Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

Masailul Fiqhiyyah
“ SHALAT Jama’ & Qasar Perspektif Kontekstual ”

DISUSUN OLEH :

1. Puput Rama Dona ( 101200037 )


2. Toriq Zainudin ( 101200049 )
3. M. Abdur Rozaq ( 101200043 )

DOSEN PEMBIMBING :
Dr. Samin Batu Bara, M. HI

PRODI HUKUM KELUARGA ISLAM


FAKULTAS SYARIAH
UIN SULTHAN THAHA SYAIFUDIN
PROVINSI JAMBI
TAHUN AJARAN 2022/2023

i
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT. yang telah memberikan penulis kemudahan
dalam menyelesaikan Makalah tepat waktu. Tanpa rahmat dan pertolongan-Nya,
Penulis tidak akan mampu menyelesaikan Makalah ini dengan baik. Tidak lupa
Sholawat serta salam tercurahkan kepada Nabi Agung Muhammad SAW yang
Syafa’atnya kita nantikan kelak.

Penulis mengucapkan Syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat


sehat-Nya sehingga makalah ini dapat diselesaikan. Makalah ini disusun guna
memenuhi Tugas Mata Kuliah Masailul Fiqhiyyah.

Penulis menyadari makalah ini masih perlu banyak penyempurnaan karena


kesalahan dan kekurangan. Penulis terbuka terhadap kritik dan saran pembaca
agar makalah ini dapat lebih baik lagi. Dan Penulis Meminta Maaf jika banyak
kesalahan dalam Karya Tulis Makalah ini.

i
BAB I

A. Latar Belakang.
Definisi umum dari shalat meliputi segala bentuknya, yang bermula dari gerakan
takbiratul ihram (bersama pelafalan niat dalam hati) dan ditutup dengan salam. Semua
ucapan dan tindakan yang tergolong rukun sholat, memiliki arti serta makna khusus
dengan tujuan untuk menimbulkan kedekatan batiniah antara hamba dengan Sang
Pencipta.
Bila secara bahasa, asal kata “sholat” adalah Bahasa Arab yang artinya do’a.
Sementara itu menurut istilah, definisi shalat yakni sebentuk peribadahan yang terdiri
dari rangkaian kegiatan, mulai dari takbiratul ikram (disertai niat dalam hati) lalu
diakhiri dengan mengucap salam. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara
penggunaan kata tersebut untuk menamai ibadahnya dengan pengertian menurut segi
etimologis. Sebab toh ada kandungan doa-doa permohonan, permintaan ampunan
taubat, dan sebagainya dalam shalat.
Berdasarkan hakekatnya, sholat itu menghadapkan diri sendiri dan segala isinya
untuk Allah SWT. Proses yang “semestinya” mampu memberikan rasa takut kepada-
Nya dan dapat membangkitkan kesadaran mendalam pada tiap-tiap jiwa atas kebesaran
dan kuasa Allah SWT.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Pengertian Sholat Jama’ & Qasar?


2. Pandangan Ualama Tentang Shalat Jama’ & Qasar?

C. TUJUAN PENULISAN

1. Mengetahui Definisi Shalat Jama’ & Qasar.


2. Mengetahui Pandangan Ulama’ Tentang Shalat Jama’ dan Qasar.

1
BAB II

A. Pengertian Shalat Jama’ & Qasar.

a. Jama’
Jama’ secara bahasa di ambil dari kata kerja ( ‫ج َم َع‬
َ ) dan mashdarnya (‫ ) َج ْم ُع‬artinya
mengumpulkan, menghimpun,dan menggabungkan.
Shalat jama’ adalah menggabungkan satu shalat dengan shalat lain, yaitu antara
shalat Zuhur dan Ashar serta Maghrib dan Isya. Tidak ada shalat jama’ lain selain
bentuk itu.
Shalat jama’ adalah shalat yang dikumpulkan. Maksudnya dua sholat fardhu
yang dikerjakan dalam satu waktu, hukum shalat jama’ adalah mubah bagi yang
memenuhi persyaratan.
1) Syarat Sah Shalat Jama’
a) Dalam perjalanan jauh yang jarak tempuhnya kurang lebih 17 km (3 farsakh),
sebagian ulama mensyaratkan jarak tempuh sampai 80,6 km.
b) Perjalanan tidak bertujuan maksiat
c) Dalam keadaan ketakutan dan rasa sangat khawatir, seperti:
 Perang, Sabda Rasulullah yang artinya : “Dari Mu’az r.a. ia berkata: Kami
keluar bersama Rasulullah dalam perang Tabuk, maka beliau shalat zuhur dan
ashar dijama’, dan maghrib dengan isya dijama’.”(HR. Muslim)
 Sakit, pertimbangannya adalah jika dia tidak mendirikan shalat dengan cara
dijama’ niscaya dia akan mengalami kesulitan atau menyebabkan dirinya
bertambah payah. Abdullah bin Abbas menuturkan “ Rasulullah saw pernah
menjama’ shalat Zuhur-Ashar dan Maghrib-Isya saat di Madinah, bukan
karena ketakutan dan bukan pula ada hujan.” (HR. Muslim) Seseorang lalu
bertanya kepada Abdullah bin Abbas, “Atas dasar apa beliau mengerjakan
yang demikian itu?” Dia menjawab “Agar umatnya tidak mengalami
kesulitan.”

2
 Hujan lebat, angin topan dan bencana alam. Abdullah bin Umar
meriwayatkan, Rasulullah saw menjama’ Maghrib-Isya pada suatu malam
saat turun hujan deras. (HR. Baihaqi)

Hal yang perlu ditekankan disini adalah bahwa seseorang tidak boleh menjama’
shalat jika tidak ada uzur yang dibenarkan syariat, karena setiap shalat fardhu telah
ditetapkan waktunya.

2) Macam-macam Shalat Jama’


a) Jama’ Taqdim

Yakni menjama’ shalat yang dilaksanakan pada waktu shalat yang pertama.
Seperti 4 rakaat shalat dzuhur dan 4 rakaat shalat ashar dikerjakan pada waktu
dzuhur.

Syarat jama’ taqdim:

 Hendaklah dimulai dengan shalat yang pertama


 Berniat jama’ agar berbeda dengan shalat yang terdahulu karena lupa
 Berturut-turut

b) Jama’ Ta’khir

Yakni menjama’ shalat yang dilaksanakan pada waktu shalat yang kedua. Seperti
4 rakaat shalat dzuhur dan 4 rakaat shalat ashar dikerjakan pada waktu ashar.

3) Hukum Shalat Jama

Hukum diperbolehkannya shalat jama’, baik jama’ taqdim maupun jama’ ta’khir,


diantaranya adalah:

1. Jama’ taqdim. Dasar hukumnya adalah berdasarkan hadis Rasulullah Saw dari
Mu’adz bin Jabal: “Bahwasannya ketika Nabi Saw berada dalam masa perang
Tabuk, jika beliau melakukan perjalanan setelah maghrib maka beliau akan

3
memajukan pelaksaan shalat Isya’. Artinya beliau Saw melakukan shalat Isya’
bersama dengan maghrib”. (HR. Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi, Daruquthni,
Hakim, Baihaqi, dan Ibnu Hibban).
2. Jama’ Ta’khir. Dasar hukumnya adalah berdasarkan hadis Rasulullah Saw
bersabda: “Anas mengatakan: “Jika Rasulullah melakukan perjalanan sebelum
matahari condong ke barat maka beliau mengakhirkan shalat dhuhur hingga
waktu shalat ashar. Setelah itu, beliau Saw akan singgah sebentar dan
menggabungkan kedua shalat, yaitu dhuhur dan ashar. Namun jika matahari
telah lebih dulu condong ke barat maka beliau Saw akan lebih dulu shalat
dhuhur baru kemudian menunggang untaranya ” (HR. Muttafaq ‘Alaih).

4) Tata Cara Pelaksanaan Shalat Jama’

Jama’ Taqdim

1. Berniat untuk menjama’ taqdim, ketika shalat yang pertama sudah memasuki
waktunya. Misalnya, memasuki waktu shalat dhuhur ketika akan menjama’
dengan shalat ashar. Niat jama’ taqdim sebagai berikut:

‫ِإ َما ًما هلل تَ َعالَى‬/‫ت َمجْ ُموْ عًا بِ ْال َعصْ ِر َج ْم َع تَ ْق ِدي ٍْم َمْأ ُموْ ًما‬
ٍ َ ‫الظه ِْر َأرْ بَ َع َر َكعا‬
ُّ ‫ض‬ َ ‫ُأ‬.
َ ْ‫صلِّى فَر‬
Artinya: “saya melakukan shalat fardhu zhuhur empat rakaat dikumpulkan dengan
shalat ashar dengan jama’ taqdim (menjadi makmum/imam karena Allah Ta’ala.”

 Bersambung yaitu berurutan dengan tidak terpisah antara dua shalat yang di
jama’ oleh waktu yang panjang. Waktu jeda antara dua shalat paling lama sama
dengan membaca iqamah.
 Perjalanan atau bepergian belum sampai pada tempat yang dituju.
 Pada saat melaksanakan shalat jama’ masih ada waktu yang cukup untuk
menyelesaikan dua shalat.
 Meyakini syarat sah dan rukun shalat yang pertama telah dipenuhi.

4
Jam Ta’khir

1. Niat untuk mengkahirkan pelaksanaan shalat jama’ sebelum waktu shalat


pertama berakhir, meskipun ukuran waktu yang tersisa sepadan dengan satu
rakaat. Contoh jama’ ta’khir shalat dhuhur dan ashar. Niat jama’ ta’khir sebagai
berikut:

‫ت َمجْ ُموْ عًا بِال ِع َشا ِء َج ْم َع تأ ِخي ٍْرهلِل ِ تَ َعا َل‬ َ ‫ب ثَاَل‬
ٍ ‫ث َر َك َعا‬ َ ‫ُأ‬
َ ْ‫صلِّى فَر‬
ِ ‫ض ال َم ْغ ِر‬

Artinya: “Saya niat shalat fardlu Maghrib tiga rakaat dijama’ bersama Isya’ dengan
jama’ ta’khir karena Allah Ta’ala.”

 Perjalanan masih berlangsung hingga memasuki shalat yang kedua.

b. Qasar

َ َ‫ )ق‬dan mashdarnya ( ‫) قَصْ ٌ}ر‬


Qashar secara bahasa di ambil dari kata kerja ( ‫ص َر‬
artinya meringkas. Qashar menurut istilah adalah meringkas jumlah rakaat shalat,
contoh shalat Zhuhur em Shalat qasar adalah meringkas shalat 4 rakaat yaitu Dzuhur,
ashar, dan isya menjadi 2 rakaat. Sedangkan shalat maghrib dan subuh tidak bisa
diqasar.

Mengqasar shalat hanya dianjurkan saat melakukan perjalanan saja. Mengqasar


shalat hukumnya sunnah muakadah, sehingga shalat dengan menggenapkan rakaat
dalam perjalanan menjadi makruh hukumnya jika dilakukan tanpa alasan.

1) Syarat-syarat Shalat Qasar


a. Memenuhi jarak tempuh yang ditentukan
Kebolehan itu bukan diukur berdasarkan kelelahan tetapi batasan jaraknya. Jarak
tempuh perjalanan yang membolehkan seseorang mengqasar shalat atau tidak
berpuasa adalah jarak yang di tempuh selama dua hari dua malam atau lebih
dengan berjalan kaki. Jarak tempuh itu kurang lebih sepanjang 80 km.
b. Perjalan adalah yag bersifat mubah

5
Dengan kata lain, perjalanan yang mubah adalah bukan perjalanan yang makruh
atau haram.
c. Benar-benar telah meninggalkan kampung halaman
d. Niat mengqasar shalat
e. Shalat yang diqasar bukannya yang wajib didirikan saat mukim
Apabila seseorang lupa mendirikan shalat wajib sebelum berangkat pergi, maka
dia wajib mendirikan dengan bilangan rakaat penuh meskipun saat itu dia berada
dalam perjalanan.
f. Tidak bermakmum pada orang yang bermukim

2). Hukum Shalat Qasar

Dasar hukum pelaksanaan untuk mengqashar salat ada di dalam Al Quran pada
surah An-Nisa ayat 101. Allah subhanahu wa ta'ala berfirman: ‫ْس‬ ِ ْ‫ض َر ْبتُ ْم فِي اَأْلر‬
َ ‫ض فَلَي‬ َ ‫َوِإ َذا‬
‫الص}اَل ِة‬
َّ ُ ‫ َعلَ ْي ُك ْم ُجنَا ٌح َأ ْن تَ ْق‬Wa idzaa darabtum fil ardi falaisa 'alaikum junaahun an
َ‫ص}رُوا ِمن‬
taqsuruu minas Salaati in khiftum ai yaftinakumul laziina kafaruuu; innal kaafiriina
kaanuu lakum aduwwam mubiinaa Artinya, “Ketika kalian bepergian di bumi, maka
bagi kalian tidak ada dosa untuk meringkas shalat.” Teruntuk qashar, dibolehkan untuk
urusan sedang dalam perjalanan.

Menurut laman NU, ada ketentuan tentang hukum melakukan qashar berdasarkan
jaraknya.

1. Hukumnya boleh. Qashar boleh dilakukan saat melakukan perjalanan darat atau
laut, baik memiliki tempat tinggal atau tidak. Seorang muslim yang telah bepergian
mencapai 16 farsakh atau 2 marhalah, atau setara 80,6 kilometer dan belum mencapai 3
marhalah atau 120,96 kilometer, boleh melakukan qashar.

2. Hukumnya lebih baik (afdhal) dilakukan. Apabila seseorang melakukan


perjalanan mencapai 3 marhalah atau lebih, maka lebih baik dia melakukan qashar
dalam salatnya.

6
3. Hukumnya wajib. Jika perjalanan itu menjadikan seseorang tidak memiliki
cukup waktu untuk mendirikan salat, maka mengqashar salat menjadi wajib baginya.
Meski demikian, ada pula pendapat yang menganggap bahwa qashar tidak harus
berdasarkan safar dengan jarak tertentu.

Dikutip situs Fatwa Tarjih, safar merupakan suatu kondisi yang biasa dianggap
seseorang itu sedang melakukan safar. Hal ini sebagai keringanan dari Allah subhanahu
wa ta'ala bagi para musafir. Qashar hanya bisa dilakukan pada salat yang memiliki
empat rakaat, yaitu salat zuhur, ashar, dan isya'.

Dan, qashar tidak boleh dilakukaan pada salat subuh dan maghrib.

2). Tata cara melaksanakan salat qasar, yakni:

1. Membaca niat

2. Salat 4 rakaat dikerjakan sebanyak 2 rakaat.

3. Apabila melaksanakan salat maghrib, tetap dilaksanakan sebanyak 3 rakaat.

Untuk melaksanakan ibadah salat qasar, umat Muslim harus memenuhi syarat-syarat
yang berlaku. adapun syarat salat qasar yaitu,

1. Niat untuk Bersafar

Niat melakukan bersafar artinya melaksanakan perjalanan yang tidak bertujuan untuk
maksiat.

2. Sudah Mencapai Jarak Safar

Untuk dapat melaksanakan salat qasar, terdapat jarak yang sudah ditempuh. Sebagian
ulama menjelaskan jarak disebut sebagai safar adalah 48 mil atau 85 km. Namun apabila
Anda melakukan perjalanan tertentu dan sekirannya tidak cukup waktu dalam
melaksanakan salat dengan tepat waktu, Anda tetap diperbolehkan untuk
melasanakannya tanpa harus memenuhi jarak yang sudah ditentukan.

7
3. Jika Bermakmum, Ikuti Imam Sampai Selesai

Untuk orang yang sedang bermusafir dan akan melaksanakan salat qasar namun beliau
bermakmum, maka ikuti imam sampai selesai dan solat tersebut tidak boleh diqasar.
Untuk salat yang belum dilaksanakan tetap harus diqasar.

Adapun niat dalam melaksanakan salat qasar diantaranya,

Niat Salat Qasar Dzuhur

ُّ ‫ض‬
‫الظه ِْر َر ْك َعتَ ْي ِن قَصْ رًا هلِل ِ تَ َعالَى‬ َ ‫ُأ‬
َ ْ‫صلِّ ْي فَر‬
Usholli fardhodh dhuhri rok’atainii qoshron lillaahi ta’ala
Artinya, “Saya niat sholat fardu dhuhur 2 rakaat qashar, karena Allah Ta’ala.”
Niat Salat Qasar Ashar

‫ض ْال َعصْ ِر َر ْك َعتَ ْي ِن قَصْ رًا ِهللِ تَ َعالَى‬ َ ُ‫ا‬


َ ْ‫صلِّى فَر‬
Usholli fardhol ashri rok’atainii qoshron lillaahi ta’ala
Artinya, “Aku niat sholat fardu ashar 2 rakaat qashar, karena Allah Ta’ala.”
Niat Salat Qasar Ishak

‫ض ْال ِع َشا ِء َر ْك َعتَ ْي ِن قَصْ رًا ِهللِ تَ َعالَى‬ َ ُ‫ا‬


َ ْ‫صلِّى فَر‬
Usholli fardhol isya’i rok’atainii qoshron lillaahi ta’ala
Artinya, “Aku niat sholat fardu isya 2 rakaat qashar, karena Allah Ta’ala.”

B. Pandangan Ualama Tentang Shalat Jama dan Qasar

1. Jama’

Menurut Syaikh Muhammad Bin Qasim Al-Ghazi boleh bagi musafir menjamak
antara shalat Zhuhur dengan shalat Ashar pada waktu keduanya dan antara shalat Maghrib
dengan shalat Isya pada waktu pada keduanya.

Menurut Abdullah Bin Abdurrahman bahwa boleh menjamak shalat Zhuhur


dengan shalat Ashar dan shalat Maghrib dengan Isya baik taqdim maupun ta’khir tetapi

8
lebih utama meninggalkannya, kecuali seseorang telah sampai ke tempat tujuannya
karena makruh melakukan shalat jamak atau ragu atas kebolehannya atau shalat sendiri-
sendiri meskipun meninggalkan shalat berjamaah.

Menurut Zainudin Abdul Aziz berkata bahwa boleh bagi musafir melakukan
perjalanan yang jauh menjamak shalat Zhuhur dengan shalat Ashar dan shalat Maghrib
dengan Isya baik taqdim maupun ta’khir.

Menurut Wahbah Zuhaili ialah safar membolehkan jama’ secara mutlak baik
safar jaraknya jauh maupun dekat, ketika berada di darat tidak berada di laut.

2. Qashar

Menurut Syaikh Muhammad Bin Qasim Al-Ghazi boleh bagi musafir


mengqashar shalat yang empat dengan lima syarat; melakukan safar tidak untuk berbuat
maksiat, jarak safarnya 16 farsakh (80 km), menunaikan shalat rakaat yang empat, niat
qashar bersamaan dengan ihram, dan tidak meyempurkannya ketika mukim.
Menurut Abdullah Bin Abdurrahman bahwa boleh bagi musafir mengqashar
shalat Zhuhur, Ashar, dan Isya dua rakaat,dua rakaat, baik tepat waktu maupun lewat
waktunya, tidak singgah bermukim, safar yang jauh selama dua hari berturut-turut dengan
perjalanan yang sulit.

Menurut Zainudin Abdul Aziz berkata bahwa bagi seorang musafir yang
perjalanannya jauh boleh mengqashar shalat yang empat rakaat, singgah untuk
menunaikannya.

Menurut Wahbah Zuhaili adalah qashar itu termasuk rukhshah (keringanan) dan
ini pendapat yang kuat sesuai dengan akal pikiran.

9
BAB III

Kesimpulan

Jama’ adalah menggabungkan waktu shalat dalam satu waktu. Jama’ dibagi kepada dua
macam diantaranya : jama’ taqdim yang dilakukan pada waktu shalat pertama seperti
menjama’ shalat Zhuhur dan shalat Ashar yang dilakukan pada waktu zhuhur, sedangkan jama’
ta’khir yang dilakukan pada waktu kedua seperti menjama’ shalat Maghrib dan shalat Isya yang
dikerjakan pada waktu shalat Isya dengan mengerjakan shalat isya terlebih dahulu. Kebanyakan
ulama membolehkan jama’ shalat kecuali hanafiyah yang membolehkan jama’ pada waktu haji
di hari Arafah.

Qashar adalah meringkas rakaat shalat. Shalat yang diringkas hanya pada shalat rakaat
yang empat seperti shalat Zhuhur, Ashar dan Isya, tidak pada shalat maghrib dan subuh.

Hukum qashar ada 3 yaitu: wajib, sunah muakad, dan rukhshah. Mayoritas ulama
menanggapan qashar sebagai rukshah. Jarak yang membolehkan qashar dan jama’ sejauh lebih
kurang 80 km (16 farsakh). Tidak ada maksiat selama safar.

10
Daftar Pustaka

https://tirto.id/gatZ

https://www.selasar.com/

www.islampos.com

https://www.bing.com/

https://kumparan.com/

11

Anda mungkin juga menyukai