Anda di halaman 1dari 4

HASIL RESUME

SHOLAT JAMA’ DAN QASHAR


Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Fikih Ibadah
Dosen Pengampu : IMAM SYAFI’I, M. Pd.

1. Shalat Jama’
a. Pengertian Shalat Jama’
Secara bahasa, kata jama’ berati menggabungkan, menyatukan,
ataupun mengumpulkan. Secara istilah, shalat jama’ adalah melakukan sholat
fardhu, yaitu dzuhur dan ashar, atau maghrib dan isya secara berurutan pada
salah satu waktunya.

b. Pembagian Shalat Jama’


1. Berdasarkan shalat yang boleh dijama’
a. Shalat dzuhur dengan ashar
Shalat dzuhur hanya boleh dijama’ dengan ashar. Tidak boleh
dengan subuh, maghrib atau isya’. Sedangkan untuk sholat jum’at
terdapat perbedaan pendapat dari para ulama, Sebagian mengatakan
tidak boleh dan sebagian lagi boleh, dan sebagiannya lagi
menyebutkan bahwa kebolehannya hanya apabila seseorang berniat
shalat dzuhur meski ikut dalam barisan shaf shalat jum’at.
b. Shalat maghrib dengan isya’
Shalat yang juga boleh dijama’ selain dzuhur dengan ashar
adalah shalat maghrib dan isya’.
2. Berdasarkan waktu pengerjaannya
a. Jama’ taqdim
Jama’ taqdim adalah melakukan dua shalat fardhu pada waktu
shalat yang pertama, Misal jama’ shalat dzuhur dan ashar yang
dilakukan secara berurutan pada waktu shalat dzuhur, dan shalat
maghrib dan isya’ yang dilakukan secara berurutan pada waktu shalat
maghrib.
b. Jama’ takhir
Jama’ takhiradalah kebalikan dari jama’ taqdim, yaitu
melakukan dua shalat fardhu pada waktu shalat yang kedua, Misal
jama’ shalat dzuhur dan ashar yang dilakukan secara berurutan pada
waktu shalat ashar, dan shalat maghrib isya’ yang dilakukan pada
waktu shalat isya’.
c. Sebab–Sebab Diperbolehkan Jama’
1. Haji
2. Sakit
3. Hujan
4. Safar
Yang dimaksud safar adalah berpergian dengan jarak minimal 88,656 km
baru boleh melakukan shalat jama’.
5. Kejadian yang tidak memungkinkan
2. Qashar
a. Pengertian
Qashar shalat adalah memendekkan rakaat shalat yang berjumlah
empat rakaat menjadi dua rakaat.
b. Dasar Hukum
Firman Allah swt :

‫َو ِإَذ ا َضَر ْبُتْم ِفي اَألْر ِض َفَلْيَس َع َلْيُك ْم ُجَناٌح َأن َتْقُصُروْا ِم َن الَّص َالِة ِإْن ِخ ْفُتْم َأن َيْفِتَنُك ُم اَّلِذ يَن َكَفُروْا ِإَّن‬

‫اْلَك اِفِريَن َك اُنوْا َلُك ْم َع ُدًّو ا ُّم ِبيًنا‬

“Dan apabila kamu bepergian di muka bumi, Maka tidaklah mengapa kamu
men-qashar sembahyang(mu), jika kamu takut diserang orang-orang kafir.
Sesungguhnya orang-orang kafir itu adalah musuh yang nyata bagimu.” ( Qs
An Nisa : 101 ).

c. Syarat – syarat Qaṣar Shalat


Sedangkan shalat qaṣar menjadi sah apabila dilakukan dengan memenuhi
syarat – syarat sebagai berikut :

1. Pendapat yang insya Allah mendekati kebenaran adalah bahwa dalam


masalah ini tidak ada batasan jarak tertentu, yang penting seseorang
melakukan suatu perjalanan yang membutuhkan perbekalan, maka
dibolehkan baginya untuk meng-qashar sholat. Namun untuk kehati-hatian,
tidaklah mengapa seseorang menggunakan batasan jarak yang dinyatakan
oleh mayoritas ulama, yaitu batas jarak 85 km.
2. Hendaknya perjalanan itu merupakan perjalanan yang dibolehkan bukan
perjalanan yang diharamkan ataupun dilarang.
3. Shalat yang boleh diqaṣar hanya shalat yang empat raka’at saja, dan bukan
shalat qadha.
4. Niat mengqaṣar pada waktu takbiratul ihram.
5. Tidak menjadi ma’mum kepada orang shalat yang bukan musafir.
6. Baligh adalah syarat menurut mażhab Hanafi.
7. Tempat yang dituju untuk melaksanakan shalat qaṣar haruslah tempat yang
tertentu untuk mengqaṣarnya, jika tidak maka tidak boleh qaṣar.
8. Kekal perjalanan sehingga sempurna shalat.
d. Macam – macam qaṣar :
1. Qaṣar Adat. Yaitu shalat qaṣar yang mengurangi jumlah rakaat shalatnya
yang empat menjadi dua rakaat. Dalam qaṣar adat ini shalat yang boleh
diqaṣarkan ialah shalat Zhuhur, Ashar dan Isya‟, sedangkan shalat Magrib
dan Shubuh tidak boleh diqaṣarkan.
2. Qaṣar Sifat. Yaitu shalat qaṣar yang meringkas atau meringankan sifat
shalat bagi orang yang tidak kuasa dalam melakukan shalat dengan cara
biasanya kerena sakit atau kondisi fisiknya yang dikhawatirkan dan apabila
ia melakukan shalat dengan cara biasa maka penyakitnya itu bertambah.
Dengan demikian orang seperti itu, dibolehkan shalat dengan sifat shalat
yang berbeda dari shalat yang biasa ia lakukan.
3. Qaṣar Haiat. Yaitu shalat qaṣar yang meringkas atau meringankan cara
shalat seperti dalam shalat khauf (shalat karena takut adanya bahaya)
seperti bahaya musuh dalam peperangan, bahaya binatang buas dan
sebagainya.

Pengertian Shalat Jama’

Secara istilah, shalat jama’ adalah melakukan sholat


fardhu, yaitu dzuhur dan ashar, atau maghrib dan isya secara
berurutan pada salah satu waktunya.

« Sesungguhnya orang-orang kafir itu adalah musuh yang nyata


bagimu.» .

Sedangkan shalat qaṣar menjadi sah apabila dilakukan


dengan memenuhi syarat – syarat sebagai berikut

Shalat yang boleh diqaṣar hanya shalat yang empat raka’at


saja, dan bukan shalat qadha, shalat yang empat raka’at ialah
shalat zhuhur, ashar dan isya. Cara mengqaṣar ialah shalat
yang empat raka’at itu dikerjakan dua raka’at saja. Adapun
shalat subuh dan magrib tidak boleh diqaṣar. Tidak menjadi
ma’mum kepada orang shalat yang bukan musafir.

Akan tetapi, mayoritas ulama tidak mensyaratkannya maka


anak kecil boleh mengqaṣar shalat. Karena, setiap orang yang
memiliki tujuan yang benar dan niat melakukan perjalanan, serta
mencapai jarak yang ditentukan maka ia boleh mengqaṣar
shalat. Tempat yang dituju untuk melaksanakan shalat qaṣar
haruslah tempat yang tertentu untuk mengqaṣarnya, jika tidak
maka tidak boleh qaṣar. Kekal perjalanan sehingga sempurna
shalat.

Tetapikalau waktunya empat hari atau kurang maka ia boleh


mengqaṣarnya dengan hadist yang mengatakan bahwa Anas
dan Nabi melaksanakan qashar shalat selama 10 hari mereka
tinggal di Mekkah. « Lalu beliau melakukan shalat di
Mina. Masalah tempat dibolehkannya shalat qaṣar, para ahli fiqh
sepakat bahwa awal dimulainya perjalanan yang dibolehkan
untuk mengqaṣar shalat dan kemudahan lainnya yaitu ketika
seorang musafir keluar dari deretan rumah – rumah yang ada di
desanya yang menjadi tempat keluar dan memposisikan rumah
– rumah itu berada di belakang punggungnya, atau melewati
perkampungan dari sisi tempat keluar dari kotanya, sedang jika
ia belum melewatinya dari sisi lain karena bermukim itu
berkaitan dengan masuknya maka berpergian juga berkaitan
dengan keluar darinya, seperti firman Allah SWT, »dan apabila
kamu berpergian di muka bumi maka tidaklah mengapa kamu
mengqaṣar shalatmu.

Anda mungkin juga menyukai