artinya, “Barang siapa shalat Tarawih bersama imam sampai selesai, maka
untuknya dicatat seperti beribadah semalam.” Dua hadits di atas merupakan dalil
yang sangat memotivasi umat Islam agar berusaha selalu tekun dan istiqamah
melakukan shalat Tarawih. Di dalamnya terdapat banyak manfaat dan keistimewaan
luar biasa. Sudah cukup menjadi bukti keistimewaannya adalah dibiasakan oleh
Rasulullah saw, diampuninya semua dosa yang telah lalu dan terhitung beribadah
selama satu malam penuh. Semua itu bisa didapatkan dengan melakukan ibadah
shalat Tarawih. Wallâhu a’lam.

Tata Cara Shalat Tarawih

Seperti yang telah dijelaskan di atas, ada 2 pendapat mengenai rakaat dalam
melakukan shalat tarawih, yaitu 8 rakaat dan 20 rakaat, berikut adalah runtutan
dalam menjalankan shalat tarawih:

1. Membaca niat shalat tarawih


2. Membaca takbiratul ihram
3. Membaca ta’awudz dan surat Al-Fatihah dan dilanjutkan dengan membaca surat
yang ada di dalam Al-Quran
4. Rukuk
5. I’tidal
6. Sujud pertama
7. Duduk di antara dua sujud
8. Bangkit dari duduk
9. Salam pada rakaat kedua
10. Mengucap istighfar

Setelah itu, biasanya pada pelaksanaan shalat tarawih selalu diakhiri dengan shalat
witir sebanyak 3 rakaat satu kali salam. Berikut tata cara dan niat shalat witir.

ً ‫ َأ َد‬ ‫ت ُم ْس َت ْق ِبل َ ا ْلقِ ْبلَ ِة‬


‫اء هلِل ِ َت َعالَى‬ ٍ ‫س َّن َة ا ْل ِو ْت ِرثَاَل َث َر ْك َعا‬
ُ ‫صلِّى‬
َ ُ ‫ا‬ 

Ushalli sunnatal witri tsalaasa roka’aatain mustaqbilal qiblati lillahi ta’ala.

Artinya: “Aku niat shalat witir tiga rakaat menghadap kiblat karena Allah Ta’ala.”

Pengertian Shalat Witir:

69
Shalat witir adalah salah satu shalat sunnah yang dianjurkan untuk dilakukan umat
muslim, sebab pahala yang didapatkan akan lebih besar. Witir secara bahasa artinya
ganjil, sehingga shalat ini harus dikerjakan dalam jumlah ganjil.

Witir dapat dikerjakan dengan jumlah berapapun selama itu ganjil, dengan batas
maksimum sebelas rakaat. Dan tidak boleh dilakukan lebih dari batasan
tersebut. Witir boleh dilakukan hanya dengan satu rakaat, yakni jumlah minimal
untuk shalat witir. Boleh juga 3 rakaat atau 5 rakaat, tergantung kemampuan
masing-masing individunya.

Ketentuan Waktu Shalat Witir

Menurut mayoritas ulama, sebagaimana yang dikutip oleh Syekh Wahbah Zuhaili
dalam kitab al-Fiqhul Islami wa Adillatuh, yaitu dimulai setelah melaksanakan shalat
Isya’ sampai terbitnya fajar shadiq, dan bukan setelah masuknya shalat Isya’.
Artinya, jika waktu shalat Isya’ sudah masuk tapi seseorang belum
melaksanakannya, maka ia tidak dianjurkan melakukan shalat sunnah witir sebab
kesunnahan shalat witir dimulai setelah melaksanakan shalat Isya’.

Ketentuan waktu ini sudah final, tanpa diperdebatkan oleh para ulama. Mereka
sepakat bahwa shalat sunnah witir tidak bisa dilakukan dan tidak sah sebelum
melaksanakan shalat Isya’, atau setelah terbitnya fajar shadiq (masuk waktu shalat
Subuh).   Sedangkan waktu yang lebih baik untuk melakukannya adalah pada akhir
malam, tepatnya sebagai penutup dari segala ibadah-ibadah shalat yang dilakukan
pada malam hari. Hal ini berlandaskan pada sebuah hadits Rasulullah:

َ ‫اِجْ َعلُ ْوا ٰاخ َِر‬


ً‫صاَل ِت ُك ْم م َِن الَّلي ِْل ِو ْترا‬

Artinya, “Jadikanlah akhir shalat kalian semua di malam hari dengan dengan shalat
witir” (Syekh Wahbah Zuhaili, al-Fiqhul Islami wa Adillatuh, [Bairut: Darul Fikr,
Damaskus, 2010], juz II, h. 185)

Jumlah Rakaat dan Bacaan

Shalat Witir Secara umum, shalat sunnah witir tidak mempunyai hitungan jumlah
rakaat secara khusus. Artinya, orang yang hendak melaksanakannya tidak dituntut
melakukannya dalam rakaat tertentu. Ia boleh melakukan sesuai keinginannya
asalkan berjumlah ganjil, sebagaimana namanya, witr (ganjil). Ia boleh melakukan
satu rakaat, tiga rakaat, atau lima rakaat dan seterusnya. Hal itu sebagaimana
disampaikan oleh Rasulullah ‫ ﷺ‬dalam sebuah hadits, yaitu:

‫ َو َمنْ َأ َحبَّ َأنْ يُوت َِر‬،ْ‫ث َف ْل َي ْف َعل‬


ٍ ‫ َو َمنْ َأ َحبَّ َأنْ يُوت َِر ِب َثاَل‬،ْ‫س َف ْل َي ْف َعل‬
ٍ ‫ َمنْ َأ َحبَّ َأنْ يُوت َِر ِب َخ ْم‬،‫اَ ْل ِو ْت ُر َح ٌّق َعلَى ُك ِّل مُسْ ل ٍِم‬
‫ِب َوا ِح َد ٍة َف ْل َي ْف َع ْل‬

70
Artinya, “(Shalat) witir adalah hak bagi semua umat Islam, maka barang siapa yang
suka untuk melakukan witir dengan lima rakaat, maka lakukanlah. Barang siapa
yang suka melakukan witir dengan tiga rakaat, maka lakukanlah. Dan, barang siapa
yang yang suka melakukan shalat witir dengan satu rakaat, maka lakukanlah.” (HR
Abu Dawud, An-Nasa’i, dan Ibnu Majah).

Hanya saja, para ulama berbeda dalam menyikapi jumlah rakaat tersebut. Sebab,
dari berbagai jumlah yang biasa dilakukan umat Islam ketika melakukan shalat witir
sangat bervariasi dan berbeda. Oleh karenanya, ada jumlah rakaat yang lebih baik
dari yang lainnya, ada juga jumlah rakaat yang sangat baik.

Habib Zain bin Ibrahim bin Sumaith dalam kitab Taqrirat as-Sadidah menjelaskan
bahwa jumlah rakaat paling sedikit dalam shalat witir adalah satu rakaat. Hanya
saja, makruh hukumnya jika hal ini dilakukan secara terus-menerus tanpa disertai
dengan adanya udzur. Melakukan shalat witir dengan jumlah tiga rakaat lebih baik
dari satu rakaat, sedangkan paling sempurna adalah dilakukan sampai sebelas
rakaat. (Habib Zain Ibrahim bin Sumaith, Taqriratus Sadidah, [Darul Ilmi wad
Dakwah, Tarim, 2003], halaman 281-282).

Adapun bacaan-bacaan surat ketika melakukan shalat witir adalah sebagai berikut:

Jika shalatnya satu rakaat maka bacaan surat yang dianjurkan adalah membaca
surat al-Ikhlas, al-Falaq dan an-Nas setelah membaca surat al-Fatihah.

Jika shalatnya tiga rakaat maka bacaan surat yang dianjurkan adalah membaca
surat al-A’la pada rakaat pertama, membaca surat Al-Kafirun pada rakaat kedua,
dan membaca surat al-Ikhlas, al-Falaq dan an-Nas pada rakaat yang ketiga.

Jika shalatnya melebihi tiga rakaat maka disunnahkan membaca surat Al-Qadr di
setiap awal rakaat, dan membaca surat al-Kafirun pada rakaat yang kedua.
Kesunnahan ini terus berlanjut mulai dari rakaat pertama sampai pada rakaat
kedelapan. Sedangkan bacaan surat pada rakaat kesembilan mengikuti bacaan yang
telah dijelaskan pada poin 2, yaitu membaca surat al-A’la pada rakaat kesembilan,
membaca surat al-Kafirun pada rakaat kesepuluh, dan membaca surat al-Ikhlas, al-
Falaq, dan an-Nas pada rakaat kesebelas (Sayyid Muhammad Abdullah al-Jurdani,
Fathul Allam bi Syarhi Mursyidil Anam, [Bairut: Dar Ibnu Hazm, Lebanon, 1997], juz
II, h. 73).

Tata Cara Melakukan Shalat Witir

Sebagaimana ketentuan shalat sunnah pada umumnya, shalat witir juga mempunyai
syarat dan rukun yang harus dipenuhi, yaitu dimulai dengan takbiratul ihram dan
diakhiri dengan salam, membaca al-Fatihah, ruku’, i’tidal, sujud, dan lainnya.

71
Hanya saja, dalam praktik pelaksanaannya, shalat witir bisa dilakukan dengan dua
cara apabila jumlah rakaat yang dilakukan melebihi dari satu rakaat.

Dua cara tersebut adalah:  

1. Boleh menyambung (washal), yaitu menggabungkan rakaat terakhir dengan


rakaat sebelumnya. Contoh: melakukan shalat witir sebelas rakaat dengan satu kali
takbiratul ihram dan satu salam.

2. Boleh dilakukan secara terpisah (fashal), yaitu memisah rakaat sebelumnya


dengan rakaat sesudahnya. Contoh: melakukan shalat witir 10 rakaat dengan satu
salam lalu ditambah satu rakaat dengan satu salam, atau bisa juga dilakukan dengan
satu salam pada tiap dua rakaat. Cara yang kedua ini lebih utama daripada cara
yang pertama. (Habib Zain bin Sumaith, Taqriratus Sadidah, 2003, h. 287).  

Adapun niat shalat witir, yaitu:

‫صلِّيْ ُس َّن ًة م َِن ْال ِو ْت ِر َر ْك َع ًة هّٰلِل ِ َت َعالَى‬


َ ‫ُأ‬

Ushallî sunnatan minal witri rak’atan lillahi ta’âlâ   Artinya, “Aku niat shalat sunnah
witir satu rakaat karena Allah ta’ala.”  

‫ْن هّٰلِل ِ َت َعالَى‬ َ ‫ ُأ‬ 


ِ ‫صلِّيْ ُس َّن ًة م َِن ْال ِو ْت ِر َر ْك َع َتي‬
Ushallî sunnatan minal witri rak’ataini lillahi ta’âlâ  

Artinya, “Aku niat shalat sunnah witir dua rakaat karena Allah ta’ala.”  

Lafal niat yang pertama diucapkan ketika hendak melakukan shalat witir satu
rakaat, sedangkan lafal niat yang kedua diucapkan ketika hendak melakukan dua
rakaat.   Dalam praktiknya, shalat witir bisa berbeda jika dilakukan di waktu yang
berbeda. Contohnya, shalat witir yang dilakukan di selain tanggal lima belas hari
terakhir pada bulan Ramadhan, tidak dianjurkan untuk membaca doa qunut pada
rakaat yang paling akhir. Namun, jika dilakukan pada tanggal lima belas hari terakhir
di bulan Ramadhan, para ulama sepakat perihal kesunnahan membaca doa qunut
saat itu (Syekh asy-Syatiri, Syarah Yaqutun Nafis, [Bairut: Darul Minhaj, 2010], juz 1,
h. 285).

Keutamaan Shalat Witir

Ada banyak teks-teks hadits Rasulullah ‫ ﷺ‬yang menyebutkan keutamaan shalat


witir, di antaranya:  
‫هّٰللا‬
‫وع ْال َفجْ ر‬ُُ ْ َ ‫ِى لَ ُك ْم َما َبي َْن‬
ِ ‫صالَ ِة ال ِع َشا ِء ِإلَى طل‬ َ ‫ َوه‬،‫ِى َخ ْي ٌر لَ ُك ْم مِنْ ُح ْم ِر ال َّن َع ِم‬ َ ‫ِإنَّ َ َع َّز َو َج َّل َق ْد َأ َم َّد ُك ْم ِب‬
َ ‫صالَ ٍة ه‬

Artinya, “Sesungguhnya, Allah ‫ ﷻ‬telah menyediakan kepada kalian semua sebuah


shalat, yang ia lebih baik bagi kalian daripada unta merah, yaitu shalat witir, dan

72
menjadikannya berada di antara shalat Isya’ hingga terbitnya fajar (shadiq)” (HR
Abu Daud).  

Pada hadits di atas, dengan sangat jelas Allah memberikan waktu secara khusus dan
ibadah secara khusus pula, agar umat Islam bisa mendapatkan pahala yang lebih
besar dan lebih banyak dari Tuhan-Nya. Ibaratnya, shalat witir sebagai pelengkap
dan penyempurna bagi ibadah wajib lainnya yang masih belum sempurna. Wallahu
A’lam.

DAFTAR PUSTAKA

https://islam.nu.or.id/shalat/panduan-shalat-syarat-wajib-syarat-sah-dan-rukunnya-
zRWzc

https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20211105141344-289-717121/tata-cara-
salat-5-waktu

https://republika.co.id/berita/quu94r320/10-keutamaan-sholat-lima-waktu-yang-
banyak-disepelekan

https://m.merdeka.com/jatim/bacaan-shalat-rawatib-beserta-tata-caranya-yang-
wajib-diketahui-ini-lengkapnya-kln.html?page=2&page=3&page=5

https://www-gramedia-com.cdn.ampproject.org/v/s/www.gramedia.com/literasi/
shalat-sunnah-rawatib/amp/?
amp_js_v=a6&amp_gsa=1&usqp=mq331AQKKAFQArABIIACAw%3D
%3D#aoh=16626085495237&referrer=https%3A%2F
%2Fwww.google.com&amp_tf=Dari%20%251%24s&ampshare=https%3A%2F
%2Fwww.gramedia.com%2Fliterasi%2Fshalat-sunnah-rawatib%2F

https://www-detik-com.cdn.ampproject.org/v/s/www.detik.com/edu/detikpedia/d-
5869242/12-rakaat-salat-sunnah-rawatib-dan-keutamaannya-apa-saja/amp?
amp_js_v=a6&amp_gsa=1&usqp=mq331AQKKAFQArABIIACAw%3D
%3D#aoh=16626080435464&referrer=https%3A%2F
%2Fwww.google.com&amp_tf=Dari%20%251%24s&ampshare=https%3A%2F
%2Fwww.detik.com%2Fedu%2Fdetikpedia%2Fd-5869242%2F12-rakaat-salat-
sunnah-rawatib-dan-keutamaannya-apa-saja
https://www.gramedia.com/best-seller/cara-sholat-tahajud/

https://almanhaj.or.id/2358-pengertian-dan-hukum-shalat-tahajjud.html

https://www.merdeka.com/sumut/pengertian-waktu-syuruq-niat-sholat-dan-
keutamaannya-kln.html

https://islamkita.co/shalat-dhuha/

https://hot.liputan6.com/read/4920179/tata-cara-sholat-dhuha-dalil-hukum-waktu-
dan-doanya

73
https://dalamislam.com/shalat/sholat-jenazah

https://umroh.com/blog/sholat-jenazah-adalah/

https://tirto.id/salat-istisqa-minta-hujan-bacaan-niat-doa-hukum-tata-caranya-eg7W

https://plus.kapanlagi.com/sholat-istisqa-hukum-tata-cara-dan-doa-meminta-hujan-
kepada-yang-kuasa-3e47d5.html

https://www.merdeka.com/trending/niat-shalat-gerhana-bulan-dan-matahari-
lengkap-dengan-tata-caranya-yang-benar-kln.html

https://www.liputan6.com/citizen6/read/3875766/tata-cara-sholat-gerhana-matahari-
dan-bulan-lengkap-dengan-dasar-hukumnya

https://muslim.or.id/18829-shalat-tahiyatul-masjid.html

https://islam.nu.or.id/shalat/tata-cara-shalat-tahiyatul-masjid-niat-waktu-dan-
ketentuannya-KLZHr

https://dalamislam.com/akhlaq/keutamaan-shalat-tahiyatul-masjid

https://www.inews.id/lifestyle/muslim/shalat-istikharah/4

https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6118616/sholat-istikharah-pengertian-tata-
cara-dan-waktu-terbaiknya

https://dalamislam.com/shalat/shalat-istikharah

https://alamisharia.co.id/blogs/inspirasi/shalat-tarawih/?amp

https://islam.nu.or.id/shalat/tata-cara-shalat-tarawih-hukum-keutamaan-dan-
teknisnya-GjR3v

https://islam.nu.or.id/shalat/tata-cara-shalat-witir-niat-waktu-bacaan-dan-
keutamaannya-elGSZ

https://portaljember.pikiran-rakyat.com/khazanah/pr-161844110/pengertian-shalat-
witir-waktu-pengerjaannya-dan-bacaan-surah-yang-dianjurkan-amalan-sunnah-saat-
ramadhan

74
75
76

Anda mungkin juga menyukai