Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

STATISTIK DAN STATISTIKA PENDIDIKAN

Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Praktek Mengajar I


Dosen Pembimbing : Melan Ferdiansyah, M.Pd.I

Disusun oleh:
TRI LAELASARI
NIM : 2127101010899

UNIVERSITAS ISLAM AN NUR LAMPUNG


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
TAHUN 2023

Jl. Pesantren No.01 Sidoharjo, Kecamatan Jati Agung,


Kabupaten Lampung Selatan

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat-Nya


sehingga makalah tentang “Sholat Dhuha” ini dapat terselesaikan . Makalah ini di
ajukan guna memenuhi tugas Mata Kuliah “ Praktek Mengajar I ” Saya mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat
diselesaikan sesuai dengan waktunya. Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat
untuk pengembangan ilmu pengetahuan kita semua.

Jati Agung, 17 September 2023

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................... 2

DAFTAR ISI......................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................

A. Latar Belakang Masalah ............................................................................. 4

B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 4

C. Tujuan Pembahasan ................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................. 5

A. Pengertian Shalat Dhuha ............................................................................ 5


B. Hukum Shalat Dhuha ................................................................................. 5
C. Waktu Shalat Dhuha................................................................................... 5
D. Bilangan Raka’at Shalat Dhuha .................................................................. 6
E. Surat-Surat Yang di baca Dalam Shalat Dhuha ........................................... 7
F. Fadhilah Shalat Dhuha ............................................................................... 8
G. Do’a Dalam Shalat Dhuha ..........................................................................10

BAB III PENUTUP ..........................................................................................11

A. Kesimpulan ................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................12

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Shalat merupakan kewajiban hamba Allah Swt yang beriman. Bentuknya


adalah gerakan dan do’a dengan menghadapkan wajahnya kepada Yang Maha
Pencipta. Shalat merupakan ibadah yang pertama kali diperhitungkan dan pertama
dihisab di akhirat. Di dalam ibadah shalat ada dua macam bentuk, yaitu shalat wajib
dan shalat sunnah. Menurut hadits bukhori, shalat wajib adalah ibadah yang wajib
dikerjakan oleh masing-masing orang muslim, apabila dikerjakan mendapat pahala
dan apabila tidak dikerjakan mendapat dosa. Shalat wajib ini ada lima macam waktu,
diantaranya shalat subuh dikerjakan menjelang fajar, shalat dzuhur dikerjakan pada
saat matahari melebihi bayangan kita, shalat Ashar dikerjakan ketika sore sebelum
matahari berwarna merah, shalat Maghrib dikerjakan ketika matahari sudah
tenggelam, dan terakhir shalat Isya dikerjakan setelah shalat Maghrib.

Dijelaskan dalam hadits Bukhori, bahwa shalat sunnah adalah ibadah shalat
yang apabila dikerjakan mendapat pahala dan apabila tidak dikerjakan tidak berdosa.
Shalat sunnah banyak macamnya, diantaranya yaitu shalat dhuha, shalat witir, shalat
tahajjud dan lain sebagainya.

B. Rumusan Masalah

1. Pengertian Shalat Dhuha

2. Hukum Shalat Dhuha

3. Waktu Shalat Dhuha

4. Bilangan Raka’at Shalat Dhuha

5. Surat-Surat Yang di baca Dalam Shalat Dhuha

6. Fadhilah Shalat Dhuha

7. Do’a Dalam Shalat Dhuha

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk memenuhi tugas individu mata kuliah Fiqh Ibadah

2. Untuk menambah wawasan mahasiswa tentang shalat dhuha

4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Shalat Dhuha
Shalat dhuha merupakan shalat pada siang hari yang dianjurkan. Pahalannya
di sisi Allah cukup besar. Nabi Saw biasa melakukannya, dan mendorong umat
muslimin untuk melakukannya juga. Beliau menjelaskan barangsiapa yang shalat
empat rakaat pada awal siang hari, niscaya Allah mencukupkan pada sore
harinya. Sebagaimana beliau juga menjelaskan bahwa shalat dhuha itu sama dengan
tiga ratus enam puluh sedekah.[1]

Adapun pendapat yang lain bahwa shalat dhuha ialah shalat sunah yang
dikerjakan pada waktu matahari sedang naik. Sekurang-kurangya shalat ini dua
raka’at, boleh empat raka’at, enam, delapan atau dua belas raka’at.[2]

B. Hukum Shalat Dhuha

Shalat dhuha hukumnya sunah. Karena itu barangsiapa yang menginginkan


pahalanya, kerjakanlah sekehendakmu, dan kalau tidak, tidak ada larangan pula
meninggalkannya.

Dari Abu Sa’id r.a berkata:

‫ اوياداعُ اها احتَّى ناقُو ال اَليُ ا‬،‫ض احى احتَّى ناقُو ُل اَلياداعُ اها‬
)‫ (رواه الترمذي‬.‫صلِّي اها‬ ‫اكانا صلى هللا عليه وسلم يُ ا‬
ُّ ‫صلِّى ال‬

Artinya:

“Rosulullah Saw selalu melaksanakan shalat dhuha sampai-sampai kita mengira


bahwa tidak pernah meninggalkannya, tetapi jika meninggalkannya sampai-sampai
kita mengira, bahwa beliau tidak pernah meninggalkannya.” (H.R Turmudzi)

C. Waktu Shalat Dhuha

Shalat dhuha dimulai setelah matahari naik kira-kira setinggi tiga tombak, dan
berakhir ketika posisi matahari tepat berada di tengah-tengah langit (istiwa) dan pada
saat itu makruh hukumnya untuk melakukan shalat. Menurut pandangan yang lain,
shalat dhuha dimulai ketika matahari naik setinggi 7 hasta dan berakhir ketika matahari
tergelincir (istiwa).[3]

5
Disunahkan juga melaksanakan pada waktu naik agak tinggi dan panas agak terik.
Dari Zaid bin Arqam r.a berkata:

‫ال‬
ِّ ‫ص‬
‫ت الِّف ا‬
ِّ ‫ض‬ ‫ص اَلة ُ ا ا‬
‫اَل َّوا ِّبيانا اِّذاا ار ام ا‬ ُّ ‫صلُّ اونا ال‬
‫ض احىى فاقاا ال ا‬ ‫علاى ااه ِّل قُبااءِّ اوهُ ام يُ ا‬ ُّ ِّ‫خ اار اج ال َّنب‬
‫ي صلى هللا عليه وسلم ا‬
)‫ (رواه احمد ومسلم وترمذى‬.‫ض احى‬
ُّ ‫مِّنا ال‬

Artinya:

“Nabi Saw keluar menuju tempat ahli quba, dikala itu mereka sedang mengerjakan
shalat dhuha. Beliau lalu bersabda: “inilah shalat orang-orang yang kembali kepada
Allah, yakni di waktu anak-anak unta telah bangkit karena kepanasan waktu dhuha.”
(H.R Ahmad dan Muslim)

D. Bilangan Raka’at Shalat Dhuha

Bilangan shalat dhuha sekurang-kurangnya ialah dua raka’at, dan maksimalnya


delapan raka’at, ada pula yang mengatakan dua belas raka’at. Namun, ada pula yang
mengatakan bahwa shalat dhuha tidak ada batasannya, tetapi pendapat kedua tadilah
yang kuat. Berikut dalil tentang bilangan raka’at shalat dhuha.[4]

1. Dua raka’at

‫صيا ِّام ثاَلاث ا ِّة ااي َِّّام م اِّن كُ ِّل شاهار او ار اك اعت اى‬ ‫ا ا او ا‬: ‫ع انهُ قاالا‬
ِّ ِّ‫صانِّي اخ ِّل ايلِّي صلى هللا عليه وسلم ب‬ ‫ي هللاُ ا‬ ِّ ‫ع ان اابِّي ه اُري اارة ا ار‬
‫ض ا‬ ‫ا‬
)‫ (رواه متفق عليه‬.‫الض اُّحى اوا ا ان ا ُ او ت اِّر قا اب ال ا ا ان ا ا ارقُدا‬

Artinya:

“Abu Hurairah r.a berkata: “Kekasihku Rosulullah Saw berpesan kepadaku, supaya
berpuasa tiga hari di tiap-tiap bulan, dan shalat dhuha dua raka’at, dan shalat witir
sebelum tidur.” (H.R Muttafaqun ‘Alaih)

2. Empat raka’at

)‫ (رواه مسلم‬.ُ‫ض احى اا ار اب اع ار اك اعات او اي ِّز ايد ُ اماشاا اء هللا‬


ُّ ‫صلِّى ال‬ ُّ ‫اكانا النَّ ِّب‬
‫ي صلى هللا عليه وسلم يُ ا‬

Artinya:

“Aisyah r.a berkata: “ Rosuluullah Saw biasa melaksanakan shalat dhuha empat
raka’at, dan kadang-kadang melebihi dari itu sekehendak Allah.” (H.R Muslim)

6
3. Delapan raka’at

)‫ (رواه ابو داود‬.‫س ِّل ُم م اِّن كُ ِّل ار اكعاتاي ِّان‬ ُّ ‫صلَّى سُ اب احةا ال‬
‫ض احى ث ا امان اِّي ار اكعاات يُ ا‬ َّ ‫ا ا َّن النا ِّب‬
‫ي صلى هللا عليه وسلم ا‬

Artinya:

“Bahwa Nabi Saw mengerjakan shalat dhuha sebanyak delapan raka’at dan tiap-tiap
dua raka’at beliau salam.” (H.R Abu Daud)

4. Dua belas raka’at

‫ض احى اِّثانات اى ا‬
ُ‫ع اش ارة ا ار اك اعة ابناى هللاُ لاه‬ ُّ ‫صلَّى ال‬
‫هللا صلى هللا عليه وسلم ام ان ا‬ ُ ‫ قاا ال ار‬:‫ع انهُ قاا ال‬
ِّ ‫س او ُل‬ ‫ى هللاُ ا‬
‫ض ا‬ ‫ع ان اان ا‬
ِّ ‫اس ار‬ ‫ا‬
)‫ (رواه الترمذى‬.ِّ‫قاصارا فِّ اي ال اجنَّة‬

Artinya:

“Dari Anas r.a berkata: Rosulullah Saw bersabda, “Barangsiapa yang shalat dhuha dua
belas raka’at. Niscaya Allah dirikan gedung baginya di surga.” (H.R Turmudzi)

E. Surat-surat yang harus di baca


1. Surat-surat yang harus dibaca sesudah membaca al-fatihah pada tiap-tiap raka’at
boleh mana saja yang mudah.

Dalam Al-Qur’an dinyatakan:

)٢٠:‫ (المزمل‬...‫فاقرئوا ما تيسر من القران‬

Artinya:

“...... bacalah oleh kamu apa-apa yang mudah dari pada Al-Qur’an.” (Q.S Al-
Muzammil:20)[5]

2. Jika dikerjakan dua raka’at disunahkan pada raka’at pertama sesudah membaca
Fatihah, membaca surat “Wasy-Syamsi Wadhuhahaa....” dan pada raka’at kedua
sesudah membaca Fatihah, membaca surat “ Wadhuha...”. jika dikerjakan lebih dari
dua raka’at , maka disunahkan tiap-tiap dua raka’at salam.

Surat yang dibaca seperti yang disebutkan di atas, sedang raka’at selebihnya membaca
surat Al-Kafirun dan surat Al-Ikhlas.

3. Cara yang terbaik, apabila dikerjakan dua raka’at, maka pada raka’at pertama sesudah
membaca Fatihah, kemudian membaca ayat Al-Kursi sepuluh kali dan pada raka’at
kedua sesudah membaca Fatihah, membaca surat Al-Ikhlas sepuluh kali juga.[6]

7
Demikian sesuai hadits nabi Muhammad Saw dengan sabdanya:

‫عن انس رضى هللا عنه عن النبي صلى هللا عليه وسلم من صلى الضحى يقرأ في الر كعة اَلولى فا تحة الكتاب واية‬
.‫ استوجب رضوان هللا اَلكبر‬،‫ وفي الثانية فا تحة الكتاب وقل هو هللا احد عشر مرات‬،‫الكرسى عشر مرات‬

Artinya:

“Anas r.a meriwayatkan dari Nabi Saw, “Barangsiapa yang melaksanakan shalat dhuha
membaca pada raka’at pertama surat Al-Fatihah dan ayat kursi sepuluh kali, serta pada
raka’at kedua sesudah Fatihah membaca surat Al-Ikhlas sepuluh kali, pasti ia
mendapat keridhoan yang terbesar dari Allah.”

F. Fadhilah Shalat Dhuha

Shalat dhuha sebagai shalat sunah yang sangat banyak sekali fadhilahnya
(keutamaannya).

Sangat baik sekali shalat dhuha ini, kita Mudawamahkan (langgengkan) yakni
kita biasakan sehari-hari melaksanakannya. Karena ditinjau dari segala segi baik sekali
bagi yang melaksanakannya, sebagai Maghfiroh (ampunan), mencari ketenangan
hidup, serta sebagai sarana untuk memohon tambahnya rizqi kepada Allah. Maka
shalat dhuha ini patut sekali kita langgengkan setiap hari.[7]

Sebagaimana sabda Nabi Muhammad Saw yang diriwayatkan oleh Abu


Hurairah r.a dalam haditsnya sebagai berikut:

‫ (رواه‬.‫قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم من حافظ على شفعة الضحى غفر له ذنوبه وان مثل زبد البحر‬
)‫الترمذى‬

Artinya:

“Siapa saja yang dapat mengerjakan shalat dhuha dengan langgeng, akan diampuni
dosanya oleh Allah, sekalipun dosa itu sebanyak buih dilautan.” (H.R Turmudzi)

Dalam hadits lain dinyatakan, sebagai beriku:

.‫ وَل يحافظ على صَلة الضحى اَل اواب‬،‫صَلة الضحى تجلب الرزق وتنفى الفقر‬

Artinya:

“Shalat dhuha itu mendatangkan rizqi dan menolak kefakiran (kemiskinan), dan tidak
ada yang akan memelihara shalat dhuha, kecuali hanya orang-orang yang bertaubat.”

8
Dari Nu’was bin Sam’an r.a bahwa nabi bersabda:

)‫ (رواه الحاكم والطبرانى‬.‫ ابن ادم َل تعجزن عن اربع ركعات فى اول النهار اكفك احخره‬:‫قال هللا عز وجل‬

Artinya:

“Allah ‘azza wajalla berfirman: “Wahai anak adam, jangan sekali-kali engkau malas
mengerjakan empat raka’at pada waktu permulaan siang (yakni) shalat dhuha, nanti
pasti akan Kucukupkan kebutuhanmu pada waktu sorenya.” (H.R Hakim dan
Thabroni)

Dari Abu Dzar r.a berkata:

‫ وكل‬،‫ وكل تحميدة صدقة‬،‫ فكل تسبيحة صدقة‬،‫قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم يصبح على كل سَلئ من احدكم صدقة‬
‫ ويجزى من ذلك ركعتان‬،‫ وامر بالمعروف صدقة ونهى عن المنكر صدقة‬،‫ وكل تكبيرة صدقة‬،‫تهليلة صدقة‬
)‫ (رواه احمد ومسلم وابو داود‬.‫بركعهما من الضحى‬

Artinya;

“Rosulullah Saw bersabda: “Hendaklah masing-masing tiap-tiap pagi bershodaqoh


untuk persendian (ruas tulang) badannya. Maka tiap kali bacaan tasbih itu shodaqoh,
setiap tahmid itu shodaqoh, setiap tahlil shodaqoh, setiap takbir juga shodaqoh,
menyuruh kebaikan dan melarang kemungkaran atau kejahatan itu shodaqoh, dan
sebagai ganti itu semua, cukuplah mengerjakan shalat dhuha dua raka’at.” (H.R
Ahmad, Muslim dan Abu Daud)

Abu Hurairah juga berkata, bahwasanya Nabi Saw pernah bersabda:

‫ اين الذين كانوا يداومون على صَلة الضحى؟ هذا بابكم‬:‫ان في الجنة بابا يقال له الضحى فاذا كان يوم القيامة نادى منادى‬
)‫ (رواه الطبرانى‬.!‫فادخلوه برحمة هللا‬

Artinya:

“Bahwasanya di surga ada pintu yang dinamakan “Dhuha”. Maka jika telah datang
hari kiamat kelak, berserulah (malaikat) penyeru: “Manakah orang-orang yang telah
melanggengkan shalat dhuha? Inilah pintu kamu, silahkan masuk kedalam dengan
rahmat Allah.” (H.R Thobroni)

9
G. Do’a Dalam Shalat Dhuha

Do’a yang dibaca setelah shalat dhuha[8]:

‫ اللهم إن كان‬،‫اللهم إن الضحاء ضحاءك والبهاء بهائك والجمال جمالك والقوة قوتك والقدرة قدرتك والعصمة عصمتك‬
‫رزقى في السماء فانزله وإن كان في اَلرض فاخرجه وإن كان معسرا فيسره وإن حراما فطهره وإن كان بعيدا‬
.‫فقربه بحق ضحائك وبهائك وجمالك وقوتك وقدرتك اتنى ما اتيت عبادك الصالحين‬

Artinya:

“Ya Allah, bahwasanya waktu dhuha itu waktu dhuha-Mu, kemegahan ialah
kemegahan-Mu, keindahan itu keindahan-Mu, kekuatan itu kekuatan-Mu, kekuasaan
itu kekuasaan-Mu, dan perlindungan itu perlindungan-Mu. “Ya Allah jika rizqiku
masih di langit, turunkanlah dan jika ada di dalam bumi maka keluarkanlah, jika sukar
maka mudahkanlah, jika haram maka sucikanlah, jika masih jauh maka dekatkanlah,
berkat waktu dhuha, keagungan, keindahan, kekuatan, dan kekuasaan-Mu,
limpahkanlah kepada kami seperti yang telah engkau limpahkan kepada hamba-hamba
yang shaleh.”

Adapun do’a yang lainnya yaitu:

)‫ (رواه الترمذى‬.‫اللهم بك اسبحنا وبك امسينا وبك نحيا وبك نموت وإليك النشور‬

Artinya:

“Ya Allah, dengan rahmat Engkau aku berada di waktu pagi ini, dan dengan rahmat
Engkau aku berada di sore ini, dan dengan rahmat Engkau aku hidup dan aku akan
mati dan kepada-Mu aku akan kembali.” (H.R Turmudzi)

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Shalat dhuha merupakan shalat pada siang hari yang dianjurkan. Pahalannya
di sisi Allah cukup besar. Nabi Saw biasa melakukannya, dan mendorong umat
muslimin untuk melakukannya juga. Beliau menjelaskan barangsiapa yang shalat
empat rakaat pada awal siang hari, niscaya Allah mencukupkan pada sore
harinya. Sebagaimana beliau juga menjelaskan bahwa shalat dhuha itu sama dengan
tiga ratus enam puluh sedekah.

Shalat dhuha hukumnya sunah. Karena itu barangsiapa yang menginginkan


pahalanya, kerjakanlah sekehendakmu, dan kalau tidak, tidak ada larangan pula
meninggalkannya.

Shalat dhuha dimulai setelah matahari naik kira-kira setinggi tiga tombak, dan
berakhir ketika posisi matahari tepat berada di tengah-tengah langit (istiwa) dan pada
saat itu makruh hukumnya untuk melakukan shalat. Menurut pandangan yang lain,
shalat dhuha dimulai ketika matahari naik setinggi 7 hasta dan berakhir ketika matahari
tergelincir (istiwa).

Bilangan shalat dhuha sekurang-kurangnya ialah dua raka’at, dan maksimalnya


delapan raka’at, ada pula yang mengatakan dua belas raka’at. Namun, ada pula yang
mengatakan bahwa shalat dhuha tidak ada batasannya, tetapi pendapat kedua tadilah
yang kuat. Berikut dalil tentang bilangan raka’at shalat dhuha.

Sangat baik sekali shalat dhuha ini, kita Mudawamahkan (langgengkan) yakni
kita biasakan sehari-hari melaksanakannya. Karena ditinjau dari segala segi baik sekali
bagi yang melaksanakannya, sebagai Maghfiroh (ampunan), mencari ketenangan
hidup, serta sebagai sarana untuk memohon tambahnya rizqi kepada Allah. Maka
shalat dhuha ini patut sekali kita langgengkan setiap hari.

11
DAFTAR PUSTAKA

Al-Habsyi, Muhammad Bagir. 2000. Fiqih Praktis Menurut Al-Qur’an, As-sunah dan
Pendapat Para Ulama. Bandung: Mizan.

Daradjat Zakiyah, dkk. 1983. Ilmu Fiqh I. Jakarta: Proyek Pembinaan Perguruan Tinggi
Agama, cet II.

Rifa’i, Mohammad. 1978. Tuntunan Sholat Lengkap. Semarang: PT. Karya Toha Putra.

Shiddiq, Abdul Rosyad. 2006. Fikih Ibadah. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, cet III.

Sudarsono, A. Munir. 2013. Dasar-Dasar Agama Islam. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

12

Anda mungkin juga menyukai